Kekuatan Cinta Dalam Novel Habibie Dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie: Analisis Sosiologi Sastra

(1)

KEKUATAN CINTA DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN

KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE:

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH:

NATALIA SIMANGUNSONG

110701041

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:

Analisis Sosiologi Sastra

Oleh:

Natalia Simangunsong NIM 110701041

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Isma Tantawi, M.A. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. NIP 19600207 198601 1 001 NIP 19620419 198703 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP 19620925 198903 1 017


(3)

Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:

Analisis Sosiologi Sastra

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie: Analisis Sosiologi Sastra” adalah benar dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Agustus 2015

Natalia Simangunsong NIM 110701041


(4)

Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:

Analisis Sosiologi Sastra

Oleh:

Natalia Simangunsong

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Habibie dan Ainun dapat dikaji dari segi kekuatan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi meskipun Ainun telah meninggal dunia dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian ini menggunakan data data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif dan metode hermeneutika untuk meneliti novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kekuatan cinta adalah kekuatan yang dapat mematri hubungan Habibie dan Ainun, sehingga dapat menghanyutkan hati manusia yang paling dalam. Cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi karena adanya sebuah perjanjian, kemesraan, kesucian, syukur, saling memberi, saling menasehati, saling membantu, saling melengkapi, perhatian, dan adanya telepati cinta antara Habibie dan Ainun.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang tiada henti-hentinya dicurahkan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ”Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie: Analisis Sosiologi Sastra” sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini ditemukan pula berbagai hambatan. Berkat bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak skripsi ini dapat saya selesaikan. Penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku dekan Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. M. Husnan Lubis, M.A. sebagai pembatu dekan I, Drs. Syamsul Tarigan sebagai pembantu dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian, M.A. sebagai pembantu dekan III di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.


(6)

3. Drs. Isma Tantawi, M.A., sebagai dosen pembimbing I saya dan Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai dosen pembimbing II saya yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan ilmu, didikan, perhatian, arahan, dan kesabaran yang luar biasa dalam membimbing penulis dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Beliau panjang umur dan sehat selalu. Terima kasih dosen pembimbingku.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, maupun bidang-bidang umum lainnya dan juga kepada Bapak Slamet yang telah membantu penulis dalam hal administrasi. Terima kasih penulis sampaikan atas segala bimbingan dan pengajaran yang diberikan selama penulis menjalankan perkuliahan.

5. Terima kasih teramat besar dipersembahkan kepada kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda (Drs. H. Simangunsong) dan Ibunda (R. Tampubolon), yang telah memberikan segala dukungan baik moral, spiritual, maupun material dengan penuh kasih sayang. Saudara saya Kak Wulan Sari, Kak Febrina Margaretha, Kak Sartika Wandana, dan abang saya Putra Samuel serta abang ipar Aprianto Lumban Gaol dan Eduart Simanjuntak serta keponakan saya Gian Adriel, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.


(7)

6. Teman- teman baik saya Jumpa Riama Tampubolon dan Herti Simanjorang terimakasih atas semangat dan dukungannya selalu. Kepada Yani, Melisa, Elina, Bonita, serta teman-teman sasindo lainnya angkatan 2011 Sastra Indonesia terimakasih atas dukungannya. Anak-anak kos Marakas 40 yang telah memberikan dukungan, juga kepada Uda Tony dan Uda Albert yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan isi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi pengetahuan tentang Kekuatan Cinta dalam novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Natalia Simangunsong NIM 110701041


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... i

ABSTRAK……… ii

PRAKATA……… iii

DAFTAR ISI……… iv

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah…..………. 1

1.2 Rumusan Masalah………... 6

1.3 Batasan Masalah………... 6

1.4 Tujuan Penelitian………. 7

1.5 Manfaat Penelitian……… 8

1.5.1 Manfaat Teoretis……… 8

1.5.2 Manfaat Praktis ………. 8

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…….. 9

2.1 Konsep………... 9

2.1.1 Sastra……… 9

2.1.2 Karya Sastra………. 9

2.1.3 Novel……… 10

2.1.4 Sosiologi Sastra……… 11

2.1.5 Kekuatan……….. 11

2.1.6 Cinta……… 12

2.1.7 Kekuatan Cinta……… 12

2.1.8 Penyebab Kekuatan Cinta……… 12

2.2 Landasan Teori……….. 13


(9)

BAB III METODE PENELITIAN………. 19

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………... 19

3.2 Sumber Data……….. 20

3.3 Analisis Data………. 21

BAB IV KEKUATAN CINTA DAN PENYEBABNYA DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE ... 22

4.1Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun………. 22

4.1.1 Perjanjian ……… 24

4.1.2 Kemesraan atau Keromantisan ………... 25

4.1.3 Kesucian Cinta ………... 29

4.1.4 Saling Memberi ……….. 32

4.1.5 Selalu Besyukur ……….. 32

4.1.6 Hidup Mandiri………. 35

4.1.7 Saling Membantu ……… 37

4.1.8 Saling Mengingatkan………... 40

4.1.9 Perhatian ………. 41

4.1.10 Saling Melengkapi ……… 43

4.1.11 Adanya Telepati ……… 43

4.2 Penyebab Kekuatan Cinta Habibie kepada Ainun……….. 45

4.2.1 Mentaati Perjanjian antara Habibie dengan Ainun………. 45

4.2.2 Melakukan Kemesraan dan Keromantisan antara Habibie dan Ainun………. 46

4.2.3 Kesucian Cinta antara Habibie dan Ainun………. 47

4.2.4 Selalu Memberikan yang Terbaik kepada Habibie ataupun Ainun.……….. 48 4.2.5 Selalu Bersyukur dengan Apapun yang Dimiliki antara


(10)

Habibie dan Ainun……….. 49

4.2.6 Hidup Mandiri antara Habibie dan Ainun……….. 50

4.2.7 Saling Membantu antara Habibie dan Ainun………. 50

4.2.8 Saling Mengingatkan antara Habibie dan Ainun……… 50

4.2.9 Perhatian antara Habibie dan Ainun………... 51

4.2.10 Saling Melengkapi antara Habibie dan Ainun……….. 51

4.2.11 Adanya Telepati yang Menguatkan Cinta Habibie dan Ainun. 52 BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 53

5.1 Simpulan……… 53

5.2 Saran……….. 54

Daftar Pustaka……… 55

LAMPIRAN 1. Sinopsis Habibie dan Ainun ……… ix


(11)

Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:

Analisis Sosiologi Sastra

Oleh:

Natalia Simangunsong

Abstrak

Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Habibie dan Ainun dapat dikaji dari segi kekuatan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi meskipun Ainun telah meninggal dunia dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian ini menggunakan data data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif dan metode hermeneutika untuk meneliti novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kekuatan cinta adalah kekuatan yang dapat mematri hubungan Habibie dan Ainun, sehingga dapat menghanyutkan hati manusia yang paling dalam. Cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi karena adanya sebuah perjanjian, kemesraan, kesucian, syukur, saling memberi, saling menasehati, saling membantu, saling melengkapi, perhatian, dan adanya telepati cinta antara Habibie dan Ainun.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika atau nilai keindahan dengan menceritakan kisah yang dialami sendiri, kisah orang lain, dalam bentuk perasaan, ide, semangat, dan keyakinan sehingga dapat membangkitkan pesona bagi pembacanya. Setelah penulis menuangkan imajinasinya dalam bentuk karya sastra, pembaca dapat mengambil manfaat atau amanat positif dalam bentuk tersirat atau tersurat.

Karya sastra yang membahas tentang cinta memiliki banyak peminat karena cinta seakan konsumsi bagi semua golongan. Cinta sejati akan lahir ketika dua insan manusia saling percaya dan saling menjaga kesetiaannya karena tanpa keduanya cinta tidak dapat berjalan dengan baik. Kesetiaan manusia yang diberikan Tuhan yaitu untuk saling menyayangi, menjaga, dan menghormati. Kejujuran dan kesetiaan akan mempererat hubungan antarsesama manusia sebagai makhluk sosial. Pemahaman setiap orang tentang cinta akan selalu berbeda dengan pengalaman, latar belakang, dan kepekaan individu yang dirasakannya.

Kekuatan cinta mampu mengantarkan banyak orang untuk melakukan hal apapun dalam menjalankan kewajiban di dunia ini. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam namun juga


(13)

kekuatan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang.

Kekuatan cinta yaitu kekuatan yang dapat memaksa manusia untuk melakukan hal apapun untuk kesenangan sendiri. Hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang sulit menjadi mudah, dan hal yang sakit terasa indah (file:///D:/contoh%20skripsi/Makna%20Kekuatan%20Cinta%20dalam%20Tali%20A smara%20%20%20Okezone%20Lifestyle.htm). Diakses pada Tanggal 22 April 2015.

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya Manajemen Cinta, cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni yang tidak dapat terpisahkan dengan kehidupan.

Novel Habibie dan Ainun merupakan pengalaman hidup mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie dengan Ibu Hasri Ainun Habibie. Novel yang menggambarkan betapa besar kekuatan cinta Habibie kepada Ainun, arti dari sebuah pengorbanan, keteladanan seorang suami dan ayah, kesetiaan yang begitu mendalam, keteguhan hati dalam menjalani hidup, dan keberhasilan cinta Habibie dan Ainun. Sebuah percintaan akan melalui masa-masa yang sulit dan hanya cinta sejati yang bisa melaluinya untuk menjadi lebih kuat.

Cerita Habibie dan Ainun merupakan kisah inspirasi yang mengajarkan kita tentang arti kekuatan cinta. Kisah yang melukiskan betapa cintanya Habibie kepada Ainun dengan menggambarkan keberhasilan cinta mereka. Cinta sejati akan terjadi apabila kita menjaga ketulusan, keagungan, dan bagaimana mempertahankan cinta.


(14)

Menyatukan sebuah perbedaan dan menjalankannya di tengah jalan yang berliku hingga terwujud keluarga romantis yang hanya dapat dipisahkan oleh kematian.

Kisah cinta yang luar biasa juga terlihat dalam cerita cinta Romeo dan Juliet yang merupakan karya dari William Shakespeare yang berlatar di kota Verona, Italia Utara. Cerita yang mengisahkan sepasang insan, bernama Romeo yang berasal dari keluarga Montague dan Juliet dari keluarga Capulet. Romeo dan Juliet yang saling jatuh cinta namun cinta mereka terhalang karena kedua orang tua yang saling bermusuhan. Kisah ini berakhir tragis setelah Romeo memutuskan untuk meminum racun setelah mengira Juliet meninggal dunia. Juliet terbangun dan melihat Romeo meninggal karena racun yang diminumnya. Akhirnya, Juliet memutuskan untuk bunuh diri dengan menggunakan pisau. Kisah ini dianggap sebagai salah satu kisah cinta romantis sepanjang masa yang telah difilmkan, ditulis kembali, dan dipentaskan di teater membuktikan bahwa cinta menjadi objek dalam dunia sastra.

Kebahagiaan dan kedamaian bahtera yang telah berlayar selama 48 tahun 10 bulan, tiba-tiba (pada tanggal 22 Maret 2010) memasuki masa yang penuh dengan cobaan, yaitu saat diketahui Ainun mempunyai penyakit berat dan sudah berada dalam stadium lanjut. Ainun harus menjalani sampai 12 rangkaian operasi. Kekuatan cinta yang dimiliki Habibie kepada Ainun dapat dilihat dengan semua usaha yang telah dilakukan Habibie. Namun, Ainun, tidak tertolong dan meninggal dunia. Kepergian Ainun bukan membuat Habibie harus melupakan Ainun tetapi Habibie tetap menunjukkan betapa dirinya semakin cinta kepada Ainun dan tidak akan pernah melupakannya. Kisah antara mereka akan selalu abadi dan dikenang oleh banyak


(15)

orang. Dalam novelnya, Habibie mengatakan ”maut sekalipun tidak dapat memisahkan Habibie dan Ainun karena kekuatan cinta yang suci dan abadi.”

Masalah yang menonjol dari perjalanan bahtera Habibie dan Ainun bukan saja perubahan kehidupan dan karir (materi, keilmuan, profesi, dan kedudukan) yang begitu spektakuler, melainkan juga bagaimana pasangan ini telah menyatu. Habibie menyebut cintanya kepada Ainun sebagai ”kemanunggalan” dalam ”jiwa, roh, batin, dan nurani” karena cinta mereka merupakan anugerah dari Tuhan. Habibie (2010:303) mengatakan bahwa kemanunggalan cinta yaitu walaupun jiwa, roh, batin, dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang masa.

Mereka berdua berhasil saling menyiram bibit-bibit cinta dengan kebersamaan, saling menjaga, saling mendukung, dan menopang di dalam bingkai nilai-nilai agama dan budaya sehingga akhirnya berkembanglah menjadi cinta yang disebut ”murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.”

”Kekuatan cinta yang tulus dapat digunakan untuk sinergi positif dalam berbagai hal," (BJH:2010). Habibie mengungkapkan cinta sejatinya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu cinta kepada sesama umat manusia, cinta kepada karya sesama manusia, seperti budaya dan iptek, dan terakhir cinta kepada pekerjaan. Ketiganya bersinergi positif yang berarti hal dasar yang membangun cinta itu seperti rasio, emosi, grup manusia, karya sesama manusia, dan keahlian harus saling bersinergi.


(16)

Novel yang terdiri dari 37 bab diterbitkan pada November 2010 memiliki banyak sekali kesulitan. Masing-masing babnya mengandung hikmah tentang kehidupan dari Profesor Habibie. Gaya ceritanya yang sederhana, menjadikan para pembaca ingin terus menyaksikan apa-apa saja tingkah Habibie dan Ainun. Novel Habibie dan Ainun mampu menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan sehingga begitu dekat dengan para pembacanya.

Cerita yang mulanya menjadi sebuah novel akhirnya berkembang menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Faozan Rizaly. Film yang diperankan oleh aktor Reza Rahadian sebagai pelaku utama yang membawakan karakter tokoh Bapak Habibie dan Bunga Citra Lestari yang menjadi Ibu Hasri Ainun Habibie. Dalam film ini, Habibie menyampaikan banyak pesan untuk kaum muda supaya tidak salah dalam memilih cinta dan tetap bertahan dengan cinta mereka walaupun banyak rintangan yang akan dilewati.

Semua uang hasil penjualan buku ini tidak satu rupiah pun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Namun, dimasukkan ke dalam rekening yayasan yang dibentuk oleh Bapak Habibie dan Ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat dan penyandang tunanetra.

Peneliti memilih novel Habibie dan Ainun karena cerita ini membawa kekuatan cinta yang dimiliki sang suami kepada istrinya sangat besar, tetap bertahan dalam kondisi apapun, dan akan selalu mengenang sang istri yang telah tiada. Cerita ini dianggap sebagi pasangan hidup sejati yang diberkahi oleh Tuhan dan cerita sebagai keteladanan ”guru kehidupan” yang mungkin akan berharga dan bermakna


(17)

bagi masyarakat. Dari keunikan inilah peneliti tertarik untuk menganalisis bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan apakah penyebab kekuatan Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun Ainun telah meninggal dunia dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie?

2. Apakah penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun Ainun telah meninggal dunia?

1.3 Batasan Masalah

Sebuah penelitian membutuhkan batasan masalah agar penelitian yang ingin dicapai terarah dan tidak terlalu luas sesuai dengan yang kita harapkan. Novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie mengisahkan bagaimana pengalaman kisah cinta Habibie kepada Ainun, keharmonisan keluarga Habibie, perjuangan kisah hidupnya dalam membuat sebuah pesawat terbang untuk Indonesia, karir politik hidup, dan juga bagaimana keadaan ekonomi Habibie dan Ainun.

Namun, pembatasan masalah yang akan dibahas oleh peneliti yaitu fokus bagaimana kekuatan cinta yang dimiliki Habibie kepada Ainun dalam novel Habibie


(18)

dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dan apa penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun Ainun meninggal dunia.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta sebagaimana yang tergambar di dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

2. Mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun sehingga tetap abadi walaupun Ainun telah meninggal dunia.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya jenis penelitian sosiologi sastra, khususnya mengenai kekukatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun dan dapat menjadi sumber informasi bagi akademisi yang berkaitan dengan judul tersebut.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan problematika sejenis.


(19)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui bagaimana kekuatan cinta dan apa penyebab kekuatan cinta sehingga tetap abadi dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. b. Menjadi bahan bacaan bagi yang membutuhkan.


(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi. (Luxemburg, 1989:5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia.

Lotman (1979) sastra sebagai sistem pemodelan tingkat kedua. Maksudnya, sastra merupakan sistem pemodelan yang ditumpangkan pada sistem pemodelan tingkat pertama, yaitu bahasa. Bahwa sastra adalah suatu wacana yang memodelkan semesta yang tidak terbatas dalam satu sistem imajiner yang terbatas.

2.1.2 Karya Sastra

Mahayana (2007:225) mengatakan karya sastra adalah produk pengarang yang hidup di lingkungan sosial. Karya sastra merupakan dunia imajinatif pengarang yang selalu terkait dengan kehidupan sosial. Pengarang sebagai anggota masyarakat dilahirkan, dibesarkan, dan memeroleh pendidikan di tengah-tengah kehidupan sosial.

Di dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology” (1981:55-74), Goldmann mengatakan pendapatnya tentang karya sastra yaitu karya sastra


(21)

merupakan ekspresi pandangan dunia imajiner dan juga bahwa karya sastra berarti mengekpresikan pandangan dunia, pengarang menciptakan semesta tokoh, objek, dan juga relasinya secara imajiner.

Goldmann juga memandang karya sastra sebagai produk pandangan dunia sehinggga pandangan dunia cenderung memunyai struktur yang koheren, sehingga Goldmann (1979:99) mengatakan bahwa karya sastra yang valid adalah karya sastra yang didasarkan atas keseluruhan kehidupan manusia, yaitu pengalaman subjek sebagai warisan tradisi. Dalam penulisan karya sastra tidak akan terlepas dari bahasa. Roger Fowler (1977:80), mengatakan bahwa hubungan penulis dengan karyanya berupa pikiran yang imajinatif suatu karya sehingga bahasa dapat memperluas penafsiran teks bagi pembacanya.

Menurut Usman Efendi (1992:99), karya sastra merupakan ciptaan manusia yang dilukiskan dalam bentuk lisan ataupun tulisan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bagus. Banyaknya pengertian tentang karya sastra berbeda menurut masing-masing orang, namun itu semua memiliki pemahaman dengan maksud yang sama, yaitu bahwa karya sastra merupakan imajinasi yang ditulis pengarang dalam menyampaikan suatu pesan yang tersirat.

2.1.3 Novel

Culler (1979) mangatakan bahwa novel merupakan suatu wacana yang di dalamnya berupa kata-kata yang disusun sedemikian rupa dan berisi tentang segala aspek masyarakat yang mengartikulasikan dunia. Goldmann (1997a:3)


(22)

mendefinisikan novel sebagai cerita tentang pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik. Artinya, nilai-nilai-nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit.

Goldmann (1977a:7) menjelaskan novel yaitu transposisi ke dataran sastra kehidupan sehari-hari dalam masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produk pasar yang dibukukan.

2.1.4 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1994:4) yaitu karya yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra dan sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.

”Sosiologi sastra yaitu suatu disiplin tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dengan berbagai percobaan pada teori yang lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan antara seni atau kesusastraan dengan masyarakat.” (Wolff:1975).

2.1.5 Kekuatan

Kekuatan yaitu adanya tenaga yang dimiliki seseorang dalam mengerjakan sesuatu yang berat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, kekuatan adalah perihal kuat tentang tenaga dan keteguhan. (Alwi, 2007:605).


(23)

2.1.6 Cinta

Cinta adalah sesuatu yang putih, suci, dan murni yang dimiliki oleh setiap orang yang merupakan anugerah dari Tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, cinta adalah suka sekali dan sayang benar. (Alwi, 2007:214).

2.1.7 Kekuatan Cinta

Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mampu mengalahkan segalanya yang dapat membuat kita bertahan. Kekuatan yang mampu mengalahkan apapun yang terjadi karena ada dasarnya cinta.

”Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mematri hubungan Ainun dengan Habibie. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam, namun juga kekuatan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang. (BJH 2010:xiii).”

2.1.8 Penyebab Kekuatan Cinta

Mencintai seseorang berarti menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasangan kita. Penyebab kekuatan cinta yaitu adanya rasa kasih dan sayang yang membuat cinta akan bertahan dalam menghadapi masalah apapun. Membuat menjadi kuat dan mengerti akan segala yang terjadi karena adanya penyebab kekuatan cinta yang mendasari suat hubungan.


(24)

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menganalisis penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi dan bagaimana kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. (Ratna, 2003:25).

Sosiologi sastra dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan masyarakat yang justru merupakan asal-usulnya karena kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka satu-satunya cara adalah mengembalikan karya sastra ke tengah masyarakat dan memahaminya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan. (Ratna, 2004:332).

Ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Karya sastra memasukkan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka ilmu-ilmu yang terlibat adalah sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Hal yang diperhatikan dalam penelitian sosiologi sastra adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu-ilmu yang lain sebagai imu pembantu. Di dalam analisis sosiologi sastra oleh Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1994:4) menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain


(25)

yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya itu sendiri, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca, dan sosiologi sastra karena pengaruh sosial karya sastra.

Sapardi (dalam Faruk, 1994:4) menemukan tiga pendekatan yang berbeda. Pertama, konteks sosial pengarang. Hal yang berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Hal yang perlu diteliti dalam pendekatan ini adalah: (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariaanya, (b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang setuju oleh pengarang. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Hal yang mendapat perhatian adalah: (a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra itu ditulis, (b) sejauh mana sifat pribadi pengarang memengaruhi gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya, (c) sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang menjadi perhatian: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan (a) dan (b) di atas.

Pada kesempatan ini, penulis akan meneliti sesuai dengan pendapat Sapardi (dalam Faruk) pada bagian kedua poin (a) yaitu sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya itu ditulis.


(26)

Ada beberapa jenis relasi laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto (2015:15), yaitu:

1. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan sebagai Suami Istri

Relasi antara laki-laki dan perempuan akan didapatkan dalam sebuah ikatan rumah tangga. Kedudukan dari seorang laki-laki yaitu sebagai pemimpin dan seorang istri sebagai pendamping dari pemimpinnya. Membina relasi yang baik antara suami dengan istri yang tidak dengan jalan yang mudah, yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan agama yang dianutnya.

2. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga

Relasi antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga akan tercermin dari perilaku kesehariaannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik harus memiliki etika atau norma yang harus dipatuhi di dalam lingkungan masyarakat. Belajar di dalam menjaga perasaan orang lain dan menghormati keberadaan anggota keluarga sehingga tercipta hubungan yang baik. Kita harus tetap menjaga relasi tersebut agar tetap tercipta suatu hubungan yang dipenuhi dengan kejujuran tanpa ada noda, tipu daya, dan kecurangan. Pergaulan yang baik akan melahirkan keamanan dan ketenangan hati, sementara penyalahgunaan kepercayaan akan memicu kemerosotan akhlak dan akan menimbulkan kehancuran.


(27)

3. Relasi dalam Bidang Sosial

Relasi dalam bidang sosial berarti adanya hubungan jalinan relasi atau hubungan dengan masyarakat di sekitar kita. Membina relasi yang baik dengan masyarakat sehingga terwujud sesuatu yang baik.

Pada kesempatan ini penulis hanya meneliti relasi laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan menitikberatkan kepada kekuatan cinta yang tergambar dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

2.3 Tinjauan Pustaka

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, novel ini akan menjelaskan tentang kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian terhadap novel Habibie dan Ainun pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun belum ada yang mengkaji sama dengan penelitian ini, yaitu:

Pertama, Pramesti dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010 yang membahas tentang ”Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku Habibie dan Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI”. Pramesti membahas tentang nilai kejujuran dalam buku Habibie dan Ainun yang mencerminkan perilaku B.J. Habibie dan Ainun Hasri. Perilaku mereka yang memiliki perilaku jujur dalam berkata, yakni dengan menyampaikan suatu keadaan, kenyataan apa adanya tanpa menambah, dan juga menguranginya. Jujur dalam banyak hal ketika seseorang memilliki tekad, maka tekad tersebut haruslah dilaksanakan tanpa adanya keraguan. Nilai optimisme dalam buku B.J. Habibie di


(28)

antaranya memiliki pengharapan tinggi, salah satu bentuknya yakni adanya berbagai cita-cita yang mereka miliki. Adanya sikap yang tidak mudah putus asa antara keduanya dalam kehidupan susah, adanya usaha dalam mewujudkan harapan dan impian. Mampu memotivasi diri sendiri dengan selalu berpikir positif, tidak hanya dari dalam diri sendiri tetapi juga dari lingkungannya. Beliau mampu memotivasi dengan melihat lingkungan sekitarnya. Penelitian yang menggunakan penelitian pustaka dengan objek penelitian yaitu novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

Kedua, Istiningdias dan Yani dari Universitas Padjajaran membahas ”Implikatur dalam Percakapan Habibie dan Ainun”. Istiningdias dan Yani mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan dalam film Habibie dan Ainun dengan menggunakan metode deskriptif. Data penelitan dengan menggunakan 102 tuturan pemeran utama dalam film Habibie dan Ainun. Teori cara pengungkapan menggunakan teori F, X, dan Nadar dengan menggunakan teori implikatur George Yule. Untuk menganalisis data tersebut digunakan teknik dokumentasi dengan menggunakan CD original film Habibie dan Ainun serta dengan menggunakan teori catat. Dari penelitian data tersebut disimpulkan hasil: (1) Jenis implikatur tuturan yang paling banyak adalah implikatur skala 62 tuturan (60,78%), (2) Jenis implikatur umum sebanyak 20 tuturan (19,60%), dan (3) Jenis implikatur sedikit sebanyak 20 tuturan (19,60%). Dari penelitian ini, tidak ditemukan implikatur percakapan konvensional. Kesimpulannya, dalam penelitian Istiningdias dan Yani lebih banyak menggunakan implikatur skala.


(29)

Saya akan meneliti kekuatan dan penyebab cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dalam analisis sosiologi sastra.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode yang bukan berdasarkan angka-angka tetapi kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara empiris terhadap novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Selain menggunakan metode kualitatif, metode hermeneutika juga digunakan dalam penelitan ini.

”Hermeneutika yaitu dengan membaca novel objek kajian dengan cara memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama konvensi sastra dan budaya yang menyangkut tema, alur, gaya bahasa, dan tokoh.” (Tantawi, 2014:111).

Heuristik menurut Pradopo (Tantawi, 2014:110) menyatakan pembacaaan karya sastra berdasarkan struktural bahasanya.

Data dianalis dengan mendeskripsikan data yang sudah dicatat sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Pendeskripsian dimulai dengan menggambarkan bagaimana jalan cerita itu sebenarnya terjadi dan kemudian dikaji. Subjek penelitian penulis adalah novel yang berjudul ”Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie”.

Menggunakan objek penelitian struktur sastra dan aspek sosiologis sastra yang berisi tokoh utama yang terdapat dalam novel tersebut. Penelitian yang


(31)

digunakan berdasarkan metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena. Menggunakan instrumen utama yaitu penulis dengan menggunakan buku-buku acuan tentang teori satra, teori sosiologis, dan artikel-artikel dari internet.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menggunakan data primer atau data utama, yaitu dengan menggunakan novel Habibie dan Ainun sebagai data primernya. Menggunakan data sekunder yang berarti data ini hanya sebagai tambahan, yaitu seperti buku-buku sebagai referensinya dan juga menggunakan skripsi, makalah, dan tesis orang lain.

Setelah data ini dilakukan, sumber ini dibaca secara seksama dan diteliti menjadi teori pendukung data utama. Buku-buku yang dikutip ditulis dengan memuat nama pengarang, tahun, dan nomor halaman sebagai bahan acuan referensi tersebut. Setelah semua data telah terkumpul dan telah dilakukan kajian terhadap novel tersebut perlu diadakan pembatasan supaya isi dari penelitian ini berjalan sesuai dengan yang diinginkan penulis dan kajiannya lebih mendalam dengan menggunakan objek tersebut. Oleh karena itu, penulis membuat kajian kepada novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, khususnya menganalisis tentang kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun.

3.2 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data ini yaitu : Judul : Habibie dan Ainun


(32)

Pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie Penerbit : THC Mandiri

Tebal buku : 323 halaman Ukuran : 14 cm x 21 cm Tahun : November 2010

Gambar : Cover Habibie dan Ainun

3.3Analisis Data

Analisis data yang saya gunakan yaitu metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Nasir (Tantawi, 2014:111) deskriptif yaitu mendekripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena.

Berikut ini adalah satu contoh teknik analisis data terhadap Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie yaitu:

”Kekuatan yang mematri hubungan Ainun dan Habibie. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam, namun juga kekutan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang.”

Melalui pendekatan sosiologi sastra yaitu pengarang sebagai penghasil karya sastra itu sendiri. Karya sastra yang diciptakan dengan kata-kata yang menggambarkan bagaimana kekuatan cinta yang dimilikinya untuk Ainun. Pegarang menciptakan karya sastra itu karena hal yang dialami dan juga dirasakannya sendiri. Dari penggunaan analisis data inilah, peneliti menggunakan analisis sosiologi sastra.


(33)

BAB IV

KEKUATAN DAN PENYEBAB KEKUATAN CINTA DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

4.1 Kekuatan Cinta Habibie dan Ainun dalam Novel Habibie dan Ainun

Kekuatan cinta Habibie dan Ainun sangat luar biasa. Cinta mereka selalu hadir bahkan sampai Ainun meninggal dunia. Kekuatan cinta Habibie dan Ainun lahir ketika mereka berpacaran, melangsungkan pernikahan, hingga Ainun meninggalkan Habibie untuk selamanya. Cinta Habibie kepada Ainun sangat besar karena cinta mereka manunggal. Kemanunggalan cinta berarti walaupun jiwa, roh, hati, batin, dan nurani mereka sudah manunggal dan atap mereka akan selalu bersama adalah langit alam semesta. Karena itu, Ainun tetap berada di samping Habibibe dan Habibie di samping Ainun, di mana saja Habibie dan Ainun akan tetap bersama. Inilah yang membuat Habibie tidak mampu untuk melupakan Ainun.

Berbeda dengan kehidupan di zaman sekarang. Banyak orang yang dengan cepat dapat berpaling ke wanita atau pria lain setelah orang yang disayangi pergi. Hal ini disebabkan cinta mereka yang kurang besar dan tidak adanya kekuatan cinta yang mendasari suatu hubungan. Namun, Habibie tetap menjaga kesucian cintanya kepada Ainun karena baginya Ainun adalah sosok wanita yang selalu memancarkan keteduhan, ketulusan, dan keikhlasan dengan mata yang indah yang membuat Habibie sulit untuk melupakannya.


(34)

Kekuatan cinta mereka dapat dilihat sewaktu Ainun masuk rumah sakit pada Tanggal 24 Maret 2010. Habibie selalu memberikan perhatian dan menunjukkan cintanya kepada Ainun. Ini semua terjadi karena Habibie dan Ainun yang telah banyak melewati berbagai perjuangan dalam melewati hidup. Perjuangan tersebut memupuk cinta mereka yang kuat yang sulit untuk dipisahkan.

Kami sekeluarga terus memanjatkan doa dengan getaran jiwa kami untuk Ainun. Kepergian Ainun untuk selamanya membuat hati dan jiwa Habibie terasa lebih berat. Namun, bagi Habibie seorang Ainun akan tetap selalu hadir di dalam kehidupannya. Ainun tidak akan tergantikan oleh siapapun sekalipun wajah Ainun memiliki rupa yang sama dengan orang lain. Perpisahan Ainun tidak membuat Habibie harus melupakan Ainun karena Habibie dan keluarga setiap harinya tetap memanjatkan doa untuk Ainun. Cinta mereka akan tetap selalu bersama walaupun keduanya sudah berada di alam yang berbeda. Ainun dapat saja muncul bersamaan di beberapa tempat melalui mimpi atau ilusi, sehingga membuat Habibie selalu merindukan Ainun.

Orang yang sudah pergi meninggalkan kita, akan tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Sama halnya dengan Ainun yang selalu hadir di dalam mimpi dan ilusi Habibie. Namun, tidak semua orang mampu merasakan hal yang sama dengan Habibie. Kekuatan cinta Habibie yang besar membuat Habibie tidak mampu untuk melupakannya.


(35)

Kekuatan Cinta Habibie kepada Ainun dapat dilihat karena adanya: 4.1.1 Perjanjian atau Komitmen

Komitmen adalah kepentingan atau perlibatan diri kita pada diri seseorang. Untuk pasangan kita, komitmen dinyatakan dengan perkawinan yang akan dijalankan dengan pasangan kita. (Gayatri, 2008:8).

Perjanjian atau komitmen yang diucapkan dalam sebuah perkawinan tidak boleh sembarangan. Janji inilah yang menjadi dasar dari sebuah perkawinan yang dapat mengikat kita dengan pasangan hidup kita dalam menjaga cinta yang suci, murni, sejati, sempurna, dan abadi.

Dapat dilihat dengan jelas ketika mereka melangsungkan pernikahan yang berarti Habibie dan Ainun mengucapkan sebuah janji. Habibie dan Ainun terlihat bahagia dan begitu yakin untuk menjalani hidup bersama-sama. Ketika mereka melempar bunga yang mengenai sasaran memberi keyakinan kepada mereka untuk berjanji akan selalu hidup bersama. Ini merupakan awal yang baik untuk pembentukan cinta mereka yang suci. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Temu kami berdua sambil melempar bunga berdasarkan keyakinan tradisi Jawa bahwa yang akan dominan dalam kehidupan berumahtangga adalah siapa yang pertama mengenai sasaran. Berarti kami Insya Allah akan selalu setara sebagai suami dan isteri, akan setia bersama-sama membangun keluarga sakinah yang diilhami dan dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.” (BJH, 2010:13).

Perjanjian yang mengikat antara hubungan Habibie dan Ainun masih dapat dilihat jelas walaupun Ainun telah meninggal dunia. Perjanjian yang Habibie dan Ainun ucapkan di saat perkawinan mengajarkan Habibie untuk tetap memegang


(36)

janjinya untuk selalu bersama dengan Ainun setelah meninggal dunia. Kebersamaan mereka hingga 48 tahun 10 hari mengisahkan banyak sekali kenangan di antara mereka, sehingga Habibie sangat sulit untuk melupakan Ainun. Hal ini terlihat dalam kutipan: ”Manunggal jiwa, roh, batin, dan nurani Ainun dan saya mungkin saja dapat terjadi karena direkat oleh cinta Ainun dan saya yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi.” (BJH, 2010:319). Cinta yang suci membuat Habibie berjanji untuk selalu menjaga dan mencinta Ainun sampai Ainun meninggal dunia.

4.1.2 Kemesraan atau Keromantisan

Kemesraan atau keromantisan adalah aliran kesenian yang mengutamakan perasaan. (Jasin, 1962:29). Romantis dapat juga diartikan sebagai dunia orang yang sedang bercinta, udara penuh harum-haruman, dan getaran jiwa yang mesra.

Abdul (2006:13) mengatakan kemesraan adalah sesuatu yang harus ada di dalam setiap rumah tangga karena tanpa adanya kemesraan, tidak akan menikmati hidup yang indah dan benar-benar bermakna. Kemesraan seharusnya diberikan setiap saat kepada pasangan suami dengan istri supaya kebahagiaan dan keromantisan akan selalu tercipta di dalam hubungan.

Kemesraan akan selalu datang saat menjalin hubungan dengan orang yang disayangi. Kemesraan itu akan datang dengan sendirinya tanpa dibuat-buat atau dipikirkan sebelumnya. Begitu juga dengan kemesraan yang dirasakan oleh Habibie dan Ainun di saat mereka masih berpacaran. Hari-hari Habibie dan Ainun dihiasi dengan kemesraan yang dimulai dengan Habibie yang mengatakan cintanya di dalam


(37)

sebuah becak. Keduanya saling malu untuk mengatakan cinta mereka sambil adanya kemesraan yang hadir di dalam diri mereka. Masa pacaran Habibie dan Ainun selalu dilengkapi dengan adanya keromantisan cinta. Habibie dan Ainun selalu berusaha untuk bertemu agar cinta mereka semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Entahlah, yang jelas kita lalu berpacaran; malam-malam hari di dalam becak dengan jok tertutup walaupun tidak hujan. Kami berpacaran di Bandung. Kami pacaran di Jakarta; cuti saya tidak berlangsung selamanya. Ia rajin datang; setiap hari saya pulang kantor selalu sudah menunggu di rumah. Rumahnya sendiri cukup dekat di Jalan Mendut tempat tinggal kakaknya yang menikah dengan Subono Mantofani. Semuanya berlangsung dengan cepat. Ia datang bulan Januari atau Februari. Kami menikah bulan Mei. Bulan Juni kami mengurus cuti saya di luar tanggungan negara mengikuti suami ke Jerman….” (BJH, 2010:9).

Seorang istri akan membutuhkan dan merindukan seorang suami yang selalu romantis. Cinta yang romantis akan dimulai dengan adanya komunikasi cinta yang berjalan dengan baik dan lancar. Seorang istri membutuhkan dan merindukan waktu komunikasi kepada suami. Namun, hal ini akan rusak atau hancur apabila suatu hubungan selalu ada kesibukan yang membuat lupa dengan semuanya tanpa adanya kebersamaan.

Habibie yang selalu sibuk dengan tugas dan tanggungjawabnya, tidak membuat Ainun banyak berkomentar. Ainun selalu berusaha mengerti dengan kesibukan Habibie. Setiap masalah yang terjadi pada mereka, akan mereka selesaikan secara bersama. Setiap senyuman yang diberikan Ainun kepada Habibie dapat menambah semangatnya. Bagi Habibie senyuman dari Ainun akan sangat berarti dalam memulai aktivitasnya. Ainun juga yang tidak pernah absen dalam


(38)

mendampingi Habibie membuat mereka selalu bertemu dalam keromantisan cinta mereka. Jiwa mereka yang sudah menyatu membuat mereka sudah saling memahami. Tidak ada pertengkaran ataupun keributan diantara mereka karena adanya perbedaan pendapat. Cinta mereka yang telah menyatu yang membuat hidup mereka berdua selalu harmonis. Keromantisan dan kesetiaan cinta mereka dapat dilihat ketika Ainun yang selalu setia mendampingi Habibie. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Beliau telah mendampingi Presiden Republik Indonesia ketiga, Bapak Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, dalam menunaikan ibadah tugas-tugas kenegaraan yang sangat berat. Dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan, almarhumah senantiasa mendampingi Presiden Habibie melewati hari-hari yang tidak mudah dalam satu periode sejarah yang sangat menentukan, yaitu ketika negara kita diguncang krisis tahun 1998 sampai 1999, berbarengan dengan mulai dilaksanakannya reformasi nasional yang dramatis dan berskala besar. Dalam suka dan duka, beliau selalu tegar menjalankan tugas sebagai Ibu Negara bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita cintai.” (BJH, 2010:304).

Kesetiaan Ainun dalam mendampingi Habibie dapat dilihat jelas karena keromantisan yang mereka miliki. Kebahagiaan yang mereka pertahankan sangat sulit apabila tidak didampingi dengan rasa kesetiaan. Kebersamaan Habibie dan Ainun menggambarkan kesuksesan cinta mereka. Ainun yang selalu setia, membuahkan hasil sehingga cinta mereka tetap abadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Khususnya istri saya tercinta, dokter Hasri Ainun Habibie, yang telah mendamping dengan kesetiaan yang tulus serta dengan pengorbanan yang ikhlas, sehingga saya dapat menjadi hamba Allah seperti sekarang ini. Saya sering menyatakan bahwa: ”di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan, yaitu ibu dan istri.” (BJH, 2010:265).


(39)

Ainun selalu setia mendampingi Habibie dengan sebuah senyuman yang membuat Habibie semakin semangat menjalani hari-harinya. Keromantisan Habibie dan Ainun selalu mereka rasakan walaupun ada kesibukan salah satu dari mereka.

”Pada semua proses persiapan apapun, Ainun setia mendampingi saya di segala pasang surut perjuangan. Penampilan, wajah senyuman yang saya rindukan itu, tidak pernah meninggalkan saya. Ainun senantiasa mengilhami, menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.” (BJH, 2010:110).

Keromantisan cinta Habibie dan Ainun karena cinta mereka yang murni, sejati, suci, sempurna, dan abadi. Habibie dan Ainun yang berusaha menjaga keromantisan cinta sehingga tercipta keluarga yang sempurna. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Ainun yang memiliki moral baik, bekerja mandiri, konsisten, kuat, religius, pejuang, merakyat, berusaha, belajar dari proses membangun keluarganya menjadi keluarga sakinah yang berakar pada nilai agama dan nilai budaya yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi, tulus dan ikhlas. Pengalaman Ainun diterapkan membantu membangun masyarakat sekitarnya dapat memahami mekanisme membangun keluarga sakinah atau keluarga sejahtera dan bahagia.” (BJH, 2010:65).

Kemesraan Habibie dan Ainun akan selalu hadir sekalipun mereka tidak dapat selalu bersama. Tidak perduli dengan yang terjadi karena Habibie dan Ainun percaya saat mereka menyatukan hati dan perasaan mereka menjadi satu dan lebih kuat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya selalu bersamamu, di sampingmu, di mana pun dan dalam keadaan apapun saya selalu akan disampingmu. Tuhan selalu bersama kita. Wajah, mata Ainun terus memukau dan memberi semangat pada saya.” (BJH, 2010:219).


(40)

Saat keromantisan menghiasi hari-hari Habibie dan Ainun semuanya akan terasa indah dan lebih berarti. Keromantisan inilah yang menjadi dasar kekuatan cinta Habibie dan Ainun.

4.1.3 Kesucian Cinta

Kesucian adalah kebersihan dan kemurnian hati. (Alwi, 2007:1096). Kesucian cinta berarti menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan. Segalanya akan terasa indah di saat menjaga kesucian cinta yang dimiliki. Habibie dan Ainun juga yang menjaga kesucian cinta mereka, sehingga apapun kesusahan yang mereka rasakan akan berubah menjadi kebahagiaan antara mereka berdua. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Rasa kedinginan, letih, dan lapar hilang terpukau oleh pandangan mata Ainun yang mencerminkan kebahagiaan dan cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.” (BJH, 2020:20).

Menjaga kesucian di dalam perkawinan sangat penting. Habibie dan Ainun yang saling menjaga kesucian cinta mereka dengan sebuah keyakinan. Ainun yang rela mengorbankan segalanya untuk membuat suami dan kedua anaknya bahagia. Bagi Ainun, yang terpenting tetap menjaga kesucian cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Berdasarkan keyakinannya, Ainun mengorbankan hoby dan pekerjaannya sebagai dokter untuk membangun bersama Ilham, Thareq, dan suaminya tetap menciptakan keluarga sakinah sesuai ajaran agama Islam dan budaya kami yang dikalbui oleh cinta yang murni,suci, sejati, sempurna, dan abadi.” (BJH, 2010:62).


(41)

Ketika kehilangan seseorang yang disayangi berarti kehilangan sebagian dari diri sendiri, tetapi ketika mencintai orang yang disayangi berarti menyatukan dua jiwa menjadi satu. Perpisahan antara Habibie dan Ainun bukan berarti kehilangan cinta mereka. Kesuksesan cinta yang mereka dapatkan tidak mudah apabila tidak adanya kesucian cinta. Habibie yang tidak pernah untuk lupa untuk mendoakan Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Ainun sepanjang masa berada di sekitar saya dan keluarga, selama kami sekeluarga terus memanjatkan doa dengan getaran jiwa kami untuk Ainun.” (BJH, 2010:319).

Kematian yang menjemput seseorang tidak berarti harus melupakan orang tersebut. Orang di dunia pada akhirnya harus berakhir dengan kematian. Kematian Ainun berarti hanya kehilangan fisiknya secara nyata. Namun, bukan berarti harus kehilangan semua yang ada di dalam diri Ainun. Kepergian Ainun yang harus mengajarkan Habibie untuk menerima segalanya karena Habibie mengiklhaskan kepergian Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Saya ikhlas menerima keadaan dan menjadi lebih tenang dan tegar dan tidak merasa ditinggalkan Ainun.” (BJH, 2010:319).

Kekuatan cinta berarti jiwa, roh, batin, dan nurani sudah menyatu. Kehilangan fisik dari seseorang akan pasti terjadi, tetapi tidak untuk kehilangan jiwa, roh, batin, dan nurani dari orang yang disayangi. Habibie dan Ainun memiliki kekuatan cinta yang begitu luar biasa. Cinta mereka akan selalu hadir. Mereka juga dapat berkomunikasi setiap saat hanya dengan tatapan mata mereka saja. Cinta Habibie dan Ainun yang begitu luar biasa menandakan kesucian cinta mereka yang begitu besar


(42)

dan dalam. Kesucian cinta Habibie kepada Ainun abadi dan membuat Habibie tetap merasakan hadirnya Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Hanya dengan tatapan mata saja tanpa berbicara sering dapat berkomunikasi langsung dan mengerti isi hati dan kehendak kami. Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta.” (BJH, 2010:265).

Perpisahan yang terjadi di antara Habibie dan Ainun bukan berarti membuat Habibie harus melupakannya. Jiwa mereka yang sudah menyatu membuat Habibie tidak harus kehilangan sepenuhnya jiwa Ainun karena bagi Habibie perpisahan akan mengantarkan setiap manusia kepada Tuhan-Nya. Kesucian cinta mereka akan selalu hadir sampai Ainun meninggal dunia karena cinta mereka akan selalu bersama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang massa.” (BJH, 2010:303).

Kesucian cinta mereka membuat Habibie dan Ainun memiliki jiwa yang sulit untuk dipisahkan. Habibie sangat merasa kehilangan Ainun, tetapi itu semua hadir karena cinta mereka yang sudah menyatu. Kesucian cinta Habibie dan Ainun akan selalu dijaga oleh Habibie. Hal ini ditandai dalam kutipan:

”Kini tinggal saya sendiri berada dalam dunia yang terasa sudah gelap. Saya sering mengatakan kepada siapa pun bahwa kepergian Ainun, telah membuat ”jiwa saya kehilangan sebelah”. Begitu lama saya merasakan kekosongan jiwa. Bagaimana hal itu tidak terjadi kepada saya, jika Ainun istri yang saya sayangi dan cintai adalah bagian dari diri saya, dan saya adalah bagian dari diri Ainun. Berbulan-bulan kepergian Ainun, saya lewatkan dengan malam-malam yang terasa hampir hambar dan kosong.” (BJH, 2010:311).


(43)

4.1.4 Saling Memberi

Memberi berarti proses seseorang memberikan sesuatu kepada orang yang dicintainya. Rela memberi tanpa mengharapkan imbalan sebagai proses belajar kita melakukan yang terbaik. (Muler, 2005:300).

Sebuah pernikahan berarti memberi apa yang kita miliki untuk suami atau istri kita. Memberi segalanya untuk kebahagiaan dari orang yang kita sayangi sangat lebih berarti. Tidak ada yang dapat diberikan Habibie kepada Ainun kecuali membuatnya tersenyum dan bahagia. Bagi Ainun itu semua sudah sangat berarti daripada sebuah materi. Menurut Habibie dan Ainun dengan saling memberi berarti sudah dapat menerima segala kemampuan dan kekurangan dari pasangan untuk sebuah kebahagiaan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Maafkan kemampuan saya hanya ini saja. Ia mencium saya dan menjawab: kamu sudah memberi saya yang lebih indah dari semuanya yang kamu tak dapat bayangkan.” (BJH, 2010:20).

4.1.5 Selalu Bersyukur

Beryukur yaitu suatu kenyataan bahwa kita harus mengakui hidup karena itu semua berasal dari Tuhan. (Izaak, 2009:55).

Selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki terlebih ketika Tuhan mengaruniakan seorang anak untuk keluarga mereka. Cinta mereka semakin terasa sempurna karena Tuhan mengaruniakan seorang anak kepada mereka.

”Senyuman manis dan pandangan matamu yang selalu memukau dan merindu adalah milikmu dan kuberikan untukmu sepanjang masa sejak malam takbiran tanggal 7 Maret yang lalu. Yang kamu berikan kepada


(44)

saya adalah titipan Allah untuk kamu berdua. Saya mengandung bayimu, anakmu, dan keturunanmu. Itu yang paling indah dan titipan Allah itu harus kami syukuri. Saat memeluknya sambil memanjatkan doa bersama membaca Al Faatihah.”(BJH, 2010:20).

Bersyukur adalah salah satu cara supaya lebih dapat menikmati hidup. Penghasilan yang cukup tidak membuat Habibie dan Ainun harus mengeluh. Mereka menikmati hidup dengan cara bersyukur karena dengan bersyukur berarti menerima segala apa yang diberikan oleh Tuhan. Perekonomian rendah tidak membuat mereka menjadi patah semangat karena semua yang telah diberikan oleh Tuhan akan ada hikmatnya. Rezeki dari Habibie dan Ainun mereka gunakan dengan seperlunya. Membeli mesin jahit harus penuh dengan syukur karena itu merupakan suatu keperluan yang sangat dibutuhkan. Habibie dan Ainun yang selalu bersyukur mengajarkan mereka banyak untuk kekuatan cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Tidak ada uang kecuali untuk membeli mesin jahit. Belinya tentu dengan menyicil dan karena mesinnya mesin Singer yang bagus cicilannya lunas baru setelah satu setengah tahun. Hidup benar-benar perihatin. Hidup benar-benar keras. Tetapi hikmahnya. Di masa-masa inilah saya belajar untuk hidup berdikari.” (BJH, 2010:21).

Selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan untuk keluarga mereka. Belajar banyak hal dengan meyakini bahwa semua akan indah pada waktunya. Bekerja keras dan selalu berusaha akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Segala sesuatu yang terasa sulit akan berubah menjadi indah ketika kita tetap mensyukurinya.

”Kami berdua bekerja keras dan menikmati tiap detik yang diberikan oleh Allah dengan meletakkan jejak yang indah dengan perasaan


(45)

khusus yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi. Sehingga semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.” (BJH, 2010:55).

Habibie yang selalu bersyukur memiliki pasangan hidup seperti Ainun yang memiliki sifat dan tanggung jawab yang dapat menjaga cinta sejati mereka. Kepintaran Ainun bukan untuk diri Habibie saja, namun juga untuk seluruh masyarakat Indonesia.

”Saya bersyukur bahwa Ainun sudah berhasil melaksanakan fungsinya sebagai ibu yang menciptakan keluarga yang sakinah dan sejahtera, selain menunjukkan pembelaannya atas peningkatan terus menerus kodrat wanita Indonesia, bahkan untuk seluaruh masyarakat dan bangsanya.” (BJH, 2010:156).

Selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan untuk umat-Nya. Kepergian Ainun tidak membuat Habibie harus menyalahkan dirinya sendiri ataupun Tuhan. Habibie mengambil hikmat bahwa kepergian Ainun merupakan jalan satu-satunya yang harus disyukuri untuk kebahagiaan mereka. Walaupun Habibie yang selalu merasa sedih. Namun semua itu, jalan yang sudah diberikan Tuhan. Mengikhlaskan Ainun dan menyukuri apa yang telah terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya juga bertanya mengapa harus demikian? Apa yang harus saya laksanakan? Namun, saya kembali kepada keyakinan dan agama saya, bahwa tiap orang yang beragama dan percaya pada eksitensi Tuhan percaya bahwa hidup dan mati seseorang ditentukan oleh Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah yang terbaik dan pasti akan terjadi.” (BJH, 2010:238).

4.1.6 Hidup Mandiri

Mandiri berarti potensi yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap manusia untuk meraih kesuksesan di dunia ini. Orang yang mandiri memiliki rasa percaya diri


(46)

yang besar dalam menghadapi hidup dan menyelesaikan permasalahan sendiri. (Syafie’ie, 2008:85).

Hidup mandiri Habibie membuat dirinya sudah terbiasa melakukan apa yang telah menjadi tanggungjawabnya. Ainun yang tidak pernah mengeluh kepada Habibie, membuat Habibie bangga kepadanya. Ainun memiliki sifat mandiri karena Ainun menyadari pekerjaan yang telah dilakukan Habibie sudah terlalu banyak, sehingga Ainun tidak mungkin menambah pekerjaannya. Kemandirian Ainun inilah yang membuat Habibie bahagia. Semua pekerjaan rumah dapat dikerjakan Ainun dengan baik tanpa mengeluh. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiaannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan di rumah.” (BJH, 2010:26).

Penghasilan yang pas-pasan membuat Habibie dan Ainun harus hidup mandiri. Ini semua mereka lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hidup mandiri mengajarkan mereka banyak hal untuk tetap mensyukuri hidup. Habibie yang harus berjuang sendiri untuk menambah penghasilan dilakukan dengan semangat dan untuk membahagiakan keluarganya. Habibie harus menambah penghasilan dengan meninggalkan Ainun sementara waktu. Habibie dan Ainun belajar banyak hal dengan hidup mandiri karena dengan hidup mandiri berarti mereka mensyukuri apa yang mereka miliki. Hal ini terlihat dalam kutipan:


(47)

”Penghasilan kami pas-pasan: mendapat setengah gaji seorang Diploma Ingeneur, oleh karena bekerja setengah hari sebagai Asisten pada Institut Konstruksi Ringan Universitas, enam ratus DM lagi dari DAAD, Dinas Beasisiwa Jerman. Untuk menambah penghasilan, suami dengan mencuri-curi waktu bekerja sebagai ahli konstruksi pada pabrik kereta api mendisain gerbong-gerbong berkonstruksi ringan. Waktu sangat berharga dan harus diatur ketat: pagi-pagi ke pabrik dulu, kemudian sampai malam di universitas. Pukul 10.00 atau pukul 11.00 malam baru sampai di rumah dan menulis disertasi. Kemana-mana naik bis, malah karena kekurangan uang untuk membeli kartu langganan bulanan, dua tiga kali seeminggu ia jalan kaki mengambil jalan pintas sejauh limabelas kilometer. Sepatunya berlobang-lobang; baru menjelang musim dingin lobangnya ditambal.” (BJH, 2010:19).

Kepergian Habibie ke luar kota saat Ainun hamil tua tidak membuat Ainun gelisah. Pekerjaan Habibie yang sibuk mengajarkan Ainun banyak hal untuk memahami pekerjaan dari suaminya. Hidup mandiri Ainun membuat Habibie bangga memiliki seorang pasangan hidup sepertinya. Ainun yakin kepergian Habibie akan membuat dirinya menjadi lebih baik lagi karena Tuhan akan memberkati keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Untuk pertama kalinya saya harus tinggalkan Ainun seorang diri dalam keadaan hamil tua tanpa pembantu di desa kecil di luar Kota Aachen. Tetangga Jerman kami menyatakan akan menjaga dan memperhatikan Ainun, mencatat alamat, telepon kantor dan hotel di mana saya akan tinggal dan bekerja di Kota Minden. Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak menggangu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi. Ainun menyatakan keyakinannya bahwa semua yang saya hadapi Insya Allah akan selesai dengan baik dan Allah selalu akan melindungi kami. Ia mencium saya dan terus melihat dari jendela ketika saya berjalan ke tempat pemberhentian bus.” (BJH, 2010:27).

Kesibukan Habibie membuat Ainun menjadi wanita yang mandiri dan tidak pernah mengeluh. Ainun tetap tersenyum disaat Habibie tidak berada di sampingnya.


(48)

Namun, itu semua akan terobati ketika mereka dapat bertemu dengan senyuman yang selalu mereka rindukan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Mengasuh Ilham yang begitu aktif sambil mengandung, muntah, meludah, dan membereskan rumah seorang diri adalah pekerjaan yang tidak gampang. Tetapi Ainun tidak pernah mengeluh dan melaksanakan tugasnya dengan kesabaran sebaik mungkin. Ia tetap segar dan cerah jikalau saya pulang. Senyumannya terus memberi ketenangan mencerminkan kebahagiaan. Saya sering menceritakan pengalaman di kantor dan Ainun selalu mengilhami saya dengan senyuman yang kurindukan.” ( BJH, 2010:47).

4.1.7 Saling Membantu

Membantu berarti saling menolong orang lain karena adanya naluri kita untuk membantunya. Saling membantu kepada orang lain akan memiliki kebahagiaan tersendiri apabila kita membantunya secara ikhlas. (Yanto:2007).

Habibie dan Ainun saling membantu di dalam setiap pekerjaan mereka. Mereka melakukan ini supaya setiap beban yang mereka miliki dapat mereka selesaikan secara bersamaan tanpa ada yang dirugikan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca, atau berbuat yang lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya.” (BJH, 2010:38).

Menjaga kebahagiaan keluarga yaitu dengan cara saling membantu. Saling membantu yang dilakukan Ainun untuk Habibie yaitu dengan cara memberi dorongan dan mengilhami Habibie. Ainun yang berperan sebagai seorang dokter tidak lupa memeriksa kesehatan Habibie. Semua dilakukan Ainun untuk tetap menjaga


(49)

keluarganya menjadi keluarga yang bahagia dan sehat. Banyak pekerjaan yang dilakukan Habibie membuat Ainun harus menyadari bahwa semua itu dilakukannya untuk kebahagiaan keluarga mereka. Saling membantu dengan segala usaha yang mereka punya untuk kebahagiaan cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di Perusahaan Talbot. Ainun tidak pernah menuntut dan memberi persoalan, sehingga saya dengan tenang dapat konsentrasi pada pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang sedang saya hadapi. Yang diperhatikan Ainun adalah semua yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan saya. Sering Ainun sebagai seorang dokter memeriksa kesehatan saya termasuk denyutan dan getaran jantung dengan alat kedokteran yang dia miliki. Dengan perkataan lain, Ainun bertindak tidak saja sebagai isteri namun juga sebagai dokter pribadi. Jika saya lelah, Ainun selalu menyapa dengan senyuman dan pandangan mata yangmemukau dan saya rindukan selalu.” (BJH, 2010:23).

Ainun sangat memahami kondisi Habibie. Tidak ingin mengganggu Habibie, namun selalu berusaha memberikan yang terbaik kepadanya dengan membantu Habibie. Salah satu yang dilakukan Ainun untuk Habibie yaitu dengan tidak lupa membantu Habibie dengan cara selalu memperhatikan kesehatannya. Ketika Habibie sibuk, Ainun tidak pernah menggangu, namun membantu Habibie dengan tidak menggangunya. Seperti yang terdapat dalam kutipan:

”Semangat dan energinya, memang lebih dari rata-rata orang. Kami sekeluarga terbawa dalam kehidupannya. Waktunya untuk anak-anak makin harus dicari-cari. Mulailah saya merangkap menjadi ayah dan sopir anak-anak. Ia menghendaki istrinya mengikuti dan mengimbangi kemajuan karirnya. Tanpa mencampurinya, istri harus mengetahui bidang pekerjaan suami. Isteri harus bergaul dengan lingkungan kerjanya: ilmu, teknologi, bisnis internasional pada tingkat yang semakin tinggi. Berat rasanya: istri harus mulai ikut meninggalkan anak. Trenyuh rasanya melihat rambut anak-anak gondrong ditinggal


(50)

ibunya berminggu-minggu; mendengar mereka tidak mau makan karena bukan masakan ibunya. Tetapi saya menjadi sadar mengimbangi suami merupakan keharusan. Ada semacam hukum alamnya: ”istri yang tidak mengikuti suami akan ditinggalkan. Dan Alhamdulilah, Ilham dan Thareq pun dapat mengerti. Mereka pun mau membantu.” (BJH, 2010:46).

Ainun tidak ingin membuat Habibie semakin sibuk dengan tugas-tugasnya. Ainun berusaha membantu Habibie mulai dari hal kecil hingga hal besar untuk kebahagiaan cinta mereka. Melakukan pekerjaan rumah dan menjaga Habibie sudah menjadi pekerjaan Ainun untuk membantu Habibie. Hal sederhana yang sudah dilakukan Ainun untuk Habibie sudah dapat membantu Habibie dengan kesibukannya. Tidak lupa Ainun yang selalu tersenyum untuk membantu Habibie agar selalu semangat dalam pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetap sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, dan membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan di rumah.” (BJH, 2010:26).

Hanya dengan kesetian Ainun sudah dapat membantu Habibie dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga Habibie dapat lebih bersemagat.

”Ainun selalu setia mendampingi dan membantu saya dalam melaksanakan tugas berat, walaupun keadaan Ainun tidak begitu sehat. Semuanya dilaksanakan penuh dedikasi dan semangat yang mengagumkan.” (BJH, 2010:251).

Ainun yang selalu membantu Habibie mulai dari hal sekecil apapun tetap Ainun lakukan untuk menjaga cinta mereka. Ainun membantu Habibie dengan cara


(51)

menjaga kesehatan Habibie karena tugas Habibie yang sangat banyak. ”Ainun bukan ingin mencampuri urusan kantor, tetapi ia mencintai saya dan ia ingin saya tetap selalu sehat. Dengan demikian, saya bisa memberi pengabdian yang lebih panjang untuk negara.” (BJH, 2010:157).

4.1.8 Saling Mengingatkan

Saling mengingatkan berarti memberi perhatian atau mengingatkan akan sesuatu yang akan terjadi. (Alwi, 2007:433). Saling mengingatkan di dalam berumah tangga sangatlah diharapkan sehingga terjalin hubungan baik. Habibie dan Ainun yang saling mengingatkan supaya hubungan keluarga mereka tetap berjalan dengan baik. Saling mengingatkan sehingga mereka berdua saling memahami akan setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan. Mengingatkan kesehatan merupakan hal yang paling diutamakan Ainun kepada Habibie. Di saat Habibie dan Ainun saling mengingatkan berarti mereka dapat saling mengerti.

”Ainun selalu mendengar pemikiran saya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menarik, selalu sabar, konsisten memberi semangat, dorongan dengan keyakinan bahwa apa yang saya laksanakan itu adalah yang terbaik. Ainun sangat memperhatikan kesehatan saya. Ia tidak pernah mengeluh karena tidak kebagian waktu. Ia mengisi waktunya dengan menjahit, untuk anak kami yang sedang dalam kandungan. Memperhatikan gizi, vitamin baik untuk saya, bayi yang dikandung dan dirinya. Ainun yang sangat disiplin itu, tidak pernah mengeluh atau membuat komentar yang menjadikan saya gelisah. Yang sering diberikan adalah senyuman yang memukan hati dan yang selalu saya rindukan.” (BJH, 2010:26).


(52)

4.1.9 Perhatian

Perhatian adalah kegiatan yang menjadi pusat perhatian kita yang tertuju pada suatu objek karena adanya suatu ketertarikan. (Aisyah, 2015:3). Perhatian yang diberikan Ainun untuk Habibie dengan cara memotivasi Habibie untuk lebih semangat lagi dalam mencari nafkah untuk keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Dengan semangat, motivasi, dan diilhami oleh Ainun produktivitas kerja saya terus meningkat dan semua berjalan lancar.” (BJH, 2010:33).

Perhatian yang diberikan Ainun kepada Habibie sangat besar. Apabila Habibie larut malam pulang tidak hentinya Ainun menelepon Habibie hanya untuk menanyakan kesehatannya. Perhatian Ainun kepada Habibie sangat besar karena kekuatan cinta yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Tetapi tugas dan kesibukannya di luar selesai, ia kembali ke rumah, kembali berfungsi menjadi ibu rumah tangga, menjalankan peranannya sebagai seorang isteri. Sejak awal saya ditugaskan sebagai Ketua BPPT tahu dan maklum, karena kesibukan pekerjaan saya setiap hari, membuat saya selalu pulang terlambat, rata-rata sekitar pukul 21.00 artau 22.00, bahkan bisa lebih. Jika demikian, Ainun selalu menelpon saya dari rumah memperingatkan bahwa saya harus pulang. Jagalah kesehatanmu demikian disampaikan berkali-kali jika saya belum juga beranjak dari tempat duduk bekerja dan menerima tamu. Namun akhirnya, dengan perasaan hati yang masih erat, saya harus pulang.” (BJH, 2010:157).

Perhatian yang diberikan Ainun kepada Habibie sangat luar biasa. Semua ini dilakukan Ainun untuk membuat Habibie tetap menikmati pekerjaanya dan selalu merasa bahagia. Apabila Habibie sudah lelah dengan pekerjaannya, Ainun tidak ingin mengganggu Habibie karena bagi Ainun kebahagiaan dari Habibie yang paling utama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:


(53)

”Ainun senantiasa memperhatikan saya dan tidak pernah meninggalkan saya seorang diri. Saya tidak pernah merasa berpisah dengan Ainun. Jika saya dalam keadaan lelah atau stress, Ainun tiba-tiba berada di samping saya memberi semangat, motivasi, dan inspirasi. Penampilannya selalu menenangkan dan menyenangkan bagi saya. Ainun tidak pernah mengganggu.” (BJH, 2010:219).

4.1.10 Saling Melengkapi

Melengkapi adalah menghadapi perbedaan untuk menjadi persatuan dari satu ihak atau lebih yang memiliki kekurangan untuk saling melengkapi. (Budhy 2010:64). Saling melengkapi dalam hubungan suami isteri sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan suatu hubungan. Setiap kekurangan dan kelebihan antara suami isteri harus dilengkapi karena dengan saling melengkapi berarti sudah dapat menerima baik atau buruknya pasangan. Habibie dan Ainun yang saling melengkapi membuat kisah cinta mereka terasa sempurna. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Saya bersyukur, Allah SWT menjadikan Ainun sebagai isteri, Ibu anak saya Ilham dan Thareq, pendamping saya dalam melaksanakan tugas berjiwa sosial dan merakyat, berdedikasi, berdisiplin, dan pekerja keras tanpa mengenal lelah menyerah. Demikian sifat Ainun yang sangat religius selalu bersama saya puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tiap hari membaca satu jus kitab suci Alquran.” (BJH, 2010:158).

Saling melengkapi supaya keluarga Habibie dan Ainun semakin sempurna. Tidak hanya saling melengkapi dengan sebuah materi. Namun, mereka melengkapinya dengan menyatukan segala perbedaan mereka untuk menjadi persamaan.

”Tetapi ia juga memberi secara mutlak, semua yang ada padanya diberikannya pada anak isterinya: impian-impiannya, kepandaiannya, semangatnya, marahnya, kekecewaannya, perhatiaannya, semangatnya, marahnya, kekecewaannya, kesehatannya, dan pengorbanannya. Di


(54)

dalam segala kehebatannya ia sangat peka: perhatian kami, pengertian kami, dukungan kami, baginya segala-galanya. Itulah yang membuat semuanya ada gunanya.”(BJH, 2010:64).

4.1.11 Adanya Telepati

Telepati yang berarti daya seseorang untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang jauh jaraknya atau dapat menangkap apa yang ada di benak orang lain tanpa memprgunakan alat-alat yang dapat dilihat. (Alwi, 2007:1162).

Tidak semua suami dan isteri dapat merasakan sebuah telepati. Telepati dapat dirasakan jikalau kita sangat mencintai dan menyayangi pasangan kita. Hubungan batin antara Habibie dan Ainun memang sangat kuat mereka rasakan. Apabila Habibie dan Ainun tidak berada dalam satu lokasi, tidak terjadi kecemburuan di antara mereka. Habibie dan Ainun percaya, apabila di antara mereka saling percaya tidak ada yang dapat mengalahkan kekuatan cinta yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Sering Ainun dan saya saling memberi dan menerima informasi tanpa berbicara, cukup dengan tatapan mata saja. Bahkan jikalau kami sedang tidak berada dalam satu lokasi, tetap dapat berkomunikasi melalui hubungan batin. Akibat cinta sejati antara dua insan? Getaran jiwa? Samakah kecepatan rambatan getaran jiwa dengan kecepatan cahaya atau lebih? Menurut ilmu alam kecepatan tidak mungkin melampaui kecepatan cahaya. Apakah ini telepati dan bagaimana mekanismenya? Banyak pertanyaan yang harus dijawab dan belum terjawab, sedangkan telepati antara dua manusi dapat terus berlangsung sebagai suatu kenyataan.” (BJH, 2010:266).

Sebelumnya Habibie dan Ainun tidak percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bertelepati. Namun, itu semua mereka sadari ketika mereka mampu berkomunikasi secara berjauhan. Telepati inilah yang membuat cinta mereka


(55)

semakin menyatu karena kepercayaan yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Apakah Ibu masih ingat apa yang dibisikkan suami Ibu?”. Ainun mengangguk. Melihat itu, Profesor mengatakan: ”Itu namanya telepati. Ini dapat terjadi antara Ibu dan anak atau suami dan isteri. Mekanismenya secara ilmiah belum kami pahami. Tetapi fenomena ini memang ada. Bersyukurlah, Ibu dan Bapak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara telepati!” (BJH, 2010:286).

Telepati antara Habibie dengan Ainun memang sangat kuat. Tanpa berbicara saja mereka dapat saling memahami dan mengerti. Itulah yang membuat keduanya tetap bertahan dalam cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:

”Sering wajah dan mata kami menyampaikan perasaan dan informasi yang dibutuhkan tanpa berbicara. Telepati antara kami terus berkembang kualitasnya. Ainun adalah ”Lucky Angel” dan saya ”Lucky Man”, demikian hubungan kami karena cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi telah menjadikan kami menyatu.” (BJH, 2010:120).

Telepati cinta antara Habibie dan Ainun sudah terlihat di saat mereka berpacaran hingga berlanjut ke tahap perkawinan. Banyak orang di zaman sekarang yang sangat sulit untuk menyatukan hati dan perasaan mereka. Harus berkomunikasi dengan banyak sehingga dapat menyambungkan perasaan mereka. Berbeda dengan Habibie dan Ainun yang sudah bertelepati sehingga mereka yang sudah dapat memahami satu dengan lainnya. Cinta mereka yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi membuat mereka akan selalu hidup bersama walaupun kepergian Ainun. ”Ainun memiliki kontak batin yang selalu sama dengan saya. Isi jiwa kami selalu sama, bagaikan sebuah aransemen lagu yang sangat indah dan harmonis.” (BJH, 2010:233).


(56)

4.2 Penyebab Kekuatan Cinta Habibie dan Ainun tetap Abadi

Penyebab kekuatan cinta akan lahir ketika adanya cinta dan kasih sayang. Penyebab ini yang membuat suatu hubungan akan bertahan dan menjadi lebih kuat karena adanya dasar cinta. Kekuatan cinta yang dimiliki Habibie kepada Ainun sangat luar biasa yang dapat menjadi inspirasi bagi setiap orang. Cinta mereka yang

abadi terlihat sampai Ainun meninggal dunia.

Adapun penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi setelah Ainun meninggal dunia karena:

4.2.1 Mentaati Perjanjian antara Habibie dan Ainun

Penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi setelah Ainun meninggal dunia karena semasa hidupnya Habibie dan Ainun mentaati perjanjian yang mereka ucapkan. Perjanjian inilah yang menjadi bukti kekuatan cinta Habibie dan Ainun. Adanya perjanjian berarti adanya komitmen yang kita ucapkan untuk pasangan kita. Habibie dan Ainun yang memiliki perjanjian atau sebuah komitmen untuk selalu dapat hidup bersama.

Kebersamaan mereka yang berlangsung selama 48 tahun 10 hari mengisahkan banyak kenangan suka dan duka di dalam kehidupan mereka. Suka dan duka yang mereka miliki pun sangat banyak membuat Habibie sulit untuk melupakan Ainun


(57)

yang telah meninggal dunia. Berjanji untuk mengikat diri antara mereka dan berjanji untuk tidak saling meninggalkan karena cinta mereka yang akan selalu bersama.

Perjanjian inilah yang membuat Habibie selalu mengikat dirinya untuk Ainun dan tidak akan pernah untuk melupakan Ainun. Bagi Habibie perjanjian yang dulunya pernah diucapkan kepada Ainun harus tetap dijalani karena cinta Habibie hanya untuk Ainun. Adanya perjanjian yang telah mereka ucapkan di saat pernikahan menjadi dasar hubungan mereka untuk selalu memegang pada satu komitmen yang membuat kekuatan cinta mereka semakin kuat sampai Ainun meninggal dunia.

4.2.2 Melakukan Kemesraan dan Keromantisan antara Habibie dan Ainun Kemesraan atau keromantisan sangat dibutuhkan dalam membina hubungan keluarga yang sejati. Habibie dan Ainun selalu berusaha dalam menjaga kemesraan dan keromantisan cinta mereka di mana pun mereka berada.

Kemesraan yang selalu hadir di dalam kehidupan Habibie dan Ainun mungkin membuat banyak orang kagum dengan cinta mereka. Banyak orang yang selalu menunjukkan kemesraannya di depan umum. Namun, bagi Habibie dan Ainun tidak perlu selalu menampakkan kemesraan di antara mereka di depan umum karena cinta mereka akan selalu hadir. Belum lagi sewaktu Habibie dan Ainun menikah, sewaktu pacaran saja Habibie dan Ainun sudah menampakkan kemesraan mereka. Kemesraan yang mereka ucapkan yaitu tidak perlu seseorang yang sempurna karena cukup menemukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapa pun. Itulah yang membuat Ainun pertama sekali yakin kepada Habibie. Hal


(58)

ini yang membuat kemesraan mereka selalu hadir sampai saatnya Ainun telah meninggal dunia. Di waktu akhir Ainun, Habibie juga tetap menjaga kemesraannya dengan tidak lupa mengucapkan bahwa hari ini pernikahan kita ke-6 windu atau 48 tahun. Saya akan selalu mendampingimu di manapun kamu berada, karena jiwa, roh, dan batin kita sudah manunggal sepanjang masa. Itulah ucapan romantis yang diucapkan Habibie kepada Ainun sewaktu Ainun di rumah sakit. Keromantisan Habibie dan Ainun yang membuat cinta mereka semakin bertahan karena adanya dasar kekuatan cinta mereka. Melakukan keromantisan atau kemesraan yang membuat cinta mereka selalu abadi.

4.2.3 Kesucian Cinta antara Habibie dan Ainun

Menjaga kesucian cinta akan terlihat sulit tanpa adanya kepercayaan. Kepergian Ainun tidak membuat Habibie harus melupakannya namun Habibie tetap menjaga kesucian cintanya hanya untuk Ainun. Cinta mereka tetap abadi sampai Ainun telah tiada.

Untuk tetap menjaga kesucian dengan pasangan kita akan terasa sulit, apabila kita tidak dapat memahami dan mengerti pasangan kita. Habibie yang selalu setia menjaga kesuciannya kepada Ainun, membuat hidup Ainun terasa lebih sempurna. Kesucian cinta Habibie untuk Ainun di masa pernikahannya banyak sekali cobaan. Habibie yang memiliki banyak kesulitan terutama di awal pernikahan karena memiliki perekonomian pas-pasan. Namun, Habibie dan Ainun tetap berusaha tersenyum dengan apapun yang terjadi, karena bagi Habibie dan Ainun apabila


(1)

55

DAFTAR PUSTAKA

Al Jauziyyah Ibnu Qayyim. 1417 H. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Jakarta Timur: Darul Falah.

Brahmanto. 2010. Definisi Laki-Laki dan Perempuan. Juni 2015.

Dusi. 2010. “Warta RSUD”. 2015

Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harriyadi, Mathias. 1994. Membina Hubungan Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Hasann, Alwi. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Istiningdias dan Yani. ”Implikatur dalam Percakapan Habibie dan Ainun Kaya Bacharuddin Jusuf Habibie”. Dalam skripsi Universitas Padjajaran Bandung. Muhyiddin, Muhammad. 2007. The True Power of Heart. Yogyakarta: Diva Press. Muller, Johanes. 2005. Perkembangan Masyarakat Lintas Ilmu. Yogyakarta:

Gramedia.

Munawar, Budhy. 2010. Argumen Islam untuk Pluralisme. Bandung: Gramedia. Pramesti, Yogi. 2010. ”Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku Habibie

dan Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI Karya Bacharuddin Jusuf Habibie”. Skripsi Universitas Islam Negeri Kalijaga. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ricky. 2014. Tanda Menemukan Cinta Sejati. April 2015.


(2)

Syafie’ie. Muhammad. 2008. Berani Hidup Berani Sukses. Jakarta: Republika. Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

INTERNET

file:///D:/contoh%20skripsi/7%20Tanda%20Anda%20Menemukan%20Cinta%20Seja ti.htm. diakses pada Tanggal 22 April 2015.


(3)

ix Lampiran:

SINOPSIS NOVEL HABIBIE DAN AINUN

Dalam novel ini, diceritakan tentang kisah cinta, karir, politik, dan juga bagaimana perjalanan hidup tokoh Habibie dan Ainun. Cerita dimulai dari pertemuan pertama mereka di sekolah yang saling mengejek hingga detik-detik maut yang memisahkan cinta keduanya.

Cinta mereka lahir dengan tulus dan sederhana. Sebenarnya, Ainun dan Habibie saat duduk di bangku sekolah dasar, bersekolah di tempat yang sama. Namun, karena mereka yang masih kecil dan belum memahami tentang kehidupan. Mereka pun suka saling mengejek karena Ainun berbadan gemuk dan kulitnya berwarna gelap. Habibie pun suka mengejek Ainun bahkan menjuluki Ainun dengan sebutan gula jawa. Karena sifat mereka berdua, guru-guru mereka juga ingin menjodohkan mereka.

Rasa cinta Habibie pada Ainun lahir ketika mereka melanjutkan cita-cita masing-masing. Habibie yang melanjutkan sekolah jurusan teknik di Jerman dan Ainun yang menjadi seorang dokter muda yang cantik. Namun, mereka berhasil dipertemukan pada saat Fanny, saudara Habibie, mengajaknya untuk berkunjung ke kediaman keluarga Ainun. Ainun pun berubah menjadi seorang gadis cantik. Saat pertama kali melihat Ainun, Habibie langsung merasakan getaran hatinya. Cinta Habibie juga disambut oleh Ainun, karena Ainun juga mencintainya. Mereka pun langsung pacaran, pada malam hari di dalam becak dengan ditutupi jok (seperti sebuah kain agar tidak terkena hujan) walaupun sebenarnya tidak hujan. Keduanya


(4)

sering bertemu di Bandung dan Jakarta. Cuti Habibie tidak berlangsung lama tetapi mereka mengusahakan untuk saling bertemu. Setiap pertemuan dan perpisahan yang disertai pandangan mata mereka, mencerminkan kerinduan untuk pertemuan yang akan datang dan perasaan yang menggetarkan hati.

Tidak lama kemudian, keduanya merencanakan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang lebih serius lagi. Habibie datang di bulan Januari atau Februari. Mereka akhirnya memulai hidup baru untuk saling bersama bulan Mei.

Mereka pindah ke Jerman. Di sinilah perjuangan mereka dimulai. Habibie merintis karirnya mulai dari nol. Berkat kegigihan dan cinta dari Ainun kepadanya, mereka berhasil melalui masa-masa sulit yang menguras tenaga dan emosi. Akhirnya Habibie memperlihatkan prestasi yang membuat ia dikagumi banyak orang di Jerman dengan behasil membuat sebuah pesawat yang sudah merupakan cita-citanya sejak lama.

Kisah di dalam novel ini juga menyisipkan nilai nasionalisme. Bapak Habibie bercerita mengenai kepeduliannya pada bangsa, hanya saja beberapa kendala politik sehingga membuatnya susah. Namun, berkat niatnya yang tulus dan usaha yang tidak kenal lelah, Habibie kemudian berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia.

Kisah ini tidak fokus mengisahkan bagaimana Habibie memimpin Indonesia, tetapi seberapa kuat Ainun mendampingi beliau yang sangat sibuk. Perannya sebagai istri dan juga Ibu Negara dijalankan dengan baik. Walaupun mereka tidak sering lagi bersama, mereka saling mendoakan karena hanya dengan tatapan mata saja tanpa


(5)

xi

berbicara sering mereka dapat berkomunikasi langsung dan mengerti isi hati dan kehendak mereka masing-masing.

Kisah ini menggambarkan keberhasilan cinta yang terjalin dan berkembang sampai 48 tahun 10 hari dari sepasang intelektual muda hingga lanjut usia, menjadi eyang dari enam orang cucu. Hal yang menonjol dari perjalanan bahtera cinta Habibie dan Ainun adalah bukan saja perubahan kehidupan atau karir tetapi juga materi, keilmuan, profesi, dan kedudukan yang begitu luar biasa. Di samping juga, bagaimana pasangan ini telah menyatu. Habibie menyebutkannya sebagai ”kemanunggalan” dalam jiwa, roh, batin, dan nurani mereka yang terjadi karena cinta yang Tuhan anugerahkan kepada mereka.

Mereka tidak dapat saling bersama, akibat kematian Ainun, akibat kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun. Salah satu kisah paling mengharukan dalam kisah ini adalah pada saat Ibu Ainun hendak dioperasi. Biasanya Habibie selalu datang menjenguknya di waktu yang sama. Hanya saja karena hari itu Habibie tidak diperkenankan masuk ruangan tempat Ibu Ainun dirawat. Hal ini kemudian mengguncang jiwa Ainun. Habibie menangis sedih karena ia berpikir ada hal buruk yang membuat suaminya belum datang. Ainun adalah sosok wanita penyabar, masih mengkhawatirkan suaminya meski ia sedang sekarat. Begitulah cinta yang terjadi tulus untuk ikhlas.

Pada tanggal 22 Maret 2010 Ainun meninggal dunia. Ainun harus pergi meninggalkan Habibie dan kedua anak yang disayanginya Ilham dan Thareq. Mengakhiri hidup yang tidak kenal menyerah, yang disetai dengan kesetiaan dan


(6)

ketabahan Habibie yang selalu mendampigi istrinya sampai Ainun meninggal dunia. Usaha di tangan manusia dan keputusan di tangan Tuhan.