Kecemasan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Terminal Cinta Terakhir Karya Ashadi Siregar: Analisis Psikologi Sastra

BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep
Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.
2.1.1 Novel
Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan
yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang
dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik lisahan dan ragaan yang
menjadi dasar konvensi penulisan (Kamus Istilah Sastra 2007:136). Novel
merupakan salah satu bentuk karangan prosa yang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seorang tokoh dengan tokoh-tokoh di sekelilingnya dengan
menampilkan watak kejiwaan yang dimiliki setiap pelaku. Wujud novel adalah
konsentrasi.Menurut H.B. Jassin (dalam Suroto, 1989:19) novel adalah suatu
suatu karangan prosa yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari
kehidupan tokoh cerita.Dengan demikian, novel hanya menceritakan salah satu
segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan
terjadinya perubahan nasib. Apakah itu segi cintanya, ketamakannya,
kerakusannya, serta keperkasaannya. Tentu di dalam satu segi itu terdapat
beberapa peristiwa kehidupan yang dialami sang tokoh, sehingga ia sampai
mengalami perubahan jalan hidup.


8
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tokoh dan Penokohan
Menurut

Abrams

(dalam

Nurgiyantoro,

1995:165)

tokoh

cerita

merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif. Sedangkan

penokohan ialah watak atau perilaku yang dimiliki tokoh dalam cerita. Istilah
tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap
pertanyaan: “Siapakah tokoh utama dalam novel itu?”.Berbeda dengan
penokohan yakni menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang
ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kulitas pribadi seorang
tokoh.Jones (dalam Nurgiantoro, 1995:165) menyatakan bahwa penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah cerita.
2.1.3 Kecemasan Neurotik
Kecemasan neurotik merupakan kecemasan yang timbul dari alam bawah
sadar ketika menghadapi suatu peristiwa.Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer,
analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan
kepribadian individu. Freud (dalam Minderope, 2011:29) menggunakan istilah
mekanisme pertahanan mengacu pada proses alam bawah sadar seorang yang
mempertahankannya

terhadap

kecemasan.


Freud

membedakan

antara

kecemasan objektif yang merupakan respon realistis ketika seseorang
merasakan bahaya dalam suatu lingkungan.Sedangkan kecemasanneurotik
berasal dari konflik alam bawah sadar dari individu.Tingkah laku menurut

9
Universitas Sumatera Utara

Freud (dalam Minderope 2011:28-29) merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi
dari tiga sistem kepribadian. Ketiga sistem kepribadian tersebut sebagai berikut:
1. Id merupakan reservoir pulsi dan menjadi sumber energi psikis (terletak di
bagian tidak sadar).
2. Ego bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan
larangan superego (terletak di antara alam sadar dan tidak sadar).

3. Superego bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan sempurna pulsipulsi tersebutyang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua
(terletak dibagian sadar dan sebagian lagi dibagian tidak sadar).
Freud (dalam Zaviera 2007:97-98) membedakan tiga bentuk kecemasan,
yakni:
1. Kecemasan realistis merupakan kecemasan yang disebabkan oleh dunia
nyata.
2. Kecemasan neurotikadalah kecemasan yang berada di alam bawah sadar
disebabkan oleh adanya ancaman berupa hukuman.
3. Kecemasan moral ialah kecemasan yang timbul akibat melanggar norma atau
aturan yang berlaku dalam masyarakat.
2.1.4 Psikosastra
Psikosastra adalah suatu telaah karya sastra yang melihat dari segi
kejiwaan yang terjadi pada tokoh pada karya sastra.Endraswara (2008:96)
mengatakan bahwa psikosastra adalah kajian sastra yang memandang karya
sebagai aktivitas kejiwaan. Proses kreatif pembuatan karya sastra akan
menggunakan cipta, rasa dan karya dalam berkarya. Pengarang akanmenangkap
10
Universitas Sumatera Utara

gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya.

Secara psikologis aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang akan diteliti
ketika pengarang menciptakan karya tersebut. Karya sastra merupakan produk
dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi tengah
sadar (subconscious)setelah jelas baru dituangkan dalam bentuk sadar
(conscious). Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses
imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh
pengarang mampu mengungapkan ekspresikejiwaan yang tidak sadar itu ke
dalam sebuah cipta sastra.

2.2 Tinjauan Pustaka
Penerapan penelitian psikologi sastra pernah dilakukan oleh Hutagalung (2001)
dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Pelukisan Mocthar Lubis
demikian sesuai dengan pandangan Freud, bahwa alam bawah sadar adalah sumber
neurosis atau sakit syaraf karena individu mencoba membuang ke daerah ia kenangkenangannya yang ia tidak sukai dan harapan-harapan yang berakhir dengan
kekecewaan. Yang lebih tajam lagi, tampak pada lukisan Guru Isa yang hendak
memeluk istrinya tetapi keinginan itu ia tahan. Di tempat lain, ia akan mengadakan
konfrontasi mengenai cinta dengan istrinya tetapi ia tekan juga perasaannya
(Endraswara, 2008:102).
Musaro (2010) pernah menganalisis“Aspek Kecemasan Tokoh Utama dalam
novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara dalam skripsinya tinjauan: Psikologi


11
Universitas Sumatera Utara

Sastra”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur-unsur struktur yang
membangun novel dan aspek kecemasan tokoh Gambir dalam novel tersebut.
Yuliadi MR dkk (2015), dalam artikelnya menganalisis “Kecemasan Tokoh
Utama dalam novel Layla Majnun dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra”.
Mereka berkesimpulan bahwa gejala-gejala kecemasan tokoh utama dalam novel
Layla Majnun terlihat pada perilaku tokoh yang gelisah, berperilaku liar, mengalami
jiwa yang terguncang, dan bersikap tidak peduli.Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan

tokoh

utama

dalam

novel


Layla

Majnun

adalah

faktor

keluarga.Kecemasan tokoh utama dalam novel Layla Majnun berupa kecemasan
realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral.
Penelitian dalam novel TCTini berupaya menganalisis penyebab kecemasan
yang dialami tokoh utama dan bagaimana bentuk kecemasan neurotik tokoh utama
dengan pendekatan psikologi sastra.

2.3 Landasan Teori
Masalah-masalah kejiwaan tokoh dalam novel dapat berupa konflik, kelainan
perilaku, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih parah. Teori psikoanalisis
menurut Sigmund Freud banyak memberikan kontribusi dan mengilhami pemerhati
psikologi sastra. Dengan pertimbangan bahwa karya sastra yang mengandung aspekaspek kejiwaan yang sangat kaya, maka analisis psikologi sastra perlu. Menurut

Endraswara (dalam Minderope,2011:2) penelitian psikologi sastra memiliki peranan
penting dalam pemahaman karena adanya beberapa kelebihan yakni:

12
Universitas Sumatera Utara

1. Pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan.
2. Pendekatan psikoanalisis dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang
masalah perwatakan yang dikembangkan.
3. Psikoanalisis sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental
dengan masalah psikologis.
Dalam pandangan Wellek dan Waren, dan Hardjana (dalam Endraswara,
2008:98-99) psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian. Pertama,
penelitian terhadap psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Studi ini
cenderung ke arah psikologi seni. Peneliti berusaha manangkap kejiwaan seorang
pengarang pada saat menelorkan karya sastra. Kedua, penelitian proses kreatif dalam
kaitannya dengan kejiwaan. Studi ini berhubungan pula dengan psikologi proses
kreatif. Bagaimana langkah-langkah psikologis ketika mengekspresikan karya sastra
menjadi fokus. Ketiga, penelitian hukum psikologi yang diterapkan pada psikologi
sastra. Dalam kaitan ini, studi dapat diarahkan pada teori-teori psikologi, misalnya

psikoanalisis ke dalam sebuah teks sastra. Asumsi dari kajian ini bahwa pengarang
sering menggunakan teori psikologi tertentu dalam penciptaan. Studi ini yang benarbenar mengangkat teks sastra sebagai wilayah kajian. Keempat, penelitian psikologis
teks sastra pada pembaca. Studi ini lebih cenderung ke arah aspek-aspek pragmatik
psikologis teks sastra terhadap pembacanya.
Penelitian psikologi sastra memang memiliki landasan pijak yang kokoh karena
baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Bedanya, kalau

13
Universitas Sumatera Utara

sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan
psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Ilahi secara nyata. Namun, sifat-sifat
manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan sehingga
analisis psikologi sastra memang tepat dilakukan. Meskipun karya sastra bersifat
kreatif dan imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum-hukum psikologi
untuk menghidupkan karakter tokoh-tokohnya.
MenurutRatna

(dalamMinderope,


2011:54)

adatigacara

yang

dilakukanuntukmemahamihubunganantarapsikologidengansastra, yaitu:
1. Memahamiunsur-unsurkejiwaanpengarangsebagaipenulis.
2. Memahamiunsur-unsurkejiwaanparatokohfiksionaldalamkaryasastra.
3. Memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca.

14
Universitas Sumatera Utara