PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Teori

2.1.1

Pengertian Akuntansi
Ada beberapa pengertian mengenai akuntansi menurut Rahman Pura

(2013:4) akuntansi didefinisikan sebagai:
“Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan dalam
penyediaan jasa, yang berupa informasi keuangan kuantitatif dari suatu
unit organisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut
kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan
keputusan ekonomi”.
Sedangkan menurut Rudianto (2014) pengertian akuntansi adalah:
“Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi
keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas

ekonomi dan kondisi suatu perusahaan”.
2.1.2

Definisi Akuntansi Sektor Publik
Menurut Bastian (2010) Akuntansi sektor public didefinisikan sebagai:
“…mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama
sektor publik serta swasta”.

2.1.3

Penyusunan Laporan Keuangan Sektor Publik
Menurut Bastian (2006:388), laporan keuangan sektor publik merupakan

representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas sektor publik. Tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas dari suatu
entitas yang berguna bagi sejumlah besar pengguna (wide range users) guna

8

9

membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber yang dipakai
oleh suatu entitas dalam mencapai tujuannya.
Secara spesifik, tujuan khusus laporan keuangan sektor publik adalah
untuk menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan dan
menunjukkan akuntabilitas entitas atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan dengan cara:
1. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya-sumber daya finansial;
2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
3. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas dalam medanai aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta
komitmennya;
4. Menyediakan informasi mengenai kondisi finansial suatu entitas dan
perubahan di dalamnya; dan
5. Menyediakan informasi agregat yang berguna dalam mengevaluasi

kinerja entitas dalam hal biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
2.1.4

Pengertian Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya

yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang. Dari pengertian di atas telah dikemukakan

10

sebelumnya bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat mengubah sesuatu
yang lain.
2.1.5

Latar Belakang Pendidikan
Menurut Matindas, (2002:89) menyatakan bahwa sumber daya manusia

adalah kesatuan tenaga manusia yang dalam organisasi dan bukan hanya sekedar
penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya

manusia harus dipandang sebagai suatu sistem dimana tiap-tiap karyawan
merupakan berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Nisa (2015: 31)
Sumber daya manusia diukur berdasarkan latar belakang pendidikan yang
diperoleh pegawai. Dalam kaitan dengan kemampuan penyusunan laporan
keuangan, maka lebih efektif dalam penyusunan laporan keuangan adalah sumber
daya manusia yakni pegawai yang dimiliki berlatar belakang pendidikan
akuntansi.
Suatu organisasi atau entitas perlu memperhatikan latar belakang dari
semua pegawai yang bekerja untuk organisasi atau instansi tersebut terutama latar
belakang pendidikannya. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (2006)
“Jumlah SDM Aparatur yang berlatar belakang akuntansi pada satuan kerja
pengelola keuangan baik pusat maupun di daerah, jumlahnya sangat terbatas”.
Kondisi tersebut berdampak pada ketidakakuratan proses pencatatan, keterbatasan
dalam penyajian laporan, dan penerapan sistem akuntansi yang benar.

11

2.1.5.1 Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan yaitu sebuah proses
pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman

yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang
diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki
pola pikir, perilaku, dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang
diperolehnya. Adapun menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003, pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik,
pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan
oleh dirinya dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikan ialah bimbingan yang diberikan kepada anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai tingkat kedewasaan dan
bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, membentuk karakter diri, dan
mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan juga bisa
diartikan sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik
dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi
peranannya dimasa yang akan datang.

12


2.1.5.2 Tujuan Pendidikan
Menurut Nisa (2015:32) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Pada saat ini di Indonesia,
pemerintah mewajibkan semua warga negara belajar 9 (sembilan) tahun bahkan
lebih baik lagi jika lebih dari sembila tahun. Hal ini dikarenakan pendidikan
sangat penting untuk semua orang dan bermanfaat untuk masa yang akan datang.
Menurut Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan antara lain:
a. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat, dan konsep-konsep.
b. Mengubah sikap dan persepsi.
c. Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
2.1.5.3 Jalur Pendidikan
Pendidikan ini diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka
dan atau melalui jarak jauh. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003, jalur pendidikan terdiri dari:
a. Jalur Pendidikan Formal
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

13

Ketentuan mengenai pendidikan dasar diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Ketentuan mengenai
pendidikan menengah sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan


tinggi

merupakan

jenjang

pendidikan

setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma,

sarjana,

magister,

spesialis,


dan

doktor

yang

diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi
diselenggarakan dengan sistem terbuka.
b. Jalur Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

14

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan
nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia

dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan
nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
2.1.6

Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia (2002:427) pemahaman adalah

sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Adapun menurut
Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah
bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.
Menurut

Arif


Bachtiar,

dkk

(2002:3)

mendefinisikan

akuntansi

pemerintahan sebagai berikut:
“Suatu aktivitas pemberi jasa untuk menyediakan informasi keuangan
pemerintah
berdasarkan
proses
pencatatan,
pengklasifikasian,
pengikhitisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas
informasi keuangan tersebut”

15

Sedangkan menurut Abdul Halim (2002:143) menyebutkan bahwa
akuntansi pemerintahan adalah:
“Sebuah kegiatan jasa dalam rangka menyediakan informasi kuantitatif
terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan
keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas
berbagai alternatif arah tindakan”.
Dengan demikian, akuntansi pemerintahan dapat disimpulkan bahwa
akuntansi pemerintahan merupakan suatu kegiatan jasa untuk menyediakan
informasi yang bersifat keuangan pemerintah guna pengambilan keputusan dari
pihak-pihak

yang

berkepentingan

berdasarkan

proses

pencatatan,

pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah memuat 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah,
yaitu:


PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporam Keuangan;



PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;



PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;



PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan;



PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;



PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;

16



PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;



PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;



PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;



PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan, Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak
Dilanjutkan;



PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;



PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

2.1.6.1 PSAP No.01 Penyajian Laporan Keuangan
PSAP No.01 membahas tentang tujuan laporan keuangan, tanggung jawab
laporan keuangan, komponen-komponen laporan keuangan, identifikasi laporan
keuangan dan periode pelaporan.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih,
arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan
yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
2. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan
berada pada pimpinan entitas.

17

3. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas;
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
4. Identifikasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan diidentifikasikan secara jelas dari informasi
lainnya dalam dokumen terbitan yang sama. Pernyataan standar
akuntansi pemerintahan hanya berlaku untuk laporan keuangan dan
tidak untuk informasi lain yang disajikan dalam suatu laporan
tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu, penting bagi
pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan
menurut standar akuntansi pemerintah dari informasi lain.
5. Periode Laporan
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan suatu
periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas
pelaporan mengungkapkan informasi berikut:

18

a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan
tertentu seperti arus kas dan catatan-catatan terkait tidak
dapat diperbandingkan.
2.1.6.2 PSAP No.02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP No.02 membahas tentang tujuan laporan realisasi anggaran dan
struktur laporan realisasi anggaran.
1. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan laporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi
realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara
anggaran dana realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian targettarget yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
peraturan perundang-undangan.
2. Struktur Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA
b. Belanja
c. Transfer
d. Surplus/defisit-LRA
e. Penerimaan pembiayaan
f. Pengeluaran pembiayaan

19

g. Pembiayaan neto
h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA)

2.1.6.3 PSAP No.03 Laporan Arus Kas
PSAP No.03 membahas tentang tujuan laporan arus kas dan klasifikasi
laporan arus kas.
1. Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, pengguna, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan
keputusan. Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu.
2. Klasifikasi Arus Kas
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi
kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan
untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.

20

2.1.6.4 PSAP No.04 Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAP No.04 membahas tentang struktur dan isi, penyajian informasi
tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, penyajian informasi tentang
kebijakan fiskal dan ekonomi makro, penyajian ikhtisan pencapaian target
keuangan. Adapun penjelasan masing-masing sebagai berikut:
1. Struktur dan Isi
Dalam rangka pengungkapan yang memadai, catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi;
b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar
muka laporan keuangan;
f. Informasi

yang

diharuskan

oleh

pernyataan

standar

akuntansi

pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

21

2. Penyajian Informasi tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
Entitas pelaporan dan entitas akuntansi meliputi:
a. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta juridiksi tempat entitas
tersebut berada;
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya, dan
c. Ketentuan

perundang-undangan

yang

menjadi

landasan

kegiatan

operasionalnya.
3. Penyajian Informasi tentang Kebijakan Fiskal dan Ekonomi Makro
Kebijakan fiskal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan,
efisiensi belanja dan penentuan sumber atau pengguna pembiayaan. Dalam
kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran, program dan prioritas anggaran,
kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, pengembangan pasar surat
utang Negara.
4. Penyajian Ikhtisar Pencapaian Target Keuangan
Ikhtisar ini disajikan untuk pendapatan-LRA, belanja, maupun pembiayaan
dengan struktur sebagai nilai target total, nilai realisasi total, presentase
perbandingan antara target dan realisasi, dan alasan utama terjadinya
perbedaan antara target dan realisasi.
2.1.6.5 PSAP No.05 Akuntansi Persediaan
PSAP No.05 membahas tentang bagaimana pengakuan dan pengukuran.
Untuk penjelasannya sebagai berikut:

22

1. Pengakuan
Pengakuan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal, pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.
2. Pengukuran
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang;
b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya
tidak material dan bermacam-macam jenis.
2.1.6.6 PSAP No.06 Akuntansi Investasi
PSAP No.06 membahas tentang bagaimana klasifikasi investasi,
pengakuan investasi, dan penilaian investasi. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Klasifikasi Investasi
Klasifikasi investasi diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset nonlancar.
2. Pengakuan Investasi
Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk
investasi dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai
investasi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

23

a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa
potensial.
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
memadai (realiable)
3. Penilaian Investasi
Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:
a. Metode biaya. Dengan menggunakan metode biaya, investasi
dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut
diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi
besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
b. Metode ekuitas. Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah
mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah
atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah
tanggal perolehan.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan. Metode ini
digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual
dalam jangka waktu dekat.
2.1.6.7 PSAP No.07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP No.07 membahas tentang klasifikasi, pengakuan dan penilaian, aset
tetap.
1. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah

24

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, dan kontruksi dalam pengerjaan.
2. Pengakuan Aset Tetap
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Kriteria aset tetap
agar dapat diakui yaitu harus berwujud, mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur
secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operas normal
entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
3. Penilaian Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
2.1.6.8 PSAP No.08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
PSAP

No.08

membahas

tentang

pengakuan,

pengukuran,

dan

pengungkapan konstruksi dalam pengerjaan.
1. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai konstruksi dalam
pengerjaan jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa
yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh, biaya
perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan aset tersebut masih
dalam proses pengerjaan.

25

2. Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan
Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola:
a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
b. Biaya yang dapat didistribusikan pada kegiatan pada umumnya
dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
c. Biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi
yang bersangkutan.
3. Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan
Pengungkapan konstruksi dalam pengerjaan pada akhir periode
akuntansi yaitu rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut
tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya, nilai kontrak
konstruksi dan sumber pendanaannya, jumlah biaya yang telah
dikeluarkan dan yang masih harus dibayar, uang muka kerja yang
diberikan dan retensi.
2.1.6.9 PSAP No.09 Akuntansi Kewajiban
PSAP No.09 membahas tentang klasifikasi, pengakuan, dan pengukuran
kewajiban. Untuk penjelasannya sebagai berikut:
1. Klasifikasi Kewajiban
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka
panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan
diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan jika:

26

a. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua
belas) bulan,
b. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
tersebut atas dasar jangka panjang; dan
c. Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan
kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan
keuangan disetujui.
2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang
ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
3. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran
mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca.
2.1.6.10 PSAP No.10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP No.10 membahas tentang koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan.

27

1. Koreksi Kesalahan
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang
berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan baik saldo anggaran lebih maupun saldo ekuitas.
Koreksi yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus
diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
2. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh
peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang
berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, atau arus
kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan
keuangan entitas.
3. Perubahan Estimasi Akuntansi
Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan pada
laporan operasional pada periode perubahan dan periode selanjutnya
sesuai sifat perubahan.
4. Operasi yang Tidak Dilanjutkan
Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya
hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan, tanggal
efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak

28

sosial atau dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait
pada penghentian apabila ada harus diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan.
2.1.6.11 PSAP No.11 Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari laporan realisasi anggaran,
laporan perubahan sal, neraca, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
konsolidasi sebagaimana dimaksud disajikan oleh entitas pelaporan, kecuali: (a)
Laporan keuangan konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum; (b) Laporan keuangan konsolidasian
perubahan saldo anggaran lebih yang hanya disusun dan disajikan oleh
pemerintah pusat.
2.1.6.12 PSAP No.12 Laporan Operasional
Laporan operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Pengguna laporan
membutuhkan laporan operasional dalam mengevaluasi pendapatan dan beban
untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan. Laporan
operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Laporan operasional dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan
keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan

29

selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang
merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu dijelaskan.
2.1.7

Kualitas Laporan Keuangan

2.1.7.1 Pengertian Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kualitas adalah tingkat baik
buruknya sesuatu;kadar. Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk
atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang
dinyatakan secara tegas maupun tersamar.
2.1.8

Pengertian Laporan Keuangan
Menurut S. Munawir (2004:2) Laporan keuangan adalah:
“Hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari
perusahaan tersebut.”
Sedangkan menurut Sofiyan Syafri Harahap (2002:7) mengemukakan

bahwa laporan keuangan merupakan:
“Pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi
bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam
proses pengambilan keputusan dan juga menggambarkan indicator
kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuan.”
2.1.9

Entitas Akuntansi dan Pelaporan
Menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010, Entitas akuntansi

merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran, kekayaan, dan
kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan
atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

30

wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang
bertujuan umum, yang terdiri dari:
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah;
c) Masing-masing kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat;
d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat
pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset,
yuridiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan
wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya.
2.1.10 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan
2.1.10.1 Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perudang-undangan.

31

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upayaupaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan
ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

32

e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.
2.1.10.2 Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman;

33

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran
lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus
kas suatu entutas pelaporan.
2.1.10.3 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keungan pokok terdiri dari:
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c) Neraca;
d) Laporan Operasional;
e) Laporan Arus Kas;
f) Laporan Perubahan Ekuitas;
g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib
menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).
2.1.10.4 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

34

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya
bagian yang mengatur keuangan negara;
b) Undang-Undang di bidang keuangan negara;
c) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur keuangan daerah;
e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah;
f) Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara/Daerah; dan
g) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat
dan daerah.
2.1.11 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:
a) Relevan;
b) Andal;
c) Dapat dibandingkan; dan
d) Dapat Dipahami.

35

2.1.11.1 Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi yang relevan:
a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c) Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d) Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan
keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan
informasi tersebut dapat dicegah.

36

2.1.11.2 Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian

yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
a) Penyajiannya Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
2.1.11.3 Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan

37

menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
2.1.11.4 Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
2.1.12 Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran
terdiri dari LRA dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari
Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK merupakan laporan yang merinci atau
menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun
laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
2.1.12.1 Laporan Realisasi Anggaaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,

38

yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.
2.1.12.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
2.1.12.3 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
2.1.12.4 Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan.
2.1.12.5 Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama
periode tertentu.
2.1.12.6 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

39

2.1.12.7 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang sehubungan dengan penelitian ini dapat

diikhtisarkan sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2014) pada SKPD di Kabupaten
Klungkung menyimpulkan bahwa semakin tinggi pemahaman SAP seorang
pegawai, maka semakin tinggi kualitas penyusunan laporan keuangan daerah. Hal
ini ditunjukkan dengan latar belakang pendidikan pegawai bagian akuntansi dan
keuangan yang sudah mencukupi dan disertai dengan baiknya pemahaman tentang
SAP. Kedua faktor tersebut sangat mendorong penyusunan laporan keuangan
daerah yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Yohanes (2013) pada
pemerintah Kota Tual menyimpulkan bahwa pengujian secara statistik
memberikan bukti bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Dari hasil penelitian

40

memberikan

bukti

bahwa

dengan

adanya

kejelasan

standar

akuntansi

pemerintahan yang dipakai, akan dihasilkan laporan keuangan yang berkualitas.
Implementasi SAP menjadi suatu keharusan agar laporan keuangan pemerintah
kota Tual bisa berkualitas dan dapat menyajikan informasi yang bermanfaat.
Penelitian yang dilakukan Agustiawan (2013) menyimpulkan bahwa
Standar Akuntansi Pemerintah berpengaruh positif signifkan terhadap kualitas
laporan keuangan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gorontalo Utara. Penerapan standar akuntansi pemerintah yang
semakin baik maka akan mendorong perbaikan kualitas laporan keuangan pada
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo
Utara.
2.3

Kerangka Pemikiran

2.3.1

Hubungan Latar Belakang Pendidikan Dengan Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk meningkatkan

potensi sumber daya manusia. Winkel dalam Rafiudin (2008) menyatakan bahwa
melalui pendidikan, diharapkan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu membangun bangsanya sendiri. Pendidikan memegang peranan
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini menuntut orang-orang
yang terlibat di dalamnya untuk bekerja secara maksimal dan bertanggung jawab.
Ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan seseorang dalam
memangku sebuah jabatan akan sangat berpengaaruh dengan kinerjanya. Seperti
halnya dalam penyusunan laporan keuangan SKPD diperlukan pegawai yang
mampu memahami laporan keuangan SKPD yang didukung dengan latar belakang

41

pendidikan akuntansi untuk menerapkan akuntansi keuangan daerah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Kusuma (2014) latar belakang pendidikan berpengaruh
positif signifikan terhadap penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan yang diberikan dapat menghasilkan
output yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.3.2

Hubungan Latar Belakang Pendidikan Melalui Pemahaman Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Menurut Kusuma (2014) pemahaman SAP dan latar belakang pendidikan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah. Dengan latar belakang pendidikan yang ditambah dengan
pemahaman terhadap SAP yang memadai dari seorang pegawai bagian akuntansi
dan keuangan akan sangat membantu dalam proses penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah. Pegawai bagian akuntansi dan keuangan yang memang
memiliki latar belakang pendidikan akuntansi secara tidak langsung akan paham
terhadap SAP sehingga akan memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Latar belakang pendidikan yang jelas memang sangat diperlukan agar lebih
paham terhadap SAP. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya pendidikan formal
tetapi bisa pada diklat yang diadakan instansi tempat pegawai tersebut bekerja.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu (Kusuma,
2014; Agustiawan, 2013) tapi berbeda dalam model kerangka pemikiran. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya variabel intervening. Variabel

42

intervening dalam penelitian ini adalah pemahaman SAP. Penelitian ini meneliti
tentang pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kualitas laporan keuangan
dengan pemahaman SAP sebagai perantaranya.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki pegawai akuntansi dan keuangan
merupakan bekal utama bagi pegawai bagian keuangan untuk memahami SAP.
Semakin paham terhadap SAP maka semakin baik pula pegawai tersebut
menyusun laporan keuangan sehingga penyajian yang dilakukan juga sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Baik buruknya dari laporan keuangan bersumber
dari latar belakang pendidikan dan pemahaman SAP dari pegawai bagian
akuntansi dan keuangan yang memiliki tugas untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan (Kusuma,2014). Karena SAP merupakan acuan wajib dalam
penyajian laporan keuangan pemerintah. Maka dengan adanya diterapkannya
standar akuntansi pemerintah dalam penyajian laporan keuangan, maka otomatis
laporan keuangan yang disajikan juga akan lebih berkualitas (Agustiawan, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka
pemikiran sebagai berikut:

Latar Belakang
Pendidikan

Pemahaman Standar
Akuntansi
Pemerintahan (SAP)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah

43

2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Umma Sekaran (2007:135) Hipotesis dapat didefinisikan sebagai
hubungan yang diperkirakan secara logis antara dua variabel yang diungkapkan
dalam bentuk pernyataan secara logis. Hipotesis penelitian berdasarkan kerangka
pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut:
H1 : Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah.
H2 : Latar belakang pendidikan melalui pemahaman standar akuntansi
pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP IMPLEMENTASI PROSES AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN PEGAWAI MENGENAI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA DINAS PENDIDIKAN, DINAS KESEHAAN, DINAS

0 1 6

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

1 10 5

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 2

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 7

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 1

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 1

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 6

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 4

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 2

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Dinas-Dinas di Provinsi Jawa Barat)

0 0 1