Hubungan Antara Populasi Kutu Kebul (bemisia tabaci Genn) dan Keterjadian Penyakit Kuning Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum l.) di Dataran Rendah

5

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Cabai
Menurut Tindall (1983) tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub-divisio

: Angiospermae

Ordo

: Polemoniales


Famili

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Spesies

: Capsicum annumL.
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan(Solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendahataupun di dataran
tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A danvitamin C serta
mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasapedas dan
memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah(bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisadipakai untuk kebutuhan
sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar( Harpenas, 2010).
Akar

Cabai adalah tanaman semusim yangberbentuk perdu dengan perakaran
akar tunggang. Sistem perakarantanaman cabai agak menyebar, panjangnya
berkisar 25-35 cm. Akar iniberfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan
dari dalam tanah, sertamenguatkan berdirinya batang tanaman (Harpenas, 2010).
Akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai
penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cmserta berwarna coklat. Dari
akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akarcabang tumbuh horisontal didalam

Universitas Sumatera Utara

6

tanah, dari akar cabang tumbuh akarserabut yang berbentuk kecil- kecil dan
membentuk masa yang rapat (Tjahjadi, 1991)
Batang
Batang utama cabai tegak danpangkalnya berkayu dengan panjang 20-28
cm dengan diameter 1,5-2,5cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan
panjang mencapai 5-7 cm,diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm.
Percabangan bersifatdikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan
secara berkesinambungan (Hewindati, 2006)

Tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya bulat.Tanaman cabai dapat
tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanamanperdu yang warna batangnya hijau
dan beruas-ruas yang dibatasi denganbuku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm
dengan diameter data 5-2 cm (Tjahjadi, 1991)
Daun
Daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujungmeruncing atau
diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daunberbentuk menyirip dilengkapi
urat daun. Bagian permukaan daun bagianatas berwarna hijau tua, sedangkan
bagian permukaan bawah berwarnahijau muda atau hijau terang. Panjang daun
berkisar 9-15 cm dengan lebar3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan daun
tunggal, bertangkai(panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun
bentuknya bulat
telur

sampai

elips,

ujung


runcing,

pangkal

meruncing,

tepi

rata,

petulanganmenyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau (Hewindati,
2006)
Bunga

Universitas Sumatera Utara

7

Bunga tanaman cabai berbentukterompet kecil, umumnya bunga cabai
berwarna putih, tetapi ada juga yangberwarna ungu. Cabai berbunga sempurna

dengan benang sari yang lepastidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena
terdiri atas tangkaibunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat
kelamin jantandan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua
atauhermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu bunga
(Hendiwati, 2006).
Posisi bunga cabai menggantung.Warna mahkota putih, memiliki kuping
sebanyak 5-6 helai, panjangnya 1-1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning
(Tjahjadi, 2010).
Buah
Buah buniberbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing
pada bagianujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2
cm,panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarnahijau
tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinyabiji yang masih
muda berwarna kuning, setelah tua menjadi cokelat,berbentuk pipih, berdiameter
sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedasdapat mengeluarkan air mata orang yang
menciumnya, tetapi orang tetapmembutuhkannya untuk menambah nafsu makan
(Tjahjadi, 2010),
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman cabai merah mempunyai daya adaptasi yang cukup luas.

Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai
ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Tanaman cabai merah mempunyai daya
adaptasi yang cukup luas. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman

Universitas Sumatera Utara

8

cabai merah adalah sekitar 600-1200 mm per tahun. Cahaya matahari sangat
diperlukan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada intensitas
cahaya yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan cabai merah
terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat
(Sumarni dan Muharam, 2005).
Tanah
Tanaman cabai merah dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal
drainase dan aerasi tanah cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah
adalah tanah yang gembur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurangkurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman
(pH) tanah yang sesuai adalah 6-7 (Sumarni dan Muharam, 2005).


A

B

Gambar 1. Tanaman cabai merah (Capsicum annum),
A= Fase Vegetatif, B= FaseGeneratif
Kutu Kebul (B.tabaci)
B. tabaci digolongkan ke dalam ordo Homoptera, subordo Sternorrhyncha,
superfamili Aleyrodoidea, dan termasuk kedalam famili Aleyrodidae. SeranggaB.

Universitas Sumatera Utara

9

tabaci merupakan spesies kutukebul yang memiliki kisaran inang luas.
Kalshoven(1981), mengelompokkan tanamaninang dari serangga ini meliputi
beberapa famili, yaitu Famili Compositae, Cucurbitaceae, Cruciferae, dan
Solanaceae. Siklus hidup B. tabaci terdiri dari telur, nimfa instar 1 hingga 3, nimfa
instar 4 (pupa) dan imago(Gambar 2). Waktu yang dibutuhkan dari telur hingga
imago adalah 18 – 28 hari.


Gambar 2 Siklus hidup B. tabaci
Sumber: http://www.daff.qld.gov.au

Bioekologi B. tabaci adalah sebagai berikut:
Stadium Telur

Universitas Sumatera Utara

10

Telur diletakkan dibawah daun muda pada jaringan mesofil berwarna putih
ketika pertama kali diletakkan dan berubah menjadi kecoklatan sebelum menetas
(Gambar 2) (Mau and Kessing, 2007). Berbentuk oval sekitar 0.25 mm, biasanya
tertutup lilin, warna telur akan berubah setelah 24 jam menjadi berwarna coklat
(Martin, 2000 dalam Nasution, 2010). Telur biasanya tersebar dalam kelompok
kecil (Malumphy, 2014). Pada 25 ºC, telur akan menetas dalam enam sampai tujuh
hari. Imago dapat meletakkan telur sebanyak 28 - 300 butir telur, tergantung inang
dan suhu (Mau and Kessing, 2007).


Gambar 3 Telur B. tabaci
Sumber: http://ditlin.hortikultura.deptan. 2012
Stadium Nimfa
Nimfa instar satu disebut crawler berukuran sekitar 0,3 mm, berbentuk
bulat panjang. Permukaan dorsal dari crawler cembung sedangkan permukaan
ventralnya datar pada permukaan daun (Gambar 3). Crawler mempunyai tungkai
dan biasanya bergerak hanya beberapa sentimeter untuk mencari tempat makan.
Jarak terjauh yang dapat ditempuh crawler adalah dari satu daun ke daun lain yang
masih dalam satu tumbuhan sama. (Perring, 2005).

Universitas Sumatera Utara

11

Nimfa instar dua berwarna hijau gelap dengan panjang tubuh 0.28 mm dan
lebar 0.17 mm. Nimfa instar kedua hingga keempat menetap dengan tungkai
tereduksi dan antena sangat pendek. Nimfamenyekresikan meterial berlilin pada
pinggir bagian tubuhnya sehingga membantu nimfa tersebut menempel pada
permukaan daun. Setelah nimfa mencapai instar keempat akan memasuki fase
dimana nimfa mempunyai mata berwarna merah. Tidak ada ganti kulit antara

nimfa instar keempat dan nimfa yang matanya berwarna merah padahal secara
morfologi keduanya berbeda. Nimfa bermata merah tersebut tidak makan sehingga
kadang disebut memasuki periode puparium (Perring,2005).

Gambar 4 Nimfa B. tabaci
Stadium Pupa
Pupa berbentuk bulat panjang, dibagian toraks agak melebar dan cembung
dengan abdomen yang tampak jelas.Terdapat satu pasang seta kauda (cauda setae)
pada ujung anal. Vasiform orifice terdapat di daerah sebelum ujung posterior
puparium, berbentuk segitiga, dan ukurannya lebih panjang dari panjang alur
kaudal (caudal furrow). Hampir separuh bagian operkulumnya menutupi bagian
vasiform orifice (Gambar 5).

Universitas Sumatera Utara

12

Puparium B. tabaci ditemukan memiliki variasi bentuk morfologi puparium
yaitu oval. Oval dengan 1-2 lekukan, oval dengan >3 lekukan dan pada tanaman
terung dijumpai bentuk seperti kerang laut. Variasi bentuk morfologi puparium

tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu tekstur permukaan daun tanaman
inang tempat puparium tersebut hidup. Puparium B. tabaci yang hidup pada tekstur
daun berambut biasanya mempunyai bentuk berlekuk dan memiliki rambut dorsal
yang memanjang, merupakan bentuk kamuflase terhadap lingkungan tempat
puparium tersebut hidup sehingga lolos dari deteksi musuh alami (Nasution, 2010).

Gambar 5 Kantung Pupa B. tabaci
Sumber: Yuliani et al., 2006

Stadia imago
Imago berukuran ± 1 mm dengan sayap berwarna putih dan ditutupi tepung
seperti lilin (Gambar 5).Imago yang berumur 1 - 4 hari dapat langsung
menghasilkan telur tanpa melakukan perkawinan (Hirano et al., 2007 dalam

Universitas Sumatera Utara

13

Nasution, 2010). Serangga ini bersifat partenogenesis, telur yang tidak dibuahi
akan menghasilkan turunan jantan. Imago betina mampu menghasilkan 7 butir
telur / hari (Henneberry and Castle. 2001). Lama hidup imago bervariasi
tergantung faktor lingkungan. Lama hidup imago betina sekitar enam hari, tetapi
pada kondisi tertentu mampu mencapai 60 hari dan pada umumnya imago jantan
umurnya lebih singkat dibandingkan imago betina, yaitu sekitar 9-17 hari (CABI
2005).
B. tabaci ini dapat beradaptasi pada suhu hangat yakni berkisar 14 sampai
35 0C, dengan suhu optimum sekitar 25 sampai 30 0C. Pada tanaman tomat, imago
mampu hidup selama 10-15 hari pada suhu 28 sampai 30 0C, sedangkan imago
betina mampu memproduksi 195 telur pada suhu 25 0C (Smith, 2009). Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas terbesar B. tabaci menyerang tanaman terjadi pada
musim panas dan untuk daerah tropis populasi serangga ini banyak dijumpai pada
musim kemarau (Nasution, 2010).

Gambar 6 Imago B.tabaci
Gejala Serangan
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh
rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat 6 serangan nimfa dan serangga dewasa.
Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

14

tanaman. Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan
serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman.
Keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada
daun. Kisaran inang serangga ini cukup luas dan dapat mencapai populasi yang
besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan menguntungkan.
Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah kentang, timun,
melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Selain kerusakan langsung oleh
isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak
sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh
kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus,
Potyvirus, Rod-shape DNA Virus (Meilin, 2014)
Serangan yang disebabkan oleh B. tabaci dibagi atas 3 tipe: (1) kerusakan
langsung, (2) kerusakan tidak langsung, dan (3) penularan virus (Nasution, 2010).
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang
menghisap cairan daun mengakibatkan daun tanaman mengalami klorosis, layu,
daun gugur dan mati (Mau and Kessing, 2007).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Hama
Cuaca dapat menjadi faktor abiotik penting pemicu peledakan populasi
hama. Hal ini tidak terlepas dari faktor fisiologis herbivora. Komponen iklim yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan populasi serangga adalah suhu dan
kelembaban udara. Suhu dan kelembaban tertentu pada pertanaman (iklim mikro)
terjadi karena kondisi pertanaman yang merupakan akibat dari praktek agronomi
dalam budidaya tanaman, misalnya jarak tanam, populasi tanaman dan
pemupukan. Populasi tanaman yang tinggi dan jarak tanam rapat mengakibatkan
tanaman tumbuh sangat rimbun, sehingga terjadi iklim mikro pada pertanaman

Universitas Sumatera Utara

15

(suhu dan kelembaban udara tinggi) yang sangat rentan terhadap infestasi
herbivora ( Nurindah, 2006).
Menurut El-zahiet al., (2012) aplikasi pupuk yang berlebihan terutama
pupuk Nitrogen dapat merugikan bidang pengendalian hama. Aplikasi pupuk
Nitrogen tunggal atau kombinasi pupuk N, P dan K secara signifikan dapat
menimbulkan tingginya kepadatan populasi hama, hal ini berbeda nyata apabila
tanaman hanya diaplikasikan pupuk Fosfor saja atau kombinasi Fosfor dan Kalium.
Virus kuning (Gemini virus)
Virus gemini termasuk dalarn kelompok virus tanaman dengan genom
berukuran 2,6-2,8 kb be- Virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui rupa
utas tunggal DNA yang melingkar, dan terselubung dalam virion ikosahedra
kembar. Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui
pembentukan utas ganda DNA (double stranded DNA replicative form). Kelompok
virus Gemini dibedakan dalam tiga subgrup, subgrup pertama memiliki genom
yang monopartit, menginfeksi tanaman-tanaman monokotiledon dan ditularkan
oleh vektor wereng dam (leafhopper); subgrup kedua juga ditularkan oleh vektor
wereng daun, dan memiliki genom monopartit, tetapi menginfeksi tanamantanaman dikotiledon; subgrup ketiga memiliki anggota yang paling banyak dan
beragam, dengan genom bipartit, menginfeksi tanaman-tanaman dikotiledon dan
ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul (B. tabaci) (Gilbertson et al.1991).
Virus yang ditularkanoleh kutukebul di antaranya adalahkelompok
GeminiVirus yang dapat menyerangtanaman tomat, cabai, kacang-kacangan,labu,
tebu, singkong, tembakau,dan jagung. Penyakit yang disebabkanoleh GeminiVirus
dapat mengakibatkanterhambatnya proses fotosintesis,pertumbuhan tanaman,
pembentukanbuah, dan menurunkan kualitasbuah. Beratnya frekuensi serangandan

Universitas Sumatera Utara

16

epidemik penyakit per tahun dapatmenurunkan hasil tanaman sebesar 30-100%
(Agrios 1997).
Gejala serangan dari Virus Kuning adalah; helai daun mengalami vein
clearing dimulai dari daun pucuk berkembang menjadi warna kuning jelas, tulang
daun menebal dan daun menggulung ke atas. Infeksi lanjut dari Gemini Virus
menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan
tidak berbuah(Noviantyet al., 2013).
Proses Penularan dan penyebab penyakit yang disebabkan oleh Virus
Gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau terbawa benih. Di
lapangan Virus ditularkan oleh kutu kebul(B. tabaci). Kutu Kebul (B. tabaci)
dewasa yang mengandung virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada
waktu makan tanaman sehat.Sifat kutu kebul yang mampu makan berbagai jenis
tanaman menyebabkan Virus ini menyebar dan menular.Virus Gemini memiliki
tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, kacang buncis,
kedelai, tomat, tembakau, dll. (Novianty et al,.)
Virus ditularkan oleh kutu kebul (B. tabaci) secara persisten yang
berartiselama hidupnya Virus terkandung di dalam tubuh kutu tersebut. Virus tidak
ditularkanlewat biji dan juga tidak ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.
Morfologi kutu kebul yang menyerang tanamanberwarna putih dengan sayap
bening ( Nurtjahyani dan Murtini, 2015).

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 7. Tanaman cabe yang teserang virus kuning
Keterjadian penyakit kuning oleh Virus Gemini sangat erat kaitannya
dengan vektor kutu kebul. Semakin tinggi populasi kutu kebul maka semakin
tinggi pula keterjadian penyakit kuning.Serangga vektor, seperti mahluk hidup
lainnya, perkembangannya dipengaruhi oleh iklim baik secara langsung maupun
tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif dan curah hujan berpengaruh
langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapuse
serangga. Sebagai contoh hamakutu kebul mempunyai suhu optimum 32,50 C
untuk pertumbuhan populasinya (Bonaro et al., 2007).

Universitas Sumatera Utara