Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus
2.1.1

Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa

dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang
ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi
glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis
karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau
negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin
tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau
gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari.
Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100
mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan
laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari
lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL.
Daibetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan

tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).
Pada penderita DM, urine atau air seninya terasa manis, karena mengandung
gula (glukosa). Menurut Margatan (1995) faktor keturunan memegang peranan untuk
timbulnya DM, yang berarti anggota keluarga dari penderita DM lebih besar

Universitas Sumatera Utara

kemungkinannya untuk memperoleh penyakit ini. Mathur (1996) menyatakan bahwa
diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang mempunyai karakteristik
kenaikan kadar gula (glukosa) darah yang terjadi akibat kelainan produksi dan kerja
(action) insulin, atau ke dua-duanya. Menurut Subekti yang dikutip oleh Soewondo
penyakit DM atau kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif.
Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas berfungsi membantu
tubuh mendapatkan energy dari makanan. Sebagian makanan yang dimakan akan
diubah menjadi glukosa. Glukosa beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah.
Tubuh menyimpan glukosa didalam sel-sel (sel otot, jantung, lemak, hati dll) untuk
kemudian digunakan sebagai sumber energi.
Penyakit diabetes dapat dengan mudah diketahui dengan cara memeriksa

kadar gula darah, namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang
dirasakan bukanlah hal yang mengganggu ppasien, bahkan kadangkala menunjukan
gejala yang tidak khas sehingga penyakit ini sering kali diketahui secara kebetulan
ketika berobat ke dokter untuk suatu penyakit lain (soegondo, 2008).
2.1.2

Jenis-jenis Diabetes Melitus
Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Diabetes Mellitus Tipe I
Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya
tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan

Universitas Sumatera Utara

insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin.
Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi
pada diabetes mellitus tergantung insulin.
2. Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun
akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru
saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada
tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan.
Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan
masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.
Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa
darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat
mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal.,
sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.
Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel
”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan
terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan
bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan
bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi

Universitas Sumatera Utara

160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan

terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.
3. Diabetes Gestasional (kehamilan)
Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali
setelah persalinan.
4. Diabetes Mellitus Tipe lain
Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi
kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit
pada kelenjar tersebut.
Perbedaan DM tipe I dengan DM tipe II menurut Soegondo (2008) adalah
sebagai berikut:
1. DM tipe I
a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan
insulin.
b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.
c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor
gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan
menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini
diperlukan kecenderungan genetik.
d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi
kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin

secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

2. D M tipe II
a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.
Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
insulin relatif.
b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30
tahun.
c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 %
penderita mengalami obesitas.
d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.
2.1.3

Penyebab Diabetes Melitus
Margatan (1995) menyatakan bahwa penderita DM biasanya dikarenakan

kelenjar pankreas atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak cukup
memprodusir hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga pembakaran

karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna. Beberapa faktor yang sering
menyuburkan dan bisa menjadi pencetus adalah (1) Kurang gerak, (2) Makan secara
berlebihan, (3) Kehamilan, (4) Kekurangan hormone insulin, dan (5) Hormon insulin
yang terpacu berlebihan.
Adapun penyebab DM ada 3 macam, yaitu: (1) Gaya hidup, (2) Kondisi
kesehatan, dan (3) Gen atau keturunan, sedangkan pendapat lain yang dikemukakan
oleh Soegondo (2008) penyebab diabetes lainnya adalah: (1) Kadar kortikosteroid
yang tinggi, (2) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan, (3)

Universitas Sumatera Utara

Obat-obatan yang dapat merusak pankreas, dan (4) Racun yang mempengaruhi
pembentukan atau efek dari insulin.
2.1.4

Faktor Risiko terjadinya Diabetes Melitus
Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik

atau latihan jasmani, makan terlalu banyak makanan yang mengandung lemak dan
gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan.

Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes
(soegondo, 2008).
Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :
− Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek
dengan diabetes
− Berumur 45 tahun atau lebih
− Berat badan lebih atau obesitas
− Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal
(prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)
− Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85
− Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200
mg/dL
− Pernah mengalami diabetes gestasional
− Melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5

Patofisiologis

Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel.
Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glikosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi keton yang menyertainya. Karena
itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe II soewondo ().
2.1.6


Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Diabetes Melitus
Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut

Imam Subekti yang dikutip oleh Soewondo () adalah sebagai berikut:
1. Keluhan Klasik

Universitas Sumatera Utara

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung
dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat
yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok.
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel
kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Rasa lelah yang terjadi
karena katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel yang
menggunakan glukosa sebagai energi.
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami oleh penderita
karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa
haus itu penderita minum banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan

dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma
yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari makanan yang dimakan,
setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk
antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi imun
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

Universitas Sumatera Utara

2. Keluhan lain
a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
terutama pada kaki diwaktu malam, sehingga mengganggu tidur.
b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang
kali, agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau

daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.
d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
dirasakan.
e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan diabetes mellitus
mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron dan
system yang berperan.
2.1.7

Komplikasi
Menurut soegondo (2008) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi

seperti berikut :
a. Komplikasi Akut
1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya
insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan
metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis
ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

Universitas Sumatera Utara

2. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang berlebihan.
3. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi
metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada
dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.
b. Komplikasi Kronis
1. Mikroangiopati
− Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina.
Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes,
umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan)
− Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang
tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus,
nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
− Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini
juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom
yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat
disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
2. Makroangiopati
− Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk
dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM

Universitas Sumatera Utara

sendiri tidak meningkatan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM
sangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan oksidasi.
− Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah
serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah
yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah
serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.
− Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar
pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda
dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio
intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).
2.1.8

Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Menurut Santoso (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha

untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara
dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non
farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut :
1. Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan
partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan
berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya
peningkatan motivasi.

Universitas Sumatera Utara

2. Pengobatan dengan insulin
Jika anda seorang dengan DM tipe I, maka insulinlah penyelamat anda. Jika
anda penderita DM tipe II maka tahap akhir anda akan membutuhkannya. Insulin
merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya masih menggunakan
suntikan.
Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pancreas sapi, babi, salmon dan
binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakteri
E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti
insulin manusia (Soegondo, 2008).
Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon naikturunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana yang dapat mengukur
kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai
bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :
a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya.
Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan,
waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang
mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan
insuli sesaat sebelum makan.
b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang membutuhkan 30
menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang
efeknya setelah 6-8 jam.

Universitas Sumatera Utara

c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah
setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 1012 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.
d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai
menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam.
e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin 70% dan
regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang
memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang
buruk.
Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan
insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun belum terjadi gejalagejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.
3. Pengobatan dengan obat oral
Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu
saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat
berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan
dengan oral.
a. Obat insulin sekretagok
b. Obat insulin biguanid
c. Obat golongan glitazone
d. Obat golongan alpha glukosidae
e. Obat golongan inkretin

Universitas Sumatera Utara

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat
diabetes

sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat.

Kadangk ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.
4. Diet Diabetes
Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai gizi
masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan
keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes
melainkan

meal

planning

(soegondo,

2008).

Perencanaan

makan

menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Dietesan
atau orang yang ahli dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang
cocok. Perencanaan yang baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa
yang anda sukai, kapan anda ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori,
apa aktivitas yang anda lakukan, apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi
kesehatan, obat apa yang diminum dan kebiasaan keluarga. Anjuran makan
hendaknya sejauh mungkin mengikuti kebiasaan makan masing-msing
penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik di teruskan dan yang kurang
baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan.
Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak
jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.

Universitas Sumatera Utara

5. Kegiatan fisik dan Olah raga
Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari
kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat
membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan
tenaga (energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih
banyak glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian
konsentrasi glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik
insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot
untuk dibakar (Soegondo, 2008).
Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang
disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akan bertahan
melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya ke dalam
jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal
biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.
Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara
bertahap. Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat
menyebabkan cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga
selama 30-60 menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih
aktif. Usahakan selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali
lebih banyak energy daripada bila duduk dan tidur (Soegondo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.2. Kadar Gula Darah
Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa dalam darah. Kadar
gula darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat
yang baik.
Untuk memperhatikann kadar gula darah dalam batas normal dapat dilakukan
oleh tubuh dengan mempertahankan homestatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu, bila
glukosa darah terlalu rendah maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan
memecah glikogen hati, sebaliknya jika glukosa terlalu tinggi maka glukosa akan
dibawa hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dan dirubah menjadi
glikogen otot (Mira, 2003).
Pasien diabetes mellitus harus berusaha menjaga kadar gula darah dalam
tubuhnya dalam batas normal. Dan untuk itu perlu menjaga keseimbangan diantara
jumlah glukosa yang masuk dan yang hilang.
Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut perlu pengendalian kadar gula darah
yang baik. Kadar gula darah ter kendali tercantum pada tabel berikut :
Tabel. 2.1. Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
Kriteria
Baik
Sedang
Buruk
Glukosa darah puasa
80-109
110-125
>126
Glukosa darah 2 jam puasa
80-144
145-179
>180
HbA1c
8
(Yulizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit DM, 2005)

Universitas Sumatera Utara

2.2. Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah
1. Umur
Menurut Depkes (2007) umur adalah masa hidup seseorang dalam tahu
pembulatan kebawah pada waktu ulang tahun terakhir. Umumnya manusia
mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah
usia 40 tahun. Diabetes mellitus tipe II sering muncul setelah seorang memasuki usia
rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya
lebih. Sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. Pada usia lanjut
peningkatan produksi insulin glukosa dari hati meningkat, cendrung mengalami
resisten insulin dan gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptisis sel beta
pancreas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lely dan Indrawaty dalam media
litbag kesehatan (2004) menyebutkan bahwa penderita diabetes tertinggi pada usia
61-65 tahun yaitu sebesar 32,5% dan terendah usia < 40 tahun sebesar 4%.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalah perbedanan seks yang didapat sejak lahir yang dibedakan
antara laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki rIsiko
yang besar untuk mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun
keatas perempuan lebih berisiko tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut Damayanti wanita lebih berisiko mengidap diabetes mellitus karena
secara fisik wanita lebih memiliki indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma
siklus bulanan (premenstrual) dan pasca menapouse yang membuat distribusi lemak

Universitas Sumatera Utara

tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal sehingga wanita berisiko
dibanding dengan laki-laki.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalahmasalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan. Pendidikan memiliki hubungan
dengan perilaku pasien dalam menjaga kesehatannya dan pengendalian kadar glukosa
dalam darah agar tetap stabil. Hasil atau perubahan prilaku dengan cara ini
membutuhkan waktu yang lama namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena
disadari oleh kesadaran sendiri (Notoatmodjo, 2003).
4. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

Universitas Sumatera Utara

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

e. Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat
self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk
pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.
Pengetahuan

merupakan

tingkat

terendah

dalam

domain

kognitif.

Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah laku seseorang setelah melakukan
pengindraan pada suatu objek tertentu. Pasien diabetes mellitus akan mampu

Universitas Sumatera Utara

melakukan pengendalian kadar gula darah dengan baik jika didasari dengan
pengetahuan mengenai penyakit diabetes mellitus, baik tanda gejala dan cara
penanganannya.
5. Riwayat Keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes,
karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin
dengan baik (Sustrani, 2007). Tetapi resiko terkena diabetes juga dipengaruhi stress
dan berat badan. Riwayat keluarga memiliki hubungan yang signifikan tentang
kejadian diabetes mellitus.
6. Stress
Seorang yang menderita sakit merangsang memproduksi horman tertentu
yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Leslie, 1991).
Adapun menurut Iswano (2004) kadar gula darah dipengaruhi oleh stress.
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan
individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stress muncul ketika ada
ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki.
Stress dapat memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh yaitu reaksi
neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari stress adalah sekresi system saraf
simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan norepinefrin untuk
meningkatkan frekuensi jantung. Menyebabhkan glukosa darah meningkat guna
sumber energy untuk perfusi.

Universitas Sumatera Utara

7. Obesitas
Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal sebanyak 20% dari berat
badan idaman. Individu dengan diabetes mellitus tipe II diketahui sebanyak 80%
diantaranya adalah obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di
seluruh tubuh kurang sensitive dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam
darah tidak dapat dimanfaatkan (Soegondo, 2008).
8. Asupan Makanan
Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan ATP. Selama
pencernaan banyak zat gizi yang diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energy tubuh
sampai makan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi terkandung
karbohidrat, lemak, protein(Tandra, 2008). Kadar gula darah sebagai tercantum pada
apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya
keseimbangan diet mempertahankan kadar gula darah agar mendekati nilai normal
dapat dilakukan dengan asupan makanan seimbang sesuai kebutuhan (sukardji, 2002).
Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh pada kadar gula darah.
Pasien diabetes mellitus memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur
metabolisme hidrat arang dan jika toleransi hidrat arang dilampaui, pasien akan
mengalami glikosuria dan ketomuria yang pada akhirnya dapat menjadi ketoasidosis,
maka perlu dilakukan diet pada penderita diabetes mellitus tipe II (PERKENI, 1998).
9. Aktifitas Fisik
Manfaat aktifitas fisik atau olah raga sebagai terapi diabetes mellitus sudah
cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit DM

Universitas Sumatera Utara

disamping obat dan diet (Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatkan
sensitifitas jaringan insulin yang berguna dalam regulasi kadar glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus tipe II (Ilyas, 2007).
10. Kepatuhan Minum Obat
Mengkonsumsi obat merupakan salah satu cara penanggulangan diabetes
mellitus yang dikenal sejak lama. Konsumsi obat dapat merangsang sel beta pancreas
untuk mengeluarkan insulin atau mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga
dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
Keteraturan dalam minum obat pada penderita diabetes mellitus tipe II yang
dilakukan bersamaan dengan diet dan aktifitas fisik dapat mengkontrol Dakar gula
darah dalam tubuh dengan baik. (Soegondo, 2008).
11. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alcohol mengandung banyak karbohidrat dan kalori. Pengaturan
glukosa menjadi lebih sulit apabila mengkonsumsi alcohol. Pecandu alkohol bisa
mengalami hipoglikemia (Tandra, 2004).
Menurut Suyanto alcohol dapat menghambat proses oksidasi lemak dalam
tubuh yang menyebabkan proses pembakaran lemak dan gula terhambat dan akhirnya
berat badan akan meningkat . Alkohol juga dapat meningkatkan kelenjar endokrin
dengan melepas epinefrin yang mengarah kepada hiperglikemia sehingga konsumsi
alcohol mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian DM Tipe II dan
merupakan faktor resiko terjadinya diabetes mellitus (Irawan, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.4 Landasan Teori
Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati
secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang
tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan)
dan lingkungan.
Beberapa faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut teori Green
(1991), dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Faktor Pendorong (Predisposing Factors)
Faktor pendorong adalah merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor pendorong yang mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan persepsi berkenaan dengan motivasi
seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum, kita dapat mengatakan
faktor pendorong sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke
dalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau
menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh.
b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya
keterampilan dan sumber daya pribadi disamping sumber daya masyarakat.
Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan dan sumber daya yang
perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik, atau sumber daya yang serupa itu.

Universitas Sumatera Utara

Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak,
ketersedian transportasi, jam buka atau jam pelayanan, dan sebagainya, termasuk pula
didalamnya petugas kesehatan seperti perawat, dokter, dan pendidikan kesehatan
sekolah.
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Faktor penguat merupakan faktor penyerta (yang datang sesudah) perilaku
yang memberi ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi
menetap dan melenyapnya perilaku itu. Faktor penguat adalah faktor yang
menentukan apakah tindakan kesehatan, memperoleh dukungan atau tidak.
Berdasarkan landasan teoritis diatas menunjukan bahwa dengan merubah
prilaku menjadi lebih kearah untuk lebih sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan
dan tidak terlepas dalam hal menurunkan kadar gula darah pada penderita DM tipe II
sehingga dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan beberapa kajian teori dan tujuan penelitian, maka kerangka
konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
-

Variabel Dependen

Umur
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pengetahuan
Riwayat Keluarga
IMT
Aktifitas Fisik
Diet
Kepatuhan Minum
Obat

Kadar Gula Darah

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep

utama

penelitian

adalah

untuk

melihat

faktor-faktor

yang

memengaruhi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Determinan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

2 96 60

Perbandingan Kadar Gula Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mahasiswa Obesitas dan Normoweight dengan Riwayat Orangtua Menderita Diabetes Melitus Tipe II di FK USU Tahun 2014

2 58 110

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAHPADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 2 18

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAHPADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

1 7 15

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

0 0 19

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

0 0 2

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

0 9 11

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

0 0 3

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2014

0 6 25