PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

KIKI KURNIAWAN

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini adalah post-test only control group design. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII-H dan VII-I yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kiki Kurniawan, dilahirkan di Desa Untoro Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 28 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Artiyo dan Ibu Sunarti.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 1996. Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Untoro, Trimurjo dan lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Trimurjo dan lulus tahun 2005. Setelah itu, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Penengahan dan lulus pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui seleksi Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4 Padang Cermin dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Lampung di Desa Padang Cermin, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.


(7)

MOTO

Waktu bisa kita tunggu tapi waktu tidak bisa menunggu kita. (Hardiyanti)

Semakin kau berhenti maka kau akan semakin diberhentikan. (Kiki Kurniawan)


(8)

PERSEMBAHAN

Segala Puji Bagi Allah Subhanawataala, Dzat Yang Maha Sempurna. Dengan segenap jiwa dan ketulusan hati kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu berharga dalam hidupku.

1. Ayah (Artiyo) dan Ibuku tercinta (Sunarti) yang telah membesarkan,

mendidik, mencurahkan kasih sayangnya, dan selalu mendoakan, serta selalu ada dikala ku sedih dan senang dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

2. Adikku (Kiki Faesal Efendi) yang telah memberikan dukungan dan semangatnya padaku.

3. Seluruh keluarga besar yang terus memberikan doanya, terima kasih. 4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajar dengan penuh kesabaran. 5. Almamater Universitas Lampung tercinta.


(9)

x

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus Dosen pembimbing I atas kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

2. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan skripsi ini.

3. Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

5. Dr. Haninda Barata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.


(10)

xi 6. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staff dan jajarannya.

7. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S, selaku Rektor Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 9. Sudjasman, S.H. selaku kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung beserta

Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

10. Hj. Rulita, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika atas ketersediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dan siswa kelas VII-H dan VII-I yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini. 11. Ayahanda Artiyo, Ibunda Sunarti, adikku Kiki Faesal Efendi serta keluarga

besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Rusdi, Tri, Nando, Azis, Aan, Riko, Rico, Rahmad, Dedi, Deki, Persi, Eko, Made, Oky, Munip, Putu, yang senantiasa memberikan perhatian dan semangat.

13. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Mandiri dan Reguler. Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan selama ini.

14. Kakak angkatan 2007 dan adik angkatan 2009 sampai 2013. Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.

15. Keluarga KKN dan PPL Desa Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran: Anan, Azan, Bayu, Dona, Sidik, Dian, Erma, Fiqih,


(11)

xii Lisa, Maftuha, Mauluina, Maria, Nuzul dan Rara. Semoga kekeluargaan dan silaturahim kita akan terus terjalin.

16. Pengurus Referensi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Perpustakaan Universitas Lampung yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi.

17. Biji mata bak sendi pada buku-buku jemariku, yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, serta menanti keberhasilanku.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahuwataala membalas semua kebaikan yang diterima penulis. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu diharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………. 7

1. Pemahaman Konsep Matematis ……….. 7

2. Pembelajaran Konvensional ……….… 8

3. Pembelajaran Kooperatif ……… 10

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ………. 12

B. Kerangka Pikir ………. 14

C. Anggapan Dasar ……… 16

D. Hipotesis Penelitian ……….. 16

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel……… 17

B. Desain Penelitian ……….. 17


(13)

D. Data dan Instrumen Penelitian ………... 19

1. Data Penelitian……… 19

2. Instrumen Penelitian ……….. 19

a. Validitas Isi………. 20

b. Uji Reliabilitas ……….. 21

E. Teknik Analisis Data ………. 22

1. Uji Normalitas ……….. 23

2. Uji Homogenitas Varians ………. 24

3. Uji Hipotesis ……….. 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 27

1. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27

2. Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 28

3. Uji Hipotesis Penelitian ……….…….. 29

B. Pembahasan ………. 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….………. 34

B. Saran ………..………. 34 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 19 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 22 3.3 Interprestasireliabilita ... 23 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Siswa ... 25 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Siswa ... 25 4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 27 4.2 Rekapitulasi Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 28 4.3 Rekapitulasi Uji Hipotesis ... 29


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS... 37

A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) TPS... 61

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 96

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Post-test ... 112

B.2 Pedoman Penskoran Soal Post-test ... 113

B.3 Soal Post-test ... 114

B.4 Rubrik Penilaian Soal Post-test ... 115

B.5 Form Penilaian Validitas Post-test... 118

C.Analisis Data C.1 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Post-test ... 120

C.2 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 122

C.3 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional .. 123

C.4 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS ... 124

C.5 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 128

C.6 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa antara Kelas TPS dan Kelas Konvensional ... 132

C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 133

C.8 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas TPS... 135

C.9 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 138

D.Lain-lain D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 141

D.2 Surat Izin Penelitian ... 142


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga, pendidikan merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu. Dengan pendidikan yang baik maka individu akan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal sehingga, menjadi sumber daya manusia berkualitas yang dapat bersaing dalam dunia kerja dan dapat ikut dalam memajukan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia terbagi atas 3 jenis, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dalam pelaksanaan pendidikan formal tersebut, matematika menjadi mata pelajaran wajib yang dipelajari pada setiap jenjangnya. Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.


(17)

2 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika di atas, kemampuan memahami konsep matematika menjadi sesuatu yang penting untuk dikembangkan. Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap materi yang disajikan dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasi-kannya. Matematika diajarkan karena dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep matematis. Pemahaman konsep matematis mempunyai tujuh indikator yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan noncontoh, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep. Ketujuh indikator tersebut penting dikembangkan karena dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis.

Hasil studi The Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan matematis siswa di Indonesia adalah 386. Hasil ini sangat rendah jika dibandingkan dengan standar rata-rata internasional yaitu 500 (Mullis, et al, 2012). Hasil studi ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP di Indonesia dalam penguasaan konsep dan menyelesaikan soal-soal non rutin masih sangat rendah. Hal ini mengacu pada penilaian TIMSS yang terdiri dari tiga aspek yaitu (1) pengetahuan, yang


(18)

3 mencakup fakta-fakta, konsep dan prosedur yang harus diketahui siswa. (2) penerapan, yang berfokus pada kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. (3) penalaran, yang berfokus pada penyelesaian masalah non rutin, konteks yang kompleks dan melakukan langkah penyelesaian masalah yang banyak.

Pemahaman konsep matematis siswa yang rendah juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung guru disekolah tersebut masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini, guru lebih aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran monoton dan siswa pasif. Pembelajaran dilakukan dengan guru menjelaskan materi, memberikan contoh, dan memberikan soal latihan, sehingga pembelajaran ini kurang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa padahal saat ini sudah banyak model-model pembelajaran yang inovatif, diantaranya model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam Pembelajaran Kooperatif, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran di kelas. Setiap anggota dalam kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena tugas yang diberikan guru menjadi tanggung jawab bersama.


(19)

4 Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang menuntut siswa aktif dalam kelas adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman dalam memahami konsep, serta merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran ini pada dasarnya merupakan sebuah diskusi secara berpasangan yang heterogen. Pembelajaran ini menekankan kepada siswa untuk bekerjasama dengan pasangannya sehingga dapat mengembangkan pemahaman konsep matematis siswa.

Uraian di atas menjadi dasar perlunya penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini: “Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

Berdasarkan rumusan masalah, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut. “Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?”


(20)

5 C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan di kelas.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan pemahaman konsep matematis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran

Kooperatif dimana siswa diberikan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan permasalahan tersebut secara mandiri. Setelah itu, siswa diminta berpasangan untuk mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasannya. Setelah siswa berdiskusi antar pasangan dalam kelompoknya, beberapa pasangan diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lain menanggapi.


(21)

6 2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Sumber belajar dalam pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru. Pada pembelajaran ini, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan tidak punya keinginan untuk memperkaya ilmu yang telah dimiliki. Siswa menjadi pasif dan hanya bertindak sebagai pendengar, sehingga pembelajaran menjadi satu arah saja. 3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan untuk dapat mengerti

dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep tersebut, yaitu mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan noncontoh, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep.

4. Pada penelitian ini meteri yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TPS adalah Segi empat dan Segitiga.


(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik. Menurut Mulyasa (2005: 78), pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempunyai objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran, sedangkan objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Jadi matematika berisi konsep yang mempunyai batasan jelas.

Pada penjelasan teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor (Wardhani, 2008: 10) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah sebagai berikut.

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.


(23)

8 e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat menguasai konsep yang dipela-jari siswa dengan cara menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak dalam memahami definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang akan digunnakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 2. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

4. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

5. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah

2. Pembelajaran Konvensional

Djamarah (2002: 77) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.


(24)

9 Sedangkan Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pemberi ilmu dan siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Nining (2004) menjelaskan beberapa kekurangan pembelajaran konvensional antara lain: 1) Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga akan menimbulkan verbalisme; 2) Agak sulit bagi siswa mencerna atau menganalisis materi yang diceramahkan bersama-sama dengan kegiatan mendengarkan penjelasan atau ceramah guru; 3) Tidak memberikan kesempatan siswa untuk apa yang disebut “belajar dengan berbuat”; 4) Tidak semua guru pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan pelajaran tidak dapat tercapai; 5) Menimbulkan rasa bosan sehingga materi sulit diterima; 6) Menjadikan siswa malas membaca isi buku, mereka mengandalkan suara guru saja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang bersifat ceramah yaitu siswa menerima semua materi yang dijelaskan oleh guru, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan, metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. Sehingga kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis.


(25)

10

3. Pembelajaran Kooperatif

Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sukamto dan Saripudin dalam Sukarno (2006: 144) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 12) mengemukakan bahwa cooperatif learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Sedangkan menurut Rusman (2012: 202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dari pendapat tersebut, model pembelajaran kooperatif adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terorganisir untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama, berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok


(26)

11 yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran lebih menekankan pada proses bekerja sama dalam kelompok. Abdurrahman (2009: 123) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling membantu demi keberhasilan kelompok.

2) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang memerlukan bantuan.

3) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik heterogen.

4) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.

5) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.

6) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.

7) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong,

mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. 8) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan

observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakukan intervensi jika terjadi masalah antaranggota kelompok.


(27)

12 9) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.

Rusman (2012: 211) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memeberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa belajar secara kelompok sehingga siswa dapat mengemukakan ide serta saling bertukar pendapat tentang materi yang diberikan. Model pembelajaran ini didasarkan pada manajemen kooperatif sebagai perencanaan pembelajaran yang terorganisasi dan terkontrol dengan kerja sama yang baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat mengurutkan materi sesuai pemahaman konsep yang telah diperoleh selama proses pembelajaran dengan baik serta dapat menginterpretasikan dengan baik dan benar.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Huda (2011: 122) mengungkapkan bahwa model TPS pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Pertama-tama, siswa diminta


(28)

13 untuk duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu jawaban yang sekiranya dapat mewakili hasil pemikiran mereka berdua. Setelah itu, guru meminta setiap pasangan untuk membagikan, menjelaskan, atau menjabarkan hasil jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswi yang lain di ruang kelas. Sejalan dengan itu Nurhadi (2004: 23) menyatakan sebagai berikut.

Think Pair Share (TPS) merupakan struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Think Pair Share (TPS) memilki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Think Pair Share

(TPS) dapat dilaksanakan di berbagai kalangan siswa”

Menurut Spencer Kagan dalam Pujiasih, (2011: 11) manfaat model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:

1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik

2. Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Selanjutnya, Uno dan Nurdin (2011: 119) menyatakan langkah-langkah penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:


(29)

14

1. Membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS secara mandiri

(think).

2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan (pair).

3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share).

Sedangkan Trianto (2011: 82) mengungkapkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan diminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan komunikasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir (think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu, berpasangan (pair) untuk berdiskusi, dan berbagi (share) dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

B. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pem-belajaran matematika. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa untuk menguasai materi dengan cara menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan oleh siswa dalam memahami


(30)

15 definisi, ciri khusus, hakikat dan inti atau isi dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien dan tepat, serta sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep. Untuk mengem- bangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang cocok sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.

Pembelajaran TPS merupakan suatu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan interaksi antara siswa. Selain itu, pembelajaran tipe TPS dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berinteraksi dengan teman diskusi. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Tahapan-tahapan pembelajaran TPS, yaitu: (1) think, pada tahap ini siswa dapat berpikirsecara mandiri untuk memahami konsep matematis, (2) pair, pada tahap ini siswa berpasangan untuk mendiskusikan konsep matematis tersebut, (3) share, pada tahap ini siswa dan pasangannya mempresentasikan hasil diskusi di depan


(31)

16 kelompok lain. Model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk selalu aktif berpartisipasi, komunikatif, berpikir kritis dalam memahami konsep matematis. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa, dalam artian pemahaman konsep matematis pada pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan pada pembelajaran konvensional.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa selain model pembelajaran tidak diperhatikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada siswa pada pembelajaran konvensional.


(32)

17

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terletak di Jalan Untung Suropati, Gang Bumi Manti II No.16 Kedaton Bandar lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam sebelas kelas yaitu kelas VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H, VII-I, VII-J dan VII-K dengan jumlah rata-rata siswa tiap kelas 24 orang. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih sampel secara sederhana dengan beberapa pertimbangan diantaranya dua kelas tersebut diajar oleh guru yang sama dan memiliki kemampuan yang relatif sama. Terpilih dua kelas sampel yaitu kelas VII-H sebagai kelas kontrol dan kelas VII-I sebagai kelas eksperimmen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain post-test only control group design. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (1993:248) desain pelaksanaan penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.


(33)

18

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

R = Pemilihan kelompok secara acak O = Pemberian post-test

X1 = Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X2 = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Melaksanakan seminar proposal penelitian pada tanggal 1 April 2014 c. Menyusun bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan

instrumen penelitian.

d. Menguji coba instrumen penelitian tanggal 15 April 2014 pada siswa kelas VIII-A SMP 8 Bandar Lampung.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol tanggal 23 April 2014 sampai 26 Juni 2014 sebanyak delapan pertemuan tiap kelas.

b. Mengadakan post-test dalam kelas TPS dan kelas konvensional pada tanggal 28 Juni 2014.

Treatment group R X1 O


(34)

19 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Mengambil kesimpulan.

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data kuantitatif. Kemudian, mengolah dan menganalisis data penelitian. Setelah itu mengambil kesimpulan.

D. Data dan Instrumen Penelitian 1. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa skor pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh dari post-test setelah mengikuti pembelajaran TPS dan pembelajaran konvensional.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis siswa. Perangkat tes terdiri dari enam item soal uraian (lihat pada lampiran B.2). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa uraian karena dengan soal tipe ini langkah-langkah penyelesaian siswa yang mengandung indikator pemahaman konsep matematis dapat terlihat dengan jelas sehingga data tentang pemahaman konsep matematis siswa dapat diperoleh.

Ada kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu valid dan reliabel.


(35)

20

a. Validitas

Validitas instrumen tes pemahaman konsep matematis dari penelitian ini adalah validitas isi, yang diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pemahaman konsep matematis tersebut. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan pemberian skor butir soal. Penyusunan dan pemberian skor butir soal tes sesuai dengan pedoman penskoran seperti pada tabel 3.2.

c. Meminta pertimbangan kepada pembimbing dan guru mitra mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Tes yang dikategorikan valid adalah yang dinyatakan sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep matematis yang terdapat pada kisi-kisi soal tes yang dibuat. Berdasarkan penilaian guru mitra, soal tes pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan valid (lihat pada Lampiran B.5), langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba soal yang dilakukan di luar sampel penelitian yaitu di kelas VIII-A.

Pedoman pensekoran tes pemahaman konsep matematis siswa yang dimodofikasi dari Fauzan (2011) disajikan pada Tabel 3.2.


(36)

21

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis

No Indikator Ketentuan Skor

1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

Tidak menjawab 0

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

2 Memberi contoh dan non contoh

Tidak menjawab 0

Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 Memberi contoh dan non contoh dengan

benar 2

3 Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

Tidak menjawab 0

Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika tetapi salah 1 Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar 2 4

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih pro-sedur atau operasi tertentu

Tidak menjawab 0

Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

5 Mengaplikasikan konsep

Tidak menjawab 0

Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Koefisien relibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan rumus Alpha dalam (Erman, 2003: 154) yaitu sebagai berikut.


(37)

22 Keterangan:

= Koefisien reliabilitas = Banyaknya soal

∑ = Jumlah varians skor = Varians skor total

Menurut Guilford (dalam Suherman, 2001:177) koefisien reliabilitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Interprestasi Reliabilitas

Kofisien reliabilitas Interprestasi

≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,40 < ≤ 0,60 Sedang

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi

Dari hasil perhitungan (lihat pada Lampiran C.1), didapat koefisien reliabilitas instrumen tes = 0,75. Berdasarkan pendapat Guilford di atas, nilai r11 memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,60. Oleh karena itu, instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut dinyatakan reliabel.

E. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil post-test berupa tes pemahaman konsep matematis. Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil tes diperoleh data yang digunakan


(38)

23 sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum menguji hipotesis maka dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan uji chi-kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

Persamaan uji chi-kuadrat dalam Sudjana (2005: 273) sebagai berikut.

= ( )

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ( ∝)( ) dengan ∝= 5%. Rekapitulasi perhitungan uji normalitas data pemahaman konsep matematis siswa disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran C.4 dan Lampiran C.5.


(39)

24

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas χ χ Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 3,73 7,81 H0 diterima Normal

Kontrol 5,77 7,81 H0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel 3.3, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki χ < χ dengan taraf signifikan =5 %. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan demikian, kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam populasi tersebut homogen atau tidak. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat homogen)

H1: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat tidak homogen) Keterangan:

σ12 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

σ22 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran konvensional.

Rumus uji homogenitas dalam Sudjana (2005: 249-250) adalah sebagai berikut.


(40)

25 Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ∝( , ) dengan ∝= 10% dan derajat kebebasan v1= n1-1 dan v2= n2-1.

Tabel 3.4 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas data pemahaman konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.6.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Varian (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan Eksperiman 306,52 1,06 2,04 H0 diterima Homogen

Kontrol 326,17

Berdasarkan Tabel 3.4, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Fhitung < Ftabel pada taraf nyata = 5% yang berarti H0 diterima. Jadi, varians kedua kelompok data bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data, diperoleh hasil bahwa pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t dengan rumus sebagai berikut.

= ̅ − ̅

1 + 1

Dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s


(41)

26 Keterangan:

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : = (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih dari pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan = 5%. Untuk nilai t lainnya H0 ditolak.


(42)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS secara optimal. 2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengatur kondisi kelas dan waktu


(43)

35

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah.

Jakarta: Rineka Cipta

Aditya, Rahmad. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). [Tidak diterbitkan]. Bandar Lampung: UNILA.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.

Fauzan, Ahmad, 2011. Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP.

Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and Evaluate

Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Malang: Penerbit Alfa.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A. 2012. TIMSS 2011Internasional

Results in Mathematics. United States: IEA.

Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Menjadi Guru Profesional.

Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nining. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Nusa Media

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Pujiasih, Siti. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair

Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga Pada Siswa Kelas VII B Semester 2 MTs Roudlotush Sholihin-Jemur-Kebumen. [Tidak diterbitkan]. Bandung: UPI.


(44)

36

Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika Kentemporer,

JICA-UPI: Bandung

Sukandi, Ujang. (2003). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:

Predana Media.

Uno, Hamzah B, dan Nurdin M. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta:


(1)

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas χ χ Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 3,73 7,81 H0 diterima Normal

Kontrol 5,77 7,81 H0 diterima Normal

Berdasarkan Tabel 3.3, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki χ < χ dengan taraf signifikan =5 %. Hal ini berarti bahwa H0 diterima. Dengan demikian, kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians-varians dalam populasi tersebut homogen atau tidak. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat homogen)

H1: 2

2 2

1 

  (varians kedua kelompok data bersifat tidak homogen)

Keterangan:

σ12 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

σ22 = varians data tes pemahaman konsep matematis dengan pembelajaran konvensional.

Rumus uji homogenitas dalam Sudjana (2005: 249-250) adalah sebagai berikut. =


(2)

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika ≥ ∝( , ) dengan ∝= 10% dan derajat kebebasan v1= n1-1 dan v2= n2-1.

Tabel 3.4 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas data pemahaman konsep matematis siswa. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.6.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas Varian (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan Eksperiman 306,52 1,06 2,04 H0 diterima Homogen

Kontrol 326,17

Berdasarkan Tabel 3.4, dapat diketahui bahwa data pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Fhitung < Ftabel pada taraf

nyata = 5% yang berarti H0 diterima. Jadi, varians kedua kelompok data bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data, diperoleh hasil bahwa pemahaman konsep matematis siswa berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t dengan rumus sebagai berikut.

= ̅ − ̅ 1 + 1

Dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s


(3)

Keterangan:

̅ = skor rata-rata post-test dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata post-test dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : = (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih dari pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional)

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan = 5%. Untuk nilai t lainnya H0 ditolak.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap pemahaman konsep matematis siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada model pembelajaran Kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model pembelajaran Kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TPS secara optimal. 2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengatur kondisi kelas dan waktu


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah. Jakarta: Rineka Cipta

Aditya, Rahmad. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Skripsi). [Tidak diterbitkan]. Bandar Lampung: UNILA.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman, Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA – Universitas Pendidikan Indonesia.

Fauzan, Ahmad, 2011. Modul Evaluasi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP. Fraenkel, Jack R dan Norman E Wallen. 1993. How to Design and Evaluate

Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Malang: Penerbit Alfa.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., Arora, A. 2012. TIMSS 2011Internasional Results in Mathematics. United States: IEA.

Mulyasa. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nining. 2004. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Nusa Media

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Pujiasih, Siti. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think Pair Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Segitiga Pada Siswa Kelas VII B Semester 2 MTs Roudlotush Sholihin-Jemur-Kebumen. [Tidak diterbitkan]. Bandung: UPI.


(6)

Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Soedjadi.2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 2011. Strategi Pembelajaran Matematika Kentemporer,

JICA-UPI: Bandung

Sukandi, Ujang. (2003). Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya:

Predana Media.

Uno, Hamzah B, dan Nurdin M. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta:


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 26 152

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Baradatu Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44