PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARK

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Akuntansi Biaya
Konsep dan prosedur akuntansi untuk mengukur biaya – biaya

pelaksanaan berbagai aktivitas bisnis dan produksi berbagai produk disebut
akuntansi biaya. Data akuntansi keuangan yang paling banyak digunakan dalam
akuntansi manajemen yang berhubungan dengan data biaya dan diproses dalam
satu sistem akuntansi biaya. Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi
manajemen plus akuntansi keuangan sampai pada tahap tertentu dimana akuntansi
biaya dapat memenuhi kebutuhan pelaporan eksternal (Samryn,L.M, 2002, hal. 2).
Tujuan akuntansi biaya adalah :
Menyediakan salah satu informasi yang diperlukan manajemen dalam
mengelola perusahaan yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk :
a. Perencanaan dan pengendalian biaya.
b. Penentuan harga pokok atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan
tepat dan teliti.
c. Pengambilan keputusan oleh manajemen.
2.2


Pengertian Biaya
Pada dasarnya perhitungan harga pokok produksi adalah berdasarkan

biaya- biaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut,
oleh karena itu perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana
penggolongannya. Pengertian biaya secara umum yang didefinisikan menurut
Marcell dan Kuepper (1991), yaitu :
1) banyaknya barang-barang yang dipakai.
2) keterkaitan pemakaian barang-barang untuk mencapai hasil tertentu.
3) penilaian barang-barang yang dipakai untuk mencapai hasil tertentu.
Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa biaya adalah pemakaian
barang – barang yang dinilai untuk mencapai hasil (output) tertentu.

Menurut Usry dan Hammer (2004), “biaya merupakan suatu nilai tukar
prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat”.
Pengorbanan yang dimaksudkan dapat berupa pengeluaran kas maupun
modal. Biaya menurut Bustami dan Nurlela (2009) yaitu “pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Biaya ini belum habis masa

pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
Menurut Hernanto (1991), biaya adalah “ sejumlah uang yang dinyatakan
dari sumber – sumber ekonomi yang dikorbankan (terjadi atau akan terjadi) untuk
mendapatkan sesuatu atau untuk mencapai tujuan tertentu”. Berdasarkan
pengertian yang diberikan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah
pengorbanan untuk memperoleh hasil.
Dalam kehidupan sehari – hari, banyak orang yang menyamakan
pengertian biaya dengan beban. Namun dalam akuntansi dibedakan antara
pengertian biaya dan beban. Setiap beban adalah biaya, tapi tidak setiap biaya
adalah beban. Berikut diberikan definisi beban. Definisi beban menurut Bustami
dan Nurlela (2009), “beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan
sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan
manfaat dimasa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan
kedalam laporan laba-rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan”. Carter dan
Usry (2006) mendefinisikan beban sebagai, “aliran keluar terukur dari barang atau
jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba”.
Dari uraian diatas tampak perbedaan antara biaya dan beban. Biaya (cost)
ditunjukkan untuk memperoleh barang dan jasa, serta masih memberikan manfaat
diwaktu mendatang dan merupakan asset dalam neraca. Sedangkan beban
(expense) adalah biaya yang telah habis manfaatnya dan akan dimasukkan sebagai


beban kedalam perhitungan laba-rugi serta bertujuan untuk penciptaan pendanaan.
Menurut Supriyono dalam bukunya “Akuntansi Biaya: Pengumpulan dan
Penentuan Harga Pokok Produksi”(1999), “Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan
dipakai sebagai pengurang penghasilan”.

II-2

2.3

Pengklasifikasian Biaya Berdasarkan Unsur Produksi
Penggolongan ini menyediakan informasi bagi manajemen untuk

mengukur suatu pendapatan dan menetapkan harga pokok suatu produk.
Unsur biaya suatu produk terdiri atas:
a.

Biaya bahan (material)
Biaya bahan merupakan unsur penting yang digunakan di dalam

produksi untuk diubah menjadi barang jadi (produk) dengan
penambahan biaya tenaga kerja dan biaya overhead (Samryn,L.M,
2002, hal. 25).

b.

Biaya tenaga kerja (labor cost)
Biaya tenaga kerja terdiri atas dua, yaitu:
1.

Biaya tenaga kerja langsung, yaitu merupakan biaya yang
secara langsung berkaitan dalam produksi barang jadi yang
dapat dengan mudah ditelusuri ke produknya dan merupakan
biaya tenaga kerja utama di dalam produksi (Samryn,L.M, 2002,
hal. 25).

2.

Biaya tenaga kerja tak langsung, yaitu merupakan semua
biaya yang terlibat di dalam memproduksi suatu produk

yang bukan biaya tenaga kerja langsung (Samryn,L.M, 2002,
hal. 25).

c.

Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)
Biaya overhead meliputi semua biaya selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung dalam memproduksi suatu
produk. Termasuk dalam kelompok ini adalah gaji manajer pabrik,
biaya listrik, biaya telepon, dll (Samryn,L.M, 2002, hal. 25).

II-3

2.3.1

Pengklasifikasian

Biaya

Berdasarkan


Hubungannya

dengan

Produksi
Biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang terdiri atas biaya
bahan baku dan tenaga kerja langsung, yang berhubungan langsung
dengan produksi.
b. Biaya

konversi

(conversion

cost),

merupakan


biaya

untuk

mengkonversi atau mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
2.3.2

Pengklasifikasian Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume
Biaya akan berubah sejalan dengan perubahan volume produksi.

Klasifikasi biaya ini dibedakan atas biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi
variabel. Penggolongan biaya ini akan dibahas secara khusus pada bahasan
mengenai perilaku biaya (Samryn,L.M, 2002, hal. 25).
2.3.3 Pengklasifikasian

Biaya

Berdasarkan

Kemampuannya


untuk

Ditelusuri
Biaya dapat dianggap sebagai biaya langsung atau tidak langsung
tergantung pada kemampuan manajemen untuk menelusuri biaya tersebut pada
pekerjaan, produk, atau departemen tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kategori, yaitu:
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri
secara langsung ke objek biaya atau pusat biaya tertentu. Contoh:
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Samryn,L.M, 2002,
hal. 25).
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak
dapat ditelusuri secara langsung ke objek atau pusat biaya tertentu
(Samryn,L.M, 2002, hal. 25).

II-4

2.3.4 Pengklasifikasian Biaya Berdasarkan Departemen dimana Dilakukan
Pembebanan

Penetapan biaya perdepartemen membantu manajemen mengawasi
biaya overhead dan mengukur pendapatan. Departemen departemen yang dapat
dijumpai pada perusahaan industri, yaitu:
a. Departemen produksi, merupakan departemen yang secara langsung
berhubungan

dengan

produksi

barang

dan

meliputi

berbagai

departemen yang terlibat untuk mengkonversi atau memproses barang.
b. Departemen jasa, yaitu departemen yang tidak berhubungan secara

langsung dengan produksi suatu barang.
2.3.5 Pengklasifikasian Biaya Berdasarkan Bidang Fungsional
Fungsi pokok perusahaan manufaktur ada empat, sesuai dengan aktivitas
yang dikerjakan, sehingga dalam hal ini biaya dikelompokkan atas:
a.

Biaya produksi (manufacturing cost), yaitu biaya yang berhubungan
dengan produksi dari suatu barang.

b.

Biaya pemasaran (marketing cost), yaitu biaya yang terjadi karena
penjualan produk atau jasa dan biaya distribusi.

c.

Biaya administrasi (administrative cost), yaitu biaya yang terjadi
dalam menjalankan operasi perusahaan secara keseluruhan, misalnya
gaji manajer dan staff, dan biaya perlengkapan kantor.


d.

Biaya keuangan (financial cost), yaitu biaya yang berhubungan
dengan perolehan untuk menjalankan perusahaan, misalnya biaya
bunga untuk memberikan kredit kepada para pelanggan.

2.3.6 Pengklasifikasian

Biaya

Berdasarkan

Hubungannya

dengan

Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan
Pengklasifikasian biaya berdasarkan hubungannya dengan perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan.
a. Standard and budgeted cost. Standard cost adalah biaya yang
terjadi dalam suatu proses produksi dalam kondisi normal.

II-5

b. Budget adalah pernyataan kualitatif dari tujuan manajemen dan
digunakan sebagai alat untuk memantau usaha pencapaian tujuan.
b.

Controllable and uncontrollable. Controllable cost adalah biaya

yang secara

langsung

dipengaruhi

oleh

manajer

tertentu.

Uncontrollable cost adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi secara

langsung oleh kebijakan manajemen.
c.

Committed and discretionary fixed cost. Committed fixed cost

terjadi karena adanya suatu dasar struktur organisasi, misalnya
properti,pabrik. Discretionary fixed cost terjadi karena adanya
kebijakan

manajemen seperti biaya perbaikan dan pemeliharaan

mesin.
d.

Relevant and irrelevant cost. Relevant cost adalah expected
future cost yang berada di antara serangkaian kegiatan dan mungkin

dapat dieliminasi jika beberapa kejadian ekonomi diubah atau
ditiadakan.

Irrelevant

cost

tidak

dipengaruhi

oleh

tindakan

manajemen.
e.

Differential cost, adalah perbedaan antara biaya dari beberapa

alternatif kegiatan.
f.

Opportunity cost, adalah nilai manfaat yang dapat diukur dengan

cara memilih serangkaian tindakan alternatif.
g.

Shutdown cost merupakan biaya yang tetap yang terjadi jika ada

produksi.
2.4

Perilaku Biaya
Perilaku biaya (cost behavior), dapat diartikan sebagai kecenderungan

perubahan biaya sebagai respon atas perubahan tingkat aktivitas dalam bisnis.
Biaya yang diidentifikasi berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas
disebut biaya variabel. Biaya yang berubah secara tidak proporsional dengan
perubahan volume aktivitas disebut biaya semivariabel (Samryn,L.M, 2002,
hal.43).

II-6

Kisaran relevan (relevant range) adalah suatu kisaran tingkat aktivitas
dimana asumsi relative perilaku biaya variabel dan biaya tetap dianggap valid.
Misalnya, sebuah mesin memiliki kapasitas produksi 100 unit per hari dengan
total investasi Rp.1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik tersebut perusahaan
memiliki kisaran relevan 1 sampai 100 unit produksi. Apabila ingin menaikkan
produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus menambah 1 mesin yang
sama dengan tambahan investasi Rp.1.000.000,- sehingga biaya tetap menjadi
Rp.2.000.000 yang akan konstan untuk memenuhi kapasitas produksi 101 – 200
unit per hari sebagai kisaran relevan baru (Samryn,L.M, 2002, hal. 43).
Berdasarkan dari pengertian diatas perilaku biaya dapat digolongkan ke
dalam tiga golongan yaitu biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semivariabel.
a.

Biaya Variabel (variable cost)
Biaya variabel yaitu biaya yang secara total berubah secara proporsional

dengan perubahan dalam tingkat aktivitas. Suatu biaya variabel, konstan per unit.
Biaya variabel selanjutnya dapat dikelompokkan sebagai engineered variable cost
dan discretionary variable cost. (Samryn,L.M, 2002, hal. 43)

Gambar 2.1 Biaya Variabel
Sumber: Bustami dan Nurlela.2006
Sedangkan

pengertian

biaya variabel menurut

Polimeni

(1991:18)

“variable cost are those in which total cost changes in direct proportion to
changes in volume, or output, within the relevant range, while the unit cost

remain constant”.

II-7

Gambar 2.2 Perilaku Biaya Variabel
Sumber: Garrison, 2006.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya variabel
merupakan biaya yang berubah-ubah sebanding dengan volume kegiatan atau
output, contohnya: biaya bahan baku, komisi penjualan, dan biaya tenaga kerja
langsung. Jika tingkat aktivitasnya dilipatduakan, total biaya variabel juga akan
berlipat dua. Jika aktivitas naik 10%, maka total biaya variabel akan naik sebesar
10% juga. Jadi semakin besar volume kegiatan, maka semakin besar pula total
biaya variabel. Sedangkan biaya variabel per unit konstan dengan adanya
perubahan volume kegiatan. Besarnya volume kegiatan tidak akan berpengaruh
terhadap biaya variabel per unit.
Tabel 2.1 contoh biaya variabel
JUMLAH OUTPUT

BIAYA BAHAN PER UNIT

TOTAL BIAYA BAHAN

0

unit

Rp

-

Rp

-

1

unit

Rp

500

Rp

500

10

unit Rp

500

Rp

5.000

100

unit Rp

500

Rp

50.000

200

unit Rp

500

Rp

100.000

300

unit Rp

500

Rp

150.000

400

unit Rp

500

Rp

200.000

Sumber: Bustami & Nurlela.2006

II-8

Gambar 2.3 Grafik biaya variabel
Sumber: Bustami & Nurlela.2006
Garrison (2006:260), “Tidak semua biaya variabel memiliki pola
yang sama. Beberapa biaya variabel berperilaku sebagai biaya variabel sejati
(true variable) atau variabel proporsional (proportionately variable). Sedangkan
yang lainnya memiliki pola bertahap (step variable)”. Proportionately variable
cost berubah

sebanding

dengan

perubahan volume

kegiatan.

Setiap

peningkatan atau penurunan dalam tiap unit kegiatan akan mempengaruhi total
biaya variabel dalam jumlah yang sama.
Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku, biaya ini berperilaku
sebagai biaya variabel sejati karena jumlah yang digunakan selama satu
periode akan memiliki proporsi langsung dengan tingkat aktivitas produksi.
Lebih jauh lagi, bahan langsung yang dibeli tetapi tidak digunakan dapat
disimpan di gudang dan digunakan lagi pada periode berikutnya.
Step variable cost merupakan jenis biaya yang berubah tidak selalu

sebanding dengan setiap perubahan kegiatan, tetapi diperlakukan sebagai
biaya variabel. Biaya ini dapat digambarkan dengan garis lurus bertingkat
seperti tangga. Contoh biaya ini adalah biaya tenaga kerja. Waktu kerja bagi
tenaga pemeliharaan biasanya ditentukan dalam bentuk borongan. Selain itu, jam
kerja pemeliharaan yang dapat dimanfaatkan tidak dapat disimpan dan
digunakan pada periode mendatang.

II-9

Jika waktu yang tersedia tidak digunakan secara efektif, maka akan
hilang begitu saja. Selain itu, para tenaga pemeliharaan akan bekerja secara asal
apabila pengawasannya tidak baik tetapi mereka akan bekerja secara intensif
kalau diawasi secara ketat. Dengan alasan ini, perubahan kecil dalam tingkat
produksi tidak akan memiliki dampak terhadap jumlah pegawai pemeliharaan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan.
b.

Biaya Tetap (fixed cost)
Pengertian biaya tetap menurut Mulyadi (2000:507) yaitu “biaya tetap

adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume tertentu.
Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan
”Karakteristik biaya tetap menurut Kamaruddin (1996:85):
a.

Biaya total yang tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode
yang ditentukan atau kegiatan tertentu.

b. Biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan volume,
pada volume rendah fixed cost unitnya tinggi, sebaliknya pada
volume tinggi fixed cost per unitnya rendah.
Tabel 2.2 Contoh biaya tetap

Sumber: Bustami & Nurlela.2006

II-10

Gambar 2.5 Grafik biaya tetap
Sumber: Bustami & Nurlela.2006

Gambar 2.6 Contoh biaya tetap
Sumber: Bustami & Nurlela.2006
Pengertian diatas menunjukkan bahwa total biaya tetap tidak berubah
karena adanya perubahan volume aktivitas dalam rentang kegiatan tertentu
(relevant range), sedangkan biaya tetap per unit akan berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan.
Relevant range adalah suatu kisaran tingkat aktivitas yang mana relatif

perilaku biaya variabel dan biaya tetap dianggap valid. Perubahan biaya tetap
per unit berbanding terbalik dengan perubahan volume aktivitas. Semakin
tinggi volume aktivitas maka semakin rendah biaya tetap per unit, sebaliknya
semakin rendah volume aktivitas, semakin tinggi biaya per unit.

II-11

Jadi adanya perubahan biaya tetap per unit akibat perubahan aktivitas
tidak berarti bahwa biaya tetap per unit harus diberlakukan sebagai biaya
variabel, karena peningkatan volume aktivitas dalam rentang relevan akan
menurunkan biaya total per unit tetapi total biaya tetap tidak akan berubah.
c.

Biaya Semivariabel
Pengertian biaya semivariabel menurut Mulyadi (2000:512): “biaya yang

memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya.
Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk
menyediakan jasa sedangkan unsur biaya variabel merupakan bagian dari biaya
semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan”.
Sedangkan menurut Garrison (2006:270) yaitu “biaya semivariabel (mixed
cost) adalah biaya yang terdiri atas elemen biaya variabel maupun biaya tetap”.
Mixed cost atau semivariable cost merupakan biaya yang di dalamnya terdiri

dari elemen elemen biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini mencakup
suatu jumlah yang sebagian tetap dalam rentang kegiatan yang relevan dan
sebagian lagi berubah karena adanya perubahan volume kegiatan. Contoh
jenis biaya semivariabel yaitu biaya listrik dan air.

Gambar 2.7 Biaya Semi Variabel
Sumber: Bustami & Nurlela.2006
Agar dapat dimanfaatkan dengan cara yang lebih baik, informasi
biaya semi variabel sebaiknya dipisahkan lebih dahulu dari unsur-unsur biaya
variabel dan unsur-unsur biaya tetapnya. Apabila pemisahan ini tidak
dilakukan maka alternatif keputusan yang dihasilkan juga kurang memuaskan
akurasinya terutama bila jumlah biaya semivariabel ini cukup signifikan
dibanding total biaya secara keseluruhan.

II-12

2.5

2.6

Metode Pengumpulan Biaya Produksi
1.

Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan.

2.

Perusahaan yang berproduksi masa

Penghitungan Harga Pokok Produksi
Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga

pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable.
Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan
manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua
biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk.
Perhitungan harga pokok produksi pada produksi diperhitungkan secara
menyeluruh mulai dari perhitungan biaya administrasi dan penjualan suatu
produk. Adanya perbedaan perlakuan terhadap FOH (factory over head) Tetapi ini
akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan
penyajian laporan rugi laba.
Pendekatan Full Costing semua unsur biaya produksi menjadi elemen
harga pokok produk. Dalam pendekatan Variable Costing dari semua unsur biaya
produksi hanyalah biaya – biaya produksi variable yang diperhitungkan sebagai
elemen harga pokok produk. Oleh karena itu pendekatan variable costing bagi
manajemen lebih baik digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambilan
keputusan – keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan pertimbangan
tentang biaya – biaya non produksi.
Dalam arus biaya Full Costing elemen biaya periodik hanya terdiri dari
biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya terdiri dari
biaya overhead tetap, biaya overhead variable serta biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung. Dalam arus biaya variable costing elemen biaya periodik terdiri
dari biaya overhead tetap di tambah biaya administrasi dan penjualan.
Metode Full Costing dalam laporan laba rugi hasil perhitungan harga
pokok tersebut akan ditempatkan sebagai pengurang atas total penjualan sebagai
elemen beban pokok penjualan dalam menghitung laba bruto.

II-13

Perbedaan antara metode Full Costing dan variable costing adalah pada
tiap elemen biaya yang disebabkan oleh proses klasifikasi sesuai dengan
kebutuhan dalam masing – masing pendekatan penyusunan laporan laba rugi.
2.7

Metode Full Costing
Full Costing adalah adalah pendekatan tradisional menghasilkan laporan

laba rugi dimana biaya-biaya diorganisir dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi
produksi, administrasi, dan penjualan. (Samryn,L.M, 2002, hal. 63)
Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel
maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik
sesungguhnya.
Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai
biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata
menyerap jasa FOH tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila
biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.
2.8

Metode Variable Costing
Variable

Costing

adalah suatu format laporan laba rugi

yang

mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya
dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan
menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan (Samryn,L.M, 2002,
hal. 63).
Variable costing beranggapan bahwa FOH tetap tadi tidak secara langsung

membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen
harga pokok. Sebaiknya FOH tetap dimasukkan dalam kelompok period cost
(biaya periode).

II-14

II-15

II-16

II-17

II-18

II-19

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELASTISITAS TRANSMISI HARGA IKAN LEMURU DI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

23 357 18

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CRAFT (Study Kasus Pada PT. Oval Indah Furniture Karanglo Malang)

2 67 1

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD "KANJURUHAN" KEPANJEN KABUPATEN MALANG

7 58 29

ENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIIIE SMP NEGERI 1 BALUNG SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

0 63 18

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

KEADAPTIFAN UNTUK SEPULUH GENOTIPE KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PRODUKSI

1 89 52

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60