Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari

suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang
oleh masing-masing pemilik. Dividen merupakan sumber yang memberikan
sinyal kepada investor di pasar modal, karena dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan
prospek yang baik di masa yang akan datang. Keputusan pembagian deviden
merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen
sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi devidennya
atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang
menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berhubungan
dengan hal tersebut, maka masalah yang akan timbul adalah bagaimana suatu
kebijakan deviden akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Jensen & Meckling menyatakan bahwa penunjukan manajer oleh
pemegang saham untuk mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan

kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer cenderung mengambil
keputusan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh dengan
tujuan agar pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan
ini seringkali tidak sejalan dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi
dividen yang dibagikan berarti semakin sedikit laba yang ditahan, akibatnya
menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan dalam pendapatan dan harga
1

saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat
mungkin terjadi, karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko
sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu
pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, risiko sepenuhnya
ditanggung oleh para pemilik. Karena manajemen tidak menanggung risiko dan
tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para
pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang
tidak optimal, sehingga menimbulkan masalah keagenan(agency problem).
Besarnya bagian laba yang akan dibayarkan sebagai dividen terkait dengan
besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan dan kebijakan manajer perusahaan
mengenai sumber dana yang akan digunakan, dari sumber intern atau ekstern.
Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana adalah dari intern, dengan

menahan laba yang diperolehnya (tidak dibagikan sebagai dividen). Investor
menginvestasikan dana bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari
dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha memaksimumkan
kesejahteraan investor dengan membuat keputusan berupa kebijakan dividen
terhadap para investor dan pemegang saham. Pembagian dividen sebagian besar
dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang
mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa
dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang
diperoleh dikemudian hari.
Menurut Lintner (dalam Christina, 2011:3) perusahaan-perusahaan
berusaha mempertahankan tingkat dividen yang dibayarkan karena penurunan

2

dividen akan memberikan sinyal yang buruk (perusahaan membutuhkan dana).
Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba tinggi kemungkinan juga mempunyai
fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi, hal ini akan memberikan sinyal yang
tidak baik, khususnya jika dividen turun. Untuk menghindari hal itu, perusahaan
yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung
membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba

perusahaan turun. Hartono (dalam Christina, 2011:3) menyatakan “perusahaan
yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung
membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba
perusahaan turun”.
Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara manajer dengan
pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer dapat berbeda dan
mungkin bisa menimbulkan konflik, misalnya manajer menghendaki pembagian
dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk
mendanai investasinya, sedangkan pemegang saham menghendaki pembagian
dividen yang besar. Konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya keagenan. Pada
sudut pandang pemilik, upaya untuk mengurangi biaya yang timbul dengan
kebijakan dividen. Menurut Keown (dalam Christina, 2011:3), pembayaran
dividen secara tidak langsung menghasilkan proses monitoring yang lebih dekat
terhadap investasi yang dilakukan pihak manajemen.
Adanya perbedaan kepentingan antara para pemegang saham dan manajer
membuat pengambilan kebijakan ini akan menjadi sedikit lebih rumit. Sebagai
contoh adalah adanya sebuah kondisi dimana seorang manajer menginginkan

3


pembagian dividen dengan persentase yang kecil dikarenakan perusahaan
membutuhkan dana yang lebih besar untuk mengembangkan perusahaan. Pada sisi
lain para pemegang saham memiliki keinginan agar dividen dibagikan dengan
persentase yang lebih besar, karena pada hakikatnya para investor mengharapkan
adanya peningkatan kemakmuran atas investasi yang mereka tanamkan.
Brigham dan Gapenski (dalam Arvindra, 2011:1) menyatakan bahwa
setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua
dampak yang berlawanan. Dua dampak ini menggambarkan dua kepentingan yang
berbeda antara para investor dan pihak manajer perusahaan. Apabila perusahaan
berencana untuk membayarkan dividen dengan persentase yang besar, maka
kepentingan atas cadangan perusahaan akan terabaikan. Sebaliknya bila
perusahaan berkeinginan untuk menahan laba di tangan, maka kepentingan para
pemegang saham akan uang kas juga menjadi terabaikan.
\

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah salah satu faktor

yang ikut menentukan apakah laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk dividen
atau akan berubah menjadi laba ditahan yang nantinya akan digunakan perusahaan
sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menggambarkan persentase laba perusahaan

yang dikeluarkan perusahaan untuk para pemegang saham dalam bentuk dividen
kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah yang besar, maka laba
yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika
perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba perusahaan dalam bentuk
dividen dengan persentase yang besar, maka hal tersebut dapat mengurangi
persentase laba ditahan yang akhirnya akan mengurangi proporsi sumber dana

4

intern perusahaan. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen sebuah
perusahaan adalah agar dapat mengalokasikan laba perusahaan ke dalam bentuk
dividen dan laba ditahan dalam proporsi yang tepat dan sesuai.
Pembagian dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan
persentase laba ditahan dapat membuat sumber dana internal perusahaan
berkurang. Hal ini akan mempersulit sebuah perusahaan saat perusahaan tersebut
memiliki keinginan untuk melakukan ekspansi terhadap usahanya sehingga
perusahaan harus mencari tambahan dana dari pihak luar. Sebaliknya apabila
persentase laba ditahan lebih besar dibandingkan persentase jumlah dividen yang
dibagikan maka dana yang dimiliki perusahaan akan meningkat. Kondisi ini akan
mempermudah perusahaan ketika perusahaan tersebut ingin melakukan ekspansi

usaha karena beban yang ditanggung menjadi lebih kecil dibandingkan jika
perusahaan harus memperoleh tambahan dana dari pihak luar, tetapi tentu saja hal
ini akan berseberangan dengan prinsip para investor yang menginginkan
peningkatan atas kesejahteraan mereka.
Berawal dari hal tersebut, manajer biasanya memiliki kecenderungan
untuk mencapai tingkat likuiditas pada titik tertentu untuk memberikan
perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Van Horne
(dalam Arvindra, 2011:3) menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan
arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kondisi tersebut yang
menjadikan tingkat likuiditas perusahaan menjadi pertimbangan utama dalam
keputusan dividen.

5

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (dalam Arvindra,
2011:3), menyatakan bahwa insider ownership atau lebih tepatnya managerial
ownership memiliki arah positif yang signifikan terhadap kebijakan pembagian

dividen. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian oleh Suhartono (dalam Arvindra,

2011) yang menyatakan bahwa perusahaan yang tingkat kepemilikan saham yang
dimiliki oleh manajemen tinggi cenderung membagikan dividennya rendah.

Menurut Atika Jauhari Hatta ( 2002 ) faktor insider ownership yang tinggi
bukanlah faktor terbesar yang secara signifikan mempengaruhi kebijakan
pembagian dividen melainkan adalah fokus perusahaan. Hal tersebut juga
merupakan kebalikan dari tingkat kepemilikan saham minoritas yang cenderung
mempengaruhi kebijakan dividen terhadap tingkat insider ownership yang tinggi.
Selain faktor tingkat insider ownership, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kebijakan dividen yaitu resiko pasar (market risk). Hal ini
dikemukakan Fauzan (dalam Arvindra, 2011) dalam penelitiannya yang
menyimpulkan bahwa kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen belum
mempertimbangkan faktor kesempatan berinvestasi dan faktor biaya keagenan
melainkan faktor risiko perusahaan yang dijadikan pertimbangan dalam membuat
kebijakan dividen.
Penelitian ini menggunakan risiko dengan beta pasar sebagai proksi risiko
yang mempengaruhi kebijakan dividen. Selain itu insider ownership dalam
penelitian ini ditekankan pada tingkat kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajemen atau managerial ownership. Sehingga managerial ownership dalam
penelitian ini tentunya memiliki informasi yang lengkap tentang rencana-rencana

perusahaan yang akan datang.
6

Alasan dilakukannya penelitian ini adalah karena terdapat perbedaan
antara hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang kebijakan dividen terhadap
insider ownership (kepemilikan orang dalam). Selain insider ownership penelitian

ini juga menganalisa bagaimana hubungan market risk terhadap kebijakan
dividen. Dalam penelitian ini ditekankan pada pengaruh insider ownership dan
risiko pasar (market risk) terhadap kebijakan dividen yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka judul yang
diambil dalam penelitian adalah “ Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar
terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,


maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen?
2. Apakah pengaruh resiko pasar terhadap kebijakan dividen?
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh insider ownership terhadap kebijakan deviden.
2. Untuk mengetahui pengaruh risiko pasar terhadap kebijakan deviden.
1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

7

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan terkait mengenai masalah penetapan kebijakan dividen dengan
mempertimbangan insider ownership, resiko pasar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para
investor yang berminat menanamkan modalnya di pasar modal.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada masalah yang berhubungan
dengan penelitian ini, dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi penulis merupakan tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap kebijakan dividen khususnya insider ownership dan
risiko pasar.

8

Dokumen yang terkait

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 2 66

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 4 70

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 9

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 2

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 17

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 2

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 9

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 3 12

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Insider Ownership, Risiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

0 0 6