S IPS 1103502 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quatient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak semua orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi itu memiliki kemampuan adaptasi, sosialisasi, pengendalian emosi dan kemampuan spiritual. Banyak orang yang memiliki kecerdasan IQ, namun tidak memiliki kemampuan untuk bergaul, bersosialisasi dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Banyak juga orang yang memiliki kemampuan IQ, tapi tidak memiliki kecerdasan dalam melakukan hal-hal yang dapat menentukan keberhasilannya di masa depan, prioritas-prioritas apa yang mesti dilakukan untuk menuju sukses dirinya (Effendi, 2005 hlm. 14)

Yusuf (2009, hlm. 113) menyatakan bahwa pandangan lama menyebutkan bahwa kemampuan dalam konteks intelektual merupakan faktor penentu individu dalam keberhasilan belajar atau meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun ditambahkan pula baru-baru ini telah berkembang pandangan lain yang menyatakan bahwa faktor penentu keberhasilan individu bukan sekedar kemampuan intelektual saja, tetapi ada setidaknya tujuh bagian kemampuan lain yang turut memberikan kontribusi penting dalam kesuksesan hidup setiap individu atau yang lebih dikenal dengan istilah kecerdasan jamak (multiple intelligence) antara lain kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musical, kecerdasan ruang, kecerdasan gerak atau kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.

Prof. Howard Gardner seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan “multiple intelligence”. Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan atau kecerdasan jamak. Ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar perkembangan yang berbeda. Yang dimaksud kecerdasan menurut Gardner


(2)

adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Belakangan teori kecerdasan Howard Gardner ini dikenal dengan Multiple Intelligence (kecerdasan majemuk) yaitu: Linguistik Intelligence (kecerdasan bahasa); Logico-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logis-Matematis); Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual Spasial), Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik); Musical Intelligence (Kecerdasan Musik); Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Antarpribadi); Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan diri); dan Natural Intelligence (Kecerdasan Natural).

Berdasarkan karakter tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan itu, namun setiap orang memiliki kapasitas berbeda-beda dan taraf yang berbeda di dalam kecerdasan itu, tentunya kecerdasan ini dapat dikembangkan pada tingkat yang mencukupi atau memadai sehingga kecerdasan itu dapat muncul dan dimiliki oleh setiap individu, tentunya dengan berbagai cara yang berlangsung di dalam kehidupan kita. Berdasarkan macam-macam kecerdasan tersebut, peneliti memilih untuk memfokuskan penelitian kepada pengembangan kecerdasan kinestetik. Hal ini dikarenakan apabila melihat perkembangan anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara 12-15 tahun, dalam konteks psikologi perkembangan, individu pada rentang usia ini berada pada fase remaja awal. Kecerdasan kinestetik adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama remaja awal. Kemampuan ini bukan hanya bermanfaat bagi individu yang bersangkutan, akan tetapi dirasakan oleh lingkungannya. Dengan kecerdasan kinestetik yang dimilikinya manusia dapat mengolah tubuh secara terampil dan lincah untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan. Hal ini akan ikut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yang terasah dapat memanfaatkan kecerdasannya dalam memecahkan berbagai masalah baik dalam dirinya


(3)

maupun dengan lingkungannya, serta dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.

Prof. Howard Gardner seorang ahli riset dari Amerika mengatakan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar perkembangan yang berbeda. Yang dimaksud kecerdasan menurut Gardner adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Kecerdasan kinestetik sebagai bagian dari kecerdasan jamak (multiple intelegence) yang digagas oleh Howard Gardner pada tahun 1993 memiliki peranan dalam mendukung kesuksesan hidup seseorang. Ditegaskan bahwa kecerdasan kinestetik meliputi koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan dalam olah tubuh.

Pada umumnya orang yang memiliki kecerdasan kinestetik sangat menyukai olahraga dan suka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mengandalkan fisik. Individu ini biasanya hampir tidak bisa diam dan cukup aktif. Namun kecerdasan kinestetik bukan hanya soal olahraga dan stamina fisik saja, melainkan juga kemampuan berperan dan menirukan perilaku tertentu yang mengakibatkan orang jenis ini memiliki kesadaran ruang sehingga kecerdasan kinestetik memegang peranan penting dalam kehidupan individu dalam interaksi dengan teman dan lingkungannya. Potensi kemampuan tersebut telah dibawa semenjak anak dilahirkan. Potensi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kehidupannya dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah terutama masalah sosial didalam kehidupannya. Namun kemampuan kinestetik tersebut tidak dapat berkembang sendiri, melainkan dibutuhkan stimulasi untuk mengembangkannya.

Meyakini bahwa setiap anak memiliki potensi untuk mengembangkan kecerdasan jamak khusunya kecerdasan kinestetik, oleh karena itu potensi kemampuan kinestetik tersebut sangatlah penting untuk dipupuk dan dikembangkan sejak usia sekolah. Senada dengan hal diatas, Musfiroh (2004 hlm. 69) menyatakan penting untuk mengembangan kecerdasan kinestetik


(4)

karena berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan mempergunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menurut rangsang, sentuhan dan tekstur.

Pentingnya pengembangan kecerdasan kinestetik juga ditekankan oleh Lwin dkk (dalam Muslahudin dan Agustin, 2008, hlm. 81) bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan kinestetik yang baik akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Kecerdasan Kinestetik ini penting dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik. Meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, membangun rasa percaya diri dan harga diri dan meningkatkan kesehatan.

Meskipun kemampuan kinestetik begitu penting bagi setiap manusia, namun hal ini tidak berlangsung saat siswa di sekolah. Kecerdasan kinestetik dalam koordinasi dan keterampilan tubuh diasah oleh mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olah Raga (PJOK) dan pelajaran Prakarya (Seni). Namun kecerdasan kinestetik dalam mengekspresikan ide dan perasaan belum mendapatkan stimulus yang optimal. Disebabkan karena materi pelajaran PJOK dan Prakarya tidak secara langsung membahas hubungan dan masalah-masalah sosial manusia, sehingga untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik dalam mengekspresikan ide dan perasaan tersebut sangat cocok dilakukan dalam berbagai mata pelajaran khususnya IPS.

Akarpermasalahan dalam pengembangan kecerdasan kinestetik yang merupakan bagian dari kecerdasan jamak ini adalah karena sistem pendidikan saat ini yang berorientasi kepada pendekatan “akademik”. Pendekatan ini lebih berupaya membentuk manusia menjadi pintar disekolah saja dan menjadi “pekerja” bukan menjadi manusia seutuhnya.


(5)

Sekolah menengah pertama (SMP) yang merupakan lembaga pendidikan bagi siswa dimana memiliki tujuan untuk memfasilitasi pertemuan dan perkembangan setiap potensi yang dimiliki secara menyeluruh yang lebih menekankan pada aspek kecerdasan jamak anak, juga memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam pengembangan kepribadiannya. Namun dalam kenyataanya tidak seideal dengan yang diharapkan. Rosdiana (2009, hlm. 5) menjelasakan bahwa pada umumnya guru masih menggunakan model pembelajaran yang monoton, klasikal dan kurang bervariasi sehingga kurang menyenangkan dan kurang bermakna bagi anak. Seperti ceramah dan pemberian tugas.

Berdasarkan dari observasi awal di lapangan pada saat pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS di SMP Negeri 9 Bandung, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap pendidik dan peserta didik serta melihat langsung proses pembelajaran di dalam dan diluar kelas ternyata mengalami kondisi yang tidak ideal dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dimana pembelajaran lebih bersifat monoton seperti metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas dan jarang sekali menggunakan metode yang lebih bervariasi. Kondisi tersebut membuat aspek afektif dan kepribadian anak menjadi kurang berkembang karena memfokuskan pada kemampuan kognitif saja.

Dampak dari proses pembelajaran tersebut terlihat dari banyaknya anak yang tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran. Seperti berbicara, menggambar, dan bercanda dengan teman sebayanya. Bahkan beberapa siswa terlihat keluar dari area meja tempat duduknya. Melihat fakta tersebut peneliti melihat bahwa kebanyakan siswa di kelas tersebut tidak betah duduk diam dalam waktu yang lama, malas membaca dan dan banyak anggota tubuh yang bergerak pada saat berbicara. Hal ini sangat sesuai dengan ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan kinestetik.

Aktivitas siswa di kelas sangat penting untuk diperhatikan supaya menjadi lebih bermakna bagi guru dan siswa, sehingga diantara kedua pihak


(6)

dapat terjalin komunikasi yang baik saat proses pembelajaran, dan informasi dan pengetahuan yang disampaikan oleh guru dapat tersampaikan kepada siswa secara optimal. Sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa terlibat langsung secara emosional dan intelektual dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Adapaun dalam proses pembelajaran, siswa memperoleh informasi dengan aktif melalui berbagai aktivitas yang akan memotivasi baik itu dari siswa sendiri maupun dari gurunya.

Berangkat dari masalah yang dikemukakan di atas, peneliti beranggapan keadaan tersebut timbul karena metode pembelajaran yang digunakan pendidik pada saat observasi masih belum menarik minat peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang baik dapat ditunjukan dengan adanya keterlibatan mental emosional serta gerak fisik dari siswanya sendiri di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Heinich dkk (2005, hlm. 24) bahwa kriteria atau perspektif pembelajaran yang berhasil atau sukses adalah peran aktif siswa (active participation). Proses pembelajaran yang efektif dapat terjadi jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas bermakna, dan berinteraksi dengan materi pembelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinyua proses belajar dalam diri seseorang.

Dengan demikian pembelajaran di kelas harus berorientasi kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Penggunaan metode pembelajaran di kelas yang bervariasi salah satu cara untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Penting bagi seorang pendidik untuk memahami materi serta pemilihan metode dan model pembelajaran yang menarik serta bervariasi di dalam kelas.

Menurut James dikutip Sadirman (dalam Suryobroto, 2002, hlm. 3 dalam Hamzah dan Mohammad, 2012, hlm. 105) bahwa tugas dan peran guru antara lain yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran, serta mengontrol dan mengevaluasi kegiatan belajar siswa. Maka sangat penting bagi para pendidik memahami


(7)

karakteristik materi, karakteristik peserta didik serta metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran, terutama berkaitan dengan pemilihan-pemilihan model-model pembelajaran modern. Dengan demikian metode ideal untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa adalah metode yang menempatkan aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, kemudian siswa mencari dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.

Salah satu tipe/metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode sosiodrama, karena metode ini membutuhkan keaktifan siswanya di dalam kelas. Siswa membuat naskah sendiri secara berkelompok kemudian ditampilkan didepan kelas secara bersama-sama. Metode ini cocok untuk membuat siswanya aktif dalam kelas dan juga sangat cocok untuk mengembanfkan kreativitas siswa dalam mengexpresikan ide dan gagasannya kedalam gerakan, guru hanya mengarahkan dengan penugasan yang guru berikan.

Ahmadi (2005, hlm. 65) menjelaskan beberapa kebaikan dari metode sosiodrama antara lain melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian. Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas menjadi hidup, sehingga peserta didik dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri. Anak dilatih untuk membiasakan menyusun pikirannya dengan teratur. Teknik ini bisa digunakan dalam smua tingkatan usia dan semua mata pelajaran terutama IPS.

Selain dapat mengasah kecerdasan kinestetik siswa dan menambah minat dan aktivitas belajar. Metode sosiodrama juga dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa sehingga informasi atau materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa menjadi lebih optimal. Hal ini sesuai dengan yang digagaskan olah Dale (dalam Arsyad, 1997, hlm. 10) tentang teori kerucut pengalaman (cone of experience) Dale yang dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini:


(8)

Gambar 1.1 Kerucut pengalaman Dale

Pada ilustrasi di atas diketahui bahwa metode pembelajaran sosiodrama berada di lapisan kerucut Simulate or Model a Real Experience (Simulasi atau memperagakan pengalaman sebenarnya). Berdasarkan pramida tersebut diperoleh bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan metode sosiodrama akan mengingat 90% dari keseluruhan materi yang disajikan. Pada kerucut tersebut diketahui pula bahwa dengan media visual akan menghasilkan kemampuan kognitif dalam mendeskripsikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, mengaplikasikan dan mempraktikan materi yang telah dipelajar. Sebagaimana metode pembelajaran pada umumnya, pada sosiodrama juga diperlukan guru (pemberi informasi) agar dapat menyampaikan informasi atau materi pembelajaran kepada siswa (penerima informasi). Dengan demikian, media dalam bidang pendidikan tidak hanya mengenai aspek teknis, namun juga kajian mengenai keberhasilan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.


(9)

Dalam kegiatan sosiodrama, akan terjadi interaksi antar anggota kelompok dan akan timbul rasa saling percaya untuk mengungkapkan masalah. Kemudian dari hasil pembahasa dalam permainan sosiodrma tersebut maka peserta didik dapat belajar dari pengalaman baru yang berupa penilaian ingatan dan pemahaman yang dialami. Saat kegiatan sosiodrama dilaksanakan, akan terjadi hubungan komunikasi antar anggota kelompok sehingga akan tercipta suatu pemahaman melalu diskusi dan tanya jawab antara anggota kelompok mengenai topik yang sedang dibahas.

Pada teknik sosiodrama menuntut kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehandaki keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembangnya (Hasan, 1993 hlm. 266)

Melalu metode sosiodrama para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah bersama dan menentukan pilihan tindakan paling tepat melauli diskusi. Dengan kata lain sosiodrama akan membaut siswa belajar bekerjasama yang dimana pada saat proses bekerjasama tersebut, siswa dituntut untuk bergerak aktif, berkomunikasi, mengamati, berdiskusi, dan tampil dengan percaya diri yang diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.

Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang terjadi di SMP Negeri 9 Bandung khususnya kelas VIII-2, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan Penelitian Eksperimen Kuasi dengan mengambil judul ini “Pengaruh Metode Sosiodrama terhadap Kecerdasan Kinestetik Siswa dalam Pembelajran IPS di Kelas VII-7 SMPN 9 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas untuk memudahkan dalam menentukan kaitannya dengan permasalahan yang lain. Maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:


(10)

1. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih kurang, sehingga siswa kurang produktif

2. Siswa bergerak aktif diluar dari konteks pembelajaran

3. Siswa kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, dan malu-malu apabila menjawab secara individu.

4. Metode pembelajaran yang digunakan kurang variatif..

Diantara permasalahan-permasalahan tersebut perlu kiranya dilakukan suatu penelitian lebih jauh untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan hasil berlajar siswa dengan menggunakan berbagai penerapan metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode sosiodrama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung dalam pembelajaran IPS sebelum menggunakan metode sosiodrama?

2. Apakah metode sosiodrama efektif digunakan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa dalam mata pelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai efektifitas penggunaan metode sosiodrama dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik peserta didik di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh gambaran empiris tentang:

1. Tingkat kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum diterapkan metode sosiodrama.


(11)

2. Keefektifan metode sosiodrama untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan peneliti yang dikemukakan diatas dapat tercapai, penelitian ini memiliki beberapa manfaat dalam dunia pendidikan di SMP khususnya mata pelajaran IPS. Adapun beberapa manfaat praktis yang didapatkan dalam penerapan metode sosiodrama ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam meningkatkan peranan siswa di dalam kelas. Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya temuan-temuan dalam hal bentuk penawaran model yang di pergunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran sebagai upaya peningkatan kecerdasan siswa khususnya kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran IPS. b. Bagi siswa

Dengan adanya peneliti ini diharapkan siswa dapat mengembangkan aktivitas pembelajarannya di kelas VII-7 SMPN 9 Bandung dalam meningkatkan hasil belajar siswa, partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, kepercayaan diri dengan metode sosiodrama, bergerak dan berbuat dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan menggunakan metode sosiodrama. Selain itu, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan guru sebagai sarana kreatifitas dalam mengelola proses pembelajaran IPS dengan model Sosiodrama.


(12)

d. Sekolah / SMP Negeri 9 Bandung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat pula menambah tinjauan sebagai bahan ajar yang akan diterapkan pada peserta didik dalam pembelajaran mengenai pengalaman ataupun sebuah cerita, dan mudahkan guru dalam menangani peserta didik yang kurang paham dalam pembelajaran

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan babak awal dalam menyusun penelitian ini. Dalam Bab I akan membahas mengenai pendahuluan, bagian pendahuluan ini dijabarkan mengenai latarbelakang masalah yang sesuai dengan pra penelitian atau pengamatan awal dilapangan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi.

Bab II membahas mengenai kajian pustaka dan kerangka berfikir yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dari rumusan masalah di Bab I. Kajian pustaka serta kerangka berfikir yang penulis kaji sesuai dengan judul yang peneliti ambil yaitu adalah mengenai pengembangan kecerdasan kinestetik siswa melalui metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan judul tersebut maka peneliti menjabarkan kajian pustaka sebagai berikut: pertama, pengertian kecerdasan, kecerdasan majemuk dan kecerdaan kinestetik menurut para ahli,. Kedua menjabarkan mengenai metode sosiodrama yang di dalamnya memuat, keunggulan-keunggulan sosiodrama serta kelemahan-kelemahan sosiodrama tidak lupa menjabarkan mengenai karakteristik serta ciri-ciri sosiodrama, teknik sosiodrama, metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS kemudian mencantumkan penelitian terdahulu.

Bab III membahas mengenai metode penelitian yang dibahas secara garis besar. Metode ini berisi mengenai rencana dan prosedur penelitian yang di dalamnya membahas mengenai pendekatan penelitian, yaitu metode penelitian,


(13)

subjek dan lokasi penelitian yang berisi objek serta lokasi sekolah untuk dijadikan penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV merupakan bahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Maka Bab IV ini berisi profil sekolah SMPN 9 Bandung, deskripsi kecerdasan kinestetik pada saat sebelulum dilakukan treatment, deskripsi pembelajaran mengenai kegiatan pembelajaran sosiodrama, serta seberapa besar efektifitas metode pembelajaran sosiodrama dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.

Bab V membahas mengenai kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan, serta saran yang akan diberikan peneliti ke peneliti yang lain agar tidak mengulangi kesalahan serta memperbaiki kesalahan peneliti selanjutnya.


(1)

Gambar 1.1 Kerucut pengalaman Dale

Pada ilustrasi di atas diketahui bahwa metode pembelajaran sosiodrama berada di lapisan kerucut Simulate or Model a Real Experience (Simulasi atau memperagakan pengalaman sebenarnya). Berdasarkan pramida tersebut diperoleh bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan metode sosiodrama akan mengingat 90% dari keseluruhan materi yang disajikan. Pada kerucut tersebut diketahui pula bahwa dengan media visual akan menghasilkan kemampuan kognitif dalam mendeskripsikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, mengaplikasikan dan mempraktikan materi yang telah dipelajar. Sebagaimana metode pembelajaran pada umumnya, pada sosiodrama juga diperlukan guru (pemberi informasi) agar dapat menyampaikan informasi atau materi pembelajaran kepada siswa (penerima informasi). Dengan demikian, media dalam bidang pendidikan tidak hanya mengenai aspek teknis, namun juga kajian mengenai keberhasilan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.


(2)

Dalam kegiatan sosiodrama, akan terjadi interaksi antar anggota kelompok dan akan timbul rasa saling percaya untuk mengungkapkan masalah. Kemudian dari hasil pembahasa dalam permainan sosiodrma tersebut maka peserta didik dapat belajar dari pengalaman baru yang berupa penilaian ingatan dan pemahaman yang dialami. Saat kegiatan sosiodrama dilaksanakan, akan terjadi hubungan komunikasi antar anggota kelompok sehingga akan tercipta suatu pemahaman melalu diskusi dan tanya jawab antara anggota kelompok mengenai topik yang sedang dibahas.

Pada teknik sosiodrama menuntut kualitas tertentu pada siswa, yaitu siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehandaki keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembangnya (Hasan, 1993 hlm. 266)

Melalu metode sosiodrama para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah bersama dan menentukan pilihan tindakan paling tepat melauli diskusi. Dengan kata lain sosiodrama akan membaut siswa belajar bekerjasama yang dimana pada saat proses bekerjasama tersebut, siswa dituntut untuk bergerak aktif, berkomunikasi, mengamati, berdiskusi, dan tampil dengan percaya diri yang diharapkan dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.

Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang terjadi di SMP Negeri 9 Bandung khususnya kelas VIII-2, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan Penelitian Eksperimen Kuasi dengan mengambil judul ini

Pengaruh Metode Sosiodrama terhadap Kecerdasan Kinestetik Siswa

dalam Pembelajran IPS di Kelas VII-7 SMPN 9 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas untuk memudahkan dalam menentukan kaitannya dengan permasalahan yang lain. Maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:


(3)

1. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih kurang, sehingga siswa kurang produktif

2. Siswa bergerak aktif diluar dari konteks pembelajaran

3. Siswa kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapat, dan malu-malu apabila menjawab secara individu.

4. Metode pembelajaran yang digunakan kurang variatif..

Diantara permasalahan-permasalahan tersebut perlu kiranya dilakukan suatu penelitian lebih jauh untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan hasil berlajar siswa dengan menggunakan berbagai penerapan metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode sosiodrama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung dalam pembelajaran IPS sebelum menggunakan metode sosiodrama?

2. Apakah metode sosiodrama efektif digunakan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa dalam mata pelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai efektifitas penggunaan metode sosiodrama dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik peserta didik di SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2015/2016.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh gambaran empiris tentang:

1. Tingkat kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016 sebelum diterapkan metode sosiodrama.


(4)

2. Keefektifan metode sosiodrama untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 9 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan peneliti yang dikemukakan diatas dapat tercapai, penelitian ini memiliki beberapa manfaat dalam dunia pendidikan di SMP khususnya mata pelajaran IPS. Adapun beberapa manfaat praktis yang didapatkan dalam penerapan metode sosiodrama ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam meningkatkan peranan siswa di dalam kelas. Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya temuan-temuan dalam hal bentuk penawaran model yang di pergunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran sebagai upaya peningkatan kecerdasan siswa khususnya kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran IPS. b. Bagi siswa

Dengan adanya peneliti ini diharapkan siswa dapat mengembangkan aktivitas pembelajarannya di kelas VII-7 SMPN 9 Bandung dalam meningkatkan hasil belajar siswa, partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, kepercayaan diri dengan metode sosiodrama, bergerak dan berbuat dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan menggunakan metode sosiodrama. Selain itu, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan guru sebagai sarana kreatifitas dalam mengelola proses pembelajaran IPS dengan model Sosiodrama.


(5)

d. Sekolah / SMP Negeri 9 Bandung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat pula menambah tinjauan sebagai bahan ajar yang akan diterapkan pada peserta didik dalam pembelajaran mengenai pengalaman ataupun sebuah cerita, dan mudahkan guru dalam menangani peserta didik yang kurang paham dalam pembelajaran

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan babak awal dalam menyusun penelitian ini. Dalam Bab I akan membahas mengenai pendahuluan, bagian pendahuluan ini dijabarkan mengenai latarbelakang masalah yang sesuai dengan pra penelitian atau pengamatan awal dilapangan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi.

Bab II membahas mengenai kajian pustaka dan kerangka berfikir yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dari rumusan masalah di Bab I. Kajian pustaka serta kerangka berfikir yang penulis kaji sesuai dengan judul yang peneliti ambil yaitu adalah mengenai pengembangan kecerdasan kinestetik siswa melalui metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan judul tersebut maka peneliti menjabarkan kajian pustaka sebagai berikut: pertama, pengertian kecerdasan, kecerdasan majemuk dan kecerdaan kinestetik menurut para ahli,. Kedua menjabarkan mengenai metode sosiodrama yang di dalamnya memuat, keunggulan-keunggulan sosiodrama serta kelemahan-kelemahan sosiodrama tidak lupa menjabarkan mengenai karakteristik serta ciri-ciri sosiodrama, teknik sosiodrama, metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS kemudian mencantumkan penelitian terdahulu.

Bab III membahas mengenai metode penelitian yang dibahas secara garis besar. Metode ini berisi mengenai rencana dan prosedur penelitian yang di dalamnya membahas mengenai pendekatan penelitian, yaitu metode penelitian,


(6)

subjek dan lokasi penelitian yang berisi objek serta lokasi sekolah untuk dijadikan penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV merupakan bahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Maka Bab IV ini berisi profil sekolah SMPN 9 Bandung, deskripsi kecerdasan kinestetik pada saat sebelulum dilakukan treatment, deskripsi pembelajaran mengenai kegiatan pembelajaran sosiodrama, serta seberapa besar efektifitas metode pembelajaran sosiodrama dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.

Bab V membahas mengenai kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan, serta saran yang akan diberikan peneliti ke peneliti yang lain agar tidak mengulangi kesalahan serta memperbaiki kesalahan peneliti selanjutnya.