Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Profesi dan PenganAuditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena
memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Pada awal perkembangannya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan
menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang menjadi
pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran
penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan. Profesi akuntan dituntut untuk selalu menjaga
sikap independen, kompeten dan objektif agar laporan hasil audit dapat
berkualitas dan dipercaya masyarakat.
Khusus auditor sektor publik (pemerintah) misalnya yang berada di
instansi BPKP selain dituntut untuk menaati kode etik Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP). Kegiatan utama APIP meliputi antara lain audit,
review, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya.
Dalam
keputusan
bersama
yang
ditandatangani
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), kedua lembaga tersebut bersepakat melakukan kajian
bersama terhadap sistem keuangan negara. Di sisi lain, juga dilakukan
peningkatan transfer pengetahuan dan kemampuan audit pada kedua lembaga
tersebut. "Optimalisasi fungsi BPKP dari perencanaan hingga pelaksanaan
penggunaan anggaran itu sangat relevan dengan tugas KPK untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana korupsi. Korupsi bukan hanya terjadi karena orang-orang yang
lemah, tetapi karena sistem yang lemah," ujar Taufiequrachman Ruki.
Ditinjau dari sejarahnya, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan aparat pengawasan
fungsional pemerintah atau yang sekarang disebut Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah (APIP). Dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun
1983 tentang BPKP, BPKP praktis mengambil alih seluruh tugas pokok dan
fungsi Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) yang saat
itu bernaung di bawah Departemen Keuangan. Maka, BPKP adalah sebuah
lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai
salah satu pelaksana tugas pengendalian intern pemerintah yang mempunyai
tugas
melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
keuangan
dan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPKP dalam melaksanakan kegiatannya dapat dikelompokkan ke dalam
empat kelompok, yaitu audit, konsultasi, asistensi dan evaluasi.
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor akan
baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian
dalam laporan materi keuangan klien (Kharismatuti, 2012:12). Probabilitas
auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien tergantung pada independensi auditor.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain
kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor. Kompetensi
auditor didukung oleh keahlian, pengetahuan umum dan mutu personal yang
dibutuhkan dalam melaksanakan tugas audit, independensi diperlukan agar
auditor dapat bertindak jujur dan tegas dan didukung dengan pelaksanaan
pekerjaan, penyusunan pelaporan dan program dan melaksanakan audit, etika
profesi diperlukan agar auditor menerapkan professional judgment di dalam
tugas pemeriksaannya dan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi, serta
pengalaman auditor agar didukung dengan banyaknya tugas pemeriksaan dan
lamanya bekerja dalam melaksanakan tugas audit.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor
untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai,
serta keahlian khusus di bidangnya. Auditor harus memiliki pengetahuan
untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam
menganalisa permasalahan (Sukriah Ika, 2010:8).
Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak
dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Untuk memenuhi
pertanggungjawaban profesionalnya, auditor pemerintah harus bersikap
independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak
dalam
diri
auditor dalam
merumuskan
dan
menyatakan
pendapatnya (Ayuningtyas, 2012:19).
Etika Profesi adalah faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit.
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan.Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan
bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan
dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada
tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap
komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor
internal untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi
pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai
tugasnya sendirimaupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga
membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan
maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan
kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan
dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam
meningkatkan kompetensi auditor (Ayuningtyas, 2012:19).
Saat ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya
belum siap dengan sistem pemerintahan yang baru untuk menyelenggarakan
pemerintahan daerah sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Banyak terjadi kasus di sejumlah daerah yang berkaitan dengan masalah
korupsi, ketidakberesan, penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya fenomena pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, sampai tahun
2015 masih ada daerah yang menghasilkan laporan opini seperti Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Memberi Pendapat (TMP), dan Tidak
Wajar (TW), dimana hasil opini tersebut dikategorikan pemerintahan daerah
yang terbilang buruk dan masih terdapat beberapa kelemahan dalam sistem
pengendalian pemerintah, sehingga terdapat ketidak efektifan dan belum
optimalnya
profesionalisme
dalam
pembenahan
sistem
pengendalian
pemerintah. Dapat dilihat dengan tabel dibawah ini yang diperoleh langsung
dari BPKP Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Opini LKPD tahun 2012-2015
Opini
LKPD
Jumlah
WTP
WDP
TMP
TW
2011
3
22
9
-
34
2012
2
24
7
1
34
2013
4
22
8
-
34
2014
16
15
3
-
34
Untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintahan
daerah harus menghasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dimana
BPKP di instruksikan agar mampu melaksanakan aturan dengan baik dan
tidak melakukan penyimpangan anggaran, bebas korupsi dan mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan daerah yang efektif, efisien dan akuntabilitas sesuai harapan
masyarakat Sumut.
Hambatan yang ditemukan terkait dengan peningkatan opini LKPD di
wilayah
ProvinsiSumatera
Utara
masih
sama
dengan
tahun-tahun
sebelumnya, antara lain:
1. Kelemahan sistem pengendalian intern;
2. Belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib;
3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa belum sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
4. Penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP);
5. Sistem pengelolaan keuangan masih lemah.
Auditor BPKP sebagai perwakilan rakyat Indonesia seharusnya
melakukan audit denganpenuh integritas, obyektifitas dan independensi dan
menghasilkan opini WTP. Tetapi auditor BPKP tersebut membuat
kepercayaan masyarakat terhadap institusi akuntan pemerintah berada pada
titik nadir. Oknum auditor tersebut telah melakukan manipulasi terhadap
kualitas hasil audit yang seharusnya terjaga baik. Selain itu secara tidak
langsung oknum tersebut telah melakukan kebohongan terhadap publik
berkaitan dengan opini yang dihasilkan.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian dan pertimbangan
penting auditor di lingkungan pemerintahan daerah. Untuk mencapai
keinginan dan harapan tersebut, setiap pekerjaan audit yang dilakukan harus
Universitas Sumatera Utara
terkoordinasi dengan baik antara fungsi pengawasan dengan berbagai fungsi,
aktivitas, kegiatan, ataupun program yang dijalankan Pemerintah Daerah dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Selanjutnya, Peraturan Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN)
No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tangggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana dimaksud pada diktum
PERTAMA wajib dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam
melaksanakan audit sesuai dengan mandat audit masing-masing.
Kemudian dalam Ikhlas (2014:7) menyatakan seorang auditor yang
memahami good governance, ditunjang gaya kepemimpinan yang ideal serta
budaya organisasi yang didukung dengan independensi serta mempunyai
komitmen (loyalitas) yang tinggi terhadap organisasinya, maka kinerja
auditor tersebut diharapkan menjadi lebih baik.
Penelitian ini merupakan reflikasi dari penelitian Prihartini (2015)
meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas
dan akuntabilitas terhadap kualitas audit di Pemda. Nurul Arifah (2014)
meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman auditor
terhadap kualitas hasil audit. Hanna G.M (2015) meneliti tentang pengaruh
pengalaman kerja, independensi, kompetensi terhadap kualitas hasil
pemeriksaan dengan kepatuhan etika auditor sebagai variabel pemoderasi.
Syarista (2016) meneliti tentang hubungan karakteristik personal auditor,
etika audit dan pengalaman auditor terhadap tingkat penyimpangan perilaku
Universitas Sumatera Utara
dalam audit pada badan pengawasan keuangan dan pembangunan di Kota
Medan.
Maka perbedaan penelitian ini yaitu mengambil 5 variabel, yaitu 4
variabel bebas (kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman
auditor) dan 1 variabel terikat (kualitas audit). Perbedaan penelitian diyakini
mampu menunjukkan signifikannya pengaruh kompetensi, independensi,
etika profesi dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit, dimana auditor
di Medan juga memiliki karakteristik beban dan tanggungjawab pekerjaan
yang berbeda jika dibandingkan dengan lokasi lain.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Profesi dan
PengalamanAuditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera
Utara”.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Apakah kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah independensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
3. Apakah etika profesi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
4. Apakah pengalaman auditor memilki pengaruh terhadap kualitas audit?
5. Apakah kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor
memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas audit?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan
dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah kompetensi memiliki pengaruh terhadap
kualitas audit.
2. Untuk mengetahui apakah independensi memilki pengaruh terhadap
kualitas audit.
3. Untuk mengetahui apakah etika profesi auditor memilki pengaruh terhadap
kualitas audit.
4. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor memiliki pengaruh
terhadap kualitas audit.
5. Untuk mengetahui apakah kompetensi, independensi, etika profesi dan
pengalaman auditor memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas
audit.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti
mengenai hubungan kompetensi, independensi, etika profesi dan
pengalaman auditor untuk meningkatkan kualitas audit.
2. Bagi Pihak lain, penelitian ini sebagai informasi lebih lanjut untuk
memberikan
gambaran
yang
jelas
tentang
bagaimana
pengaruh
Universitas Sumatera Utara
kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor tehadap
kualitas audit.
3. Bagi Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
Sebagai masukan untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
dalam melihat perilaku auditor agar memperhatikan aspek-aspek apa saja
yang menjadi motivasi seorang auditor sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang optimal dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat
mengambil kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan kualitas audit.
4. Bagi Akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk referensi penelitian
sejenis untuk dikembangkan lebih lanjut dan memberikan sumbangan
konseptual dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena
memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Pada awal perkembangannya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan
menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang menjadi
pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran
penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan. Profesi akuntan dituntut untuk selalu menjaga
sikap independen, kompeten dan objektif agar laporan hasil audit dapat
berkualitas dan dipercaya masyarakat.
Khusus auditor sektor publik (pemerintah) misalnya yang berada di
instansi BPKP selain dituntut untuk menaati kode etik Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP). Kegiatan utama APIP meliputi antara lain audit,
review, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya.
Dalam
keputusan
bersama
yang
ditandatangani
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), kedua lembaga tersebut bersepakat melakukan kajian
bersama terhadap sistem keuangan negara. Di sisi lain, juga dilakukan
peningkatan transfer pengetahuan dan kemampuan audit pada kedua lembaga
tersebut. "Optimalisasi fungsi BPKP dari perencanaan hingga pelaksanaan
penggunaan anggaran itu sangat relevan dengan tugas KPK untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana korupsi. Korupsi bukan hanya terjadi karena orang-orang yang
lemah, tetapi karena sistem yang lemah," ujar Taufiequrachman Ruki.
Ditinjau dari sejarahnya, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan aparat pengawasan
fungsional pemerintah atau yang sekarang disebut Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah (APIP). Dengan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun
1983 tentang BPKP, BPKP praktis mengambil alih seluruh tugas pokok dan
fungsi Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) yang saat
itu bernaung di bawah Departemen Keuangan. Maka, BPKP adalah sebuah
lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai
salah satu pelaksana tugas pengendalian intern pemerintah yang mempunyai
tugas
melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
keuangan
dan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPKP dalam melaksanakan kegiatannya dapat dikelompokkan ke dalam
empat kelompok, yaitu audit, konsultasi, asistensi dan evaluasi.
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor akan
baik dan benar menemukan laporan kesalahan material, keliru, atau kelalaian
dalam laporan materi keuangan klien (Kharismatuti, 2012:12). Probabilitas
auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien tergantung pada independensi auditor.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain
kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor. Kompetensi
auditor didukung oleh keahlian, pengetahuan umum dan mutu personal yang
dibutuhkan dalam melaksanakan tugas audit, independensi diperlukan agar
auditor dapat bertindak jujur dan tegas dan didukung dengan pelaksanaan
pekerjaan, penyusunan pelaporan dan program dan melaksanakan audit, etika
profesi diperlukan agar auditor menerapkan professional judgment di dalam
tugas pemeriksaannya dan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi, serta
pengalaman auditor agar didukung dengan banyaknya tugas pemeriksaan dan
lamanya bekerja dalam melaksanakan tugas audit.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor
untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai,
serta keahlian khusus di bidangnya. Auditor harus memiliki pengetahuan
untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian auditor harus memiliki
kemampuan untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam
menganalisa permasalahan (Sukriah Ika, 2010:8).
Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak
dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Untuk memenuhi
pertanggungjawaban profesionalnya, auditor pemerintah harus bersikap
independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak
dalam
diri
auditor dalam
merumuskan
dan
menyatakan
pendapatnya (Ayuningtyas, 2012:19).
Etika Profesi adalah faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit.
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan.Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan
bagi para auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan
dalam mengambil keputusan-keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada
tekanan atau permintaan tersebut, maka telah terjadi pelanggaran terhadap
komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh profesi.
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor
internal untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Semakin tinggi
pengalaman auditor, maka semakin mampu dan mahir auditor mengusai
tugasnya sendirimaupun aktivitas yang diauditnya. Pengalaman juga
membentuk auditor mampu menghadapi dan menyelesaikan hambatan
maupun persoalan dalam pelaksanaan tugasnya, serta mampu mengendalikan
kecenderungan emosional terhadap pihak yang diperiksa. Selain pengetahuan
dan keahlian, pengalaman auditor memberi kontribusi yang relevan dalam
meningkatkan kompetensi auditor (Ayuningtyas, 2012:19).
Saat ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya
belum siap dengan sistem pemerintahan yang baru untuk menyelenggarakan
pemerintahan daerah sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Banyak terjadi kasus di sejumlah daerah yang berkaitan dengan masalah
korupsi, ketidakberesan, penyalahgunaan wewenang dan jabatan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya fenomena pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, sampai tahun
2015 masih ada daerah yang menghasilkan laporan opini seperti Wajar
Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Memberi Pendapat (TMP), dan Tidak
Wajar (TW), dimana hasil opini tersebut dikategorikan pemerintahan daerah
yang terbilang buruk dan masih terdapat beberapa kelemahan dalam sistem
pengendalian pemerintah, sehingga terdapat ketidak efektifan dan belum
optimalnya
profesionalisme
dalam
pembenahan
sistem
pengendalian
pemerintah. Dapat dilihat dengan tabel dibawah ini yang diperoleh langsung
dari BPKP Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Opini LKPD tahun 2012-2015
Opini
LKPD
Jumlah
WTP
WDP
TMP
TW
2011
3
22
9
-
34
2012
2
24
7
1
34
2013
4
22
8
-
34
2014
16
15
3
-
34
Untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintahan
daerah harus menghasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dimana
BPKP di instruksikan agar mampu melaksanakan aturan dengan baik dan
tidak melakukan penyimpangan anggaran, bebas korupsi dan mewujudkan
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan daerah yang efektif, efisien dan akuntabilitas sesuai harapan
masyarakat Sumut.
Hambatan yang ditemukan terkait dengan peningkatan opini LKPD di
wilayah
ProvinsiSumatera
Utara
masih
sama
dengan
tahun-tahun
sebelumnya, antara lain:
1. Kelemahan sistem pengendalian intern;
2. Belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib;
3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa belum sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
4. Penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP);
5. Sistem pengelolaan keuangan masih lemah.
Auditor BPKP sebagai perwakilan rakyat Indonesia seharusnya
melakukan audit denganpenuh integritas, obyektifitas dan independensi dan
menghasilkan opini WTP. Tetapi auditor BPKP tersebut membuat
kepercayaan masyarakat terhadap institusi akuntan pemerintah berada pada
titik nadir. Oknum auditor tersebut telah melakukan manipulasi terhadap
kualitas hasil audit yang seharusnya terjaga baik. Selain itu secara tidak
langsung oknum tersebut telah melakukan kebohongan terhadap publik
berkaitan dengan opini yang dihasilkan.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian dan pertimbangan
penting auditor di lingkungan pemerintahan daerah. Untuk mencapai
keinginan dan harapan tersebut, setiap pekerjaan audit yang dilakukan harus
Universitas Sumatera Utara
terkoordinasi dengan baik antara fungsi pengawasan dengan berbagai fungsi,
aktivitas, kegiatan, ataupun program yang dijalankan Pemerintah Daerah dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Selanjutnya, Peraturan Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
(MENPAN)
No.
Per/05/M.Pan/03/2008 tangggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagaimana dimaksud pada diktum
PERTAMA wajib dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam
melaksanakan audit sesuai dengan mandat audit masing-masing.
Kemudian dalam Ikhlas (2014:7) menyatakan seorang auditor yang
memahami good governance, ditunjang gaya kepemimpinan yang ideal serta
budaya organisasi yang didukung dengan independensi serta mempunyai
komitmen (loyalitas) yang tinggi terhadap organisasinya, maka kinerja
auditor tersebut diharapkan menjadi lebih baik.
Penelitian ini merupakan reflikasi dari penelitian Prihartini (2015)
meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas
dan akuntabilitas terhadap kualitas audit di Pemda. Nurul Arifah (2014)
meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman auditor
terhadap kualitas hasil audit. Hanna G.M (2015) meneliti tentang pengaruh
pengalaman kerja, independensi, kompetensi terhadap kualitas hasil
pemeriksaan dengan kepatuhan etika auditor sebagai variabel pemoderasi.
Syarista (2016) meneliti tentang hubungan karakteristik personal auditor,
etika audit dan pengalaman auditor terhadap tingkat penyimpangan perilaku
Universitas Sumatera Utara
dalam audit pada badan pengawasan keuangan dan pembangunan di Kota
Medan.
Maka perbedaan penelitian ini yaitu mengambil 5 variabel, yaitu 4
variabel bebas (kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman
auditor) dan 1 variabel terikat (kualitas audit). Perbedaan penelitian diyakini
mampu menunjukkan signifikannya pengaruh kompetensi, independensi,
etika profesi dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit, dimana auditor
di Medan juga memiliki karakteristik beban dan tanggungjawab pekerjaan
yang berbeda jika dibandingkan dengan lokasi lain.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Etika Profesi dan
PengalamanAuditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera
Utara”.
1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Apakah kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah independensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
3. Apakah etika profesi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit?
4. Apakah pengalaman auditor memilki pengaruh terhadap kualitas audit?
5. Apakah kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor
memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas audit?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan
dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah kompetensi memiliki pengaruh terhadap
kualitas audit.
2. Untuk mengetahui apakah independensi memilki pengaruh terhadap
kualitas audit.
3. Untuk mengetahui apakah etika profesi auditor memilki pengaruh terhadap
kualitas audit.
4. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor memiliki pengaruh
terhadap kualitas audit.
5. Untuk mengetahui apakah kompetensi, independensi, etika profesi dan
pengalaman auditor memiliki pengaruh secara simultan terhadap kualitas
audit.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti
mengenai hubungan kompetensi, independensi, etika profesi dan
pengalaman auditor untuk meningkatkan kualitas audit.
2. Bagi Pihak lain, penelitian ini sebagai informasi lebih lanjut untuk
memberikan
gambaran
yang
jelas
tentang
bagaimana
pengaruh
Universitas Sumatera Utara
kompetensi, independensi, etika profesi dan pengalaman auditor tehadap
kualitas audit.
3. Bagi Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
Sebagai masukan untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
dalam melihat perilaku auditor agar memperhatikan aspek-aspek apa saja
yang menjadi motivasi seorang auditor sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang optimal dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat
mengambil kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan kualitas audit.
4. Bagi Akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk referensi penelitian
sejenis untuk dikembangkan lebih lanjut dan memberikan sumbangan
konseptual dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
Universitas Sumatera Utara