Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) dan Uji Pestisida Nabati Terhadap Lalat Buah (Bactrocera sp.) Chapter III V
109
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
Alat Stahl
GC-MS
Shimadzu
Gelas Ukur
100 mL
Pyrex
Beaker Glass
100 mL
Pyrex
Labu Alas Bulat
1000 mL
Pyrex
Labu Takar
50 mL
Pyrex
Neraca Analitis
Gelas Erlenmeyer
Pipet volum
Mettler AE2000
250 mL
Pyrex
Pyrex
Pipet tetes
Hot plate
Cimerec2
Spatula
Jarum suntik
Alumunium foil
Botol vial
Statif dan klem
Botol Vial
Gunting
Lemari Pendingin
Toshiba
Pinset
Panci
Sarung Tangan
Spatula
Selang
Toples Plastik
Botol Parfum
Universitas Sumatera Utara
110
Ember Plastik
Termometer
110oC
Pyrex
Cok Sambung
3.2. Bahan-bahan
Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Na2SO4 anhidrus
p.a. Merck
Metanol
p.a. Merck
Twinn 80
p.a. Merck
Eter
Aquadest
Plastik
Karet
Tisu
Kain Kasa
Jambu Biji
Madu
Minyak Goreng
Kapas
Kerta Label
Pasir
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Penyedian Sampel
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kulit
rimpang kunyit yang
diperoleh dari Pancur Batu, Medan.
3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) dengan Alat
Destilasi Stahl
Sebanyak 300 gram rimpang kunyit segar yang telah dibersihkan dipotong kecil-kecil dan
dimasukkan kedalam labu alas bulat volume 1000 mL ditambahkan aquadest sebanyak
Universitas Sumatera Utara
111
500 mL, dihubungkan dengan alat penyuling Stahl yang dilengkapi pemanas
minyak, dan dipanaskan hingga mendidih selama ± 4-5 jam hingga menghasilkan
destilat air bersama minyak atsiri, destilasi diakhiri setelah destilat yang
dikeluarkan jernih. Destilat minyak bersama air yang diperoleh ditampung pada
gelas Erlenmeyer. Kemudian didiamkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian
lapisan atas setelah dipisahkan ditambahkan Na2SO4 anhidrous untuk mengikat air
yang mungkin masih tercampur dengan minyak atsiri, kemudian minyak atsiri
yang diperoleh didekantasi dan dimasukkan kedalam botol vial, ditutup rapat dan
disimpan didalam lemari pendingin. Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis
kandungan kimianya menggunakan alat GC-MS dan dilanjutkan pengujiannya
sebagai pestisida.
3.3.3 Analisis Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan GCMS
Cuplikan dimasukkan kedalam gerbang suntik pada sebuah alat GC-MS.
Selanjutnya kondisi disesuaikan dengan kondisi masing-masing bagian peralatan
seperti dibawah ini kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan oleh recorder
dan mass recorder serta mass spektra masing-masing senyawa.
Kondisi alat GC-MS yaitu :
Kolom
: Agilent HP 5 MS
Panjang
: 30 meter
Gas Pembawa
: Helium
Pengion
: El
GC-MS 2010
Temperatur kolom oven
: 60 °C
Suhu injeksi
: 300 °C
Model Injeksi
: Split
Model aliran control
: Pressure
Tekanan
: 13,0 kPa
Universitas Sumatera Utara
112
Total aliran
: 80 mL/min
Aliran kolom
: 0,52 mL/min
Kecepatan linier
: 26,3 cm/sec
Aliran pembersih
: 3,0 mL/min
Pembagian pemecah
: 147,4
GCMS-QP2010
Suhu sumber ion
: 250 °C
Suhu interfase
: 300 °C
Waktu pemecahan pelarut
: 1,60 min
Detektor gain mode
: Relative
Detektor gain
: 0,00 Kv
MS
Waktu mulai
: 1,80 min
Waktu berhenti
: 70 min
ACQ
: Scan
Event time
: 0,50 sec
Kecepatan scan
: 1250
Mulai m/z
: 28
Berhenti m/z
: 600
3.3.4 Pengujian Pestisia
3.3.4.1 Pengujian Pestisida Nabati dari Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
Pengujian pestisida nabati minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) di uji
berdasarkan konsentrasi 1% (v/v), 2% (v/v), 3% (v/v) dilarutkan dalam labu 50 ml
dengan aquadest sebagai pelarut dan twinn 80 sebagai pengelmusi dengan
perhitungan pengenceran. Dengan perhitungan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
113
V1.N1 = V2.N2
V1.100 = 50.1
V1 = 0,5 ml
3.3.4.2 Perbanyakan Serangga Uji (Rearing)
Perbanyakkan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan buah-buahan yang
terindikasi terserang lalat buah, yaitu buah jambu . Buah
yang didapatkan
diletakkan dalam wadah plastik yang telah di isi dengan pasir steril dan kemudian
ditutup dengan kain kasa. Jumlah pasir yang digunakan adalah sebanyak 1/3
volume wadah. Wadah plastik diletakkan di ruang pemeliharaan dengan suhu
yang disesuaikan dengan suhu optimum bagi perkembangan lalat buah, yaitu
berkisar antara 27-30 °C. Jambu dibiarkan selama beberapa hari hingga
membusuk dan telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi pupa. Selanjutnya
pupa dikeluarkan dari dalam pasir ke atas permukaan pasir untuk memudahkan
keluarnya lalat buah dewasa. Waktu yang dibutuhkan larva untuk menjadi imago
10-12 hari. Pupa yang menetas menjadi imago diberikan madu diatas kain kasa
sebagai pakan lalat buah tersebut. Kemudian lalat buah yang diperoleh dari hasil
perbanyakan digunakan sebagai serangga uji (Untung, 2001).
3.3.4.3 Aplikasi Pestisida Terhadap Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Masing-masing pestisida nabati dimasukkan ke dalam botol penyemprot sesuai
dengan label konsentrasinya. Disediakan 4 buah toples plastik yakni: toples-1
sebagai kontrol, toples-2 dengan konsentrasi 1%,
toples-3 dengan konsentrasi
2%, dan toples-4 dengan konsentrasi 3%. Dimasukkan pakan jambu biji sebagai
sumber makanan lalat buah. Kemudian lalat buah hasil perbanyakkan (rearing)
dimasukkan ke dalam toples masing-masing sebanyak 5 ekor per ulangan, ditutup
dengan kain kasa. Disemprotkan masing-masing pestisida pada toples-2 (1%) ,
toples-3 (2%) , dan toples-4 (3%). Diamati dan dicatat jumlah lalat buah yang
mati didalam toples selama 7 hari (Kusnaedi, 1996).
Universitas Sumatera Utara
114
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) Dengan Alat
Stahl
Sebanyak 300 gram Rimpang Kunyit yang telah dipotong-potong
Dimasukkan kedalam labu stahl 1000 mL
Ditambahkan aquadest sebanyak 500 mL
Dirangkai alat Stahl
Dipanaskan selama ± 4-5 jam pada suhu
110o C hingga menghasilkan minyak atsiri
Destilat
Dimasukkan kedalam corong pisah
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Ditambahkan Na2SO4 Anhidrous
Didekantasi
Minyak Atsiri
Ditimbang
Analisa GC-MS
Uji Pestisida Nabati
Universitas Sumatera Utara
115
3.4.2 Analisis Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan GCMS
Cuplikan
Diinjeksikan kedalam GC-MS
Diamati kromatogram yang dihasilkan
Hasil
3.4.3 Uji Pestisida Nabati dari Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma
longa. L)
Uji Pestisida Nabati Rimpang Kunyit (Curcuma Longa. L)
Dilakukan perbanyakkan serangga uji (rearing)
Disediakan toples plastik sesuai perlakuan
Dimasukkan pakan lalat buah jambu biji kedalam toples
Dimasukkan lalat buah hasil rearing kedalam toples sebanyak 5 ekor/toples,
dan ditutup dengan kain kasa
Penyemprotan Pestisida Nabati
Diamati selama ± 7 hari
Hasil
Universitas Sumatera Utara
116
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Isolasi Minyak Atsiri dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) diperoleh dengan metode
hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Proses isolasi sebanyak 3 kali
penyulingan. Dari hasil destilasi rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
segar
sebanyak 900 gram diperoleh rata-rata minyak atsiri 0,92 gram dalam setiap 300
gram rimpang kunyit (Curcuma longa. L), (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Hasil Hidrodestilasi Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
No
Sampel (gram)
Minyak Atsiri (gram)
Persentase %
1
300
0,96
0,322
2
300
0,98
0,326
3
300
0,82
0,273
4.1.2. Hasil Analisa GC-MS
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang dihasilkan secara
hidrodestilasi dianalisis dengan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS). Kromatogram hasil analisis GC menunjukkan terdapatnya 7 puncak
senyawa (Gambar 4.1) yang menunjukkan adanya 7 senyawa yang terkandung
dalam minyak atsiri tersebut (Tabel 4.2) dari ke-7 puncak senyawa yang
diperoleh, diambil 4 komponen utama yang dibandingkan berdasarkan standart
library Willey dan NIST (>1%) seperti pada tabel 4.2 dan selanjutnya masingmasing senyawa yang ditemukan akan dilakukan analisis fragmentasi.
Universitas Sumatera Utara
117
Gambar 4.1. Kromatogram Hasil Analisa GC Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
Universitas Sumatera Utara
118
Tabel 4.2. Senyawa Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
No
RT
Massa Relatif
(Menit) Senyawa
Rumus
Nama Senyawa
% Area
Molekul
1
9,491
136
C10H16
alfa-felandren
6,49
2
10,175
134
C10H14
para cimen
0,76
3
10,332
154
C10H18O
1,8 cineol
8,57
4
27,141
216
C16H24
benzen metil
0,73
5
28,400
120
C9H12
benzen, 1,3,5-
0,21
trimetil6
28,655
216
C15H22O
beta tumeron
66,18
7
29,048
189
C22H36O
alfa-tumeron
17,06
Dari hasil analisa GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang
dapat diinterpretasi adalah sebanyak 4 buah senyawa berdasarkan standart Library
Willey dan NIST (>1%) yaitu alfa-felandren 6,49 %, 1,8 Cineol 8,57 %, beta
tumeron 66,18%, dan alfa tumeron 17,06 %.
Universitas Sumatera Utara
119
4.1.3. Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Keterangan:
MH
x
y
: Mortalitas Harian
: Jumlah lalat buah yang diuji
: Jumlah lalat buah yang masih hidup
Konsentrasi MA 1%
=0%
Konsentrasi MA 2%
Konsentrasi MA 3%
Kontrol
Tabel 4.4. Data Pengamatan
1. Hari/ Tanggal
Pukul
: Selasa/ 25 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari I
2.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Hari/ Tanggal
Pukul
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
-
-
: Rabu/ 26 April 2017
: 09.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
120
Tabel Pengamatan Hari II
3.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
2
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
1
3
2
-
6,7 %
20 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
3
3
6
-
20 %
20 %
40 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
4
3
3
-
26,7 %
20 %
20 %
-
: Kamis/ 27 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari III
4.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
2
1
1
1
1
2
2
2
-
Hari/ Tanggal
Pukul
: Jumat/ 28 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari IV
5.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Hari/ Tanggal
Pukul
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
2
1
2
1
1
1
-
: Sabtu/ 29 April 2017
: 09.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
121
Tabel Pengamatan Hari V
6.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
2
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
1
3
2
-
6,7 %
20 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
3
2
2
-
20 %
13,3 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
2
1
1
13,3 %
6,7 %
6,7 %
: Minggu/ 30 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari VI
7.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
1
1
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
: Senin/ 31 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari VII
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
1
1
-
4.1.4. Mortalitas Total Lalat Buah Bactrocera sp.
Universitas Sumatera Utara
122
Keterangan:
MT
x
y
: Mortalitas Total
: Jumlah lalat buah yang diuji
: Jumlah lalat buah yang mati
Konsentrasi MA 1%
= 93,3%
Konsentrasi MA 2%
Konsentrasi MA 3%
Kontrol
Tabel Mortalitas Total Bactrocera sp.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
5
5
4
5
5
5
5
5
5
1
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
14
15
15
1
93,3 %
100 %
100 %
6,7 %
4.2. Pembahasan
4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl
Universitas Sumatera Utara
123
Dari sebanyak 900 gram daun sirih hutan diperoleh minyak atsiri daun sebanyak
2,76 gram (b/b) dengan persentase sebesar 0,30% yang diperoleh dari perhitungan
berikut:
% Kadar minyak atsiri = berat minyak atsiri x 100 %
berat rimpang kunyit
= 2,76 x 100 %
900
= 0,30 %
4.2.2. Analisis Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Hasil analisis GC-MS terhadap minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
menunjukkan bahwa senyawa yang dapat diinterpretasi didalam minyak atsiri
tersebut terdapat 4 senyawa.
1. Puncak dengan RT 9,491 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C10H16. Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 136 diikuti puncakpuncak fragmentasi pada m/e 121, 105, 93,77, 65, 51, dan 41. Dengan
membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library
NIST, yang lebih mendekati adalah senyawa alfa-felandren sebanyak 6,49 %
dengan spektrum seperti gambar 4.2 dan dengan pola fragmentasi secara hipotesis
seperti gambar 4.3.
a)
Universitas Sumatera Utara
124
b)
Gambar 4.2. a. Spektrum Massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum Massa alfa-felandren standart
Universitas Sumatera Utara
125
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
15
+e
-2e
CH3
CH3
CH3
m/e = 136
m/e =121
alfa-felandren
(C10H16)
(C9H13) +
40 -C3H4
C2H4
(28)
C2H4
28
CH3
m/e = 96
(C7H12)
m/e = 65
(C5H5)
CH3
m/e = 93
(C7H9)
Gambar 4.3. Pola fragmentasi alfa-felandren
(Sinambela, 2012)
2. Puncak dengan RT 10,258 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C10H18O. Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 154 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 140, 139, 125, 108, 84, 81, 69, 43, dan 41.
Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
library NIST, yang lebih mendekati adalah senyawa 1,8 Cineol sebanyak 8,57 %
dengan spektrum seperti gambar 4.4 dengan pola fragmentasi secara hipotesis
seperti gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
126
a)
b)
Gambar 4.4. a. Spektrum Massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum Massa 1,8 Cineol standart
Universitas Sumatera Utara
127
CH3
+
.
CH3
O
O
CH3
CH3
e
CH3
CH3
-2e
m/e = 154
(C10H18O) +.
1,8 Cineol
CH3CH2OH 46
CH3
CH3
-C2H3
27
m/e = 81
(C6H9)
38
m/e = 108
(C8H12)
-C3H2
m/e = 43
(C3H7)
Universitas Sumatera Utara
128
Atau
CH3
+
CH3
O
O
O
CH3
CH3
CH3
15
e
CH3
CH3
CH3
1,8 Cineol
CH3
-2e
m/e = 139
m/e = 154
(C10H18O)
(C9H15O)
OCH3 31
CH3
CH3
-C2H3
27
m/e = 81
(C6H9)
m/e = 108
(C8H12)
38 -C3H2
m/e = 43
(C3H7)
Gambar 4.5. Pola fragmentasi 1,8 Cineol
(Sinambela, 2012)
Universitas Sumatera Utara
129
3. Puncak dengan RT 28,655 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C15H22O. Data spektrum mennjukkan puncak ion molekul pada m/e 216 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 201, 173, 159, 145, 132, 119, 105, 91, 83,
65, dan 56. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data
spektrum library Willey, yang lebih mendekati adalah senyawa beta-tumerone
sebanyak 66,18 % dengan spektrum seperti gambar 4.6. dengan pola fragmentasi
secara hipotesis seperti gambar 4.7.
a)
b)
Gambar 4.6. a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum massa beta-tumeron standart
Universitas Sumatera Utara
130
H3C
H3C
H3C
H3C
H3C
O
H3C
O
O
CH2
15
H3C
+e
H3C
-2e
CH2
m/e = 201
(C14H19O)
CH2
- C2H4
CH2
28
m/e = 216
(C15H22O)
beta-tumeron
O
H3C
CO2
28
CH2
m/e = 145
m/e = 173
(C11H13)
(C12H15O)
26
-C2H2
-C2H2
26
CH2
CH2
m/e = 119
(C9H11)
m/e = 83
(C7H7)
Gambar 4.7. Pola fragmentasi beta-tumeron
(Ramayana, 2013)
Universitas Sumatera Utara
131
4. Puncak dengan RT 29,408 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C15H22O. Data spektrum mennjukkan puncak ion molekul pada m/e 189 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 147, 133, 120, 105, 91, 77, 57, dan 41.
Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
library Willey, yang lebih mendekati adalah senyawa alpha-tumerone sebanyak
17,06 % dengan spektrum seperti gambar 4.8 dengan pola fragmentasi secara
hipotesis seperti gambar 4.9.
a)
b)
Gambar 4.8. a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum massa alfa-tumeron standart
Universitas Sumatera Utara
132
CH3
CH3
O
CH3
O
CH3
H
H
CH3
e
- 2e
CH3
CH3
Alfa Tumeron
CH3
m/e = 218
Alfa Tumeron
(C15H22O)
98
O
CH3
O
-C9H12
-CH3
CH3
CH3
15
CH2
m/e = 105
m/e = 120
(C5H7O)
(C6H10O)
14
O
CH2
CH3
m/e = 91
(C4H5O)
Gambar 4.9. Pola fragmentasi alfa-tumeron
(Ramayana, 2013)
Universitas Sumatera Utara
133
4.2.3. Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Hasil pengamatan terhadap mortalitas (jumlah kematian) harian lalat buah
Bactrocera sp. dengan perlakuan konsentrasi dari isolasi minyak atsiri rimpang
kunyit (Curcuma longa. L) yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) bersifat toksik
terhadap lalat buah Bactrocera sp.. Gambar fluktuatif mortalitas harian lalat buah
Bactrocera sp. pada jambu biji, dapat dilihat pada Gambar 4.10
Sampel
% Kematian
ma 1%
ma 2%
ma 3%
kontrol
Gambar 4.10 Fluktuasi Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa penggunaan minyak atsiri rimpang kunyit
(Curcuma longa. L) terhadap lalat buah (Bactrocera sp.) memberikan fluktuasi
yang berbeda dari setiap perlakuan. Pada hari pertama semua perlakuan tidak ada
yang mampu mematikan lalat buah (Bactrocera sp.), hal ini diduga bahwa bahan
aktif yang terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
belum bekerja.
Pada hari ke-2 pengamatan menunjukkan persentase mortalitas lalat buah
(Bactrocera sp.) perlakuan pada konsentrasi 2% telah mampu mematikan lalat
buah (Bactrocera sp.) sebanyak 20% sedangkan pada konsentrasi 3% mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) sebanyak 13,3% dan pada konsentrasi 1%
Universitas Sumatera Utara
134
sebanyak 6,7% kecuali kontrol yang tidak mengalami perubahan, hal ini diduga
bahwa bahan aktif yang terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma
longa. L) baru bekerja pada hari kedua setelah aplikasi.
Selanjutnya, pengamatan pada hari ke-3 setelah aplikasi pada perlakuan
minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dan dengan masing-masing
konsentrasi 1%, 2% dan 3% memperlihatkan bahwa semua perlakuan mampu
membunuh lalat buah (Bactrocera sp.) dengan persentase mortalitas 20%, 20%
dan 40% kecuali pada perlakuan kontrol, hal ini diduga bahwa bahan aktif yang
terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) bekerja
dengan baik pada hari ketiga setelah aplikasi.
Pada hari ke-4 pengamatan setelah aplikasi masing-masing konsentrasi
1%, 2% dan 3% memperlihatkan bahwa semua perlakuan masih mampu
membunuh lalat buah (Bactrocera sp.) dengan persentase mortalitas 26,7%, 20%
dan 20% kecuali pada perlakuan kontrol yang tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-5 semua perlakuan juga masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan masing-masing konsentrasi 1%,
2% dan 3% dengan persentase mortalitas 6,7%, 20%, 13,3% kecuali pada
perlakuan kontrol yang tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-6 semua perlakuan juga masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan konsentrasi 1% 2% dan 3% dengan
persentase mortalitas 20%, 13,3% dan 13,3% kecuali pada perlakuan kontrol yang
tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-7 perlakuan pada konsentrasi 1% masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan perentase mortalitas 13,3%
sedangkan pada konsentrasi 2% mampu membunuh lalat buah (Bactrocera sp.)
yang berada didalam toples atau dengan persentase 6,7% sedangkan pada
konsentrasi 3% telah mampu mematikan seluruh (Bactrocera sp.) yang berada
didalam toples pada hari sebelumnya,dan pada perlakuan kontrol yang mengalami
perubahan mampu membunuh (Bactrocera sp.) sebanyak 6,7%, hal ini diduga
karena adanya faktor intensitas cahaya, sesuai pendapat Vivit (2011) menyatakan
Universitas Sumatera Utara
135
lalat buah lebih menyukai cahaya terang dan akan mengalami pertumbuhan yang
lambat selama berada ditempat gelap.
4.2.4. Mortalitas Total Lalat Buah Bactrocera sp.
Hasil pengamatan persentase mortalitas total lalat buah (Bactrocera sp.) setelah
dianalisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi minyak atsiri
rimpang kunyit (Curcuma longa. L) 3% dapat membunuh lalat buah (Bactrocera
sp.) sebesar 100%, begitu juga dengan minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma
longa. L) dengan konsentrasi 2% dapat membunuh larva sebesar 100%, dan
minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan konsentrasi 1% dapat
membunuh larva sebesar 93,3% dan pada perlakuan kontrol yang hanya mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) sebesar 6,7%.
Gambar 4.11 Foto wadah pengujian
Gambar 4.12 Foto lalat buah (Bactrocera sp.) yang sudah mati
Universitas Sumatera Utara
136
Chart Title
ma 1%
ma 2%
ma 3%
kontrol
Gambar 4.13 Mortalitas Total Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Perlakuan minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) terhadap lalat buah
(Bactrocera sp.) efektif, karena mengakibatkan kematian lalat buah (Bactrocera
sp.) sebesar 90% - 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suthisut dan Fields,
2011) yang melakukan penelitian menggunakan daun kunyit kuning (Curcuma
longa. L) melalui proses hidrodestilasi diperoleh essential oil yang kaya akan alfafelandren yang efektif menghambat pertumbuhan dan membunuh larva Spilosoma
Obliqu.
Universitas Sumatera Utara
137
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisis GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa L.)
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang
diperoleh dengan destilasi air menunjukkan empat komponen utama berdasarkan
standart library Willey dan NIST (>1%) dengan konsentrasi tertinggi yaitu yaitu
beta-turmeron 66,18 %, alfa-turmeron 17,06 %, 1,8-sineol 8,57 %, alfa- felandren
6,49 %, kadar minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang diperoleh
dengan metode hidrodestilasi adalah 0,30% (b/b) dalam setiap 300 gram.
2. Hasil Uji Pestisida Nabati
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) konsentrasi 3% dan 2% (v/v)
memiliki kematian terkoreksi tertinggi yaitu 100%, sehingga minyak atsiri
rimpang kunyit (Curcuma longa. L), memiliki aktifitas insektisida nabati yang
efektif.
5.2 Saran
1. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya, agar dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk menguji aktivitas antimutagenik dari minyak atsiri
rimpang cabang dan rimpang induk kunyit (Curcuma longa .L).
2. Perlu adanya uji pestisida minyak atsiri (Curcuma longa .L) pada spesies hama
serangga yang lain.
3. Disarankan menggunakan variasi metode yang lain untuk digunakan dalam uji
pestisida dari minyak atsiri (Curcuma longa .L).
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat
Alat Stahl
GC-MS
Shimadzu
Gelas Ukur
100 mL
Pyrex
Beaker Glass
100 mL
Pyrex
Labu Alas Bulat
1000 mL
Pyrex
Labu Takar
50 mL
Pyrex
Neraca Analitis
Gelas Erlenmeyer
Pipet volum
Mettler AE2000
250 mL
Pyrex
Pyrex
Pipet tetes
Hot plate
Cimerec2
Spatula
Jarum suntik
Alumunium foil
Botol vial
Statif dan klem
Botol Vial
Gunting
Lemari Pendingin
Toshiba
Pinset
Panci
Sarung Tangan
Spatula
Selang
Toples Plastik
Botol Parfum
Universitas Sumatera Utara
110
Ember Plastik
Termometer
110oC
Pyrex
Cok Sambung
3.2. Bahan-bahan
Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Na2SO4 anhidrus
p.a. Merck
Metanol
p.a. Merck
Twinn 80
p.a. Merck
Eter
Aquadest
Plastik
Karet
Tisu
Kain Kasa
Jambu Biji
Madu
Minyak Goreng
Kapas
Kerta Label
Pasir
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Penyedian Sampel
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kulit
rimpang kunyit yang
diperoleh dari Pancur Batu, Medan.
3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) dengan Alat
Destilasi Stahl
Sebanyak 300 gram rimpang kunyit segar yang telah dibersihkan dipotong kecil-kecil dan
dimasukkan kedalam labu alas bulat volume 1000 mL ditambahkan aquadest sebanyak
Universitas Sumatera Utara
111
500 mL, dihubungkan dengan alat penyuling Stahl yang dilengkapi pemanas
minyak, dan dipanaskan hingga mendidih selama ± 4-5 jam hingga menghasilkan
destilat air bersama minyak atsiri, destilasi diakhiri setelah destilat yang
dikeluarkan jernih. Destilat minyak bersama air yang diperoleh ditampung pada
gelas Erlenmeyer. Kemudian didiamkan hingga terbentuk dua lapisan, kemudian
lapisan atas setelah dipisahkan ditambahkan Na2SO4 anhidrous untuk mengikat air
yang mungkin masih tercampur dengan minyak atsiri, kemudian minyak atsiri
yang diperoleh didekantasi dan dimasukkan kedalam botol vial, ditutup rapat dan
disimpan didalam lemari pendingin. Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis
kandungan kimianya menggunakan alat GC-MS dan dilanjutkan pengujiannya
sebagai pestisida.
3.3.3 Analisis Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan GCMS
Cuplikan dimasukkan kedalam gerbang suntik pada sebuah alat GC-MS.
Selanjutnya kondisi disesuaikan dengan kondisi masing-masing bagian peralatan
seperti dibawah ini kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan oleh recorder
dan mass recorder serta mass spektra masing-masing senyawa.
Kondisi alat GC-MS yaitu :
Kolom
: Agilent HP 5 MS
Panjang
: 30 meter
Gas Pembawa
: Helium
Pengion
: El
GC-MS 2010
Temperatur kolom oven
: 60 °C
Suhu injeksi
: 300 °C
Model Injeksi
: Split
Model aliran control
: Pressure
Tekanan
: 13,0 kPa
Universitas Sumatera Utara
112
Total aliran
: 80 mL/min
Aliran kolom
: 0,52 mL/min
Kecepatan linier
: 26,3 cm/sec
Aliran pembersih
: 3,0 mL/min
Pembagian pemecah
: 147,4
GCMS-QP2010
Suhu sumber ion
: 250 °C
Suhu interfase
: 300 °C
Waktu pemecahan pelarut
: 1,60 min
Detektor gain mode
: Relative
Detektor gain
: 0,00 Kv
MS
Waktu mulai
: 1,80 min
Waktu berhenti
: 70 min
ACQ
: Scan
Event time
: 0,50 sec
Kecepatan scan
: 1250
Mulai m/z
: 28
Berhenti m/z
: 600
3.3.4 Pengujian Pestisia
3.3.4.1 Pengujian Pestisida Nabati dari Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
Pengujian pestisida nabati minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) di uji
berdasarkan konsentrasi 1% (v/v), 2% (v/v), 3% (v/v) dilarutkan dalam labu 50 ml
dengan aquadest sebagai pelarut dan twinn 80 sebagai pengelmusi dengan
perhitungan pengenceran. Dengan perhitungan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
113
V1.N1 = V2.N2
V1.100 = 50.1
V1 = 0,5 ml
3.3.4.2 Perbanyakan Serangga Uji (Rearing)
Perbanyakkan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan buah-buahan yang
terindikasi terserang lalat buah, yaitu buah jambu . Buah
yang didapatkan
diletakkan dalam wadah plastik yang telah di isi dengan pasir steril dan kemudian
ditutup dengan kain kasa. Jumlah pasir yang digunakan adalah sebanyak 1/3
volume wadah. Wadah plastik diletakkan di ruang pemeliharaan dengan suhu
yang disesuaikan dengan suhu optimum bagi perkembangan lalat buah, yaitu
berkisar antara 27-30 °C. Jambu dibiarkan selama beberapa hari hingga
membusuk dan telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi pupa. Selanjutnya
pupa dikeluarkan dari dalam pasir ke atas permukaan pasir untuk memudahkan
keluarnya lalat buah dewasa. Waktu yang dibutuhkan larva untuk menjadi imago
10-12 hari. Pupa yang menetas menjadi imago diberikan madu diatas kain kasa
sebagai pakan lalat buah tersebut. Kemudian lalat buah yang diperoleh dari hasil
perbanyakan digunakan sebagai serangga uji (Untung, 2001).
3.3.4.3 Aplikasi Pestisida Terhadap Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Masing-masing pestisida nabati dimasukkan ke dalam botol penyemprot sesuai
dengan label konsentrasinya. Disediakan 4 buah toples plastik yakni: toples-1
sebagai kontrol, toples-2 dengan konsentrasi 1%,
toples-3 dengan konsentrasi
2%, dan toples-4 dengan konsentrasi 3%. Dimasukkan pakan jambu biji sebagai
sumber makanan lalat buah. Kemudian lalat buah hasil perbanyakkan (rearing)
dimasukkan ke dalam toples masing-masing sebanyak 5 ekor per ulangan, ditutup
dengan kain kasa. Disemprotkan masing-masing pestisida pada toples-2 (1%) ,
toples-3 (2%) , dan toples-4 (3%). Diamati dan dicatat jumlah lalat buah yang
mati didalam toples selama 7 hari (Kusnaedi, 1996).
Universitas Sumatera Utara
114
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L) Dengan Alat
Stahl
Sebanyak 300 gram Rimpang Kunyit yang telah dipotong-potong
Dimasukkan kedalam labu stahl 1000 mL
Ditambahkan aquadest sebanyak 500 mL
Dirangkai alat Stahl
Dipanaskan selama ± 4-5 jam pada suhu
110o C hingga menghasilkan minyak atsiri
Destilat
Dimasukkan kedalam corong pisah
Lapisan Atas
Lapisan Bawah
Ditambahkan Na2SO4 Anhidrous
Didekantasi
Minyak Atsiri
Ditimbang
Analisa GC-MS
Uji Pestisida Nabati
Universitas Sumatera Utara
115
3.4.2 Analisis Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan GCMS
Cuplikan
Diinjeksikan kedalam GC-MS
Diamati kromatogram yang dihasilkan
Hasil
3.4.3 Uji Pestisida Nabati dari Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma
longa. L)
Uji Pestisida Nabati Rimpang Kunyit (Curcuma Longa. L)
Dilakukan perbanyakkan serangga uji (rearing)
Disediakan toples plastik sesuai perlakuan
Dimasukkan pakan lalat buah jambu biji kedalam toples
Dimasukkan lalat buah hasil rearing kedalam toples sebanyak 5 ekor/toples,
dan ditutup dengan kain kasa
Penyemprotan Pestisida Nabati
Diamati selama ± 7 hari
Hasil
Universitas Sumatera Utara
116
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Isolasi Minyak Atsiri dari Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) diperoleh dengan metode
hidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Proses isolasi sebanyak 3 kali
penyulingan. Dari hasil destilasi rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
segar
sebanyak 900 gram diperoleh rata-rata minyak atsiri 0,92 gram dalam setiap 300
gram rimpang kunyit (Curcuma longa. L), (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Hasil Hidrodestilasi Minyak Atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
No
Sampel (gram)
Minyak Atsiri (gram)
Persentase %
1
300
0,96
0,322
2
300
0,98
0,326
3
300
0,82
0,273
4.1.2. Hasil Analisa GC-MS
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang dihasilkan secara
hidrodestilasi dianalisis dengan Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS). Kromatogram hasil analisis GC menunjukkan terdapatnya 7 puncak
senyawa (Gambar 4.1) yang menunjukkan adanya 7 senyawa yang terkandung
dalam minyak atsiri tersebut (Tabel 4.2) dari ke-7 puncak senyawa yang
diperoleh, diambil 4 komponen utama yang dibandingkan berdasarkan standart
library Willey dan NIST (>1%) seperti pada tabel 4.2 dan selanjutnya masingmasing senyawa yang ditemukan akan dilakukan analisis fragmentasi.
Universitas Sumatera Utara
117
Gambar 4.1. Kromatogram Hasil Analisa GC Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
Universitas Sumatera Utara
118
Tabel 4.2. Senyawa Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Rimpang Kunyit
(Curcuma longa. L)
No
RT
Massa Relatif
(Menit) Senyawa
Rumus
Nama Senyawa
% Area
Molekul
1
9,491
136
C10H16
alfa-felandren
6,49
2
10,175
134
C10H14
para cimen
0,76
3
10,332
154
C10H18O
1,8 cineol
8,57
4
27,141
216
C16H24
benzen metil
0,73
5
28,400
120
C9H12
benzen, 1,3,5-
0,21
trimetil6
28,655
216
C15H22O
beta tumeron
66,18
7
29,048
189
C22H36O
alfa-tumeron
17,06
Dari hasil analisa GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang
dapat diinterpretasi adalah sebanyak 4 buah senyawa berdasarkan standart Library
Willey dan NIST (>1%) yaitu alfa-felandren 6,49 %, 1,8 Cineol 8,57 %, beta
tumeron 66,18%, dan alfa tumeron 17,06 %.
Universitas Sumatera Utara
119
4.1.3. Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Keterangan:
MH
x
y
: Mortalitas Harian
: Jumlah lalat buah yang diuji
: Jumlah lalat buah yang masih hidup
Konsentrasi MA 1%
=0%
Konsentrasi MA 2%
Konsentrasi MA 3%
Kontrol
Tabel 4.4. Data Pengamatan
1. Hari/ Tanggal
Pukul
: Selasa/ 25 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari I
2.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Hari/ Tanggal
Pukul
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
-
-
: Rabu/ 26 April 2017
: 09.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
120
Tabel Pengamatan Hari II
3.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
2
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
1
3
2
-
6,7 %
20 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
3
3
6
-
20 %
20 %
40 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
4
3
3
-
26,7 %
20 %
20 %
-
: Kamis/ 27 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari III
4.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
2
1
1
1
1
2
2
2
-
Hari/ Tanggal
Pukul
: Jumat/ 28 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari IV
5.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Hari/ Tanggal
Pukul
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
2
1
2
1
1
1
-
: Sabtu/ 29 April 2017
: 09.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
121
Tabel Pengamatan Hari V
6.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
2
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
1
3
2
-
6,7 %
20 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
3
2
2
-
20 %
13,3 %
13,3 %
-
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
2
1
1
13,3 %
6,7 %
6,7 %
: Minggu/ 30 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari VI
7.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
1
1
1
1
1
-
Hari/ Tanggal
Pukul
: Senin/ 31 April 2017
: 09.00 WIB
Tabel Pengamatan Hari VII
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
1
1
1
1
-
4.1.4. Mortalitas Total Lalat Buah Bactrocera sp.
Universitas Sumatera Utara
122
Keterangan:
MT
x
y
: Mortalitas Total
: Jumlah lalat buah yang diuji
: Jumlah lalat buah yang mati
Konsentrasi MA 1%
= 93,3%
Konsentrasi MA 2%
Konsentrasi MA 3%
Kontrol
Tabel Mortalitas Total Bactrocera sp.
No.
Sampel
1.
2.
3.
4.
MA 1%
MA 2%
MA 3%
Kontrol
Masing-masing Mortalitas
Lalat Buah
A
B
C
5
5
4
5
5
5
5
5
5
1
Total Mortalitas
Lalat Buah
Persentase
(%)
14
15
15
1
93,3 %
100 %
100 %
6,7 %
4.2. Pembahasan
4.2.1. Minyak Atsiri dari Hasil Destilasi dengan Alat Stahl
Universitas Sumatera Utara
123
Dari sebanyak 900 gram daun sirih hutan diperoleh minyak atsiri daun sebanyak
2,76 gram (b/b) dengan persentase sebesar 0,30% yang diperoleh dari perhitungan
berikut:
% Kadar minyak atsiri = berat minyak atsiri x 100 %
berat rimpang kunyit
= 2,76 x 100 %
900
= 0,30 %
4.2.2. Analisis Minyak Atsiri Rimpang Kunyit (Curcuma longa. L)
Hasil analisis GC-MS terhadap minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
menunjukkan bahwa senyawa yang dapat diinterpretasi didalam minyak atsiri
tersebut terdapat 4 senyawa.
1. Puncak dengan RT 9,491 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C10H16. Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 136 diikuti puncakpuncak fragmentasi pada m/e 121, 105, 93,77, 65, 51, dan 41. Dengan
membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum library
NIST, yang lebih mendekati adalah senyawa alfa-felandren sebanyak 6,49 %
dengan spektrum seperti gambar 4.2 dan dengan pola fragmentasi secara hipotesis
seperti gambar 4.3.
a)
Universitas Sumatera Utara
124
b)
Gambar 4.2. a. Spektrum Massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum Massa alfa-felandren standart
Universitas Sumatera Utara
125
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
15
+e
-2e
CH3
CH3
CH3
m/e = 136
m/e =121
alfa-felandren
(C10H16)
(C9H13) +
40 -C3H4
C2H4
(28)
C2H4
28
CH3
m/e = 96
(C7H12)
m/e = 65
(C5H5)
CH3
m/e = 93
(C7H9)
Gambar 4.3. Pola fragmentasi alfa-felandren
(Sinambela, 2012)
2. Puncak dengan RT 10,258 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C10H18O. Spektrum menunjukkan puncak ion molekul pada m/e 154 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 140, 139, 125, 108, 84, 81, 69, 43, dan 41.
Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
library NIST, yang lebih mendekati adalah senyawa 1,8 Cineol sebanyak 8,57 %
dengan spektrum seperti gambar 4.4 dengan pola fragmentasi secara hipotesis
seperti gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
126
a)
b)
Gambar 4.4. a. Spektrum Massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum Massa 1,8 Cineol standart
Universitas Sumatera Utara
127
CH3
+
.
CH3
O
O
CH3
CH3
e
CH3
CH3
-2e
m/e = 154
(C10H18O) +.
1,8 Cineol
CH3CH2OH 46
CH3
CH3
-C2H3
27
m/e = 81
(C6H9)
38
m/e = 108
(C8H12)
-C3H2
m/e = 43
(C3H7)
Universitas Sumatera Utara
128
Atau
CH3
+
CH3
O
O
O
CH3
CH3
CH3
15
e
CH3
CH3
CH3
1,8 Cineol
CH3
-2e
m/e = 139
m/e = 154
(C10H18O)
(C9H15O)
OCH3 31
CH3
CH3
-C2H3
27
m/e = 81
(C6H9)
m/e = 108
(C8H12)
38 -C3H2
m/e = 43
(C3H7)
Gambar 4.5. Pola fragmentasi 1,8 Cineol
(Sinambela, 2012)
Universitas Sumatera Utara
129
3. Puncak dengan RT 28,655 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C15H22O. Data spektrum mennjukkan puncak ion molekul pada m/e 216 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 201, 173, 159, 145, 132, 119, 105, 91, 83,
65, dan 56. Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data
spektrum library Willey, yang lebih mendekati adalah senyawa beta-tumerone
sebanyak 66,18 % dengan spektrum seperti gambar 4.6. dengan pola fragmentasi
secara hipotesis seperti gambar 4.7.
a)
b)
Gambar 4.6. a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum massa beta-tumeron standart
Universitas Sumatera Utara
130
H3C
H3C
H3C
H3C
H3C
O
H3C
O
O
CH2
15
H3C
+e
H3C
-2e
CH2
m/e = 201
(C14H19O)
CH2
- C2H4
CH2
28
m/e = 216
(C15H22O)
beta-tumeron
O
H3C
CO2
28
CH2
m/e = 145
m/e = 173
(C11H13)
(C12H15O)
26
-C2H2
-C2H2
26
CH2
CH2
m/e = 119
(C9H11)
m/e = 83
(C7H7)
Gambar 4.7. Pola fragmentasi beta-tumeron
(Ramayana, 2013)
Universitas Sumatera Utara
131
4. Puncak dengan RT 29,408 menit merupakan senyawa dengan rumus molekul
C15H22O. Data spektrum mennjukkan puncak ion molekul pada m/e 189 diikuti
puncak-puncak fragmentasi pada m/e 147, 133, 120, 105, 91, 77, 57, dan 41.
Dengan membandingkan data spektrum yang diperoleh dengan data spektrum
library Willey, yang lebih mendekati adalah senyawa alpha-tumerone sebanyak
17,06 % dengan spektrum seperti gambar 4.8 dengan pola fragmentasi secara
hipotesis seperti gambar 4.9.
a)
b)
Gambar 4.8. a. Spektrum massa hasil analisis GC-MS rimpang kunyit (Curcuma
longa. L)
b. Spektrum massa alfa-tumeron standart
Universitas Sumatera Utara
132
CH3
CH3
O
CH3
O
CH3
H
H
CH3
e
- 2e
CH3
CH3
Alfa Tumeron
CH3
m/e = 218
Alfa Tumeron
(C15H22O)
98
O
CH3
O
-C9H12
-CH3
CH3
CH3
15
CH2
m/e = 105
m/e = 120
(C5H7O)
(C6H10O)
14
O
CH2
CH3
m/e = 91
(C4H5O)
Gambar 4.9. Pola fragmentasi alfa-tumeron
(Ramayana, 2013)
Universitas Sumatera Utara
133
4.2.3. Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Hasil pengamatan terhadap mortalitas (jumlah kematian) harian lalat buah
Bactrocera sp. dengan perlakuan konsentrasi dari isolasi minyak atsiri rimpang
kunyit (Curcuma longa. L) yang berbeda menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) bersifat toksik
terhadap lalat buah Bactrocera sp.. Gambar fluktuatif mortalitas harian lalat buah
Bactrocera sp. pada jambu biji, dapat dilihat pada Gambar 4.10
Sampel
% Kematian
ma 1%
ma 2%
ma 3%
kontrol
Gambar 4.10 Fluktuasi Mortalitas Harian Lalat Buah Bactrocera sp.
Gambar 4.10 memperlihatkan bahwa penggunaan minyak atsiri rimpang kunyit
(Curcuma longa. L) terhadap lalat buah (Bactrocera sp.) memberikan fluktuasi
yang berbeda dari setiap perlakuan. Pada hari pertama semua perlakuan tidak ada
yang mampu mematikan lalat buah (Bactrocera sp.), hal ini diduga bahwa bahan
aktif yang terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L)
belum bekerja.
Pada hari ke-2 pengamatan menunjukkan persentase mortalitas lalat buah
(Bactrocera sp.) perlakuan pada konsentrasi 2% telah mampu mematikan lalat
buah (Bactrocera sp.) sebanyak 20% sedangkan pada konsentrasi 3% mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) sebanyak 13,3% dan pada konsentrasi 1%
Universitas Sumatera Utara
134
sebanyak 6,7% kecuali kontrol yang tidak mengalami perubahan, hal ini diduga
bahwa bahan aktif yang terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma
longa. L) baru bekerja pada hari kedua setelah aplikasi.
Selanjutnya, pengamatan pada hari ke-3 setelah aplikasi pada perlakuan
minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dan dengan masing-masing
konsentrasi 1%, 2% dan 3% memperlihatkan bahwa semua perlakuan mampu
membunuh lalat buah (Bactrocera sp.) dengan persentase mortalitas 20%, 20%
dan 40% kecuali pada perlakuan kontrol, hal ini diduga bahwa bahan aktif yang
terdapat didalam minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) bekerja
dengan baik pada hari ketiga setelah aplikasi.
Pada hari ke-4 pengamatan setelah aplikasi masing-masing konsentrasi
1%, 2% dan 3% memperlihatkan bahwa semua perlakuan masih mampu
membunuh lalat buah (Bactrocera sp.) dengan persentase mortalitas 26,7%, 20%
dan 20% kecuali pada perlakuan kontrol yang tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-5 semua perlakuan juga masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan masing-masing konsentrasi 1%,
2% dan 3% dengan persentase mortalitas 6,7%, 20%, 13,3% kecuali pada
perlakuan kontrol yang tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-6 semua perlakuan juga masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan konsentrasi 1% 2% dan 3% dengan
persentase mortalitas 20%, 13,3% dan 13,3% kecuali pada perlakuan kontrol yang
tidak mengalami perubahan.
Selanjutnya, pada hari ke-7 perlakuan pada konsentrasi 1% masih mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) dengan perentase mortalitas 13,3%
sedangkan pada konsentrasi 2% mampu membunuh lalat buah (Bactrocera sp.)
yang berada didalam toples atau dengan persentase 6,7% sedangkan pada
konsentrasi 3% telah mampu mematikan seluruh (Bactrocera sp.) yang berada
didalam toples pada hari sebelumnya,dan pada perlakuan kontrol yang mengalami
perubahan mampu membunuh (Bactrocera sp.) sebanyak 6,7%, hal ini diduga
karena adanya faktor intensitas cahaya, sesuai pendapat Vivit (2011) menyatakan
Universitas Sumatera Utara
135
lalat buah lebih menyukai cahaya terang dan akan mengalami pertumbuhan yang
lambat selama berada ditempat gelap.
4.2.4. Mortalitas Total Lalat Buah Bactrocera sp.
Hasil pengamatan persentase mortalitas total lalat buah (Bactrocera sp.) setelah
dianalisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi minyak atsiri
rimpang kunyit (Curcuma longa. L) 3% dapat membunuh lalat buah (Bactrocera
sp.) sebesar 100%, begitu juga dengan minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma
longa. L) dengan konsentrasi 2% dapat membunuh larva sebesar 100%, dan
minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) dengan konsentrasi 1% dapat
membunuh larva sebesar 93,3% dan pada perlakuan kontrol yang hanya mampu
mematikan lalat buah (Bactrocera sp.) sebesar 6,7%.
Gambar 4.11 Foto wadah pengujian
Gambar 4.12 Foto lalat buah (Bactrocera sp.) yang sudah mati
Universitas Sumatera Utara
136
Chart Title
ma 1%
ma 2%
ma 3%
kontrol
Gambar 4.13 Mortalitas Total Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Perlakuan minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) terhadap lalat buah
(Bactrocera sp.) efektif, karena mengakibatkan kematian lalat buah (Bactrocera
sp.) sebesar 90% - 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suthisut dan Fields,
2011) yang melakukan penelitian menggunakan daun kunyit kuning (Curcuma
longa. L) melalui proses hidrodestilasi diperoleh essential oil yang kaya akan alfafelandren yang efektif menghambat pertumbuhan dan membunuh larva Spilosoma
Obliqu.
Universitas Sumatera Utara
137
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisis GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa L.)
Hasil analisis GC-MS minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang
diperoleh dengan destilasi air menunjukkan empat komponen utama berdasarkan
standart library Willey dan NIST (>1%) dengan konsentrasi tertinggi yaitu yaitu
beta-turmeron 66,18 %, alfa-turmeron 17,06 %, 1,8-sineol 8,57 %, alfa- felandren
6,49 %, kadar minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) yang diperoleh
dengan metode hidrodestilasi adalah 0,30% (b/b) dalam setiap 300 gram.
2. Hasil Uji Pestisida Nabati
Minyak atsiri rimpang kunyit (Curcuma longa. L) konsentrasi 3% dan 2% (v/v)
memiliki kematian terkoreksi tertinggi yaitu 100%, sehingga minyak atsiri
rimpang kunyit (Curcuma longa. L), memiliki aktifitas insektisida nabati yang
efektif.
5.2 Saran
1. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya, agar dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk menguji aktivitas antimutagenik dari minyak atsiri
rimpang cabang dan rimpang induk kunyit (Curcuma longa .L).
2. Perlu adanya uji pestisida minyak atsiri (Curcuma longa .L) pada spesies hama
serangga yang lain.
3. Disarankan menggunakan variasi metode yang lain untuk digunakan dalam uji
pestisida dari minyak atsiri (Curcuma longa .L).
Universitas Sumatera Utara