Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra

(1)

KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL XUEKE

KARYA

CHIUNG YAO BERDASARKAN PSIKOLOGI SASTRA

小说《雪珂》中主角性格形象分析

(xi

ă

o shu

ō

<xu

ě

k

ē

> zh

ō

ng zh

ŭ

jué xìng gé xíng xiàng f

ē

n x

ī

)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

GRACIELLA DOMINICA MEIRIANTY 100710008

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Martha Pardede, M.S

NIP: 19521229 197903 2 001 NIK: 8907 20139 2 002

Sheyra Silvia Siregar, S.S, MTCSOL

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015


(2)

KEPRIBADIAN TOKOH DALAM NOVEL XUEKE

KARYA CHIUNG YAO BERDASARKAN PSIKOLOGI

SASTRA

小说《雪珂》中主角性格形象分析

(

xi

ă

o shu

ō

<xu

ě

k

ē

> zh

ō

ng zh

ŭ

jué xìng gé xíng xiàng f

ē

n

x

ī

)

SKRIPSI

Oleh:

GRACIELLA DOMINICA MEIRIANTY

100710008

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina Ketua,

NIP. 19630109 198803 2 001 Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh negara lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan, 17 Februari 2015

Penulis


(5)

ABSTRACT

The research under the title “Kepribadian Tokoh dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra” focuses on the analysis of characters' personality and the main character's impact of the personality on the ending of story. The main purpose of the research is to describe characters' personality based on psychological approach. The theory used in this research is Hippocrates-Galen theory. This research uses descriptive qualitative method, conducted by using library research. The conclusion of the research are: the main character Xueke has complex character, which is choleric and melancholy type; the second character Gu Yameng or Gao Han has phlegmatic type; the second Luo Zhigang has choleric type; the second character Pangeran Wang has choleric type; the second character Nyonya Besar Wang has not qualified into the type because the personality has not qualified completely; the second character Nyonya Besar Luo has choleric type; the second character Shen Jiashan has phlegmatic type; the melancholy personality that dominate the main character made result in tragedy.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra” sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi di jurusan Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Martha Pardede, M.S, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan kritikan yang membangun penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.


(7)

5. Sheyra Silvia Siregar, S.S, MTCSOL laoshi, selaku dosen pembimbing II saya yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan kritikan yang membangun penulis selama menulis skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi

Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan ini: Julina, MTCSOL laoshi, Sheyla Silvia Siregar, S.S, M.Si laoshi, Niza Ayuningtyas, S.S, MTCSOL laoshi, dan Kak Endang.

7. Seluruh dosen native yang pernah mengajar di Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan kesempatan bagi penulis dalam mengasah kemampuan berbahasa Mandarin: Wu Qiaoping Laoshi, Liu Jinfeng Laoshi, Liang Yunchuan Laoshi, Yu Xueling Laoshi, Chen Shushu Laoshi, Shen Mi Laoshi, Cao Xia Laoshi, Peng Pai Laoshi, dan Yang Yang Laoshi. 8. Orangtua penulis, Jaberkat Purba dan Ns. Asrida Saragih, S.Kep yang tak

pernah letih mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian serta kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

9. Kedua abang saya Daniel Jandi Christovayn, S.T dan Andreas Oktora Ledesma atas kasih sayang dan dukungannya kepada penulis serta menyemangati penulis melalui semangat dan doa.

10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu bersama-sama selama proses perkuliahan hingga pengerjaan skripsi, yang telah membantu memberi saran, kritik, dan semangat melalui canda dan tawa yang menghibur:


(8)

Angelika Surya Veronika, S.S, Anastasia Rianilda Puspita, Devi Atsari, S,S, Jhoy Melvin Sinuhaji, S.S, dan Patricia Jane Sari Purba.

11.Teman-teman angkatan 2010: Ade Danu, Yati, Zura, Paska, Anik, Grace, Amel, Puthau, Jems, Iring, Yangfei, Marno, Devi Menwa, Rizki, Nanda, Novita, Jessica, Rommel, Daniel, dan Bernat. Serta kepada abangda dan kakanda stambuk 2007, stambuk 2008 (Bang Dedi, Bang Roney, Kak Lasma, Kak Reni), stambuk 2009 dan adinda stambuk 2011 hingga 2014 yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, terimakasih atas segala semangat dan dukungannya.

12.Sahabat-sahabat terkasih yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini: Elizabeth Gita Rianti, Caroline Rumiris Samosir, dan Fergye Vennesia Santoso. Serta teman-teman SMA yang tak lupa memberi semangat dan motivasi: Rotua May Galatia dan Lamtiur Sihotang

13.Keluarga besar Purba Pak-Pak dan Saragih Simarmata yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya dalam bentuk moril dan meteriil sehingga penulisan skripsi ini dapat bejalan dengan baik. 14.Teman-teman terkasih yang dari jauh mendukung dan menyemangati

penulis: Kim Jongin dan Wu Yi Fan.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas doa dan dukungannya.


(9)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun skripsi ini.

Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat-Nya kepada kita semua. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 17 Februari 2015 Penulis

Graciella Dominica Meirianty


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Batasan Masalah... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.2 Konsep ... 11

2.2.1 Tokoh ... 12

2.2.2 Kepribadian ... 14

2.2.3 Psikologi Sastra ... 15

2.3 Landasan Teori ... 17

2.3.1 Teori Kepribadian Hippocrates-Galenus (Tipe-tipe Kepribadian ) ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Data dan Sumber Data ... 21

3.1.1 Data ... 21


(11)

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.3 Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ... 25

4.1 Analisis Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao ... 25

4.1.1 Kepribadian Xueke ... 25

4.1.2 Kepribadian Gu Yameng/Gao Han ... 32

4.1.3 Kepribadian Luo Zhigang ... 35

4.1.4 Kepribadian Pangeran Wang... 42

4.1.5 Kepribadian Nyonya Besar Wang ... 44

4.1.6 Kepribadian Nyonya Besar Luo ... 46

4.1.7 Kepribadian Shen Jiashan ... 51

4.2 Dampak Kepribadian Tokoh Utama Novel Xueke Karya Chiung Yao... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Simpulan ... 62

5.1.1 Kepribadian Tokoh Utama dan Tokoh Bawahan ... 62

5.1.2 Dampak Kepribadian Tokoh Utama Terhadap Akhir Cerita ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN ... 68

1. Kulit ... 68

2. Sinopsis ... 69


(12)

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 2.1 Ikhtisar Permulaan Perkembangan Tipologi ... 19 Tabel 3.1 Skema Analisis Penelitian ... 24


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan sebuah fenomena sosial yang mengandung unsur seni kreatif dan menggunakan bahasa sebagai medium utamanya. Sastra adalah sebuah karya yang tercipta dari akal, pemikiran, dan imajinasi manusia, yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik serta mendukung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu menggugah pengalaman, kesadaran moral, spiritual dan emosional pembaca (Minderop, 2011:76).

Sastra sudah ada dalam kehidupan manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Dorongan manusia untuk mengungkapkan dirinya dan sekitarnya, yang terjadi terhadap dunia realitas pada kehidupan sepanjang hari dan sepanjang zaman melahirkan sastra (Semi, 1993:1).

Karya sastra adalah hasil dari proses kreatif seorang pengarang terhadap kegiatan yang dialaminya atau kegiatan yang terjadi disekitarnya. Dalam karya sastra terjadi fenomena kemanusiaan yang kompleks, ada peristiwa suka, duka, dan berbagai peristiwa yang lainnya.

Pengertian sastra memiliki keragaman karena sastra itu sendiri merupakan ‘payung’ yang mewadahi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Sastra bisa dihubungkan dengan buku, teater, humaniora, seni, pengucapan, dan lain-lain.


(14)

Yang pasti pada pengertian sastra, rumusan yang menjadi penyusun sastra itu yaitu kreatif, memakai bahasa sebagai medianya, dan merupakan fenomena sosial (Semi, 1993:64-66).

Wellek & Warren (1989:48-49) menggolongkan karya sastra menjadi dua, yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sedangkan sastra tertulis adalah karya sastra yang memakai terbagi atas beberapa bagian, salah satu diantaranya adalah novel. Sastra tulisan adalah karya sastra yang dipopulerkan melalui tuilsan-tulisan yang sering kita jumpai seperti puisi, roman, cerpen dan novel.

Novel adalah karya sastra fiksi yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:271), novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya.

Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam novel dapat ditemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menjadi pondasi dalam kisahan tersebut. Dalam novel tidak lepas tanpa adanya tokoh. Tokoh adalah sarana pengarang mengungkapkan cerita dan merupakan pelaksana terjadinya seuatu karya sastra, tanpa tokoh bisa dikatakan karya sastra itu tidak lengkap.

Dalam sebuah karya sastra seperti novel, tokoh merupakan salah satu unsur vital karena perbuatan dan dialognya dapat membuat sebuah cerita terangkai


(15)

dengan baik. Oleh sebab itu, dengan mengkaji tokoh dalam sebuah cerita, pembaca dapat lebih dalam lagi memahami isi dari sebuah novel.

Ketika membaca sebuah karya sastra baik berupa novel, drama, puisi, dan sebagainya, sering kita temukan berbagai macam perilaku dan konflik yang dijabarkan melalui tokoh. Manusia berbeda dengan manusia satu dan lainnya, memiliki kepribadian yang berbeda. Begitu pula didalam karya sastra, pengarang melukiskan sifat dan kelakuan yang diinginkan kedalam tokoh ciptaannya. Setiap tokoh ciptaannya berbeda satu sama lain, layaknya manusia sebagai individu-individu yang berbeda. Pengarang membuat tokoh rekaan hidup layaknya manusia dengan menampilkan watak serta tempramen yang dapat mengguggah pembaca. Sering pengarang menampilkan kepribadian tokoh serta konflik-konflik sebagaimana yang dialami oleh manusia dalam kehidupan nyata.

Tokoh adalah salah satu unsur instrinsik dalam pengembangan isi karangan. Setiap novel memiliki tokoh dan karakter yang unik untuk dibahas, namun dalam menampilkan tokoh rekaannya pengarang sering menampilkan secara tersirat atau implisit sehingga tidak semua pembaca dapat memahami maksud dalam isi karangan itu.

Kepribadian dalam tokoh cerita menjadi salah satu faktor tersirat yang kadang sulit dicerna oleh pembaca. Nilai-nilai kejiwaan yang selalu muncul dalam tokoh cerita menggambarkan adanya kaitan antara sastra dengan ilmu psikologi.

Sastra lahir dari luapan jiwa pengarang. Pengarang berusaha mengungkapkan apa yang dilihatnya di dunia lalu diekspresikan lewat gagasan, kemudian gagasan-gagasan itu dirangkai dalam kata-kata. Aspek kejiwaan yang muncul lewat


(16)

permainan kata-kata akan ditemui pembaca dan jika pembaca kurang cermat memahami, pembaca dapat salah menafsirkan (Endaswara, 2013:129-130). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan psikologi dalam menganalisis karya sastra.

Sastra dan psikologi berhubungan dalam perannya terhadap kehidupan, keduanya memiliki objek yaitu kehidupan manusia. Dan secara fungsional keduanya menjadikan manusia sebagai landasan bahan telaah. Sastra dan psikologi sama-sama mempelajari keadaan jiwa orang namun bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra gejalanya bersifat imajinatif.

Karya sastra yang dipandang melalui segi psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya. Endaswara (dalam Minderop, 2011:2) mengatakan karya sastra yang dikaji menggunakan pendekatan psikologi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu sebagian berikut:

“...pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis.”

Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian, sastra menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan sekedar teks yang menjemukkan tetapi menjadi bahan kajian yang melibatkan perwatakan atau kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca (Minderop, 2011:3).

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis kepribadian tokoh-tokoh pada novel Xueke (1990) karya Chiung Yao (1938). Xueke merupakan novel fiksi bergenre romantis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul


(17)

Giok di Tengah Salju. Giok di Tengah Salju untuk penulisan selanjutnya akan disingkat menjadi GdTS

Chiung Yao (1938- ) adalah seorang penulis novel ternama yang berasal dari Taiwan. Ia adalah salah satu penulis kesusastraan Cina modern yang karya-karyanya mempunyai ciri khas yakni mengangkat masalah percintaan dengan tokoh utama seorang perempuan. Kemudian karya-karya Chiung Yao menjadi identik dengan sebutan aiqing gushi atau kisah cinta.

Kepopuleran karya Chiung Yao tidak hanya di dataran Cina saja, namun merambah sampai luar negeri. Novelnya mendapat apresiasi yang sangat besar dari masyarakat pembaca bahasa Mandarin di berbagai belahan dunia. Kepopulerannya semakin meningkat diiringi dengan diangkatnya karya-karyanya ke dalam bentuk film dan serial drama pada kurun waktu tahun 1980-1990an. Beberapa karyanya yang telah ditayangkan dalam bentuk film maupun serial drama di Indonesia, antara lain Xinyue Gege 新月格格 (Putri Xinyue), Huanzhu Gege 还珠格格 (Putri Huanzhu), Meihua Luo 梅花落 (Putri Bunga Meihua),

Yuanyu Mengmeng 烟雨蒙蒙 (Kabut Cinta), dan Yansuo Zhonglou 烟锁重楼

(Belenggu Pintu Cinta).

Dari berbagai kisah Chiung Yao, Xueke termasuk salah satu novel yang di angkat menjadi serial drama serta ditayangkan di Indonesia pada tahun 1997 di salah satu stasiun televisi swasta sepanjang 24 episode dengan judul Giok di Tengah Salju dan menjadi salah satu drama Mandarin favorit pemirsa televisi pada saat itu.


(18)

Novel Xueke (1990) adalah novel fiksi bergenre romantis yang berlatar transisi masa dinasti terakhir di Cina, yaitu Dinasti Qing dan awal pemerintahan dalam republik. Novel ini berkisah tentang kehidupan Xueke, putri seorang pangeran Manchu. Sebelum Xueke diberikan kepada sebuah keluarga kaya, ia memberikan keperawanannya kepada kekasihnya, Gu Yameng, putra dari ibu sususnya yang adalah rakyat kebanyakan. Atas kejadian tersebut, Xueke melahirkan seorang putri. Keluarganya berusaha untuk merahasiakan hal ini dari keluarga besannya dengan membuang kekasih dan bayinya keluar dari istana serta menyembunyikan fakta keperawanannya. Pada malam pertama pernikahannya, Xueke mengungkapkan kebenaran kepada Luo Zhigang, suami barunya. Dan mulai saat itu keluarga besar Luo memperlakukan Xueke secara semena-mena, Zhigang akhirnya mengambil istri lagi dan menikah.

Beberapa tahun kemudian, Gu Yameng yang dibuang telah menjadi Gao Han, seorang pedagang kaya dan berhasil, masih mencari keberadaan istri dan anaknya. Tanpa diketahui Xueke, putrinya sengaja diselundupkan ke dalam rumah keluarga Luo sebagai pelayan. Dengan seumur hidupnya menjadi istri yang tak dianggap, Luo Zhigang mulai menaruh perasaan terhadapnya dan mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka yang bertahun-tahun penuh penyiksaan. Selanjutnya Xueke dihadapkan kepada pilihan, siapa yang ia inginkan: cinta pertamanya Gu Yameng dan putrinya, atau suaminya Luo Zhigang.

Penulis tertarik untuk menelaah Xueke sebagai objek kajian dalam penelitian ini karena novel ini menyajikan watak dan karakter yang dapat di analisa dengan menggunakan pendekatan psikologi. Peran yang dipaparkan tokoh-tokoh dalam


(19)

cerita melukiskan keadaan watak dan pribadi tokoh sehingga menarik untuk dikaji secara psikologis. Banyaknya permasalahan dan konflik yang digambarkan pada novel ini menggambarkan sifat dan kepribadian tokoh-tokoh sehingga menggugah penulis untuk menganalisis kepribadian-kepribadian tokoh utama serta tokoh-tokoh tambahan dalam novel ini. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ini dengan judul “Kepribadian Tokoh Dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggambaran kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh bawahan dalam novel Xueke (1990) karya Chiung Yao berdasarkan pendekatan psikologi sastra dengan teori kepribadian Hippocrates-Galenus? 2. Bagaimana dampak kepribadian tokoh utama dalam novel Xueke (1990)

karya Chiung Yao terhadap akhir cerita?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:


(20)

1. Menggambarkan kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh tambahan dalam novel Xueke (1990) karya Chiung Yao berdasarkan pendekatan psikologi sastra dengan teori kepribadian Hippocrates-Galenus.

2. Menjelaskan dampak kepribadian tokoh utama dalam novel Xueke (1990) karya Chiung Yao terhadap akhir cerita.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari penelitian yang luas dan tidak terarah serta pembahasan yang panjang lebar, penulis membatasi permasalah penelitian ini pada hal-hal berikut:

1. Penggambaran kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh bawahan dalam novel Xueke (1990) karya Chiung Yao berdasarkan pendekatan psikologi sastra dengan teori kepribadian Hippocrates-Galenus.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui penggambaran kepribadian tokoh-tokoh dalam novel serta meningkatkan pengetahuan tentang analisis karya sastra, terutama analisis novel dengan pendekatan psikologi.


(21)

1.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai rujukan atau referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penulisan mengenai karya sastra secara umum dan penelitian dengan pendekatan psikologi secara lebih mendalam di masa mendatang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP & LANDASAN TEORI

2.1Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau; pandangan; pendapat sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya. (KBBI, 2005:574). Sedangkan pustaka adalah buku; kitab; kumpulan buku-buku bacaan dan sebagainya (KBBI, 2005:397). Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui keaslian karya ilmiah. Oleh karena itu dipaparkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Lissa Ernawati (2009) pada skripsi Novel Rojak Karya Fira Basuki: Analisis Psikosastra yang dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara memaparkan keadaan psikologis tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Rojak dan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Skripsi ini menggambarkan keadaan psikologi tokoh-tokohnya ditinjau dari pendekatan psikosastra serta dari segi kesepian, frustasi, dan kepribadian. Skripsi ini membantu penulis dalam mengkaji bagaimana keadaan-keadaan jiwa tokoh yang mengalami frustasi dan juga bagaimana menganalisis kepribadian tokoh-tokoh didalam novel.

Reydita Maisarah (2009) pada skripsi Citra Tokoh Perempuan Modern Taiwan Dalam Novel Yanyu Mengmeng 烟雨蒙蒙 (Kabut Cinta): Keluarga dan

Cinta yang dipublikasikan oleh Universitas Indonesia memaparkan citra tokoh-tokoh perempuan dalam novel Yanyu Mengmeng serta hubungan antar tokoh yang berdampak pada perubahan sikap pada tokoh-tokoh perempuan tersebut. Skripsi ini menggunakan novel Yanyu Mengmeng, salah satu karya Chiung Yao sebagai


(23)

objek penelitiannya. Skripsi ini membantu penulis bagaimana dalam mengkaji tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel serta bagaimana mengkaji perubahan sikap tokoh utama perempuan dalam novel.

Filtras Okta Festian (2012) pada skripsi Kepribadian Tokoh Dalam Roman Wilde Reise durch die Nacht Karya Walter Moers: Kajian Psikologi Sastra yang dipublikasikan oleh Universitas Negeri Yogyakarta memaparkan kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh tambahan pada novel Wilde Reise durch die Nacht

berdasarkan tipologi Heymans dengan menggolongkan menjadi delapan tipe kepribadian: gepasioner, sentimentil, choleris, nerveus, phlegmatis, apathis, sanguinis, dan amorph. Skripsi ini juga mendeskripsikan gangguan-gangguan kepribadian dan penyebab serta dampak dari gangguan-gangguan yang dihadapi tokoh utama dan tokoh-tokoh tambahan pada novel tersebut. Skripsi ini membantu penulis dalam mengkaji kepribadian pada tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Xueke. Skripsi ini menggunakan tipologi Heymans sebagai landasan teorinya, dan ditemukan beberapa golongan yang sama dipakai dalam tipologi Hippocrates-Galenus yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu koleris dan phlegmatis.

2.2 Konsep

Dalam konsep akan dipaparkan variabel-variabel yang terdapat dalam judul penelitian. Berikut adalah jabaran konsep tentang tokoh, kepribadian, dan psikologi sastra.


(24)

2.2.1 Tokoh

Tokoh merupakan penggerak dalam cerita. Tokoh mempunyai peran penting dalam suatu karya sastra dan dalam cerita tokoh bertugas menjadi penggerak serta menjalankan alur cerita sehingga dapat menjalankan objek pada cerita tersebut. Sosok tokoh menggambarkan kejiwaan dan karakternya kedalam alur cerita, sehingga dari sini kita dapat melihat bagaimana peranan tokoh dalam jalan cerita tersebut.

Dalam sebuah karya sastra, tidak menampik kemungkinan bahwa tokoh hanya berdiri sendiri. Ia disandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya, yang memiliki kejiwaan dan karakter yang berbeda satu sama lain. Menurut Nurgiyantoro dalam

Teori Pengkajian Fiksi (1995:179-180) jika ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas:

1. Tokoh utama yaitu tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus dan mendominasi sebagian besar jalan cerita. Juga disebut tokoh primer.

2. Tokoh bawahan yaitu tokoh yang mendampingi tokoh utama suatu cerita. Dapat disebut juga tokoh sekunder.

3. Tokoh tambahan atau tokoh komplementer, yaitu tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya sekali-kali, hanya melengkapi, melayani dan mendukung tokoh utama.

Marquaß (dalam Festian, 2012:16-17) memberikan pendapatnya tentang tokoh:


(25)

“Tokoh, terutama tokoh utama, berada pada pusat minat pembaca. Tingkah laku dan nasib mereka menjadi perhatian yang besar dari pembaca. Selain manusia, tokoh didalam teks-teks prosa juga digambarkan sebagai semua makhluk hidup yang menunjukkan kesadaran yang mirip dengan manusia (hewan-hewan dalam fabel, benda-benda yang berbicara dalam cerita dongeng, dan lain-lain. Dalam menganalisis tokoh pada teks prosa harus diperhatikan ciri-ciri apa saja yang tokoh tunjukkan (karakterisasi) dan bagaimana hubungan antar tokoh yang satu dengan yang lain (konstelasi). Juga termasuk bagaimana cara pengarang merancang tokoh-tokoh (konsepsi).”

Tokoh utama berperan sebagai cermin dari cerita atau tema yang diangkat pengarang. Tokoh utama menjadi pusat karena pengarang menunjukkan isi cerita dari penjabaran yang dilakukan oleh tokoh utama. Selain tokoh utama, tokoh bawahan atau tokoh tambahan wajib berada didalam sebuah karya sastra. Perbedaannya dengan tokoh utama yaitu masalah yang diangkat tidak berpusat pada tokoh pendukung sehingga kemunculannya lebih sedikit dari pada tokoh utama. Ini adalah karakter yang muncul sepanjang cerita, tetapi bukan fokus utama.

Pengklasifikasian tokoh dapat dibedakan ke dalam jenis penamaan berdasarkan sudut pandang dan tinjauan tertentu. Dari kriteria berkembang atau tidaknya kepribadian, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis (static character) dan dinamis (developing character). Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki watak dan kepribadiannya yang tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perkembangan watak dan kepribadian sejalan dengan plot yang diceritakan. Dari segi perwatakannya dibedakan menjadi tokoh sederhana (simple atau flat character) dan kompleks (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat atau watak tertentu


(26)

saja. Tokoh kompleks merupakan tokoh yang diungkapkan memiliki berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya (Nurgiyantoro, 1995:190).

2.2.2 Kepribadian

Kata “kepribadian” yang dalam bahasa Inggris adalah personality, berasal dari bahasa Latin persona, yang mengacu pada topeng yang dipakai aktor dalam pertunjukkan teater. Persona bisa diartikan pada penampilan luar seseorang, sehingga dapat disimpulkan kepribadian mengacu pada tampilan luar dan sifat yang terlihat, segala aspek-aspek yang orang lain bisa lihat. Namun kepribadian tidak berdasarkan apa yang dapat dilihat dari individu. Masing-masing individu memiliki karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang mencakup dalam pikiran perasaan, dan tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan. Itulah yang disebut kepribadian (Santrock dalam Minderop, 1988:435).

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, dan kepribadian seseorang berkembang dapat didasari oleh faktor-faktor antara lain: keturunan, keluarga, kebudayaan, kemampuan, lingkungan, dan sebagainya.

Sedangkan psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Dalam psikologi kepribadian dipelajari kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, kaitan antara


(27)

pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, yaitu memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia, mendorong individu agar hidup secara utuh dan memuaskan, dan agar individu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan psikologis.

Kepribadian juga merupakan persoalan jiwa pengarang yang asasi. Pribadi pengarang akan mempengaruhi roh karyanya. Kepribadian seseorang ada yang normal dan abnormal. Pribadi normal biasanya mengikuti irama yang lazim dalam kehidupannya. Ciri-ciri kepribadian yang kreatif ialah imajinatif, berprakarsa, mempunyai rangsangan baru, mandiri (bebas) dalam berpikir, rasa ingin tau yang kuat, jiwa petualang, penuh semangat, enerjik, percaya diri bersedia mengambil resiko, dan berani dalam keyakinan (Endaswara, 2008:152).

2.2.3 Psikologi Sastra

Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara etimologis psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku manusia (Atkinson, 1996:7). Menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia (2005), psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan perngaruhnya pada perilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.

Dalam ilmu psikologi dikenal tiga aliran pemikiran revolusi yang mempengaruhi penikiran personolodis modern, yaitu: (i) psikoanalisis, (ii) behaviorisme, dan (iii) humanistik. Psikoanalisis mengahadirkan manusia sebagai


(28)

bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur kepribadian (id, ego, dan superego). Behaviorisme mencirikan manusia sebagai kontan yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan. Sedangkan humanistik adalah sebuah “gerakan” yang muncul yang menampilkan manusia yang berbeda dengan gambaran psikoanalisis dan behaviourisme. (Koeswara, 1991:109)

Psikoanalisis adalah dasar dari psikologi sastra. Dalam menganalisis karya sastra, banyak peneliti menggunakan struktur kepribadian psikoanalisis. Psikoanalisis sering digunakan dalam pengkajian sastra sehingga sering diidentifikasi menjadi satu kesatuan pengertian dari psikologi sastra. Padahal dalam mengkaji sastra menggunakan pendekatan psikologi, banyak teori-teori serta tipologi yang dapat digunakan, tidak selalu menggunakan psikoanalisis yang terdiri dari struktur kepribadian id, ego, dan superego.

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang mencerminkan proses dan aktivitas. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kerjiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar (subconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk concious atau situasi sadar (Endaswara, 2009:96). Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita. Karya-karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan berbagai problem psikologis (Minderop,


(29)

2011:55). Karya sastra, baik novel, drama dan puisi di jaman modern ini sarat dengan unsur-unsur psikologis sebagai manifestasi: kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalaam kisahan dan pembaca. Sehingga akhir-akhir ini telaah sastra melalui pendekatan psikologi mulai banyak digemari.

Endaswara (dalam Minderop, 2011:15) menjelaskan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar, lalu dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar dalam penciptaan karya sastra. Proses penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pengarang meramu gagasan dalam situasi imajinatif, kemudian pada tahap kedua pengarang menuangkan dalam penulisan karya sastra tersebut.

2.3 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan penelitian. Dalam pembahasan karya sastra, sering menggunakan pendekatan instrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak dari karya sastra itu sendiri, pendekatan ini disebut pendekatan struktural. Pendekatan ekstrinsik yaitu pendekatan yang membahas tentang hubungan karya sastra dengan sosiologi, antropologi, budaya, psikologi, dan lain-lain. penelitian ini akan menerapkan pendekatan ekstrinsik dengan menggunakan teori psikologi sastra.


(30)

2.3.1 Tipe-tipe Kepribadian (Teori Kepribadian Hippocrates-Galens)

Suryabrata (2012: 10-13) menjelaskan, tipologi kepribadian menurut Hippocrates (460-377 SM) dan Galenus (129-200) dipengaruhi oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu: tanah, air, udara, dan api; dengan sifat-sifat yang didukungnya yaitu: kering, basah, dingin dan panas.

Dengan empat unsur dasar berserta sifat pendukungnya, maka Hippocrates berpendapat bahwa, dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh seseorang, yaitu: (1) sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), (2) sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), (3) sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan (4) sifat panas terdapat dalam sanguis

(darah). Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam proporsi tertentu. Apabila semua cairan-cairan didalam tubuh seseorang tersebut berada dalam proporsi selaras (normal), maka orang tersebut dikatakan normal atau sehat. Namun apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka orang tersebut menyimpang dari keadaan normal atau sakit.

Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan menggolongkan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus sependapat dengan Hippocrates, bahwa didalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu: (1) chole, (2) melanchole, (3) phlegma, (4) sanguis, dan bahwa cairan-cairan tersebut adanya dalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi yang seharusnya (jadi: dominan) maka akan mengakibatkan adanya


(31)

sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari pada dominannya salah satu cairan badaniah itu oleh Galenus disebut temperamen. Jadi, dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat tipe temperamen, beralas pada dominiasi salah satu cairan badaniahnya.

Tabel 2.1 Ikhtisar Permulaan Perkembangan Tipologi

No.

Empedokles Hippocrates Galenus Unsur Sifat Sifat Cairan Cairan Tipe

1. tanah kering kering chole chole koleris 2. air basah basah melanchole melanchole melankolis 3. udara dingin dingin phlegma phlegma phlegmatis 4. api panas panas sanguis sanguis sanguinis

Sumber: Psikologi Kepribadian

Dengan demikian, empat tipe kepribadian tersebut mempunyai ciri masing-masing sebagai berikut:

1. Koleris: hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang besar, pemberani, optimistis, garang, mudah marah, pendendam, serius, bertindak cepat, aktif, praktis dan berkemauan keras. Sering merasa puas terhadap dirinya sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain. Cara berpikirnya sistematis, dan oportunis.

2. Melankolis: mudah kecewa, daya juang kecil, mempunyai sifat analitis, rela berkorban, berbakat, perfeksionis, pendiam dan tidak mau menonjolkan diri, muram, pesimistis, penakut, kaku, serta memiliki emosi yang sangat sensitif. Mempunyai sifat pembawaan yang introvert, tetapi


(32)

karena perasaan-perasaannya lebih menguasai dirinya, maka keadaaan hatinya cenderung untuk mengikuti perasaan hatinya yang berubah-ubah.

3. Phlegmatis: tenang, tidak suka terburu-buru, santai, sukar marah, tidak mudah dipengaruhi, setia, dingin, dan sabar. Berbicara singkat namun mantap, rajin, cekatan, memiliki ingatan yang baik, serta mampu berdiri sendiri tanpa banyak bantuan orang lain.

4. Sanguinis: naif, spontan, mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, hangat, bersemangat, lincah, periang, mudah senyum, tidak mudah putus asa, dan “menyenangkan”.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk mendukung langkah kerja hingga terbentuknya hasil tulisan yang baik dan tersusun secara sistematis. Untuk mendukung kegiatan penulisan skripsi, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis dokumen. Penelitian dengan kualitatif bersifat deskriptif karena data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, data umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memorandum, atau catatan-catatan resmi lainnya (Semi, 1993:31).

3.1 Data dan Sumber Data 3.1.1 Data

Data adalah syarat untuk melakukan penelitian, sehingga data merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian. Data pada penelitian ini adalah teks (narasi dan dialog) yang terdapat dalam novel Xueke (1990) karya Chiung Yao yang menunjukkan dan menggambarkan karakter dan keadaan kepribadian tokoh utama dan tokoh bawahan.

3.1.2 Sumber Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber berarti asal. Sehingga sumber data adalah asal data. Sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.


(34)

Sumber data primer adalah sumber data utama penelitian. Sumber data primer penelitian ini adalah novel Xueke karya Chiung Yao. Penulis menggunakan novel

Xueke berbahasa Mandarin sederhana dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Novel Xueke diterbitkan oleh Crown Publishing Co,. Taipei pada tahun 1990 dengan tebal buku 189 halaman. Novel Xueke dalam bahasa Indonesia berjudul

Giok di Tengah Salju diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada bulan April 1997 di Jakarta. Novel ini dialihbahasakan oleh Pangesti Atmadibrata-Bernadus dan kawan-kawan dengan tebal buku 288 halaman.

Sumber data sekunder ialah sumber data tambahan yang melengkapi data utama penulis dalam menyelesaikan penelitian. Sumber data sekunder pada penelitian ini berupa buku-buku yang berkaitan dengan teori psikologi sastra dan tipe-tipe kepribadian, serta jurnal dan internet.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data sesuai dengan tema yang diteliti, maka dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan (library research) karena sumber data diperoleh dari sumber-sumber tertulis. Penulis akan mengumpulkan data yang berbentuk teks dan dialog yang terdapat pada novel Xueke. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah:

1. Membaca novel secara berulang-ulang untuk mencari serta menentukan tokoh utama dan tokoh-tokoh tambahan dalam novel.


(35)

2. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat teks (narasi dan dialog) yang mengambarkan kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh tambahan dalam novel Xueke (1990).

3. Mengelompokkan ciri khas sifat dan karakter kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh bawahan.

3.3 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh untuk menjadi bahan penelitian perlu diketahui cara pengolahannya demi mendapatkan hasil penelitian yang baik. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini yang telah dijabarkan dalam tabel dibawah ini.


(36)

Kesimpulan Tabel 3.1 Skema Analisis Penelitian

Sumber data penelitian ini didapat dari novel Xueke (1990). Peneliti mencari masalah-masalah yang akan diangkat untuk di analisa, yang mana pada penelitian ini adalah kepribadian tokoh-tokoh yang terdapat pada novel. Kemudian penulis mencari teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu teori yang dikemukakan Hippocrates-Galenus yang dikenal sebagai tipe-tipe kepribadian. Selanjutnya, data penelitian diperoleh dari teks (narasi dan dialog yang menunjukkan serta menggambarkan karakter dan kepribadian tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel dengan menggunakan metode kualitatif. Sehingga pada akhirnya akan ditarik kesimpulan penelitian.

Metode: Kualitatif

Data: teks yang terdapat dalam novel Menentukan

masalah-masalah yang akan dianalisa

Menemukan teori-teori yang mendukung Sumber data: Xueke

(1990)


(37)

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan hasil dari penelitian analisis kepribadian tokoh utama dan tokoh bawahan dalam novel Xueke yang ditinjau dari segi psikologi yaitu dengan tipe-tipe kepribadian menurut teori Hippocrates-Galenus serta hasil dari analisis dampak kepribadian yang dialami tokoh utama pada akhir cerita.

4.1 Analisis Kepribadian Tokoh dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao

Berikut ini akan dipaparkan hasil dari analisis kepribadian tokoh utama dan tokoh-tokoh bawahan yang terdapat dalam novel Xueke. Dalam novel Xueke

terdapat dua puluh tiga tokoh, dengan satu tokoh utama, tujuh tokoh bawahan, dan lima belas tokoh tambahan. Pada penelitian ini, penulis akan memaparkan kepribadian tokoh utama dan tujuh tokoh bawahan.

4.1.1 Kepribadian Xueke

Tokoh utama dalam novel ini adalah Xueke, seorang putri keturunan bangsa Manchu. Pada awal cerita dikisahkan tokoh utama melarikan diri bersama kekasihnya, Gu Yameng. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

突然间,两匹瘦马拉着一辆破马车,在车夫高声的吆喝下,

车内,雪珂紧偎着亚蒙,两人都穿着蓝色布衣,在颠簸震动中,两 人都显得又疲倦又紧张。(雪珂, 1990:1)


(38)

Sekonyong-konyong, dua ekor kuda kurus yang menarik sebuah kereta bobrok, melesat cepat memasuki padang yang luas ini, diiringi teriakan sais yang melengking.

Didalam kereta, Xueke memeluk Yameng erat-erat. Mereka mengenakan pakaian katun berwarna biru. Dalam sentakan dan guncangan, mereka tampak lelah dan tegang. (GdTS, 1997:1-2)

Kutipan di atas menceritakan bahwa Xueke nekat pergi tanpa memberitahukan keluarganya. Xueke rela meninggalkan keluarganya untuk melarikan diri bersama Yameng untuk kawin lari. Gu Yameng adalah putra ibu susu keluarganya yang tidak memiliki gelar maupun keturunan bangsawan, namun Xueke memilih untuk hidup bersamanya karena ia mencintai Yameng. Tindakan ini menunjukkan bahwa Xueke memiliki sikap berani.

Kejujuran Xueke juga terlihat pada kutipan pada beberapa paragraf berikut

“这是我母亲为我准备的,里面是一个小瓶子,”她取出一个绿 玉小瓶,那瓶子好小好小,像个小鼻烟壶一般。“这瓶子只要轻 轻一按,盖子就开了。。。”

“这瓶子里装着的东西...”雪珂低低的,羞惭的,碍口的,却终

于坦率的说了出来。“和落红的颜色一模一样,可以证明我的 贞。。。”

“我可以遵照我娘的指示,在适当的时机,打开瓶盖,一切就都 遮掩过去了……”雪珂正视着至刚,缓慢的,清楚的说:“但是,我

不能这么做!我不想欺骗你,更不能对另一个人不忠。。。”(雪 珂,1990:28)

“Ini dipersiapkan Ibu untukku, di dalamnya ada botol kecil.” Xueke mengeluarkan botol giok hijau yang ukurannya begitu kecil, seperti botol tembakau isap saja. “Hanya dengan ditekan perlahan saja, tutup botol ini akan terbuka...”

“Isi botol ini...,” dengan pelan, malu, dan tercekat akhirnya Xueke berterus terang, “sama persis dengan warna darah pertama, yang dapat membuktikan kesucianku...”


(39)

“Aku bisa saja mengikuti petunjuk ibuku. Pada saat yang tepat membuka tutup botol, dan semuanya pun akan berjalan lancar...” Xueke menatap Zhigang lurus-lurus, perlahan dan sangat jelas dia berkata, “Tapi aku tak bisa bertindak demikian! Aku tak ingin membohongi dirimu, terlebih lagi tak bisa mengkhianati kesetiaanku terhadap laki-laki yang seorang lagi...”(GdTS, 1997:37)

Kutipan ini menjelaskan bahwa Xueke menolak cara yang di berikan oleh ibunya untuk tetap tutup mulut dan berperilaku tetap perawan pada malam pertama pernikahannya. Walaupun ia mengetahui bahwa ia tetap akan dinikahkan dengan Luo Zhigang, Xueke tetap memegang teguh cintanya kepada Yameng dan berterus terang kepada Zhigang pada malam pertama pernikahan mereka bahwa ia sudah pernah menikah.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat dilihat bahwa Xueke memiliki sikap berani. Ia tegas pada pendiriannya bahwa ia mencintai Yameng seorang, sehingga ia jujur mengungkapkan bahwa ia tidak seperti yang diharapkan Zhigang. Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa Xueke termasuk dalam ciri-ciri koleris.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, tekanan yang dihadapi Xueke membuat ia sedih dan terkekang. Awal mula menurunnya Xueke dapat dilihat pada kutipan berikut

对雪珂来说,这八年的日子,是漫长而无止境的煎熬。…不管至 刚的事业有多成功,雪珂永远是罗夫人眼中之钉,也永远是至刚 内心深处的刺痛。到承德之后,至刚又大张旗鼓的迎娶了另一位 夫人-----沈嘉珊。…雪珂对自己的地位,倒没什么介意,主 也好,仆也好,活着的目的,只为了等待。但是,年复一年,希 望越来越渺茫,日子越来越暗淡。…雪珂每月初一和十五,仍然 去庙里,为亚蒙祈福,但,经过这么些年,亚蒙活着,大概也使 君有妇了。当初那段轰轰烈烈的爱,逐渐尘封于心底。(雪珂, 1990:36-37)


(40)

Bagi Xueke, hari-hari selama delapan tahun ini panjang dan penuh penderitaan. ...Tak peduli usaha Zhigang mendapatkan banyak keberhasilan, Xueke selamanya merupakan orang yang paling dibenci oleh Nyonya Besar Luo, dan selamanya dia menjadi kepedihan yang mendalam di hati Zhigang. Setibanya di Chengde, Zhigang terang-terangan mengambil seorang istri lagi, yaitu Shen Jiashan. ...Mengenai kedudukannya, Xueke sendiri sama sekali tidak peduli, di atas baik, di bawah juga baik, tujuan hidupnya hanyalah menanti. Namun tahun demi tahun berlalu, harapannya semakin pudar, hari-hari semakin suram. ...Setiap tanggal 1 dan tanggal 15, ia tetap mengunjungi kuil, berdoa untuk Yameng. Namun setelah sekian lama, barangkali Yameng telah menikah. Perasaan cinta yang dulu begitu dahsyat sedikit demi sedikit terpendam di dasar hati. (GdTS, 1997:49-50)

Terjadi kemunduran pada diri Xueke bahwa ia sadar ia tidak bisa bersatu dengan pria yang dikasihinya. Seiring dengan tekanan yang dihadapi sebagai menantu keluarga Luo, temperamen koleris Xueke menurun. Xueke tidak bisa memperjuangkan keinginannya karena ia sudah terikat menjadi bagian keluarga Luo. Pribadi Xueke yang berapi-api dan selalu semangat menjadi menurun. Ia putus asa, muram dan pasrah dengan apa yang terjadi. Sikap-sikap ini cenderung mengarah ke melankolis, dengan sikap mudah kecewa, pesimis, dan introvert.

Kemudian temperamen koleris Xueke kembali muncul, hal ini dapat dilihat pada kutipan novel berikut ini

“至刚!”雪珂一闪,闪开了他,伸出双手去,她握住了他那狂 暴的手,哀恳的说:“八年了!至刚,我们这种彼此折磨的生活, 已经过了八年了!你是这样一个外表英俊,内心善良,带着豪爽 之气,侠气之心的一个人,你为什么苦苦和我过不去?你已经有 了嘉珊了,有玉麟了,等于有个好幸福的家庭了!你就把这个不 完美的我,给丢在一边冷冻起来,让我去自生自灭吧!”(雪珂, 1990:71)

“Zhigang!” Xueke mengelak menolaknya. Diulurkan tangan dan digenggamnya tangan Zhigang sambil memohon, “Delapan tahun! Delapan tahun lamanya kita hidup saling menyiksa seperti ini! Zhigang,


(41)

dari luar kau adalah seorang pahlawaan, hatimu baik, pembawaanmu pun santun. Kau orang berhati mulia, mengapa terus-menerus menyulitkanku? Kau sudah memiliki Jiashan dan Yulin, bukankan itu sama dengan memiliki keluarga yang sangat bahagia? Tinggalkanlah diriku, jangan menggangguku lagi!”(GdTS,1997:99)

Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa keinginan Xueke untuk bisa lepas dari Zhigang kembali membara. Ia kembali berusaha membujuk Zhigang untuk menceraikan dirinya. Dalam kutipan ini, Xueke kembali memberontak dan mengungkapkan isi hatinya, semangatnya kembali lagi.

Kemudian ketika Xueke bertemu kembali dengan Gu Yameng, sisi melankolisnya kembali dominan. Hal ini dapat dilihat pada cuplikan halaman 81

“不!不!不!”雪珂惊慌的喊着。“我们今天能再见一面,已 是上天的恩宠,我们不要太贪心!你现在已有义父视你如己出, 又将传你家业,你就应该知福惜福,好好报答人家,你应该忘掉 我,娶妻生子,为自己开创一个崭新的人生,一个属于高寒的新

生命...”

“那一切再也找不回来了呀!现在的我,是罗家的媳妇儿,我们 都改变不了这个事实...”(雪珂, 1990:81)

“Tidak! Tidak! Tidak!” mendadak Xueke berteriak. “Pertemuan kita hari ini adalah berkat kemurahan Tian1

, janganlah kita berharap terlampau banyak! Sekarang kau punya ayah angkat yang kelak akan mewariskan usahanya padamu, seharusnya kau bersyukur dan bahagia! Kau harus membalas kebaikannya! Lupakan aku, carilah wanita lain untuk kau peristri, untuk melahirkan keturunanmu. Bangunlah hidup baru bersamanya, hidup sebagai Gao Han...”

“Semua itu tak mungkin kau peroleh kembali! Kini aku menantu keluarga Luo, kita tak dapat mengubah kenyataan ini...”(GdTS, 1997:113-114)

______________________

1


(42)

Hilang-timbulnya koleris dan melankolis pada pribadi Xueke menunjukkan betapa Xueke tertekan. Keadaan Xueke yang gelisah sehingga membuat sikap Xueke berubah dari waktu ke waktu. Xueke masih menginginkan hidup bersama Yameng yang ia cintai dari pada hidup sebagai istri yang tak dianggap di keluarga Luo. Namun ia menolak tawaran Yameng untuk kembali hidup bersama. Ini menunjukkan sifat temperamen koleris dan melankolis memiliki posisi yang tak beraturan dalam diri Xueke. Keduanya hilang timbul, tidak saling menekan dan tidak mendominasi.

Berikut kutipan yang menggambarkan hilang munculnya tempramen koleris dan melankolis pada diri Xueke. Cuplikan berikutnya dapat dilihat pada kutipan berikut

“至刚!我已经说了几千几万个对不起,但是,我想不出其他的 字句能代表我对你的歉意,我知道……今天即使把我碎尸万段, 也难消你心头之恨……这种伤害,大概我一世做牛做马,也弥补 不了!”

“前几天,你说你爱我,要和我重新开始!”她把整夜在心中盘 算了千遍万遍的话,一股脑的倾吐出来。“现在,发生了小雨点 的事,大概那份爱,已被刻骨的恨所取代了!爱也好,恨也好, 你说了,要和我算一辈子的帐!至刚,我等在这儿,我守在这儿, 让你算一辈的子帐!可是,小雨点儿,她生也无辜,错都是我犯 的,不是她犯的!你惩罚我,放了小雨点吧!”(雪珂, 1990:155) 雪珂眼中一热。终于,终于,终于,终于……在混乱的黑暗中, 有了一线光明,只要救出小雨点,她什么都不在乎了。亚蒙,这 名字从心头划过,像一把锐利的小刀子,划得好痛。亚蒙将成过 去的名词,永埋记忆的深处。对不起!在她的生命中,有太多的 “对不起”。亚蒙,对不起!(雪珂, 1990:158)

“Zhigang! Aku telah beribu-ribu kali, berpuluh-ribu kali, mengatakan maaf, namun aku tak dapat memikirkan kata lain yang dapat mewakili perasaanku padamu. Aku tahu... Walaupun kejadian ini telah membuatku hancur berkeping-keping, tetap saja sulit bagimu untuk


(43)

menghapuskan kebencian dari hatimu... Luka hati seperti ini walau ditebus dengan cara apa pun tetap saja tak terhapuskan!”

“Beberapa hari yang lalu, kau bilang kau mencintaiku, ingin memulai sesuatu yang baru denganku?” Xueke serta-merta memuntahkan kata-kata yang telah ribuan kali direka-rekanya sepanjang malam di dalam hati. “Kini setelah masalah Xiao Yudian terungkap, cinta itu barangkali sudah digantikan oleh kebencian yang menembus tulang sumsum! Cinta boleh, benci pun tidak apa, kau toh pernah mengatakan akan membuat perhitungan seumur hidup denganku! Zhigang, aku menunggu di sini. Aku akan tetap berdiam di sini, membiarkanmu membuat perhitungan seumur hidup denganku! Namun Xiao Yudian, dia sama sekali tak bersalah, semua tragedi ini adalah akibat perbuatanku! Hukumlah diriku, tapi lepaskan Xiao Yudian!” (GdTS,1997:221-222)

Mata Xueke memerah. Pada akhirnya, akhirnya, akhirnya... Dalam kegelapan dan kekacauan terdapat serberkas sinar. Asalkan bisa menolong Xiao Yudian, Xueke tak memedulikan apa-apa lagi. Yameng, nama ini pernah tertoreh dalam hatinya, bagaikan mata pisau kecil yang tajam, menoreh dengan teramat pedihnya. Yameng akan menjadi nama dari masa lalu, selamanya terpatri dalam lubuk hatinya yang terdalam. Maaf! Dalam kehidupannya ada terlalu banyak kata maaf. Yameng, maafkan aku! (GdTS, 1997:226)

Xueke mengorbankan hidupnya asalkan Yameng dan putrinya Xiao Yudian berkumpul kembali. Sikap ini menunjukkan sisi melankolis. Namun sikap vokal Xueke yang memohon dan terus menerus berusaha supaya putrinya dipertemukan dengan Yameng menunjukkan daya juang besar dan berkemauan keras yang menjadi ciri dari orang koleris. Dari kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Xueke memiliki kepribadian berani, pesimis, mudah kecewa, introvert, daya juang besar dan berkemauan keras.


(44)

4.1.2 Kepribadian Gu Yameng / Gao Han

Gu Yameng adalah anak dari Bibi Zhou, seorang pelayan yang bekerja di Kepangeranan Wang. Ia jatuh cinta kepada Xueke, dan kawin lari bersamanya. Ketika ia dipisahkan oleh Xueke, ia dibuang ke Xinjiang menjadi tentara buangan kemudian menjadi budak di pertambangan dan menjalani hidup dengan kesengsaraan. Namun ia diselamatkan Tuan Besar Gao, seorang pedagang kaya dan mengangkatnya menjadi putranya. Kemudian Gu Yameng memulai kehidupan baru dan mengganti namanya menjadi Gao Han.

Berikut akan dijelaskan beberapa ciri-ciri kepribadian Gu Yameng yang terlihat dalam beberapa kutipan dalam novel

亚蒙神色凛然,年轻的脸庞上有着无惧的青春,虽然也是风尘仆 仆,两眼却依然炯炯有神。(雪珂, 1990:11)

Air muka Yameng sangat tegang, di wajahnya yang belia terdapat keremajaan yang tak kenal takut. Keletihan akibat perjalanan jauh tampak jelas disana, naumn kedua matanya bersinar-sinar penuh semangat. (GdTS, 1997:11)

Pada kutipan ini dijelaskan keadaan Yameng setelah ditangkap Pangeran Wang dan dikumpulkan bersama Xueke dan Bibi Zhou untuk diberikan hukuman. Walaupun merasa takut, ia masih mengontrol emosinya dan bersikap tenang.

Karakter Yameng yang tenang dan tidak terburu-buru dalam berbicara ditunjukkan pada percakapan dengan Luo Zhigang. Dengan tenang ia menyambut Zhigang yang tidak sabaran di Graha Giok Musim Dingin.


(45)

“你葫芦里在卖什么药?赶快明说!我没时间多耗!你说‘有客 自远方来’,客呢?怎么不见?”

“你已经见到了!”高寒抬起头来,正视着至刚:“那个客人就 是我!”

至刚震动的抬眼看高寒,两个男人都深刻的打量着对方。至刚再 一次被高寒那股儒雅的气质,英俊的容貌,和那对深不可测的眼 神所震慑住,这个男人,这个名叫高寒的男人,到底用心何在? (雪珂, 1990:169-161)

“Apa maksud pertemuan ini? Cepat katakan! Aku tak punya banyak waktu! Kau mengatakan ‘ada tamu datang dari jauh’, siapa yang kau sebut tamu? Mengapa aku sama sekali tidak melihatnya?

“Kau sudah melihatnya!” Gao Han menengadahkan kepala, menatap Zhigang lurus-lurus. “Tamu yang dimaksud adalah diriku!”

Zhigang terperanjat, lalu menengadah menatap Gao Han. Keduanya bertatapan menilai lawannya masing-masing. Zhigang kembali dibuat getar oleh karakter Gao Han yang begitu tenang, wajahnya yang begitu tampan, dan sorot matanya yang begitu dalam. Laki-laki bernama Kao Han ini, apakah sebenarnya maksud hatinya?” (GdTS,1997:229-230)

Demikian dengan percakapan Yameng dengan Nyonya Besar Luo. Yameng memohon supaya dipersatukan dengan Xueke dan Xiao Yudian. Ia membujuk Nyonya Besar Luo dengan menjelaskan alasannya secara jelas dan tidak terburu-buru, sambil sedikit meluapkan emosinya, namun tidak menunjukkan kemarahan. Percakapan tersebut dapat dilihat dari kutipan yang tercantum pada halaman 165 dan 166

“小心你的措辞!”高寒逼近老太,也把老太从上到下看一遍。 “你面对的这个人,九年前被迫与妻子母亲分离,九年来历经风 霜雨露,忍受妻离子散的痛苦,多少次倒下,多少次爬起,多少 次在走投无路中挣扎……这些年来,赖以存活的意念只有一个, 找回失散的亲人!如今,老母已孤苦无依,死不瞑目的去了!女 儿陷身于此,做着小丫头,为你们端茶送水。深爱的妻子,八年 来生活在你儿子的枕边,被当成罗家的儿媳!你以为,我承受的 还不够多?别在这样一个身心交瘁的人面前,逞口舌之利!造化 弄人,我和你的儿子,各有各的悲剧!事实上,不是我来抢罗至


(46)

刚的妻子,是罗至刚抢走了我的妻子!”他顿了顿。“今天,我 还肯跟你说这些道理,只因为尊敬您也饱经忧患,看过人世沧桑, 又是一家之长!不要是非不分,颠倒因果!只要您一念之仁,放 掉雪珂和小雨点,我们之间,仍可化戾气为祥和!您不妨三思!” 罗老太怔住了。只觉得高寒挺立在面前,像山一般高,浑身上下, 自有一股正气,咄咄逼人。一时间,她竟被逼得无言以对。两人 相峙,各自打量着对方。(雪珂, 1990:165-166)

“Hati-hati dengan pilihan kata-kata Anda!” Gao Han mendekati Nyonya Besar Luo, ditatapnya wanita tua itu lurus-lurus. “Orang yang Anda hadapi ini, sembilan tahun yang lalu dipisah paksa dari istri dan ibunya, di dera hujan, badai, dan topan, menahan kepedihan karena berpisah dari orang-orang yang dicintainya, berulang kali jatuh dan berkali-kali jatuh dan berkali-kali mencoba bangkit kembali, terus mencoba melepaskan diri dari cengkeraman penderitaan... Bertahun-tahun lamanya, satu-satunya tujuan hidup yang masih ada adalah bersatu kembali dengan keluarganya! Kini Ibu telah meninggal dunia dalam kesengsaraan! Putri saya terjebak disini sebagai pelayan yang menyuguhkan makanan dan teh unutk kalian. Istri yang sangat saya cintai, sejak delapan tahun yang lalu hidup di sisi putra Anda, dipaksa menjadi menantu keluarga Luo! Apakah Anda menganggap siksaan yang saya derita belum cukup? Jangan sekali-kali bermaksud menyerang ketajaman lidah di hadapan saya! Bicara tentang tragedi manusia, saya dan putra Anda sama-sama mengalaminya! Namun kenyataannya bukan saya yang merebut istri Luo Zhigang, melainkan Luo Zhigang-lah yang merebut istri saya!” Gao Han terdiam sejenak. “Hari ini saya masih bersedia membicarakan hali ini dengan Anda, karena menghormati Anda sebagai sesepuh yang pasti telah menyaksikan berbagai kisah hidup manusia, juga sebagai kepala rumah tangga keluarga ini! Jangan mempermasalahkan mana yang benar atau salah, sebab atau akibat! Asalkan Anda sudi berbelas kasih dan melepaskan Xueke serta Xiao Yudian, diantara kita kemarahan dan air mata mungkin dapat berubah menjadi perdamaian dan kebahagiaan! Sebaiknya Anda pertimbangkan hal ini masak-masak!”

Nyonya Besar Luo terpana, menatap Gao Han yang berdiri tegak di hadapannya, menjulang tinggi bagai gunung. Dari ujung rambut hingga ujung kaki sekujur tubih laki-laki ini memancarkan wibawa, sungguh membuat orang tak berdaya. Nyonya Besar Luo merasa terdesak hingga tak mampu berbuat apa-apa. Berdua mereka saling menatap, masing-masing menilai lawannya. (GdTS, 1997:237-238)


(47)

Pada akhir kutipan, dapat dilihat dari sudut pandang Nyonya Besar Luo setelah mendengarkan penjelasan dari Gao Han. Nyonya Besar Luo terpukau dengan karakter Gao Han yang tegas dan berwibawa.

Dari kutipan-kutipan diatas yang menggambarkan ciri-ciri kepribadian Gu Yameng, Gu Yameng memiliki sifat tenang, tidak suka terburu-buru, sabar dan bicara seadanya.

4.1.3 Kepribadian Luo Zhigang

Luo Zhigang adalah pria pilihan Pangeran Wang untuk menjadi menantunya. Ia berasal dari keluarga Luo, yang mempunyai ikatan hubungan kekeluargaan dengan keluarga Kaisar semenjak jaman dulu. Dengan latar belakang keluarga kaya, Zhigang dididik secara militer dan menyukai seni bela diri. Luo Zhigang adalah seorang yang blak-blakan dan agak gegabah, polos, serta suka seenaknya sendiri. Hidupnya dipenuhi dengan kemewahan, tidak memandang kesusahan, dan selalu sempurna (Xueke, 1990:33-34).

Namun satu per satu masalah muncul merusak kehidupannya yang sempurna, diawali pada saat pengakuan Xueke di malam pengantin. Zhigang merasa dihina dan marah besar, ia tidak mengira bahwa perempuan yang dijodohkan dengannya, seorang putri keturunan kaisar, membohongi dirinya. Lalu ia mengadu kepada orangtuanya dan berusaha membatalkan pernikahan. Jalan keluar diambil dengan menutup rapat-rapat rahasia Xueke yang tidak gadis lagi dan tetap menjadi


(48)

menantu dikeluarga Luo dengan bersumpah untuk menjadi menantu keluarga Luo dan memotong jari kelingkingnya. (Xueke, 1990:41-44)

为什么要承认呢?至刚想不明白。却越想越感到挫败,越想就越 对雪珂生出一种近乎痛苦的恨。恨她的坦白,恨她的诚实,恨她 有断指的勇气,更恨她……是了,更恨她因此而保护了自己——

使他退避三舍以外,根本不愿对她染指! 但是,她是他的妻子呀!

为什么要承认呢?就为了躲避他吗?为什么要躲避他呢?因为要 对另一个男人守身吗?

一次又一次的自问,使这个才十九岁的少年妒火狂炽。恨透了雪 珂!真恨透了雪珂!(雪珂, 1990:33)

Kenapa dia harus mengaku? Zhigang tak habis pikir. Semakin dipikir ia malah semakin merasa menjadi pecundang, semakin dipikir malah semakin melahirkan kebencian yang nyaris mendekati penderitaan terhadap Xueke. Zhigang membenci keterusterangannya, ketulusannya, keberaniannya memotong jari... Terlebih-lebih ia membencinya sebab dengan begini Xueke dapat menjaga kesucian dirinya... Membuat Zhigang harus mundur menjauh, sama sekali tak berniat menjamahnya! Namun dia istrinya!

Kenapa harus mengaku? Supaya dapat menghindar darinya? Kenapa harus menghindari dirinya? Karena ingin menjaga kesuciannya demi laki-laki yang seorang lagi?

Pertanyaan itu terus berulang dalam benaknya, membuat Zhigang, pemuda yang baru berusia sembilan belas tahun ini, terbakar api cemburu. Ia membenci Xueke setengah mati! Benar-benar membenci Xueke setengah mati! (GdTS, 1990:44-45)

Kutipan ini menunjukkan keadaan batin Zhigang. Ia menolak kejujuran Xueke, ia tak menerima bahwa gadis yang dinikahinya telah menikah. Namun karena tindakan Xueke yang terus terang itu membuat Zhigang tidak bisa berbuat apa-apa. Zhigang merasa bingung dan merasa dipermalukan sehingga ia menaruh dendam kepada Xueke.


(49)

Berikut adalah cuplikan percakapan Zhigang dan Xueke untuk pertama kalinya semenjak tiga bulan setelah pernikahan. Zhigang yang dalam kondisi mabuk, melampiaskan kemarahannya kepada Xueke ditunjukkan pada kutipan berikut.

“我真恨你!我真恨你!”他一迭连声的嚷着。“你为什么不用 你娘的法子,你为什么要说出来?那个人,他究竟有多么好?值 得你这样为他豁出去?你告诉我!你告诉我!”他疯狂的抓住她 的肩,疯狂的摇撼着她。

“你宁愿不是的!对不对?你宁愿做丫头也不做我的妻子,对不 对?我偏不让你称心如意,我偏不让你达到目的!你已经扰乱了 我的生活,破坏了我的快乐,你使我这么痛苦,这么恨!我从没 有 恨 一 个 人 像 恨 你 这 样 ! 我 真 恨 你 , 我 真 恨 你 , 我 真 恨 你……”(雪珂, 1990:34)

“Aku benar-benar membencimu! Aku benar-benar membencimu!” berulang kali Zhigang berteriak. “Kenapa kau tidak menggunakan cara ibumu, kenapa kau harus mengatakannya? Laki-laki itu, seberapa hebatnya dia? Layakkah untuk kau perjuangkan sedemikian rupa? Katakan padaku! Katakan padaku!” Dengan membabi buta Zhigang menarik pundak Xueke, lalu mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan liar.

“Kau lebih senang tidak menjadi istriku, kan? Kau lebih senang menjadi pelayanku daripada menjadi istriku, kan? Aku justru takkan membiarkan keinginanmu terpenuhi, aku justru takkan membiarkan tujuanmu tercapai! Kau telah mengacaukan hidupku, merusak kebahagiaanku, membuat diriku begitu menderita, begitu membenci! Aku tidak pernah membenci seseorang seperti aku membencimu! Aku sungguh membencimu! Aku sungguh membencimu...”(GdTS, 1997:46)

Dalam kutipan-kutipan diatas dapat dilihat bahwa kembali Chikang terus menerus mengungkapkan bahwa ia membenci Xueke.

Kebencian adalah emosi mendasar yang dimiliki setiap manusia. Krech, et al.,

mendeskripsikan kebencian sebagai berikut: kebencian berhubungan erat dengan perasaan marah, cemburu dan iri hati. Ciri khas yang menandai perasaan benci


(50)

adalah timbulnya nafsu dan keinginan untuk menghancurkan objek yang menjadi sasaran kebencian. Perasaan benci melekat dalam diri seseorang dan ia tidak akan pernah merasa puas sebelum menghancurkannya (Minderop, 2010:44).

Zhigang membenci Xueke. Ia selalu berlaku semena-mena terhadap Xueke, ia selalu melampiaskan kemarahannya, dan menjadi pendendam. Ia membuat perhitungan dengan Xueke untuk membuat hidup Xueke menderita dan tidak akan melepas Xueke, akan terus menghantui Xueke kemana pun Xueke pergi (Xueke, 1990: 254). Sikap Zhigang yang pendendam, optimis, dan mudah terbawa emosi ini dapat digolongkan dalam ciri-ciri orang berkepribadian koleris.

Kemudian sikap Zhigang ditunjukkan pada percakapan dengan tokoh Shen Jiashan. Shen Jiashan menyadarkan Zhigang bahwa sesungguhnya ia mencintai Xueke.

“我怎么会爱她?我恨她!恨死了她!我从没有爱过她!只有恨, 恨,恨,恨,恨……恨不得捏碎她,杀了她,毁了她……”

“哦,不是的!”嘉珊热烈的喊:“你恨的并不是她,而是你征 服不了她!你对她充满了嫉妒,充满了怀疑,你花很多时间观察 她,刺探她……那实在因为你心底,太在乎她,太要她的缘故! 我不知道你们的婚姻,怎么会弄到今天的地步?我却看你一直在 做相反的事!明明深刻的爱着她,却总是在伤害她……”

“没有,没有,没有……”至刚凄厉的嚷着:“我不爱她,我绝 对不爱她!我怎会爱一个心里根本没有我的女人!不可能的!你 说这种话,对我是个侮辱……”

“不!不!你爱她!你拚命压抑,越压抑就变得越强烈!你最大 的痛苦是她不爱你!但是,你用暴力,你用凶狠,你用无数比刀 还锐利的言辞,不断不断的去伤她,把她伤害得遍体鳞伤,于是, 她排斥你、怕你、躲你……她越躲越远,你就越来越生气。一生 气,你就丧失理智,想尽办法去折磨她,事实上,你在伤害她的 同时,你更深的伤害了自己!当她遍体鳞伤的时候,你自己也遍


(51)

体鳞伤……这是不对的!至刚,至刚!如果你爱雪珂,要让她知 道,要让她能体会,你需要付出的,是包容,宠爱,怜借和体贴! 只有用这种方式,你才能得到一个女人的心!”

至刚听得胆战心惊,会吗?是吗?自己早已不知不觉的爱上了雪 珂,所以才变得这般暴躁易怒?这般痛苦?这般无助?这般提不 起又放不下?是啊,雪珂,她牵引着他内心深处,每一根神经, 忽悲忽怒,嫉妒如狂!是啊,雪珂!她不知何时开始,已攻占了 他整个心灵的堡垒。(雪珂, 1990:124)

“Kau begitu mencintainya, mengapa tidak kau katakan hal ini kepadanya?”

Zhigang serasa ditampar keras-keras, seluruh tubuhnya bagai terlempar hingga ia jatuh terduduk di kursi. Wajahnya pucat pasi, sorot matanya nanar, dia begitu terpukul. Diguncang-guncangkannya tubuh Jiashan sambil berteriak meledak-ledak.

“Bagaimana mungkin aku mencintainya? Aku membencinya! Membencinya setengah mati! Aku tak pernah mencintainya! Hanya ada kebencian, kebencian, kebencian, kebencian...! Rasa benci karena tak dapat menghancurkannya, tak dapat membunuhnya, mengeyahkannya...” “Oh, kau keliru!” seru Jiashan penuh perasaan. “Kau bukan membenci dirinya, kau hanya tak bisa mengendalikan dirinya! Perasaanmu padanya dibarengi oleh rasa cemburu dan curiga, kau menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menyelidikinya, mengamatinya... Semua itu kau lakukan karena dalam hatimu kau sebenarnya terlalu memedulikan dirinya, terlalu menginginkan dirinya dapat menjadi milik-mu seutuhnya! Aku sama sekali tidak mengerti bagaimana pernikahan kalian bisa menjadi seperti sekarang ini? Sebaliknya aku terus menyaksikan kau melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan perasaanmu! Jelas-jelas kau mencintainya dengan begitu mendalam, namun malah selalu melukainya...”:

“Tidak... tidak... tidak...!” seru Zhigang dengan memelas. “Aku tidak mencintainya, aku sama sekali tidak mencintainya! Bagaimana mungkin aku mencintai seorang wanita yang di dalam hatinya sama sekali tak ada diriku! Tidak mungkin! Kata-kata yang kau ucapkann padaku ini benar-benar merupakan penghinaan...”

“Tidak! Tidak! Kau mencintainya! Kau mati-matian berusaha menekan perasaan itu, namun nyatanya semakin ditekan perasaanmu justru semakin membara! Kepedihanmu yang terdalam adalah karena dia tidak mencintaimu! Namun sebaliknya kau malah menggunakan kekerasan, kekasaran, serta ribuan kata yang lebih tajam daripada pisau untuk terus-menerus melukai perasaannya, membuatnya begitu terluka hingga


(52)

dia menolakmu, takut padamu, dan menghindar darimu... Semakin lama semakin jauh dia bersembunyi, dan kemarahanmu pun semakin menjadi-jadi. Setiap kali marah kau kehilangan akal sehat, lalu mengerahkan segala cara untuk menyiksanya. Namun sebenarnya, ketika kau menyakitinya, kau sedang menyakiti dirimu sendiri! Saat dia merasa tersiksa dan kesakitan, kau sendiri sebenarnya juga merasa tersiksa dan kesakitan.. Ini semua keliru! Zhigang, Zhigang! Kalau kau mencintai Xueke, kau harus membuatnya memahami perasaanmu. Kau harus toleran terhadapnya memanjakannya, mengasihi dan memperhatikannya! Hanya dengan begitu barulah kau dapat merebut hati seorang wanita!”

Zhigang mendengarkan dengan hati galau, bisakah? Benarkah? Bahwa sejak awal tanpa sadar ia telah mencintai Xueke, hingga dirinya berubah menjadi begitu meledak-ledak dan mudah marah? Kepedihan seperti ini, ketidakberdayaan seperti ini, perasaan yang tak dapat diungkapkan namun tak dapat dihilangkan seperti ini, dapatkan disebut cinta? Benar, Xueke telah menjerat hatinya yang terdalam, setiap serabut jiwanya begitu tersiksa, begitu marah, begitu cemburu bagai gila rasanya! Benar, entah sejak kapan mulainya Xueke telah menguasai seluruh relung dalam hatinya. (GdTS, 1997: 173-175)

Percakapan ini adalah awal mula dari luluhnya hati Zhigang terhadap Xueke. Pada kutipan ini nurani Zhigang mulai tergugah, ia menyadari bahwa selama ini caranya menyiksa Xueke adalah penggambaran bahwa ia peduli dan menyayangi Xueke. Sikap ini mengawali perubahan tempramen Zhigang yang selalu panas menjadi sedikit menurun.

Berikut ini adalah cuplikan beberapa paragraf yang terdapat pada halaman 132-134 tentang percakapan antara tokoh Zhigang dengan tokoh Xueke yang berisi tentang pengakuan Zhigang bahwa ia mencintai Xueke sehingga menginginkan rujuk dan tidak bercerai.

“我很抱歉。”他面色一正,诚心诚意的说:“我不该对你疑神 疑 鬼 , 不 该 跟 踪 你 , 不 该 限 制 你 的 行 动 , 更 不 该 对 你 粗 声 粗 气……现在,让我们忘掉所有的不愉快,重新开始吧!”


(53)

“如果我说,是因为我面临到要失去的时候,才发现我多么 珍惜!如果我说,是因为我爱……”

“你相信吗?”他收起激动的语气,变得痛楚起来。“新婚

那天,家里大事铺张,惊天动地的把你娶进门,我全心全意要迎 接我的新娘,那么喜悦,那么兴冲冲的,而你,却告诉我你心中 另有其人,你那么大无畏的坦白了一切,你那么视死如归的想保 有你的贞洁,你甚至毅然断指,做了任何女人不可能做的事…… 让我告诉你,当时,我就为你发疯了,我疯狂的嫉妒和羡慕,我 真恨不得就是你心里那个人!”他点点头。“你问我哪一天爱上 了你?现在回忆起来,似乎是那第一个晚上,你就把我给折服 了!”

“八年都过去了!”他急迫的说:“你还在乎多等半年吗?

让我告诉你,我一定停止嫉妒,不算旧帐!我一定改头换面…… 为你重新活过!我要敞开心胸来爱你,不止爱你,还要爱屋及乌, 你最亲近的翡翠,你最喜爱的小雨点儿,我都会另眼相待,还有 你的父母,我也会真诚的尊敬他们!雪珂,相信我!”他看进她 眼睛深处去。“好奇怪,一个丈夫在对他娶了八年的妻子倾诉爱 慕……好奇怪!也好悲哀!”(雪珂, 1990:132-134)

“Aku sungguh-sungguh minta maaf.” Roman wajah Zhigang tampak serius, lalu katanya dengan tulus, “Tak semestinya aku mencurigaimu seperti itu, tak semestinya aku membuntutimu, tak semestinya aku berkata dan bersikap kasar kepadamu... Sekarang, marilah kita lupakan seluruh rasa benci dan memulai semuanya dari awal lagi!”

...“Bagaimana kalau kukatakan bahwa pada detik-detik terakhir saat aku akan kehilangan dirimu, barulah aku menyadari betapa aku menghargai semua ini kalau kukatakan, karena aku mencintai...”

...“Percayakah kau?” Nada bicaranya tak lagi penuh emosi, melainkan berubah penuh kepedihan. “Hari pernikahan kita adalah peristiwa besar yang terjadi di rumahku, dengan megah meriah kami menyambutmu masuk ke dalam keluarga kami. Aku pun dengan sepenuh hati menyambutmu sebagai mempelaiku, begitu gembira, begitu bersukacita! Namun kau malah memberitahuku bahwa di hatimu sudah ada pria lain. Kau tanpa tedeng aling-aling menjelaskan semuanya, mati-matian mempertahankan kesucian dan kesetiaanmu, sampai-sampai bersedia memotong jarimu sendiri, melakukan hal yang tak mungkin dilakukan oleh wanita mana pun... Biar kuberitahu, ketika itu rasanya aku jadi gila karenamu! Aku begitu kesetanan oleh rasa cemburu dan iri, aku begitu membenci laki-laki dalam hatimu, ya, laki-laki dalam hatimu itu, dialah sebenarnya yang kubenci!” Zhigang mengangguk-angguk. ”Kau bertanya padaku sejak kapan aku mulai mencintaimu? Bila


(54)

diingat-ingat kembali, agaknya pada malam pertama itu, hatiku telah kau penjarakan!”

...“Delapan tahun telah lewat!” kata Zhigang cemas. “Bersediakah kau menunggu selama setengah tahun lagi? Biar kukatakan kepadamu, aku pasti akan berhenti cemburu dan mendendam! Aku pasti akan mengubah sikap dan tabiatku... Demi dirimu memulai dari awal lagi! Aku ingin mencintaimu sepenuh hati, aku takkan berhenti mencintaimu, mencintai semuanya... Feicui yang terdekat denganmu atau Xiao Yudian yang paling kau sayangi... Aku pasti dapat mengubah perlakuanku terhadap mereka! Juga masih ada ayah dan ibumu, aku akan menghormati mereka dengan sepenuh hati! Xueke, percayalah padaku!” Tatapan Zhigang menembus kedalaman mata Xueke. “Aneh sekali, seorang suami menyatakan cinta pada istri yang sudah dinikahinya selama delapan tahun... Aneh dan tragis sekali!”(GdTS, 1997:187-190)

Pengakuan Zhigang ini memperlihatkan bahwa ia tidak lagi mendendam dan tidak membenci Xueke. Terjadi perubahan pada diri Zhigang yaitu kembali menurunnya temperamen koleris namun tidak berdampak besar terhadap karakternya. Ia optimis dan memohon terus-menerus kepada Xueke untuk tetap bersamanya. Sikap ini menunjukkan bahwa sisi koleris Zhigang masih kuat. Dapat dilihat dari kutipan-kutipan di atas bahwa Luo Zhigang adalah orang yang mudah marah, pendendam, hatinya mudah terbakar, daya juang besar dan optimis.

4.1.4 Kepribadian Pangeran Wang

Pangeran Wang adalah keturunan Kaisar Cina dan memiliki kediaman istana di Beijing. Sebagai seseorang yang memiliki ikatan dengan kekaisaran, ia terlahir menjadi seorang memiliki kekuasaan, dan mengatur segala sesuatu.

Pada awal cerita dikisahkan bahwa kaburnya Xueke dan Yameng membuat naik pitam Pangeran Wang. Ia segera datang menjemput mereka dengan paksa


(55)

dan memberikan hukuman. Berikut cuplikan kejadian penghukuman yang dilaksanakan Pangeran Wang yang terdapat pada halaman 12

剑一出鞘,室内的四个人全都一震。王爷杀气腾腾的瞪着亚蒙, 咬牙切齿的说:“顾亚蒙!今天我不把你碎尸万段,实在难泄我 心头之恨!你小小年纪,好大的狗胆!”

“你还敢大声说话!”王爷怒吼,瞪视着亚蒙:“你勾引格格, 让我们颐亲王府,蒙上奇耻大辱,你们母子两个,我一个也不 饶!”(雪珂, 1990:12)

Begitu pedang keluar dari sarungnya, keempat orang di dalam ruangan itu langsung menahan napas. Pangeran menatap Yameng dengan wajah penuh nafsu membunuh, lalu berujar sambil mengertakkan gigi rapat-rapat,“Gu Yameng! Bila hari ini aku tidak mencincang tubuhmu, sungguh sulit meredakan kebencian dalam hatiku! Kau begitu muda, sudah bernyali sebesar anjing!”

“Kau masih berani bicara sekeras itu!” Pangeran semakin murka, ditatapnya Yameng dengan berapi-api. “Kau menggoda Tuan Putri, membuat Kepangeranan Wang harus menutup-nutupi keadaan yang sangat memalukan ini dari istana. Kalian berdua, ibu dan anak, tak seorang pun kuampuni!(GdTS, 1997:12-14)

Kutipan ini menunjukkan betapa marahnya Pangeran Wang terhadap kelakuan Xueke dan Yameng. Tak menampik bahwa putrinya sendiri yang bersalah namun ia melimpahkan semua kemarahannya kepada Yameng seorang.

Dari kutipan-kutipan di atas sikap pemarah, pendendam, dan opurtunis lekat pada diri Pangeran Wang. Karakter Pangeran Wang tidak lepas dari perannya dalam sehari-hari sebagai pemimpin. Pada jiwa pemimpin cenderung memiliki tempramen koleris. Seorang pemimpin mempunyai sikap mengatur dan menguasai, tidak segan-segan memperalat orang lain, dan opurtunis. Ini semua termasuk dalam ciri orang yang bertemperamen koleris. Sikap berang dan emosi


(1)

24

参考文献

[1] 李燕娥. 武侠小说人物分析 [J]. 2011年10月

[2] 台园园. 从简奥斯丁《傲慢与偏见》[J]. 2008年02月 [3] 琼瑶. 雪珂. [M] 1990年04月

[4] Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra.. Yogyakarta: Pustaka Widyautama.

[5] _______________ . 2012. Teori Kritik Sastra: Prinsip, Falsafah, dan

Penerapan. Yogyakarta : CAPS.

[6] Ernawati, Lissa. 2009. Novel Rojak Karya Fira Basuki: Analisis Psikosastra. Skripsi Sarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara.

[7] Festian, Filtras Okta. 2012. Kepribadian Tokoh Dalam Roman Wilde Reise

durch die Nacht Karya Walter Moers: Kajian Psikologi Sastra. Skripsi

Sarjana. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

[8] Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Kepribadian: Paradigma Filosofis,

Tipologis, Psikodinamik dan Organismik-Holistik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

[9] Luxemburg, Jan Van (dkk). 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia. [10] Maisarah, Reydita. 2009. Citra Tokoh Perempuan Modern Taiwan Dalam

Novel Yanyu Mengmeng 烟雨蒙蒙 (Kabut Cinta): Keluarga dan Cinta.

Skripsi Sarjana. Depok : Universitas Indonesia.

[11] Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori,

dan Contoh Kasus. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

[12] Rafiek, M. 2013. Pengkajian Sastra: Kajian Praktis. Bandung : Refika Aditama.

[13] Schultz, Duane P. dan Sydney Ellen Schultz. 2005. Theories of Personality. California: Wadsworth.

[14] Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

[15] Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta : Aditya Media Publishing.


(2)

[16] Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

[17] Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. (terjemahan oleh Melanie Budianta). Jakarta : Gramedia.

[18] akses pada 18 November 2014 pukul 00:21

[19]

akses pada 15 Februari 2015 pukul 21:32

[19] pukul 00:17

[20] di akses pada 24 Oktober 2014 pukul 21:31


(3)

26

附录

1.故事梗概

王府的格格雪珂,和府中奶妈的儿子亚蒙相爱并私奔,被雪珂的父亲捉 了回来,雪珂以死威胁父亲,换得了亚蒙的生命,亚蒙被充军到新疆,雪珂 生下孩子后,被嫁进世交罗家。

新郎罗至刚是个年轻漂亮的未成熟的男孩,他非常喜爱雪珂,可雪珂却 告诉他,自己和亚蒙的事情,年轻的罗至刚惊呆了,他叫来了爹妈,他们迫 雪珂自断了一个小指,雪珂的苦日子开始了。

罗至刚想不明白,却越想越感到挫败,三天后,罗至刚忍不住了,他强 暴了雪珂。

雪珂为了一个渺茫的希望,坚强地活着。

转眼八年过去了,民国初年,政治是一片动荡。雪珂的父亲顾亲王爷的

权势已消失,没有失去的是王府那栋老房子。而对雪珂来说,这 8年的日子,

是漫长而无止境的煎熬。

罗家失去势力后,全家迁回老家承德,罗至刚开始弃政从商,居然闯出 另一番天下,成为承德殷实的巨商。到承德之后,至刚又大张旗鼓地迎娶了 另一位夫人––嘉珊。嘉珊出自书香世家,温柔敦厚,一进门,就被罗夫人 视为真正的儿媳,进门第二年,又很争气地给至刚生了个儿子––玉麟,从 此身价不同凡响。可不管至刚的事业有多成功,雪珂永远是罗夫人眼中之钉, 也永远是至刚内心深处的刺痛。

周磨把自己的孙女小雨点送进了罗家当小丫头,因为她找不到自己的儿 子亚蒙,而且自己又生了病,她把希望寄托在罗家的雪珂身上。


(4)

小雨点进了罗家,得到了雪珂异乎寻常的关爱。

亚蒙改名高寒,这时也到了承德,他找到了雪珂的父亲,想打听雪珂的 下落,雪珂的父亲痛斥他,雪呵的母亲却告诉他一个惊人的消息,雪珂带着 他的孩子到新疆去找他了。

高寒开始在远处观察雪珂,他发现雪珂很不快乐。他找到雪珂,雪珂做 梦也没有想到还能见到高寒,而且,她知道孩子还活着,她让亚蒙先去找孩 子。

一次巧合,雪珂发现了小雨点就是自己的女儿,她更加爱护小雨点,至 刚发现了她的反常,他便加倍地折磨小雨点,雪珂告诉亚蒙和父母小雨点的 存在,顽固的父亲这时也支持雪珂离婚,可罗至刚却不愿离,因为他爱雪珂。

雪珂不相信至刚会爱自己,但毫无办法,她想先把小雨点送出罗家,可 罗至刚母亲发现了小雨点就是雪呵的女儿,至刚愤怒了,他把雪珂和小雨点 关了起来。

亚蒙设计骗来了罗至刚,他想用罗至刚换回雪珂母女,可雪珂不走,因 为她知道罗至刚不会放过自己,雪珂在罗至刚和亚蒙的争吵中,把匕首刺进 了自己的胸口,罗至刚终于放过了雪珂。垂危的雪珂在亚蒙和女儿的呼唤下, 又有了生的勇气。


(5)

28 2. 作者简介

琼瑶(1938 年4 月 20日-)生于四川成都,父亲陈致平是大学教授,母亲

袁行恕出身书香门第。1949 年,琼瑶随父陈致平由大陆到台湾生活,高中

毕业后不久即结婚生子,做主妇的同时开始尝试写作,其后步入职业作家行 列,并相继进入电影、电视剧制作行业。琼瑶首次婚姻破裂,现任丈夫平鑫 涛同时也是其经纪人、出版人,经营台湾皇冠文化集团,琼瑶所有作品均由 该公司出品。

1949 年随家迁台湾,就读于台北师范附小及台北一女中。1954 年,16 岁在

台湾《晨光》杂志发表短篇小说《云影》,高中期间先后发表200 余篇文章。

1957 年,台北第二女子中学毕业,毕业后未能考取大学。高中毕业后不久

即结婚生子,做主妇的同时开始尝试写作。

1963 年 7 月,出版了第一部长篇小说《窗外》,从此跃登台湾文坛。1965

年,作品首度搬上银幕,包括《婉君表妹》,《菟丝花》,《烟雨濛濛》和 《哑女情深》。


(6)

致谢

今天看着论文的结尾,手指却打不出字来。向着经过四年坚持的努力学 习,现在终于能毕业,心中还是感悟万千。首先感谢苏北大学人文学院中文 系的领导;人文学院的院长、中文系的系主任和辅导老师的认真拥有所有的 知识指导对我的论文提供了许多宝贵意见,让我能提高自己的能力和知识于 其是在学汉语的过程能过补充自己不足的地方。感谢我亲爱的父母不断地鼓 励我让我能坚持下去。

本研究及学位论文是在我的导师的亲切关怀和悉心指导下完成的。她严 肃的科学态度,严谨的治学精神,精益求精的工作作风,深深地感染和激励 着我。老师不仅在学业上给我以精心指导,同时还在思想、生活上给我以无 微不至关怀,在此谨向李莎莎老师致以诚挚的谢意和崇高的敬意。我还有感 谢在一起愉快的度过毕业论文小组的同学们,正是由于你们的帮助和支持, 我才能克服一个一个的困难和疑惑,直至本文的顺利完成。

在论文即将完成之际,我的心情无法平静,从开始进入课题到论文的顺 利完成,有多少可敬的师长、同学、朋友给了无言的帮助,在这里请接受我 诚挚的谢意!最后我还要感谢培养我长大含辛茹苦的父母,谢谢您们!