T IPA 1103296 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa
mempunyai kemampuan memahami konsep-konsep dan saling keterkaitan serta
penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi (Depdiknas, 2006). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006).
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karena itu kimia
mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Hal ini berarti bahwa dalam
pembelajaran kimia siswa harus diajak untuk menggunakan proses berpikir untuk
menemukan konsep-konsep kimia. Selain itu, tidak hanya dalam proses
menguasai konsep, tetapi siswa juga harus selalu aktif berpikir dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan fenomena kehidupan sehari-hari

dan teknologi (Devi, 2011). Keterampilan berpikir merupakan salah satu aspek
penting kecakapan hidup yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
(Depdiknas, 2006).
Salah satu keterampilan berpikir yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan
masalah adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah berdasarkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang telah dimiliki siswa

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

sebelumnya. Menurut Marzano, pemecahan masalah merupakan suatu proses,
yaitu proses berpikir dan aplikasi pengetahuan yang telah diperoleh (Anita, 2007).
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide (Sagala, 2012). Kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah menjadi hal yang penting karena kemampuan

ini paling utama menentukan seseorang dapat berkembang (Anwar, 2006). Guru
mempunyai kewajiban untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dengan berbagai metode (Dogru, 2008). Kemampuan
pemecahan masalah juga menjadi hal yang penting bagi siswa, karena dalam
belajar siswa cepat lupa jika pembelajaran hanya diberikan secara lisan, mereka
ingat jika diberikan contoh, dan akan memahami jika diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah (Santyasa, 2008). Strategi pemecahan masalah dapat
meningkatkan motivasi dan sikap siswa (Gok & Silay, 2010).
Namun

kenyataannya,

pembelajaran

kimia

belum

sepenuhnya


mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil studi
literatur diungkapkan bahwa guru biasanya memberikan soal-soal rutin kepada
siswa. Terbiasanya siswa mengerjakan soal-soal rutin membuat siswa tidak dapat
memecahkan suatu masalah apabila diberikan suatu masalah dalam bentuk soal
tidak rutin. Siswa tidak terbiasa untuk memecahkan masalah secara bebas dan
mencari solusi penyelesaiannya dengan cara mereka sendiri. Siswa hanya bisa
mengerjakan soal-soal yang bentuknya sama dengan yang dicontohkan guru.
Apabila diberikan soal dengan bentuk yang berbeda, maka siswa akan
kebingungan karena tidak memahami langkah-langkah dalam memecahkan suatu
masalah (Anggraini dkk., 2010). Dalam pemberian tugas oleh guru, biasanya
siswa memang memecahkan masalah dalam tugasnya, tetapi itu hanya sebagai
kewajiban saja. Hanya sedikit siswa yang dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Kebanyakan siswa tidak tahu dari mana harus menyelesaikannya. Mereka
hanya membolak-balikkan halaman buku untuk menemukan rumus yang tepat,

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


3

atau hanya menunggu guru untuk memberikan petunjuk atau solusi yang tepat
(Mettes dkk., 1980). Dalam mengajar, guru selalu menuntut siswa untuk belajar,
namun jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana cara untuk belajar. Guru
juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah tetapi jarang mengajarkan
bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah (Arends, 1997 dalam
Trianto, 2010). Guru lebih banyak memaparkan konsep yang sudah tertulis di
buku. Jadi, proses pembelajaran hanya sebatas transfer informasi tentang suatu
konsep dari buku kepada siswa tanpa disertai bagaimana menemukan konsep
tersebut.
Hasil studi lapangan di salah satu SMA di Kabupaten Bangka juga
menunjukkan bahwa pembelajaran cenderung berpusat pada guru dibandingkan
peran aktif siswa. Di dalam kelas, guru menjelaskan materi ajar, memberikan
contoh dan bukan contoh, latihan soal, kemudian memberikan pekerjaan rumah.
Kebermaknaan pelajaran kimia yang terkait dengan kehidupan sehari-hari belum
diintegrasikan dalam proses belajar mengajar. Siswa kurang dipersiapkan untuk
menghadapi permasalahan yang lebih kompleks.
Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran kimia tercapai, perlu
diterapkan model pembelajaran yang cocok. Artinya, model pembelajaran yang

dipilih harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut Lie (2008) alur
proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling
mengajar dengan sesama siswa lainnya. Salah satu alternatif model pembelajaran
yang memungkinkan dikembangkannya kemampuan pemecahan masalah,
keaktifan siswa, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama serta
saling berinteraksi dengan sesama siswa adalah model pembelajaran investigasi
kelompok.
Model
pembelajaran

pembelajaran

investigasi

kelompok

merupakan

model


yang membimbing siswa kepada pemecahan masalah. Model

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

pembelajaran ini lebih menekankan pada pengembangan pemecahan masalah
dalam suasana yang demokratis, artinya pengetahuan tidak diajarkan secara
langsung kepada siswa, tetapi diperoleh melalui proses pemecahan masalah
(Slavin, 2009). Siswa dalam pembelajaran investigasi kelompok dikondisikan
untuk aktif mencari informasi dari berbagai sumber. Strategi pemecahan masalah
lebih efektif diajarkan melalui pembelajaran kooperatif (Gok & Silay, 2010). Hal
ini berarti bahwa model pembelajaran investigasi kelompok mempunyai potensi
yang besar dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Ada beberapa penelitian tentang investigasi kelompok yang telah
dilakukan. Doymus dkk. (2009) menyatakan bahwa investigasi kelompok

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik dan
pemahaman konsep termokimia. Investigasi kelompok merupakan salah satu cara
yang digunakan untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang sulit (Tsoi
dkk., 2004). Investigasi kelompok cocok untuk siswa berkemampuan rendah dan
sedang. Melalui investigasi kelompok kemampuan sosial dan kognitif siswa
meningkat (Mitchell dkk., 2008).
Materi sifat koligatif larutan, khususnya kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku larutan merupakan salah satu materi kimia yang
fenomenanya dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, materi sifat koligatif larutan merupakan salah satu materi kimia yang di
dalamnya terdapat pengetahuan konseptual dan prosedural. Pengetahuan
konseptual menyangkut keterkaitan banyak konsep, sedangkan pengetahuan
prosedural berkaitan dengan tahap-tahap atau urutan pekerjaan yang harus
dilakukan dan setiap tahap memerlukan penguasaan konsep-konsep tertentu
(Dahar, 1996). Hal ini sesuai dengan pemecahan masalah yang melibatkan
beberapa informasi atau konsep dan untuk penyelesaiannya memerlukan
informasi atau konsep tersebut. Namun, materi sifat koligatif larutan menjadi

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif

Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

salah satu materi yang kurang disukai siswa karena memerlukan pemahaman
konsep dalam perhitungan kimia (Nuraini dkk., 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pengembangan
model pembelajaran investigasi kelompok pada materi sifat koligatif larutan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu:
“Bagaimana pengembangan model pembelajaran investigasi kelompok
pada materi sifat koligatif larutan yang dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah?”
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah
yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana desain pembelajaran investigasi kelompok dalam materi sifat
koligatif larutan yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah?
2. Bagaimana implementasi model pembelajaran investigasi kelompok yang
dikembangkan pada siswa SMA kelas XII IPA?
3. Bagaimana pengaruh implementasi model pembelajaran investigasi kelompok
yang dikembangkan untuk materi sifat koligatif larutan terhadap kemampuan
pemecahan masalah?

C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka permasalahan dibatasi dalam
lingkup sebagai berikut.
1. Kemampuan pemecahan masalah yang ditinjau pada penelitian ini mengacu
pada tahapan pemecahan masalah yang dikemukakan oleh McGregor (2007),
meliputi mengklarifikasi masalah, mempertimbangkan solusi yang mungkin

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


6

untuk menyelesaikan masalah, memilih strategi yang akan digunakan,
menjalankan strategi, mendeskripsikan solusi yang diperoleh, mengecek
apakah masalah dapat terselesaikan, dan menghubungkan proses berpikir
yang digunakan dalam menyelesaikan masalah terhadap konteks kehidupan
nyata lainnya.

2. Materi kimia yang ditinjau pada penelitian ini adalah kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku larutan.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model pembelajaran
investigasi kelompok dalam materi sifat koligatif larutan yang mampu
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan wawasan dan informasi kepada guru tentang alternatif

pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada siswa dalam
proses pembelajaran kimia.
3. Sebagai sumbangan bagi pengembangan proses belajar mengajar dalam upaya
meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

Verina, 2014
Pengembangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada Materi Sifat Koligatif
Larutan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu