Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kandungan

Timbal (Pb) dan perilaku pedagang terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus
ater) yang di jual di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota
Padang Tahun 2017.
3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sampel dan wawancara terhadap pedagang siput
langkitang dilakukan di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota
Padang. Alasan pemilihan lokasi pengambilan karena terdapat penjual siput
berjumlah 62 penjual. Pemeriksaan timbal (Pb) dilakukan yaitu di Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

3.2.2

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April

2017.
3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual siput

langkitang di Kelurahan Rimbo Kaluang yaitu berjumlah 62 penjual siput
langkitang.

35


Universitas Sumatera Utara

36

3.3.2 Sampel
Adapun

jumlah

sampel

dalam

penelitian

ini

diperoleh

dengan


menggunakan teknik random sampling. Menurut Gay dan Diehl (1992) jika
penelitiannya bersifat deksriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari
populasi. Maka jumlah sampel yang peneliti ambil adalah 20% dari populasi yaitu
12 sampel. Sampel akan diperiksa sebanyak 3 kali pemeriksaan, 12 sampel siput
langkitang yang belum di olah, 12 sampel siput langkitang yang telah diolah, dan
12 siput langkitang yang telah diolah dan terpapar oleh asap kendaraan dimana 6
terbuka dan 6 lagi tertutup.
3.4

Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari wawancara langsung ke lokasi menggunakan

kuesioner dan hasil pemeriksaan sampel di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat terhadap keberadaan kadar timbal (Pb) pada daging
siput langkitang.
3.5

Pelaksanaan Penelitian


3.5.1

Pemeriksaan Timbal (Pb) di Laboratorium
Penelitian ini dilakukan di

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat. Penelitian dimulai dari pengambilan sampel dan membawa
sampel langsung ke laboratorium.
3.5.1.1 Cara Pengambilan Sampel
1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel seperti termos es,
plastic sampel yang telah disterilkan terlebih dahulu, keperluan alat tulis,
dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

37

2. Siapkan formulir tentang tanggal pengambilan sampel.
3. Mintalah penjualan untuk membungkus siput langkitang , kemudian

observasi penjual dalam mengolah siput langkitang.
4. Ambil sebungkus makan sampel , masukkan ke dalam wadah yang telah
disterilkan dan tulis identitas sampel kemudian masukkan ke dalam termos
yang telah diisi es.
5. Tuliskan pada botol sampel tersebut nama. Pemberian nama dilakukan
dengan nomor kode.
6. Masukkan plastik sampel ke dalam termos yang telah diisi dengan es.
7. Kirim sampel secepatnya ke Laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
3.5.1.2 Prosedur Pemeriksaan Sampel di Laboratorium
1. Peralatan
a. Atomic Absorption Spectropotometer (AAS)
b. Timbangan Analitik
c. Blender
d. Cawan Porselen
e.

Sendok plastik

f. Pipet Volumetrik
g. Corong Kaca

h. Hot Plate/ Bunsen
i. Gelas Ukur 50 ml
j. Erlenmeyer
k. Labu Ukur 100 ml

Universitas Sumatera Utara

38

l. Kertas Whatmen No.42
m. Batang Pengaduk
2. Bahan
a. Siput Langkitang (sampel)
b. Larutan HNO3
c. Aquadest
3. Cara Kerja Penelitian
Pemeriksaan sampel siput langkitang ini di periksa di Laboratorium
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat yang dilakukan oleh beberapa petugas
laboratorium tersebut. Adapun analisis logam timbal dilakukan dengan beberapa
tahapan :

1. Sediakan sampel dari masing-masing siput langkitang
2. Haluskan siput langkitang hingga homogen dengan menggunakan
blender.
3. Timbang sampel siput yang telah dihaluskan hingga 10 gr.
4. Masukkan ke cawan porselen
5. Keringkan dalam oven pada suhu 1050C
6. Arangkan sampel diatas hot plate/ Bunsen
7. Masukkan dalam tanur pada suhu 5500C sampai arang menjadi abu dan
bewarna putih keabu-abuan.
8. Setelah itu larutkan dengan 10 ml asam nitrat PA
9. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
10. Bilas dengan aquades panas, lalu dinginkan

Universitas Sumatera Utara

39

11. Paskan hingga tanda garis dan homogenkan
12. Kemudian saring dengan kertas whatmen No. 42
13. Larutan


siap

dibaca

menggunakan

AAS

(Atomic

Absorption

Specrophotometry).
3.6 Definisi Operasional
1.

Pedagang Siput Langkitang Pedagang yang mengolah dan menjajakan
siput langkitang yang telah masak di Kelurahan Rimbo Kaluang.


2.

Siput Langkitang (Faunus ater) adalah siput yang hidup di air payau
memiliki ukuran relatif besar memiliki panjang mencapai 90 mm tetapi
biasanya rata-rata sekitar 50-60 mm.

3.

Timbal (Pb) adalah logam yang memiliki titik lebur rendah, mudah
dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk
melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.

4.

Perilaku Pedagang adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang
dalam pengolahan siput langkitang serta tentang kandungan timbal (Pb)
pada siput langkitang.

5.


Sesuai adalah jika kadar timbal (Pb) pada siput langkitang belum melebihi
batas maksimum yang ditetapkan oleh SNI 7387-2009 yaitu 1,5 mg/kg
(ppm).

Universitas Sumatera Utara

40

3.7

Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan penilaian data umum

dan data perilaku pedagang siput langkitang terkait kadar timbal serta
pengolahannya yang tertera dalam bentuk kuesioner.
Data umum terdiri atas 5 pertanyaan tertutup terkait kadar timbal dan
pengolahan siput langkitang, di mana pilihan jawaban sudah ditentukan terlebih
dahulu oleh peneliti. Jawaban responden akan diolah dan disajikan dalam bentuk
distribusi.
Aspek pengukuran data perilaku pedagang siput langkitang terkait kadar

timbal dan pengolahan siput langkitang terbagi atas data pengetahuan dan
tindakan yang diukur dengan skala Guttman, sedangkan data sikap diukur dengan
skala Likert.
Adapun data perilaku responden siput langkitang yang terbagi atas :
a. Pengetahuan
Untuk data pengetahuan responden, yang terdiri atas 14 buah pertanyaan
yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 14 dengan total skor 28.
Adapun ketentuan pemberian skor yaitu : jika responden menjawab “a” diberi
skor = 2, jika menjawab “b” diberi skor = 1, dan jika menjawab “c” skor = 0.
Berdasarkan jumlah skor menurut Arikunto (2003) Pengetahuan pedagang
siput langkitang dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
1. Baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar > 75%
dari seluruh pertanyaan ( skor > 21)

Universitas Sumatera Utara

41

2. Tidak baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar <
75% dari seluruh pertanyaan (skor < 21).
b.

Sikap

Data sikap responden, yang terdiri atas 8 buah pertanyaan dengan pilihan
jawaban :
1. SANGAT SETUJU dengan bobot nilai 4
2. SETUJU dengan bobot nilai 3
3. KURANG SETUJU dengan bobot nilai 2
4. TIDAK SETUJU dengan bobot nilai 1
5. SANGAT TIDAK SETUJU dengan bobot nilai 0
Dengan demikian total skor tertinggi adalah 32 dan skor
terendah adalah 0. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
sikap pedagang siput langkitang dibagi dalam 2 kategori sebagai
berikut :
1. Baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar >
75% dari seluruh pertanyaan (skor > 24).
2. Tidak baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar
< 75% dari seluruh pertanyaan (skor < 24).
c. Tindakan
Data tindakan responden, yang terdiri dari 6 buah pertanyaan dengan
pilihan jawaban :
1.

YA dengan bobot nilai 1

2. TIDAK dengan bobot nilai 0

Universitas Sumatera Utara

42

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 5 dan skor
terendah adalah 0. Kriteria yang digunakan untuk menentukan
tindakan pedagang siput langkitang dibagi dalam 2 kategori
sebagai berikut :
1. Baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥
75% dari seluruh pertanyaan (skor ≥ 4).
2. Tidak baik, apabila responden mampu menjawab dengan benar
< 75% dari seluruh pertanyaan (skor < 4)
3.8

Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara :
a. Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah dikumpulkan, meliputi
kelengkapan isian, keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban, relevansi
jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan dan sebagainya.
b. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang
terkumpul di setiap instrument penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk
memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data.
c. Tabulating, yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke
dalam tabel-tabel agar mudah dipahami.
d. Analisis data, yaitu agar pengolahan data secara statistik pada dasarnya
suatu cara mengolah data kuantitatif sederhana, sehingga data penelitian
tersebut mempunyai arti. Pengolah data melalui teknik penelitian dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah distribusi frekuensi
dan ukuran pemutusan.

Universitas Sumatera Utara

43

3.9

Metode Analisis Data
Data diperoleh dari hasil pengukuran timbal (Pb) dalam pengolahan siput

langkitang yang telah diolah akan dianalisa secara deskriptif, disajikan dalam
bentuk tabel distribusi, kemudian dijelaskan secara deskriptif kondisi dan perilaku
pada masing-masing pedagang yang berhubungan dengan tinggi rendahnya kadar
timbal (Pb) yang akan dibandingkan dengan batas maksimum cemaran timbal
(Pb) sesuai SNI 7387-2009, yaitu sebesar 1,5 mg/kg (ppm).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Rimbo Kaluang adalah salah satu dari 10 Kelurahan yang

berada di wilayah Kecamatan Padang Barat berada pada ketinggian 8 m dari
permukaan laut. Kelurahan rimbo kaluang merupakan daerah pemukiman
penduduk dan daerah pengembangan wisata. Luas wilayah Kelurahan Rimbo
Kaluang ± 42 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Flamboyan Baru
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ujung Gurun
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
4. Sebelah Timur berbatasan Kelurahan Jati
Kelurahan Rimbo Kaluang memiliki 14 RT (Rukun Tetangga) dan 4 RW
(Rukun Warga). Jarak dari Kelurahan Rimbo Kaluang menuju ibukota kecamatan
adalah ± 1,2 Km. Untuk data kependudukan, pada tahun 2016 didapati jumlah
penduduk di Kelurahan Rimbo Kaluang adalah sebanyak 3.910 jiwa, dimana
terdiri atas 1.986 jiwa penduduk laki-laki dan 1.924 jiwa penduduk perempuan.
4.2

Hasil Penelitian

4.2.1

Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada siput langkitang dilakukan di UPTD

Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat di mana pemeriksaan
kadar timbal (Pb) dilakukan dengan menggunakan metode Spektropometri
Serapan Atom (SSA). Metode Spektropometri Serapan Atom (SSA) dilakukan

44

Universitas Sumatera Utara

45

dengan cara mendestruksi siput langkitang yang telah dikeringkan, setelah itu
hasil larutan dibaca menggunakan Spektropometri Serapan Atom (SSA).
4.2.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb)
dimasak pada Siput Langkitang

Sebelum dan Sesudah

Pada pemeriksaan kadar timbal (Pb) sebelum dan sesudah di masak
terdapat sebanyak 24 sampel yang terdiri dari 12 sampel sebelum dimasak dan 12
sampel lagi sesudah dimasak. Sampel sebelum diambil pada pedagang sebelum
pedagang melakukan proses pemasakan. Dalam proses pencucian terdapat 2
sampel yang dicuci sebanyak 5 kali, 3 sampel dicuci sebanyak 6 kali, 3 sampel
dicuci sebanyak 7 kali, 1 sampel dicuci sebanyak 8 kali, 1 sampel lagi dicuci
sebanyak 9 kali dan 1 sampel lagi dicuci sebanyak 10 kali.
Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada siput langkitang sebelum dan
sesudah dimasak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Sebelum dan Sesudah
dimasak pada Siput Langkitang
Hasil
Batas
No
Pemeriksaan (mg/kg)
Pedagang
Maksimum Keterangan
(mg/kg)
Sebelum
Sesudah
Sampel 1
2,563
2,797
1,5
TMS
1.
Sampel 2
1,220
1,392
1,5
MS
2.
Sampel 3
1,312
1,396
1,5
MS
3.
Sampel 4
2,115
2,081
1,5
TMS
4.
Sampel 5
2,759
2,736
1,5
TMS
5.
Sampel 6
4,943
4,836
1,5
TMS
6.
Sampel 7
4,109
4,188
1,5
TMS
7.
Sampel 8
0,854
0,777
1,5
MS
8.
Sampel 9
2,288
2,213
1,5
TMS
9.
Sampel 10
0,617
0,639
1,5
MS
10.
Sampel 11
5,074
4,860
1,5
TMS
11.
Sampel 12
3,324
3,249
1,5
TMS
12.
Keterangan :
MS

: Memenuhi Syarat

Universitas Sumatera Utara

46

TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar timbal pada siput langkitang
sebelum dimasak dan sesudah dimasak terjadi kenaikan kadar timbal serta
penurunan kadar timbal. Sesuai dengan SNI 7387-2009 tentang batas cemaran
timbal (Pb), dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 8 sampel yang tidak
memenuhi syarat dan 4 sampel yang memenuhi syarat.
Pada hasil pemeriksaan kadar timbal sebelum dan sesudah dimasak terdapat 8
sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu sampel 1 sebelum dimasak dengan
kadar sebesar 2,563 terjadi peningkatan setelah dimasak sebesar 0,234 mg/kg,
sampel 4 dengan kadar sebesar 2,115 mg/kg sebelum dimasak terjadi penurunan
sebesar 0,034 mg/kg setelah dimasak, sampel 5 dengan kadar sebesar 2,759 mg/kg
sebelum dimasak terjadi penurunan sebesar 0,023 mg/kg setelah dimasak, sampel
6 dengan kadar timbal sebesar 4,943 mg/kg sebelum dimasak terjadi peningkatan
sebesar 0,107 mg/kg setelah dimasak, sampel 7 dengan kadar sebesar 4,109 mg/kg
sebelum dimasak terjadi peningkatan sebesar 0,079 mg/kg setelah dimasak,
sampel 9 dengan kadar sebesar 2,288 mg/kg sebelum dimasak terjadi penurunan
sebesar 0,075 mg/kg) setelah dimasak, sampel 11 dengan kadar 5,074 mg/kg
sebelum dimasak terjadi penurunan sebesar 0,214 mg/kg setelah dimasak, lalu
kemudian sampel 12 dengan kadar sebesar 3,324 mg/kg sebelum dimasak terjadi
peningkatan sebesar 0.075 mg/kg setelah dimasak.
Terdapat juga 4 yang memenuhi syarat yaitu sampel 2 dengan kadar sebesar 1,220
mg/kg sebelum dimasak terjadi peningkatan sebesar 0,172 mg/kg setelah dimasak,
sampel 3 dengan kadar sebesar 1,312 mg/kg sebelum dimasak terjadi peningkatan

Universitas Sumatera Utara

47

sebesar 0,082 mg/kg sesudah dimasak, sampel 8 dengan kadar sebesar 0,854
mg/kg sebelum dimasak terjadi penurunan sebesar 0,077 mg/kg setelah dimasak,
kemudian sampel 10 dengan kadar sebesar 0,617 mg/kg sebelum dimasak terjadi
peningkatan 0,022 mg/kg setelah dimasak. .
4.2.1.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang yang
Terbuka
Pada pemeriksaan kadar timbal pada siput terbuka terdapat 6 sampel siput
langkitang yang diperiksa. Sampel tersebut berasal dari penjual yang menjual
siput langkitang dalam keadaan terbuka di pinggir jalan. Waktu pengambilan
dimulai dari pukul 16.00-18.00 WIB dikarenakan pada waktu tersebut merupakan
waktu dengan lalu lintas yang padat. Dimana 60% jalan raya diisi oleh
pengendara sepeda motor yang berbahan bakar premium dan 30% lagi kendaraan
mobil yang berbahan bakar premium dan 10% lagi kendaraan berbahan bakar
solar.
Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada siput langkitang yang terbuka
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang
yang Terbuka
Pedagang
Hasil
Batas
Keterangan
Pemeriksaan
Maksimum
(mg/kg)
(mg/kg)
Sampel 25
3,788
1,5
TMS
Sampel 26
9,011
1,5
TMS
Sampel 27
7,801
1,5
TMS
Sampel 28
3,626
1,5
TMS
Sampel 29
2,798
1,5
TMS
Sampel 30
5,765
1,5
TMS

Keterangan :
MS
TMS

: Memenuhi Syarat
: Tidak Memenuhi Syarat

Universitas Sumatera Utara

48

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar timbal (Pb) terendah adalah terdapat pada
sampel 5 yaitu dengan kadar sebesar 2,798 mg/kg, diikuti oleh sampel 4 dengan
kadar sebesar 3,626 mg/kg, selanjutnya sampel 1 dengan kadar sebesar 3,788
mg/kg, selanjutnya sampel 6 dengan kadar sebesar 5,765 mg/kg, kemudian
sampel 3 dengan kadar sebesar 7,801 mg/kg dan kadar tertinggi terdapat pada
sampel 2 dengan kadar sebesar 9,011 mg/kg. Sesuai dengan SNI 7387-2009
tentang batas cemaran timbal (Pb), dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
seluruh sampel tidak memenuhi syarat.
4.1.2.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang yang
Tertutup
Pada pemeriksaan kadar timbal pada siput langkitang yang tertutup
terdapat 6 sampel siput langkitang yang diperiksa. Sampel tersebut berasal dari
siput langkitang pada penjual yang menjual siput langkitang dengan wadah
tertutup. Waktu pengambilan sama dengan sampel terbuka yaitu pada pukul
16.00-18.00 WIB dengan alasan pada jam tersebut lalu lintas di jalanan di
Kelurahan Rimbo Kaluang terkhususnya di tepi pantai Padang sedang padat.
Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada siput langkitang yang tertutup
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang
yang Tertutup
Pedagang
Hasil
Batas
Keterangan
Pemeriksaan
Maksimum
(mg/kg)
(mg/kg)
Sampel 31
0,722
1,5
MS
Sampel 32
0,171
1,5
MS
Sampel 33
1,151
1,5
MS
Sampel 34
2,755
1,5
TMS
Sampel 35
1,037
1,5
MS
Sampel 36
0,962
1,5
MS

Universitas Sumatera Utara

49

Keterangan :
MS
TMS

: Memenuhi Syarat
: Tidak Memenuhi Syarat

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar timbal (Pb) mulai dari yang
terendah adalah sampel 2 dengan kadar sebesar 0,171 mg/kg, diikuti oleh sampel
sampel 1 dengan kadar sebesar 0,722 mg/kg, selanjutnya sampel 6 dengan kadar
sebesar 0,962 mg/kg, selanjutnya sampel 5 dengan kadar sebesar 1,037 mg/kg,
kemudian sampel 3 dengan kadar sebesar 1,151 mg/kg dan kadar tertinggi adalah
sampel 4 dengan kadar sebesar 2,755 mg/kg. Sesuai dengan SNI 7387-2009
tentang batas cemaran timbal (Pb), dapat diperoleh kesimpulan bahwa hanya
sampel 4 yang kadar timbalnya memenuhi persyaratan dan 1 sampel tidak
memenuhi syarat.
4.3

Hasil Uji Bivariat
Berdasarkan hasil pemeriksaan dilaboratorium pada siput langkitang yang

terbuka dan tertutup, selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk mengetahui
apakah data siput langkitang terbuka dan tertutup normal. Data dikatakan normal
apabila P value > 0,05. Untuk uji normalitas terdapat 2 uji yaitu uji kolmogorovsmirnov dan uji Shapiro-wilk. Syarat dalam melakukan uji kolmogorov-smirnov
adalah apabila data berjumlah di atas 50, sedangkan untuk uji Shapiro-wilk
dilakukan apabila data berjumlah di bawah 50. Dalam hal ini penulis
menggunakan uji kolmogorov-smirnov karena jumlah data berjumlah dibawah
50.

Universitas Sumatera Utara

50

4.3.1

Hasil Uji Shapiro-wilk pada Siput Langkitang yang Terbuka dengan
Siput Langkitang yang Tertutup

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas dengan Shapiro-wilk pada Siput
Langkitang yang Terbuka dan Tertutup

Sampel
n
%
p
Terbuka
6
100.0
0,422
Tertutup
6
100.0
0,131
Total
12
100.0
Berdasarkan tabel hasil pengukuran di atas, didapat bahwa data diatas
normal. Dimana bila data berdistribusi normal p value > 0,05 dengan data pada
siput langkitang terbuka p = 0,422 dan data siput langkitang tertutup p = 0,131.
Apabila data dikatakan normal maka selanjutnya digunakan uji T
Dependen pada sampel siput langkitang yang terbuka dan pada siput langkitang
yang tertutup.
4.3.2

Hasil Tes Uji T-Dependen pada Siput Langkitang yang Terbuka dan
Siput Langkitang yang Tertutup

Tabel 4.5

Hasil Statistik Uji T-Dependen pada Siput Langkitang yang
Terbuka dan Siput Langkitang yang Tertutup

Sampel
Terbuka
Tertutup
Pada tabel di

Mean
SD
SE
p
N
5,464
2,507
1,023
0,17
6
1,127
0,867
0,354
atas, berupa rata-rata dan standar deviasi pengukuran

pertama dan pengukuran kedua. Rata-rata pengukuran pertama adalah 5,464
dengan SD = 2,507. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata dalah 1,127 dengan
SD = 0,867.
Uji T berpasangan, terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran
pertama dan kedua adalah = 4,33 dengan SD = 3,04. Didapatkan p = 0,17 (sig 2

Universitas Sumatera Utara

51

tailed), maka dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan terhadap makanan
antara pengukuran dengan dibiarkan dalam keadaan terbuka dan tertutup.
4.4

Karakteristik Pedagang

4.4.1

Data Umum

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pedagang
No
Karakteristik Responden
Jumlah
%
Umur
1.
29 tahun
1
8.3
2.
30 tahun
1
8.3
3.
31 tahun
1
8.3
4.
33 tahun
1
8.3
5.
34 tahun
1
8.3
6.
40 tahun
4
33.3
7.
45 tahun
1
8.3
8.
55 tahun
1
8.3
Lama Berdagang Setiap Hari
1.
8 jam per hari
4
33.3
2.
> 8 jam per hari
8
66.7
Alasan
Memilih
Lokasi
Berdagang
1.
Strategis atau mudah diliat calon
12
100.0
pembeli
Sumber Siput Langkitang
1.
Pasar Tradisional
12
100.0
Lama Proses Perebusan
1.
30 Menit
5
41.6
2.
> 30 Menit
7
58.4
Frekuensi
Penggantian
Air
dalam Proses Pencucian Siput
Langkitang
1.
5 kali
2
16.7
2.
6 kali
3
25.0
3.
7 kali
3
25.0
4.
8 kali
2
16.7
5.
9 kali
1
8.3
6.
10 kali
1
8.3
Total
12
100

Universitas Sumatera Utara

52

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa responden yang lebih
banyak diwawancarai berada pada umur 40 tahun yaitu sebanyak 4 orang (33.3%).
Sebagian besar responden berjualan selama > 8 jam per hari yaitu sebanyak 8
orang (66.7%). Seluruh responden memilih lokasi berdagang karena strategis atau
mudah diliat oleh calon pembeli. Untuk sumber siput langkitang seluruh
responden menjawab siput langkitang berasal dari pasar tradisional. Distribusi
responden berdasarkan lama proses perebusan siput langkitang sebagian besar
merebus siput langkitang selama > 30 menit yaitu sebanyak 7 orang (58.4).
Frekuensi penggantian air dalam proses pencucian siput langkitang paling banyak
adalah 6 kali dan 7 kali (25%).
4.4.2 Perilaku Pedagang
A.

Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur dengan 14 pertanyaan mengenai perilaku

pedagang terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus ater) yang dijual di
Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017.
Tabel 4.7

No
1.

2.

3.

4.

Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Pengolahan
Terhadap Siput Langkitang

Pertanyaan
Pengertian Timbal (Pb)

n

%

a. Logam berat yang beracun
b. Tidak Tahu
Ada logam berat timbal yang dapat masuk ke dalam
siput langkitang

3
9

25.0
75.0

a. Ada
b. Tidak Ada
c. Tidak tahu
Sumber Timbal Berasal
a. Asap Kendaraan Bermotor
c. Tidak tahu

1
1
10

8.3
8.3
83.3

1
11

8.3
97.3

Timbal Berbahaya Bagi Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

53

a.
c.
5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Ya
Tidak tahu

Dampak dari Bahaya Timbal Bagi Kesehatan
b. Gangguan sistem syaraf, hipertensi sampai kanker
c.
Tidak tahu
Jarak Berjualan dari Jalan Raya
a.
Lebih dari 100 meter
b.
Kurang dari 100 meter
c.
Tidak tahu
Timbal dari Asap Kendaraan Bermotor dapat
Mencemari Makanan
a. Ya, karena salah satu sumber timbal berasal dari asap
kendaraan bermotor
b. Tidak
c. Tidak tahu
Lokasi Berjualan yang Memenuhi Syarat
a. Jauh dari sumber pencemar, tersedia tempat air
bersih
b. Yang sering dilalui oleh pembeli
c. Tidak tahu
Mencegah Siput Langkitang dari Bahan Pencemar
a. Mencuci dan merebus siput langkitang
dengan baik
b. Menggunakan penutup pada wadah
c. Tidak tahu
Peralatan Masak yang Memenuhi Syarat
a. Masih baru, berwarna cerah, mudah dibersihkan
b. Permukaan alat tidak cacat, mudah dibersihkan, saat
kontak dengan makanan tidak mengeluarkan logam
berbahaya
Waktu yang dibutuhkan untuk Merebus Siput
Langkitang
a. Lebih dari 30 menit
b. Kurang dari 30 menit
c. Tidak tahu
Air yang Baik digunakan untuk Mencuci Siput
Langkitang
a. Air tergenang dalam ember
b. Air yang mengalir
Mengonsumsi Makanan Olahan Tercemar sama
dengan Menggunakan Timbal
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Mengkonsumsi Siput Langkitang yang Tercemar
Timbal dalam Jangka Waktu yang Lama Dapat
Membahayakan Kesehatan
a. Tidak
b. Ya
c. Tidak tahu
Total

3
9

25.0
75.0

4

33.3

8

66.7

8
2
2

66.7
16.7
16.7

8

66.7

2
2

16.7
16.7

9

75.0

2
1

16.7
8.3

9

75.0

2
1

16.7
8.3

1
11

8.3
91.7

10
1
1

83.3
8.3
8.3

4
8

33.3
66.7

7
2
3

58.3
16.7
25.0

1
7
4
12

8.3
58.3
33.3
100.0

Universitas Sumatera Utara

54

Berdasarkan data di atas, sebagian besar responden telah mengetahui cara mencegah
siput langkitang dari bahan pencemar adalah dengan mencuci dan merebus
dengan baik. Hampir seluruh responden tidak mengetahui dampak timbal (Pb)
bagi kesehatan. Padahal timbal (Pb) memiliki dampak yang berbahaya apabila
dikonsumsi secara terus-menerus. Responden mengetahui bahwa peralatan
masak yang memenuhi syarat adalah permukaan alat tidak cacat, mudah
dibersihkan, saat kontak dengan makanan tidak mengeluarkan logam berbahaya.
A. Sikap
Sikap responden diukur dengan 8 pertanyaan mengenai perilaku pedagang
terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus ater) yang dijual di Kelurahan
Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017.
Tabel 4.8

No

1.

2.

3.

Distribusi Sikap Responden Mengenai Pengolahan Terhadap
Siput Langkitang

Pertanyaan
n
Jarak
tempat
berdagang siput
langkitang
hendaknya jauh 5
dari
sumber
pencemar yaitu
100 m
Tempat
berdagang
dekat dengan
kepadatan lalu 0
lintas
kendaraan
bermotor
Wadah
3
Penyimpanan
hasil
olahan

%

n

%

n

%

n

%

Sangat
Tidak
Setuju
n
%

41.7

7

58.3

0

0

0

0

0

0

0

0

0

7

58.3

5

41.3

0

0

25.0

9

75.0

0

0

0

0

0

0

Sangat
Setuju

Kurang
Setuju

Setuju

Tidak
Setuju

Universitas Sumatera Utara

55

4.

5.

6.

7.

8.

siput langkitang
hendaknya
diberi penutup
untuk
mengurangi
pencemaran
Tidak
menggunakan
wajan
yang
terbuat
dari
alumunium
Siput langkitang
yang
telah
diolah
pada
wadah
yang
dibiarkan
terbuka lebar
dapat
mudah
tercemar
Merebus siput
langkitang
hendaknya
dilakukan
selama ≥ 30
menit
untuk
menurunkan
kadar timbal
Mencuci
siput
langkitang
menggunakan
air mengalir
Mencuci
siput
langkitang
hendaknya
dengan
jeruk
nipis
untuk
menurunkan
kadar timbal
Total

3

25.0

9

75.0

0

0

0

0

0

0

1

8.3

11

91.7

0

0

0

0

0

0

3

25.0

9

75.0

0

0

0

0

0

0

2

16.7

10

83.3

0

0

0

0

0

0

0

0

11

91.7

1

0

0

0

0

0

12

Berdasarkan data di atas, sebagian besar responden setuju jika jarak tempat
berdagang siput langkitang hendaknya jauh dari sumber pencemar yaitu 100 m.
Responden juga setuju wadah Penyimpanan hasil olahan siput langkitang
hendaknya diberi penutup untuk mengurangi pencemaran. Responden setuju

Universitas Sumatera Utara

56

apabila merebus siput langkitang hendaknya dilakukan selama ≥ 30 menit untuk
menurunkan kadar timbal (Pb).
B. Tindakan
Tindakan responden diukur dengan 6 pertanyaan mengenai perilaku
pedagang terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus ater) yang dijual di
Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017.
Tabel 4.9

Distribusi Tindakan Responden
Terhadap Siput Langkitang
Pertanyaan

1.

2.

3.
4.
5.
6.

Jarak tempat berdagang siput langkitang
7
jauh dari kepadatan lalu lintas kendaraan
bermotor yaitu ≥ 100 m
Wadah penyimpanan hasil olahan siput 12
langkitang
diberi
penutup
untuk
mengurangi pencemaran asap kendaraan
bermotor
Tidak menggunakan wajan yang terbuat 4
dari aluminium
Merebus siput langkitang dilakukan ≥ 30 menit 12
untuk menurunkan kadar
Mencuci siput langkitang menggunakan air 5
mengalir
Mencuci siput langkitang dengan jeruk nipis 3

untuk menurunkan kadar timbal
Total

Mengenai

Pengolahan

Ya

Tidak

58.3

5

41.7

100

0

0

33.3

8

66.7

100

0

0

41.7

7

58.3

25.0

9

75.0

12

Berdasarkan data di atas, seluruh responden menggunakan wadah
penyimpanan hasil olahan siput langkitang yang matang diberi penutup untuk
mengurangi pencemaran asap kendaraan bermotor. Namun sebagian dari
pedagang masih berjualan pada jarak yang dekat dengan jalan raya. Padahal jarak
berjualan yang benar adalah jauh dari kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor
yaitu ≥ 100 m. Sebagian responden masih menggunakan wajan yang terbuat dari
aluminium dalam proses memasak siput langkitang.

Universitas Sumatera Utara

57

Penilaian tingkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dilakukan dengan
menghitung jumlah total skor jawaban responden. Berdasarkan skoring terhadap
pengetahuan, sikap dan tindakan responden mengenai analisis kadar timbal (Pb)
dan perilaku pedagang terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus ater) yang
dijual di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun
2017.
Tabel 4.10

No.
1
2
3

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan Mengenai Pengolahan Terhadap Siput
Langkitang
Kategori

Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Total

Baik
n
0
4
4

Tidak Baik
n
%
12
100.0
8
66.7
8
66.7

%
0
33.3
33.7
12

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden
paling banyak pada tingkat tidak baik yaitu berjumlah 12 orang (100%). Pada
kategori sikap diketahui bahwa sikap responden paling banyak pada tidak baik
yaitu berjumlah 8 orang (66.7%). Dan pada kategori tindakan responden paling
banyak pada tingkat tidak baik yaitu berjumlah 8 orang (66.7%).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Sebelum dan Sesudah dimasak
pada Siput Langkitang
Pemeriksaan awal kadar timbal (Pb) dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di UPTD Laboratorium Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat dan menunjukkan adanya timbal (Pb) pada sampel siput
langkitang. SNI 7387-2009 menyebutkan bahwa batas maksimum cemaran timbal
(Pb) yaitu sebesar 1,5 mg/kg (ppm). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sampel
siput langkitang yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.
Pada siput langkitang sebelum dimasak sampel dengan kadar tertinggi
terdapat pada sampel 11 dengan kadar timbal sebesar 5,047 mg/kg. Menurut
Hutagalung (2001) logam berat secara alami memiliki konsentrasi yang rendah
pada perairan. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah
masukan limbah logam berat ke perairan.
Konsentrasi logam berat Pb pada siput langkitang (Faunus ater)
cenderung memiliki konsentrasi yang besar. Dimana konsentrasi Pb pada siput
langkitang yang terbesar adalah 5,047 mg/kg, sedangkan batas maksimum
cemaran kadar timbal pada Gastropoda yang ditetapkan oleh SNI (2008) yaitu
sebesar 1,5 mg/kg. Tingginyaa kadar timbal pada siput langkitang di dukung oleh
penelitian Saenab (2013) bahwa kadar timbal pada siput langkitang di Desa
Maroneng Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang rata-rata 1,82 mg/kg yang

58

Universitas Sumatera Utara

59

artinya telah melampaui ambang batas yang diperkenankan oleh SNI yaitu sebesar
1,5 mg/kg.
Setelah dimasak kadar timbal (Pb) pada beberapa sampel mengalami
penurunan tapi hanya sedikit saja dan beberapa lagi malah terjadi peningkatan.
Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh perilaku dari pedagang yang melakukan
perebusan yang tidak sesuai. Walaupun mengalami penurunan kadar timbal tapi
tetap saja di atas batas maksimum yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 1,5 mg/kg.
Pada sampel 1 terlihat ketika siput langkitang masih mentah kadar
timbalnya sebesar 2,563 mg/kg, setelah dilakukan proses pemasakan kadar timbal
naik menjadi 2,797 mg/kg. Hal ini bisa diakibatkan karena penggunaan kuali yang
terbuat dari aluminium yang mengakibatkan kadar timbal menjadi naik, karena
kuali yang terbuat dari aluminium dilapisi oleh timbal (Pb) peneliti berasumsi
bahwa selama perebusan timbal yang terdapat pada kuali terkikis oleh spatula saat
memasak maka timbal tersebut tercampur kedalam masakan tersebut. Selain itu,
proses perebusan siput langkitang juga bisa menjadi faktor tingginya

kadar

timbal. Perebusan dengan waktu yang singkat juga dapat mempengaruhi kadar
timbal. Para pedagang berasalan bahwa perebusan terlalu lama akan membuat
tekstur dari siput langkitang tersebut tidak kenyal dan akan cenderung lembek.
Hal ini akan mengurangi penjualan karena para pembeli lebih suka dengan tekstur
siput langkitang yang masih kenyal. Pedagang cenderung merebus siput
langkitang dengan melihat apakah air sudah mendidih atau belum. Namun
terdapat juga sampel yang mengalami penurunan pada kadar timbal. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

60

sejalan dengan hasil penelitian dari Sari (2014) dimana perebusan selama 30
menit dapat menunjukkan penurunan kadar timbal sebesar 31,86%.
Banyaknya sampel yang tidak memenuhi syarat mempunyai dampak yang
buruk bagi kesehatan. Tingginya kadar timbal yang masuk dalam tubuh manusia
dapat mengakibatkan toksisitas. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Aryanti (2013) bahwa kadar asupan maksimal timbal (Pb) adalah sebesar 50
mg/kg berat badan setiap harinya. Apabila tubuh mengalami keterpaparan timbal
(Pb) lebih dari batas penggunaan maksimum yang sudah diperoleh tersebut, maka
akan muncul gejala seperti wajah pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia
dan sering terlihat garis biru pada gusi di atas gigi. Pada pemeriksaan psikologis
dan neuropsikologis ditemukan gejala berkurangnya kemampuan sistem memori,
konsentrasi menurun, sulit berbicara dan gangguan saraf lainnya. Dampak lebih
lanjut dari keterpaparan timbal berlebih adalah gangguan sistem sintesa
hemoglobin (Hb) yang mengakibatkan anemia serta gangguan pada organ
reproduksi seperti keguguran pada janin pada wanita hamil dan menurunkan
bahkan meningkatkan jumlah sperma secara abnormal pada pria.
5.2

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang
Terbuka
Pada hasil pemeriksaan siput langkitang terbuka didapatkan hasil yang

tinggi. Berdasarkan pemeriksaan di UPTD Laboratorium Kesehatan Sumatera
Barat yang menunjukkan adanya timbal (Pb) pada setiap sampel dengan kadar
diatas batas maksimum seperti yang telah ditetapkan SNI. Kadar tertinggi
ditemukan pada sampel 2 dengan kadar sebesar 9,011 mg/kg dan terendah pada
sampel 5 dengan kadar sebesar 2,798 mg/kg.

Universitas Sumatera Utara

61

Faktor tingginya kadar timbal (Pb) adalah karena siput langkitang tidak
menggunakan wadah penutup sehingga timbal yang terdapat pada asap kendaraan
bermotor dengan mudahnya masuk ke dalam siput langkitang tersebut.
Pengambilan sampel dilakukan dari jam 16.00-18.00 WIB dengan alasan waktu
tersebut merupakan waktu dimana lalu lintas kendaraan sedang padat dan
merupakan jam sibuk sehingga jumlah partikel timbal di udara juga banyak. Pada
jam tersebut masyarakat banyak datang untuk membeli siput langkitang dan
duduk di tepi pantai sambil menikmati pemandangan. Siput langkitang yang ada
dibiarkan terbuka dari jam 16.00-18.00 WIB untuk mengetahui kadar timbal yang
terdapat pada siput langkitang tersebut.
Tingginya kadar timbal pada siput langkitang terbuka sejalan dengan
penelitian Marbun (2010) yang menyebutkan terjadi peningkatan kadar timbal
pada semua gorengan bakwan pada waktu sesaat setelah diangkat dari kuali
penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan hingga
enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan.
Semakin lama makanan tersebut terpapar oleh asap kendaraan bermotor
maka akan semakin banyak timbal (Pb) yang dikandung makanan tersebut. Hal ini
sesuai dengan penelitian Yulianti (2005) diperoleh hasil bahwa ada pengaruh lama
waktu pajanan terhadap timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di depan
Java Supermall Peterongan Semarang.
Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa timbal yang berasal dari bahan bakar
mengandung timbal yang merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan
daratan. Menurut Perkins (1998) sekitar 75% timbal dalam bensin diemisikan

Universitas Sumatera Utara

62

dalam bentuk partikel, sedangkan 25% lainnya akan berada dalam kendaraan
(saringan asap). Dari 75% timbal yang diemisikan itu dari kendaraan bermotor
tersebut, sekitar 40% jatuh pada jarak dekat, 8% jatuh pada jarak agak jauh, 24%
jatuh pada jarak jauh dan 3% tidak dapat diukur.
Lokasi berjualan yang terlalu dekat dengan jalan raya dan parkir
kendaraan bermotor juga sangat mempengaruhi kadar timbal (Pb) pada makanan
jajanan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Karmila (2004) yaitu untuk mengetahui kandungan timbal pada beras yang
ditanam di pinggir jalan. Hasilnya menunjukkan bahwa seluruhnya positif
mengandung timbal dan semakin jauh jarak padi dari jalan raya semakin sedikit
kandungan timbal (Pb) nya.
Pengambilan sampel dari pedagang siput langkitang yang berjualan di
pinggir jalan menjadikan emisi dari asap kendaraan bermotor sebagai faktor
utama sumber polusi timbal (Pb). Menurut Parsa (2001) dalam Antari (2007),
polusi timbal (Pb) di kawasan jalan raya dan perkotaan sangat tergantung pada
kecepatan lalu lintas, jarak terhadap jalan raya, arah dan kecepatan angin, cara
mengendarai dan kecepatan kendaraan.
5.3

Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Siput Langkitang
Tertutup
Kadar timbal pada sampel siput langkitang yang tertutup memiliki kadar

timbal rata-rata dibawah ambang batas. Kadar timbal pada sampel siput
langkitang tertutup adalah berkisar dari 0,171 mg/kg – 2,755 mg/kg.
Kadar timbal pada sampel 1 memiliki kadar terendah ssebesar 0,171
mg/kg. Hal yang mungkin membuat rendahnya kadar timbal pada sampel tersebut

Universitas Sumatera Utara

63

adalah karena wadah penutup nya cukup efektif untuk mengurangi cemaran
sejalan dengan penelitian Siburian (2016) dimana kadar timbal pada minyak
goreng yang memakai penutup pada wajannya memiliki kadar yang terendah.
Kadar timbal pada sampel 4 merupakan kadar tertinggi diantara semuanya
dengan kadar sebesar 2,755 mg/kg. Tingginya kadar timbal pada sampel yang
telah ditutup dengan wadah bisa diakibatkan karena penutup pada wadah kurang
efektif dalam menghalangi bahan pencemar masuk ke dalam siput langkitang.
Sehingga bahan pencemar tetap dapat masuk kedalam siput langkitang.
Penggunaan penutup pada wadah merupakan hal yang penting untuk
mengurangi siput langkitang dari bahan pencemar seperti timbal yang berasal dari
kendaraan bermotor karena timbal banyak terdapat pada asap kendaraan bermotor.
Jarak pedagang yang dekat dengan jalan raya juga mendukung penggunaan
penutup pada wadah tempat siput langkitang disajikan.
5.4

Karakteristik Pedagang

5.4.1

Data Umum
Data umum pada kuesioner adalah data yang berisi kondisi-kondisi yang

bisa saja terkait dengan tinggi rendahnya kadar timbal pada siput langkitang. Hasil
menunjukkan bahwa seluruh responden pedagang menjajakan dagangannya tepat
di pinggir jalan raya yang ramai akan lalu lalang kendaraan bermotor dengan
alasan lokasi tersebut sangat strategis, ramai dilalui, mudah dijangkau oleh calon
pembeli dan tentunya menjadi kondisi yang bagus untuk mendatangkan
keuntungan bagi mereka. Seluruh responden mengakui bahwa mereka membeli

Universitas Sumatera Utara

64

siput langkitang dari pasar tradisional karena hanya di pasar tradisional terdapat
penjual siput langkitang tersebut.
Selanjutnya, rata-rata lamanya mereka berdagang setiap hari adalah lebih
atau sama dengan 8 jam per hari dengan rentang waktu dari pukul 14.00 WIB
hingga 23.00 WIB. Rentang waktu ini sangat tepat bagi mereka, di mana pada saat
itu merupakan jam pembeli mulai berdatangan dan alasan lain adalah mereka
harus menghabiskan dagangan yang dimasak selama satu hari tersebut. Untuk hal
perebusan siput langkitang, rata-rata lama perebusannya adalah lebih dari 30
menit tapi terkadang mereka juga mengatakan merebus siput langkitang hanya
sampai air rebusan tersebut mendidih. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga
kualitas daging siput agar tetap baik.
Seluruh responden juga melakukan pencucian selama lebih dari 7 kali
untuk memastikan siput langkitang benar-benar bersih dari lumpur-lumpur yang
terdapat pada siput langkitang tersebut. Ketika ditanyakan mengenai dampak
kesehatan yang timbul akibat mengonsumsi siput langkitang yang mengandung
timbal seluruh responden menjawab tidak tahu.
5.4.2

Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pedagang memiliki skor

yang hampir sama tentang pengolahan siput langkitang yaitu 15 (53,3%) dari total
minimal adalah 21 (75%), sehingga dapat dikatakan pengetahuannya tidak baik.
Secara rinci seluruh responden tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan
timbal , apakah timbal dapat masuk ke dalam siput langkitang, serta sumber dari
timbal itu sendiri dan bahaya timbal bagi kesehatan. Merekapun jarang

Universitas Sumatera Utara

65

mendengar kata timbal. Padahal timbal merupakan salah satu partikel pencemar.
Sejalan dengan Wardhana (2001) bahwa terjadinya pencemaran udara karena
adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara, dimana timbal (Pb) adalah
salah satu partikel polutan pencemar.
Namun demikian, seluruh responden mengetahui bahwa cara mencegah
siput langkitang dari bahan pencemar seperti timbal dengan cara mencuci dan
merebus siput langkitang dengan baik. Mereka juga mengetahui bahwa waktu
yang dibutuhkan untuk merebus siput langkitang adalah ≥ 30 menit, tanpa
mengetahui bahwa perebusan siput langkitang selama ≥ 30 menit tersebut dapat
menimbulkan kadar timbal pada siput langkitang tersebut.
Seluruh pedagang juga mengetahui lokasi berdagang yang baik itu ≥ 100
m. Namun pada kondisinya lokasi berdagang siput langkitang < 100 m. Lokasi
berdagang yang berada dekat dengan jalan raya merupakan salah satu faktor
resiko tercemar oleh timbal. Hal ini dikarenakan banyaknya volume kendaraan
bermotor menyumbang polusi udara sebesar 60-70%. Sehingga pada prinsipnya
baik pedagang maupun dagangan siput langkitang sebenarnya berada pada
kawasan resiko terpapar asap yang mengandung timbal (Pb) setiap harinya.
Pengetahuan tentang pengolahan siput langkitang tidak terlepas dari
informasi yang diterima responden. Informasi yang didapat dari pendidikan
formal, pengalaman sendiri atau orang lain, maupun dari berbagai media
informasi yang disediakan. Hal ini sejalan dengan teori Achmadi (2014) bahwa
faktor eksternal yang dapat memengaruhi pengetahuan yaitu faktor dari luar diri,
misalnya keluarga, masyarakat dan sarana.

Universitas Sumatera Utara

66

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Kaitannya dengan pengetahuan pedagang adalah sejauh mana para pedagang
mengetahui ataupun memperoleh informasi

mengenai

pengolahan siput

langkitang. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh pada tindakan yang akan
dilakukan, karenanya menurut Green (1980) yang dikutip dari Notoatmodjo
(2003) bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk
terjadinya perilaku.
5.4.3

Sikap
Seluruh pedagang menunjukkan sikap bagus karena setuju bila lokasi

penjualan siput langkitang harus bebas dari pencemaran dengan jarak ≥ 100 m.
Hal di atas turut meminimalisir cemaran timbal bila dilaksanakan dengan baik.
Seluruh pedagang juga kurang setuju dengan jarak tempat berdagang mereka
dekat dengan kepadatan lalu lintas.
Untuk penggunaan penutup pada wadah penyimpanan hasil olahan dari
siput langkitang seluruh pedagang menyatakan sikap setuju terhadap hal tersebut.
Alasan mereka adalah untuk melindungi siput langkitang dari debu-debu yang
ada. Dari sini kita bisa melihat bahwa mereka sudah tahu bahwa penggunaan
penutup wadah pada dagangannya adalah baik.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus atau
objek (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini sikap pedagang dapat diartikan
sebagai reaksi atau respon tentang setuju/ tidaknya pedagang terhadap beberapa
opsi pertanyaan seputar pencemaran udara oleh timbal (Pb) akibat asap kendaraan

Universitas Sumatera Utara

67

bermotor. Wujud nyata dari sikap ini adalah tindakan, dimana terkadang banyak
sikap yang positif tetapi tidak diikuti dengan tindakan yang diharapkan sesuai
dengan sikap itu tadi.
5.4.4

Tindakan
Dalam hal ini, tindakan merupakan bentuk nyata perilaku pedagang siput

langkitang dalam menghindari makanan olahannya dari cemaran timbal (Pb).
Tindakan yang sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi makanan akan beresiko
lebih kecil tercemar polutan baik dari udara, air maupun penjamah itu sendiri.
Tindakan ini juga merupakan penentu akhir besar-kecilnya kadar timbal yang
terkandung dalam siput langkitang yang dijual oleh para pedagang tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden membuka usaha
dagangannya dipinggir jalan raya dengan alasan banyak calon pembeli yang dapat
melihat serta membelinya. Hampir seluruh responden mencuci siput langkitang
dengan air yang ada pada ember dengan alasan penghematan penggunaan air.
Padahal seharusnya pencucian siput langkitang dilakukan dengan menggunakan
air mengalir.
Berdasarkan hasil yang menunjukkan bahwa semua responden memiliki
perilaku yang tidak baik dalam mengolah siput langkitang, sehingga diduga
menjadi penyebab tingginya kadar timbal dalam sampel siput langkitang. Hal ini
didukung oleh lokasi berdagang mereka yang berada tepat dipinggi jalan yang
ramai akan lalu lalang kendaraan bermotor, sehingga cemaran timbal melalui asap
kendaraan bermotor menjadi lebih tinggi pada siput langkitang yang dijual oleh
pedagang siput langkitang.

Universitas Sumatera Utara

68

Para konsumen yang suka jajan di pinggir jalan harus berhati-hati karena
makanan yang tercemar akan merusak kesehatan seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa pengkonsumsian bahan makanan yang tercemar logam berat
oleh konsumen secara terus-menerus akan terakumulasi dalam jaringan tubuh
sehingga lambat laun akan membahayakan kesehatan konsumen itu sendiri.
Mengingat resiko yang ditimbulkan tersebut, maka perlu kiranya
dilakukan upaya pencegahan dan perlindungan terhadap masyarakat akan
pencemaran timbal (Pb) ini. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain
mendukung dan terus melanjutkan program penghapusan bensin bertimbal oleh
pemerintah,

sekaligus

mencari

bahan

alternative

lain

untuk

mengurangi/menghilangkan penggunaan timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan
bermotor. Upaya lain yakni dengan melakukan penanaman pohon di pinggir jalan
yang dapat menyerap timbal (Pb) misalnya pohon mahoni, mangga, akasia dan
lain-lain, untuk mengurangi pemaparan timbal (Pb) pada makanan jajanan.
Penanaman pohon peneduh jalan juga perlu dilakukan. Penelitian Antari, dkk
(2007) membuktikan jenis pohon peneduh seperti Angsana dan Glodogan
memiliki daun berdaya serap tinggi terhadap timbal (Pb). Melakukan pemantauan
rutin terhadap kadar timbal (Pb) di udara dan dalam darah masyarakat yang
beresiko tinggi, seperti para tukang becak, polantas, siswa/i SD, dan lain-lain

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1

Kesimpulan
1. Kandungan timbal (Pb) tertinggi pada siput langkitang yang mentah
adalah 5,074 mg/kg dan terendah adalah 0,617 mg/kg. Dimana batas yang
telah ditetapkan adalah 1,5 mg/kg. Kandungan timbal (Pb) tertinggi pada
siput langkitang yang matang adalah 4,860 mg/kg dan terendah adalah
0,639 mg/kg. Kandungan timbal (Pb) tertinggi pada siput langkitang yang
terbuka adalah 9,011 mg/kg dan terendah adalah 2,798 mg/kg..
Kandungan timbal (Pb) tertinggi pada siput langkitang yang tertutup
adalah 2,755 mg/kg dan terendah adalah 0,171 mg/kg.
2. Berdasarkan hasil kuesioner untuk pengetahuan pedagang terhadap
pengolahan siput langkitang didapatkan hasil bahwa masih kurangnya
pengetahuan pedagang tentang bagaimana mengolah makanan dengan
baik dan benar. Disamping itu masih minimnya pengetahuan pedagang
tentang paparan timbal (Pb) terhadap makanan dari emisi asap kendaraan
bermotor.
3. Berdasarkan hasil kuesioner untuk sikap menunjukkan bahwa hampir
seluruh pedagang memiliki sikap tidak baik dalam pengolahan siput
langkitang.
4. Berdasarkan hasil kuesioner untuk tindakan juga menunjukkan hampir
seluruh pedagang memiliki tindakan yang tidak baik dalam proses
pengolahan siput langkitang.

69

Universitas Sumatera Utara

70

6.2

Saran
1.

Kepada Para Pedagang Siput Langkitang
a. Sebaiknya lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya
menerapkan prinsip hygiene dan sanitasi pengolahan makanan,
agar makanan yang diolah lebih berkualitas dan tidak
membahayakan kesehatan pembeli/konsumen
b. Dalam proses perebusan sebaiknya dilakukan selama > 30
menit karena berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
merebus selama > 30 menit dapat menurunkan kadar timbal
sebesar 30%
c. Dalam proses pencucian sebaiknya dilakukan lebih dari 7 kali
agar timbal yang terdapat pada siput langkitang dapat hilang
saat proses pencucian.

2.

Kepada para konsumen jajanan siput langkitang, sebaiknya harus
lebih selektif dalam memilih jajanan, baik dari segi lokasi berdagang
maupun kesadaran pedagang dalam menerapkan prinsip higiene dan
sanitasi pengolahan siput langkitang tersebut.

3.

Kepada pemerintah setempat, misalnya Dinas Kesehatan Kota
Padang, sebaiknya rutin melakukan sosialisasi tentang potensi bahaya
yang bisa saja mencemari dagangan para pedagang siput langkitang
dan juga membuat peraturan tentang syarat- syarat untuk berjualan
yang benar.

Universitas Sumatera Utara

71

4.

Kepada media informasi, baik cetak maupun elektronik, untuk
meningkatkan penyebarluasan informasi mengenai makanan jajanan
sehat kepada masyarakat umum, khususnya pencemaran akibat timbal
(Pb) ini.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

6 92 87

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Berdasarkan Lama Waktu Pajanan Yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009

14 98 70

PERSEPSI MASYARAKAT NELAYAN TENTANG ANAK PUTUS SEKOLAH ( Studi Kasus: Purus Atas, Pasar Pagi, Kelurahan Rimbo Kaluang, Kecamatan Padang Barat).

0 2 23

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

0 0 16

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

0 0 2

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

0 0 5

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

0 3 29

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

4 8 3

Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Perilaku Pedagang Terhadap Pengolahan Siput Langkitang (Faunus ater) Yang Dijual Di Kelurahan Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun 2017

0 1 29

Analisis Kandungan Logam Berat di Timbal (Pb) pada Langkitang (faunus ater) di Perairan Desa Maroneng Kec. Duampauna Kab. Pinrang - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 97