Ujian Tengah Semester Psikologi Pendidik
Ujian Tengah Semester
Psikologi Pendidikan Semester Genap 2016
Nama
NIM
Rombel
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
: Yuli Alfiani
: 3401414103
: 27
: Psikologi Pendidikan
: Abdul Haris Fitrianto, M.Si
Makalah I
“Pentingnya
Kompetensi
Pendidik
dalam
Proses
Pembelajaran”
A. Narasi
Tulisan ini merupakan sebuah pengalaman yang pernah Saya
alami dalam dunia pendidikan ketika Saya duduk di bangku SMA. Saya
menempuh pendidikan sekolah menengan di SMA N 3 Tegal. Sekolah
tersebut dapat dikategorikan sebagai sekolah favorit di Kota Tegal. Hal ini
dikarenakan hasil belajar peserta didik yang menempuh pendidikan di
SMA N 3 Tegal sangat baik, tidak hanya ditinjau dari ranah kognitif saja
melainkan juga ranah afektif dan psikomotoriknya. Selain itu, output yang
dihasilkanpun bisa dikatakan berkualitas, karena selama ini pererta didik
yang telah lulusdari SMA N 3 Tegal mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi yang terbaik.
Keberhasilan peserta didik tentu tidak lepas dari campur tangan
pendidik atau guru ketika membimbing dalam proses pembelajaran.
Sebagai agen pembelajaran peran pendidik sangat penting dalam proses
belajar peserta didik. Supaya pendidik dapat dikatakan baik maka dalam
menjalankan perannya pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan
secara akademik, paedagogis maupun profesional.
Berbicara mengenai pendidik sebagai agen pembelajaran, Saya
mempunyai pengalaman berkaitan dengan guru selama Saya menempuh
pendidikan di SMA N 3 Tegal. Ketika Saya duduk di bangku kelas X Saya
mendapat mata pelajaran Sejarah. Pengajar mata pelajaran Sejarah pada
peserta didik kelas X adalah Bu SW. Mata pelajaran Sejarah berlangsung
Psikologi Pendidikan
Page 1
selama 90 menit. Dalam menyampaikan materi Sejarah tentang tradisi
masyarakat masa prasejarah, Saya merasa bahwa Bu SW kurang
menguasai materi tersebut. Media pembelajaran yang dipakai oleh Bu SW
juga hanya LKS(Lembar Kerja Siswa) saja. Sehingga Saya pun kurang
bisa memahami materi yang dijelaskan oleh Bu SW. Dan ternyata bukan
Saya saja yang kurang memahami materi tersebut, bahkan teman-teman
Saya pun merasakan hal yang sama dengan Saya. Setelah setengan
semester berlalu, Saya dan teman-teman Saya baru mengetahui bahwa
Bu SW bukanlah guru mata pelajaran Sejarah, tetapi beliau adalah guru
mata pelajaran Pkn. Beliau diminta oleh pihak sekolah untuk mengajarkan
mata pelajaran Sejarah berkaitan dengan ketiadaan guru mata pelajaran
sejarah di SMA N 3 Tegal.
Peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi ketika Saya duduk di
bangku kelas X saja, namun hal ini juga berlanjut ketika Saya kelas XI.
Pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI, guru yang mengajar bukanlah asli
dari bidang Sosiologi. Bu WR dan Pak TY yang notabennya adalah guru
mata pelajaran geografi, diminta oleh pihak sekolah untuk mengajarkan
mata pelajaran sosiologi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga
pendidik yang sesuai dengan bidangnya (sosiologi). Sama halnya dengan
mata pelajaran Sejarah, dalam mata pelajaran sosiologi yang diajarkan
oleh guru yang bukan ahli dalam bidang ilmunya kurang menguasai
informasi atau materi yang akan disampaikan. Sehingga hal tersebut juga
berdampak pada peserta didik yang akhirnya mereka kurang bisa
menerima dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
Selain permasalahan pada guru yang mengajar lebih dari satu
mata pelajaran, pengalaman yang pernah Saya alami selama duduk di
bangku SMA adalah wali kelas yang kurang memperhadikan anak
didiknya. Misalnya seperti melakukan komunikasi dengan peserta didik
hanya di awal pertemuan saja dan jarang melakukan penilaian atau
evaluasi
proses
dan
Psikologi Pendidikan
hasil
belajar
peserta
Page 2
didik.
Dan
akhirnya
mengakibatkan pendidik atau guru kurang menguasai karekteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
B. Teori Yang Relevan
Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus
mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan proses
mental yang terjadi dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan juga
dapat diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsio dan metode psikologi
untuk mengkaji perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran, penilaian,
dan isu-isu terkait lainnya yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar.
Psikologi pendidikan memiliki manfaat dalam proses pendidikan
yang mencakup empat komponen, antara lain:
1. Tujuan pendidikan
Merumuskan tujuan merupakan hal terpenting yang harus dipenuhi
dalam proses pembelajaran.Tujuan yang telah direncanakan sebelumnya
harus mampu dicapai oleh peserta didik. Jadi peran pendidik disini dangat
penting
untuk
membantu
peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran tersebut.
Psikologi
pendidikan
memberikan
kontribusi
penting
untuk
membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam
merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik yang berbeda-beda akan mempengaruhi
kesiapan peserta didik dan cara-cara mereka belajar.
Hal tersebut
menimbulkan masalah bagi pendidik dalam memahami peserta didik ,
seperti masalah variasi kemampuan, kekuatan dan kelemahan, dan
tahap-tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi
pendidikam
memberikan
kontribusi
dengan
cara
membantu pendidik memperhatikan karakteristik dan perilaku peserta
sisik sebelum pembelajaran dimulai.
3. Proses belajar
Psikologi Pendidikan
Page 3
Berkenaan dengan proses belajar, pendidik sering menghadapi
masalah ketika pendidik meransang prosedur pembelajaran dengan
memadukan cara-cara belajar peseta didik. Menurut pakar sosiologi,
setipa pendidik harus memahami bahwa materi pembelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik mempersyaratkan adanya proses belajar yang
berbeda. Karena proses belajar para peserta didik yang berbeda-beda
akan berpengaruh pada hasil belajar yang berbeda pula.
4. Strategi belajar
Setiap pendidik juga dituntut mampu memilih dan menggunakan
berbagai strategi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik sering
mempunyai masalah untuk memilih strategi yang tepat digunakan pada
proses pembelajaran. Menurut pakar psikologi pendidikan, pemilihan
strategi pendidikan sangat penting karena berkaitan dengan proses
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Evaluasi pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, pendidik juga dituntut untuk mampu
melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Pendidik mempunyai masalah untuk merancang prosedur penilaian
peserta didik. Oleh karena itu, psikologi pendidikan memberikan kontribusi
tentang perumusan instrumen evaluasi, pelaksanaan ujian, analisis hasil
evaluasi, dan penafsiran hasil evaluasi.
Pendidik
merupakan
tenaga
profesional
yang
menuntut
persyaratan kemampuan baik secaraa akademik, paedagogis maupun
secara profesional yang diterima oleh pihak dimana pendidik tersebut
bertugas. Pendidik perlu dipersiapkan melalui pendidikan yang sangat
panjang dan dirancang berdasarkan standar kompetensi pendidik. Oleh
karena itu diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para
lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, landasan
keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi menerapkannya secara
profesional di lapangan. Kompetendi yang harus dimiliki oleh guru
mencakup antara lain :
Psikologi Pendidikan
Page 4
1. Kompetensi paedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi
kepribadian,
merupakan
kemampuan
yangberkaitan
dengan performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi
profesional,
yaitu
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
pembimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional.
4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan berkomunikasi dan
bergaul secara efekti, dengan: peseta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus
memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka
sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini
diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa
untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan
pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial
dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan
beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan
beberapa
gambaran
tentang
perlunya
teori
pembelajaran
untuk
mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh
praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari
segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim
Psikologi Pendidikan
Page 5
dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran seharusnya tidak
hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Akan tetapi sebuah teori
pembelajaran
sebaiknya
juga
menyangkut
suatu
praktik
untuk
membimbing seseorang bagaimana caranya peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan
akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Menurut teori pembelajaran
kognitif,
belajar
merupakan
proses
menerima
informasi
melalui
penginderaan yang dimiliki oleh manusia, seperti melihat, mendengar
meraba dan sebagainya , yang kemudian diorganisasikan dalam struktur
kognitif
yang
telah
terbentuk
dan
dimiliki
manusia
berdasarkan
pengalaman belajar sebelumnya. Hasil belajar yang diharapkan dari
proses pembelajaran menurut teori ini tidak hanya peubahan perilaku
secara tampak saja. Namun, individu juga diharapkan mampu memahami
dan dapat menginterpretasikan segala bentuk informasi yang diterima dari
pengalaman inderawi. Atau bahkan melalui proses pembelajar ini peserta
didik
mampu
berdasarkan
mengonstruksikan
pengalaman
dan
gagasan
informasi
maupun
yang
konsep
mereka
baru
peroleh
sebelumnya.
C. Analisis Pengalaman
Berdasarkan pengalaman Saya yang telah diuraikan diatas sangat
tidak relevan dengan konsep hakikat psikologi pendidikan dan pendidik
sebagai agen pembelajaran yang profesional. Karena dalam peristiwa
diatas menunjukan adanya pendidik yang kurang profesional. Hal tersebut
dapat kita lihat dari kompetensi guru yang tidak maksimal terutama pada
kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional. Menurut Saya
berdasarkan pengalaman yang Saya alami, kompetensi pendidik atau
guru yang kurang maksimal sering ditunjukan pada guru yang
mengajarkan lebih dari satu mata pelajaran, guru yang kurang bisa
menerapkan metode pembelajaran badi peserta didik dan kurangnya
Psikologi Pendidikan
Page 6
perhatian guru mata pelajaran maupun guru kelas terhadap peserta
didiknya.
Guru yang dapat mengajar lebih dari satu mata pelajaran
merupakan nilai kebih yang dimiliki guru tersebut. Namun tidak semua
guru yang mengajar lebih dari dua mata pelajaran dapat menguasai
semua materi pembelajaran dengan baik. Pada pengalaman Saya, bahwa
guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran kurang bisa menguasai
materi pembelajaran yang bukan pada bidang ilmunya. Sehingga hal ini
akan berdampak pada aspek kognitif peserta didik.
Selain itu, seorang pendidik atau guru yang tidak bisa menerapkan
metode
pembelajaran
bagi
peserta
didiknya
juga
merupakan
permasalahan pada kompetensi profesional seorang guru. Maslah seperti
ini juga sering terjadi di sekolah Saya. Jadi guru yang dikatakan
profesional adalah guru yang mampu memilih dan menerapkan metode
belajar dengan baik, misalnya saja dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran. Hal ini berkaitan
dengan karakteristik dan kemampuan kognitif peserta didik yang berbedabeda. Maka penggunaan media pembelajaran yang menarik bertujuan
supaya peserta didik mudah menerima dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Seperti pada pengalaman belajar Saya di SMA, yang sering
menjadi permasalahan di dunia pendidikan adalah kurangnya perhatian
yang diberikan pendidik atau guru terhadap peserta didik. Peristiwa
seperti ini biasanya dilakukan oleh guru kelas yang melakukan komunikasi
dan pertemuan dengan peserta didik di awal semester. Sedangkan yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran biasanya mereka hanya sebatas untuk
mengajar saja dan tidak berusaha untuk mencoba memahami peserta
didiknya. Seharusnya sebagai pendidik, seorang guru dapat memahami
setiap peserta didiknya. Dalam proses memahami peserta didiknya,
seorang guru dapat melakukan pendekatan dan berinteraksi dengan
peserta didik melalui pemberian motivasi kepada peserta didik sebelum
Psikologi Pendidikan
Page 7
pembelajaran dimulai. Selain itu dapat juga dilakukan ketika proses
pembelajaran supaya mengetahui perkembangan pemahaman peserta
didik terhadap informasi atau materi pembelajaran yang disampaikan.
Seorang guru juga dapat malakukan interaksi dengan peserta didik dalam
kegiatan evaluasi pembelajaran supaya guru mengetahui hasil belajar
peserta didik. Serangkaian contoh kegiatan diatas dilakukan oleh pendidik
untuk mengetahui dan memahami karekteristik maupun potensi yang
dimiliki peserta didik supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Berdasarkan teori pembelajaran kognitif, maka pembelajaran dapat
di simpulkan sebagai proses mentransfer informasi dari pendidik kepada
peserta didik. Dalam menerima segala bentuk informasi tersebut
seringkali peserta didik mengalami permasalahan baik dari luar maupun
dari dalam dirinya sendiri. Maka dari itu pengetahuan tentang psikologi
sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik,
pengajar,
pelatih,
pembimbing,
dan
pengasuh
dalam
memahami
karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik secara
integral. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta
didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang
berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses
pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik psikologis
yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Maka para guru di sekolah
akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai
dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat
heterogenitas suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain
pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan
pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik
yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama. Kontribusi psikologi
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia pendidikan
memang sangat besar karena menyangkut semua aspek di bidang
pendidikan, terutama menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri.
Psikologi Pendidikan
Page 8
Psikologi pendidikan sebagai mata kuliah Dasar Kependidikan
(MKDK) sangat penting dan wajib diikuti oleh para mahasiswa di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena berkontribusi besar
dalam membekali pengetahuan dan pemahaman kepada calon guru dan
guru tentang aktivitas umum jiwa peserta didik dalam proses pendidikan di
kelas. Melalui penerapan pengetahuan tentang psikologi pendidikan, para
guru diharapkan dapat menemukan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pendidikan di kelas. Selain
itu, para guru diharapkan dapat melakukan proses pendidikan di kelas
dengan optimal, karena itu para guru diharapkan dapat mengetahui,
memahami,
dan
menerapkan
prinsip-psinsip
pembelajaran
dan
pendidikan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
perkembangan peserta didik, bagaimana peserta didik belajar, rencana
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologis peserta
didik, dan prosedur pembelajaran dan pendidikan yang diterapkan oleh
para guru dapat membuat peserta didik dapat belajar secara efisien,
efektif, dan memuaskan (Suardiman, 1988).
Mata kuliah Psikologi Pendidikan bagi seorang calon guru dan guru
merupakan dasar pengetahuan yang mendasari profesi mengajar. Guru
sebagai pendidik dan pengajar yang memiliki pengetahuan tentang
Psikologi Pendidikan akan mampu mengembangkan serta menerapkan
prinsip-prinsip psikologi dalam membelajarkan dan mendidik peserta didik
di kelas. Pengetahuan guru tentang belajar dan syarat-syarat keberhasilan
aktivitas pembelajaran di kelas memungkinkan guru dapat memilih,
merencanakan,
dan
mengevaluasi
proses
mengajar
atau
proses
pembelajaran dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran sebagai
suatu sistem yang terkait satu sama lain. mata kuliah Psikologi Pendidikan
tidak hanya berkontribusi penting kepada guru sebagai pendidik dan
pengajar melainkan juga berkontribusi penting kepada para calon guru
yang akan berperan sebagai pendidik dari pengajar kelak, baik di lembaga
pendidikan milik pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini seorang
Psikologi Pendidikan
Page 9
pendidik memiliki kualifikasi akademik, kompetensi pendidik, sertifikat
pendidik, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Sehingga para pendidik dapat dikatakan sebagai agen
pembelajaran yang profesional.
Proses pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh para
guru tidak hanya berlangsung di dalam kelas di suatu lembaga pendidikan
formal saja, melainkan proses pendidikan dan pembelajaran dapat
berlangsung di lembaga pendidikan informal (di lingkungan keluarga), dan
di lembaga pendidikan non formal (di masyarakat) atau dimana saja tanpa
dibatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Namun, perlu diketahui, dipahami,
dan disadari bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi
berlangsungnya proses pendidikan dan pembelajaran di suatu tempat,
yaitu ada guru sebagai pendidik dan pengajar yang telah dewasa, ada
peserta didik sebagai orang yang belum dewasa yang membutuhkan
pendewasaan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, adanya
pemberian pengaruh yang disengaja dari guru kepada peserta didik, dan
pengaruh yang diberikan oleh guru tersebut memiliki nilai normative
(positif)
dan
tujuan
positif
mengembangkan
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik peserta didik.
D. Simpulan
Dalam dunia pendidikan, kompetensi pendidik harus mendapatkan
perhatian khusus oleh pihak sekolah. Karena kompetensi yang dimiliki
oleh para pendidik sangat penting dalam proses pendidikan atau
pembelajaran. Jadi dengan memperhatikan kompetensi pendidik seperti
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial, maka segala hambatan maupun masalah yang
kemungkinan
dapat
terjadi
dalam
proses
pembelajaran
dapat
diminimalisir. Misalnya saja seperti pengalaman yang pernah Saya alami
mengenai guru yang mengajar lebih satu mata pelajaran dan kurang
menguasai materi serta kesulitan menerapkan metode pembelajaran dan
Psikologi Pendidikan
Page 10
pada kurangnya perhatian yang diberikan guru kepada peserta didik.
Sehingga hal tersebut akan menimbulkan masalah dan hambatan pada
jalannya proses pembelajaran. Karena guru tidak dapat mengetahui
karakteristik dan kemampuan peserta didik dalam menerima informasi
yang disampaikan oleh guru.
Oleh karena itu, psikologi pendidikan sebagai mata kuliah Dasar
Kependidikan sangat penting dan wajib diikuti oleh para mahasiswa di
LPTK untuk memberi bekal bagi calon guru dalam merumuskan
komponen pembelajaran dan membantu memahami karakteristik maupun
potensi yang dimiliki oleh peserta didik serta memenuhi kompetensi
pendidik. Sehingga guru dapat di katakan sebagai agen pembelajaran
yang profesional dan bisa menjalankan perannya dengan baik supaya
hasil pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sumber:
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Soleh, Akhmad. 2013. Pentingnya Psikologi Dalam Masalah Pendidikan.
Online : http://akhmadsoleh12.blogspot.co.id/ . (Diunduh: 6 Mei
2016)
Psikologi Pendidikan
Page 11
Makalah II
“Perkembangan Kemampuan Berbahasa sebagai Bentuk Tercapainya
Kompetensi Kognitif dan Komunikasi”
A. Narasi
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
pendidikan dan pembimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang
utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak berada dalam
lingkungan keluarga. Jadi orang tua akan berperan sebagai pendidik dan
anak akan menjadi objek atau peserta didik yang menerima segala bentuk
informasi yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Dalam lingkungan
keluarga, hal yang pertama kali diajarkan kepada anak adalah bahasa.
Karena bahasa merupakan unsur paling penting dalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Seperti pada pengalaman ketika Saya masih kecil, orang tua Saya
mengajarkan bahasa Jawa untuk digunakan dalam berkomunikasi seharihari. Menurut orang tua Saya, mereka mengajarkan bahasa Jawa mulai
dari tahap pralinguistik sebagai kontak verbal antara orang tua dengan
anak. Tujuan pengajaran bahasa jawa dari orang tua saya yaitu untuk
membentuk karakter yang baik seperti tahu sopan santun, tata krama
berbahasa dan bisa menempatkan diri ditengah pergaulan umum. Selain
itu juga ditujukan untuk menujang perkembangan kemampuan berbahasa
yang baik untuk berkomunikasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga ketika Saya masih anak-anak Saya sangat menguasai bahasa
Jawa dengan baik.
Kemudian pada saat Saya mulai mengenal lingkungan teman
sebaya dan melakukan hubungan sosial seperti bermain bersama dengan
mereka, Saya mendapat pengaruh bahasa yang mereka gunakan dalam
Psikologi Pendidikan
Page 12
berkomunikasi yaitu bahasa daerah Tegal. Awalnya Saya merasa bingung
dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya Saya yang
notabennya telah menggunakan bahasa daerah Tegal dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, lama kelamaan Saya pun menjadi terbiasa dan tidak
merasa kesulitan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah
Tegal yang diucapkan oleh teman-teman Saya.
Karena pemahanman
Saya tentang bahasa Tergal dan perbandaharaan katanya sudah
meningkat. Bahkan Saya juga sering menggunakan bahasa Tegal untuk
komunikasi dengan teman-tenman Saya ketika sedang bermain bersama.
Waktu Saya mulai menempuh pendidikan formal di Sebuah taman
kanak-kanak Saya belajar bahasa Indonesia melalui komunikasi seharihari dengan guru dan teman-teman Saya. Dalam mempelajari setiap kata
menggunakan bahasa Indonesia Saya tidak merasa kesulitan. Karena
sebelumnya Saya juga sudah mengetahui dan memahami bahasa
Indonesia dari media massa seperti televisi, radio maupun majalah.
Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang mudah di pahami oleh
masyarakat, sehingga melalui informasi tata bahasa Indonesia yang
mereka dengar masyarakat pun secara otomatis dapat menggunakannya
dalam berkomunikasi seperti Saya.
Dan pada saat Saya duduk di bangku sekolah dasar, Saya juga
mulai diajarkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran tambahan. Di
sekolah Saya dulu, mata pelajaran bahasa Inggris diajarkan sejak kelas 3
SD sampai kelas 6 selama beberapa jam pelajaran selama seminggu.
Pendidikan bahasa inggris di SD dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa asingyang disertai dengan tindakan. Kebijakan
memasukan bahasa inggris di SD juga berkaitan dengan perkembangan
peserta didik ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
jadi bahasa inggris sudah tidak asing lagi bagi mereka. Hal tersebut
menunjukan bahwa perkembangan berbahasa sangat penting untuk
meningkatkan komptensi komunikasi individu
Psikologi Pendidikan
Page 13
dalam dunia pendidikan
maupun
dalam
kehidupan
bermasyarakat
sebagai
sarana
untuk
berinteraksi.
Sedangkan, ketika Saya menginjak usia remaja, dilingkungan
teman sebaya penggunaan bahasa mulai mengalami perubahan seperti
muncu istilah-istilah khusus yang hanya dimengerti para remaja dan
munculnya bahasa gaul di kalangan remaja, misalnya kepo, LOL dan
sebgainya. Jadi seiring berjalannya waktu dan semakain berkembangnya
individu dari mulai anak-anak hingga dewasa, maka kemampuan
berbahasa terus mengalami perubahan dan perkembangan serta terus
mengalami
peningkatan
perkembangan
dalam
berbahasa
perbendaharaan
individu
kata.
berkembang
Selain
itu,
sesuai
sengan
teori
vygotsky
perkembangan kognisinya.
B. Teori yang Relevan
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Tiga
konsep
yang
dikembangkan
dalam
(Tappan,1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di
analisis dan pahami apabila dianalisis dan di interpretasikan secara
developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi dengan kata,
bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis
untuk
membantu
dan
menstraformasi
aktivitas
mental;
dan
(3)
kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early
childhood ), bahasa mulai digunaka sebagai alat yang membantu anak
untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya
bahwa
kemampuan
kognitif
berasal
dari
hubungan
social
dan
kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ). Dia
percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan
pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat,
Psikologi Pendidikan
Page 14
seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada satu
kultur,
konsep
ketiga
ini
dimaksudkn
mungkin
berupa
pelajaran
menghitung dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang
berbeda,
pembelajaran
ini
mungkin
berupa
pelajaran
berhitung
menggunakan batu dan jari.
Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu
dipengaruhi
situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan
didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek
artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang
lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari
situasi social.
Bahasa dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak
menggunakan
bahasa
bukan
hanya
untuk
berkomunkikasi
saja,
melainkan juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan
caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri,
dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau berbicara sendiri
(private speech). Menurut piaget, berbicara sendiri bersifat egosentris dan
tidak dewasa tetapi menurut vygotsky adalah alat penting bagi pemikiran
selama masa kanak kanak. Tatkala anak sering meakukan pembicaraan
batin, ia justru akan lebih kompeten secara social. Karena anak
menginternalisasikan
pembicaraan
egosentrisnya
dalam
bentuk
pembicaraan batin kemudian pembicaraan batin ini menjadi pemikiran
mereka. Oleh karena itu pembicaraa batin dapat mempresentasikan
transisi awal untuk menjadi lebih komuniktif secara social.
Teori Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai
proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan –
ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling
sederhana ( Tarigan, 1986 : 243 ). Proses perkembangan bahasa
dijelaskan melalui dua pendekatan :
Psikologi Pendidikan
Page 15
1. Navistik : struktur bahasa telah ditentukan secara biologik sejak lahir
( tarigan,1986 :257 )
2. Empiris :kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungan
(orang
dewasa
yang
berbahasa)
Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi
yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya
respon ( Morgan 1989 :228 ). Dalam aktivitas berpikir di dalamnya
melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati.Bahasa
merupakan
tersebut.Jadi
alat
untuk
berpikir
berpikir
dan
mengekspresiakn
berbahasa
hasil
merupakan
dua
pemikiran
aktivitas
bersamaan.Faktor yang paling berperan adalah faktor kognisi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
a.
Faktor
Biologis,
Kemampuan
kodrati
atau
alami
yang
memungkinkannya menguasai bahasa.Potensi alam ini bekerja
secara otomatis.
b.
Faktor lingkungan, Lingkungan yang kaya dengan kemampuan
bahasanya akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi
berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalamnya.
C. Analisis Pengalaman
Berdasarkan pengalaman yang Saya alami tersebut akan Saya
analisis dengan teori psikologi pendidikan yang telah Saya pelajari yaitu
teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky. Pengalaman Saya dalam
mempelajari bahasa Jawa yang diajarkan oleh orang tua Saya ketika
masih
kanak-kanak
tidak
hanya
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan berkomunikasi saja tetapi juga sarana untuk membentuk
kepribadian dan membantu dalam berperilaku serta meningkatkan
kemampuan kognitif individu. Bahasa Jawa dijadikan sebagai alat yang
ada dalam masyarakat untuk mengembangkan memori, perhatian dan
Psikologi Pendidikan
Page 16
nalar. Karena bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa yang mampu
membentuk
watak
dan
karakter
seseorang.
Sehingga
proses
pembelajaran bahasa Jawa menjadikan adanya hubungan sosial dan
budaya antara orang tua dengan anak sehingga akan mengembangkan
kemampuan kognitif anak tersebut. Hal ini sama halnya konsep
perkembangan
kognitif
yang
dijelaskan
oleh
Vygotsky
bahwa
perkembangan kognitif seseorang terbentuk melalui hubungan ssial dan
budaya dalam lingkungan individu tersebut.
Selain itu, komunitas sosial seperti kelompok teman sebaya
maupun
lingkungan
sekolah
dapat
mempengaruhi
perkembangan
kemampuan berbahasa seseorang. Melalui hubungan atau kegiatan sosial
yang terjadi pada kelompok sosial tersebut juga dapat meningkatkan
perkembangan
kognitif
seseorang.
Menurut
Pandangan
Chomsky,
perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses
untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan – ucapan,
memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling
sederhana. Sehingga perkembangan kemampuan berbahasa seseorang
tidak
hanya
dapat
meningkatkan
perkembangan
kognitifnya
saja
melainkan juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya.
Jadi
faktor
lingkungan
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan kebahasaan seseorang, baik lingkungan keluarga, teman
sebaya maupun sekolah. Karena di dalam aktivitas lingkungan tersebut
terdapat suatu hubungan sosial dan bahasa sebagai unsur budaya atau
alat
untuk mengembangkan kemampuan bahasa seseorang. Dalam
aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa, berpikir dan berbahasa
merupakan dua aktivitas bersamaan. Sehingga melalui kemampuan
kebahasaan yang mereka miliki dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengembangkan kemampuan kognitif dan komunikasi individu tersebut.
D. Simpulan
Psikologi Pendidikan
Page 17
Perkembangan kebahasaan sangat penting bagi seorang individu.
Karena kemampuan kebahasaan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir atau kognitif seseorang. Bahasa dapat dijadikan alat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan kognitif berasal dari
hubungan social dan kebudayaan sehingga perkembangan anak tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural.
Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas bersamaan.
Selain dapat dijadikan alat untuk meningkatkan perkembangan kognitif,
bahasa juga dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi antar
individu. Perkembangan kebahasaan terjadi seiring berjalannya waktu dan
semakain berkembangnya individu dari mulai anak-anak hingga dewasa.
Kemampuan berbahasa terus mengalami perubahan dan perkembangan
serta terus mengalami peningkatan dalam perbendaharaan kata.
Dalam perkembangannya, faktor yang paling memperngaruhi
kognitif dan bahasa pada diri individu adalah faktor dari luar, seperti
lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah. Lingkungan yang kaya
dengan kemampuan bahasanya akan memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di
dalamnya. Sehingga kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh individu
dapat meningkatkan kompetensi kognitif dan komunikasi individu tersebut.
Sumber:
Gunawan, Bakti. 2012.Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi
BelajarMengajar.Online:http://www.kompasiana.com/baktiguna
wan/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajarmengajar_550d985b8133115d22b1e4d8 (Diunduh 7 Mei 2016)
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Psikologi Pendidikan
Page 18
Makalah III
“Hukuman Sebagai Alternatif Dalam Menangani Masalah
Pembelajaran Peserta Didik Di Sekolah”
A. Narasi
Pengalaman Saya yang satu ini terjadi ketika Saya menempuh
pendidikan di jenjang sekolah dasar. Kira-kira 9 tahun yang lalu pada saat
itu Saya duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar. Di kelas 5 Saya sudah
mendapat mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Mata pelajaran
tersebut diajarkan oleh seorang guru laki-laki yang usianya sudah tidak
muda lagi. Mungkin pada saat itu beliau berusia sekitar 65 tahun. Disaat
beliau mengajarkan mata pelajaran IPA, proses mentransfer materi atau
informasi tersebut disampaikan dengan jelas.
Dalam mengajar, beliau sangat tegas sehingga bagi siswa kelas 5
beliau di anggap sebagai guru yang keras dan menakutkan. Ketika beliau
mengajar beliau selalu membawa penggaris kayu yang besar.dan beliau
selalu menunjuk siswanya untuk menjawab pertanyaan. Mungkin cara
mengajar beliau pada saat itu dapat dikatakan masih konvensional.
Karena kedudukan guru dalam proses pembelajaran seperti penguasa
dan siawa adalah seorang bawahan yang harus selalu mendengarkan apa
yang di katakan oleh guru tersebut. Siswa disini cenderung pasif karena
hal ini berkaitan dengan faktor psikologi mereka. Siswa merasa tertekan
dan takut ketika beliau sedang mangajar dengan kondisi proses
pembelajaran seperti itu. Dan ketika beliau sedang menganjar kemudian
menemui
siswa
yang
sedang
berbicara
sendiri
dengan
teman
sebangkunya, maka beliau langsung mendekat dan memukulkan
penggarus kayu kepada meja di depan siswa tersebut.
Ditambah lagi beliau sering memberi tugas untuk selalu
merangkum materi yang sangat banyak. Kemudian setiap diberi tugas
namun ada siswa yang tidak menerjakan, maka beliau akan menghukum
siswa tersebut dengan menjewer kupingnya jika kepada siswa laki-laki
dan akan mencubit tangannnya jika kepada siswa perempuan. Jika ada
Psikologi Pendidikan
Page 19
ulangan harian, dan nilai yang di peroleh siswanya dibawah KKM,
biasanya beliau memukulkan penggaris kayu ke tangan siswa. Itulah
pengalaman Saya terhadap guru yang cukup memberikan kesan, hingga
sampai sekarang ini Saya selalu teringat akan hal tersebut, dimana Saya
juga pernah menjadi salah satu dari siswa yang pernah mendapat
hukuman ketika Saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dan
pernah mendapatkan nilai rendah pada saat ulangan harian.
B. Teori Yang Relevan
Teori Behavioristik Menurut Skiner (Teori Operant Conditioning)
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
konprehensif. Menurut skinner, hubungan antara stimulus dan respons
yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Skinner juga mengemukakan
bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya
maasalah. Sebeb, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.
a.
Penguat
Menurut Skinner, untuk memperkuat prilaku atau menegaskan prilaku
diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan,
yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
1)
Penguatan positif (positive reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu
stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, prilaku yang
diharapkan
akan
meningkat
karena
menyenangkan.
Psikologi Pendidikan
Page 20
diikuti
oleh
stimulus
2)
Penguatan negative (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi,
prilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan.
b.
Hukuman
Hukuman yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang
terjadinya suatu prilaku. Jadi, prilaku yang tidak diharapkan akan menurun
atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak
menyenangkan. Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman
terletak pada prilaku yang di timbulkan. Pada pemuatan negative,
menghilangkan stimulus yang tidak menyenangakan untuk meningkatkan
prilaku yang diharapkan.
c.
1)
Jadwal pemberian penguatan
Continuos reinforcement
Penguatan diberikan secara terus-menerus setiap pemunculan respon
atau perilaku yang diharapkan.
2)
artial reinforcement
Penguatan diberikan dengan menggunakan jadwal tertentu. Jadwal
rasio tetap yaitu pemberian penguatan berdasarkan frekuensi atau
jumlah respon dan timgkah laku tertentu secara tetap.
d.
Keefektifan hukuman
Hukuman hendaknya diberikan untuk prilaku yang sesuai. Terkadang
hukuman diberikan terlalu berat, terlalu ringan, bahkan bentuk
hukuman yang tidak ada kaitan dengan perilaku yang ingin
dihilangkan.
C. Analisis Pengalaman
Pengalaman Saya ketika Saya duduk di bangku kelas 5 SD yang
telah Saya uraikan diatas akan Saya analisis dengan teori yang Saya
pelajari pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Teori yang Saya
Psikologi Pendidikan
Page 21
gunalakan
dalam
menganalisis
pengalaman
Saya
adalah
teori
behavioristik yang merupakan adopsi intelektual dari B. F. Skiner yaitu
teori operant conditioning. Dalam teori tersebut telah dijelasakan bahwa
belajar merupakan proses merubah perilaku seseorang tidak hannya
melibatkan stimulus dan respon saja. Melainkan dalam hal ini diperlukan
suatu alat yang mampu menegaskan dan memperkuat perilaku tersebut.
Skiner telah membgai bentuk penguat menjadi 2 yaitu: penguatan positif
yang berupa penghargaan dan penguatan negatif yang berupa hukuman.
Sedangkan pada pengalaman Saya, guru mata pelajaran IPA di
sekolah Saya tersebut menerapkan teori pembelajaran behavioristik.
Beliau menginginkan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada hasil
belajar siswanya. Untuk memperkuat dan menegaskan perubahan
perilaku pada siswanya, guru tersebut menggunakan alat berupa penguat
negatif atau hukuman kepada siswanya. Tujuannya adalah memberikan
konsekuensi untuk menurunkan peluang terjadinya suatu prilaku. Jadi,
prilaku yang tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena
diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Seperti pada pengalaman Saya, ketika Saya tidak mangerjakan PR
maupun mendapat nilai rendah saat ulangan harian, Saya mendapat
hukuman ari guru Saya. Hukuman tersebut merupakan sebuah stimulus
yang sebenarnya tidak diinginkan. Namun demi terwujudnya suatu
perilaku atau respon yang diinginkan oleh guru Saya seperti siswanya
selalu menegejakan PR dan mendapat nilai tinggi pada saat ulangan,
maka pemberian stimulus yang berupa hukuman itu pun harus tetap
dijalankan. Hukuman yang diberikan tesenut juga sesuai dengan perilaku
siswanya. Selain itu dalam pemberian hukuman yang diberikan oleh guru
Saya terdapat perbedaan pada siswa laki-laki dan perempuan. Dalam
memberikan hukuman kepada siswanya, guru Saya juga menyesuaikan
dengan perilaku siswanya
Psikologi Pendidikan
Page 22
D. Simpulan
Teori pembelajaran operant conditioning menurut B. F. Skiner
merupakan bagian dari teori behavioristik. Teori behaviorisitik menjelaskan
bahwa pembelajaran merupakan proses pemberian stimulus dan respon
yang hasilnya adalah perilaku pada peserta didik. Namun dalam teori
operant conditioning ini, pembalajaran tidak cukup hanya suatu pemberian
stimulus yang menuntut adanya respon berupa perubahan perilaku saja.
Akan tetapi, menurut pandangan dari Skiner, dibutuhka sebuah alat atau
sarana untuk memperkuat atau mempertegas perilaku peserta didik
tersebut.
Sehingga Skiner menciptakan sebuah alat atau penguat yang terdiri
dari dua jenis, yaitu penguat positif atau penghargaan dan penguat negatif
atau hukuman.
Pemeberian hukuman seperti pada pengalaman yang
telah diuraikan diatas bertujuan untuk memberikan suatu srimulus yang
tidak diinginkan kepada peserta didik supaya nantinya terjadi respon atau
perubahan perilaku yang diinginkan oleh pendidik. Bentuk hukuman yang
diberikan pun harus sesuai dengan perilaku peserta didik. Tidak boleh ada
hukuman yang terlalu berat ataupaun terlalu ringan pada peserta didiknya.
Sumber :
Anonim. 2015. Teori pembelajaran behavioristik dan penerapanny. Online:
http://soddis.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-behavioristikdan.html (Diunduh 7 Mei 2016)
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Psikologi Pendidikan
Page 23
Psikologi Pendidikan Semester Genap 2016
Nama
NIM
Rombel
Mata Kuliah
Dosen Pengampu
: Yuli Alfiani
: 3401414103
: 27
: Psikologi Pendidikan
: Abdul Haris Fitrianto, M.Si
Makalah I
“Pentingnya
Kompetensi
Pendidik
dalam
Proses
Pembelajaran”
A. Narasi
Tulisan ini merupakan sebuah pengalaman yang pernah Saya
alami dalam dunia pendidikan ketika Saya duduk di bangku SMA. Saya
menempuh pendidikan sekolah menengan di SMA N 3 Tegal. Sekolah
tersebut dapat dikategorikan sebagai sekolah favorit di Kota Tegal. Hal ini
dikarenakan hasil belajar peserta didik yang menempuh pendidikan di
SMA N 3 Tegal sangat baik, tidak hanya ditinjau dari ranah kognitif saja
melainkan juga ranah afektif dan psikomotoriknya. Selain itu, output yang
dihasilkanpun bisa dikatakan berkualitas, karena selama ini pererta didik
yang telah lulusdari SMA N 3 Tegal mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang perguruan tinggi yang terbaik.
Keberhasilan peserta didik tentu tidak lepas dari campur tangan
pendidik atau guru ketika membimbing dalam proses pembelajaran.
Sebagai agen pembelajaran peran pendidik sangat penting dalam proses
belajar peserta didik. Supaya pendidik dapat dikatakan baik maka dalam
menjalankan perannya pendidik dituntut untuk memiliki kemampuan
secara akademik, paedagogis maupun profesional.
Berbicara mengenai pendidik sebagai agen pembelajaran, Saya
mempunyai pengalaman berkaitan dengan guru selama Saya menempuh
pendidikan di SMA N 3 Tegal. Ketika Saya duduk di bangku kelas X Saya
mendapat mata pelajaran Sejarah. Pengajar mata pelajaran Sejarah pada
peserta didik kelas X adalah Bu SW. Mata pelajaran Sejarah berlangsung
Psikologi Pendidikan
Page 1
selama 90 menit. Dalam menyampaikan materi Sejarah tentang tradisi
masyarakat masa prasejarah, Saya merasa bahwa Bu SW kurang
menguasai materi tersebut. Media pembelajaran yang dipakai oleh Bu SW
juga hanya LKS(Lembar Kerja Siswa) saja. Sehingga Saya pun kurang
bisa memahami materi yang dijelaskan oleh Bu SW. Dan ternyata bukan
Saya saja yang kurang memahami materi tersebut, bahkan teman-teman
Saya pun merasakan hal yang sama dengan Saya. Setelah setengan
semester berlalu, Saya dan teman-teman Saya baru mengetahui bahwa
Bu SW bukanlah guru mata pelajaran Sejarah, tetapi beliau adalah guru
mata pelajaran Pkn. Beliau diminta oleh pihak sekolah untuk mengajarkan
mata pelajaran Sejarah berkaitan dengan ketiadaan guru mata pelajaran
sejarah di SMA N 3 Tegal.
Peristiwa seperti ini tidak hanya terjadi ketika Saya duduk di
bangku kelas X saja, namun hal ini juga berlanjut ketika Saya kelas XI.
Pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI, guru yang mengajar bukanlah asli
dari bidang Sosiologi. Bu WR dan Pak TY yang notabennya adalah guru
mata pelajaran geografi, diminta oleh pihak sekolah untuk mengajarkan
mata pelajaran sosiologi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga
pendidik yang sesuai dengan bidangnya (sosiologi). Sama halnya dengan
mata pelajaran Sejarah, dalam mata pelajaran sosiologi yang diajarkan
oleh guru yang bukan ahli dalam bidang ilmunya kurang menguasai
informasi atau materi yang akan disampaikan. Sehingga hal tersebut juga
berdampak pada peserta didik yang akhirnya mereka kurang bisa
menerima dan memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
Selain permasalahan pada guru yang mengajar lebih dari satu
mata pelajaran, pengalaman yang pernah Saya alami selama duduk di
bangku SMA adalah wali kelas yang kurang memperhadikan anak
didiknya. Misalnya seperti melakukan komunikasi dengan peserta didik
hanya di awal pertemuan saja dan jarang melakukan penilaian atau
evaluasi
proses
dan
Psikologi Pendidikan
hasil
belajar
peserta
Page 2
didik.
Dan
akhirnya
mengakibatkan pendidik atau guru kurang menguasai karekteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
B. Teori Yang Relevan
Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang khusus
mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan proses
mental yang terjadi dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan juga
dapat diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsio dan metode psikologi
untuk mengkaji perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran, penilaian,
dan isu-isu terkait lainnya yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar.
Psikologi pendidikan memiliki manfaat dalam proses pendidikan
yang mencakup empat komponen, antara lain:
1. Tujuan pendidikan
Merumuskan tujuan merupakan hal terpenting yang harus dipenuhi
dalam proses pembelajaran.Tujuan yang telah direncanakan sebelumnya
harus mampu dicapai oleh peserta didik. Jadi peran pendidik disini dangat
penting
untuk
membantu
peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran tersebut.
Psikologi
pendidikan
memberikan
kontribusi
penting
untuk
membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam
merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik yang berbeda-beda akan mempengaruhi
kesiapan peserta didik dan cara-cara mereka belajar.
Hal tersebut
menimbulkan masalah bagi pendidik dalam memahami peserta didik ,
seperti masalah variasi kemampuan, kekuatan dan kelemahan, dan
tahap-tahap perkembangan peserta didik.
Psikologi
pendidikam
memberikan
kontribusi
dengan
cara
membantu pendidik memperhatikan karakteristik dan perilaku peserta
sisik sebelum pembelajaran dimulai.
3. Proses belajar
Psikologi Pendidikan
Page 3
Berkenaan dengan proses belajar, pendidik sering menghadapi
masalah ketika pendidik meransang prosedur pembelajaran dengan
memadukan cara-cara belajar peseta didik. Menurut pakar sosiologi,
setipa pendidik harus memahami bahwa materi pembelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik mempersyaratkan adanya proses belajar yang
berbeda. Karena proses belajar para peserta didik yang berbeda-beda
akan berpengaruh pada hasil belajar yang berbeda pula.
4. Strategi belajar
Setiap pendidik juga dituntut mampu memilih dan menggunakan
berbagai strategi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik sering
mempunyai masalah untuk memilih strategi yang tepat digunakan pada
proses pembelajaran. Menurut pakar psikologi pendidikan, pemilihan
strategi pendidikan sangat penting karena berkaitan dengan proses
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Evaluasi pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, pendidik juga dituntut untuk mampu
melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Pendidik mempunyai masalah untuk merancang prosedur penilaian
peserta didik. Oleh karena itu, psikologi pendidikan memberikan kontribusi
tentang perumusan instrumen evaluasi, pelaksanaan ujian, analisis hasil
evaluasi, dan penafsiran hasil evaluasi.
Pendidik
merupakan
tenaga
profesional
yang
menuntut
persyaratan kemampuan baik secaraa akademik, paedagogis maupun
secara profesional yang diterima oleh pihak dimana pendidik tersebut
bertugas. Pendidik perlu dipersiapkan melalui pendidikan yang sangat
panjang dan dirancang berdasarkan standar kompetensi pendidik. Oleh
karena itu diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para
lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, landasan
keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi menerapkannya secara
profesional di lapangan. Kompetendi yang harus dimiliki oleh guru
mencakup antara lain :
Psikologi Pendidikan
Page 4
1. Kompetensi paedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi
kepribadian,
merupakan
kemampuan
yangberkaitan
dengan performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi
profesional,
yaitu
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
pembimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional.
4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan berkomunikasi dan
bergaul secara efekti, dengan: peseta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus
memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka
sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini
diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa
untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan
pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial
dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan
beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan
beberapa
gambaran
tentang
perlunya
teori
pembelajaran
untuk
mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh
praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari
segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim
Psikologi Pendidikan
Page 5
dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran seharusnya tidak
hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Akan tetapi sebuah teori
pembelajaran
sebaiknya
juga
menyangkut
suatu
praktik
untuk
membimbing seseorang bagaimana caranya peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan
akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Menurut teori pembelajaran
kognitif,
belajar
merupakan
proses
menerima
informasi
melalui
penginderaan yang dimiliki oleh manusia, seperti melihat, mendengar
meraba dan sebagainya , yang kemudian diorganisasikan dalam struktur
kognitif
yang
telah
terbentuk
dan
dimiliki
manusia
berdasarkan
pengalaman belajar sebelumnya. Hasil belajar yang diharapkan dari
proses pembelajaran menurut teori ini tidak hanya peubahan perilaku
secara tampak saja. Namun, individu juga diharapkan mampu memahami
dan dapat menginterpretasikan segala bentuk informasi yang diterima dari
pengalaman inderawi. Atau bahkan melalui proses pembelajar ini peserta
didik
mampu
berdasarkan
mengonstruksikan
pengalaman
dan
gagasan
informasi
maupun
yang
konsep
mereka
baru
peroleh
sebelumnya.
C. Analisis Pengalaman
Berdasarkan pengalaman Saya yang telah diuraikan diatas sangat
tidak relevan dengan konsep hakikat psikologi pendidikan dan pendidik
sebagai agen pembelajaran yang profesional. Karena dalam peristiwa
diatas menunjukan adanya pendidik yang kurang profesional. Hal tersebut
dapat kita lihat dari kompetensi guru yang tidak maksimal terutama pada
kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional. Menurut Saya
berdasarkan pengalaman yang Saya alami, kompetensi pendidik atau
guru yang kurang maksimal sering ditunjukan pada guru yang
mengajarkan lebih dari satu mata pelajaran, guru yang kurang bisa
menerapkan metode pembelajaran badi peserta didik dan kurangnya
Psikologi Pendidikan
Page 6
perhatian guru mata pelajaran maupun guru kelas terhadap peserta
didiknya.
Guru yang dapat mengajar lebih dari satu mata pelajaran
merupakan nilai kebih yang dimiliki guru tersebut. Namun tidak semua
guru yang mengajar lebih dari dua mata pelajaran dapat menguasai
semua materi pembelajaran dengan baik. Pada pengalaman Saya, bahwa
guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran kurang bisa menguasai
materi pembelajaran yang bukan pada bidang ilmunya. Sehingga hal ini
akan berdampak pada aspek kognitif peserta didik.
Selain itu, seorang pendidik atau guru yang tidak bisa menerapkan
metode
pembelajaran
bagi
peserta
didiknya
juga
merupakan
permasalahan pada kompetensi profesional seorang guru. Maslah seperti
ini juga sering terjadi di sekolah Saya. Jadi guru yang dikatakan
profesional adalah guru yang mampu memilih dan menerapkan metode
belajar dengan baik, misalnya saja dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran. Hal ini berkaitan
dengan karakteristik dan kemampuan kognitif peserta didik yang berbedabeda. Maka penggunaan media pembelajaran yang menarik bertujuan
supaya peserta didik mudah menerima dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Seperti pada pengalaman belajar Saya di SMA, yang sering
menjadi permasalahan di dunia pendidikan adalah kurangnya perhatian
yang diberikan pendidik atau guru terhadap peserta didik. Peristiwa
seperti ini biasanya dilakukan oleh guru kelas yang melakukan komunikasi
dan pertemuan dengan peserta didik di awal semester. Sedangkan yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran biasanya mereka hanya sebatas untuk
mengajar saja dan tidak berusaha untuk mencoba memahami peserta
didiknya. Seharusnya sebagai pendidik, seorang guru dapat memahami
setiap peserta didiknya. Dalam proses memahami peserta didiknya,
seorang guru dapat melakukan pendekatan dan berinteraksi dengan
peserta didik melalui pemberian motivasi kepada peserta didik sebelum
Psikologi Pendidikan
Page 7
pembelajaran dimulai. Selain itu dapat juga dilakukan ketika proses
pembelajaran supaya mengetahui perkembangan pemahaman peserta
didik terhadap informasi atau materi pembelajaran yang disampaikan.
Seorang guru juga dapat malakukan interaksi dengan peserta didik dalam
kegiatan evaluasi pembelajaran supaya guru mengetahui hasil belajar
peserta didik. Serangkaian contoh kegiatan diatas dilakukan oleh pendidik
untuk mengetahui dan memahami karekteristik maupun potensi yang
dimiliki peserta didik supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Berdasarkan teori pembelajaran kognitif, maka pembelajaran dapat
di simpulkan sebagai proses mentransfer informasi dari pendidik kepada
peserta didik. Dalam menerima segala bentuk informasi tersebut
seringkali peserta didik mengalami permasalahan baik dari luar maupun
dari dalam dirinya sendiri. Maka dari itu pengetahuan tentang psikologi
sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik,
pengajar,
pelatih,
pembimbing,
dan
pengasuh
dalam
memahami
karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik secara
integral. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta
didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang
berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses
pembelajarannya berhasil. Dengan memahami karakteristik psikologis
yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Maka para guru di sekolah
akan dapat melakukan pembelajaran yang bersifat individual sesuai
dengan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh peserta siswa. Jadi sifat
heterogenitas suatu kelas perlu menjadi perhatian utama bagi guru. Selain
pembelajaran yang bersifat individual, guru perlu juga melakukan
pembelajaran secara kelompok jika karakteristik psikologis peserta didik
yang ada di suatu kelas dianggap relatif sama. Kontribusi psikologi
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan terhadap dunia pendidikan
memang sangat besar karena menyangkut semua aspek di bidang
pendidikan, terutama menyangkut proses belajar mengajar itu sendiri.
Psikologi Pendidikan
Page 8
Psikologi pendidikan sebagai mata kuliah Dasar Kependidikan
(MKDK) sangat penting dan wajib diikuti oleh para mahasiswa di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena berkontribusi besar
dalam membekali pengetahuan dan pemahaman kepada calon guru dan
guru tentang aktivitas umum jiwa peserta didik dalam proses pendidikan di
kelas. Melalui penerapan pengetahuan tentang psikologi pendidikan, para
guru diharapkan dapat menemukan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pendidikan di kelas. Selain
itu, para guru diharapkan dapat melakukan proses pendidikan di kelas
dengan optimal, karena itu para guru diharapkan dapat mengetahui,
memahami,
dan
menerapkan
prinsip-psinsip
pembelajaran
dan
pendidikan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik,
perkembangan peserta didik, bagaimana peserta didik belajar, rencana
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologis peserta
didik, dan prosedur pembelajaran dan pendidikan yang diterapkan oleh
para guru dapat membuat peserta didik dapat belajar secara efisien,
efektif, dan memuaskan (Suardiman, 1988).
Mata kuliah Psikologi Pendidikan bagi seorang calon guru dan guru
merupakan dasar pengetahuan yang mendasari profesi mengajar. Guru
sebagai pendidik dan pengajar yang memiliki pengetahuan tentang
Psikologi Pendidikan akan mampu mengembangkan serta menerapkan
prinsip-prinsip psikologi dalam membelajarkan dan mendidik peserta didik
di kelas. Pengetahuan guru tentang belajar dan syarat-syarat keberhasilan
aktivitas pembelajaran di kelas memungkinkan guru dapat memilih,
merencanakan,
dan
mengevaluasi
proses
mengajar
atau
proses
pembelajaran dan mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran sebagai
suatu sistem yang terkait satu sama lain. mata kuliah Psikologi Pendidikan
tidak hanya berkontribusi penting kepada guru sebagai pendidik dan
pengajar melainkan juga berkontribusi penting kepada para calon guru
yang akan berperan sebagai pendidik dari pengajar kelak, baik di lembaga
pendidikan milik pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini seorang
Psikologi Pendidikan
Page 9
pendidik memiliki kualifikasi akademik, kompetensi pendidik, sertifikat
pendidik, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Sehingga para pendidik dapat dikatakan sebagai agen
pembelajaran yang profesional.
Proses pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh para
guru tidak hanya berlangsung di dalam kelas di suatu lembaga pendidikan
formal saja, melainkan proses pendidikan dan pembelajaran dapat
berlangsung di lembaga pendidikan informal (di lingkungan keluarga), dan
di lembaga pendidikan non formal (di masyarakat) atau dimana saja tanpa
dibatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Namun, perlu diketahui, dipahami,
dan disadari bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi
berlangsungnya proses pendidikan dan pembelajaran di suatu tempat,
yaitu ada guru sebagai pendidik dan pengajar yang telah dewasa, ada
peserta didik sebagai orang yang belum dewasa yang membutuhkan
pendewasaan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, adanya
pemberian pengaruh yang disengaja dari guru kepada peserta didik, dan
pengaruh yang diberikan oleh guru tersebut memiliki nilai normative
(positif)
dan
tujuan
positif
mengembangkan
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik peserta didik.
D. Simpulan
Dalam dunia pendidikan, kompetensi pendidik harus mendapatkan
perhatian khusus oleh pihak sekolah. Karena kompetensi yang dimiliki
oleh para pendidik sangat penting dalam proses pendidikan atau
pembelajaran. Jadi dengan memperhatikan kompetensi pendidik seperti
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial, maka segala hambatan maupun masalah yang
kemungkinan
dapat
terjadi
dalam
proses
pembelajaran
dapat
diminimalisir. Misalnya saja seperti pengalaman yang pernah Saya alami
mengenai guru yang mengajar lebih satu mata pelajaran dan kurang
menguasai materi serta kesulitan menerapkan metode pembelajaran dan
Psikologi Pendidikan
Page 10
pada kurangnya perhatian yang diberikan guru kepada peserta didik.
Sehingga hal tersebut akan menimbulkan masalah dan hambatan pada
jalannya proses pembelajaran. Karena guru tidak dapat mengetahui
karakteristik dan kemampuan peserta didik dalam menerima informasi
yang disampaikan oleh guru.
Oleh karena itu, psikologi pendidikan sebagai mata kuliah Dasar
Kependidikan sangat penting dan wajib diikuti oleh para mahasiswa di
LPTK untuk memberi bekal bagi calon guru dalam merumuskan
komponen pembelajaran dan membantu memahami karakteristik maupun
potensi yang dimiliki oleh peserta didik serta memenuhi kompetensi
pendidik. Sehingga guru dapat di katakan sebagai agen pembelajaran
yang profesional dan bisa menjalankan perannya dengan baik supaya
hasil pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sumber:
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Soleh, Akhmad. 2013. Pentingnya Psikologi Dalam Masalah Pendidikan.
Online : http://akhmadsoleh12.blogspot.co.id/ . (Diunduh: 6 Mei
2016)
Psikologi Pendidikan
Page 11
Makalah II
“Perkembangan Kemampuan Berbahasa sebagai Bentuk Tercapainya
Kompetensi Kognitif dan Komunikasi”
A. Narasi
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan
pendidikan dan pembimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang
utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak berada dalam
lingkungan keluarga. Jadi orang tua akan berperan sebagai pendidik dan
anak akan menjadi objek atau peserta didik yang menerima segala bentuk
informasi yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Dalam lingkungan
keluarga, hal yang pertama kali diajarkan kepada anak adalah bahasa.
Karena bahasa merupakan unsur paling penting dalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Seperti pada pengalaman ketika Saya masih kecil, orang tua Saya
mengajarkan bahasa Jawa untuk digunakan dalam berkomunikasi seharihari. Menurut orang tua Saya, mereka mengajarkan bahasa Jawa mulai
dari tahap pralinguistik sebagai kontak verbal antara orang tua dengan
anak. Tujuan pengajaran bahasa jawa dari orang tua saya yaitu untuk
membentuk karakter yang baik seperti tahu sopan santun, tata krama
berbahasa dan bisa menempatkan diri ditengah pergaulan umum. Selain
itu juga ditujukan untuk menujang perkembangan kemampuan berbahasa
yang baik untuk berkomunikasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga ketika Saya masih anak-anak Saya sangat menguasai bahasa
Jawa dengan baik.
Kemudian pada saat Saya mulai mengenal lingkungan teman
sebaya dan melakukan hubungan sosial seperti bermain bersama dengan
mereka, Saya mendapat pengaruh bahasa yang mereka gunakan dalam
Psikologi Pendidikan
Page 12
berkomunikasi yaitu bahasa daerah Tegal. Awalnya Saya merasa bingung
dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya Saya yang
notabennya telah menggunakan bahasa daerah Tegal dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, lama kelamaan Saya pun menjadi terbiasa dan tidak
merasa kesulitan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah
Tegal yang diucapkan oleh teman-teman Saya.
Karena pemahanman
Saya tentang bahasa Tergal dan perbandaharaan katanya sudah
meningkat. Bahkan Saya juga sering menggunakan bahasa Tegal untuk
komunikasi dengan teman-tenman Saya ketika sedang bermain bersama.
Waktu Saya mulai menempuh pendidikan formal di Sebuah taman
kanak-kanak Saya belajar bahasa Indonesia melalui komunikasi seharihari dengan guru dan teman-teman Saya. Dalam mempelajari setiap kata
menggunakan bahasa Indonesia Saya tidak merasa kesulitan. Karena
sebelumnya Saya juga sudah mengetahui dan memahami bahasa
Indonesia dari media massa seperti televisi, radio maupun majalah.
Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang mudah di pahami oleh
masyarakat, sehingga melalui informasi tata bahasa Indonesia yang
mereka dengar masyarakat pun secara otomatis dapat menggunakannya
dalam berkomunikasi seperti Saya.
Dan pada saat Saya duduk di bangku sekolah dasar, Saya juga
mulai diajarkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran tambahan. Di
sekolah Saya dulu, mata pelajaran bahasa Inggris diajarkan sejak kelas 3
SD sampai kelas 6 selama beberapa jam pelajaran selama seminggu.
Pendidikan bahasa inggris di SD dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa asingyang disertai dengan tindakan. Kebijakan
memasukan bahasa inggris di SD juga berkaitan dengan perkembangan
peserta didik ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
jadi bahasa inggris sudah tidak asing lagi bagi mereka. Hal tersebut
menunjukan bahwa perkembangan berbahasa sangat penting untuk
meningkatkan komptensi komunikasi individu
Psikologi Pendidikan
Page 13
dalam dunia pendidikan
maupun
dalam
kehidupan
bermasyarakat
sebagai
sarana
untuk
berinteraksi.
Sedangkan, ketika Saya menginjak usia remaja, dilingkungan
teman sebaya penggunaan bahasa mulai mengalami perubahan seperti
muncu istilah-istilah khusus yang hanya dimengerti para remaja dan
munculnya bahasa gaul di kalangan remaja, misalnya kepo, LOL dan
sebgainya. Jadi seiring berjalannya waktu dan semakain berkembangnya
individu dari mulai anak-anak hingga dewasa, maka kemampuan
berbahasa terus mengalami perubahan dan perkembangan serta terus
mengalami
peningkatan
perkembangan
dalam
berbahasa
perbendaharaan
individu
kata.
berkembang
Selain
itu,
sesuai
sengan
teori
vygotsky
perkembangan kognisinya.
B. Teori yang Relevan
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Tiga
konsep
yang
dikembangkan
dalam
(Tappan,1998): (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila di
analisis dan pahami apabila dianalisis dan di interpretasikan secara
developmental; (2) kemampuan kognitif yang di mediasi dengan kata,
bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis
untuk
membantu
dan
menstraformasi
aktivitas
mental;
dan
(3)
kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak kanak awal (early
childhood ), bahasa mulai digunaka sebagai alat yang membantu anak
untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem. Vygotsky percaya
bahwa
kemampuan
kognitif
berasal
dari
hubungan
social
dan
kebudayaan. Oleh karena itu karena itu perkembangan anak tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan social dan cultural ( Holland, dkk 2001 ). Dia
percaya bahwa perkembangan memori , perhatian dan nalar, melibatkan
pembelajaran untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat,
Psikologi Pendidikan
Page 14
seperti bahasa, system matematika, dan strstegi memori. Pada satu
kultur,
konsep
ketiga
ini
dimaksudkn
mungkin
berupa
pelajaran
menghitung dengan menggunkan computer, namun dalam kultur yang
berbeda,
pembelajaran
ini
mungkin
berupa
pelajaran
berhitung
menggunakan batu dan jari.
Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu
dipengaruhi
situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan
didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek
artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang
lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari
situasi social.
Bahasa dan pemikiran. Vygotsky berkeyakinan bahwa anak
menggunakan
bahasa
bukan
hanya
untuk
berkomunkikasi
saja,
melainkan juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan
caranya sendiri. Penggunaan bahasa untuk mengatur diri sendiri,
dinamakan pembicaraan batin (inner speech) atau berbicara sendiri
(private speech). Menurut piaget, berbicara sendiri bersifat egosentris dan
tidak dewasa tetapi menurut vygotsky adalah alat penting bagi pemikiran
selama masa kanak kanak. Tatkala anak sering meakukan pembicaraan
batin, ia justru akan lebih kompeten secara social. Karena anak
menginternalisasikan
pembicaraan
egosentrisnya
dalam
bentuk
pembicaraan batin kemudian pembicaraan batin ini menjadi pemikiran
mereka. Oleh karena itu pembicaraa batin dapat mempresentasikan
transisi awal untuk menjadi lebih komuniktif secara social.
Teori Perkembangan Bahasa Menurut Pandangan Chomsky
Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai
proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan –
ucapan, memilih ukuran penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling
sederhana ( Tarigan, 1986 : 243 ). Proses perkembangan bahasa
dijelaskan melalui dua pendekatan :
Psikologi Pendidikan
Page 15
1. Navistik : struktur bahasa telah ditentukan secara biologik sejak lahir
( tarigan,1986 :257 )
2. Empiris :kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungan
(orang
dewasa
yang
berbahasa)
Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Berpikir merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat pribadi
yang berlangsung selama terjadinya stimulus sampai dengan munculnya
respon ( Morgan 1989 :228 ). Dalam aktivitas berpikir di dalamnya
melibatkan bahasa.Berpikir merupakan percakapan dalam hati.Bahasa
merupakan
tersebut.Jadi
alat
untuk
berpikir
berpikir
dan
mengekspresiakn
berbahasa
hasil
merupakan
dua
pemikiran
aktivitas
bersamaan.Faktor yang paling berperan adalah faktor kognisi.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
a.
Faktor
Biologis,
Kemampuan
kodrati
atau
alami
yang
memungkinkannya menguasai bahasa.Potensi alam ini bekerja
secara otomatis.
b.
Faktor lingkungan, Lingkungan yang kaya dengan kemampuan
bahasanya akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi
berkembangnya bahasa individu yang tinggal di dalamnya.
C. Analisis Pengalaman
Berdasarkan pengalaman yang Saya alami tersebut akan Saya
analisis dengan teori psikologi pendidikan yang telah Saya pelajari yaitu
teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky. Pengalaman Saya dalam
mempelajari bahasa Jawa yang diajarkan oleh orang tua Saya ketika
masih
kanak-kanak
tidak
hanya
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan berkomunikasi saja tetapi juga sarana untuk membentuk
kepribadian dan membantu dalam berperilaku serta meningkatkan
kemampuan kognitif individu. Bahasa Jawa dijadikan sebagai alat yang
ada dalam masyarakat untuk mengembangkan memori, perhatian dan
Psikologi Pendidikan
Page 16
nalar. Karena bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa yang mampu
membentuk
watak
dan
karakter
seseorang.
Sehingga
proses
pembelajaran bahasa Jawa menjadikan adanya hubungan sosial dan
budaya antara orang tua dengan anak sehingga akan mengembangkan
kemampuan kognitif anak tersebut. Hal ini sama halnya konsep
perkembangan
kognitif
yang
dijelaskan
oleh
Vygotsky
bahwa
perkembangan kognitif seseorang terbentuk melalui hubungan ssial dan
budaya dalam lingkungan individu tersebut.
Selain itu, komunitas sosial seperti kelompok teman sebaya
maupun
lingkungan
sekolah
dapat
mempengaruhi
perkembangan
kemampuan berbahasa seseorang. Melalui hubungan atau kegiatan sosial
yang terjadi pada kelompok sosial tersebut juga dapat meningkatkan
perkembangan
kognitif
seseorang.
Menurut
Pandangan
Chomsky,
perkembangan bahasa dalam psikolinguistik diartikan sebagai proses
untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan – ucapan,
memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling
sederhana. Sehingga perkembangan kemampuan berbahasa seseorang
tidak
hanya
dapat
meningkatkan
perkembangan
kognitifnya
saja
melainkan juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya.
Jadi
faktor
lingkungan
sangat
berpengaruh
terhadap
perkembangan kebahasaan seseorang, baik lingkungan keluarga, teman
sebaya maupun sekolah. Karena di dalam aktivitas lingkungan tersebut
terdapat suatu hubungan sosial dan bahasa sebagai unsur budaya atau
alat
untuk mengembangkan kemampuan bahasa seseorang. Dalam
aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa, berpikir dan berbahasa
merupakan dua aktivitas bersamaan. Sehingga melalui kemampuan
kebahasaan yang mereka miliki dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengembangkan kemampuan kognitif dan komunikasi individu tersebut.
D. Simpulan
Psikologi Pendidikan
Page 17
Perkembangan kebahasaan sangat penting bagi seorang individu.
Karena kemampuan kebahasaan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir atau kognitif seseorang. Bahasa dapat dijadikan alat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir. Kemampuan kognitif berasal dari
hubungan social dan kebudayaan sehingga perkembangan anak tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultural.
Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas bersamaan.
Selain dapat dijadikan alat untuk meningkatkan perkembangan kognitif,
bahasa juga dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi antar
individu. Perkembangan kebahasaan terjadi seiring berjalannya waktu dan
semakain berkembangnya individu dari mulai anak-anak hingga dewasa.
Kemampuan berbahasa terus mengalami perubahan dan perkembangan
serta terus mengalami peningkatan dalam perbendaharaan kata.
Dalam perkembangannya, faktor yang paling memperngaruhi
kognitif dan bahasa pada diri individu adalah faktor dari luar, seperti
lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah. Lingkungan yang kaya
dengan kemampuan bahasanya akan memberikan kesempatan yang
lebih besar bagi berkembangnya bahasa individu yang tinggal di
dalamnya. Sehingga kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh individu
dapat meningkatkan kompetensi kognitif dan komunikasi individu tersebut.
Sumber:
Gunawan, Bakti. 2012.Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi
BelajarMengajar.Online:http://www.kompasiana.com/baktiguna
wan/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam-interaksi-belajarmengajar_550d985b8133115d22b1e4d8 (Diunduh 7 Mei 2016)
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Psikologi Pendidikan
Page 18
Makalah III
“Hukuman Sebagai Alternatif Dalam Menangani Masalah
Pembelajaran Peserta Didik Di Sekolah”
A. Narasi
Pengalaman Saya yang satu ini terjadi ketika Saya menempuh
pendidikan di jenjang sekolah dasar. Kira-kira 9 tahun yang lalu pada saat
itu Saya duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar. Di kelas 5 Saya sudah
mendapat mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Mata pelajaran
tersebut diajarkan oleh seorang guru laki-laki yang usianya sudah tidak
muda lagi. Mungkin pada saat itu beliau berusia sekitar 65 tahun. Disaat
beliau mengajarkan mata pelajaran IPA, proses mentransfer materi atau
informasi tersebut disampaikan dengan jelas.
Dalam mengajar, beliau sangat tegas sehingga bagi siswa kelas 5
beliau di anggap sebagai guru yang keras dan menakutkan. Ketika beliau
mengajar beliau selalu membawa penggaris kayu yang besar.dan beliau
selalu menunjuk siswanya untuk menjawab pertanyaan. Mungkin cara
mengajar beliau pada saat itu dapat dikatakan masih konvensional.
Karena kedudukan guru dalam proses pembelajaran seperti penguasa
dan siawa adalah seorang bawahan yang harus selalu mendengarkan apa
yang di katakan oleh guru tersebut. Siswa disini cenderung pasif karena
hal ini berkaitan dengan faktor psikologi mereka. Siswa merasa tertekan
dan takut ketika beliau sedang mangajar dengan kondisi proses
pembelajaran seperti itu. Dan ketika beliau sedang menganjar kemudian
menemui
siswa
yang
sedang
berbicara
sendiri
dengan
teman
sebangkunya, maka beliau langsung mendekat dan memukulkan
penggarus kayu kepada meja di depan siswa tersebut.
Ditambah lagi beliau sering memberi tugas untuk selalu
merangkum materi yang sangat banyak. Kemudian setiap diberi tugas
namun ada siswa yang tidak menerjakan, maka beliau akan menghukum
siswa tersebut dengan menjewer kupingnya jika kepada siswa laki-laki
dan akan mencubit tangannnya jika kepada siswa perempuan. Jika ada
Psikologi Pendidikan
Page 19
ulangan harian, dan nilai yang di peroleh siswanya dibawah KKM,
biasanya beliau memukulkan penggaris kayu ke tangan siswa. Itulah
pengalaman Saya terhadap guru yang cukup memberikan kesan, hingga
sampai sekarang ini Saya selalu teringat akan hal tersebut, dimana Saya
juga pernah menjadi salah satu dari siswa yang pernah mendapat
hukuman ketika Saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dan
pernah mendapatkan nilai rendah pada saat ulangan harian.
B. Teori Yang Relevan
Teori Behavioristik Menurut Skiner (Teori Operant Conditioning)
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
konprehensif. Menurut skinner, hubungan antara stimulus dan respons
yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Skinner juga mengemukakan
bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya
maasalah. Sebeb, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.
a.
Penguat
Menurut Skinner, untuk memperkuat prilaku atau menegaskan prilaku
diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada juga jenis penguatan,
yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
1)
Penguatan positif (positive reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti oleh suatu
stimulus yang mengandung penghargaan. Jadi, prilaku yang
diharapkan
akan
meningkat
karena
menyenangkan.
Psikologi Pendidikan
Page 20
diikuti
oleh
stimulus
2)
Penguatan negative (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa
frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan. Jadi,
prilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan.
b.
Hukuman
Hukuman yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan peluang
terjadinya suatu prilaku. Jadi, prilaku yang tidak diharapkan akan menurun
atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak
menyenangkan. Perbedaan antara penguatan negatif dan hukuman
terletak pada prilaku yang di timbulkan. Pada pemuatan negative,
menghilangkan stimulus yang tidak menyenangakan untuk meningkatkan
prilaku yang diharapkan.
c.
1)
Jadwal pemberian penguatan
Continuos reinforcement
Penguatan diberikan secara terus-menerus setiap pemunculan respon
atau perilaku yang diharapkan.
2)
artial reinforcement
Penguatan diberikan dengan menggunakan jadwal tertentu. Jadwal
rasio tetap yaitu pemberian penguatan berdasarkan frekuensi atau
jumlah respon dan timgkah laku tertentu secara tetap.
d.
Keefektifan hukuman
Hukuman hendaknya diberikan untuk prilaku yang sesuai. Terkadang
hukuman diberikan terlalu berat, terlalu ringan, bahkan bentuk
hukuman yang tidak ada kaitan dengan perilaku yang ingin
dihilangkan.
C. Analisis Pengalaman
Pengalaman Saya ketika Saya duduk di bangku kelas 5 SD yang
telah Saya uraikan diatas akan Saya analisis dengan teori yang Saya
pelajari pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Teori yang Saya
Psikologi Pendidikan
Page 21
gunalakan
dalam
menganalisis
pengalaman
Saya
adalah
teori
behavioristik yang merupakan adopsi intelektual dari B. F. Skiner yaitu
teori operant conditioning. Dalam teori tersebut telah dijelasakan bahwa
belajar merupakan proses merubah perilaku seseorang tidak hannya
melibatkan stimulus dan respon saja. Melainkan dalam hal ini diperlukan
suatu alat yang mampu menegaskan dan memperkuat perilaku tersebut.
Skiner telah membgai bentuk penguat menjadi 2 yaitu: penguatan positif
yang berupa penghargaan dan penguatan negatif yang berupa hukuman.
Sedangkan pada pengalaman Saya, guru mata pelajaran IPA di
sekolah Saya tersebut menerapkan teori pembelajaran behavioristik.
Beliau menginginkan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada hasil
belajar siswanya. Untuk memperkuat dan menegaskan perubahan
perilaku pada siswanya, guru tersebut menggunakan alat berupa penguat
negatif atau hukuman kepada siswanya. Tujuannya adalah memberikan
konsekuensi untuk menurunkan peluang terjadinya suatu prilaku. Jadi,
prilaku yang tidak diharapkan akan menurun atau bahkan hilang karena
diberikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan.
Seperti pada pengalaman Saya, ketika Saya tidak mangerjakan PR
maupun mendapat nilai rendah saat ulangan harian, Saya mendapat
hukuman ari guru Saya. Hukuman tersebut merupakan sebuah stimulus
yang sebenarnya tidak diinginkan. Namun demi terwujudnya suatu
perilaku atau respon yang diinginkan oleh guru Saya seperti siswanya
selalu menegejakan PR dan mendapat nilai tinggi pada saat ulangan,
maka pemberian stimulus yang berupa hukuman itu pun harus tetap
dijalankan. Hukuman yang diberikan tesenut juga sesuai dengan perilaku
siswanya. Selain itu dalam pemberian hukuman yang diberikan oleh guru
Saya terdapat perbedaan pada siswa laki-laki dan perempuan. Dalam
memberikan hukuman kepada siswanya, guru Saya juga menyesuaikan
dengan perilaku siswanya
Psikologi Pendidikan
Page 22
D. Simpulan
Teori pembelajaran operant conditioning menurut B. F. Skiner
merupakan bagian dari teori behavioristik. Teori behaviorisitik menjelaskan
bahwa pembelajaran merupakan proses pemberian stimulus dan respon
yang hasilnya adalah perilaku pada peserta didik. Namun dalam teori
operant conditioning ini, pembalajaran tidak cukup hanya suatu pemberian
stimulus yang menuntut adanya respon berupa perubahan perilaku saja.
Akan tetapi, menurut pandangan dari Skiner, dibutuhka sebuah alat atau
sarana untuk memperkuat atau mempertegas perilaku peserta didik
tersebut.
Sehingga Skiner menciptakan sebuah alat atau penguat yang terdiri
dari dua jenis, yaitu penguat positif atau penghargaan dan penguat negatif
atau hukuman.
Pemeberian hukuman seperti pada pengalaman yang
telah diuraikan diatas bertujuan untuk memberikan suatu srimulus yang
tidak diinginkan kepada peserta didik supaya nantinya terjadi respon atau
perubahan perilaku yang diinginkan oleh pendidik. Bentuk hukuman yang
diberikan pun harus sesuai dengan perilaku peserta didik. Tidak boleh ada
hukuman yang terlalu berat ataupaun terlalu ringan pada peserta didiknya.
Sumber :
Anonim. 2015. Teori pembelajaran behavioristik dan penerapanny. Online:
http://soddis.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-behavioristikdan.html (Diunduh 7 Mei 2016)
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan.
Semarang: UNNES PRESS.
Psikologi Pendidikan
Page 23