Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Kadar Kolesterol Dan Tingkat Oksidasi Plasma Darah Tikus Wistar Jantan Hiperkolesterolemik Yang Diinduksi Dengan Kuning Telur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak kematian di Amerika Serikat
dan Inggris, dalam beberapa tahun terakhir lebih dari 2 juta orang Amerika terkena serangan
jantung atau stroke, dan lebih dari 800,000 diantaranya meninggal dunia (Thomas, 2011).
Etiologi penyakit kardiovaskular adalah terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah yang
mengakibatkan gangguan fungsi pada organ yang diperdarahinya. Salah satu faktor resiko
utama terjadinya aterosklerosis adalah hiperkolesterolemia.
Di Indonesia prevalensi dislipidemia (termasuk hiperkolesterolemia) semakin
meningkat. Penelitian MONICA (monitoring of trends and determinants in cardiovascular
disease) di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita
adalah 206, 6 mg/dL dan pria 199, 8 mg/dL, tahun 1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada
wanita dan 204, 8 mg/dL pada pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu
Surabaya (1985) : 195 mg/dL, Ujung Pandang (1990) : 219 mg/dL dan Malang (1994) : 206
mg/dL (Anwar, 2004).
Hiperkolesterolemia didefinisikan sebagai peningkatan kadar kolesterol plasma darah
yang berlebihan dan hal tersebut merupakan faktor resiko yang kuat pada banyak kejadian
penyakit kardiovaskular (Stapleton et al. 2010). Total kolesterol diatas 200 mg/dL berkorelasi
dengan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular (Stapleton et al. 2010).
Aterosklerosis berhubungan dengan terjadinya kerusakan endotel pembuluh darah,
endotel merupakan selapis sel pada permukaan dalam pembuluh darah. Endotel memiliki
kemampuan untuk menghasilkan beberapa molekul bioaktif yang bertindak sebagai autokrin,
parakrin dan endokrin organ. Pada keadaan normal, endotelial sel menjaga keutuhan
22
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah melalui endothelium-derived relaxing factors yang termasuk didalamnya
adalah nitric oxide (NO), prostacyclin, dan endothelium-derivated hyperpolarization factor
yang bersama-sama menjaga keseimbangan simpathetic dan myogenic serta pengaruh sel-sel
parenkim. Molekul-molekul ini membantu dalam pengaturan homeostasis pada sistem
pembuluh darah dengan menyesuaikan dengan kebutuhan dari aliran darah, koagulasi,
inflamasi, aggregasi platelet dan sinyal transduksi (Stapleton et al.2010).
Dinding pembuluh darah dalam kesehariannya terpapar dengan berbagai iritan yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah faktor-faktor hemodinamik,
hipertensi, hiperkolesterolemia, derivat rokok dan toksin (misalnya homosistein dan LDL-C
teroksidasi) serta agen infeksius (Chlamydia pneumonie) juga dapat menyebabkan cidera
endotel yang memicu terjadinya aterosklerosis. Dari semua ini, efek sinergis gangguan
hemodinamik yang menyertai fungsi sirkulasi normal yang digabungkan dengan efek
merugikan hiperkolesterolemia dianggap merupakan faktor terpenting dalam patogenesis
aterosklerosis. Kepentingan teori patogenesis respons terhadap cedera adalah cedera endotel
kronis yang menyebabkan respon inflamasi kronis dinding arteri dan timbulnya aterosklerosis
(Brown, 2002).
Pada hiperkolesterolemia, reaksi antara radikal oksigen atau oksidasi enzimatik dan
lipoprotein atau lebih khusus fosfolipid dapat menyebabkan produksi lipid radikal (oxLDL)
atau fosfolipid teroksidasi (oxPL). OxPL ini dapat berinteraksi dengan reseptor membran sel
untuk terakumulasi dalam membran sel, mengganggu fungsi sel normal melalui penurunan
bioavailabilitas nitric oxide (NO), memunculkan respon imun, menyebabkan penurunan
fungsi vaskular , dan akhirnya terjadi aterosklerosis (Stapleton et al. 2010).
Peningkatan stres oksidatif hasil dari ketidakseimbangan antara reaktif oksigen
spesies (termasuk anion superoxida, hidrogen
mekanisme-mekanisme
pertahanan
peroksida, dan hidroksil radikal) dan
antioksidan
endogen
(Braunwald,
2008).
23
Universitas Sumatera Utara
Ketidakseimbangan ini menyebabkan efek yang sangat buruk pada fungsi endotelial. Stres
oksidatif dapat merusak protein seluler dan menyebabkan terjadinya myocyte apoptosis dan
nekrosis (Braunwald, 2008).
Karena sulitnya untuk mengukur kadar reaktive oxygen species secara langsung pada
tubuh manusia, penanda tak langsung dari stres oksidatif telah dicari. Penanda tersebut
termasuk di dalamnya plasma-oxidized low-density lipoprotein, malondialdehyde dan
myeloperoxidase (Braunwald, 2008). Malondialdehyde dapat kita ukur kadarnya di dalam
plasma, serum, saliva, urin dan exhaled breath condensate yang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan colorimetry, spectrophotometry, HPLC+fluorescene (Janicki, 2010). Dengan
penentuan tingkat stres oksidatif dalam tubuh manusia maka diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu prediktor untuk menentukan kemungkinan terjadinya aterosklerosis dan
kerusakan jaringan lainnya di dalam tubuh.
Dalam penanganan penyakit kardiovaskular, berbagai faktor menjadi sasaran dari
target pengobatan yang diantaranya adalah manajemen kadar lipid plasma, dimana
didalamnya mencakup pengaturan dan modifikasi diet, aktivitas dan terapi dengan
penggunaan obat-obat penurun lemak (Ades, 2001). Saat ini ada berbagai macam golongan
obat penurun lemak darah yang lazim digunakan, Statin, 3-hidroxy-3 methylglutaryl-coenzym
A (HMG CoA) reductase inhibitor merupakan satu diantara jenis obat yang paling banyak
diresepkan di pasaran, selain itu terdapat juga golongan obat lain yaitu ezetimibe yang
merupakan selektif agen yang bekerja mencegah penyerapan kolesterol di usus (Stapleton et
al. 2010). Namun amat di sayangkan bahwa biaya pengobatan untuk penyakit kardiovaskular
masih relatif mahal. Tingginya biaya pengobatan penyakit kardiovaskular menyebabkan
pentingnya tindakan pencegahan serta penemuan alternatif terapi yang jauh lebih murah,
salah satunya dengan pengaturan pola hidup sehat dan konsep kembali ke alam atau kita
kenal dengan istilah back to nature.
24
Universitas Sumatera Utara
Secara alami tubuh telah membuat antioksidan endogen untuk menangkal radikal
bebas yang masuk dalam tubuh, namun ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan di
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
berbagai macam penyakit, sehingga diperlukan adanya asupan antioksidan eksogen ke dalam
tubuh (Bagiada, 2005).
Salah satu antioksidan eksogen adalah antioksidan yang secara alami terkandung
dalam tumbuh-tumbuhan salah satunya adalah buah pepaya (Carica papaya L.). Buah
pepaya merupakan buah meja tidak perlu diolah lagi untuk mengkonsumsinya. Pepaya adalah
buah tropis yang merupakan sumber vitamin C dan vitamin E yang baik, sehingga mampu
mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Selain
itu, buah pepaya juga kaya akan betakaroten yang dapat menjaga terhadap proses perusakan
oksidasi dinding sel dari radikal bebas.
Buah pepaya (Carica papaya L.) mengandung antioksidan yang sangat tinggi, vitamin
C, A, E, B, flavanoid, folat, asam panthotenik, mineral, magnesium dan serat, kandungan
vitamin C dalam pepaya lebih tinggi dari pada jeruk, vitamin A nya lebih tinggi dibanding
wortel (Sunarti, 2008; Sutomo, 2012).
Reaksi dari peroksidasi lipid dapat dihancurkan dengan antioksidan, dimana
antioksidan dapat merubah radikal bebas menjadi turunan yang tidak berbahaya lagi. Vitamin
E merupakan komponen penting dari mekanisme pertahanan antioksidan pada tubuh
manusia, disajikan sebagai antioksidan primer dalam kompartemen lipid (Sunarti, 2008).
Struktur dari vitamin E, khususnya cincin fenolik memungkinkannya untuk menyumbangkan
ion-ion hidrogen ke radikal bebas dan yang kemudian menstabilkannya. Ion hidrogen dari
tokoferol sangat efektif dan sangat cepat bereaksi dan kemudian menghentikan reaksi
berbagai macam radikal bebas sebelum mereka merusak membran sel dan berbagai
komponen lain seperti DNA (Sunarti, 2008; Sutomo, 2012).
25
Universitas Sumatera Utara
Vitamin E yang teroksidasi harus direduksi kembali untuk digunakan kembali. Proses
regenerasi ini membutuhkan agen pereduksi seperti misalnya vitamin C. Vitamin E dan C
tampil untuk bekerja secara bersinergi untuk menghambat oksidasi (Sunarti, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah bahwa aterosklerosis sebagai penyebab penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskular, disebabkan karena terjadinya hiperkolesterolemia dan
adanya oksidasi dalam darah yang tidak dapat diatasi oleh anti oksidan endogen, maka
melalui penelitian ini, peneliti akan mengukur bagaimana pengaruh pemberian jus buah
pepaya (Carica papaya L.) sebagai buah yang diyakini dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan sebagai antioksidan eksogen,
terhadap kadar kolesterol total
dan
kadar
malondialdehyde sebagai penanda terjadinya oksidasi di dalam plasma darah tikus Wistar
jantan yang mengalami hiperkolesterolemia dengan cara diinduksi kuning telur ayam.
26
Universitas Sumatera Utara
1.2. Kerangka Teori
↑↑Intake kolesterol
(-)
ØIntake kolesterol
Pepaya
↑ Kolesterol total
↓↓
Antioksidan
Hiperkolesterolemia
(-)
Vitamin C,A,B,E
↑ Stres oksidatif lipid
↓↓
Serat
MDA ↑
↓↓
Disfungsi endotel
(-)
Aterosklerosis
(-)
Plavanoid
Gambar 1.1 Skema pengaruh induksi pakan hiperkolesterolemia (kuning telur) dan jus
buah pepaya terhadap profil lipid dan kadar Malondialdehyde (MDA) dan
terjadinya aterosklerosis.
27
Universitas Sumatera Utara
1.3. Kerangka Kerja
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Pakan Hiperkolesterol 2 mgg
Pakan standar
8 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
standar
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Ukur kadar kolesterol total & MDA
Ukur kadar
kolesterol total
& MDA
Tikus
diberi
pakan
standar
8 mgg
Ukur kadar
kolesterol
total
& MDA
Jus buah pepaya 2,6 g/hari
Tikus
diberi
pakan
standar
6 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
2 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
4 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
6 mgg
Ukur kadar kolesterol total & MDA
Pakan Hiperkolesterolemia : induksi kuning telur ayam.
Gambar 1.2 Skema yang menunjukan kerangka kerja penelitian.
28
Universitas Sumatera Utara
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah jus buah pepaya (Carica papaya L.) memberikan efek penurun kadar
kolesterol total pada plama darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang
diinduksi kuning telur ?
2. Apakah jus buah papaya (Carica papaya L.)
memberikan efek penurun kadar
malondialdehyde sebagai penanda oksidasi pada plasma darah tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur ?
1.5. Hipotesis
Yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jus buah papaya (Carica papaya L.) memberikan efek penurun kadar kolesterol total
pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning
telur.
2. Jus buah papaya (Carica papaya L.)
memberikan efek penurun kadar
malondialdehyde sebagai penanda oksidasi pada plasma darah tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur.
1.6. Tujuan Penelitian
1.6.1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui efek penurun kadar kolesterol total dan tingkat oksidasi dari jus
buah pepaya (Carica papaya L.) pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia
yang diinduksi kuning telur.
29
Universitas Sumatera Utara
1.6.2. Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui efek penurun kadar kolesterol total dari jus buah papaya (Carica
papaya L.) pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang diinduksi
kuning telur.
2. Untuk mengetahui efek penurun kadar malondialdehyde dari jus buah pepaya (Carica
papaya L.)
sebagai penanda oksidasi pada plasma darah
tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur.
1.7. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai manfaat konsumsi buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap kadar kolesterol total plasma darah yang hiperkolesterolemia.
2. Memberikan informasi mengenai manfaat konsumsi buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap kadar malondialdehyde sebagai penanda terjadinya oksidasi dalam darah.
3. Memberikan arti yang penting terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam dunia obat-obatan tradisional.
30
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak kematian di Amerika Serikat
dan Inggris, dalam beberapa tahun terakhir lebih dari 2 juta orang Amerika terkena serangan
jantung atau stroke, dan lebih dari 800,000 diantaranya meninggal dunia (Thomas, 2011).
Etiologi penyakit kardiovaskular adalah terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah yang
mengakibatkan gangguan fungsi pada organ yang diperdarahinya. Salah satu faktor resiko
utama terjadinya aterosklerosis adalah hiperkolesterolemia.
Di Indonesia prevalensi dislipidemia (termasuk hiperkolesterolemia) semakin
meningkat. Penelitian MONICA (monitoring of trends and determinants in cardiovascular
disease) di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita
adalah 206, 6 mg/dL dan pria 199, 8 mg/dL, tahun 1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada
wanita dan 204, 8 mg/dL pada pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu
Surabaya (1985) : 195 mg/dL, Ujung Pandang (1990) : 219 mg/dL dan Malang (1994) : 206
mg/dL (Anwar, 2004).
Hiperkolesterolemia didefinisikan sebagai peningkatan kadar kolesterol plasma darah
yang berlebihan dan hal tersebut merupakan faktor resiko yang kuat pada banyak kejadian
penyakit kardiovaskular (Stapleton et al. 2010). Total kolesterol diatas 200 mg/dL berkorelasi
dengan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular (Stapleton et al. 2010).
Aterosklerosis berhubungan dengan terjadinya kerusakan endotel pembuluh darah,
endotel merupakan selapis sel pada permukaan dalam pembuluh darah. Endotel memiliki
kemampuan untuk menghasilkan beberapa molekul bioaktif yang bertindak sebagai autokrin,
parakrin dan endokrin organ. Pada keadaan normal, endotelial sel menjaga keutuhan
22
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah melalui endothelium-derived relaxing factors yang termasuk didalamnya
adalah nitric oxide (NO), prostacyclin, dan endothelium-derivated hyperpolarization factor
yang bersama-sama menjaga keseimbangan simpathetic dan myogenic serta pengaruh sel-sel
parenkim. Molekul-molekul ini membantu dalam pengaturan homeostasis pada sistem
pembuluh darah dengan menyesuaikan dengan kebutuhan dari aliran darah, koagulasi,
inflamasi, aggregasi platelet dan sinyal transduksi (Stapleton et al.2010).
Dinding pembuluh darah dalam kesehariannya terpapar dengan berbagai iritan yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah faktor-faktor hemodinamik,
hipertensi, hiperkolesterolemia, derivat rokok dan toksin (misalnya homosistein dan LDL-C
teroksidasi) serta agen infeksius (Chlamydia pneumonie) juga dapat menyebabkan cidera
endotel yang memicu terjadinya aterosklerosis. Dari semua ini, efek sinergis gangguan
hemodinamik yang menyertai fungsi sirkulasi normal yang digabungkan dengan efek
merugikan hiperkolesterolemia dianggap merupakan faktor terpenting dalam patogenesis
aterosklerosis. Kepentingan teori patogenesis respons terhadap cedera adalah cedera endotel
kronis yang menyebabkan respon inflamasi kronis dinding arteri dan timbulnya aterosklerosis
(Brown, 2002).
Pada hiperkolesterolemia, reaksi antara radikal oksigen atau oksidasi enzimatik dan
lipoprotein atau lebih khusus fosfolipid dapat menyebabkan produksi lipid radikal (oxLDL)
atau fosfolipid teroksidasi (oxPL). OxPL ini dapat berinteraksi dengan reseptor membran sel
untuk terakumulasi dalam membran sel, mengganggu fungsi sel normal melalui penurunan
bioavailabilitas nitric oxide (NO), memunculkan respon imun, menyebabkan penurunan
fungsi vaskular , dan akhirnya terjadi aterosklerosis (Stapleton et al. 2010).
Peningkatan stres oksidatif hasil dari ketidakseimbangan antara reaktif oksigen
spesies (termasuk anion superoxida, hidrogen
mekanisme-mekanisme
pertahanan
peroksida, dan hidroksil radikal) dan
antioksidan
endogen
(Braunwald,
2008).
23
Universitas Sumatera Utara
Ketidakseimbangan ini menyebabkan efek yang sangat buruk pada fungsi endotelial. Stres
oksidatif dapat merusak protein seluler dan menyebabkan terjadinya myocyte apoptosis dan
nekrosis (Braunwald, 2008).
Karena sulitnya untuk mengukur kadar reaktive oxygen species secara langsung pada
tubuh manusia, penanda tak langsung dari stres oksidatif telah dicari. Penanda tersebut
termasuk di dalamnya plasma-oxidized low-density lipoprotein, malondialdehyde dan
myeloperoxidase (Braunwald, 2008). Malondialdehyde dapat kita ukur kadarnya di dalam
plasma, serum, saliva, urin dan exhaled breath condensate yang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan colorimetry, spectrophotometry, HPLC+fluorescene (Janicki, 2010). Dengan
penentuan tingkat stres oksidatif dalam tubuh manusia maka diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu prediktor untuk menentukan kemungkinan terjadinya aterosklerosis dan
kerusakan jaringan lainnya di dalam tubuh.
Dalam penanganan penyakit kardiovaskular, berbagai faktor menjadi sasaran dari
target pengobatan yang diantaranya adalah manajemen kadar lipid plasma, dimana
didalamnya mencakup pengaturan dan modifikasi diet, aktivitas dan terapi dengan
penggunaan obat-obat penurun lemak (Ades, 2001). Saat ini ada berbagai macam golongan
obat penurun lemak darah yang lazim digunakan, Statin, 3-hidroxy-3 methylglutaryl-coenzym
A (HMG CoA) reductase inhibitor merupakan satu diantara jenis obat yang paling banyak
diresepkan di pasaran, selain itu terdapat juga golongan obat lain yaitu ezetimibe yang
merupakan selektif agen yang bekerja mencegah penyerapan kolesterol di usus (Stapleton et
al. 2010). Namun amat di sayangkan bahwa biaya pengobatan untuk penyakit kardiovaskular
masih relatif mahal. Tingginya biaya pengobatan penyakit kardiovaskular menyebabkan
pentingnya tindakan pencegahan serta penemuan alternatif terapi yang jauh lebih murah,
salah satunya dengan pengaturan pola hidup sehat dan konsep kembali ke alam atau kita
kenal dengan istilah back to nature.
24
Universitas Sumatera Utara
Secara alami tubuh telah membuat antioksidan endogen untuk menangkal radikal
bebas yang masuk dalam tubuh, namun ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan di
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
berbagai macam penyakit, sehingga diperlukan adanya asupan antioksidan eksogen ke dalam
tubuh (Bagiada, 2005).
Salah satu antioksidan eksogen adalah antioksidan yang secara alami terkandung
dalam tumbuh-tumbuhan salah satunya adalah buah pepaya (Carica papaya L.). Buah
pepaya merupakan buah meja tidak perlu diolah lagi untuk mengkonsumsinya. Pepaya adalah
buah tropis yang merupakan sumber vitamin C dan vitamin E yang baik, sehingga mampu
mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Selain
itu, buah pepaya juga kaya akan betakaroten yang dapat menjaga terhadap proses perusakan
oksidasi dinding sel dari radikal bebas.
Buah pepaya (Carica papaya L.) mengandung antioksidan yang sangat tinggi, vitamin
C, A, E, B, flavanoid, folat, asam panthotenik, mineral, magnesium dan serat, kandungan
vitamin C dalam pepaya lebih tinggi dari pada jeruk, vitamin A nya lebih tinggi dibanding
wortel (Sunarti, 2008; Sutomo, 2012).
Reaksi dari peroksidasi lipid dapat dihancurkan dengan antioksidan, dimana
antioksidan dapat merubah radikal bebas menjadi turunan yang tidak berbahaya lagi. Vitamin
E merupakan komponen penting dari mekanisme pertahanan antioksidan pada tubuh
manusia, disajikan sebagai antioksidan primer dalam kompartemen lipid (Sunarti, 2008).
Struktur dari vitamin E, khususnya cincin fenolik memungkinkannya untuk menyumbangkan
ion-ion hidrogen ke radikal bebas dan yang kemudian menstabilkannya. Ion hidrogen dari
tokoferol sangat efektif dan sangat cepat bereaksi dan kemudian menghentikan reaksi
berbagai macam radikal bebas sebelum mereka merusak membran sel dan berbagai
komponen lain seperti DNA (Sunarti, 2008; Sutomo, 2012).
25
Universitas Sumatera Utara
Vitamin E yang teroksidasi harus direduksi kembali untuk digunakan kembali. Proses
regenerasi ini membutuhkan agen pereduksi seperti misalnya vitamin C. Vitamin E dan C
tampil untuk bekerja secara bersinergi untuk menghambat oksidasi (Sunarti, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah bahwa aterosklerosis sebagai penyebab penyebab
terjadinya penyakit kardiovaskular, disebabkan karena terjadinya hiperkolesterolemia dan
adanya oksidasi dalam darah yang tidak dapat diatasi oleh anti oksidan endogen, maka
melalui penelitian ini, peneliti akan mengukur bagaimana pengaruh pemberian jus buah
pepaya (Carica papaya L.) sebagai buah yang diyakini dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan sebagai antioksidan eksogen,
terhadap kadar kolesterol total
dan
kadar
malondialdehyde sebagai penanda terjadinya oksidasi di dalam plasma darah tikus Wistar
jantan yang mengalami hiperkolesterolemia dengan cara diinduksi kuning telur ayam.
26
Universitas Sumatera Utara
1.2. Kerangka Teori
↑↑Intake kolesterol
(-)
ØIntake kolesterol
Pepaya
↑ Kolesterol total
↓↓
Antioksidan
Hiperkolesterolemia
(-)
Vitamin C,A,B,E
↑ Stres oksidatif lipid
↓↓
Serat
MDA ↑
↓↓
Disfungsi endotel
(-)
Aterosklerosis
(-)
Plavanoid
Gambar 1.1 Skema pengaruh induksi pakan hiperkolesterolemia (kuning telur) dan jus
buah pepaya terhadap profil lipid dan kadar Malondialdehyde (MDA) dan
terjadinya aterosklerosis.
27
Universitas Sumatera Utara
1.3. Kerangka Kerja
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Tikus pakan
standar di
aklimatisasi
1 mgg
Pakan Hiperkolesterol 2 mgg
Pakan standar
8 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
standar
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Tikus
pakan
hiper
kolesterol
2 mgg
Ukur kadar kolesterol total & MDA
Ukur kadar
kolesterol total
& MDA
Tikus
diberi
pakan
standar
8 mgg
Ukur kadar
kolesterol
total
& MDA
Jus buah pepaya 2,6 g/hari
Tikus
diberi
pakan
standar
6 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
2 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
4 mgg
Tikus
diberi
jus buah
pepaya
6 mgg
Ukur kadar kolesterol total & MDA
Pakan Hiperkolesterolemia : induksi kuning telur ayam.
Gambar 1.2 Skema yang menunjukan kerangka kerja penelitian.
28
Universitas Sumatera Utara
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah jus buah pepaya (Carica papaya L.) memberikan efek penurun kadar
kolesterol total pada plama darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang
diinduksi kuning telur ?
2. Apakah jus buah papaya (Carica papaya L.)
memberikan efek penurun kadar
malondialdehyde sebagai penanda oksidasi pada plasma darah tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur ?
1.5. Hipotesis
Yang menjadi hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jus buah papaya (Carica papaya L.) memberikan efek penurun kadar kolesterol total
pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning
telur.
2. Jus buah papaya (Carica papaya L.)
memberikan efek penurun kadar
malondialdehyde sebagai penanda oksidasi pada plasma darah tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur.
1.6. Tujuan Penelitian
1.6.1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui efek penurun kadar kolesterol total dan tingkat oksidasi dari jus
buah pepaya (Carica papaya L.) pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia
yang diinduksi kuning telur.
29
Universitas Sumatera Utara
1.6.2. Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui efek penurun kadar kolesterol total dari jus buah papaya (Carica
papaya L.) pada plasma darah tikus Wistar jantan hiperkolesterolemia yang diinduksi
kuning telur.
2. Untuk mengetahui efek penurun kadar malondialdehyde dari jus buah pepaya (Carica
papaya L.)
sebagai penanda oksidasi pada plasma darah
tikus Wistar jantan
hiperkolesterolemia yang diinduksi kuning telur.
1.7. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai manfaat konsumsi buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap kadar kolesterol total plasma darah yang hiperkolesterolemia.
2. Memberikan informasi mengenai manfaat konsumsi buah pepaya (Carica papaya L.)
terhadap kadar malondialdehyde sebagai penanda terjadinya oksidasi dalam darah.
3. Memberikan arti yang penting terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam dunia obat-obatan tradisional.
30
Universitas Sumatera Utara