Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Berdasarkan Lama Waktu Pajanan Yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009

(1)

MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000040

NURAISYAH BETTY MARBUN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb) PADA MAKANAN JAJANAN BERDASARKAN LAMA WAKTU PAJANAN YANG DIJUAL

DI PINGGIR JALAN PASAR I PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehastan Masyarakat

Oleh :

NURAISYAH BETTY MARBUN NIM. 061000040

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb) PADA MAKANAN JAJANAN BERDASARKAN LAMA WAKTU PAJANAN YANG DIJUAL

DI PINGGIR JALAN PASAR I PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NURAISYAH BETTY MARBUN

NIM. 061000040

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 4 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, MKes dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002

Medan, Januari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP . 195310181982032001


(4)

ABSTRAK

Salah satu polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yaitu timbal (Pb). Timbal (Pb) adalah logam berat beracun dan berbahaya yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan dalam keadaan terbuka. Hal ini akan lebih berbahaya lagi apabila makanan tersebut dipajankan dalam waktu yang lama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

Metode penelitian yang digunakan yaitu survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu seluruh sampel mengandung logam berat timbal (Pb). Rata-rata kadar timbal (Pb) sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan yaitu 0.4287 ppm, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan 0.8398 ppm dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan 1.1197 ppm. Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa masih berada dibawah persyaratan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh SK Dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah telah terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual di pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan. Salah satu penyebab peningkatan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut adalah karena makanan tersebut dijual dalam keadaan terbuka/ tanpa penutup. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan kain penutup/ stelling untuk mengurangi kontaminasi logam berat timbal (Pb).


(5)

ABSTRACT

One of the pollutants produced by motor vehicles which is lead (Pb). Lead (Pb) is a toxic heavy metals and dangerous that can be toxic to the environment and have an impact on the entire system in the body. Lead (Pb) can enter the body through the snack foods sold on the roadside in the open. This will be even more dangerous if the food is exposed for a long time.

The purpose of this research was to determine levels of lead (Pb) in snack foods based on exposure time sold lane road Pasar I Padang Bulan Medan in 2009.

The method of research used descriptive survey is to find a picture of lead levels (Pb) in food snacks based on exposure time for sale Pasar I Padang Bulan Medan in 2009.

Results obtained from this research that all the samples contain heavy metals lead (Pb). The average levels of lead (Pb) shortly after removed from the frying pot is 0.4287 ppm, three hours removed from exposure after the frying pot 0.8398 ppm after six hours exposed to elevated from the frying pot 1.1197 ppm. Levels of lead heavy metal (Pb) was examined under the threshold value requirements set by the Director General SK POM No: 03725/B/SK/VII/89 about the maximum limit of metal contamination in food.

The conclusion of this research is to have an increase in levels of lead (Pb) in snack foods based on the exposure time was sold on the roadside Pasar I Padang Bulan Medan. One cause of elevated levels of lead (Pb) in snack foods is because the food is sold in the open / without cover. Therefore, the sheet should be used / Stelling to reduce the contamination of heavy metals lead (Pb).


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuraisyah Betty Marbun Tempat/ Tanggal Lahir : Parbutaran, 28 April 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 8 (delapan) orang

Alamat Rumah : Parbutaran, kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun Riwayat Pendidikan Formal :

1. Tahun 1994 – 2000 : SD INPRES 095217 Parbutaran 2. Tahun 2000 – 2003 : MTs Al- Bayan Parbutaran

3. Tahun 2003 – 2006 : MAN Pematang Bandar, Kerasaan

4. Tahun 2006 – 2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Riwayat Pendidikan Non Formal :

1. Training Keislaman Dasar (TEKAD 4) UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2006 2. Masa Orientasi Pengenalan (MOP) HMI Komisariat FKM USU Tahun 2006 3. Training Studi Islam Intensif (SII) UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2007 4. Latihan Kader I HMI Komisariat FKM USU Tahun 2007

5. Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah UBK SAHIVA USU Tahun 2007 6. Pelatihan Dasar Jurnalistik UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2008

7. Inkubatorsains USU Research Training Tahun 2008

8. Training Of Trainer UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2008

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Dept. Kebendaharaan dan Logistik UKMI Ad-Dakwah USU 2006 2. Anggota Dept. Bidang Eksternal KOHATI HMI Koms FKM USU 2006 3. Wasekum IV UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2007

4. Kadiv. PSDM Lembaja Jurnalistik UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2008 5. Bendahara Inkubator Sains Usu Tahun 2008

6. Anggota Dinas Pendidikan dan Penalaran PEMA FKM USU Tahun 2008 7. Anggota Lembaga Pengelola Latihan UKMI Ad-Dakwah USU Tahun 2009 8. Sekretaris Umum Inkubator Sains USU Tahun 2009


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segenap rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Berdasarkan Lama Waktu Pajanan Yang Dijual di Pinggir Jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan sumbangan pemikiran dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis baik dalam menyempurnakan skripsi ini maupun dalam penulisan karya tulis lainnya. 3. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina MS selaku Dosen Pembimbing II dan juga dosen

penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang juga telah banyak memberikan motivasi dan sumbangan pemikiran terhadap kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pegawai khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan.

5. Dra. Ernawati Apt, selaku Manager Teknis Kimia Lingkungan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara beserta pak Yusuf dan pak Jumari yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Laboratorium Kesehatan Daerah.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda P. Marbun dan Ibunda N. Sibuea serta kakak dan abang (kak Jul, kak Sri, bang Dedi, bang Donal) dan adik-adik (Surya, Yogi, Toto, Rada) yang tersayang yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tidak terputus kepada penulis.

7. Seluruh sanak keluarga, uwak beserta keluarga, incek beserta keluarga, pakcik beserta keluarga, ibu beserta keluarga, bou beserta keluarga, bg hendrik beserta keluarga dan keluarga lainnya yang tidak cukup halaman ini jika disebutkan satu persatu.

8. Sahabat-sahabat penulis, amy yang tegar, ummi H.P yang baik hati, yulia yang pintar dan fizhah yang manja adalah sahabat yang mengetahui penulis


(8)

sangat dekat, terima kasih sudah mengisi hari-hari penulis selama di FKM, kebersamaan kita akan selalu terkenang sepanjang masa dan tak lekang oleh waktu, ‘Teruskan Perjuangan’.

9. Terima Kasih juga penulis ucapkan untuk Bapak Zainal Amidi (papa amy) yang telah banyak memberi bantuan baik dalam penulisan skripsi ini maupun dalam melakukan penulisan karya ilmiah.

10.Sahabat penulis lainnya, wirani, wina, sutra, ningsih dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan kenangan sewaktu melalui masa-masa di Madrasah Aliyah Negeri Pematang Bandar beserta para bapak dan ibu guru.

11.Rekan di dept Kesehatan Lingkungan beserta senioren, Rekan satu kelompok Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas Dalu X yaitu (liza, bella, herlina dan mansur) beserta rekan satu Latihan Kerja Peminatan (LKP) yaitu (azmi, asri, aulia dan hendra), tanpa kalian kuliah penulis tak kan selesai. 12.Seluruh Anggota, Pengurus dan Senioren UKMI Ad-Dakwah USU yang tak

dapat disebutkan satu per satu, sukron katsiron atas ukhuwah islamiyah selama ini, “Menjalin Ukhuwah Menebar Dakwah”.

13.Ucapan terima kasih juga kepada seluruh anggota, pengurus, dan alumni HMI Komisariat FKM USU, jazakumullah atas ilmu yang telah diberi selama ini, “Yakin Usaha Sampai”.

14.Seluruh anggota dan pengurus Inkubator Sains USU, terima kasih atas kerja samanya selama ini baik dalam bidang penulisan karya ilmiah maupun lainnya, “Teruslah Berprestasi”

15.Rekan stambuk 2006, Adik2 stambuk 2007, 2008 dan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2009


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pencemaran Udara ... 8

2.1.1. Pengertian Udara ... 8

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara ... 8

2.1.3. Sumber Pencemaran Udara ... 9

2.2. Polutan Logam Berat di Lingkungan ... 10

2.3. Timbal (Pb) ... 11

2.3.1. Defenisi dan Sifat-sifat Timbal (Pb) ... 11

2.3.2. PenggunaanTimbal (Pb) ... 12

2.3.3. Sumber Pencemaran Timbal (Pb) ... 13

2.3.4. Timbal (Pb) di Lingkungan ... 16

2.3.5. Metabolisme Timbal (Pb) ... 17

2.3.6. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan ... 20

2.3.7. Tanaman Penyerap dan Penjerap Timbal (Pb) ... 22

2.4. Makanan Jajanan ... 23

2.5. Metode Pemeriksaan Timbal (Pb) dengan menggunakan AAS ... 25

2.6. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2. Waktu Penelitian ... 28


(10)

3.4. Mekanisme Pengambilan Sampel ... 28

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5.1 Data Primer ... 29

3.6. Defenisi Operasional ... 30

3.7. Prosedur Kerja Pemeriksaan Timbal (Pb) ... 31

3.8. Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 35

4.2. 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada gorengan Bakwan .... 35

BAB V PEMBAHASAN ... 38

5.1 Kadar Timbal (Pb) pada Makanan Jajanan Jenis Gorengan Bakwan ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Gorengan bakwan ... 36


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kadar Logam Timbal (Pb) pada Gorengan Bakwan ... 36


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Laporan Hasil Analisis Kadar Timbal (Pb) Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(14)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Sampel Gorengan Bakwan dimasukkan dalam Beaker Glass


(15)

Gambar Lampiran 3. Menimbang Sampel yang Sudah Dipanaskan dan Dilakukan Penggerusan


(16)

Gambar Lampiran 5. Pemeriksaan Larutan Sampel Dengan Alat AAS

Gambar Lampiran 6. Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) Dibaca Dengan Menggunakan Sistem Komputer


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 1992).

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat (Wardhana, 2004). Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain (Setiono, 1998).

Salah satu polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yaitu timbal (Pb). Kadar logam berat beracun dan berbahaya seperti timbal (Pb) khususnya di udara,


(18)

saat ini telah mencapai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan, terutama di kota– kota besar dengan intensitas asap kendaraan bermotor yang berbahan bakar bensin cukup padat.

Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), terutama PbBrCl dan PbBrCl2 (Fardiaz, 1992). Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit (Albalak, 2001).

Makanan yang dapat terkontaminasi oleh timbal (Pb) hasil pembakaran bensin adalah makanan yang dijual dipinggir jalan. Makanan yang dijual dipinggir jalan biasanya adalah makanan jajanan. Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat (Mudjajanto, 2005).

Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19 persen pada


(19)

tahun 1996 menjadi 11,37 persen pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21 persen energi dan 16 persen protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5 persen energi dan 4,2 persen protein (Mudjajanto, 2005).

Bedasarkan survai tersebut yang dilakukan di Bursa Kue Subuh di kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat diperoleh Kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berkisar 1,73-4,25 ppm, kadar timbal (Pb) tertinggi terdapat pada kue lapis kanji, sedangkan kadar timbal (Pb) terendah terdapat pada putu ayu dan bolu kukus. Terdapat beberapa jenis makanan jajanan yang kadar timbal (Pb) nya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO dan FAO (2 ppm), yaitu kue tape, kue talam, lapis kanji, dadar gulung, kueku, kue bugis, dan nagasari.

Selain itu, terdapat pula makanan jajanan yang kadar timbal (Pb) nya melebihi ambang batas yang ditentukan oleh Depkes RI (4 ppm), yaitu kue tape, kue talam, dan kue lapis kanji. Cemaran logam timbal (Pb) ini diduga berasal dari sisa pembakaran atau asap kendaraan bermotor. Hal ini karena lokasi jualan kue di Bursa Subuh terletak di pinggir jalan besar, dan sebagian besar di antaranya pada saat jualan tidak ditutup (Mudjajanto, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan kota Medan di dapat hasil dari 12 sampel ternyata 11 diantaranya mengandung timbal (Pb). Kadar yang terbesar pada kue pancong yaitu sebesar 1.0854 ppm dan terendah pada donat 1 yaitu sebesar 0.0000 ppm. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 tersebut berasal dari


(20)

makanan jajanan yang dijual di Pasar USU, Pasar Peringgan dan Pasar Sei Sikambing (Betty, 2008).

Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa masih berada dibawah persyaratan nilai ambang batas yang ditetapan oleh Dirjen POM No: 03725/ B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam jenis makanan jajanan. Walaupun kandungan timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut masih di bawah nilai ambang batas namun harus diwaspadai karena efek toksiknya tidak langsung, tetapi akan berdampak setelah beberapa tahun karena sifatnya yang cenderung terakumulasi pada makhluk hidup. Sifat akumulasi inilah yang menyebabkan efeknya menjadi lebih berbahaya untuk manusia dan dapat menyebabkan kematian.

Tingginya kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan juga dapat dipengaruhi oleh lama waktu makanan jajanan tesebut terpajan oleh bahan pencemar. Berdasarkan penelitian oleh Yulianti tahun 2005 diperoleh hasil bahwa ada pengaruh lama waktu pajanan terhadap timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di depan Java Supermall Peterongan Semarang. Menurut Mukono, lama paparan suatu agen akan mempengaruhi kemampuan agen tersebut dalam memberikan efek yang potensial terhadap satu atau beberapa penyakit.

Simpang Pasar I Padang Bulan adalah daerah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan di pinggir jalan. Di daerah tersebut juga banyak mahasiswa yang kost dan sering membeli makanan jajanan yang dijual di simpang pasar I tersebut. Makanan jajanan yang dijual adalah jenis gorengan yaitu pisang goreng, tahu isi goreng, ubi goreng, tempe goreng dan bakwan dan lain-lain. Para


(21)

penjual menjual dagangan di pinggir jalan yang padat lalu lintas dan dalam keadaan terbuka.

Makanan jajanan tersebut sangat diminati oleh masyarakat yang berada disekitar maupun yang kebetulan lewat daerah tersebut khususnya para mahasiswa. Hal ini karena makanan jajanan tersebut terjangkau baik dalam harga maupun lokasi. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Kendaraan bermotor adalah sumber pencemaran terbesar timbal (Pb) di lingkungan. Timbal (Pb) tersebut akan mencemari lingkungan di sekitarnya, baik udara, tanah, air maupun makanan. Makanan yang dapat terkontaminasi oleh timbal (Pb) adalah makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan. Lama waktu pajanan berpengaruh terhadap kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual dipinggir jalan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah berapa kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009.


(22)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu segera setelah diangkat dari kuali penggorengan.

2. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan.

3. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan berdasarkan lama waktu pajanan yaitu enam jam setelah diangkat dari kuali penggorengan.

4. Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan tersebut apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/1989 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi pada masyarakat mengenai kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan kota Medan.


(23)

2. Sebagai referensi pada masyarakat agar lebih selektif dalam upaya pemilihan makanan jajanan yang akan dikonsumsi.

3. Bagi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di lingkungan hidup dan bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam menyusun kebijakan di bidang pemeliharaan lingkungan dan kesehatan masyarakat.


(24)

2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Pengertian Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.

2.1.2 Pengertian Pencemaran Udara

Menurut ”The Engineers” Joint Council in Air Polution and Its Control, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahwa pencemaran udara diartikan hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau–bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak, dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh–tumbuhan atau binatang maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam


(25)

udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

2.1.3. Sumber Pencemaran Udara

Sumber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu: 1. Sumber alamiah

Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan lain–lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas–gas ( CO dan NO).

2. Sumber buatan manusia

Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar bermacam–macam, antara lain adalah :

a. Pembakaran, Misalnya pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor yang menghasilkan asap, debu, pasir dan gas.

b. Proses peleburan, seperti peleburan baja, pembuatan keramik, soda, semen dan aspal yang menghasilkan debu, asap dan gas.

c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan yang dihasilkan terutama adalah debu.

d. Proses pengolahan, seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, penyamakan dan pengasapan yang menghasilkan asap, debu dan bau.


(26)

f. Proses percobaan atom nuklir yang menghasilkan gas dan debu radioaktif dll.

2.2. Polutan Logam Berat di Lingkungan

Penggunaan logam – logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam – logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz, 1992). .

Pencemaran timbal (Pb) bersumber dari kendaraan bermotor yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk tetra etil lead (TEL) sebanyak 0,42 mg/l sejak 1990. Sebelumnya kadar yang dibubuhkan lebih tinggi lagi. Berbagai penelitian telah dilakukan tentang timbal (Pb) dan korelasi terhadap kepadatan lalu lintas menghasilkan korelasi yang baik sekali dilihat dari kepadatan dan jarak. Pemeriksaan pada humus, akar, batang dan daun teh di daerah Puncak, Bogor dan Kancabali, Bandung memperlihatkan bahwa permukaan humus mengandung timbal (Pb) terbesar dan konsentrasinya berkurang dengan kedalaman tanah. Selanjutnya tinggi konsentrasi secara berurutan didapat pada akar, daun teh dan batang (Rahardjo, 1995 dalam Soemirat 2005).


(27)

2.3. Timbal (Pb)

2.3.1. Definisi dan Sifat – sifat Timbal (Pb)

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 1994).

Timbal (Pb) banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifatnya sebagai berikut (Fardiaz, 1992):

1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.

2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.

3. Sifat kimia timbal (Pb) menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.


(28)

4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan timbal (Pb) yang murni.

5. Densitas timbal (Pb) lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri.

2.3.2. Penggunaan Timbal (Pb)

Menurut Fardiaz (1992) Penggunaan timbal (Pb) terbesar adalah dalam produksi baterei penyimpan untuk mobil, dimana digunakan timbal (Pb) metalik dan komponen-komponennya. Penggunaan lainnya dari timbal (Pb) adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, dan solder. Beberapa produk-produk logam dibuat dari timbal (Pb) murni yang diubah menjadi berbagai bentuk, dan sebahagian besar terbuat dari alloy timbal (Pb). Solder mengandung 50–95% timbal (Pb), sedangkan sisanya adalah timah.

Logam pencetak yang digunakan dalam percetakan terdiri dari timbal (Pb), timah dan antimony, dimana komposisinya pada umumnya terdiri dari 85% timbal (Pb), 12% antimony, dan 3% timah. Peluru timbal (Pb) mengandung 0,1–0,2 % arsenik untuk menambah kekerasannya. Penggunaan timbal (Pb) yang bukan alloy terutama terbatas pada produk-produk yang harus tahan karat. Sebagai contoh pipa timbal (Pb) digunakan untuk pipa-pipa yang akan mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif, lapisan timbal (Pb) digunakan untuk melapisi tempat-tempat cucian yang sering mengalami kontak dengan bahan-bahan korosif, dan timbal (Pb) juga digunakan sebagai pelapis kabel listrik yang akan digunakan di dalam tanah atau di bawah permukaan air.


(29)

Komponen timbal (Pb) juga digunakan sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna. Timbal putih dengan rumus Pb(OH)2.2PbCO3 adalah yang paling banyak digunakan. Timbal merah atau Pb3O4 merupakan bubuk berwarna merah cerah yang digunakan sebagai pewarna cat yang tahan karat. Cat berwarna kuning dapat dibuat dengan menambahkan kuning khrom atau PbCrO4.

Timbal (Pb) juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut Glaze. Glaze adalah lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik. Komponen utama dari keramik adalah silika yang bergabung dengan okside lainnya membentuk silikat kompleks atau gelas. Komponen timbal (Pb) yaitu PbO ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk sifat mengkilap yang tidak dapat dibentuk dengan okside lainnya.

2.3.3. Sumber Pencemaran Timbal (Pb) 1.Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 µg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemuka n di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 µg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut


(30)

Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung timbal (Pb) sekitar 0,07 µg/liter. Kandungan timbal (Pb) dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 µg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 µg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung timbal (Pb), penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 µg/kg berat kering (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

1. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).

2. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

3. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).

4. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.


(31)

5. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).

3. Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli


(32)

dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.3.4. Timbal (Pb) di Lingkungan

Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002): 1. Udara

Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.

2. Air

Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.


(33)

3. Tanah

Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.

4. Batuan

Buni kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.

5. Tumbuhan

Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.

6. Makanan

Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam proses procecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).

2.3.5. Metabolisme Timbal (Pb) a. Absorbsi

Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama


(34)

oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal (Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.).

Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas.

Absorbsi timbal (Pb) melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalam

Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di absorbsi melalui saluran pernapasan akan Ardyanto, D, 2005.). Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan.


(35)

masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994). b. Distribusi dan penyimpanan

Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen, 1994 dalam

c. Ekskresi

Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.

Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.


(36)

Kadar timbal (Pb) dalam urine merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan timbal (Pb) urine dipakai untuk pajanan okupasional (Goldstein & Kippen, 1994 dalam

1. Gangguan neurologi.

Ardyanto, 2005). Pada umumnya ekskresi timbal (Pb) berjalan sangat lambat. Timah hitam waktu paruh di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal (Pb) mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non okupasional.

2.3.6. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.

2. Gangguan terhadap fungsi ginjal.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis. 3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat


(37)

timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.

4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.

Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.

5. Gangguan terhadap sistem syaraf.

Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 µg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala


(38)

yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.3.7. Tanaman Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal (Pb)

Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam mesin kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl lead), yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara. Penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal (Pb) di lingkungan (Sahwan, 1991).

Umasda 1989 dalam

1. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu, ketapang, dan bungur.

Soemarno mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara sbb:

2. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga, cemara gunung, angsana.

3. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu, kersen, kenangakere payung, karet munding, kenari, akasia, dadap (Soemarn


(39)

2.4. Makanan Jajanan

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Makanan yang dimakan bukan hanya harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Kontaminasi atau pencemaran bahan-bahan kimia dalam makanan dapat menyebabkan penyakit (Dewi, 2004).

Kesehatan adalah hal penting yang mutlak harus dimiliki oleh semua orang. Salah satu yang dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah makanan. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak akan terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan yang rusak, memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain, dan berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoadmojo, 2003).

Makanan yang dimakan sehari-hari seharusnya tidak hanya sekedar makanan, tetapi harus mengandung zat-zat yang bergizi sehingga memenuhi fungsinya. Hal ini agar makanan yang kita makan sehari-hari dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan (Almatsier, 2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Janjanan, adalah merupakan hasil pertimbangan bahwa masyarakat perlu


(40)

dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan agar tidak membahayakan kesehatannya.

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman.

Makanan jajanan yang dijajakan harus dalam keadaan terbungkus dan tertutup. Pembungkus yang digunakan dan tutup makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan. Makanan jajanan yang siap disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik, harus diolah kembali sebelum disajikan hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003.

Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran. Pada waktu menjajakan makanan persyaratan harus dipenuhi, dan harus terlindungi dari debu, dan pencemaran. Termasuk dari pencemaran timbal (Pb) yang berasal dari kendaraan bermotor.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan, dapat ditetapkan lokasi tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan. Sentra pedagang makanan jajanan sebagaimana dimaksud lokasinya harus cukup jauh


(41)

dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan pencemaran makanan jajanan seperti pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah, rumah potong hewan, jalan yang ramai dengan arus kecepatan tinggi.

2.5. Metode Pemeriksaan Timbal (Pb) dengan Menggunakan AAS

Untuk mengukur kadar timbal (Pb) pada suatu sampel, digunakan metode Spektropometri Serapan Atom (SSA). Analisa dengan spektrofometri memiliki sistem kerja berdasarkan pengukuran cahaya yang diserap suatu larutan dalam suatu suspensi (Anonimus).

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) merupakan alat yang digunakan untuk analisis logam berat. Prinsip kerja SSA adalah penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengarbsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyak penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu tergantung pada jenis logam (Darmono, 1994).


(42)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut:

Kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan

Tidak Memenuhi

Syarat Memenuhi

Syarat

Pemeriksaan kadar timbal

(Pb)

NAB Dirjen POM 03725/B/SK/1989

Lama waktu pajanan

timbal (Pb) terhadap

gorengan bakwan


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan berdasarkan lama waktu pajanan yang dijual dipinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan Tahun 2009. Pemeriksaan Laboratorium dengan menggunakan metode Spektropometri Serapan Atom (SSA) dilakukan untuk mengetahui kadar timbal (Pb) secara kuantitatif dan kualitatif.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Pasar I Padang Bulan Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi pengambilan sampel adalah:

1. Lokasi tersebut banyak dikunjungi oleh pembeli khususnya anak sekolah dan mahasiswa untuk membeli makanan jajanan jenis gorengan, misalnya gorengan bakwan.

2. Makanan jajanan tersebut dijual di pinggir jalan dan padat lalu lintas kendaraan bermotor yang jaraknya kurang dari satu meter.

3. Makanan jajanan tersebut dijual dalam keadaan terbuka tanpa penutup dan pelapis.

Pemeriksaan kadar timbal (Pb) secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan.


(44)

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Desember Tahun 2009.

3.3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah gorengan jenis bakwan. Gorengan tersebut dijual oleh lima pedagang yang berjualan di pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Medan. Jenis makanan jajanan yang dijual oleh lima pedagang tersebut adalah jenis gorengan yaitu bakwan, pisang goreng, tahu isi goreng, tempe goreng, ubi goreng dan lain – lain. Bakwan adalah salah satu jenis gorengan yang paling diminati oleh para pembeli khususnya pelajar dan mahasiswa.

Pada setiap pedagang diambil tiga sampel yaitu berdasarkan lama waktu pajanan yaitu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Maka jumlah sampelnya adalah 15 jenis gorengan bakwan.

3.4. Mekanisme Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu satuan sampel yang di pilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Notoadmojo, 2005). Pengambilan setiap sampel dilakukan berdasarkan lamanya waktu setelah diangkat dari kuali penggorengan, yaitu:


(45)

- Sampel 1 yaitu diambil sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan yaitu sekitar pukul 12.00 wib lalu dimasukkan kedalam wadah plastik putih yang sudah diberi simbol A1, B1, C1, D1, E1 (berdasarkan urutan pedagang).

- Sampel 2 yaitu diambil tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan yaitu sekitar pukul 15.00 wib lalu dimasukkan kedalam wadah plastik putih yang sudah diberi simbol A2, B2, C2, D2, E2 (berdasarkan urutan pedagang).

- Sampel 3 yaitu diambil enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan yaitu sekitar pukul 18.00 wib lalu dimasukkan kedalam wadah plastik putih yang sudah diberi simbol A3, B3, C3, D3, E3 (berdasarkan pedagang).

Setelah sampel lengkap maka dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan tersebut secara kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 12.00 wib, 15.00 wib dan 18.00 wib. Penentuan waktu pengambilan sampel yaitu pada pukul 12.00 wib karena pada waktu tersebut lalu lintas sangat padat berhubung karena jam istirahat kerja. Pada pukul 18.00 wib juga lalu lintas sangat padat berhubung karena jam pulang kerja dan pada jam tersebut banyak pembeli.


(46)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan hasil pemeriksan sampel di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan terhadap kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan bakwan.

3.6. Defenisi Operasional

1. Lama waktu pajanan makanan jajanan adalah lama waktu makanan jajanan terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan.

2. Lama pajanan 3 jam adalah lama waktu makanan jajanan terpajan yaitu 3 jam setelah diangkat dari kuali penggorengan.

3. Lama pajanan 6 jam adalah lama waktu makanan jajanan terpajan yaitu 6 jam setelah diangkat dari kuali penggorengan..

4. Pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan adalah pemeriksaan di laboratorium dengan metode Spektropometri Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan.

5. Kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan adalah banyaknya timbal (Pb) yang ditemukan pada sampel melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan ppm. 6. NAB adalah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/1989 tentang batas maksimum cemaan logam di dalam makanan.

7. Memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berada di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal


(47)

Pengawasan Obat dan Makanan tahun 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2 ppm.

8. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar timbal (Pb) dalam makanan jajanan berada di atas Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan tahun 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2 ppm.

3.7. Prosedur Kerja Pemeriksaan Timbal (Pb)

Prosedur kerja pemeriksaan timbal (Pb) ini berdasarkan American Society of Testing and Materials (ASTM) part 31 (water) D-3919, yaitu:

I. ALAT-ALAT - AAS - Oven

- Analytical Balance - Hotplate

- Beaker glass 200 ml - Corong

- Labu ukur 100 ml - Washing bottle

- Sieve ( ayakan ) 100 mesh - Cawan porselen


(48)

II. PEREAKSI

- Aqua regia ( HCl : HNO3 = 3 : 1 ) - HCl encer ( 1+ 9 )

- Demin water ( air bebas mineral )

III. PROSEDUR KERJA

- Sample dipanaskan didalam oven pada suhu 105 oC sampai diperkirakan hilang kadar airnya.

- Lakukan penggerusan dan diayak memakai ayakan 100 mesh. - Timbang teliti ±1 gram kedalam cawan porselen

- Tambahkan 25 ml Aqua regia dan panaskan dengan hotplate (jaga jangan memercik) hingga tinggal sepertiganya.

- Tambahkan lagi 25 ml, lanjutkan pemanasan hingga larutan tinggal sepertiganya.

- Tambahkan 10 ml HCl encer dan dinginkan sampai suhu kamar.

- Saring kedalam Labu ukur 100 ml dengan kertas saring no. 42 atau 44.

- Paskan dengan air bebas mineral sampai tanda batas

- Dengan menggunakan 5 standar seri Pb ( 0, 0.5 1.0, 1.5, 2.0 ppm ), lakukan kalibrasi alat AAS


(49)

IV. PERHITUNGAN

Cara perhitungan dapat diketahui berdasarkan American Society of Testing and Materials (ASTM) part 31 (water) D-3919, yaitu:

A x F x 100/1000

Pb, ppm = --- x 106 W x 103

A x F x 100 = ---

W Dimana :

A = Absorbansi sample F = Faktor kalibrasi alat AAS W = berat sample ( gr )

3.8. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan, diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang dikelompokkan berdasarkan waktu pajanan yaitu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Kemudian hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan juga akan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM tahun 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan yaitu 2 ppm.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan dengan luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) ini memiliki beberapa kecamatan, salah satunya adalah kecamatan Medan Baru.

Lokasi pengambilan sampel penelitian yaitu di Pasar I yang terdapat di kelurahan Padang Bulan Medan. Pada pinggiran jalan pasar I Padang Bulan Medan banyak dijumpai pedagang makanan jajanan yang berjualan. Lokasi tersebut cukup dekat kampus dan sekolah-sekolah, sehingga para pembeli jajanan gorengan adalah para pelajar dan mahasiswa. Lokasi Pasar I Padang Bulan Medan adalah daerah yang cukup padat dengan lalu lintas. Kemacetan akan terjadi jika jam istirahat dan pulang kerja.

Gorengan adalah merupakan jajanan yang banyak digemari oleh masyarakat, disamping harganya yang murah memperolehnya juga mudah karena berada di pinggir jalan. Sebenarnya banyak lokasi berjualan makanan jajanan di Kota Medan, misalnya Kesawan Square, Merdeka Walk, Deli River Café dan lain-lain. Akan tetapi, tidak semua lapisan masyarakat dapat menjangkau lokasi tempat jajanan makanan jajanan tersebut. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang berjualan di pinggir jalan karena mereka yakin bahwa dagangan jajanan mereka diminati oleh masyarakat umumnya dan khususnya mahasiswa dan pelajar yang membutuhkan makanan yang siap saji.


(51)

4.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kandungan logam Timbal (Pb) pada gorengan bakwan dilakukan pada saat sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Sampel diambil dari Pasar I Padang Bulan pada pukul 12.00 wib, 15.00 wib dan 18.00 wib. Setelah sampel dimasukkan ke dalam wadah yang telah diberi kode, maka sampel dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara, Medan.

4.2.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Gorengan bakwan

Pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan dengan menggunakan metode Spektropometri Serapan Atom (SSA).

Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Gorengan bakwan sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan


(52)

Bakwan Sesaat setelah diangkat dari kuali (1) Tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali (2) Enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali (3) SK No: 03725/ B/SK/V II/89

1. Sampel A 0.8748 1.0935 1.3122 2 ppm

2. Sampel B 0.3499 1.0060 1.2247 2 ppm

3. Sampel C 0.3937 0.7873 1.2247 2 ppm

4. Sampel D 0.0875 0.2624 0.4374 2 ppm

5. Sampel E 0.4374 1.0498 1.3997 2 ppm

Keterangan :

Ppm : part per million

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

1 2 3

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E

Gambar 1. Kadar Logam Timbal (Pb) pada Gorengan Bakwan

Berdasarkan Tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa ada peningkatan kadar timbal (Pb) pada semua gorengan bakwan sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Akan tetapi kadar tersebut masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh Dirjen POM No:


(53)

03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam jenis makanan jajanan yaitu 2 ppm.

Kadar timbal (Pb) pada sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.0875 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada sampel A yaitu sebesar 0.8748 ppm. Kadar timbal (Pb) tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.2624 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada sampel A yaitu sebesar 1.0935 ppm. Kadar timbal (Pb) enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.4374 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada E yaitu sebesar 1.3997 ppm.


(54)

5.1. Kadar Timbal (Pb) pada Makanan Jajanan Jenis Gorengan Bakwan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) yang ditunjukkan pada tabel 4.1 ternyata dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) pada semua gorengan bakwan pada waktu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Kadar timbal (Pb) terendah terdapat pada sampel D yaitu sebesar 0.0875 ppm, sedangkan kadar timbal (Pb) tertinggi terdapat pada sampel E yaitu enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan sebesar 1.3997 ppm.

Terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) berdasarkan perbedaan waktu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan. Kadar timbal (Pb) pada sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.0875 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada sampel A yaitu sebesar 0.8748 ppm. Kadar timbal (Pb) tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.2624 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada sampel A yaitu sebesar 1.0935 ppm. Kadar timbal (Pb) enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan terendah pada sampel D yaitu sebesar 0.4374 ppm, sedangkan tertinggi terdapat pada E yaitu sebesar 1.3997 ppm.

Pemeriksaan logam berat timbal (Pb) pada gorengan menunjukkan bahwa seluruh sampel gorengan bakwan positif mengandung timbal (Pb). Hal ini dapat


(55)

terjadi karena kontaminasi logam berat timbal (Pb) dapat disebabkan pada saat proses penggorengan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar timbal (Pb) pada gorengan tersebut yaitu, bahan baku yang digunakan, peralatan yang dipakai serta proses penggorengan. Apabila bahan baku yang digunakan sudah mengandung timbal (Pb) maka kemungkinan besar hasil olahan akan mengandung timbal (Pb). Proses penggorengan yang tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi juga akan mempengaruhi kadar timbal (Pb) pada gorengan tersebut.

Kadar logam timbal (Pb) yang diperiksa pada seluruh sampel masih memenuhi syarat atau masih di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh SK Dirjen POM Depkes RI No: 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam jenis makanan jajanan yaitu 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa makanan jajanan masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena besar kadarnya tidak melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), terutama PbBrCl dan PbBrCl2 (Fardiaz, 1995). Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana.


(56)

Penambahan timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi pembakaran bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).

Logam timbal (Pb) yang keluar dari knalpot akan keluar ke lingkungan dan mencemari lingkungan. Lingkungan yang dapat tercemari dapat berupa udara, air, tanah, makanan dan lain-lain. Logam timbal (Pb) yang berada di lingkungan bisa saja membahayakan manusia. Akan tetapi logam tersebut harus memiliki setidaknya satu jalur pemaparan. Jika kita tidak kontak dengan logam timbal (Pb) maka sifat toksik dari logam tersebut tidak akan membahayakan kita. Ada tiga jalur pokok pemaparan yaitu melalui penetrasi kulit/dermal, absorbi melalui paru-paru (inhalasi) dan absorpsi melalui saluran pencernaan (ingesti). Bentuk pemaparan yang paling lazim adalah melalui inhalasi dan dermal, sementara keracunan yang disengaja maupun tidak, paling sering terjadi melalui oral (pencernaan) (Widyastuti, 2005).

Keberadaan pepohonan penyerap timbal (Pb) yang ditanam di pinggir jalan akan mengurangi pencemaran lingkungan akibat timbal (Pb) karena timbal (Pb) tersebut terserap/ terjerap oleh pepohonan. Dengan berkurangnya polutan timbal (Pb) di lingkungan maka pencemaran timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan akan berkurang.

Terdapatnya kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan yang diperiksa yaitu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat


(57)

dari kuali penggorengan dan enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan menunjukkan bahwa gorengan yang dijual di Pasar I tersebut sudah tercemar oleh logam yang berbahaya bagi kesehatan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kadar timbal (Pb) di udara. Menurut Siregar (2005), jumlah timbal (Pb) di udara dipengaruhi oleh volume atau kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan daerah industri, percepatan mesin dan arah angin. Lokasi berjualan para pedagang yang sangat dekat dengan jalan raya yang padat lalu lintas dan hampir tidak ada jarak antara lokasi berjualan dengan tempat parkir kendaraan bermotor dapat menyebabkan makanan jajanan jenis gorengan bakwan tersebut dapat terkontaminasi oleh logam berat timbal (Pb) yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor.

Kondisi barang dagangan yang terbuka dengan menggunakan tampah tanpa memakai penutup lebih memberi kesempatan gorengan tersebut terkontaminasi oleh logam berat timbal (Pb) yang berasal dari kendaraan bermotor. Maka kondisi tersebut berpengaruh terhadap peningkatan kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan seiring dengan bertambahnya waktu pajanan

Peningkatan kadar timbal (Pb) terjadi pada seluruh sampel gorengan bakwan dengan jumlah yang hampir sama. Akan tetapi kadar timbal (Pb) terendah pada sampel D apabila dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal ini dapat terjadi karena lokasi pengambilan sampel D banyak ditanam pepohonan yang cukup tinggi yang menyebabkan logam tersebut akan tertahan pada tanaman di sekitar lokasi berjualan. Tanaman tersebut dapat berfungsi sebagai penjerap ataupun penyerap timbal (Pb).


(58)

keadaan terbuka/ tanpa penutup akan mudah terkontaminasi oleh logam berat timbal (Pb) yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor. Hal ini karena logam timbal (Pb) tersebut dapat menempel pada gorengan bakwan. Penelitian mengenai kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual dibeberapa pasar di Kota Medan oleh Betty 2008 memperoleh hasil bahwa sebagian besar makanan jajanan tersebut mengandung timbal (Pb). Namun penelitian ini tidak membedakan lama waktu pajanan.

Lokasi berjualan yang terlalu dekat dengan jalan raya dan parkir kendaraan bermotor juga sangat mempengaruhi kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Karmila yaitu untuk mengetahui kandungan timbal pada beras yang ditanam di pinggir jalan. Hasilnya menunjukkan bahwa seluruhnya positif mengandung timbal dan semakin jauh jarak padi dari jalan raya semakin sedikit kandungan timbal (Pb) nya. Menurut Mukono, lama paparan suatu agen akan mempengaruhi kemampuan agen tersebut dalam memberikan efek yang potensial terhadap satu atau beberapa penyakit.

Semakin lama makanan tersebut terpapar oleh asap kendaraan bermotor maka akan semakin banyak timbal (Pb) yang dikandung makanan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Yulianti tahun 2005 diperoleh hasil bahwa ada pengaruh lama waktu pajanan terhadap timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di depan Java Supermall Peterongan Semarang.

Apabila terjadi penurunan kadar timbal (Pb) dalam bensin maka kadar timbal (Pb) di udara pun menurun. Bersamaan dengan itu kadar timbal (Pb) dalam darah juga menurun, serta pencemaran lingkungan akibat logam berat timbal (Pb) pun akan


(59)

menurun (Thomas dan Spiro 1997 dalam

Banyak gangguan kesehatan yang dapat diakibatkan oleh timbal (Pb). Timbal merupakan racun yang bersifat kumulatif. Sekitar 90% dari timbal (Pb) yang terkumpul dalam tubuh masuk ke dalam tulang, dari tulang timbal (Pb) dapaat diremobilisasi lagi dan masuk ke dalam peredaran darah. Timbal (Pb) terikat dengan

Setiono 1998). Maka pengurangan kadar timbal (Pb) merupakan salah satu cara mengurangi emisi timbal (Pb) di lingkungan. Akan lebih baik jika ada alternatif yang dapat menggantikan fungsi timbal (Pb) sehingga timbal (Pb) yang berada di udara dapat diminimalkan.

Sesuai dengan ketetapan Dirjen POM Depkes RI No: 03725/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam menunjukkan bahwa makanan jajanan gorengan bakwan tersebut masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena besar kadarnya tidak melebihi batas maksimum yang diperbolehkan. Walaupun kandungan timbal (Pb) pada gorengan tersebut masih di bawah nilai ambang batas namun harus diwaspadai karena efek toksiknya tidak langsung terlihat seketika, tetapi akan terlihat setelah beberapa tahun karena sifatnya yang cenderung terakumulasi pada makhluk hidup. Sifat akumulasi inilah yang menyebabkan efeknya menjadi lebih berbahaya untuk manusia dan dapat menyebabkan kematian.

Timbal (Pb) yang tertinggal di dalam tubuh, baik dari udara maupun melalui makanan/minuman, akan mengumpul terutama di dalam skeleton (90-95%). Tulang berfungsi sebagai tempat pengumpulan timbal (Pb) karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+. Timbal (Pb) yang mengumpul di dalam skeleton kemungkinan dapat diremobilisasi ke bagian-bagian tubuh lainnya lama setelah absorbsi awal (Fardiaz, 1992).


(60)

kuat pada banyak jenis senywa, seperti asam amino, haemoglobin, banyak jenis enzim, RNA dan DNA sehingga dapat mengganggu banyak alur metabolisme (Setiono, 1998). Pada wanita hamil yang terpapar, timbal (Pb) yang melewati plasenta wanita hamil tersebut dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), toksisitas dan bahkan kematian (Palar, 1994).

Dengan tercemarnya makanan oleh logam berbahaya timbal (Pb) berarti para konsumen yang suka jajan di pinggir jalan harus berhati-hati karena makanan yang tercemar akan merusak kesehatan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengkonsumsian bahan makanan yang tercemar logam berat oleh konsumen terus-menerus akan terakumulasi dalam jaringan tubuh sehingga lambat laun akan membahayakan kesehatan konsumen itu sendiri.

Bagian masyarakat yang sering mengkonsumsi makanan jajanan gorengan adalah anak-anak sekolah dan mahasiswa yang membutuhkan asupan energi yang lebih dan cepat saji dikarenakan aktivitas mereka yang padat. Kondisi saat ini adalah banyak pedagang makanan jajanan yang berjualan di pinggir jalan raya dekat sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Apabila hal ini dibiarkan secara terus menerus maka anak-anak akan keracunan timbal (Pb) khususnya anak Sekolah Dasar yang merupakan aset bangsa ini.

Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka terhadap toksisitas timbal (Pb) dari pada orang dewasa. Menurut Bolger dkk 1996 dalam Darmono 2001 hal ini karena mereka mengonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap unit berat badannya, absorpsi timbal (Pb) lebih intensif dalam saluran pencernaan dan organ seperti otak, ginjal dan hati masih relatif muda dan masih terus berkembang.


(61)

Salah satu dampak kesehatan yang akan dialami anak-anak yang terpapar timbal (Pb) adalah penurunan IQ, gangguan pertumbuhan, pendengaran, susunan syaraf dan gangguan pembentukan sel darah merah. Menurut studi Bank Dunia pada tahun 1990 biaya kesehatan akibat pencemaran udara oleh timbal (Pb) mencapai US $ 62.400.000. Kerugian IQ pada anak-anak sebanyak 300.000 point/tahun bernilai kerusakan 36,1 juta US $ pertahun (Kusnoputranto, 2008).

Keracunan timbal (Pb) pada orang dewasa kebanyakan terjadi di tempat mereka bekerja. Prevalensi kejadiannya bervariasi untuk setiap jenis pekerjaannya. Gejala yang terlihat adalah penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia dan sering terlihat adanya garis biru tepat di daerah gusi diatas gigi. Pada pemeriksaan psikologi dan neuro psikologi ditemukan adanya gejala sulit mengingat-ingat (sistem memori sangat berkurang), konsentrasi menurun, kurang lancar berbicara, dan gejala syaraf lainnya. Risiko terjadinya toksisitas pada orang dewasa


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kadar timbal (Pb) pada makanan jajanan jenis gorengan berdasarkan lama waktu yaitu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam setelah diangkat dari kuali penggorengan dan enam jam setelah diangkat dari kuali penggorengan maka diperoleh kesimpulan:

1. Kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan pada lima penjual yaitu: 0.8748 ppm, 0.3499 ppm, 0.3937 ppm, 0.0875 ppm dan 0.4374 ppm.

2. Kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan tiga jam setelah diangkat dari kuali penggorengan pada lima penjual yaitu: 1.0935 ppm, 1.0060 ppm, 0.7873 ppm, 0.2624 ppm dan 1.0498 ppm.

3. Kadar timbal (Pb) pada gorengan bakwan enam jam setelah diangkat dari kuali penggorengan pada lima penjual yaitu: 1.3122 ppm, 1.2247 ppm, 1.2247 ppm, 0.4374 ppm dan 1.3997 ppm.

4. Terjadi peningkatan kadar timbal (Pb) pada semua gorengan bakwan pada waktu sesaat setelah diangkat dari kuali penggorengan, tiga jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan hingga enam jam terpajan setelah diangkat dari kuali penggorengan.


(63)

5. Kadar logam timbal (Pb) pada seluruh sampel gorengan bakwan masih dibawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Perlu dilakukan penanaman pohon di pinggir jalan yang dapat menyerap

timbal (Pb) misalnya pohon mahoni, mangga, akasia dan lain-lain, untuk mengurangi pemaparan timbal (Pb) pada makanan jajanan.

2. Kepada pedagang agar lebih memperhatikan prinsip higiene dan sanitasi makanan jajanan, misalnya dengan memakai stelling atau memberikan penutup pada dagangannya agar tidak terkontaminasi oleh polutan.

3. Perlunya pengaturan jarak bagi pedagang makanan yang berjualan di pinggir jalan atau bila perlu dilakukan lokalisasi penjualan makanan jajanan.

4. Kepada pembeli sebaiknya lebih selektif sebelum membeli makanan jajanan di pinggir jalan.

5. Penggantian/ Pengurangan penggunaan timbal (Pb) pada bahan bakar kendaran bermotor guna mengurangi kadar timbal (Pb) yang keluar ke lingkungan.

6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sumber-sumber pencemar timbal (Pb) pada makanan.


(64)

7. Sebaiknya kepada masyarakat agar mengonsumsi kalsium yang cukup untuk menghindari pengumpulan logam berat timbal (Pb) pada skeleton yang dapat berdampak pada kesehatan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. Pengoperasian AAS – 240 FS. PT. Unitama Analitika Perkasa, Jakarta. American Society of Testing and Material (ASTM) part 31 (water) D-3919.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Albalak, Rachel. (2001). Pemaparan Timbal dan Anemia pada Anak-Anak di

Jakarta. Makalah. Diakses tanggal 20 Agustus 2008

Ardyanto, D, 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, VOL. 2, No.1, Juli 2005 : 67 - 76

Betty, N dan Hidayatrissa, U. 2008. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Yang Dijual Di Pinggir Jalan Kota Medan Tahun 2008. Artikel Ilmiah (Kalangan Sendiri).

Darmono. 1994. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. Dewi sari yunita, 2004. Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan pada Sentra

Pedagang Makanan Jajanan Kesawan Square dan Pagarurung Medan Tahun 2004 . Skripsi, Universitas SumateraUtara, Medan.

Fardiaz, S 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Jogjakarta.

Karmila. 2004. Gambaran Jarak Sawah dari Jalan Raya Dengan Kandungan Timbal (Pb) Dalam Beras di Jalan Medan Lubuk Pakam Deli Serdang Tahun 2004. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Dan Sanitasi Makanan Janjanan.

Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Di Dalam Makanan.

Kusnoputranto, H. 1996. Pengantar Toksikologi Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia & Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan.


(66)

Mudjajanto Setyo Eddy. 2005. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional. Artikel.

Diakses tanggal 19 juni 2009.

Mukono, H.J . 2002. Epidemiologi Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,

Jakarta.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

Sahwan, F.L, 1991. Hubungan Antara Kandungan Pb di Udara, Pakan Hijauan dan Air Minum dengan Kandungan Pb pada Air Susu Sapi Perah.

Diakses tanggal 22 Agustus 2008.

Santi, D.N, 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Diakses tanggal 20 Agustus 2008.

Setiono, K, Masjhur, S.J, Alisyahban A. 1998. Manusia, Kesehatan, Dan Lingkungan. Penerbit Alumni, Bandung.

Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman, dan Pengaruhnya pada Manusia. www. library.usu.ac.id. 15 Mei 2008.

Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P, 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan, Vol. 2, No.2. Diakses tanggal 22 Agustus 2008.

Soemarno. 2008. Hutan Kota dan Perlindungan Atmosfer. Artikel. Diakses

tanggal 30 Juli


(67)

Wardana, AW. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta. Widyastuti, 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Yulianti, Etik. 2005. Pengaruh Lama Waktu Pajanan Terhadap Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Yang Dijual Di Depan Java Supermall Peterongan Semarang. Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Diakses tanggal 15 Juni 2009. http://digilib.unnes.ac.id


(68)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Sampel Gorengan Bakwan dimasukkan dalam Beaker Glass


(69)

Gambar Lampiran 3. Menimbang Sampel yang Sudah Dipanaskan dan Dilakukan Penggerusan


(70)

Gambar Lampiran 5. Pemeriksaan Larutan Sampel Dengan Alat AAS

Gambar Lampiran 6. Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) Dibaca Dengan Menggunakan Sistem Komputer


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. Pengoperasian AAS – 240 FS. PT. Unitama Analitika Perkasa, Jakarta.

American Society of Testing and Material (ASTM) part 31 (water) D-3919.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Albalak, Rachel. (2001). Pemaparan Timbal dan Anemia pada Anak-Anak di

Jakarta. Makalah. Diakses tanggal 20 Agustus 2008

Ardyanto, D, 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, VOL. 2, No.1, Juli 2005 : 67 - 76

Betty, N dan Hidayatrissa, U. 2008. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Yang Dijual Di Pinggir Jalan Kota Medan Tahun 2008. Artikel Ilmiah (Kalangan Sendiri).

Darmono. 1994. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. Dewi sari yunita, 2004. Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan pada Sentra

Pedagang Makanan Jajanan Kesawan Square dan Pagarurung Medan Tahun 2004 . Skripsi, Universitas SumateraUtara, Medan.

Fardiaz, S 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius, Jogjakarta.

Karmila. 2004. Gambaran Jarak Sawah dari Jalan Raya Dengan Kandungan Timbal (Pb) Dalam Beras di Jalan Medan Lubuk Pakam Deli Serdang Tahun 2004. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Dan Sanitasi Makanan Janjanan.

Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Di Dalam Makanan.

Kusnoputranto, H. 1996. Pengantar Toksikologi Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia & Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan.


(2)

Mudjajanto Setyo Eddy. 2005. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional. Artikel.

Diakses tanggal 19 juni 2009.

Mukono, H.J . 2002. Epidemiologi Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya.

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,

Jakarta.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Sahwan, F.L, 1991. Hubungan Antara Kandungan Pb di Udara, Pakan Hijauan dan Air Minum dengan Kandungan Pb pada Air Susu Sapi Perah.

Diakses tanggal 22 Agustus 2008.

Santi, D.N, 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Diakses tanggal 20 Agustus 2008.

Setiono, K, Masjhur, S.J, Alisyahban A. 1998. Manusia, Kesehatan, Dan Lingkungan. Penerbit Alumni, Bandung.

Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman, dan Pengaruhnya pada Manusia. www. library.usu.ac.id. 15 Mei 2008.

Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P, 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan, Vol. 2, No.2. Diakses tanggal 22 Agustus 2008.

Soemarno. 2008. Hutan Kota dan Perlindungan Atmosfer. Artikel. Diakses

tanggal 30 Juli


(3)

Wardana, AW. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta. Widyastuti, 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan

Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Yulianti, Etik. 2005. Pengaruh Lama Waktu Pajanan Terhadap Timbal (Pb) Pada Makanan Jajanan Yang Dijual Di Depan Java Supermall Peterongan Semarang. Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Diakses tanggal 15 Juni 2009. http://digilib.unnes.ac.id


(4)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Sampel Gorengan Bakwan dimasukkan dalam Beaker Glass


(5)

Gambar Lampiran 3. Menimbang Sampel yang Sudah Dipanaskan dan Dilakukan Penggerusan


(6)

Gambar Lampiran 5. Pemeriksaan Larutan Sampel Dengan Alat AAS

Gambar Lampiran 6. Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) Dibaca Dengan Menggunakan Sistem Komputer


Dokumen yang terkait

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

6 92 87

Pemeriksaan Cemaran Timbal (Pb) pada Sediaan Lipstik yang beredar di Pasar Ramai Medan secara Spektrofotometri Serapan Atom

11 184 93

Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Beberapa Jenis Ikan Asin Yang Dijual Di Pusat Pasar Kota Medan Tahun 2004

1 37 72

Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran Bayam yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

2 67 52

Pengaruh Waktu Pemaparan Dan Pencucian Terhadap Kadar Logam Pb Pada Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Yang Dijual Di Pinggir Jalan

7 83 109

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

0 0 7

ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb) PADA SAYURAN SELADA DAN KOL YANG DIJUAL DI PASAR KAMPUNG LALANG MEDAN BERDASARKAN JARAK LOKASI BERDAGANG DENGAN JALAN RAYA TAHUN 2015

0 0 13

KARYA TULIS ILMIYAH ANALISA KONTAMINASI TIMBAL (Pb) PADA BUAH ANGGUR YANG DIJUAL DI PINGGIR JALAN BERDASARKAN WAKTU PEMAPARAN DI DAERAH AMPEL SURABAYA

0 0 18

Pengaruh waktu pemaparan terhadap kadar timbal dalam buah pepaya (Carica papaya L.) yang dijual di beberapa pinggir jalan di Yogyakarta - USD Repository

0 0 109