Pesan Moral Dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal
lain (KBBI, 1995: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur
penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah analisis
objek dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie yang
berupa aspek moral. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan
mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitan, sebagai berikut:

2.1.1

Pesan Moral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 856) pesan adalah


perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain. Moral
adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti dan lain-lain.
Menurut Lillie (dalam Budiningsih 2004:24) kata moral berasal dari mores
(bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey
(dalam Budinigsih 2004: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang
berhubungan dengan nilai-nilai susila. Hal ini membuktikan bahwa moral
merupakan suatu acuan untuk menilai baik buruknya perilaku seseorang. Semakin
sesuai perilaku seseorang dengan moral yang ditetapkan dalam masyarakat maka
semakin tinggi moralitasnya. (Nurgiantoro,2007: 40) Moral merupakan sesuatu
yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang merupakan makna
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna disarankan lewat cerita.

Dalam sastra, pesan moral dipandang sebagai amanat yang disisipkan
dalam cerita yang biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis dan dapat dilihat dari cerita.
Beberapa bagian dalam cerita sengaja diberikan pengarang kepada pembaca
dengan tujuan pembaca mengetahui amanat dalam cerita. Beberapa bagian ini
pada umumnya berisi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah

kehidupan, seperti tingkah laku, sikap dan kesopanan dalam kehidupan.
Pesan moral adalah amanat yang ingin disampaikan tentang ajaran baik
buruk yang diterima mengenai perbuatan dan kewajiban yang berkenaan tentang
budi pekerti atau akhlakmanusia yang tentunya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di masyarakat.
Uraian di atas mendeskripsikan bahwa pesan moral merupakan salah satu
aktivitas perbuatan manusia dalam suatu karya yang tentunya berbeda dengan
yang lainnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra yang merupakan
representase kehidupan masyarakat tentunya membawa pesan-pesan moral
sebagai salah satu amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Melalui karya sastra pengarang mengungkapkan gagasan tertentu berdasarkan
lingkungan, budaya, pendidikan, dalam situasi tertentu yang mempengaruhi
pikirannya. Novel sebagai salah satu genre sastra merupakan alat untuk
menyampaikan reaksi pengarang terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa dan
diamati.

2.2

Landasan Teori
Teori berfungsi untuk


memecahkan masalah dan sebagai dasar untuk

menyelesaikan masalah maka sangat penting apabila teori yang dipakai benarbenar relevan dengan permasalahan yang ada.
Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah sosiologi sastra. Sosiologi
berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan
logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas
(Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki
objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.
(Endaswara, 2011:77)Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang
bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat
sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial akan memicu
lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses, yaitu yang mampu
merefleksikan zamannya.
Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu
sosiologi dan sastra. keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia
dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada
perbedaan dalam hal memandang persoalannya. Sosiologi lebih cenderung kepada
hal yang bersifat objektif dan faktual, sementara sastra adalah kebalikannya, yaitu

bersifat subjektif dan rekaan
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian
besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup
hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa
yang terjadi dalam batin seseorang. Oleh karena itu, karya sastra dipandang
sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang
dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak
digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra
memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap
mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan
sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan
oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah
langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang
mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.
Berkaitan dengan penelitian yang berjudul “pesan moral dalam novel
Habibi dan Ainun karya Bacharuddin Habibie” yang mengkaji pesan moral dan
bagaimana pesan moral itu disampaikan, Kedua aspek ini merupakan aspek
kehidupan dalam bermasyarakat. Dengan demikian, kajian sosiologi sastra sangat
cocok dan relevan dengan penelitian ini. Teori sosiologi sastra yang digunakan


dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Alan
Swingewood.
Swingewood menegaskan bahwa karya sastra adalah suatu jagat yang
merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia karena di samping
makhluk sosial, dinamika sosial budaya akan sangat sarat termuat dalam karya
sastra. Swingewood juga menyampaikan bahwa sinkronisasi antara fakta
imajinerdengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah refleksi sosia
(Yasa 2012: 24).
Swingewood menyebutkan bahwa pengarang besar tidak sekadar
menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengembangkan tugas yang
mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan
untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial(Yasa 2012: 22).
Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah
pendekatan. Pendekatan di sini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian
menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti
untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan
ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian.
Menurut Wellek dan Warren pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan
intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah penelitian sastra
yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Sedangkan pedekatan

ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra. Yakni pengkajian
konteks karya sastra diluar teks (Endraswara, 2003:9). Berkaitan dengan
penelitian analisis nilai moral, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan
ekstrinsik yaitu berbentuk pendekatan moral.Pendekatan moral dalam karya sastra
menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman yang memiliki
semangat menggerakkan masyarakat ke arah budi pekerti yang terpuji (Semi
1993: 71). Landasan yang digunakan

penulis dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pada apa yang sudah ada, yaitu dari persepsi bagaimana masyarakat
memandang tentang nilai moral.

2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu
penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah
karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.
Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka
yang telah dimuat dalam bentuk skripsi.
Adapun penelitian yang pernah dilakukan dengan objek kajian novel

Habibie & Ainun, antara lain
Penelitian dengan objek kajian novel Habibie & Ainun pernah dilakukan
oleh Elmustian dan Hadi Rumadi dengan judul Citra Perempuan dalam Novel
Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie, FKIP-Universitas Riau
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh
Elmustian dan Hadi Rumadi dalam Jurnalnya berlatar belakang Citra perempuan
yang sangat berkaitan dengan karya sastra. Karya sastra selalu menyediakan ruang
terbuka pada setiap objek yang diperbincangkan salah satunya melalui novel.
Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap
cerminan dan pencitraan bagi masyarakat.Penelitian ini mendeskripsikan citra
perempuan dalam novel Habibie dan Ainun.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Data penelitian diperoleh langsung dari sumber data yaitu novel
Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Untuk mencapai hasil yang
lebih baik, penulis membatasi pemasalahan citra perempuan dengan menfokuskan
kepada citra perempuan dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri dan
dengan manusia yang lain dalam novel HA karya Bacharuddin Jusuf Habibie
dengan menggunakan teori citra perempuan dari Oemarjati dan Sitanggang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ainun adalah sosok perempuan yang
sangat mandiri, saleha, berperinsip dan perduli dengan orang lain Sosok Ainun

sangat beriman kepada Allah, menjalankan semua yang diperintahkanNYA dan
menjauhi segala laranganNYA, setiap persoalan yang menimpa keluarga kecilnya
semuannya ia serahkan pada yang maha kuasa. Bagi keluarganya Ainun adalah
sosok perempuan yang mampu berperan sebagai seorang istri dan ibu dengan
baik, ia mendampingi Habibie kemana pun bertugas, menjaga kesehatan dan
mampu menjadi penopang dan penyejuk disetiap kegelisahan Habibie. Ainun juga
sangat perduli dengan orang lain, sikapnya yang selalu simpati dan empati
membuatnya menjadi perempuan yang bijaksana dengan keadaan orang lain

Simpulan yang dihasilkan dari hasil analisis maka diperoleh data bahwa
tokoh Ainun banyak menggambarkan citra perempuan yang berhubungan dengan
diri sendiri.
Penelitian selanjutnya dengan objek kajian novel Habibie & Ainun juga
dilakukan oleh Wa Rosdahliana dengan judul Analisis Tema dan Amanat dalam
novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Husuf Habibie , Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan – Universitas Maritim Raja Alin Haji Tanjung Pinang,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2013.
Penelitian yang dilakukan Wa rosdahliana berlatar belakang pada tema
dan amanat yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin
Jusuf Habibie. Penelitian ini untuk menemukan tema dan amanat maka dapat

dirumuskan apakah tema yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya
Bachruddin Jusuf Habibie dan apakah tema yang terdapat di dalam novel Habibie
dan Ainun karya bachruddin jusuf Habibie
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu dengan menganalisi isi.
Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwasanya novel Habibie dan
Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie memiliki keragaman tema dan amanat.
Novel Habibi dan Ainun memiliki tema mayor yaitu tentang “ kekuatan cinta”. Ini
lebih di tekankan pada cinta kasih dan romantisme antara Habibie dan Ainun. Di
lain pihak, tema minor terdapat pada Setting tempat dalam novel Habibie dan
Ainun adalah Acheen (Jerman)
Berdasarkan kedua tinjauan pustaka di atas, belum ada penelitian yang
relevan atau sama dengan penelitian dalam penelitian ini. Penelitian yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun
karya Bacharuddin Jusuf Habibie