Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Eucalyptus sp.
Tanaman Eukaliptus termasuk famili Myrtaceae, genus Eukaliptus dengan
spesies Eucalyptus sp. Spesies-spesies yang sudah dikenal umum antara lain
Eucalyptus alba (ampupu), Eucalyptus deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus
plathyhylla, Eucalyptus saligna, Eucalyptus umbellate, Eucalyptus camadulensis,
Eucalyptus

pellita,

Eucalyptus

tereticornis,

Eucalyptus

torreliana

(Khaeruddin, 1999).
Klasifikasi ilmiah (Scientific Classification) dari tanaman Eukaliptus

adalah sebagai berkut, kingdom Plantae, divisi Angiospermae, subdivisi Eudicots,
ordo Myrtales, famili Myrtaceae. Tanaman Eukaliptus terdiri dari kurang lebih
700 jenis dan yang dapat dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan
tanaman ini (Departemen Kehutanan, 1994).
Syarat Tumbuh Eucalyptus sp.
Jenis-jenis Eukaliptus teutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid)
dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Eukaliptus dapat tumbuh
pada tanah yang dangkal, berbatu-berbatu, lembab, berawa-rawa, secara periodik
digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus
gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Eukaliptus dapat tumbuh di
daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah
sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi
pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C
(Dirjen Kehutanan, 1980).

Universitas Sumatera Utara

Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus sp.
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace,
mulai dai 7° LU sampai 43°39’LS meliputi Australia, New Britania, Papua, dan

Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di kepulauan Indonesia yaitu Irian
Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur. Genus Eukaliptus terdiri
atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang
tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Filipina)
yaitu Eucalyptus urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar
di Australia bagian Utara menuju bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di
daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian barat daya. Pada saat
ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di benua
Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan Amerika
Tengah (Latifah, 2004).
Pohon Eukaliptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan, dan
banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut
ke atas, jarang-jarang, dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah
sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam
mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis, atau berlekuklekuk. Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu
sampai cokelat, merah, sawo matang sampai coklat. Eukaliptus merupakan jenis
yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat
tumbuhnya. Jenis Eukaliptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai
ketinggian 100 meter, umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir, dan sedikit


Universitas Sumatera Utara

bercabang. Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang
menembus ke dalam tanah (Departemen Kehutanan, 1994).
Penyakit Tanaman Hutan
Ilmu penyakit tanaman hutan merupakan ilmu yang mempelajari
karakteristik, penyebab, interaksi tanaman dan patogen (biotik), dan lingkungan
(abiotik), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu
populasi atau individu tanaman, dan berbagai cara pengendalian penyakit. Ilmu
penyakit tanaman juga memilliki aspek, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang
diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut (Sinaga, 2004).
Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan
penjelasan dan penekanan terhadap peran faktor lingkungan terhadap patogen,
inang, lingkungan fisik dan lingkungan biologi, sehingga disebut piramid penyakit
(Sumardi dan Widyastuti, 2004).
Penyakit hutan merupakan penggabungan antara empat komponen yaitu :
patogen, pohon inang, lingkungan dan manusia. Komponen-komponen saling
berinteraksi sebagai berikut : (1) Patogen berinteraksi dengan inang melalui
proses-proses parasitisme dan patogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi
dengan patogen dalam hal penyediaan unsur hara dan ketahanan, (2) Lingkungan

fisik berinteraksi dengan tumbuhan dalam proses penyakit abiotik dan
pradisposisi, sebaliknya inang memberikan pengaruh terhadap lingkungan fisik
berupa naungan, eksudat, pengurasan unsur hara dan air, (3) Inang berperan
sebagai inang untuk parasit sekunder dan memfasilitasi populasi lingkungan
biologi, dan sebaliknya lingkungan biologi dapat menjadi parasit sekunder dan
simbiosis, (4) Patogen berinteraksi terhadap lingkungan fisik dalam pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

toksin, pengeluaran unsur hara, sebaliknya lingkungan fisik memberikan fasilitas
kelembaban, suhu, unsur hara, tetapi juga racun, (5) Patogen berinteraksi dengan
lingkungan biologi melalui parastisme (alternatif), sebaliknya lingkungan biologi
dapat memparasit patogen, (6) Lingkungan fisik memberikan fasilitas suhu,
kelembaban, unsur hara, dan juga racun kepada lingkungan biologi, sebaliknya
lingkungan biologi menguras unsur hara dan mengeluarkan antibiotik ke dalam
lingkungan fisik (Tainter dan Baker, 1996).
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Patogen
Jamur patogen dapat masuk ke dalam badan tumbuhan berupa (a) luka, (b)
lubang alami seperti mulut kulit dan hidatoda, maka dengan langsung menebus

permukaan tumbuhan yang utuh. Beberapa patogen hanya dapat masuk dengan
satu cara, sedangkan lainnya dengan dua cara atau lebih. Luka dapat terjadi karena
penyebab anorganik maupun organik (Djafaruddin, 2001).
Tidak seperti jamur, umumnya bakteri patogen tidak dapat mengakibatkan
infeksi dengan langsung menembus permukaan tumbuhan yang ada. Bakteri
patogen ada yang masuk ke dalam badan tanaman melalui luka-luka. Karena
tekanan negatif di dalam pembuluh-pembuluh akibat pemotongan, bakteri terhisap
masuk ke dalam pembuluh, sehingga terlindungi terhadap faktor-faktor
lingkungan yang kurang baik. Patogen bakteri membuat infeksi melalui beberapa
lubang alami, misalnya mulut kulit (Semangun, 2003).
Penyebab luka yang bersifat anorganik misalnya angin keras, petir, cahaya
sinar matahari yang terlalu kuat. Bahkan untuk penyakit tertentu yang terjadi
karena debu yang terbawa angin dapat dipakai sebagai jamur infeksi. Penyebab

Universitas Sumatera Utara

anorganik adalah hewan dan manusia sendiri. Manusia dengan sengaja atau tidak
selalu menimbulkan luka pada tanaman misalnya pada penyadapan, pemangkasan,
pemotongan setek, pendangiran, dan sebagainya (Semangun, 2003).
Tanaman Inang

Tanaman Eukaliptus pada habitat aslinya (native habitate) merupakan
tanaman inang yang sangat luas jangkauan serangan patogen jamurnya, terutama
patogen yang menyerang bagian daun, tunas serta batang. Pada umumnya bawaan
genetika dari jens individu dan peranannya dalam komunitas yang heterogen,
bagaimanapun dilengkapi dengan perlindungan yang kuat dalam melawan wabah
penyakit. Secara kontras, industri tanaman Eukaliptus di Asia Tenggara
membudidayakan satu spesies khas atau tanaman hybrid (hibrid). Seringkali
berasal dari beberapa

klon yang

mana asal usulnya

biasanya

sama

(Old, et al., 2003).
Teknik perkembangan secara modern, seperti perbanyakan tunas atau
kultur jaringan, membuatnya mungkin untuk area-area tanaman yang luas dengan

klon-klon yang sama. Dengan pengharapan adanya laju pertumbuhan yang
seragam, dan kualitas produk yang tinggi. Seperti pengerjaan ini, sangat
berbahaya dari serangan penyakit, seperti patogen termasuk fungi endemik,
pengenalan yang baru ini pada suatu daerah penanaman, dapat menyebabkan
wabah penyakit tersebar luas. Resiko ini dipertinggi oleh pergerakan dari
perbaikan plasma basil di antara daerah pertumbuhan eukaliptus, dan bahkan
lingkup internasional, seperti patogen yang dapat disebarkan oleh benih yang
terinfeksi atau tanaman yang terinfeksi (Old, et al., 2003).

Universitas Sumatera Utara

Faktor Lingkungan
Pada umumnya jika dipandang dari faktor lingkungan dapat kita ketahui
ada banyak hal yang mempengeruhi perkembangan penyakit pada tanaman.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :
Struktur Tanah
Struktur fisik tanah dapat langsung memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan, misalnya ada lapisan padat yang menghalangi perkembangan akar
tumbuhan. Tanah yang mempunyai tekstur kasar biasanya tidak dapat menahan
air, sehingga tumbuhan mudah menderita dan kekeringan (Semangun, 2003).

Keadaan Tanah
Kelembaban tanah atau lengas tanah dapat berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan kelembaban tanah
yang

cukup.

Pada

umumnya

kekurangan

air

menyebabkan

hambatan

pertumbuhan, warna daun pucat, tumbuhan cepat masak (tua) atau rusak.

Sedangkan pengaruh terlalau banyak air pada umumnya bersifat tidak langsung.
Kelebihan air dalam tanah menghambat perkecambahan biji dan memperlemah
tumbuhan dalam semua tingkat pertumbuhan. Sebenarnya air sendiri tidak
merugikan, tetapi ini dapat mengurangi jumlah oksigen dalam tanah yang
diperlukan oleh akar-akar (Semangun, 2003).
Kahat (Kekurangan) Unsur-unsur Hara
Selain air, oksigen, dan asam arang, tumbuhan memerlukan nitrogen,
fosfor, kalium, kalsium, magnesium, besi, mangan, belerang, tembaga,
molibdenium (Mo), dan seng (Zn) serta beberapa unsur lainnya. Gejala kahat

Universitas Sumatera Utara

unsur-unsur hara dapat terjadi pada daun-daun dan jaringan bahkan pada daundaun dan jaringan muda. Gejala pertama yang terjadi karena kahat unsur yang
mobil, yang dapat diangkut dari jaringan ke jaringan muda, seperti nitrogen,
fosfor, dan kalsium. Sebaliknya unsur-unsur yang sukar terangkut, seperti kalsium
(Ca), seng (Zn) menyebabkan gejala pada jaringan muda (Semangun, 2003).
Kelebihan Kemikalia
Kelebihan kemikalia secara langsung dapat menyebabkan keracunan dan
merusak tumbuhan. Secara tidak langsung dapat mempengaruhi pelarutan dan
penyerapan


unsur-unsur lain. Kelebihan kemikalia ini dapat menyebabkan

pertumbuhan yang abnormal. Kelebihan besi menyebabkan nekrosis, hambatan
pertumbuhan dan rusaknya pertanaman. Kelebihan tembaga di tanah dapat
menghambat pertumbuhan yang dapat mematikan (Semangun, 2003).
Suhu
Suhu yang terlalu tinggi dan rendah dapat merusak tumbuhan.
Kelembaban rendah dan angin kering dapat meningkatkan kekeringan karena suhu
tinggi. Pohon-pohon yang belum rimbun atau pohon-pohon yang habis dipangkas
pangkal batangnya seperti gosong matahari “Sun scorch” (terbakar matahari), ini
disebabkan oleh sinar matahari yang dipantulkan tanah. Pada siang hari yang
cerah suhu lapisan atas tanah dapat mencapai 60-65°C, sehingga dapat merusak
jaringan tanaman (Semangun, 2003).
Angin, Hujan, dan Petir
Secara langsung angin dapat merusak karena tumbuhan mudah patah, dan
sebagainya, terutama jika disertai dengan hujan serta petir. Ketiga hal ini jika

Universitas Sumatera Utara


terjadi cukup mempengaruhi adanya kerusakan jaringan tanaman, terutama di
kawasan beriklim tropis (Semangun, 2003).
Keadaaan Cuaca (Sinar Matahari)
Seringkali kekurangan sinar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh faktorfaktor lain dari lingkungan. Pada tanaman atau daun yang biasanya terlindung,
intensitas matahari yang berlebihan dapat merangsang terjadinya reaksi fotokimia
yang menyimpang yang dapat juga menginaktifkan beberapa enzim dan
mengoksidasi klorofil. Proses fotooksidasi seperti itu dapat menyebabkan
terjadinya klorosis, bahkan dapat mematikan daun. Kekurangan sinar matahari
menyebabkan etiolasi. Tumbuhan menjadi pucat, lemah, tumbuh memanjang dan
mudah diserang oleh bermacam-macam patogen (Semangun, 2003).
Gejala Serangan Penyakit
Tanda-tanda maupun gejala lapangan sangat perlu diketahui guna
menetapkan jenis penyakit, penyebab serta jenis tanaman inangnya dan jenis
tanaman inangnya dan jenis hasil tanaman inang yang diharapkan, berkaitan
dengan tindakan pengendaliannya. Dalam ilmu penyakit tanaman umum (General
plant pathology) perlu dipelajari a) Symptomatic yaitu melukiskan, mempelajari,
mengenal, dan membandingkan gejala lapangan yang ada pada setiap jenis
tanaman yang sakit. b) Diagnostic yaitu mempelajari, mengenal, mengenal, dan
menentukan penyebabnya sesuatu jenis penyakit. c) Pathogenesis yaitu
menyelidiki dan mempelajari peristiwa-peristiwa serta proses yang terjadi di
dalam sel dan jaringan tanaman yang sakit, serta kerusakan yang ditimbulkan oleh
penyakit d) Etiology yaitu mempelajari dan menyelidiki proses fisiologis yang
menyebabkan

tidak

normalnya

pertumbuhan,

perkembangan

dan

yang

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan sakitnya tanaman oleh senyawa penyakit. e) Ecology yaitu
mempelajari dan menyelidiki hubugan faktor lingkungan/ekosistem yang
menyebabkan meluas menghambat perkembangan penyakit, dan timbulnya suatu
epidemi penyakit (Djafaruddin, 2001).
Penyakit yang menyerang bagian daun pada tanaman Eukaliptus cukup
banyak, diantaranya jamur embun hitam (Black mildow) yang tumbuh pada
permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar dan membentuk koloni
seperti beludru dengan diameter 1 cm, kadang-kadang menyerang batang dan
ranting muda, jamur yang menyerang adalah yang berasal dari spesies Meliola.
Cryptosporiosis leaf dan Shoot blight, penyakit ini menyerang bagian batang dan
daun tanaman, biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat,
luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam, bentuknya
bundar berukuran 1-2 cm (Old, et al., 2003).
Khususnya

penyakit

ini

menyerang

tanaman

muda

Eukaliptus.

Cylindrocalium foliar spot dan foliar blight penyakit ini disebabkan oleh
Cylindrocladium sp. yang menyebabkan penyakit pada pembibitan, pada bagian
akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun, dan bercak daun. Penyebaran
penyakit dengan konidia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas permukaan
daun. Penyakit daun Mycosphaerella, gejala penyakit ini berupa bintik daun,
bisul, dan kerut daun disebabkan oleh jamur Mycosphaerella. Banyak variasi
gejala yang ditimbulkan oleh serangan jamur ini. Daun yang terinfeksi oleh jamur
ini akan berkembang menjadi bintik dan bisul (Old, et al.,2003).
Penyakit daun Phaeophleospora biasanya terdapat di pembibitan dan
menyerang tanaman jenis tertentu. Gejala berupa bercak daun berwarna

Universitas Sumatera Utara

kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada
permukaan daun (Old, et al.,2003).
Penyakit pada Eucalyptus sp.
Pada pembibitan semai tanaman Eukaliptus sering diserang penyakit rebah
kecambah (dumping off) yang disebabkan oleh Phytum sp. dan Fusarium sp.
penyakit busuk akar disebabkan oleh serangan Phytium sp.,Phytoptora sp. dan
Batryodiplodia sp. menyebabkan penyakit kanker batang. Aulographina eucalypti
menyebabkan bercak daun (leaf spot). Pada eukaliptus fungi ini telah ditemukan d
berbagai negara-negara beriklim sedang yang menanam eukaliptus secara luas
secara

luas,

sedang

di negara beriklim tropis

belum begitu

banyak

(Old, et al.,2003).
Penyakit dapat dikendalikan dengan teknik pembibitan yang tepat
(pengontrolan kualitas tanah, kadar air dan kondisi lingkungan sekitar
persemaian) dan pemberian fungisida pada saat dibutuhkan. Pada tingkatan bibit
dan pancang penyakit bercak daun dapat disebabkan oleh berbagai macam fungi.
Penyakit kanker batang yang parah dan serangan yang cukup luas telah ditemukan
di Sumatera. Penyakit ini disebabkan oleh serangan Corticium salminicolor.
Kematian pohon-pohon disebabkan oleh busuk akar telah sering terjadi dan
patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Phytium sp.,Phytoptora sp. dan
Batryodiplodia sp. (Anggraeni dan Suharti, 1997 dalam Nair, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di lokasi
pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea diperoleh gejala penyakit pada
Eukaliptus berupa hawar daun atau leaf blight yang berukuran kecil kemudian
menyebar menutupi bagian daun. Gejala penyakit ini pada daun berukuran kecil

Universitas Sumatera Utara

dan berwarna merah dan dapat menyebar pada daun sekitarnya sehingga daun
akan kering, mati dan gugur. Fungi penyebab gejala penyakit yang ditemukan di
lokasi pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Porsea adalah Cylindrocladium reteaudii,
Mycosphaerella

sp.,Cryptosporiopsis

sp.

dan

ada

dua

spesies

dari

Phaeophleospora sp. (Silalahi, 2008).
Identifikasi Penyakit Tanaman
Diagnosis merupakan proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit
tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas, termasuk faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan proses pembentukan penyakit tersebut. Diagnosis
penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang
tepat dan harus dilakukan dalam suatu survei penyakit tanaman (Sinaga, 2003).
Gejala dapat terlihat karena adanya perubahan, bau, rasa, atau rabaan.
Gejala dalam, penting artinya untuk penelitian anatomi patologi, sedangkan gejala
luar bersifat morfologis. Gejala ini adalah keadaan penyakit yang ditunjukkan
oleh bagian tubuh tanaman atau seluruh tubuh tanaman. Gejala adalah keadaan
patologi dan fisiologi yang merupakan respon tanaman terhadap aktivitas patogen
atau faktor yang lain (Satrahidayat, 1990).
Tanda

penyakit adalah struktur

dari suatu patogen yang berasosiasi

dengan tanaman yang terinfeksi. Beberapa tipe struktur patogen tidak harus selalu
ada pada tanaman yang sakit karena pembentukannya berdasarkan kondisi
lingkungan. Kebanyakan tanda penyakit dapat dilihat dan dibedakan dengan
bantuan mikroskop. Misalnya penyebab penyakit berupa miselium, spora, tubuh
buah fungi, sel, atau lendir bakteri, tubuh karena penggumpalan hifa fungi

Universitas Sumatera Utara

(Sklerotial bodies), nematoda dengan berbagai fase telur, juveni dan imago serta
berbagai bagian tumbuhan parasit (Sinaga, 2003).
Menurut Sinaga (2003) agar hasil diagnosa akurat, diperlukan pembuktian
dengan menggunakan Postulat Koch. Kaidah-kaidah Postulat Koch adalah sebagai
berikut : 1) patogen yang diduga harus selalu berasosiasi dengan tanaman yang
sakit. 2) patogen tersebut harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan
murni. 3) biakan murni tersebut jika diinokulasi ke tanaman sehat harus
menghasilkan gejala dan tanda penyakit yang sama. 4) bila penyebab penyakit
direisolasi dari tanaman yang diinokulasi tersebut, akan dihasilkan biakan murni
yang sama dengan penyebab yang diisolasi dari tanaman sakit yang didiagnosis.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur busuk daun yang
disebabkan oleh Phytophtora infentans (Mont) busuk daun kentang (lite blight)
yang sering juga disebut sebagai hawar daun adalah penyakit yang terpenting
pada tanaman kentang. Adapun gejala dari penyakit ini adalah daun-daun yang
sakit mempunyai bercak-bercak nekrotis pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu
tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak tadi akan meluas
dengan cepat dan mematikan daun. Bahkan kalau cuaca sepert ini berlangsung
lama, seluruh tanaman diatas tanah akan mati. Dalam cuaca yang kering, jumlah
bercak terbatas, segera mengering, dan tidak meluas. Umumnya gejala baru
tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan. Pada cuaca yang lembab
pada sisi bawah bagian daun yang sakit terdapat lapisan kelabu tipis yang terdiri
atas konidiofor dan konidium fungi (Khaerudin, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penyakit Daun Pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla Di Pt. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

2 59 60

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT.Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

2 32 72

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 31 72

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 13

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 2

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 3

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 2

Karakterisasi Penyakit Daun pada Pembibitan Enam Klon Hibrid Turunan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita di PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 7

Uji Infeksi Phaeophleospora Sp. Pada Klon Hibrid Eucalyptus Grandis X Eucalyptus Urophylla Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 1 11

Karakteristik Penyakit Daun Pada Pembibitan Empat Klon Hasil Persilangan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urrophylla Di Pt. Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

0 0 13