Dokumen 9 .docx

a. DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
b. FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum
bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil,
trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.
Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting
pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber
utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang
femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
c. KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.

Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan Melalui kepala femur (capital fraktur)

·


Hanya di bawah kepala femur

·

Melalui leher dari femur

2.
·

Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

·

Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokhanter kecil.

d. PATOFISIOLOGI

1.

Penyebab Fraktur Adalah Trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :
·

Osteoporosis Imperfekta

·

Osteoporosis

·

Penyakit metabolik

TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :

Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan).

Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
TANDA DAN GEJALA
·

Nyeri hebat di tempat fraktur

·

Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah

·

Rotasi luar dari kaki lebih pendek

·

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
PENATALAKSANAAN MEDIK
·

X.Ray

·

Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

·

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

·

CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam
jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi
definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal
atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI


Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
·

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

·

Memperbaiki dan mencegah deformitas

·

Immobilisasi

·

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

·

Mengencangkan pada perlekatannya.


MACAM - MACAM TRAKSI
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau
untuk mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.
Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan
untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan
pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan
thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment.
Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya
membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara
aktif.
e. PENGKAJIAN
1.

Riwayat keperawatan

a.

Riwayat Perjalanan penyakit

·

Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan

·


Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma

·

Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll

·

Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan

·

Kehilangan fungsi

·

Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis

b.


Riwayat pengobatan sebelumnya

·
Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam
jangka waktu lama
·
Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
·

Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut

·

Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c.

Proses pertolongan pertama yang dilakukan


·
Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan
diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
·

Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

2.

Pemeriksaan fisik

a.

Mengidentifikasi tipe fraktur

b.

Inspeksi daerah mana yang terkena

-

Deformitas yang nampak jelas

-

Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

-

Laserasi

-

Perubahan warna kulit

-

Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c.

Palpasi

·

Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

·

Krepitasi

·

Nadi, dingin

·

Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

TINJAUAN KASUS
A.

Biodata

Nama

: An.W

Umur

: 13 tahun

Alamat

: kedaleman kulon puring

Ruang

: teratai

Dx medis

: fraktur femu tertutup dextra

B.

Pengkajian tgl 14/11/2011

1.

Keluhan utama:

Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
2.

Riwayat kesehatan sekarang :

Pasien dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada
kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda
fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu
ditempat yang sama
3.

Riwayat kesehatan dahulu :

Pasien blm pernah mengalami patah tulang(fraktur) sebelumnya, tidak
mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM
4.

Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5.

Pemeriksaan fisik

KU

: Cukup

Kesadaran

: Composmentis

Tanda-tanda Vital
TD

: 132/92 mmHg

S

: 37 0 C

N

: 102 x/mnt

R

: 22 x/mnt

Head to toe:
Kepala

: bentuk mesochepal

Rambut

: rambut agak kotor

Mata

: anemis, sklera tak ikterik

Telinga

: tidak ada discharge

Hidung

:Hidung tidak ada discharge,

Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Dada

: dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan

Paru

: suara paru vesikuler, wheezing, sonor diseluruh lapang paru

Jantung

: cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada

Abdomen

: dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 5x/mnt

Punggung

: tidak ada luka dekubitus atau yang lain

Genitalia

: jenis kelamin laki-laki

Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan mampu digerakkan
Anggota gerak bawah : tidak dapat digerakan,hasil radiologi terdapat fraktur
femur
Turgor kulit : baik
6.
a.

Data Penunjang
Diagnosa medis: Fraktur femur tertutup dextra

b. Hasil pemeriksaan radiologi
- Rontgen terdapat fraktur femur tertutup dextra
c. Hasil Laboratorium (14-11-2011)
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Hb
RBC
HCT10 g/dL
3.46 x 106 /uL
28.6 %
11.7 – 17.3
3.80 – 5.90
35.0 – 52.0

1.

PRE OPERASI

Analisa Data
NO
Data
Pathway
Etiologi
Masalah
1
DS : Klien mengatakan kaki kanan nya sakit sekali, P: Nyeri bertambah ketika
kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, R: area
femur, S: 8 , T: Saat digerakan sampai selesai diimobilisasi
DO: - ps terlihat meringis menahan nyeri, merintih, bengkak, px. rontgen fraktur
femur dextra, RR: 22 x/mnt , TD: 132/92 mmHg, S: 37o C ,N: 102 x/mnt

cedera jaringan kulit dan tulang

diskontinuitas tulang

proses inflamasi

menekan ujung syaraf bebas

nosiseptor

Nyeri akut
Diskontinuitas tulang

Nyeri akut

2.
DS: Pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa digerakan .
DO: dalam pemeriksaan didapatkan hasil adanya fungsialesa, deformitas, Px.
Radiologi diperoleh hasil fraktur femur dextra, sudah terpasang spalk.
Kerusakan musculoskeletal

Mempersempit ruang gerak

Fungsialesa
Kelemahan fisik
Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa
Tujuan
Planing
1.
Nyeri akut b.d. Diskontinuitas tulang
NOC:
-

Tingkt kenyamanan

-

perilaku mengendalikn nyeri

-

Tingkt nyeri;jmlh nyeri yg dilaporkan atau ditunjukkn

-

Nyeri: efekmerusak: perilaku yg diamati/dilaporkan

Tujuan/Kriteria evaluasi:
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 pasien mampu
mempertahankn tingkt nyeri pd skala 3
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 pasien menunjukkn
nyeri: efek merusak dibuktikan dg indikator nilai 5 yaitu tidak ada gangguan
ditunjukkn dari ekspresi nyeri lisan atau pada wajah,kegelisahan atau gangguan
otot

Pengkajian
- Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidaknyamanan pada skala 0-10 (0=tdk
ada nyeri, 10= sangat nyeri)
- Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan dn lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien
- Lakukan pengkajian nyeri yg komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frek, kualitas, intenistas/keprhn nyeri,faktor presipitasi
- Observasi isyarat ktdknyamanan nonverbal, khususnya ps yg tdk mampu
berkomunikasi scr verbal
- Hadir di dpn ps dn klg untk memenuhi keb.rasa nyamn & aktivitas lain untuk
membantu relaksasi
2.
Kelemahan fisik berhubungan dengan kerusakan muskulokeletal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kelemahan fisik dapat
teratasi dengan criteria hasil:
-

kelemahan fisik tidak terjadi

Terapi ambulasi

Persiapan pasien
Posisi pasien

: supinasi

Anestesi

: general anestesi

TD

:132/92 mmHg

Nadi

: 102x/menit

RR

: 22x/menit

Pemasangan

: bed side monitor

Waktu

:-

Operator

: Dr. Eko

Asisten

: Rini

Instrumen

: Fauzi

2.

Persiapan alat

Basic set
Jmlh

Alat tambahan
Jmlh
o Gunting kassa
o Gunting jaringan
o Klem
o Pinset anatomis (besar/kecil)
o Pinset cirugis (besar/kecil)
o Kocher
o Dukklem
o Nail fuder
o Scuple (no 4)
o Kom
o Bengkok

1
1
10
2

2
4
5
2
2
2
2
o Jas operasi
o Handscoon
o Duk besar
o Duk sedang/sarung kaki
o Canul suction
o Selang suction

o Kassa
o Pisturi no. 22
o Cutter
o Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0
o Jarum: taper no: 24, cutting no 30
o Set ORIF:
Bone klem
Reduction
Raspatorium
Kuret
Mata bor
Screw driver 3,5
Plate 1/3 tubuler 6 whole
4
4
3
1
1
1
5
1
1
1

1

2
2
1
1
1
1

1 set

t
3.

Penatalakasanaan/instrumen

No
Tindakan
Peralatan
1
Desinfeksi
Kom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa
2
Drapping
Duk besar, duk lubang, duk klem
3
Menandai daerah sayatan
Pisau, klem, kassa
4
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot
Pisau, kassa, klem arteri,
Pinset cirugis, gunting
5
Mempertahankan hemostatis
Kassa klem cutter, suction
6
Membersihkan area fraktur
Kuret
7
Reposisi fraktur menahan area fraktur
Raspatorium
8
Fiksasi fraktur
Bone klem, Raspatorium

9
Bor 6 whole area fraktur
Bor, mata bor
10
Memasang plate
Plate, screw driver
11
Mencuci daerah operasi
NaCL
12
Hecting otot
Plain 2/0, taper no 30
13
Hecting sub cutis
Chromic 2/0, taper no 24
14
Hecting kulit
Side 2/0, cuting no 30
15
Desinfeksi
Kassa betadin
16
Balut luka
Kassa steril, kassa betadin dan hipafix

2.

INTRA OPERASI

ANALISA DATA
No
Waktu
Data Fokus
Etiologi
Masalah

1.
14.20
Subjektif : Objektif :
-

Insisi ± 20 cm

-

Perdarahan ± 750 cc

-

TD

-

Nadi : 78x/menit

-

RR : 18x/menit

: 128/90 mmHg

Perdarahan akibat pembedahan
Resiko syok hipovolemik

RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Resiko syok hipovolomik b.d perdarahan akibat pembedahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi 1x2 jam diharapkan
syock hipovolomic tidak terjadi dengan kriteria hasil:
-

Tidak ada tanda – tanda syock hipovolemik (cyanosis)

-

TTV dalam batas normal (TD: 120/80-140/100, Nadi 60-90).

-

Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.

-

Ingatkan operator dan asiasten bila terjadi perdarahan hebat

-

Monitor vital sign tiap 5 menit

-

Monitor cairan yang melewati DC katheter

-

Memberikan cairan RL untuk resusitasi cairan

-

Memonitor tanda-tanda syock hipovolemic.

3.

POST OPERASI

ANALISA DATA
No
Waktu
Data
Etiologi
Masalah
1.

Subjektif: Objektif:
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan, kaki belum dapat digerakan, kaki kanan
terdapat luka post operasi pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar.
Proses pemindahan brankar
Resiko tinggi cedera

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar

RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intevensi
1.
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil:
-

Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.

-

Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.

-

Perhatikan posisi pasien

-

Mendekatkan bed di samping pasien

-

Melindungi organ vital pasien

-

Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada

-

Mengakat pasien secara bersamaan

-

Memberikan penyangga di tempat tidur pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3.
Jakarta : EGC