LAPORAN EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGE

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
ANALISIS VEGETASI METODE KUADRAN

DORPAIMA D LUMBANGAOL
05121007028

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu vegetasi sudah di mulai hampir tiga abad yang lalu, mula- mula kegiatan utama
dilakukan lebih di arahkan pada deskripsi dari bentang alam dan vegetasinya.
Kemudian pada abab ke XX usaha-usaha di arahkan untuk menyederhanakan deskripsi

dan vegetasi dengan tujuan untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan
standar dasar dalam evolusi secara kuantitatif.
Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan
pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam
mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi
merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup
tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesiessebagaikomponennya maupun
oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran
vegetasi secara umum.
Vegetasi

sebagai

salah

satu

komponen

dari


ekosistem

yang

dapat

menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur
dan nyata. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu
hidup tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya
maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi
gambaran vegetasi secara umum.

. Apabila penguasaan sarana tumbuh dimenangkan oleh gulma, maka pada umumnya
tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada penurunan produksi
atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat selain karena kesulitan
mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang mampu mengeluarkan enzim akar
yang mampu merusak atau meracuni tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan
menentukan apakah gulma tersebut merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan

tersebut umumnya memiliki hubungan dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat
berbeda pada setiap tanaman berdasarkan nilai ekonominya.
Analisis vegetasi digunakan unutk mengetahui gulma ± gulma yang memiliki
kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini,
penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau
tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman
tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah
yang banyak.
Analisis vegetasi ini penting karena melalui analisis inilah variable-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (Indeks Nilai
Penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi dapat diketahui.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan,
dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan
kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar.

Kerapatan satu species penting diketahui untuk menentukan seberapa banyak species
tumbuhan yang ada di lahan tersebut dan ada tumbuhan apa saja yang ada di lahan
tersebut. Hal ini penting diketahui untuk menentukan tindakan yang tepat dalam

pengolahan lahan sehingga tidak mengganggu tanaman utama yang ada di lahan
tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menduga komunitas yang berbentuk tihang
dan pohon, contohnya dalam vegetasi rawa.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang
luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling
ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak
contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau

pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika
kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili
komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur ( Marpaung andre, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur
komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam
analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa

kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau
banyaknya (abudance).
Dalam

pengambilan

contoh


kuadrat,

terdapat

empat

sifat

yang

harus

dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah (Dedy 2010) :
1.

Ukuran petak.

2.


Bentuk petak.

3.

Jumlah petak.

4.

Cara meletakkan petak di lapangan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa

jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan
sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan

indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi
dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun
vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran
vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari
(Andre, 2009) :
Metode kuadran adalah salah satu idak menggunakan metode yang petak contoh
(potless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan
tihang (Muhammad Umar Harun, dkk, 2011).

III.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 April 2013 pukul 15.00 WIB di
Lahan Arboretum Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tali rafia, meteran,
parang dan buku catatan hasil pengamatan.

C. Cara Kerja
1. Langkah awal yang dari pengerjaan metode ini adalah dengan berpedoman pada vegetasi
dan areal yang akan dianalisis, kita menentukan pengamatan di lapangan dengan transek
yaitu garis lurus memotong areal yang akan diamati.
2. Penentuan titik pada transek tersebut.
3. Sesuaikan dengan arah pergerakan kompas hingga didapatkan perpotongan yang
menghasilkan 4 kuadran yaitu kuadran 1,2,3, dan 4.
4. Pada setiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihang dengan titik
pengamatan (titik A) dan diameter pohon pada setinggi dada atau 50 cm di atas akar papan
(banir).
5. Lakukan pengukuran untuk pohon atau tihang yang jaraknya paling dekat dengan titik A.

6. Penentuan jarak untuk titik pengamatan selanjutnya, dinilai dari awal pengamatan (A)

dengan mengukur jarak ke B, sejauh lebih besar dari dua kali jarak rata-rata antar pohon
yang ada di daerah vegetasi yang akan dianalisis.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hari/tanggal
Selasa
16 April 2013

Nama tanaman
Akasia
Senduduk
Paku-pakuan

Jumlah tanaman
150 pohon
70 pohon

100 pohon

Tinggi
>5m
>3m
27 cm

B. PEMBAHASAN

Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana pada
metode ini menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke pohon.
Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya.
Dalam praktikum kali ini di masing-masing kelompok membuat 1 transek sepanjang
50 m yang menghasilkan 4 kuadran. Transek tersebut dibagi menjadi 2 buah kuarter
dengan tiap plot berjarak 1,5 m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal
sehingga membagi plot menjadi 2 kuarter, pada masing-masing kurter terdapat 4
kuadran. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon (termasuk
didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling dekat
dengan titik pusat kuadran.
Karena metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti
Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat
pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu
kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka

pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang
dimaksud, tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut.
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(potless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan
tihang.
Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadran
yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di
lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi.
Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies
yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat.
Sistim analisis dalam metode ini berupa analisis :
1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan
didalam area cuplikan. Pada beberapa keadaan kesulitan dalam melakukan batasan
individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan
kreteria tertentu.
2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan.
Apabila dalam menentukan kerapatan di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka
untuk perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.
3. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan di jumpai dlam
sejumlah area cuplikan (n) di bandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang
dibuat (N) biasa dalam persen (%).

Pada titik A dari masing-masing kuadran didapatkan species tanaman talok pada
jarak 155cm dari titik, kuadran 2 ada tumbuhan akasia pada jarak 120cm, akasia juga
ditemukan pada kuadran 3 dengan jarak 180cm, dan pada kuadran 4 ditemukan pohon
seru pada jarak 90m. Pada titik B di kuadran 1 juga ditemukan tumbuhan talok pada
jarak 175cm, pada kuadran 2 akasia pada jarak 158cm, kuadran 3 juga ditemukan akasia
pada jarak 236cm, dan pada kuadran 4 ditemukan pohon seru pada jarak 140cm.
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap.
Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika
tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan
kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama
dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat
diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan
digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai
bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan
dalam komunitas.
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau
buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam
arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di
arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan. Ternyata
bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya.
Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di arboretum

(selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisinutrisi yang ada dalam tanah.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
·

Sistim analisis dalam metode ini berupa analisis kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.

·

metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini
merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh
atau suatu luas kuadrat tertentu.

·

Dalam praktikum kali ini di masing-masing kelompok membuat 1 transek sepanjang 50
m yang menghasilkan 4 kuadran. Transek tersebut dibagi menjadi 2 buah kuarter dengan
tiap plot berjarak 1,5 m.

·

Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan
sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum
tersebut beragam (heterogen).

·

Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap.
Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika
tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda.

B. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
sampel adalah ketepatan sampel yang berada paling dekat dengan titik.

DAFTAR PUSTAKA

Ande. 2009. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-

bagaimana-

mempelajari-analisa-vegetasi/ diakses tanggal 24 Juni 2013.
Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. http://boymarpaung.
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University

Press.

Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas
Muhammadyah.