Present 1 ANALISIS BASIS EKONOMI

PENGUKURAN INDIKATOR EKONOMI
MAKRO, MIKRO DAN DAERAH SERTA
INTERPRETASI
TEUKU ZULHAM

DISAJIKAN PADA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN
PERENCANA TINGKAT PERTAMA ANGKATAN XVII
Banda Aceh, 21 September 2015

POKOK BAHASAN
ANALISIS BASIS EKONOMI
ELASTISITAS
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN

GENDER
INDIKATOR DISPARITAS
INDIKATOR PEMBANGUNAN LAINNYA

ANALISIS BASIS EKONOMI

Sumber Bacaan :

1. Sjafrizal: Ekonomi Regional: Teori dan

Applikasi. Penerbit: Baduose Media,
Padang, 2008.
2. Robinson Tarigan: Ekonomi Regional:
Teori dan Applikasi. Edisi Revisi. Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta. 2006.

Pengertian Dasar
Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

mendasarkan pandangan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis
dan kegiatan nonbasis. Hanya kegiatan basis yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan
baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang
mendatangkan uang dari luar wilayah disebut

Kegiatan Basis.
Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah
fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak
tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal).

Sektor nonbasis (service) adalah untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi lokal di mana
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan masyarakat
setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat
terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak
bisa berkembang melebihi pertumbuhan
ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan ini,
satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan
perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan
alamiah adalah sektor basis.

Pengganda Basis
Analisis basis dan nonbasis pada umumnya


didasarkan atas nilai tambah ataupun lapangan
kerja. Misalnya, penggabungan lapangan kerja
basis dan nonbasis merupakan total lapangan
kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut.
Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor
basis dan pendapatan sektor nonbasis merupakan
total pendapatan wilayah tersebut. Di dalam
suatu wilayah dapat dihitung berapa besarnya
lapangan kerja basis dan nonbasis, dan apabila
kedua angka itu dibandingkan, dapat dihitung nilai
rasio basis (base ratio) dan kemudian dapat dipakai
untuk menghitung nilai pengganda basis (base
multiplier).

Rasio basis adalah perbandingan antara

banyaknya lapangan kerja nonbasis yang
tersedia untuk setiap satu lapangan kerja
basis.

Misalnya, dalam satu wilayah terdapat 3.000

lapangan kerja yang terdiri dari:
1.000 lapangan kerja basis, dan
 2.000 lapangan kerja nonbasis


Dengan demikian, rasio basis (base ratio)

adalah 1 : 2, artinya setiap satu lapangan kerja
basis, tersedia dua lapangan kerja nonbasis.

Apabila pada periode berikutnya ekspor bisa

ditingkatkan dan menambah lapangan kerja basis,
misalnya 100 orang, maka diharapkan tercipta
tambahan 200 orang lapangan kerja baru di sektor
nonbasis. Dengan kata lain, peningkatan ekspor
akhirnya menciptakan tambahan 300 lapangan
kerja baru.

Sebaliknya, apabila produk pengusaha (eksportir)
kalah bersaing di pasar global dan terpaksa
mengurangi kegiatan termasuk jumlah
karyawannya sebanyak 50 orang, maka secara
bertahap sektor nonbasis akan kehilangan lapangan
kerja sebanyak 100 orang. Hal ini berarti
pengurangan ekspor akhirnya menurunkan
lapangan kerja yang tersedia sebanyak 150 orang.

Perlu diingat bahwa akibat kenaikan atau

penurunan ekspor, lapangan kerja yang
langsung bertambah atau berkurang adalah
di sektor basis, sedangkan kenaikan atau
penurunan di sektor nonbasis akan menyusul
secara bertahap sampai seluruhnya terjadi.

Waktu yang diperlukan antara berubahnya

lapangan pekerjaan di sektor basis dan

perubahan di sektor nonbasis merupakan masa
tenggang (time-lag).
Besarnya perubahan lapangan kerja total untuk

setiap satu perubahan lapangan kerja di sektor
basis disebut pengganda basis (base multiplier),
yang nilainya dapat dihitung melalui rumus:

Dari contoh di atas, nilai pengganda basis adalah

3.000 : 1.000 = 3, artinya setiap pertambahan
lapangan kerja basis sebanyak 1 unit,
mengakibatkan pertambahan lapangan kerja total
sebanyak 3 unit, yaitu 1 unit di sektor basis dan 2
unit di sektor nonbasis. Oleh karena data di atas
digunakan data lapangan kerja, maka disebut
pengganda basis lapangan kerja (employment base
multiplier). Jika digunakan data pendapatan , maka
disebut pengganda basis pendapatan (income base
multiplier).

Catatan, untuk variabel pendapatan, harus
menggunakan nilai dengan ukuran yang sama,
misalnya sama-sama menggunakan nilai konstan
atau berlaku masing-masing untuk tahun yang sama.

CARA MEMILAH KEGIATAN BASIS
DENGAN NONBASIS
1.
2.
3.
4.

METODE
METODE
METODE
METODE

LANGSUNG
TIDAK LANGSUNG
CAMPURAN

LOCATION QUOTIENT (LQ)

1. Metode Langsung
Metode langsung dapat dilakukan dengan

survei langsung kepada pelaku usaha, ke
mana mereka memasarkan barang yang
diproduksi dan dari mana mereka membeli
bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan
produk tersebut.

Dari jawaban yang mereka berikan, dapat

ditentukan berapa persen produk yang
dijual ke luar wilayah dan berapa persen
yang dipasarkan di dalam wilayah. Hal yang
sama juga dilakukan untuk bahan baku
yang mereka gunakan. Juga berapa jumlah
orang yang bekerja, dan berapa nilai
tambah yang diciptakan oleh kegiatan

usaha tersebut. Variabel yang lebih mudah
diperoleh adalah lapangan kerja, sedangkan
yang sulit adalah variabel nilai tambah
pendapatan.

Penggunaan variabel lapangan kerja juga

memerlukan pemikiran dan kehati-hatian
yang cukup tinggi. Dalam suatu kegiatan
usaha sering kali tercampur kegiatan basis
dan nonbasis. Oleh karena itu, perlu
pengukuran metode lain.

2. Metode Tidak Langsung
Mengingat rumitnya melakukan survei langsung

ditinjau dari sisi waktu dan biaya, banyak juga
dipakai metode tidak langsung dalam mengukur
kegiatan basis dan nonbasis. Salah satu metode
tidak langsung adalah dengan menggunakan

asumsi atau disebut metode asumsi.
Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi di
wilayah tersebut (berdasarkan data sekunder),
ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai
kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai
kegiatan nonbasis.

Ada kegiatan yang secara tradisional

dikategorikan sebagai kegiatan basis, misalnya:
Asrama meliter karena gaji penghuninya dan

biaya operasional/perawatan lokasi berasal dari
uang pemerintah pusat.,
Kegiatan pertambangan karena umumnya
hasilnya dibawa ke luar wilayah,
Kegiatan pariwisata karena mendatangkan uang
dari luar wilayah.

Kegiatan yang mayoritas produknya dijual ke


luar wilayah atau mayoritas uang masuknya
berasal dari luar wilayah, langsung dianggap
basis, sedangkan yang mayoritas produknya
dipasarkan lokal dianggap nonbasis.

3. Metode Campuran
Suatu wilayah yang sudah berkembang,

cukup banyak usaha yang tercampur antara
kegiatan basis dan nonbasis. Penggunaan
metode asumsi murni, akan memberikan
memberikan kesalahan yang besar. Akan
tetapi, penggunaan metode langsung yang
murni juga cukup berat, yang sering
dilakukan adalah gabungan antara metode
asumsi dengan metode langsung yang disebut
metode campuran.

Dalam metode campuran diadakan survei

pendahuluan, yaitu pengumpulan data
sekunder, biasanya dari instansi pemerintah
atau lembaga pengumpul data seperti BPS.
Dari data sekunder berdasarkan analisis
ditentukan kegiatan mana yang dianggap
basis dan nonbasis. Asumsinya, apabila 70%
atau lebih produknya diperkirakan dijual ke
luar wilayah maka kegiatan itu langsung
dianggap basis. Sebaliknya, apabila 70% atau
lebih produknya dipasarkan di tingkat lokal,
maka langsung dianggap nonbasis.

Apabila porsi basis dan nonbasis tidak begitu

kontras, porsi itu harus ditaksir. Untuk menentukan
porsi tersebut, harus dilakukan survei lagi dan
harus ditentukan sektor mana yang surveinya
cukup dengan pengumpulan data sekunder dan
sektor mana yang mungkin membutuhkan sampling
pengumpulan data sekunder dan sektor mana yang
mungkin membutuhkan sampling pengumpulan
data langsung dari pelaku usaha. Jadi, untuk suatu
wilayah yang ekonominya terbuka dan kegiatan
ekonominya cukup beragam, tidak mungkin hanya
menggunakan metode asumsi saja, tetapi haruslah
gabungan antara metode asumsi dan metode
langsung.

4. Metode Location Quetient (LQ)
Metode lain yang tidak langsung adalah

dengan menggunakan Location Quetient (LQ).
Metode LQ membandingkan porsi lapangan
kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di
wilayah tertentu dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang
sama secara nasional. Dalam bentuk rumus,
apabila yang digunakan adalah data lapangan
kerja, hal tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:

Keterangan:
li = banyak lapangan kerja sektor i di wilayah analisis
e = banyaknya lapangan kerja (total sektor) di wilayah analisis
Li = banyak lapangan kerja sektor i secara nasional
E = banyak lapangan kerja (total sektor) secara nasional.
Catatan:
Istilah nasional adalah wilayah yang lebih tinggi jenjangnya.
Misalnya, apabila wilayah analisis adalah provinsi, maka
wilayah nasional adalah wilayah negara. Apabila wilayah
analisis adalah wilayah kabupaten/kota, maka istilah
nasional digunakan untuk provinsi, dan seterusnya.

Dari rumus di atas diketahui bahwa apabila

LQ > 1 berarti bahwa porsi lapangan kerja
sektor i di wilayah analisis terhadap total
lapangan kerja wilayah adalah lebih besar
dibandingkan dengan porsi lapangan kerja
untuk sektor yang sama secara nasional.
Artinya sektor i di wilayah analisis secara
proporsional dapat menyediakan lapangan
kerja melebihi porsi sektor i secara nasional.
LQ > 1 memberikan indikasi bahwa sektor
tersebut
adalah basis,
LQ < 1 berarti sektor itu adalah nonbasis.

Metode LQ banyak dikritik karena didasarkan atas

asumsi bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi
rata-rata wilayah adalah sama. Bisa saja ada suatu
wilayah yang lapangan kerja untuk sektor i lebih
rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Atau
ada suatu wilayah yang lapangan kerja untuk sektor
tertentu (misalnya sektor pangan) cukup tinggi
disebabkan oleh permintaan masyarakat setempat
untuk pangan tersebut melebihi rata-rata nasional,
tetapi produktivitasnya lebih rendah. Jadi,
walaupun lapangan kerja yang tersedia melebihi
porsi nasional, tetapi hal itu hanya untuk menutupi
kebutuhan lokal yang juga tinggi. Dengan demikian,
produknya tidak ditujukan untuk ekspor sehingga
tidak dapat dianggap basis.

Menghadapi kritikan ini, Tiebout (1962) menerapkan

apa yang disebut minimum requirement
technique. Dalam teknik ini dikumpulkan beberapa
wilayah yang kondisinya untuk sektor tertentu lebih
kurang sama. Setiap wilayah dihitung persentase
lapangan kerja untuk setiap sektor. Setiap sektor
yang sama dibuat rangking antara wilayah yang satu
dan wilayah lainnya. Ranking itu disusun dari
persentase tertinggi ke persentase terendah.
Ranking terendah, yaitu persentase di atas angka
terendah, produksinya dianggap untuk diekspor
sehingga dikategorikan sebagai basis. Untuk
menghindari kemungkinan adanya angka yang
ekstrem rendah, terkadang dipakai bukan angka
terendah tapi misalnya ranking ketiga dari bawah.

MODEL BASIS EKONOMI MENURUT
TIEBOUT
Charles M. Tiebout dalam makalahnya berjudul

The Community Economic Base Study (1962)
untuk Committee for Economic Development, New
York (dalam Avrom Bendavid: Regional Economic
Analysis, 1974) menggunakan perbandingan dalam
bentuk pendapatan (income) dan membuat rincian
yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
terkait dalam pengganda basis. Dalam bentuk
pendapatan, hubungan antara perubahan
pendapatan basis dengan perubahan total
pendapatan, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perubahan pendapatan total = pengganda basis x
perubahan pendapatan basis
Dalam uraian berikutnya, Tiebout menggunakan
simbol-simbol dasar yakni:
Yt = Pendapatan total (total income),
Yb = Pendapatan basis (basic income),
Yn = Pendapatan nonbasis (service),
K = Pengganda basis (base multiplier),
∆ = perubahan pada sesuatu variabel
Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
∆Yt = K . ∆Yb …………………………… (1)
Pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah
sebagai berikut:

Atau dalam bentuk simbol adalah sebagai
berikut:

Karena pendapatan total = pendapatan basis

+ pendapatan nonbasis, maka rumus
pengganda basis tersebut di atas, dapat
dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Pengganda basis yang di atas disebut

pengganda basis jangka pendek (Ks)
sehingga:

Apabila Ks dari pers (2) yakni

digunakan sebagai pengganti pengganda
basis pada pers (1) yakni ∆Yt = K . ∆Yb, maka
diperoleh persamaan baru dalam perubahan
pendapatan total wilayah sebagai berikut:

Selanjutnya menurut Tiebout perekonomian

terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor ekspor (X),
sektor investasi (I), dan sektor konsumsi (C).
Total pendapatan wilayah adalah penjumlahan
dari ketiga sektor tersebut dengan catatan
apabila seluruh kegiatan menggunakan bahan
baku lokal. Jadi, secara simbolik :
 
Yt = X + I + C ……………………………… (4)

Namun diketahui bahwa pengeluaran untuk

konsumsi dan investasi tidak seluruhnya
menggunakan bahan baku lokal. Yang menjadi
pendapatan daerah adalah total pengeluaran
dikurangi pengeluaran untuk impor kedua
kegiatan tersebut. Pengeluaran konsumsi yang
digunakan untuk membeli produk lokal dan
menjadi pendapatan daerah diberi simbol Cr
dan untuk investasi diberi simbol Ir. Dari
persamaan (4) di atas yakni Yt = X + I + C,
maka dapat dirumuskan bahwa:
∆Yt = ∆X + ∆Ir + ∆Cr
…………………………….. (5)

Penambahan simbol r (regional) di belakang I dan C

menggambarkan bahwa yang dihitung hanyalah yang
menjadi pendapatan lokal. Sebagian pengeluaran untuk
investasi dan konsumsi tidak akan menjadi pendapatan
lokal, baik karena pajak yang ditarik pemerintah
maupun karena barang tersebut berasal dari impor.
Pendapatan dari konsumsi (Cr) adalah pendapatan
nonbasis karena besarnya ditentukan oleh tingkat
pendapatan masyarakat di wilayah tersebut.
Pendapatan dari ekspor adalah pendapatan basis
karena bersifat exogenous begitu pula pendapatan dari
kegiatan investasi (Ir). Besarnya investasi bukan
ditentukan oleh pendapatan masyarakat saat ini,
melainkan berdasarkan keputusan masa lalu dan
harapan di masa yang akan datang, atau dana investasi
datang dari luar wilayah sehingga dianggap exogenous.

Jadi pendapatan basis terdiri atas penjumlahan
dari pendapatan kegiatan ekspor dan kegiatan
investasi dari bagian yang menjadi pendapatan
lokal. Jadi, dapat dirumuskan bahwa:
Yb = X + Ir ………………………………(6)
 
Dan selanjutnya dapat diturunkan menjadi:
 
∆Yb = ( ∆X + ∆Ir ) = ∆ ( X + Ir ) ……………….
(7)

Sebelumnya telah diuraikan bahwa perubahan
pendapatan basis akan mengubah pendapatan di
bidang nonbasis, bagaimanakah hal ini bisa terjadi ?
Pendapatan yang diperoleh masyarakat dari kegiatan
ekspor dan investasi akan digunakan untuk berbagai
cara, biasanya yang terbesar adalah dibelanjakan
untuk keperluan konsumsi dan dari yang digunakan
untuk konsumsi ada yang berasal dari produk lokal
dan ada yang berasal dari produk impor. Konsumsi
yang berasal dari produk lokal akan menaikkan
pendapatan nonbasis. Ada juga dari pendapatan itu
yang dibelanjakan di luar wilayah atau dikirim ke luar
wilayah, misalnya untuk membelanjai anak yang
sedang belajar di wilayah lain.

Hal ini semua merupakan kebocoran yang

mengurangi kekuatan permintaan akan
produk lokal. Ada bagian yang disimpan baik
untuk tujuan konsumsi di masa datang atau
untuk investasi. Sementara itu, uang yang
disimpan mengalami kebocoran sampai
simpanan itu digunakan kembali. Uang yang
disimpan di bank tidak mengalami kebocoran
karena biasanya bank akan memutarkannya
kembali untuk dipakai oleh pihak ketiga baik
untuk kepentingan investasi maupun
konsumsi.

TERIMA KASIH
POKOK PEMBAHASAN SELANJUTNYA :
ELASTISITAS