Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transparansi Informasi Keuangan
Kemudahan

dalam mengakses

informasi

yang

dimiliki

oleh

pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi
masyarakat. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara transparansi dan
isu-isu

mengenai


etika,

korupsi,

penyimpangan

administrasi,

dan

akuntabilitas (Piotorowski dan Bartelli, 2010). Transparansi merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban pemerintahan atas penggunaan keuangan
daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu, transparansi merupakan salah
satu elemen penting demi terwujudnya good governance yang menjamin
kemudahan dan kebebasan akses bagi publik untuk memperoleh berbagai
macam informasi termasuk informasi keuangan berupa laporan keuangan
pemerintahan daerah.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2012, dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dinyatakan bahwa

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, setiap pemerintahan
daerah mempunyai kewajiban untuk menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dan laporan kinerja. Sebelumnya pemerintahan daerah tidak
memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai laporan
keuangan pemerintah daerah kepada masyarakat. Namun pelaporan informasi


 
Universitas Sumatera Utara

keuangan pemerintah daerah kepada masyarakat menjadi hal yang mutlak
dilakukan oleh pemerintahan daerah setelah dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang
menyebutkan bahwa setiap informasi publik harus bersifat terbuka, serta
dapat diakses oleh pengguna secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara
yang sederhana.
Menurut Asian Development Bank (1999) dalam Arifianto (2005)
transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah dan pelaksanaan
kebijakan publik dapat mengurangi ketidakpastian dan membantu mencegah
korupsi oleh aparat pemerintah. Menurut Folscher (2000) dalam Medina

(2012)

mengungkapkan

tentang

beberapa

keuntungan

dari

adanya

transparansi:
1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan
kontribusi pada stabilitas fiskal dan makro ekonomi sehingga
penyesuaian-penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir.
2. Meningkatkan


akuntabilitas

pemerintah.

Legislatif,

media,

dan

masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol terhadap pemerintah lebih
baik jika mereka mempunyai informasi tentang kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, dan penerimaan atau pengeluaran pemerintah. Para pejabat
publik akan berlaku lebih bertanggung jawab jika keputusan yang
diambil dilakukan secara terbuka atau transparan untuk publik dan dapat
mencegah adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme.

10 
 
Universitas Sumatera Utara


3. Transparansi dapat meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan
membangun hubungan sosial yang lebih erat, misalnya masyarakat dapat
memahami kebijakan pemerintah dan bahkan mendukung kebijakan
tersebut.
4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan
dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dalam negeri
maupun luar negeri untuk lebih berinvestasi.
Prinsip transparansi dapat dilihat dari 2 aspek, yakni komunikasi
kepada masyarakat oleh pemerintahan daerah dan hak masyarakat dalam
memperoleh informasi. Keduanya dapat tercapai apabila pemerintah terus
melakukan pembenahan demi menuju pemerintahan dengan tata kelola yang
lebih baik (good governance).
Information, Communication, and Technology (ICT) mengalami
perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun belakangan ini.
Perkembangan pada informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT) juga
memberikan dampak yang cukup besar bagi hubungan antara pemerintahan
dengan warga negaranya terutama dalam hal kemudahan dan kenyamanan
dalam memperoleh suatu informasi. Teknologi, informasi, dan komunikasi
hadir sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hambatan keterbatasan akses

antar wilayah (Hartono, 2010).
Moon (2002) menjelaskan tentang fungsi dan kegunaan teknologi
berbasis web yang dapat dilihat berdasarkan dua kategori, yaitu internal dan
eksternal. Secara internal, penggunaan web, teknologi informasi, dan
11 
 
Universitas Sumatera Utara

komunikasi lainnya memiliki potensi yang menjanjikan sebagai alat
manajerial yang efektif dan efisien untuk dapat mengumpulkan, menyimpan,
mengelola,

dan

mengelola

sejumlah

data


dan

informasi.

Dengan

menggunakan fungsi upload dan download, informasi dan data terkini (up-todate) dapat disajikan pada internet secara real time. Secara ekternal,
teknologi berbasis web juga memfasilitasi hubungan pemerintahan dengan
masyarakat (salah satunya terkait dengan pelayanan kepada masyarakat dan
politik) dan unit pemerintahan lainnya serta bisnis.
Menurut Nordiawan dkk (2007) indikator kesuksesan pada organisasi
pemerintahan tidak hanya diukur dari saldo laba saja, tetapi perlu dilihat dari
mutu pelayanan dan efisiensi dari penggunaan dana yang tersedia. Untuk
dapat melakukan suatu efisiensi terhadap penggunaan dana yang dilakukan
oleh pemerintahan daerah, maka salah satu caranya adalah dengan
menggunakan internet sebagai sarana pendukung pemerintahan daerah.
Styles dan Tennyson (2007) mengatakan bahwa suatu cara yang
paling baik dan cost effective bagi pihak pemerintah untuk menyebarkan
informasinya pada masa kini adalah dengan melalui media internet yaitu
dengan mempublikasikan informasi laporan keuangannya melalui website

resmi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi pemerintahan daerah
dalam mengungkapkan informasi keuangannya pada website resmi adalah:
1. Media internet menawarkan biaya yang rendah bagi pengguna dan
penyedia informasi.

12 
 
Universitas Sumatera Utara

2. Internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung
tidak memiliki batasan pagi pengguna dan penyedia informasi.
3. Informasi yang diungkapkan dapat disajikan dengan berbagai macam
bentuk sehingga memudahkan dalam penggunaannya.
2.2 E-Government
E-Government biasa dikenal dengan e-gov, pemerintah digital, online
pemerintah atau pemerintah transformasi adalah suatu upaya untuk
mengembangkan

penyelenggaraan


kepemerintahan,

penataan

sistem

manajemen, dan proses kerja di lingkungan pemerintahan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui
penerapan e-government, pemerintah dapat mempermudah akses informasi
bagi masyarakat, unit bisnis, pegawai, stakeholder, dan hal-hal lain yang
berkenaan dengan pemerintahan. Ada tiga model penyampaian EGovernment, antara lain:
1. Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C)
Adalah penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh
pemerintah ke masyarakat, memungkinkan pertukaran informasi dan
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, contohnya G2C : Pajak
online, mencari pekerjaan, layanan jaminan sosial, dokumen pribadi
(kelahiran dan akte perkawinan, aplikasi paspor, lisensi pengarah),
layanan imigrasi, layanan kesehatan, beasiswa, penanggulangan bencana.

13 

 
Universitas Sumatera Utara

2. Government-to-Business (G2B)
Adalah transaksi-transaksi elektronik dimana pemerintah menyediakan
berbagai informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk
bertransaksi dengan pemerintah. Mengarah kepada pemasaran produk
dan jasa ke pemerintah untuk membantu pemerintahan menjadi lebih
efisien melalui peningkatan proses bisnis dan manajemen data elektronik.
Aplikasi yang memfasilitasi interaksi G2B maupun B2G adalah Sistem eprocurement.

Contoh : Pajak perseroan, peluang bisnis, pendaftaran

perusahaan, peraturan pemerintah (Hukum Bisnis), Pelelangan dan
penjualan yang dilaksanakan oleh pemerintahan, hak paten merk dagang,
dan lain-lain.
3. Government-to-Government (G2G)
Adalah memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi online
antar departemen atau lembaga pemerintahan melalui basis data
terintegrasi, contoh: konsultasi secara online,blogging untuk kalangan

legislatif, pendidikan secara online, pelayanan kepada masyarakat secara
terpadu.
Moon (2002) berpendapat bahwa secara umum E-Government
memiliki lima aspek utama: (1) interaksi antara lembaga pemerintahan, (2)
pelayanan berbasis web/internet, (3) e-commerce, (4) demokrasi secara digital
untuk pertanggungjawaban pemerintahan yang lebih transparan, (5) e-finance.
Salah satu fokus utama dari E-Government adalah legitimasi negara dan

14 
 
Universitas Sumatera Utara

hubunganya dengan masyarakat serta legitimasi hukum, bersama-sama
dengan adanya lingkup e-democrazy dan e-government (Brown, 2005).
2.3 Pemerintahan Daerah di Indonesia
Menurut UU RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
disebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kota dan
daerah kabupaten. Setiap daerah provinsi, daerah kota, dan daerah kabupaten
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya.
Tiap pemerintahan daerah dipimpin oleh kepala daerah. Sebutan kepala
daerah untuk pemerintahan provinsi, pemerintahan kota, dan pemerintahan
kabupaten, masing-masing ialah gubernur, walikota, dan bupati.
Menurut

Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

2014

tentang

Pemerintahan Daerah, kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif,
15 
 
Universitas Sumatera Utara

artinya kepala daerah menyusun dan menyampaikan anggaran untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai ketentuan
perundang-undangan setelah mendapatkan persetujuan. Ditegaskan pula
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Untuk saat ini kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan langsung kepala daerah (pilkada). Prosedur dan mekanisme
pemilihan kepala daerah sekarang ini, yakni semenjak UU Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah diberlakukan, lebih menggambarkan
pelaksanaan demokrasi. Pilkada dilaksanakan secara langsung, terbuka
kemungkinan bagi calon independen/nonparpol untuk maju melalui partai
politik (parpol)/gabungan parpol, dan proses penyaringan bakal calon
dilaksanakan secara terbuka dengan mewajibkan tiap parpol/gabungan parpol
mengumumkan

proses

dan

hasil

penyaringan

kepada

masyarakat.

Kewenangan politik yang dulu ada pada DPRD untuk memilih kepala daerah
telah diserahkan pada rakyat sehingga rakyat dapat memilih kepala daerah
secara langsung (Bastian, 2006).
Dengan diterapkannya prinsip desentralisasi dan otonomi daerah maka
setiap pemerintahan daerah diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam
melaksanakan otonomi daerahnya, kecuali untuk urusan pemerintahan yang
telah diatur dalam undang-undang. Hubungan pemerintah pusat dengan

16 
 
Universitas Sumatera Utara

pemerintah daerah dilaksanakan secara adil dan selaras sesuai dengan
undang-undang yang berlaku saat ini.
2.4 Sistem Informasi Keuangan Daerah
Sistem adalah satu set komponen-komponen yang saling terhubung
dan bekerja sama demi tercapainya suatu tujuan (O’brien, 2011). Sistem
biasanya terdiri atas beberapa subsistem yang masing-masing melakukan
fungsi khusus yang penting untuk mendukung sistem yang lebih besar lagi.
O’brien (2011) secara sederhana menjelaskan bahwa sistem informasi adalah
suatu kombinasi yang terorganisir terdiri dari orang, perangkat keras,
perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data serta alat kebijakan
dan prosedur untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan
informasi di dalam sebuah organisasi. Ditambahkan pula oleh Wilkinson
(2000) yang menyatakan bahwa sistem informasi dimaksudkan untuk
menyediakan informasi kepada spesifik users.
Sistem informasi keuangan daerah atau yang biasa disebut dengan
SIKD adalah sebuah aplikasi terpadu yang digunakan oleh pemerintahan
sebagai alat bantu bagi pemerintah daerah yang digunakan untuk
meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang
pengelolaan keuangan daerah yang didasari atas asas efisiensi, ekonomis,
transparan, akuntabel, dan auditabel. Di dalam Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah pasal 103 dijelaskan bahwa informasi yang dimuat
didalam sistem informasi keuangan daerah adalah data yang terbuka yang

17 
 
Universitas Sumatera Utara

dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa
pemerintahan daerah dituntut untuk memberikan akses yang luas dan
semudah-mudahnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi atas
laporan keuangan pemerintah daerah, misalnya dengan mempublikasian
laporan keuangan pemerintah daerah di internet melalui website resmi
pemerintahan daerah.
Pasal 101 menyatakan bahwa tujuan dari pemerintah daerah dalam hal
melaksanakan Sistem Informasi Keuangan Pemerintah Daerah secara
nasional adalah :
1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal.
2. Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional.
3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah seperti, dana perimbangan,
pinjaman daerah, dan pengendalian atas defisit anggaran.
4. Melakukan

pemantauan,

pengendalian,

dan

evaluasi

pendanaan

desentralisasi daerah dan defisit anggaran daerah.
Demi menindaklanjuti pelaksanaan atas Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 65 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan Sistem Informasi Keuangan Daerah. PP tersebut menyatakan
bahwa informasi keuangan daerah adalah informasi yang berkaitan dengan
keuangan daerah yang harus disampaikan oleh pemerintahan daerah dan
harus

memenuhi

prinsip-prinsip

yang

akurat,

relevan,

dan

dapat

dipertanggungjawabkan. Informasi atas laporan keuangan yang telah diolah
dan didokumentasikan haruslah dapat disajikan kepada mayarakat. Informasi

18 
 
Universitas Sumatera Utara

tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan
oleh pemerintahan daerah terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban laporan keuangan pemerintah daerah.
Dalam PP Nomor 65 Tahun 2010 Pasal 4 yang mengatur tentang
pelaksanaan pelaporan informasi keuangan oleh daerah kepada pemerintah
haruslah mencakup:
1. APBD dan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota.
2. Neraca daerah.
3. Laporan arus kas.
4. Catatan atas laporan keuangan daerah.
5. Dana dekosentrasi dan dana tugas pembantuan.
6. Laporan keuangan pemerintah daerah.
7. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah.
Informasi atas laporan keuangan tersebut harus disampaikan kepada
menteri keuangan dan menteri dalam negeri. Dalam penyampaiannya,
pelaporan informasi keuangan daerah dilakukan secara berkala melalui
dokumen tertulis atau media lainnya. Pemerintahan daerah juga berkewajiban
untuk

menyajikan

transparansi

informasi

keuangan

daerah

kepada

masyarakat. Dalam hal ini, media yang dianggap paling efisien dalam
penyampaian informasi laporan keuangan pemerintah daerah adalah melalui
website resmi pemerintahan daerah dengan media internet.

19 
 
Universitas Sumatera Utara

2.5 Pelaporan Keuangan Pemerintahan Daerah
Laporan

keuangan

daerah

merupakan

salah

satu

bentuk

pertanggungjawaban pemerintahan daerah kepada masyarakatnya terkait
dengan pengelolaan keuangan pemerintahan daerah. Tujuan pelaporan
keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi
berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari
berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus
kelompok tertentu saja (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2007). Oleh sebab
itu, maka pelaporan keuangan pemerintahan daerah merupakan salah satu
tolok ukur bagi masyarakat dalam rangka menilai kinerja pemerintahan
daerah mereka. Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi
yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan
diungkapkan demi mencapai tujuan ekonomi dan sosial negara. Menurut
Ghozali dan Chairani (2007), pengungkapan berarti memberikan data-data
yang bermanfaat bagi setiap pihak yang memerlukan. FASB (Financial
Accounting Standards Board) mengartikan pelaporan keuangan sebagai
sistem dan sarana penyampaian (means of communication) informasi tentang
segala kondisi dan kinerja entitas terutama atas segi keuangan dan tidak
terbatas berdasarkan pada apa yang dapat disampaikan di dalam laporan
keuangan. Singkatnya, pelaporan keuangan lebih luas dari pada laporan
keuangan (Bastian, 2006).

20 
 
Universitas Sumatera Utara

Menurut PP Nomor 65 Tahun 2010, menyatakan bahwa unsur-unsur
yang ada dalam informasi keuangan daerah adalah APBD dan LKPD, adapun
APBD terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, di antaranya:
a. Pendapatan Asli Daerah, terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,
dan penerimaan lain-lain.
b. Dana Perimbangan, terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus.
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2. Anggaran belanja, diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja. Anggaran belanja ini digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah.
3. Pembiayaan, terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
Sedangkan LKPD terdiri atas :
1. Laporan realisasi anggaran.
2. Laporan Arus Kas.
3. Neraca.
4. Catatan atas laporan keuangan.
Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 56 Tahun 2012, dan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Sementara itu penyampaian Laporan

21 
 
Universitas Sumatera Utara

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintahan daerah kepada
BPK dilakukan paling lambat tanggal 30 maret atau 3 bulan setelah tahun
anggaran berakhir (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, diubah terakhir
dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011).
2.6 Agency Theory
Hubungan keagenan muncul ketika satu pihak (principal) memberikan
wewenang dan tanggung jawab kepada pihak lain (agent) untuk melakukan
pengambilan keputusan. Teori keagenan sendiri muncul berdasarkan bahwa
pemilik perusahaan (principal) dan manajer perusahaan (agent) memiliki
kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini selaku
agent adalah pemerintahan daerah, sedangkan principal adalah masyarakat
dan stakeholder lainnya. Masyarakat dalam hal ini memberikan amanat
kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan. Selanjutnya
pemerintahan daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan hasil
pelaksanaannya kepada masyarakat. Agen-agen (pemerintahan daerah) yang
telah ditunjuk sebagai delegasi dari pemilik (principal/masyarakat) ini adalah
agen yang dipercaya untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan
masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tentunya tidak dapat sepenuhnya dalam
mengawasi seluruh tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah,

sehingga

timbullah

agen-agen

yang

hanya

mementingkan

kepentingan mereka sendiri tanpa memikirkan kepentingan rakyat selaku
principal.

22 
 
Universitas Sumatera Utara

Thompson (1999) berpendapat bahwa secara tradisional hubungan
antara pemerintah dengan warga telah dianggap dibawah teori prinsipal-agen
(keagenan) yang telah digunakan secara luas dalam administrasi publik untuk
memeriksa

masalah-masalah

yang

terkait

dengan

manajemen

dan

administrasi di negara yang berlandaskan prinsip desentralisasi. Akan tetapi,
masalah yang ditimbulkan dalam hubungan prinsipal-agen secara inheren
terkait ketersediaan informasi yang diungkapkan oleh agen (Alvarez dan Hall,
2004). Dengan demikian, dibawah prinsipal-agen upaya teori telah dibuat
dalam rangka mengidentifikasi insentif-insentif yang muncul pada beberapa
pengungkapan sektor publik (Gang, 1998).
2.7 Stakeholder Theory
Ghozali dan Chariri (2007) berpendapat bahwa Stakeholder theory
merupakan perusahaan, bukanlah suatu entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi para
stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan
tersebut. Gray, Kouhi, dan Adams (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007)
berpendapat bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada
dukungan stakeholder dan dukungan itu harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan

adalah

mencari

dukungan

tersebut.

Semakin

powerful

stakeholder, maka akan semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Deegan (2000) berpendapat bahwa setiap stakeholder memiliki hak
untuk disediakan informasi mengenai pengaruh stakeholder terhadap

23 
 
Universitas Sumatera Utara

organisasi, sekalipun stakeholder memilih untuk tidak menggunakan
informasi tersebut ataupun stakeholder tidak memiliki pengaruh secara
langsung terhadap keberlangsungan organisasi. Dengan adanya ”hak atas
informasi” itu, Gray, Owen, dan Adams (1996) dalam Deegan (2000)
membuat accountability model, yang menganggap pelaporan (reporting)
lebih sebagai wujud pertanggungjawaban dibanding wujud pemenuhan
tuntutan. Dengan kata lain, tiap pihak dalam lingkungan organisasi memiliki
hak untuk diinformasikan mengenai operasi organisasi.
Hal ini juga berlaku pada pemerintahan daerah, dimana transparansi
informasi keuangan pemerintahan daerah di internet dapat memberikan
dampak yang positif bagi para stakeholder (masyarakat). Dengan adanya
website resmi pemerintahan daerah, maka transparansi informasi keuangan
pemerintahan daerah dapat dengan mudah dilakukan demi mendapatkan
dukungan dari para stakeholder. Apabila pemerintahan daerah telah berhasil
mendapatkan dukungan dan respon yang positif dari para stakeholder, maka
aktivitas pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.8 Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian-penelitian sebelumnya yang telah membahas
tentang transparansi informasi keuangan di internet pada sektor swasta, akan
tetapi pada sektor pemerintahan hal ini masih belum banyak dilakukan (Hilmi
dan Martani, 2012). Penelitian yang telah dilakukan mengenai transparansi
informasi keuangan daerah di internet oleh pemerintahan daerah disajikan
dalam tabel berikut ini :

24 
 
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
Variabel
No.
Peneliti
Independen
Dependen
1.
Laswad et, Kompetisi
Internet
al. (2005)
politik, Ukuran, Financial
Leverage,Wealth, Reporting
Visibilitas Pers, (IFR)
Tipe
Pemerintahan
Daerah

2.

Sinaga
dan
Prabowo
(2011)

Hasil

1. Adanya
hubungan positif
yang signifikan
IFR dengan
leverage, wealth,
dan visibilitas
pers.
2. Adanya
hubungan yang
negatif dan
signifikan IFR
dengan tipe
pemda.
3. Ukuran dan
kompetensi
politik tidak
memiliki
hubungan yang
signifikan
terhadap IFR.
1. Ukuran
Pelaporan
Ukuran
pemerintah
keuangan
di
pemerintah
daerah tidak
daerah, leverage, internet secara
kekayaan
sukarela oleh
berpengaruh
terhadap
pemerintah
pemerintah
daerah,
tipe daerah
pelaporan
pemerintah
(pemda).
keuangan di
internet oleh
pemda.
2. Leverage tidak
berpengaruh
terhadap
pelaporan
keuangan di
internet oleh
pemda.
3. Kekayaan
pemerintah
daerah tidak
berpengaruh
terhadap
pelaporan

25 
 
Universitas Sumatera Utara

3.

4.

Jorge et al Kompetensi
(2011)
politik, orientasi
politik, political
engagement,
rata-rata
umur
masyarakat,
tingkat
pendidikan,
pendapatan
masyarakat,
jumlah populasi,
dan
tingkat
kemandirian
daerah
Trisnawati Kompetisi
dan
politik, ukuran
Komarudin pemerintah
(2014)
daerah, leverage,
kekayaan
pemerintah
daerah,
tipe
pemerintah
daerah, dan opini
audit

Transparansi
Keuangan

Publikasi
laporan
keuangan
pemerintah
daerah
internet

keuangan di
internet oleh
pemda.
4. Tipe pemerintah
tidak
berpengaruh
terhadap
pelaporan
keuangan di
internet oleh
pemda.
1. Adanya
hubungan yang
positif signifikan
ketersediaan
CAFR dengan
jumlah populasi.

1. Kompetisi politik
berpengaruh
positif terhadap
publikasi laporan
keuangan di
di
internet.
2. Ukuran
pemerintah
daerah
berpengaruh
positif terhadap
publikasi laporan
keuangan di
internet.
3. Leverage
berpengaruh
positif terhadap
publikasi laporan
keuangan di
internet.
4. Total kekayaan

26 
 
Universitas Sumatera Utara

5.

Yelfina
Andriani
(2015)

pemerintah
daerah
berpengaruh
positif terhadap
publikasi laporan
keuangan di
internet.
Kompetisi
Pengungkapan 1. Kompetisi
politik
Politik, Tingkat Informasi
Pendidikan, dan Keuangan
berpengaruh
Jumlah
dalam Website
Pengungkapan
Penduduk
PEMDA
Informasi
Keuangan dalam
Website PEMDA
2. Tingkat
Pendidikan
Pengungkapan
Informasi
Keuangan dalam
Website PEMDA
3. Jumlah
Penduduk
Pengungkapan
Informasi
Keuangan dalam
Website PEMDA

2.9 Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis
Melaporkan informasi keuangan pemerintah daerah di internet
dianggap cara yang baik untuk mempertanggungjawabkan informasi
keuangan tersebut kepada stakeholder atau masyarakat luas dengan biaya
yang murah. Namun, belum semua pemerintahan daerah menyajikan
informasi keuangannya berupa laporan keuangan di internet untuk
diperlihatkan

kepada

masyarakat. Masyarakat

mengharapkan

adanya

transparansi terhadap informasi keuangan daerah sehingga masyarakat dapat
mengetahui informasi yang terkait dengan laporan keuangan yang ada. Untuk

27 
 
Universitas Sumatera Utara

itulah dilakukan penelitian ini guna mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pemerintahan daerah
di internet. Adapun faktor-faktor yang akan diteliti adalah total kekayaan
daerahdan kompetisi politik serta satu variabel yang masih jarang diteliti
yaitu tingkat kependudukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka pemikiran
mengenai pengaruh total kekayaan daerah, kompetisi politik, dan tingkat
kependudukan terhadap transparansi informasi keuangan di internet oleh
pemerintahan daerah dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Total Kekayaan Daerah (X1)

Kompetisi Politik (X2)

Transparansi Informasi
Keuangan di Internet
oleh Pemerintahan
Daerah
(Y)

Tingkat Kependudukan (X3)

2.9.1 Pengaruh Total Kekayaan Daerah terhadap Transparansi
Informasi keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah
Kekayaan pemerintahan daerah berhubungan positif dengan
meningkatnya pengungkapan karena memberikan sinyal dari kualitas

28 
 
Universitas Sumatera Utara

kepala daerah, dimana kepala daerah dapat mengambil manfaat dengan
meningkatkan kesempatan mereka dipilih kembali dan mengurangi
biaya kepentingan (Christaens, 1999). Styles dan Tennyson (2007)
berpendapat bahwa besarnya kekayaan daerah juga berbanding lurus
dengan kepedulian masyarakat tentang kinerja pemerintahan daerah.
Kota dengan tingkat kekayaan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat
pemantauan politik dan informasi yang lebih tinggi atas gambaran
kinerja pemerintahan daerah. Dengan semakin maraknya perkembangan
internet di masyarakat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk melakukan transparansi informasi keuangan daerah adalah
dengan menggunakan situs resmi pemerintahan daerah di internet.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dimunculkan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Total kekayaan daerah berpengaruh terhadap transparansi
informasi keuangan di internet oleh pemerintahan daerah.
2.9.2 Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Transparansi Informasi
Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah
Ketika terpilih, biasanya ada kecenderungan para politisi untuk
melupakan janji-janjinya pada saat kampanya terdahulu, akan tetapi
masyarakat dan saingan politiknya terdahulu akan terus menuntut
tentang realisasi. Persaingan politik yang tinggi akan menyebabkan
meningkatnya biaya dalam jangka panjang untuk kepala daerah terpilih
mengabaikan janji-janji sebelum pemilihan, dan memotivasi pemimpin

29 
 
Universitas Sumatera Utara

sekarang (yang sedang memegang jabatan) setuju untuk menanggung
biaya pengawasan (monitoring cost) yang lebih besar (Baber, 1983;
Evans dan Patton, 1987 dalam Laswad et al, 2005). Untuk itu
penggunaan internet dinilai sebagai metode yang paling efektif dan
efisien sebagai pemantauan atas kinerja kepala daerah dan transparansi
informasi keuangan daerah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dimunculkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Kompetisi politik berpengaruh terhadap transparansi informasi
keuangan di internet oleh pemerintahan daerah.
2.9.3

Pengaruh

Tingkat

Kependudukan

terhadap

Transparansi

Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah
Ukuran suatu organisasi telah sering dianggapdeterminan
variabel di belakang praktik akuntansi dan pelaporan keuangan.
Organisasi besar akan menunjukkan asimetri informasi yang lebih besar
antara manajer dan stakeholders. Sebagai konsekuensinya, biaya agen
yang lebih besarakan timbul dari asimetri tersebut (Garcia, 2010).
Dalam penelitian ini, besar kecilnya suatu organisasi dilihat dari tingkat
kependudukan di suatu daerah. Penduduk merupakan sejumlah orang
yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan
merupakan hasil proses-proses demografi yaitu kelahiran, kematian,
dan perpindahan. Proses demografi tersebutlah yang mengakibatkan
jumlah penduduk di tiap daerah berbeda-beda atau tidak sama (Said,
1995). Oleh karena itu, maka daerah dengan tingkat organisasi

30 
 
Universitas Sumatera Utara

(kependudukan) yang lebih tinggi diharapkan untuk menggunakan
berbagai macam strategi pelaporan, termasuk pelaporan secara online
melalui situs web mereka. Dengan semakin maraknya penggunaan
internet baik di daerah dengan tingkat kependudukan yang tinggi
maupun rendah, maka penggunaan web resmi pemerintahan daerah
melalui media internet dianggap sebagai cara yang paling mudah dan
ekonomis bagi para pemerintahan daerah untuk melakukan transparansi
guna memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi tentang
kinerja pemerintahan daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dimunculkan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Tingkat kependudukan berpengaruh terhadap transparansi
informasi keuangan di internet oleh pemerintahanan daerah
2.9.4 Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat
Kependudukan terhadap Transparansi Informasi Keuangan di
Internet oleh Pemerintahan Daerah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, variabel-variabel
independen tidak hanya berpengaruh secara sendiri-sendiri (parsial)
terhadap variabel dependennya, tetapi juga berpengaruh secara
bersama-sama (simultan). Oleh karena itu, dapat dimunculkan hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Total kekayaan daerah, kompetisi politik, dan tingkat
kependudukan secara bersama-sama berpengaruh terhadap

31 
 
Universitas Sumatera Utara

transparansi informasi keuangan di internet oleh pemerintahan
daerah.

32 
 
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 3 95

Pengaruh Tipe Pemerintahan Daerah, Kompetisi Politik, dan Opini Audit Terhadap Pelaporan Keuangan di Internet Secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

0 5 108

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 0 11

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 0 2

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 0 8

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah Chapter III V

0 0 27

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 0 4

Pengaruh Total Kekayaan Daerah, Kompetisi Politik, dan Tingkat Kependudukan Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Internet oleh Pemerintahan Daerah

0 0 19

Pengaruh Tipe Pemerintahan Daerah, Kompetisi Politik, dan Opini Audit Terhadap Pelaporan Keuangan di Internet Secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

0 0 13

Pengaruh Tipe Pemerintahan Daerah, Kompetisi Politik, dan Opini Audit Terhadap Pelaporan Keuangan di Internet Secara Sukarela oleh Pemerintah Daerah

0 0 2