PENGANTAR SISTEM and TI B Tugas Bagian K

PENGANTAR SISTEM & TI (B)
Tugas Bagian Ke - 2

DI SUSUN OLEH:
I WAYAN AGUS KERTA NUGRAHA (1404505073)
JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

KONVERSI BILANGAN
Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu system bilangan dengan basis tertentu akan
dijadikan bilangan dengan basis yang lain. 010101011111 (2) = 2537 (8)
A. Konversi dari bilangan Desimal :
1). Konversi dari bilangan Desimal ke biner Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal
dengan dua kemudian diambil sisa pembagiannya.
Contoh :
45 (10) = …..(2)
45 : 2 = 22 + sisa 1
22 : 2 = 11 + sisa 0
11 : 2 = 5 + sisa 1
5 : 2 = 2 + sisa 1
2 : 2 = 1 + sisa 0  101101(2) ditulis dari bawah ke atas

2). Konversi bilangan Desimal ke Oktal Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 8
kemudian diambil sisa pembagiannya
Contoh :
385 ( 10 ) = ….(8)
385 : 8 = 48 + sisa 1
48 : 8 = 6 + sisa 0  601 (8)
3). Konversi bilangan Desimal ke Hexadesimal Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal
dengan 16 kemudian diambil sisa pembagiannya
Contoh :
1583 ( 10 ) = ….(16)
1583 : 16 = 98 + sisa 15
96 : 16 = 6 + sisa 2  62F (16)
B. Konversi dari system bilangan Biner
1). Konversi ke decimal Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan
dengan position valuenya.
Contoh :

1001
1 x 2 pangkat 0 = 1
0 x 2 pangkat 1 = 0

0 x 2 pangkat 2 = 0
1 x 2 pangkat 3 = 8
—+
9 (10)
2). Konversi ke Oktal Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap tiga buah digit biner
yang dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
11010100 (2) = ………(8)
11 010 100
324
diperjelas :
100B = 4D
0 x 2 pangkat 0 = 0
0 x 2 pangkat 1 = 0
1 x 2 pangkat 2 = 4
—+
4  Begitu seterusnya untuk yang lain.
3). Konversi ke Hexademial Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah
digit biner yang dimulai dari bagian belakang.
Contoh :

11010100
1101 0100  D 4

C. Konversi dari system bilangan Oktal
1). Konversi ke Desimal Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan
dengan position valuenya.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2 x 8 pangkat 0 = 2
1 x 8 pangkat 1 = 8
–+
10  Jadi 10 (10)
2). Konversi ke Biner Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga
digit biner.
Contoh :
6502 (8) ….. = (2)
2 = 010
0 = 000
5 = 101
6 = 110  jadi 110101000010

3). Konversi ke Hexadesimal Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi
bilangan biner kemudian dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111
010101010000(2) = 55F (16)

D. Konversi dari bilangan Hexadesimal
1). Konversi ke Desimal Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan
dengan position valuenya.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 pangkat 0 = 7
C x 16 pangkat 1 = 192
—+
199  Jadi 199 (10)
2). Konversi ke Oktal Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner
terlebih dahulu kemudian dikonversikan ke octal.
Contoh :
55F (16) = …..(8)

55F(16) = 010101011111(2)

PENGKODEAN (ENCODING)
A.

Pengertian Pengkodean (Encoding)
Pengkodean (Encoding) adalah proses perubahan karakter data yang akan dikirim dari suatu titik
ke titik lain dengan kode yang dikenal oleh setiap termianal yang ada, dan menjadikan setiap
karakter data dalam sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan.
Suatu terminal yang berbeda menggunakan kode biner yang berbeda untuk mewakili setiap
karakter.

B.

Tujuan Pengkodean (Encoding)
Tujuan dari Pengkodean (Encoding) adalah menjadikan setiap karakter data dalam sebuah
informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan dan bisa melakukan
komunikasi data.
Kode-kode yang digunakan dalam komunikasi data pada system computer memiliki perbedaan
dari generasi ke generasinya, karena semakin besar dan kompleksnya data yang akan dikirim /

digunakan.

C.

Macam-macam kode yang digunakan dalam Komunikasi Data
Secara umum ada beberapa kode yang digunakan dalam komunikasi data, yaitu :

1.

BCD (Binary Coded Decimal)
 BCD merupakan kode biner yang digunakan untuk hanya mewakili nilai digit decimal dari 0
9.
 BCD menggunakan kombinasi 4 bit, sehingga ada 16 kombinasi yang bisa diperoleh dan
hanya 10 kombinasi yang bisa digunakan.
 BCD tidak dapat mewakili huruf atau symbol karakter khusus, sehingga jarang digunakan
untuk komputer dan transmisi data sekarang. Karena BDC hanya digunakan pada komputer
generasi pertama

2. SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal Interchange Code)
 SBCDIC merupakan kode biner yang dikembangkan dari BCD.

 SBCDIC menggunakan kombinasi 6 bit sehingga lebih banyak kombinasi yang bisa dihasilkan.
Yaitu 64 kombinasi kode.
 Ada 10 kode untuk digit angka dan 26 kode untuk alphabet dan sisanya untuk karakter khusus
tertentu.
 BCDID digunakan pada komputer generasi kedua.
3. EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)
 EBCDID adalah kode 8 bit yang memungkinkan untuk mewakili karakter 256 kombinasi
karakter.
 Pada EBCDID, high order bits atau 4 bit pertama disebut Zone bits dan low order bits atau 4
bit kedua disebut dengan numeric bit.
4. BOUDOT
 Kode Boudot terdiri atas 5 bit yang dipergunakan pada terminal teletype dan teleprinter.
Karena kombinasi ini terdiri dari 5 bit maka hanya terdiri dari 25 sampai 32 kombinasi dengan
kode huruf dan gambar yang berbeda.
 Jika kode ini dikirim menggunakan transmisi serial tak sinkron, maka pulsa stop bit-nya pada
umumnya memiliki lebar 1,5 bit.
 Hal ini berbeda dengan kode ASCII yang menggunakan 1 atau 2 bit untuk pulsa stop-bitnya
5. ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
 Kode ASCII memiliki 128 bit kombinasi yang selalu digunakan.
 Dari 128 kombinasi tersebut 32 kode diantaranya digunakan untuk fungsi-fungsi kendali

seperti SYN, STX.
 Sisa karakter lain digunakan untuk karakter-karakter alphanumerik dan sejumlah karakter
khusus seperti =, / . ?
 Pada dasarnya kode ASCII merupakan kode alfanumerik yang paling popular dalam teknik
komunikasi data.
 Kode ini menggunakan tujuh bit untuk posisi pengecekan bit secara even atau odd parity

ARITHMATIC LOGIC UNIT
-

Arithmatic Logic Unit (ALU), adalah salah satu bagian/komponen dalam sistem di dalam
sistem komputer yang berfungsi melakukan operasi/perhitungan aritmatika dan
logika (Contoh operasi aritmatika adalah operasi penjumlahan dan pengurangan,
sedangkan contoh operasi logika adalah logika AND dan OR. ALU bekerja besama-sama
memori, di mana hasil dari perhitungan di dalam ALU di simpan ke dalam memori.

-

Perhitungan dalam ALU menggunakan kode biner, yang merepresentasikan instruksi
yang akan dieksekusi (opcode) dan data yang diolah (operand). ALU biasanya

menggunakan sistem bilangan biner two’s complement. ALU mendapat data dari register.
Kemudian data tersebut diproses dan hasilnya akan disimpan dalam register tersendiri
yaitu ALU output register, sebelum disimpan dalam memori.
Pada saat sekarang ini sebuah chip/IC dapat mempunyai beberapa ALU sekaligus yang
memungkinkan untuk melakukan kalkulasi secara paralel. Salah satu chip ALU yang
sederhana (terdiri dari 1 buah ALU) adalah IC 74LS382/HC382ALU (TTL). IC ini terdiri
dari 20 kaki dan beroperasi dengan 4×2 pin data input (pinA dan pinB) dengan 4 pin
keluaran (pinF).
Arithmatic Logical Unit (ALU), fungsi unit ini adalah untuk melakukan suatu proses data
yang berbentuk angka dan logika, seperti data matematika dan statistika. ALU terdiri
dari register-register untuk menyimpan informasi.Tugas utama dari ALU adalah
melakukan perhitungan aritmatika (matematika) yang terjadi sesuai dengan instruksi
program. Rangkaian pada ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk
menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder digunakan untuk memproses
operasi aritmetika, Adder juga disebut rangkaian kombinasional aritmatika.

-

Ada 3 jenis adder:
1. Rangkaian Adder dengan menjumlahkan dua bit disebut Half Adder.

2. Rangkaian Adder dengan menjumlahkan tiga bit disebut Full Adder.
3. Rangkain Adder dengan menjumlahkan banyak bit disebut Paralel Adder
1. HALF ADDER
Rangkaian Half Adder merupakan dasar penjumlahan bilangan Biner yang terdiri dari satu bit,
oleh karena itu dinamai Penjumlah Tak Lengkap.
a. jika A = 0 dan B = 0 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0.
b. jika A = 0 dan B = 1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 1.
c. jika A = 1 dan B = 1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0
jika A = 1 dan B =1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0. dengan nilai pindahan cy(Carry Out)
=1
Dengan demikian, half adder memiliki 2 masukan ( A dan B ) dan dua keluaran ( S dan Cy ).
2. FULL ADDER
Sebuah Full Adder menjumlahkan dua bilangan yang telah dikonversikan menjadi bilanganbilangan biner. Masing-masing bit pada posisi yang sama saling dijumlahkan. Full Adder sebagai
penjumlah pada bit-bit selain yang terendah. Full Adder menjumlahkan dua bit input ditambah

dengan nilai Carry-Out dari penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil
penjumlahan (Sum) dan bit kelebihannya (carry-out).
3. PARALEL ADDER
Rangkaian Parallel Adder adalah rangkaian penjumlah dari dua bilangan yang telah
dikonversikan ke dalam bentuk biner. Anggap ada dua buah register A dan B, masing-masing

register terdiri dari 4 bit biner : A3A2A1A0 dan B3B2B1B0.

ALJABAR BOOLEAN
Aljabar Boolean adalah struktur aljabar yang "mencakup intisari" operasi logika AND, OR dan
NOR dan juga teori himpunan untuk operasi union, interseksi dan komplemen. Boolean adalah
suatu tipe data yang hanya mempunyai dua nilai. Yaitu true atau false (benar atau salah). Simbol
yang digunakan pada aljabar Boolean itu sendiri adalah (.) untuk AND, (+) untuk OR dan ( )
untuk NOR.
Rangkaian logika merupakan gabungan beberapa gerbang, untuk mempermudah penyeleseian
perhitungan secara aljabar dan pengisian table kebenaran digunakan sifat-sifat aljabar Boolean.
Singkat saya mencontohkan dasar-dasar tentang teori aljabar Boolean ;
Q => X= 0 atau X=1
Q1: 0 . 0 = 0
Q2: 1 + 1 = 1
Q3: 0 + 0 = 0
Q4: 1 . 1 = 1
Q5: 1 . 0 = 0 . 1 = 0
Q6: 1 + 0 = 0 + 1 = 1
Teori Aljabar Boolean
Teori aljabar Boolean dalah sebagai berikut;
Komutatif
a. A + B = B + A
b. A . B = B . A
Asosiatif
a. ( A + B ) + C = A + ( B + C )
b. ( A . B ) . C = A . ( B . C )
Distributif
a. A . ( B + C ) = A . B + A . C
b. A + ( B . C ) = ( A + B ) . ( A + C )

Identif
a. A + A = A
b. A . A = A
Negasi
1. ( A’ ) = A’
2. ( A’ )’ = A
Redundansi
a. A + A . B = A
b. A . ( A + B ) = A