Perbedaan Emosi Musikal pada Saat Diperdengarkan Musik dengan Jenis Musik dan Tempo yang Berbeda

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 EMOSI
2.1.1

Pengertian Emosi
Menurut Corsini (2002) dalam bukunya The Dictionary of Psychology

emosi adalah setiap keadaan mental yang ditandai dengan berbagai tingkat
perasaan dan biasanya disertai dengan ekspresi motorik yang cukup intens. Status
subjektif bisa berupa menyenangkan, mengancam, menakutkan atau yang alamiah
lainnya. Emosi biasanya diarahkan kepada seseorang atau peristiwa tertentu dan
melibatkan perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung dan
penghambatan peristaltis. Menurut Lazarus (dalam Hude, 2006) emosi adalah
bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari
karakter yang luas – dalam bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dan
sebagainya dan dari sudut mental, adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang
ditandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata
dari suatu tingkah laku. Menurut Lahey (2007) emosi adalah reaksi dari sebuah
stimulus berupaperasaan positif atau negatif yang diikuti physiological arousal

dan perilaku.
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan para ahli peneliti
menyimpulkan emosi adalah sebuah keadaan mental yang terdiri dari berbagai
tingkat perasaan positif dan negatif yang diikuti dengan perubahan fisiologis

10

(seperti perubahan denyut nadi, pernafasan dan produksi kelenjar) serta adanya
ekspresi motorik yang menghasilkan perubahan perilaku.
2.1.2

Teori – teori Emosi
a. Teori James-Lange
William Jamesmenyatakan bahwa stimulus emosional dijalankan oleh

sensory relay centre atau biasa disebut Talamus langsung ke sistem limbik, yang

memproduksi reaksi tubuh terhadap takut melalui hipotalamus dan bagian
simpatis di sistem syaraf otonom. Sensasi dari reaksi tubuh ini kemudian dikirim
kembali ke cortex dan memproduksi apa yang kita rasakan di kesadaran yaitu

emosi(dalam Lahey, 2007).
James mengatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respon terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Misalnya ketika seseorang melihat
seekor harimau lepas dari kandangnya, ia pun berlari dengan cepat dengan jantung
yang berdebar. Reaksi berlari dan jantung yang berdebar kemudian memunculkan
perasaan takut. Dapat disimpulkan bahwa teori James-Lange menempatkan aspek
persepsi terhadap respon fisiologis yang terjadi ketika ada rangsangan datang
sebagai pemicu emosi yang dialami oleh manusia. Perubahan-perubahan fisiologis
itu diterjemahkan sebagai emosi (dalam Hude, 2006).

11

b. Teori Cannon-Bard
Walter Cannon menyatakan teori tentang emosi dan direvisi oleh Philip
Bard (1934). Canon meyakini bahwa informasi dari stimulus pertama dihantarkan
ke thalamus, dari sana kemudian dikirim sekaligus ke cerebral cortex yang
produksi perasaan emosi dan ke hipotalamus dan sistem saraf otonom yang
memproduksi perubahan fisiologis. Menurut teori ini kesadaran dalam merasakan
emosi dan pengaruh fisiologis bukanlah hal yang saling berkaitan (dalam Lahey,

2007). Misalnya pada saat melihat harimau, maka hipothalamus yang ada di
dalam otak melakukan dua hal secara simultan. Pertama, ia menstimulasi sistem
syaraf otonom untuk memproduksi atau mengaktifkan perubahan–perubahan
fisiologis, seperti meningkatnya degup jantung, napas yang cepat, dan sebagainya.
Kedua, hipothalamus mengirim pesan ke cerebral cortex dimana pengalaman
emosi dirasakan (dalam Hude, 2006).
c. Teori Kognitif
Teori ini menekankan bahwa interpretasi kognitif terhadap stimulus
emosional yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh merupakan kunci dari
emosi. Interpretasi kognitif ada dua langkah :
1. Interpretasi stimulus dari lingkungan
Menyatakan

bahwa

seseorang

tidak

dipengaruhi


kejadian

tetapi

interpretasi mereka sendiri. Menurut teori kognitif ini, informasi dari stimulus
pertama kali berjalan menuju cerebral cortex, dimana disana stimulus tersebut di

12

interprestasikan dan dirasakan. Kemudian sebuah pesan dikirim ke sistim limbik
dan sistem syaraf otonom yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis.
2. Interprestasi stimulus dari tubuh karena adanya perubahan otonom
Singer (1962) percaya bahwa perubahan emosi sangat tidak jelas dan tidak
spesifik untuk emosi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sistem syaraf
otonom dan kelenjar endokrin aktif dengan cara yang sama dan tanpa
memperhatikan emosi apa yang sebenarnya dirasakan. Stimulus internal dari
perubahan emosi yang disebabkan oleh tubuh memainkan peranan penting dalam
proses merasakan emosi, tetapi hanya jika interprestasi kognitif dianggap sebagai
sumber dari perubahan itu. Contohnya, jika kamu merasa berdebar saat

mendengar

suara

tembakan

dari

tetangga

sebelah,

kamu

akan

menginterprestasikan debaran itu sebagai rasa takut, tetapi jika kamu berdebar
setelah berciuman, maka kamu akan menginterprestasikannya sebagai rasa cinta.
Sehingga jelas bahwa sensasi otonom yang timbul dalam situasi emosional tidak
berbeda, itulah mengapa sering terjadi kesalahan dalam menginterprestasikan

sesuatu. Contohnya, keterbangkitan seksual diinterprestasikan sebagai cinta.
Karena itu, Scachter dan Singer menyatakan bahwa perubahan otonom
yang menyertai seluruh emosi adalah sama, sehingga interprestasi kognitif yang
menyebabkan perubahan

itulah yang penting. Sehingga kesimpulannya

kemampuan kita untuk mengukur perubahan otonom didalam diri kita sebagai
pola yang sedikit berbeda dapat diasosiasikan dengan beberapa emosi yang
berbeda pula, tetapi perbedaan itu sangat tipis (dalam Lahey,2005).

13

2.2 EMOSI MUSIKAL
Emosi Musikal adalah sebuah istilah yang digunakan untuk emosi yang
ditimbulkanoleh musik (dalam Juslin dan Sloboda, 2010). Emosi musikal
memiliki 4 komponen yaitu: psychological arousal (sebagaimana tercermin,
contohnya perubahan aktivitas autonomi dan endokrin), subjective feeling (seperti
perasaan senang, bahagia, sedih, dll), motor expression (contohnya tersenyum
atau cemberut), dan action tendencies( seperti menghentakkan kaki, bertepuk

tangan, dll) (dalam Koelsch, 2012).
Dalam Penelitian ini peneliti hanya mengukur satu komponen emosi
musikal yaitu subjective feeling. Hal ini disebabkan karena beberapa emosi lebih
dapat dirasa daripada dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku yang tampak
seperti ekspresi dan manifestasi fisiologis. Untuk itu lebih cocok meneliti emosi
musikal melalui fenomena pengalaman dengan tetap memasukkan status emosi
yang tidak menunjukkan ekspresi (behavioral manifestation) namun tetap tinggi
merepresentasikan karakteristik reaksi dalam mendengarkan musik (dalam
Zentner et al., 2008).
Komponen subjective feeling dari emosi musikal akan diukur dengan selfreported. Terdapat dua tipe pengalaman emosi dalam mendengarkan musik, yaitu
perceived dan felt emotion. Untuk tipe perceived emotion , pendengar diminta

untuk menentukan karakter emosi yang ada pada musik misalnya (musik ini
menggambarkan kesedihan) sedangkan felt emotion menguji bagaimana perasaan
yang ditimbulkan oleh

musik. Pengertian istilah emosi pada penelitian ini

14


mengacu pada teori Zentner et al. (2008) yaitu“sense of feeling”, bagaimana
emosi dirasakan oleh seseorang dimana hal ini merupakan pengalaman subjektif
setiap orang.
Terdapat perdebatan apakah emosi musikal secara kualitatif sama dengan
emosi secara umum (emosi sehari-hari). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
terdapat mekanisme yang sama antara emosi yang dibangkitkan oleh musik
dengan emosi yang ditimbulkan emosi lain. Hal ini didukung pula oleh beberapa
penelitian

bahwa emosi yang dibangkitkan musik sama dengan emosi yang

dibangkitkan stimulus lain. Di sisi lain, Swanwick dan Lippman mengatakan
bahwa emosi sehari-hari berbeda dengan pengalaman emosi dari mendengarkan
musik. (dalamJuslin & Vӓ stjӓ ll, 2008). William James ( dalan Juslin & Sloboda,
2010) juga telah membedakan dua jenis emosi “ coarse” and”refined”, dimana
Refined emosi lebih digambarkan dalam bentuk perasaan dari pada tindakan,

tidak dimanifestasikan melalui perilaku yang tampak, tidak menunjukkan reaksi
fisiologis yang jelas, dan tidak dilabel dengan emosi secara umum.
Juslin & Vӓ stjӓ ll (2008) menyatakan bahwa ada perbedaan beberapa

mekanisme psikologis yang mendasari kebangkitan emosi musikal dengan
mekanisme yang mendasari kebangkitan dari basic emotion. Juslin & Vӓ stjӓ ll
(2008) dalam penelitiannya mencoba menguraikan mekanisme psikologis yang
terjadi saat musik membangkitkan emosi.

15

a. Refleks batang otak
Refleks batang otak mengacu pada proses dimana emosi dibangkitkan oleh
musik karena satu atau lebih karakteristik fundamental akustik musik yang
diterima oleh batang otak sebagai sinyal yang penting dan mendesak. Menurut
mekanisme refleks batang otak, masing-masing elemen memiliki dampak yang
sama pada semua orang. Suara yang tiba-tiba, suara yang keras, disonan, atau
tempo yang cepat akan mendorong emosi tidak menyenangkan pendengar.
b. Pengkondisian evaluatif
Mekanisme pengkondisian evaluatif mengacu pada sebuah proses dimana
emosi timbul karena sebagian atau sepotong musik yang telah beberapa kali
dipasangkan dengan stimulus positif atau stimulus negatif. Sebagai contoh,
sepotong musik yang dipasangkan berulang-ulang dengan spesifik event yang
selalu membuat senang (misalnya bertemu dengan teman). Ketika potongan musik

itu kembali didengar dilain waktu maka musik tersebut akan mendatangkan
kebahagiaan meski tanpa kehadiran dari teman.
c. Penularan emosi
Penularan emosi mengacu pada proses dimana musik dapat menimbulkan
emosi pada pendengarnya karena pendengar menerima ekspresi emosi dari musik,
kemudian menginternalisasi ekspresi tersebut. Misalnya musik yang memiliki
ekspresi sedih (yang bertempo lambat, pitch rendah, dan suara yang pelan) akan
menimbulkan kesedihan pada pendengar.

16

d. Citra visual
Mekanisme citra visual terjadi ketika emosi timbul karena pendengar
menciptakan

bayangan

visual

saat


mendengarkan

musik,

misalnya

membayangkan pemandangan yang indah. Citra visual biasanya didefenisikan
sebagai pengalaman yang mirip dengan pengalaman perseptual. Namun terjadi
tanpa kehadiran stimulus sensori yang relevan.
e. Ingatan episodik
Mekanisme ini mengacu pada proses ketika emosi timbul karena musik
membangkitkan ingatan pendengar pada sebagian peristiwa dalam kehidupannya.
Penelitian menunjukkan bahwa musik sering kali membangkitkan kenangan
Sehingga ketika ingatan akan peristiwa itu muncul, maka emosi yang
berhubungan dengan peristiwa pun ikut muncul.
f. Harapan akan musik
Mekanisme ini mengacu pada emosi yang timbul karena fitur spesifik
musik dilanggar, tertunda, atau mengkonfirmasi harapan pendengar tentang
kelanjutan musik. Misalnya pendengar yang mempunyai harapan dari perubahan
dari nada E-F# akan dilanjutkan ke G#. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka
pendengar akan terkejut. Sloboda (1989) menemukan bahwa anak-anak berusia 5
tahun tidak dapat menolak kombinasi kunci yang salah. Berbeda dengan anak usia
5 tahun, pada anak usia 9 tahun mereka menertawakan kejadian salah kunci pada
suatu permainan musik.

17

2.2.1. Tipe Alat Ukur Self Reported pada Emosi Musikal
Menurut Juslin dan Sloboda (2010), terdapat beberapa tipe alat ukur self-reported
dalam mengukur emosi musikal, yaitu :
a. Skala Likert. Subjek diminta merating skala likert yang berisi daftar kata
emosi musikal. Contohnya Positive and Negative Affect Schedule, yang berisi 60
kata berkaitan dengan emosi kemudian partisipan diminta meratingnya dengan 5
pilihan kategori yaitu “sangat sedikit, sedikit, sedang, banyak, dan sangat
banyak”.
b. Adjective Checklist. Subjek diminta memilih kata yang sesuai dengan apa
yang dirasakan. Contohnya Activation-Deactivation Adjective Check List.
c. Visual Analogue Scale. Subjek diminta merating skala yang emosi musikal
yang terdiri dari 2 kategori pilihan, misalnya “ tidak senang sama sekali “ atau
“sangat senang”.
d. Non Verbal Evaluation Task. Pada tipe ini stimulus emosi disusun tanpa
menggunakan kata-kata. Contohnya Self Assesment Manikin scale (SAM),
dimana emosi diukur dengan menggunakan gambar yang sesuai dengan ekspresi
wajah, sehingga dapat digunakan pada anak-anak.
e. Diary Study. Berupa laporan sehari-hari mengenai emosi subjek, penyebabnya,
serta efek yang ditimbulkan.

18

f. Phenomenological report. Berupa deskripsi pengalaman personal. Format
dapat bervariasi mulai dari pengalaman emosi sebelumnya maupun pengalaman
emosi terbaru yang dirasa penting.
2.2.2. Model-model Emosi dalam Respon Emosi Terhadap Musik
Menurut Juslin dan Sloboda (2010), terdapat 3 model instrument self
reported yang digunakan dalam emosi musikal, yaitu :basic emotion model
(discrete, atau categorical), dimensional model (circumplex model), dan domain
specific model.Basic emotion dan dimensional model berasal dari teori emosi

secara umum, sehingga peneliti yang memiliki pandangan bahwa emosi musikal
sama dengan emosi secara umum menggunakan model ini dalam mengukur emosi
musikal. Sedangkan domain specific model berasal dari pandangan bahwa emosi
musikal berbeda dengan emosi pada umumnya.
a. Basic Emotion Model

Emosi diperoleh dari sejumlah emosi secara universal (umum) dan innate
basic emotion yang di dalamnya terdapat (fear, anger, disgust, sadness, dan
happiness) dan juga termasuk shame, embrassment, contempt, dan guilt. Model

ini lebih sering digunakan untuk perceived emotion dibandingkan felt emotion.
Terkadang, kategori emosi tradisional telah dimodifikasi dengan mengganti
kategori yang tidak sesuai dengan emosi musikal seperti disgust dan surprise yang
diganti dengan peacefulness, dantenderness. Beberapa keunggulan dari model ini
adalah pengkategorian mudah dipakai untuk pengenalan paradigma, digunakan
pada penelitian fisiologi dan neurologi emosi, dan beberapa dibuat dengan gambar

19

berupa facial expression . Selain memiliki keunggulan ada beberapa kelemahan
dari model ini, yaitu kurangnya bukti konsisten disepanjang rentang pengukuran
dan perselisihan tentang jumlah yang tepat serta pelabelan kategori emosi yang
mungkin didasarkan pada taksonomi budaya dan bahasa dibandingkan dari emosi
itu sendiri.
b. Dimensional Model

Alternatif utama dari model basic emotion (categorical) adalah
pendekatan dimensional. Alat ukur pertama dari model ini adalah circumplex
model dari Russel. Model ini memperlihatkan bahwa emosi direpresentasikan

dengan

penggabungan

merepresentasikan

2

inti

dimensi,

pleasure-displeasure

dan

arousal

yang

activation-deactivation

yang

valence

dan

ditempatkan secara kontinum dan diposisikan secara orthogonal. Kemudian
muncul two-dimensional model dari Watson dan Tellegen. Model ini terdiri dari
dimensi afeksi positif yang mana merupakan kombinasi antara valensi positif dan
arousal yang tinggi, dan dimensi afeksi negatif yang mana merupakan kombinasi
antara valensi negatif dan arousal yang tinggi Di sini subjek diminta merating
valence dan arousal secara independen pada skala bipolar. Kelemahan dari model

ini adalah tidak mampu menghitung varian emosi yang ditimbulkan oleh musik,
dan penyelarasan sumbu tidak selalu sesuai dengan sistem fisiologis yang
mendorong pengalaman emosi.

20

c. Domain Specific Model

Pendekatan ini muncul karena sebagian peneliti berpendapat bahwa emosi
secara umum tidak dirancang untuk menangkap emosi yang ditimbulkan oleh
musik. Basic emotion dinilai lebih memiliki fungsi untuk adaptasi individu dari
sebuah kejadian yang memiliki konsekuensi untuk kesejahteraan individu tersebut
sedangkan mendengarkan musik tidak memiliki efek pada integritas fisik dan
psikologi individu dan jarang diikuti oleh respon langsung yang memiliki tujuan
secara alamiah. Model pertama dibuat oleh Hevner yang dinamainya dengan
“adjective clock” sebuah lingkaran yang berisi 8 cluster dengan 6-11 kata sifat di
setiap cluster. Kemudian Wedin juga mengembangkan 3 bipolar emotion, gaiety
vs gloom, tension vs relaxation, solemnity vs triviality. Meskipun model-model

tersebut valid, namun pelabelan emosi didasarkan pada pandangan peneliti
(penulis) dari pada secara sistematis yang didapat dari taksonomi istilah yang
relevan dengan musik.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Asmus, dimana ia yang pertama kali
menyusun istilah emosi yang relevan dengan musik menggunakan metode faktor
analisis untuk felt emotion dan menghasilkan 9 dimensi , namun semakin lama
pengembangan komprehensif taksonomi emosi musikal ini akhirnya luntur.
Zentner et al. ( 2008) kembali mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh
Asmus dengan metode faktor analisis, alat ukur ini dinamakan GEMS (Geneva
Emotional Musik Scale). GEMS menyempurnakan domain specific model

sebelumnya, dimana GEMS menghindari kesalahan konsep dan metodologi yang

21

merusak validitas dan mengkontekstualisasikan penemuan mereka

ke dalam

model emosi lainnya.
GEMS dibentuk melalui 4 penelitian yang saling berhubungan, penelitian
pertama dan kedua dikhususkan untuk menyusun istilah emosi yang relevan
dengan musik. Penelitian ketiga mereka mulai merating

istilah musik yang

relevan untuk mengkonfirmasi prosedur faktor analisis. Sedangkan penelitian
keempat mereka membandingkan ketiga model self-reported emosi musikal, dan
didapatkan hasil bahwa GEMS lebih baik digunakan dalam pengukuran emosi
yang dibangkitkan oleh musik dimana pendengar lebih mendeskripsikan apa yang
mereka rasakan dengan istilah-istilah yang direpresentasikan dalam GEMS, dan
GEMS meningkatkan kesepakatan antar pendengar dalam merating kutipan
musik.
GEMS berisi 9 kategori emosi yaitu wonder, transcendence, tenderness,
nostalgia, peacefulness, power, joyful activation, sadness, dantension.Salah satu

temuan yang mencolok dari keseluruhan penelitian ini adalah keunggulan
nostalgia sebagai kategori perasaan emosi musikal yang menunjukkan fungsi

musik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, sebagai pengingat dari peristiwa
penting dimasa lalu. Temuan ini tidak hanya menunjukkan adanya hubungan
antara fungsi musik dan emosi musikal, tetapi juga menunjukkan peran memori
dan citra visual dalam emosi musikal. Kategori tenderness berhubungan dengan
perasaan cinta, kasih sayang dan kelembutan sedangkan wonder berkaitan dengan
perasaan-perasaan yang menunjukkan kualitas dari musik misalnya terpesona atau

22

kagum. Kategori power berhubungan dengan mekanisme evolusi dari Charles
Darwin, dimana dalam teorinya ia menyatakan bahwa beberapa spesies
menggunakan suara dalam memancing lawan jenisnya di musim kawin dan suara
tersebut juga dianggap sebagai ekspresi kemenangan atas lawannya yang lain.
Secara substansi, istilah transcendence (merasa melampaui batas normal
fisik, terinspirasi) dan wonder terlihat berhubungan dalam menunjukkan
kekaguman. Perasaan senang secara umum tidak dimasukkan ke dalam kategori
emosi yang berdiri sendiri. Sebagian masuk dalam kategori wonder , dan sebagian
masuk ke dalam joyfull activation . Peacefulnessdan relaxation terlihat sebagai
konsekuensi perasaan yang jelas (tampak) pada pendengar. Tension menghasilkan
dua kemungkinan interpretasi. Pertama, perasaan ini muncul karena harmoni,
ritme, dan melodi tidak sesuai dengan harapan pendengar. Kedua, tension
berhubungan dengan kekesalan dimana perasaan ini didorong oleh sifat yang
melekat pada musik itu sendiri. Misalnya ketika musik tersebut bersifat
mengganggu terus menerus.
2.2.3. Keuntungan dan Kesulitan Meneliti Penelitian tentang Musik
Koelsch

(2012)

mengemukakan

keuntungan

dalam

meneliti

hubungan

penggunaan musik dengan emosi memiliki beberapa keuntungan, yakni:
a. Musik mampu membangkitkan emosi yang kuat (biasanya lebih kuat,
contohnya: gambar wajah yang statis). Respon yang sangat menyenangkan
terhadap musik dapt membuat merinding.

23

b. Musik dapat digunakan untuk meneliti emosi gabungan ( mixed emotion),
seperti pleasant sadness.
c. Musik bisa membangkitkan berbagai emosi. Sebagai contohnya berkaitan
dengan emosi positif seperti: gembira, hiburan, takjub, penghiburan,
spiritualitas, ketenangan, dan kemenangan, dll.
d. Mempelajari korelasi saraf emosi dengan musik memiliki relevansi
langsung untuk aplikasi musik dalam terapi.
e.

Mendengarkanmusikdan membuat musik dapat membangkitkan emosi,
memungkinkan untuk meneliti tentang interaksi antara emosi dan aksi
(action).

f. Musik dapat digunakan untuk mempelajari perjalan waktu dalam proses
emosional yang berkaitan dengan fenomena short-term emotional
(dikisaran detik) dan fenomena long-term emotional (dikisaran menit atau
bahkan jam).
g. Tampak bahwa berkaitan evolusi manusia, musik awalnya merupakan
kegiatan sosial. Maka dari itu musik cocok untuk mempelajari interaksi
antara emosi dan faktor-faktor sosial.
Bagaimanapun,

menggunakan

musik

dalam

mempelajari

emosi

jugamenghasilkan beberapa kesulitan, seperti:
a. Preferensi musik sering berbeda secara substansi antar individu (penyuka
musik death-metal bisa benar-benar membenci thrash-metal),dan perlunya
mengontrol materi stimulus yang mungkin menghasilkan perbedaan yang
cukup pada respon emosional pada subjek yang berbeda.
24

b. Partisipan harus sama-sama mengenal perbedaan potongan atau gaya
musik yang digunakan dalam kondisi percobaan yang berbeda (untuk
menghindari perbedaan aktivitas saraf antara kondisi emosi karena
perbedaan keakraban terhadap musik tersebut).
c. Beberapa emosi lebih baik diteliti menggunakan stimulus yang lain
daripada musik. Sebagai contoh, musik diasumsikan tidak optimal untuk
meneliti fenomena emosional yang terkait dengan penilaian kognitif
dengan beban yang tinggi (seperti cemburu, penyesalan, dan sebagainya).

2.3 MUSIK
2.3.1

Pengertian Musik
Menurut The Oxford Conscise Dictionary, musik adalah seni yang

mengkombinasikan suara, dari suara manusia atau instrumen untuk mencapai
keindahan bentuk dan ekspresi emosi (dalam Hamzah,2010). Menurut Reimer
musik dapat digambarkan sebagai suara yang terorganisir dan terdapat makna
yang melekat didalamnya (dalam Pentti Määttänen, 2003). Jamalus (1988)
berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu
atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya
melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu
serta ekspresi sebagai satu kesatuan (dalam Kurdi, 2011)
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah suara yang
terorganisir baik suara dari manusia ataupun suara instrumen yang di dalamnya
terdapat makna yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya.
25

2.3.2

Jenis-jenis musik
Terdapat berbagai macam jenis musik musik, diantaranya :

a. Musik Rhythm and Blues (Rn’B)
Musik R&B terdiri atas berbagai jenis musik populer yang saling terkait.
Musik rhythm and blues yang lebih dikenal dengan musik R&B memiliki
beberapa genre-genre, seperti, jump blues, club blues, black rock n’ roll, soul,
funk, disco dan rap (dalam Kurdi, 2011).
b. Musik Pop
Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak
digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop sering
disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau
modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhananya antara lain,
drum, gitar melodi dan rhythm, piano, dan bass gitar (dalam Kurdi,2011)
c. Musik Country
Musik ini sering disebut juga Country and Western, yang merupakan salah
satu genre besar pada musik populer terutama di negeri Amerika serikat. Jenis
musik modern ini bersumber dari musik rakyat (folk song) atau musik tradisional
yang berasaldari Appalachia di kawasan pegunungan selatan Amerika Serikat
(dalam Kurdi, 2011).
d. Musik Jazz
Jazz dikembangkan di Amerika Serikat. Musik tersebut diciptakan oleh
musisi , terutama musisi Afrika Amerika yang tampil di jalan, bar, rumah bordil,
dan gedung tari

di New Orleans dan kota-kota selatan lainnya. Jazz dapat
26

digambarkan secara umum sebagai musik yang berakar pada improvisasi dan
ditandai dengan irama yang lemah, beat yang menenangkan, dan warna nada yang
khas dan teknik khusus dalam memainkan.Sejak awal,jazz telah mengembangkan
beragam substyle seperti gaya New Orleans (atau Dixieland), swing, bebop, cool
jazz, free jazz, dan jazz rock.

Jazz umumnya dimainkan oleh sekelompok kecil (atau combo) dari 3-8
pemain, atau dengan "big band " dari 10 sampai 15. Tulang punggung dari sebuah
kelompok jazz adalah bagian irama, yang sebanding dengan bass pada musik
baroque. Bagian irama biasanya terdiri dari piano, memetik bass ganda (bass),

tuba, perkusi dan kadang-kadang banjo atau gitar mempertahankan beat, membuat
irama lebih menarik, dan memberikan harmoni yang mendukung. Instrumen
tunggal utama jazz termasuk cornet, terompet, saxophone (soprano, alto tenor,
bariton), piano, klarinet, vibraphone, dan trombone.
Jantung dari musik jazz adalah improvisasi. Seringkali, improvisasi jazz
tidak didasarkan pada melodi tetapi pada pola harmonik, atau serangkaian chord.
Pola harmonik ini akan diulang-ulang sementara improviser menciptakan melodi
setelahnya. Dalam jazz, setiap pernyataan dari pola harmonik dasar atau melodi
disebut chorus.Sinkopasi dan ayunan irama adalah dua fitur yang paling khas dari
pemain jazz. Kita mengatakan mereka pemain jazz " swing " ketika mereka
menggabungkan beat yang stabil dengan perasaan akan irama, ketelitian, dan
vitalitas yang santai. Melodi jazz adalah fleksibel dalam pitch. Dalam beberapa
tahun terakhir kosakata harmonik jazz -seperti ritme- menjadi semakin kompleks
(dalam Kamien,2004)
27

e. Musik Rock

Pertengahan 1950 berkembanglah jenis musik baru dan populer yaitu
musik rock and roll dan kini sering disebut dengan musik rock saja. Meskipun di
dalamnya termasuk berbagai macam gaya, rock cenderung memiliki vokal musik
yang keras,beat yang cepat, sering menampilkan iringan gitar listrik dan suara
berat yang diperkuat.Lebihdari satu dekade, rock berkembang dari yang sederhana
yang sangat bervariasi dalam warna nada, lirik dan teknologi elektronik.
Musik rock sangat kuat dan keras dimana gitar sering dimanipulasi secara
elektronik untuk menghasilkan berbagai macam warna nada. Rekaman musik rock
mulai menggunakan suara beragam seperti kerlip elektronik, suara kerumunan,
dan orkestra simfoni. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, musisi rock
mengembangkan kapasitas musik rock melalui komputer. Teknologi elektronik
canggih memungkinkan untuk beberapa pemain terdengar seperti kelompok besar
(Kamien,2004)
2.3.3

Elemen-Elemen Musik
Menurut Kamien (2004), terdapat berbagai elemen-elemen dalam musik,

diantaranya:
a. Suara : Nada, Dinamika, Warna Nada. Nada adalah tinggi rendahnya
suara yang di dengar. Dinamika adalah derajat keras atau lembutnya
musik. Warna Nada adalah kualitas yang membedakan suara musik.
b. Instrumen Musik. Instrumen adalah setiap alat - selain suara – yang
menghasilkan suara musik.
28

c. Irama. Irama

adalah bagaimana mengalirnya

sebuah musik saat

dimainkan. Terdiri dari beberapa aspek yang saling berkaitan : 1) Beat,
ketukan yang menentukan musik tetap seimbang di dalam satu kesatuan
waktu. 2) Meter , merupakan pengorganisasian beat yang dibuat dalam
bentuk pengelompokan. 3) Aksen dan Sinkopasi, sebuah not yang paling
jelas ditekankan dengan memainkannya lebih keras dibandingkan not
lainnya disebut juga dengan aksen, sedangkan sinkopasi adalah sebuah
efek dimana sebuah not aksen muncul lebih dari satu 4) Tempo, cepat
lambatnya beat sebuah lagu.
Tempo yang cepat dikaitkan dengan perasaan energi, drive dan
kegembiraan. Sebuah tempo lambat sering memberikan kontribusi untuk
suasana hati yang khusyuk, lirih, atau tenang. Asosiasi tersebut berakar
pada cara kita merasa dan bertindak. Ketika kita gembira, kita cenderung
untuk bergerak dan berbicara lebih cepat.
Terdapat

beberapa

isttilah

tempo

yang

digunakan

untuk

menggambarkan sebuah musik. Berikut daftar istilah tempo dari yang
lambat ke cepat ( dalam Blatter, 2007)

29

Tabel1. Jenis-jenis Tempo Musik
Kecepatan (beat per
minute)

Jenis- jenis Tempo
Grave

: sangat lambat

0-39

Largo

: sangat lambat ( tidak selambat grave)

40-59

Larghetto

: lambat (tidak selambat largo)

60-65

Adagio

: lambat ( tidak selambat larghetto)

66-75

Andante

: cukup lambat

76-107

Moderato

: sedang

108-119

Allegro

: cepat

120-139

Vivace

: hidup

140-167

Presto

: sangat cepat

168-199

Prestissimo

: sangat cepat (lebih cepat dari presto)

200 ke atas

d. Notasi Musik. Notasi Musik adalah sebuah sistem penulisan dalam musik
dimana

menunjukkan

nada

dan

irama

spesifikyang

dapat

dikomunikasikan.
e. Melodi. Melodi adalah serangkaian nada tunggal yang disatukan sehingga
dapat dikenali keseluruhan.
f. Harmoni. Harmoni adalah cara sebuah chord dibentuk dan bagaimana
mereka mengikuti satu sama lain.
g. Kunci. Kunci merupakan pusat melodi, tidak hanya pusat melodi namun
pusat skala dan chord.

30

h. Tekstur Musik. Tekstur musik adalah seberapa banyak perbedaan lapisan
suara yang di dengar dan bagaimana bentuknya (melodi atau harmoni) dan
bagaimana keduanya berhubungan satu sama lain.
i. Bentuk Musik. Bentuk musik berhubungan dengan bentuk , struktur,
pengaturan, dan koherensi. Form merupakan organisasi dari elemenelemen yang ada pada musik.
j. Pertunjukan. Pertunjukan merupakan tugas dari performer untuk
membawakan simbol yang disampaikan oleh komposer.
k. Gaya Musik. Gaya musik adalah karakteristik dalam memainkan melodi,
irama, warna nada ,dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk. Kombinasi
dari elemen-elemen ini akan menghasilkan musik yang berbeda atau unik.
2.4 Dinamika Kaitan antara Jenis Musik dan Tempo Musik terhadap Emosi
Musikal Subjek
Emosi dan musik adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Mendengar
musik dapat menimbulkan emosi yang dalam istilah terapi aktivitas ini dikatakan
sebagai aktifnya berbagai kognisi dan perasaan. Dilihat dari aspek kognitif dan
aktifitas otak bisa bisa dikatakan bahwa setiap orang yang sehat dapat bereaksi
terhadap musik baik secara fisik maupun psikis. Kauffman & Frisina (1992)
mengatakan bahwa separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk untuk
memproses berbagai aspek pengalaman musik (dalam Djohan, 2003). Juslin dan
dan Sloboda (2010) mengatakan bahwa orang-orang mendengarkan musik
memang untuk mempengaruhi emosi, dimana mereka merubah emosi,

31

mencocokkan musik dengan emosi yang ada, dan membuat nyaman diri mereka
atau untuk meredakan stres.
Beberapa peneliti memang menemukan bahwa musik secara langsung
mempengaruhi emosi seseorang. Penelitian Prawitasari (2005) telah membuktikan
bahwa musik dapat meredakan depresi. Penelitian Lewis, Dember, Scheft dan
Radenhausen (1995) menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh yang besar
terhadap suasana hati. Musik dengan kategori positif menghasilkan peningkatan
suasana hati yang positif demikian pula dengan musik yang sedih juga
menghasilkan peningkatan suasana hati yang negatif (dalam Djohan, 2005).
Jansma dan de Vries mengatakan tempo sebuah lagu merupakan salah satu
karakteristikekspresi emosi atau menjadi sebuah pengalaman musik bagi
pendengaran seseorang. Gabrielson dan Lindstorm(2001) mengatakan bahwa
karakteristik musik seperti modus, irama, dan tempo yang dirasakan pendengar
dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi (dalam Djohan, 2005). Tempo
yang cepat dikaitkan dengan perasaan energi, drive dan kegembiraan sehingga
tempo musik diasumsikan mampu membangkitkan emosi musikal dengan
kategori joyfull activation , power , dan tension. Tempo cepat mampu membuat
pendengar merasakan kegembiraan bahkan seperti ingin menari, namun juga
membuat ketegangan bagi pendengar. Hal ini disebabkan adanya mekanisme
refleks batang otak dan harapan akan musik yang terjadi ketika mendengar musik
tersebut sehingga tempo yang cepat dan tidak beraturan akan membuat
ketegangan bagi pendengarnya. Musik bertempo lambat memiliki mekanisme
yang berbeda dengan musik bertempo cepat dalam memunculkan emosi
32

musikal.Tempolambat sering memberikan kontribusi untuk suasana hati yang
khusyuk, lirih, atau tenang , sehingga tempo lambat diasumsikan mampu
membangkitkan emosi musikal dengan kategori peacefulness, tenderness,
nostalgia , dan sadness. Pendengar diasumsikan akan merasakan ketenangan,

kedamaian, kesedihan, perasaan dicintai dan rindu akan masa lalu. Mekanisme
yang sering terjadi saat mendengarkan musik lambat adalah citra visual dan
ingatan episodikdimana musik membuat subjek membuat gambaran visual
ataupun mengingat kembali event tertentu yang mampu membangkitkan emosi
musikal dengan kategori nostalgia , peacefulness, tenderness, dan sadness pada
emosi musikal. Selain tempo, jenis musik juga mempengaruhi bagaimana emosi
yang terbangkit pada pendengar. Penelitian Rea et al. (2010) mengungkapkan
bahwa jenis musik (klasik, heavy metal dan pop) secara signifikan mempengaruhi
mood seseorang. Partisipan yang diperdengarkan musik heavy metal melaporkan
meningkatnya perasaan gelisah dan menurunkan perasaan tenang, aman,
puas,nyaman, rileks, dan meyenangkan.
Dua macam jenis musik yang diasumsikan akan sangat mempengaruhi
emosi seseorang yaitu Jazz dan Rock. Musik jazz secara umum digambarkan
sebagai musik yang memiliki irama lemah,dan beat yang menenangkan sehingga
mampu memunculkan emosi positif berupa perasaan nyaman, dan rileks pada
pendengarnya. Sebaliknya musik rock diidentikkan dengan vokal musik yang
keras, dan beat yang cepat. Musik ini diasumsikan akan memicu emosi yang tidak
menyenangkan pada pendengarnya. Oleh karena itu, jenis musik keras seperti
rock diasumsikan mampu membangkitkan emosi musikal dengan kategori tension

33

dan power , sedangkan jenis musik jazz mampu meningkatkan emosi positif
seperti emosi musikal dengan kategori joyfull activation , tenderness, dan
peacefulness.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli musik terapi pada
tahun 1978 menyebutkan bahwa responden yang disuruh mendengar musik rock
memunculkan emosi yang tidak menentu dan menjurus pada keinginan untuk
bunuh diri.Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Tore Sognefest
menyebutkan bahwa musik dengan irama yang teratur seperti jazz dapat
memberikan ketenangan dan menstabilkan emosi (dalam Siregar dan Sarah,
2011).Dari penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan emosi saat
diperdengarkan musik dengan tempo dan jenis musik yang berbeda.
2.5 Hipotesis
1. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalwonder pada

subjek

saat

diperdengarkan musik denganjenis musik yang berbeda.
2. Ada perbedaan kategori emosi musikaltranscendence pada subjek saat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
3. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalpower pada

subjeksaat

diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
4. Ada perbedaan kategori emosi musikaltendernesspada subjek saat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
5. Ada perbedaan kategori emosi musikalnostalgia pada subjek saat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.

34

6. Ada perbedaan kategori emosi musikalpeacefulnesspada subjek saat
diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
7. Ada perbedaan kategori emosi musikaljoyfull activation pada subjek saat
diperdengarkan musik denganjenis musik yang berbeda.
8. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalsadnesspada

subjek

saat

subjek

saat

subjek

saat

diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
9. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikaltensionpada

diperdengarkan musik dengan jenis musik yang berbeda.
10. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalwonder pada

diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
11. Ada perbedaan kategori emosi musikaltranscendence pada subjeksaat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
12. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalpower pada

subjek

saat

diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
13. Ada perbedaan kategori emosi musikaltendernesspada subjek saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
14. Ada perbedaan kategori emosi musikalnostalgia pada subjek saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
15. Ada perbedaan kategori emosi musikalpeacefulnesspada subjek saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
16. Ada perbedaan kategori emosi musikaljoyfull activation pada subjek saat
diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.

35

17. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikalsadnesspada

subjek

saat

diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
18. Ada

perbedaan

kategori

emosi

musikal

tensionpada

subjeksaat

diperdengarkan musik dengan tempoyang berbeda.
19. Ada perbedaan emosi musikalwonder pada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.
20. Ada

perbedaan

emosi

musikaltranscendencepada

subjek

saat

diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda.
21. Ada perbedaan emosi musikalpower pada subjek saat diperdengarkan jenis
musik dan tempo yang berbeda.
22. Ada perbedaan emosi musikaltenderness pada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.
23. Ada perbedaan emosi musikalnostalgia pada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.
24. Ada

perbedaan

emosi

musikalpeacefulnesspada

subjek

saat

diperdengarkan jenis musik dan tempo yang berbeda.
25. Ada perbedaan emosi musikal joyfull pada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.
26. Ada perbedaan emosi musikalsadnesspada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.
27. Ada perbedaan emosi musikaltensionpada subjek saat diperdengarkan
jenis musik dan tempo yang berbeda.

36