Belajar dan Bermain Anak. docx

TUGAS MAKALAH
BELAJAR DAN BERMAIN PADA ANAK

Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Konsep Dasar PAUD
Dosen : Ismatul Khasanah, S.PdI.,M.Pd
Kelompok VI
Eko Sumaryati
Isnaini Nurul Fadlilah
Santie Tut Wurie Hidayat

NPM : 15150031
NPM : 15150052
NPM : 15150047

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD ( PG-PAUD )
2015

BAB I

PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Anak adalah salah satu bagian terpenting dalam sebuah keluarga, khususnya orang tua.

Perkembangan anak pastinya bertahap sesuai usianya, untuk memenuhi tahapan perkembangan
tersebut terkadang orang tua atau guru dapat menjadi fasilitator agar anak dapat mencapai tahap
perkembangan sesuai usia . Belajar dan bermain adalah salah satu metode yang dapat dijadikan
sarana untuk memaksimalkan perkembangan anak.
Pada masa anak usia dini, kata belajar dan bermain tidak dapat didefinisikan satu persatu,
karena kedua kata itu saling melengkapi maknanya dan terkait. Bagi orang dewasa mungkin
belajar berbeda aktivitasnya dengan bermain.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan bermain dan belajar, teori yang mendukung dan
manfaat dari bermain dan belajar itu sendiri.
2. RUMUSAN MASALAH

3.

a.


Apakah makna dari belajar melalui bermain ?

b.

Apa sajakah teori belajar bagi anak?

c.

Apa sajakah teori bermain bagi anak?

d.

Apakah ciri bermain bagi anak?

e.

Apakah fungsi bermain bagi anak?

f.


Apakah faktor yang mendukung pada kegiatan bermain?
TUJUAN

a. Menjelaskan makna belajar melalui Bermain
b. Menjelaskan teori belajar bagi anak
c. Menjelaskan teori bermain bagi anak
d. Menjelaskan ciri bermain bagi anak
e. Menjelaskan fungsi bermain bagi anak
f. Menjelaskan faktor yang mendukung kegiatan bermain bagi anak

BAB II
PEMBAHASAN
A.

MAKNA BELAJAR MELALUI BERMAIN
Belajar dan bermain merupakan satu kata yang tidak dapat dipisahkan, karena belajar
anak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya bermain. Piaget dalam
Mayesty (1990;42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang diulang-ulang
dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten

memandang kegiatan main sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat
memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berekreasi secara menyenangkan (Mayesty:61-62). Bermain adalah dunia sekaligus
sarana belajar anak, memberikan kesempatan anak bermain berarti memberikan
kesempatan anak belajar. Belajar dengan cara-cara yang dapat dikategorikan sebagai
bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan
dipersepsikan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna
baginya (sholehuddin, 2000)

B.

BELAJAR BAGI ANAK
Ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana anak belajar, teori ini dipilih karena
erat kaitannya satu sama lain, yang menjelaskan belajar bukanlah proses pasif.
1. Belajar Menurut Teori experiential Learning
Menurut Dewey (1994), pengalaman belajar anak tampak ketika anak memiliki
kesempatan untuk beraktifitas fisik yang menggerakkan mereka untuk bermain,
berangkat ke “sekolah” dengan senang hati, bebas mengatur, dan mempelajari sesuatu
dengan mudah. Pengalaman dalam Dewey (1994) mengandung makna “aku” dalam
segala situasinya di dalamnya “aku”mengambil bagian. Dengan demikian, belajar

akan terjadi jika anak terlibat secara aktif dan mengambil bagian dari setiap tahap
kegiatan
2. Belajar menurut teori konstruktivisme
Belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan yang terjadi from
within (dari dalam diri anak). Dengan demikian, belajar harus diupayakan agar anak-

anak mampu menggunakan peralatan mental (otak) mereka secara efektif dan efisien
sehingga tidak ditandai segi kognitif belaka, tetapi terutama, juga oleh keterlibatan
emosi dan kemapuan kreatif ( Semiawan, 2002)
3. Belajar menurut teori Multiple Intelligences
Menurut teori ini, anak belajar melalui berbagai macam cara, bisa melalui kata,
angka, gambar, warna, nada suara dan mungkin melalui perenungan tentang hakikat
sesuatu. Meskipun demikian, anak pada umumnya, belajar melalui kombinasi dari
beberapa cara.
C.

TEORI BERMAIN
Ada beberapa teori bermain yang memberikan tekanan pda konsekuensi bermain bagi anak usia
dini:


1. Teori psikoanalisis
Bermain bagi anak sebagai alat untuk pelepasan emosi dan mengembangkan rasa
harga diri anak ketika dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah
ketrampilan lainnya, teori ini dikembangkan oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson
2. Teori perkembangan kognitif
Setiap manusia mempunyai strukstur kognitif baik fisik atau mental yang mendasari
prilaku dan aktivitasinteligensi seseorang dan berhubungan erat dengan tahapan
pertumbuhan anak. (Jean Piaget; 1929). Emosi dan afeksi manusia muncul dari
proses yang sama dalam tahap tmbuh kembang kognitif, yang terbagi dalam empat
prosesnya yaitu asimilasi, akomodasi, konservasi, dan reversibility
3. Teori Perkembangan menurut Vygotsky
Teori ini menekankan pada pemusatan hubungan social sebagai hal penting yang
mempengaruhi perkembangan kognitif, karena pertama-tama anak menemukan
pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi bagian dari perkembangan
kognitifnya. Jadi bermain, merupakan cara berpikir anak dan cara anak memecahkan
masalahnya.
D. CIRI BERMAIN
Ciri-ciri kegiatan Bermain:
a. Dilakukan atas pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk kepentingan sendiri
b. Anak yang melakukan aktivitas bermain mengalami emosi-emosi positif


c. Adanya unsur fleksibilitas, yaitu mudah ditinggalkan untuk beralih ke aktivitas lain tanpa
beban
d. Tidak ada tekanan tertentu atas permainan tersebut sehingga tidk ada target yang harus
dicapai
e. Bebas memilih. Ciri ini mutlak bagi anak usia dini
f. Mempunyai kualitas pura-pura, speperti anak memegang kerts dilipat pura-pura menjadi
pesawat dan sejenisnya
(Smith et al: Garvey; Rubin, Fein dan Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999)dikutip
Mayke

E. FUNGSI BERMAIN BAGI PERKEMBANGAN ANAK
Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua bidang
perkembangan, baik perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial,
maupun emosional
1. Kemampuan Motorik
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak
secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya
(Piaget, 1962; Curtis, 1977). Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara
pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget, anak terlahir

dengan kemampuan reflex, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih
gerakan reflex, dan pada akhirnya mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain
anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerakan terkoordinasi
2. Kemampuan Kognitif
Menurut Piaget (1962), anak belajar memahami pengetahuan dengan berinteraksi
melalui objek yang ada disekitarnya. Bermain memberikan kesempatan kepada anak
untuk interaksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan menggunakan indranya
seperti menyentuh, mencium, melihat, dan mendengarkan untuk mengetahui sifatsifat objek. Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan
pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak. Jadi bermain itu
menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir abstrak. Vygotsky (1976)

menyatakan bahwa pada saat bemain, pikiran anak terbebas dari situasi kehidupan
nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian Hoorn (1993) menunjukkan
bahwab ermain memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir logis, imajinatis, dan kreatif.
3. Kemampuan Afektif
Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain
sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai anak memahami aturan bermain. Oleh
Karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya
memahami aturan. Hal itu merupakan perkembangan awal dari perkembangan moral

(afeksi).
4. Kemampuan bahasa
Anak akan menggunakan bahasa baik utuk berkomunikasi dengan temannya maupun
sekedar menyatakan pikirannya (thinking aloud). Terkadang kita melihat ada anak
yang sedang bermain sendiri mengucapkan kata-kataseolah bercakap-cakap sendiri ,
sebenarnya dia sedang membahasakan pa yang dipikirkan. Pada tahap itu anak sedang
menggabungkan antara pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan (Vygotsky;1926).
Mereka belajar bahasa juga ketika berkomunikasi dengan temannya.
5. Kemampuan Sosial
Anak akan berinteraksi dengan anak lain ketika bermain, dalam interaksi tersebut
mengajarkan anak mrespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju dengan ide
atau perilaku anak lain. Hal ini sedit demi sedikit akan mengurangi ras egosentris dan
menggembangkan kemampuan sosialnya.
6. Kemampuan dalam bidang Seni
Kemampuan anak untuk mengikuti irama, nada, berbagai bunyi, gerak, serta
menghasilakan hasil karya yang kreatif, akan terbangun kecerdasan musical, bodly
kinesthetic, dan linguistik.
7. Mengasah ketajaman penginderaan
Pengasahan penginderaan perlu diasah agar lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi
di lingkungannya, anak menjadi kreatif, aktif, dan kritis. Pada tahap ini akan

terbangun kecerdasan Spatial Visual dan Intrapersonal
8. Media Terapi
Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain perilaku anak
lenih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh ahlinya dan tidak
dilakukan sembarangan.

9. Media Intervensi
Bermain dapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau peusatan perhatian pada
tugas tertentu. Contohnya pada hambatan bahasa, social, dan komunikasi, Menurut
Sylvia Asthton Warner (1963) dalam Soendari dan Wismiarti (2010), “kata pertama
harus bermakna bagi anak. Kata itu harus merupakan bagian dari dirinya, harus kata
yang sudah menjadi bagian dari dirinya. Saya masuk ke dalam otak ana, membawa
keluar apa yang saya temukan di sana dan menggunakannya sebagai bahan kerja. Ini
adalah kosakata penting bagi mereka,”

F.

Faktor-Faktor yang mendukung Bermain Pada Anak Usia Dini
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan


anak, yang dilakukan atas inisiatif anak dan keputusan mereka sendiri. Bermain harus dilakukan
dengan senang sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses
belajar pada anak.
Dalam kegiatan bermain haruslah mendukung beberapa hal di bawah ini:
1.

Jenis Main
a. Sensorimotor (fungsional)
Main yang berhubungan sensorimotor adalah main yang dilakukan oleh anak usia dini
yang berhubungan dengan pancaindera dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka.
Tahapan bermain sensorimotor adalah:
 Sensorimotor 1, anak melakukan gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan
pancaindra; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya tanpa
melibatkan mainan atau menggunakan benda contoh memercikkan air dengan tangan
 Sensorimotor 2, anak mengulang-ulang gerakan dengan satu benda atau beberapa
benda, merupakan perputaran yang benda, contohnya memukulkan sekop pada pasir
 Sensorimotor 3, mengulang-ulang urutan sebab akibat sederhana yang menjadi tujuan
pertama

yang

dipilihnya,

kemudian

memilih

cara

untuk

mencapainya,

mengosongkan/mengisi, menyembunyikan / menemukan, membangun /merobohkan,
contoh: menuang air kedalam teko
 Sensorimotor 4, percobaan coba-coba dan salah, tujuan main dipertahankan , tetapi
perilaku untuk mencapai tujuan sifatnya fleksibel, cara yang dilakukan selama
pengulangan

berubah-ubah,

contoh

anak

mengisi

keranjang

dengan

pasir

menggunakan sekop, tetapi sekop digunakan dengan berbagai cara selama bermain.
b. Main Peran
Ada beberapa teori tentang bermain peran diantaranya:
 Sara Smilansky, anak yang tidak terlibat dalam bermain peran sering terlihat tidak
ada rangkaian dalam kegiatan dan percakpan mereka
 Erik

Erikson,

manusia

menghadapi

pembangunan

untuk

menghadapi

pengalamandengan membuat sesuatu menjadi keadaan yang semestinya dan
menguasai kenyataan melalui uji coba dan perencanaan, dan semua itu disusun
anak melalui bermain
 Gowen,

Main

perandipandang

sebuah

kekuatan

yang

menjadi

dasar

perkembangan daya cipta, tahapan, ingatan, kerjasama,kelompok, penyerapan
kosakata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, ketrampilan
mengambil sudut pandang spasial, afeksi, dan kognisi.
 Vigotsky, kemampuan memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda, kemampuan
menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang diarahkan sendiri dengan
sengaja dan fleksibel.
 Piaget Main peran muncul kira-kira umur satu tahun,, Melalui percakapan anak
menciptakan kesepakatan kebutuhan sementara dari ID dan kesadaran rasional
dari ego.
 Sigmund Freud, Anak berperan menjadi seseorang atau sesuatu, anak belajar
menghadapi serangan dar luar terhadap egonya.
c. Main Pembangunan, main pembangunan adalah main untuk mempresentasikan ide anak
melalui media. Media yang bersifat cair, yaitu media yang penggunaan dan bentuknya
ditentukan anak contoh cat, krayon, spidol dll. Media yang bersifat terstruktur

mempunyai bentuk yang telah ditetapkan sebeulmnya dan mengarahkan bagaimana anak
meletakkan bahan-bahan menjadi sebuah karya, contohnya balok, lego.
d. Menurut Lopes (2005:7) ,permainan kreatif yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


Kreasi terhadap objek, pembelajaran, anak melakukan kreasi tertentu terhadap
objek contoh:plastisin dibentuk menjadi hewan



Cerita Bersambung, pembelajaran yang diawali dari ceritta guru lalu anak-anak
menambahkancerita selanjutnya bagian per bagian



Permainan drama kreatif, anak dapat mengekspresikan meniru penokohan,
tanaman atau hewan



Gerakan kreatif, gerakan yang menggunakan otot-otot besar contoh bermain pasir



Pertanyaan kreatif,berhubungan dengan pertanyaan kreatif atau terbuka

2. Alat dan bahan
Bahan mainan terdiri dari berbagai macam jenis tergantung pada tahap yang akan
dicapai, misalnya bahan yang digunakan untuk memberikan pengetahuan tentang
tebal tipis dan lain sebagainya.
3. Penataan Bahan Main
Ditata dan direncanakan terlebih dahulu dan keseriusan, agar anak yang baru
bergabung dapat belajar melalui melihat
4. Hubungan Sosial
Permainan yang ditata dapat menimbulkan interaksi sosial.

BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Belajar bagi dunia anak dapat dilakukan denga banyak cara salah satunya dengan
bermain, karena belajar dan bermain merupakan satu kata yang tak dapat didefinisikan terpisah.
Berlajar melalui bermain dapat menunjang aspek perkembangan yang ada di dalam diri anak,
sehingga semua tahap perkembangan tersebut dapat berjalan optimal.

Daftar Pustaka
Latif, M., Zakhairina, Zubaidah, R., & Afandi, M. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Musfiroh, T. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intelligenced
Anak Usia Taman kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: Pedagogia.
Yulianti, D. (2010). Bermain sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Indeks.