Pesan Moral Dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra

(1)

PESAN MORAL DALAM NOVEL HABIBIE & AINUN KARYA

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE TINJAUAN SOSIOLOGI

SASTRA

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD MASHURI 090701038

DEPARTEMENSASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah “Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra”

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Haris Sultan Lubis, M.SP Dra. Yulizar Yunas, M.Hum NIP 19590907 198702 1 002 NIP 19500411 198102 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua

Prof, Dr. Ikhwanuddin Nasution NIP 19620925 198903 1 0017


(3)

Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra

Muhammad Mashuri Fakultas Ilmu Budaya

Abstrak

Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang dalam menggambarkan realitas sosial. Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai media penyampai pesan pengajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan pesan moral yang terkandung dalam novel Habibie & Ainun. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti mempergunakan teori sosiologi sastra dalam menganalisis data. Masalah didalam skripsi ini dibatasi menjadi pesan moral yang terbagi atas: agama, budaya, dan pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi positif terhadap ilmu pengetahuan di bidang sastra, khususnya pada interdisiplin ilmu sosiologi sastra dalam hal menggali pesan moral yang terkandung dalam sebuah novel, membantu para pembaca untuk memahami isi dari novel Habibie & Ainun khususnya dalam hal pesan moral yang tidak semua tertulis secara eksplisit, melainkan memerlukan pemahaman dalam menganalisis ceritanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Library Research (penelitian kepustakaan). Teknik pengkajian untuk menganalisis dan mempergunakan metode kualitatif dengan interdisiplin sosiologi sastra sebagai landasan teori, sehingga dapat ditemukan pesan moral yang terbagi atas tiga yaitu: pesan moral agama, pesan moral budaya dan pesan moral pendidikan. Selain itu analisis ini juga mendapatkan bagaimana proses penyampaian pesan moral dalam novel Habibie & Ainun.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan saya tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2015 Hormat Saya,


(5)

PRAKATA

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan begitu banyak berkah kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala anugerah dari Yang Maha Kuasa telah menuntun dan menguatkan penulis dalam menghadapi segala kendala dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah “Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra”

Saat melewati proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat, perhatian, bimbingan dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia sekaligus dosen penulis yang telah memberikan banyak masukan selama menjadi mahasiswa di Depatemen Sasrta Indonesia.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP. sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU dan juga sebagai dosen pembimbing I yang banyak memberikan masukan kepada penulis serta selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

4. Dra. Yulizar Yunas, M.hum. sebagai dosen pembimbing II penulis yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu pengajar di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang senantiasa dengan tulus memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Orang tua paling sempurna dalam hidup penuis sekaligus motivator terbesar dalam hidup penulis yaitu ibu tersayang Hj. Siti Mardiah terimakasih untuk perjuangan yang tidak pernah putus untuk penulis dan ayahanda H. M. Misbah, SE, M.Si.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan 09 yang telah memberikan dukungan kepada penulis khususnya Andi, Norton, Sufriadi, Dwi, Ina, Hafni, Tiwi, Menik, dll. Terimakasih sudah menjadi sahabat bagi penulis.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie & Ainun.

Hormat saya


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Pesan moral ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Tinjauan Pustaka ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Sumber Data ... 14

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.3 Teknik Analisis Data ... 15

3.4. Sinopsis ... 17

BAB IV PEMBAHASAN ... 22

4.1 Pesan Moral dalam novel Habibie dan Ainun ... 19

4.2 Cara Penyampian Pesan Moral dalam novel Habibie dan Ainunkarya 39 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran... 48


(8)

Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya B.J Habibie Tinjauan Sosiologi Sastra

Muhammad Mashuri Fakultas Ilmu Budaya

Abstrak

Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang dalam menggambarkan realitas sosial. Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai media penyampai pesan pengajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan pesan moral yang terkandung dalam novel Habibie & Ainun. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti mempergunakan teori sosiologi sastra dalam menganalisis data. Masalah didalam skripsi ini dibatasi menjadi pesan moral yang terbagi atas: agama, budaya, dan pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi positif terhadap ilmu pengetahuan di bidang sastra, khususnya pada interdisiplin ilmu sosiologi sastra dalam hal menggali pesan moral yang terkandung dalam sebuah novel, membantu para pembaca untuk memahami isi dari novel Habibie & Ainun khususnya dalam hal pesan moral yang tidak semua tertulis secara eksplisit, melainkan memerlukan pemahaman dalam menganalisis ceritanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Library Research (penelitian kepustakaan). Teknik pengkajian untuk menganalisis dan mempergunakan metode kualitatif dengan interdisiplin sosiologi sastra sebagai landasan teori, sehingga dapat ditemukan pesan moral yang terbagi atas tiga yaitu: pesan moral agama, pesan moral budaya dan pesan moral pendidikan. Selain itu analisis ini juga mendapatkan bagaimana proses penyampaian pesan moral dalam novel Habibie & Ainun.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat dalam masa tertentu dan pada lingkungan tertentu. Hal ini disebabkan karena pengarang dalam menciptakan karya sastra pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk di dalamnya lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Pada umumnya, di dalam karya sastra dijabarkan imajinasi dalam mengungkapkan kenyataan-kenyataan hidup yang dialami oleh tokoh-tokohnya.

Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat; hubungan sesama manusia; hubungan manusia dengan dirinya; dan hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekadar tiruan kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan oleh pengarang dari kehidupan yang ada disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya (Suharianto, 1982:11).

Ketika pengarang menciptakan sebuah karya, pengarang telah menuangkan nilai moral tertentu di dalam karyanya baik secara sadar, maupun tidak sadar. Jadi, setiap karya sastra mana pun yang telah diciptakan pengarang akan memiliki makna tertentu dan memberikan interpretasi kepada pembaca. Dalam konteks itu, karya sastra sebenarnya adalah medan pertarungan nilai moral


(10)

yang dilakukan oleh para pengarang dengan pembaca sehingga memungkinkan pembaca untuk memberi garis dan batasan tafsirnya sendiri. Pembaca akan menemukan pesan dan makna yang tersirat dari kata-kata dalam sebuah karya sastra.

Melalui karya sastra, pengarang bermaksud menyampaikan gagasan, pandangan hidup, tanggapan, tentang kehidupan sekitar secara menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain, selain menghibur pengarang bermaksud pula menyampaikan nilai-nilai yang memuat keyakinannya yang bermanfaat bagi penikmat atau yang bisa diistilahkan. Selain itu, kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan berketuhanan. Oleh karena itu, dalam penyajiannya, karya sastra hendaknya memiliki moral. Moral dalam pengertian filsafat merupakan suatu konsep yang telah dirumuskan oleh suatu masyarakat untuk menentukan kebaikan atau keburukan. Moral merupakan suatu norma tentang kehidupan yang telah diberikan kedudukan istimewa dalam kegiatan atau kehidupan sebuah masyarakat.

Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media yang menggambarkan apa yang ada dalam pikiran pengarang. Ketika seorang pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam karyanya, data-data atau informasi yang ia kemukakan bisa berasal dari orang lain maupun dari pengalamannya sendiri. Nilai-nilai tersebut adalah sebuah refleksi pandangan dari bagaimana tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi yang telah diperoleh dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam sebuah kehidupan fiksi berbentuk cerita panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan


(11)

menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Nor, 2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan atau diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai tersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan.

Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah satunya adalah pesan moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau pendapat-pendapat umum yang diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2009:153).

Penggambaran moral yang ada dalam novel bisanya tak jauh dari lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana perilaku kehidupan masyarakat yang tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro: 2007: 320-321).

Objek kajian dalam penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Novel Habibie & Ainun merupakan sebuah karya sastra yang di dalamnya tercakup semua elemen kehidupan. Namun, dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah pesan moral yang terdapat di dalam novel ini. Permasalahan aspek moral dalam novel diangkat dari pengalaman pengarang berdasarkan kehidupan, masyarakat, dan lingkungannya.


(12)

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Pesan moral apa sajakah yang terdapat di dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie?

2. Bagaimanakah cara penyampaian pesan moral dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie?

1. 3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting agar penelitian

lebih terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Peneliti membatasi masalah hanya pada pesan moral yang mencakup pada: agama, budaya dan pendidikan.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1 Tujuan

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan aspek moral yang terdapat di dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie

2. Mendeskripsikan bagaimana pesan moral tersebut digambarkan.

I.4.2 Manfaat

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut

1.4.2.1Manfaat Teoretis


(13)

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi teori yang relevan serta menambah wawasan masyarakat dalam memahami novel.

2. Menambah kontribusi yang positif terhadap ilmu pengetahuan terkhusus dalam bidang sastradalam hal menganalisi pesan moral terhadap karya sastra

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis analisis ini antara lain

1. Menambah wawasan pembaca dan menjadi sumber masukan bagi penelitian dengan objek kajian bernaung dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

2. Menegaskan kepada pembaca bahwa karya sastra tidak luput dari pengajaran tentang segala aspek kehidupan, di antaranya mengenai pesan moral dan motivasi yang terkandung dalam novel Habibie dan Ainun. 3. Membantu para pembaca untuk memahami isi dari novel Habibie dan

Ainun khususnya dalam hal pesan moral tidak semua tertulis secara eksplisit melainkan memerlukan pemahaman dalam menganalisis isi ceritanya.


(14)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain (KBBI, 1995: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun

mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah analisis objek dalam novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie yang berupa aspek moral. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan

mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitan, sebagai berikut:

2.1.1 Pesan Moral

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 856) pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan lain-lain.

Menurut Lillie (dalam Budiningsih 2004:24) kata moral berasal dari mores (bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey (dalam Budinigsih 2004: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Hal ini membuktikan bahwa moral merupakan suatu acuan untuk menilai baik buruknya perilaku seseorang. Semakin sesuai perilaku seseorang dengan moral yang ditetapkan dalam masyarakat maka semakin tinggi moralitasnya. (Nurgiantoro,2007: 40) Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna disarankan lewat cerita.


(15)

Dalam sastra, pesan moral dipandang sebagai amanat yang disisipkan dalam cerita yang biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis dan dapat dilihat dari cerita. Beberapa bagian dalam cerita sengaja diberikan pengarang kepada pembaca dengan tujuan pembaca mengetahui amanat dalam cerita. Beberapa bagian ini pada umumnya berisi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti tingkah laku, sikap dan kesopanan dalam kehidupan.

Pesan moral adalah amanat yang ingin disampaikan tentang ajaran baik buruk yang diterima mengenai perbuatan dan kewajiban yang berkenaan tentang budi pekerti atau akhlakmanusia yang tentunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat.

Uraian di atas mendeskripsikan bahwa pesan moral merupakan salah satu aktivitas perbuatan manusia dalam suatu karya yang tentunya berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra yang merupakan representase kehidupan masyarakat tentunya membawa pesan-pesan moral sebagai salah satu amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Melalui karya sastra pengarang mengungkapkan gagasan tertentu berdasarkan lingkungan, budaya, pendidikan, dalam situasi tertentu yang mempengaruhi pikirannya. Novel sebagai salah satu genre sastra merupakan alat untuk menyampaikan reaksi pengarang terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa dan diamati.


(16)

2.2 Landasan Teori

Teori berfungsi untuk memecahkan masalah dan sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah maka sangat penting apabila teori yang dipakai benar-benar relevan dengan permasalahan yang ada.

Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah sosiologi sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.

(Endaswara, 2011:77)Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial akan memicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses, yaitu yang mampu merefleksikan zamannya.

Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi dan sastra. keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada perbedaan dalam hal memandang persoalannya. Sosiologi lebih cenderung kepada hal yang bersifat objektif dan faktual, sementara sastra adalah kebalikannya, yaitu bersifat subjektif dan rekaan

Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Oleh karena itu, karya sastra dipandang sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang

dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap

mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.

Berkaitan dengan penelitian yang berjudul “pesan moral dalam novel Habibi dan Ainun karya Bacharuddin Habibie” yang mengkaji pesan moral dan bagaimana pesan moral itu disampaikan, Kedua aspek ini merupakan aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Dengan demikian, kajian sosiologi sastra sangat cocok dan relevan dengan penelitian ini. Teori sosiologi sastra yang digunakan


(17)

dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Alan Swingewood.

Swingewood menegaskan bahwa karya sastra adalah suatu jagat yang merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia karena di samping makhluk sosial, dinamika sosial budaya akan sangat sarat termuat dalam karya sastra. Swingewood juga menyampaikan bahwa sinkronisasi antara fakta imajinerdengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah refleksi sosia (Yasa 2012: 24).

Swingewood menyebutkan bahwa pengarang besar tidak sekadar

menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengembangkan tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial(Yasa 2012: 22).

Dalam menganalisis sebuah karya sastra (novel) perlu adanya sebuah pendekatan. Pendekatan di sini digunakan sebagai suatu cara agar penelitian menjadi lebih dalam. Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti untuk menguasai dan mengembangkan ilmu yang paling tinggi validitasnya dan ketepatannya sebagai acuan dalam penelitian.

Menurut Wellek dan Warren pendekatan terdiri dari dua yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik adalah penelitian sastra yang bersumber pada teks sastra itu sendiri secara otonom. Sedangkan pedekatan ekstrinsik adalah penelitian unsur-unsur luar karya sastra. Yakni pengkajian konteks karya sastra diluar teks (Endraswara, 2003:9). Berkaitan dengan penelitian analisis nilai moral, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan ekstrinsik yaitu berbentuk pendekatan moral.Pendekatan moral dalam karya sastra menghendaki sastra menjadi medium perekaman keperluan zaman yang memiliki semangat menggerakkan masyarakat ke arah budi pekerti yang terpuji (Semi 1993: 71). Landasan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada apa yang sudah ada, yaitu dari persepsi bagaimana masyarakat memandang tentang nilai moral.


(18)

2.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang telah dimuat dalam bentuk skripsi.

Adapun penelitian yang pernah dilakukan dengan objek kajian novel Habibie & Ainun, antara lain

Penelitian dengan objek kajian novel Habibie & Ainun pernah dilakukan oleh Elmustian dan Hadi Rumadi dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie, FKIP-Universitas Riau Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Elmustian dan Hadi Rumadi dalam Jurnalnya berlatar belakang Citra perempuan yang sangat berkaitan dengan karya sastra. Karya sastra selalu menyediakan ruang terbuka pada setiap objek yang diperbincangkan salah satunya melalui novel. Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan dan pencitraan bagi masyarakat.Penelitian ini mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Habibie dan Ainun.

Sehubungan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian diperoleh langsung dari sumber data yaitu novel

Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Untuk mencapai hasil yang lebih baik, penulis membatasi pemasalahan citra perempuan dengan menfokuskan kepada citra perempuan dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri dan dengan manusia yang lain dalam novel HA karya Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan teori citra perempuan dari Oemarjati dan Sitanggang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ainun adalah sosok perempuan yang sangat mandiri, saleha, berperinsip dan perduli dengan orang lain Sosok Ainun sangat beriman kepada Allah, menjalankan semua yang diperintahkanNYA dan menjauhi segala laranganNYA, setiap persoalan yang menimpa keluarga kecilnya semuannya ia serahkan pada yang maha kuasa. Bagi keluarganya Ainun adalah sosok perempuan yang mampu berperan sebagai seorang istri dan ibu dengan baik, ia mendampingi Habibie kemana pun bertugas, menjaga kesehatan dan mampu menjadi penopang dan penyejuk disetiap kegelisahan Habibie. Ainun juga sangat perduli dengan orang lain, sikapnya yang selalu simpati dan empati


(19)

Simpulan yang dihasilkan dari hasil analisis maka diperoleh data bahwa tokoh Ainun banyak menggambarkan citra perempuan yang berhubungan dengan diri sendiri.

Penelitian selanjutnya dengan objek kajian novel Habibie & Ainun juga dilakukan oleh Wa Rosdahliana dengan judul Analisis Tema dan Amanat dalam novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Husuf Habibie , Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Maritim Raja Alin Haji Tanjung Pinang, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2013.

Penelitian yang dilakukan Wa rosdahliana berlatar belakang pada tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian ini untuk menemukan tema dan amanat maka dapat dirumuskan apakah tema yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie dan apakah tema yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun karya bachruddin jusuf Habibie

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan menganalisi isi.

Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwasanya novel Habibie dan Ainun karya Bachruddin Jusuf Habibie memiliki keragaman tema dan amanat. Novel Habibi dan Ainun memiliki tema mayor yaitu tentang “ kekuatan cinta”. Ini lebih di tekankan pada cinta kasih dan romantisme antara Habibie dan Ainun. Di lain pihak, tema minor terdapat pada Setting tempat dalam novel Habibie dan Ainun adalah Acheen (Jerman)

Berdasarkan kedua tinjauan pustaka di atas, belum ada penelitian yang relevan atau sama dengan penelitian dalam penelitian ini. Penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara mendekati, menganalisis, mengamati, dan menjelaskan suatu fenomena dari objek yang diteliti.

3.1 Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat-kalimat dan bukan angka-angka. Dalam penelitian kualitatif, data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana (Ratna, 2004: 47). Data yang dimaksud adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang terdapat pada novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Lubis

Adapun yang menjadi sumber data yang akan dianalisis adalah: Judul : Habibie dan Ainun

Ukuran buku : 16 x 21 cm

Pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie Penerbit : PT THC Mandiri

Tebal Buku : xxi + 323 halaman

Cetakan : pertama

Tahun Terbit : 2010

Sumber data di atas merupakan data primer yang akan dianalisis sebagai data utama. Selain data primer terdapat juga data sekunder yang juga diperlukan seorang peneliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, artikel dari internet, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.


(21)

3.2Teknik Pengumpulan Data

Metode dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode kualitatif menitikberatkan pada segi alamiah dan mendasarkan pada karakter yang terdapat pada data. Dalam karya sastra, sumber data yang degunakan adalah naskah, karya, data penelitian yang digunakan sebagai data formal adalah kata- kata, kalimat, dan wacana.

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, library research, yaitu mengumpulkan data-data dari buku-buku, majalah, dan sumber data lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Sebelum dianalisis, data akan diolah dengan menggunakan teknik pengamatan, yaitu metode simak dan catat.

3.3 Teknik Analisis Data.

Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif, yaitu penelitian yang sangat erat kaitannya dengan konseptual. Data-data yang telah dikumpulkan akan diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu menguraikan hasil penelitian secara sistematis.

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan pengklasifikasian data. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekuder akan disusun secara sistematika. Pemerolehan data dilakukan dengan cara pembacaan secara berulang, mencatat, dan memilih. Setelah itu, dilakukan tahap penyusunan data yang dianalisis. Dalam penelitian ini, analisis tersebut didukung oleh teori penerapan psikologi dan kejiwaan menurut Alan Swingewood.


(22)

Penelitian ini berangkat dari pendekatan tekstual, yaitu dengan mengkaji pesan moral dalam novel kemudian menganalis dan mendeskripsikan pesan moral dan bagaimana pesan moral itu disampaikan dalam novel Habibie dan Ainun.

Berdasarkan hal tersebut, penulis menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membaca novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie untuk memahami isinya secara keseluruhan.

2. Mencari dan menentukan kutipan dalam novel yang memiliki ciri-ciri bagaimana pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie

3. Menganalisis data dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang berkenaan dengan pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie


(23)

3.4 Sinopsis Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Lubis

Kisah yang diceritakan dalam novel bermula dari kisah di sekolah, yaitu saat pertama kalinya Pak Habibie bertemu dengan Ibu Ainun. Kisah ini sangat inspiratif. Tentang cinta yang tulus dan sederhana. Pak Habibie dan Ibu Ainun berasal dari SMA yang sama. Hanya saja pada waktu itu, ia belum merasakan getar cinta. Alih-alih suka, ia malah terkesan suka mengejek Ibu Ainun yang dianggapnya berkulit gelap. Pada saat itu, Pak Habibie bahkan menjuluki ibu Ainun dengan sebutan Gula Jawa. Walaupun Pak Habibie suka mengejek Ibu Ainun, para guru sering menjodoh-jodohkan mereka berdua walaupun sekatar ejekan.

Setelah lulus dari SMA, ternyata mereka bertemu kembali di lain waktu, yaitu saat mereka sudah dewasa dan di sinilah muncul rasa cinta Pak Habibie terhadap Bu Ainun. Saat ini, Fanny, adik bapak Habibie mengajaknya berkunjung saat hari raya ke kediaman keluarga Ibu Ainun. Saat pertama kali melihat Ainun, bapak Habibie langsung bergetar hatinya. Cinta bapak Habibie tersebut disambut oleh ibu Ainun. Dalam waktu yang singkat keduanya sepakat untuk menikah.

Perjalanan selanjutnya, bapak Habibie dikisahkan memboyong Ibu Ainun kembali ke Jerman. Di sinilah perjuangan mereka dimulai. Bapak Habibie merintis karirnya dari nol. Namun berkat kegigihan dan sokongan cinta dari Ibu Ainun, mereka berhasil melalui masa-masa sulit yang menguras tenaga juga emosi. Pada akhirnya bapak Habibie terus memperlihatkan prestasi yang membuat ia dikagumi banyak orang di Jerman.

Kisah di dalam buku ini juga menyisipkan nilai nasionalisme dan menyimpan pesan moral di dalamya. Bapak Habibie bercerita mengenai


(24)

kepeduliannya pada bangsa, hanya saja beberapa kendala politik dan intriknya membuat bapak Habibie kapayahan. Namun, berkat niatnya yang tulus, ia kemudian berhasil menjadi orang Nomor 1 di Indonesia. Kisah ini sebenarnya tidak fokus pada bagaimana Pak Habibie memimpin Indonesia, tetapi seberapa kuatnya ibu Ainun mendampingi beliau yang sangat sibuk. Perannya sebagai Istri dan juga Ibu Negara dijalankan dengan baik. Meski beliau susah menemukan waktu untuk bercengkrama dengan Bapak Habibie.

Kisah manis ini kemudian ditutup dengan kematian ibu Ainun akibat kanker yang dideritanya selama bertahun-tahun. Salah satu kisah paling mengharu biru dalam buku ini adalah pada saat ibu Ainun hendak dioperasi. Biasanya pak Habibie selalu datang menjenguknya di waktu yang sama. Hanya saja karena hari itu Ibu Ainun menjalani Operasi, Bapak Habibie tidak diperkenankan masuk ruangan tempat ibu Ainun dirawat. Hal ini kemudian mengguncang jiwa Ibu Ainun. Ia menangis sedih, karena ia berpikir ada hal buruk yang membuat suaminya belum datang. Ibu Ainun, wanita penyabar tersebut, masih mengkhawatirkan suaminya meski faktanya ia tengah sekarat. Begitulah cinta yang selalu belajar untuk tulus.


(25)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf

Habibie

Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah laku. Moral selalu berhubungan dengan tingkah laku, perbuatan baik atau manghasilkan penderitaan ataupun kebahagiaan itu tergantung pada individu masing-masing. Moral juga dapat diartikan sebagai ajaran baik dan buruk, perbuatan dan kelakuan, ahlak kewajiban, dan sebagainya.

Uraian di atas mendeskripsikan bahwa moral merupakan salah satu aktivitas perbuatan manusia dalam suatu komunitas masyarakat yang tentunya berbeda dengan masyarakat lain. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra yang merupakan representase kehidupan masyarakat tentunya membawa pesan-pesan moral sebagai salah satu amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Novel sebagai salah satu gendre sastra merupakan alat untuk menyampaikan reaksi pengarang terhadap sesuatu yang dilihat, dirasa dan diamati. Melalui karya sastra, pengarang mengungkapkan gagasan tertentu berdasarkan lingkungan, budaya, pendidikan pada situasi tertentu yang memengaruhi pikirannya.

Berdasarkan objek Analisis Pesan Moral dalam novel Habibie Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, secara garis besar bentuk pesan moral yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah agama, budaya, dan pendidikan.


(26)

1. Agama

Agama dalam sebuah karya sastra merupakan salahsatu bagian yang tidak bisa terlepas dari karya sastra. Sebagai salah satu genre sastra, novel hadir dalam suasana lingkungan sosial yang sangat komplek tentunya karya sastra tersebut membawa pesan religius atau agama yang merupakan repsentase dari kehidupan sosial pengarang.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran, dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya.sesuatu yang luar biasatentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri misalnya tuhan atau dewa.

Sesuai dengan defenisi di atas maka pesan moral dalam konteks agama merupakan problem penting yang ingin disampaikan pengarang sebagai salahsatu amanat untuk menambah khasanah konsepsi epistemologi pembaca tentang hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan diri sendiri, dan manusia dengan Tuhan.

Berikut ini merupakan deskripsi mengenai pesan moral dalam agama yang terdapat dalam novel Habibie Ainun

Rudy, kamu mau jadikan Ainun Pacarmu? Kamu harus tahu diri! Kamu sadar Ainun itu siapa? Sainganmu anggota keluarga terkemuka di Indonesia, berpendidikan lebih tinggi dari kamu, kaya, ganteng dan lebih besar dari kamu! Kamu siapa? Sepeda motor saja tidak kamu miliki. Paling banter naik becak harus realistis! Jangan berkhayal dan bermimpi.”

Terimakasih atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian katakan, Ainun Insya Allah akan menjadi isteri saya dan saya menjadi suamiAinun. Lihat saja nanti,”demikian ucapan saya kepada mereka.(Hlm. 6)


(27)

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa pengarang mengajak untuk tidak gampang dalam berputus asa dan dengan cepat menganggap diri rendah. Dalam kerendahhatiannya pengarang juga meyampaikan bahwa dengan berpegang teguh pada keyakinan dan berdoa segala yang dianggap mustahil akan dapat mungkin terjadi bahkan menjadi satu motivasi dalam hidup.

Dari kutipan di atas juga digambarkan bahwa pengarang merupakan seoramg yang religius dan taat dengan Tuhan. Oleh karena itu, pengarang secara tidak langsung mengajak para pembaca untuk lebih taat kepada Tuhan yang Mahakuasa.

Dalam kutipan lain, pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam agama untuk tidak cepat mengeluh.

Semua pekerjaan di rumah dikerjakan seorang diri, tanpa mengeluh dan tetap bersyukur kepada Allah SWT bahwa kami sekeluarga dilindungi dan berada dalam keadaan sehat.(Hlm : 54)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa keyakinan dan ketaatan pengarang dalam beragama telah membawanya menjadi seorang yang selalu bersyukur dan tidak pernah berputus asa. Kutipan di atas mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kekuatan dalam diri. Pengarang juga menyampaikan pesan moral bahwa apa pun cobaan yang kita hadapai kita harus selalu bersikap sabar dan tetap bersyukur karena di balik semua itu pasti ada hikmah yang sangat indah seperti yang digambarkan dalam kutipan di bawah ini

Kami berdua bekerja keras dan menikmati tiap detik yang diberikan oleh Allah SWT dengan meletakkan jejak yang indah dengan perasaan khusus yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi. Sehingga semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.(Hlm : 55)

Pengarang dalam kutipan di atas secara tidak langsung memberikan satu kehidupan yang indah dengan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Bahkan dalam kesederhanaannya pengarang menyampaikan bahwa apa yang dicapai sekarang ini adalah karena berkah dari yang Mahakuasa. Ini mengajarkan kepada


(28)

kita sebagai umat beragama harus selalu mengedepankan Tuhan dalam kehidupan kita dan mengganggap segala sesuatu itu berasal dari Tuhan.

Tidak berkelebihan jika tiap saat saya memanjatkan doa pada Allah SWT dan bersyukur bahwa saya telah mendapat pasangan hidup sejati yang selalu menghilangkan kebimbangan dan keraguan hati saya dalam menerima tugas-tugas yang berat. (Hlm : 148)

Pak Habibie sebagai pengarang adalah seorang muslim yang sangat soleh, dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa pengarang selalu bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya. Namun di balik itu semua, kutipan di atas menyampaikan bahwa rasa syukur terbesar pengarang adalah memiliki seorang pendamping hidup yang dapat menhilangkan kebimbangan dan keraguan hatinya. Dalam hal ini pengarang mengajarkan bahwa dengan bersyukur atas apa yang kita cintai kita akan dapat melewati segala persoalan dengan lebih mudah.

Serahkan semua kepada kebesaran dan kehendak Allah.(Hal:167)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana pengarang menjalani kehidupannya, yaitu selalu berpegang pada kebesaran dan Kehendak Allah. Dapat dilihat bagaimana pencapaian seorang Bapak B.J. Habibie ternyata memiliki semboyan hidup yang sederhana, tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Hal ini dapat kita tegaskan dengan kutipan di bawah ini

Jabatan dan kekuasaan apapun yang pernah diperolehnya, atau jabatan apapun yang pernah ditugaskan kepada suaminya, itu hanyalah sebuah “amanah”, hanyalah “pinjaman dan titipan” Allah SWT.(Hlm : 186)

Sudah selayaknya kita meneladani kesederhanaan pengarang. Dalam pencapaian yang sangat brilian, yakni menjadi seroang presiden, beliau menyampaikan bahwa itu adalah tugas yang diberikan oleh Allah kepadanya.


(29)

Artinya pengarang tidak cepat berpuas diri bahwa pencapaian itu hanya dari hasil kerja kerasnya, melainkan karena Tuhan yang memberikan. Pesan moral oleh pengarang dalam hal ini adalah untuk selalu mengingat Tuhan dalam segala kondisi baik itu baik, maupun buruk.

Tiap saat, tiap jejak, tiap gerakan kami, kiranya sudah direncanakan dan dituntun oleh Allah SWT. (hlm : 197)

Kutipan di atas mengandung pesan keyakinan bahwa kehidupan yang kita jalani di dunia ini adalah rancangan Allah. Oleh karena itu kitalah yang menjaga agar tidak ke luar dari apa yang disuratkan Tuhan atas kita. Pengarang dalam novel Habibie Ainun sudah melakukan yang patut untuk kita teladani. Pengarang salalu melakukan kewajibannya sebgai muslim yang baik.

Sementara itu waktu untuk shalat Subuh sudah sampai dan kami melaksanakan kewajiban kami bersama shalat subuh. (Hlm : 210) Sementara, dalam kondisi yang berbeda, pengarang mengajarkan untuk selalu memanjatkan doa rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT.

Saya terus menerus memanjatkan doa terimakasih kepada Allah SWT dengan keyakinan bahwa semua terletak di tangan Allah SWT dan apa saja yang diputuskanNya adalah terbaik bagi Ainun dan saya.(Hal:211)

Bahkan, dalam situasi yang tidak membahagiakan pun pengarang tetap memanjatkan doa. Pesan moral dalam kutipan ini dapat digambarkan bagaimana pengarang mengadu kepada Tuhan melalui doa untuk kesehatan sang istri.

Saya panjatkan doa agar tahun 2009 yang baru saja dimulai dapat memperbaiki kesehatan Ainun.(Hlm: 257)

Kutipan di atas menggambarkan kehidupan pengarang saat sang istri mulai sakit-sakitan. Namun, hal ini tidak menyurutkan atau menggoyang iman

pengarang. Sebaliknya dengan penuh kesabaran dia selalu memanjatkan doa permohonan. Harapan demi harapan memang dipanjatkan melalui doa, tetapi pengarang tetap berpegang teguh dengan prinsip awal, yaitu Tuhan telah menuliskan suratan takdir setiap insan di dunia.

Demikian harapan Ainun, namun tidak demikian takdir Allah.(Hal:263) Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang tetap pasrah dengan apa yang dituliskan Allah atas dirinya. Meskipun demikian, Pengarang tetap mengalami kegelisahan dan kegelisahan itu tetap membawanya untuk selalu


(30)

berdoa. Dalam setiap dia yang dipanjatkan, pegarang selalu mengharapkan satu petunjuk.

Dalam keadaan kegelisahan ini, saya memanjatkan doa kepada Allah SWT, tanpa suara namun dengan getaran jiwa, agar diberi petunjuk untuk mengambil jalan benar.(Hlm:270).

Dalam kegelisahannya, pengarang tetap menunjukkan rasa syukurnya dengan apa yang dimilikinya saat itu. Hal ini dapat digambarkan dalam kutipan di bawah ini

Manusia merencanakan tapi Allah SWT yang menentukan. Ainun pasrah, serahkan semuanya kepada Allah SWT.Allah memang menentukan namun Allah telah memberikan kepada kita semua nurani, kebebasan untuk berpikir dan bertindak. (Hlm:274)

Ujian terberat yang dihadapi oleh pengarang adalah ketika Ainun, sang istri, dipanggil Yang Mahakuasa. Dalam kesedihannya yang sangat mendalam, pengarang tetap berdoa bahkan terus berdoa mengiringi kepergian sang istri ke alam baka. Hal ini dihambarkan dalam kutipan di bawah ini.

Saya tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk Ainun dan bersyukur kepada Allah SWT bahwa ternyata dunia ini tidak buta dan tuli dan masyarakat yang kami kenal maupun yang tidak kami kenal ikut berduka cita dan memanjatkan doa untuk Ainun dalam perjalanannya ke alam dan dimensi baru”.(Hlm:302)

Kutipan di atas menggambarkan pesan moral tentang agama, yaitu bahwa kita harus selalu berpatok kepada Tuhan dan menerima segala yang ditakdirkan kepada kita. Berdoa dan memanjatkan rasa syukur adalah hal terbaik yang bisa dilakukan sebagai bentuk ibadah kita kepada Tuhan.

Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya, karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapapun.(Hal:321) Dalam kutipan di atas, secara tidak langsung pengarang memberitahukan kepada pembaca bahwa yang membuat dia bertahan dengan apa yang telah dialaminya adalah keyakinan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Pengarang percaya dengan percaya kepada Tuhan, rasa tenang atas kesedihannya dapat dileswati.

Doa ini saya panjatkan kepada Allah SWT, agar saya lebih tenang dan dapat mencegah tenggelam dalam kesedihan. Dan ternyata benar, setiap kali setelah memanjatkan doa tersebut, saya menjadi lebih tegar dan bergairah.(Hal:321)


(31)

Secara garis besar, pesan moral yang disampaikan pengarang adalah bagaimana tetap bersyukur kepada Allah SWT dalam kebahagaiaan dan kesedihan serta bagaimana rasa keyakinan kepada Tuhan dapat menguatkan manusia atas segala cobaan.

2. Budaya

Selain unsur agama, karya sastra juga erat kaitannya dengan budaya dalam kajian culture study sastra merupakan representasi dari budaya sehingga keberadaanya sangat sulit terpisahkan satu sama lainnya.

Budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari, budaya itu bersifat abstrak.

Novel merupakan salah satu jenis sastra sebagai media aktualisasi budaya yang representasikan budaya masyarakat atau komunitas tertentu. Oleh karena itu, budaya merupakan salah satu unsur yang selaluh hadir dalam sebuah karya sastra.

Pesan moral dalam bentuk budaya dapat dilihat dalam beberapa kutipan di bawah ini

Selama saya di Jakarta, hampir tiap hari kami bertemu dan makan di tempat yang menurut selera kami enak. Kadang kadang kami memanfaatkan becak, opelet atau menggunakan mobil ibu atau mobil keluarga Soebono yang dikemudikan oleh seorang pengemudi karena kami pada waktu itu belum memiliki surat izin mengemudi. (Hlm: 10)

Kutipan di atas menggambarkan kebiasaan yang biasa dilakukan oleh pengarang dalam mengisi waku senggangnya selama di Indonesia. Pesan moral dalam budaya dalam kutipan di atas dapat dilihat pada kesederhanaan tokoh


(32)

pengarang. Sebagai seorang pejabat pengarang masih tidak enggan untuk menggunakan becak dan opelet untuk bepergian.

Melalui acara pernikahannya, pengarang juga menyampaikan pesan moral berkaitan dengan filosofi dalam pernikahan.

Keesokan harinya, pada tanggal 13 Mei 1962 di Hotel Preanger, resepsi

menurut budaya Gorontalo dilaksanakan. Ainun berbusana Gorontalo dengan hisan rambut yang sangat ketat dan berat. Menurut tradisi ini adalah ujian bagi pengantin wanita apakah tetap anggun dan tidak mengeluh, tegak, tersenyum walaupun rambut dan kepalanya sakit. (hal: 13)

Kutipan tentang riasan rambut Ainun mengajarkan bahwa dalam resepsi pernikahan ada lambang keanggunan dan ketegaran. Hal ini sangat berguna kelak dalam menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri.

Pengarang melalui novel Habibie dan Ainunjuga menyampaikan pesan moral berkaitan dengan kehidupan yang dijalani pada masa awal, yakni saat dia mengisahkan tentang ibunya.

Ibu yang melahirkan saya sangat berperan dalam proses pembudayaan dan pendidikan, lahir di Yogya, berketurunan jawa dan bernama R. A Tuty marini puspowardojo. Adalah wajar sebagai Ibu, beliau sangat mengenal karakter, prilaku dan bakat anaknya. Beliau sangat menyadari bahwa saya sering menyendiri dan konsentrasi pada lingkungan dunia saya,” lupa makan, lupa minum vitamin sehingga sering sakit. Beliau sering memaksa saya untuk bermain diluar dengan anak-anak lain dan tidak menyendiri di rumah. (Hlm:14)

Nilai budaya dalam kutipan tersebut adalah kasih seorang ibu kepada anaknya yang memang tiada batas. Selain itu pesan moral lainnya adalah berkaitan dengan cara menjalin jiwa sosial dengan lingkungan sekitar, ibu pengarang sering memaksa untuk bermain di luar. Pengarang juga menyampaikan bahwa kehidupannya sangat dipengaruhi oleh peran sang ibu terutama saat pengarang melanjutkan kuliah di luar negeri. Kehormatan sang pengarang dalam


(33)

kutipan di atas mengajak kita untuk selalu menghormati pengorbanan yang telah dilakukan seorang ibu untuk keberhasilan anaknya. Pengarang sadar semua pencapaiannya adalah buah dari pengorbanan sang ibu.

Peran Ibu kandung saya sangat besar dalam melaksanakan perubahan ini. Beliau tidak saja mendorong saya tetapi juga menyanggupi membiayai proses pendidikan dan kemandirian saya. (Hlm:15)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang sangat menghormati sang ibu. Secara tidak langsung pengarang memberikan pesan moral untuk selalu menghormati orang tua dan agar pembaca lebih menyadari bahwa peran orang tua dalam keberhasilan kita adalah hasil dari jerih payah orang tua.

Bentuk kebudayaan selain menghormati orang tua juga diceritakan oleh pengarang berkaitan tentang kehidupan bersama sang istri. Tingkah laku serta pengalaman yang patut untuk dipedomani digambarkan dalam setiap babak penceritaan.

Rasa kedinginan, letih dan lapar hilang terpukau oleh pandangan mata Ainun yang mencerminkan kebahagian dan cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi.(hlm: 20)

Kutipan di atas menggambarkan tentang kesederhanaan seorang Habibie, Dia dapat melihat kelebihan dalam kekurangan yang dia miliki. Pengarang memberikan pesan moral untuk sabar dalam setiap cobaan dengan cara melihat yang patut kita syukuri dan sudah kita miliki. Bentuk kesederhanaan lain dari pengarang juga dapat kita lihat di bawah ini.

Maafkan kemampuan saya hanya ini saja”, ia mencium saya dan menjawab kamu sudah memberi saya yang lebih indah dari semuanya yang kamu tak dapat bayangkan”.(hlm 20)


(34)

Kutipan di atas adalah ketika pengarang dengan penuh kesederhanaan meminta maaf kepada Ainun karena pengarang merasa belum bisa memberikan seperti yang diharapkan. Dengan penuh kesederhanaan pula, Ainun memberikan semangat kepada pengarang. Pesan moral dalam kutipan di atas adalah sebagai suami istri harus selalu saling memberikan yang terbaik dan memberikan semangat satu sama lain. Ainun sebagai istri memang melakukan peran istri dengan baik, yaitu dengan senantiasa memberikan semangat kepada pengarang dalam mengerjakan pekerjaan.

Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan/tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di perusahaan talbot.(hlm:23) Selain memberikan semangat, Ainun juga selalu bersemangat dalam membantu pengarang dalam bekerja. Bahkan ketika pengarang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang, Ainun tetap melakukan perannya seperti biasa. Sebagai seorang istri Ainun menunjukkan sifat yang sangat dewasa dan sangat patut diteladani oleh para istri.

Ainun selalu mendengar pemikiran saya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menarik, selalu sabar, konsisten memberi semangat, dorongan dengan keyakinan bahwa apa yang saya laksanakan itu adalah yang terbaik. Ainun sangat memperhatikan kesehatan saya. Ia tidak pernah mengeluh karena tidak kebagian waktu. Ia mengisi waktunya dengan menjahit, untuk anak kami yang sedang dalam kandungannya.(hlm:25-26)

Keteladanan yang ditunjukkan Ainun mengajarkan para istri untuk selalu mendukung dan menjadi penyemangat kepada sang suami untuk hasil yang lebih maksimal. Bentuk semangat yang diberikan Ainun kepada pengarang dapat juga dilihat dari kutipan di bawah ini


(35)

Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak mengganggu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi.(hlm:27)

Kutipan di atas menggambarkan seorang Ainun tidak ingin menunjukkan hal yang sangat kecil sekali pun yang mungkin dapat mengganggu pekerjaan pengarang. Pesan moral yang bisa dipetik dari kutipan di atas adalah peran istri sangat berpengaruh dengan keberhasilan seorang suami.

Selain memberi ruang gerak dalam pekerjaan, Ainun juga berulang kali memberikan semangat saat pengarang mengalami kegagalan.

Kekecewaan begitu besar sehingga wajah saya sedih. Melihat itu, Ainun datang dan sambil memeluk dan mencium pipi dan dahi saya ia berkata:”Saya yakin bahwa semua yang dipikirkan dan dikembangkan Rudy itu sudah benar dan tepat. Mungkin ada kesalahan pada angka masukan yang begitu banyak. Mengenal kemampuanmu saya sangat yakin akan keunggulanmu”(hlm:34)

Ainun sering menyemangati sang suami dengan memberikan pujian agar sang suami tidak berputus asa. Hal ini mengajarkan bahwa seorang istri harus bisa membuat suami tetap bersemangat dalam berusaha.

Selain menyemangati sang suami, Ainun juga tidak lupa pada kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Ainun selalu berusaha melakukan apa pun yang menjadi kewajibannya walupun itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Bahkan, saat mengandung pun Ainun tetap melaksanakannya.

Tetapi Ainun tidak pernah mengeluh dan melaksanakan tugasnya dengan kesabaran sebaik mungkin. Ia tetap segar dan cerah jikalau saya pulang. (Hlm:47)

Kutipan di atas mengandung amanat untuk para istri agar selalu melaksanakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Peran Ainun sebagai istri sangat berpengaruh dengan kinerja pengarang saat bekerja di negeri lain.


(36)

“Mengapa saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya. Saudara ikut

membangun bangsa lain. Saudara harus malu dan segera ikut bergabung dengan saudara-saudaramu menempa masa depan yang lebih baik bagi Indonesia yang kita cintai!!!” (Hlm:71)

Kutipan di atas menggambarkan keadaan ketika pengarang seudah mencapai kesuksesan di negeri lain, utusan dari Indonesia mengajak pengarang untuk ikut serta dalam proyek di Indonesia. Namun, pengarang menolak tawaran itu karena telah memegang satu janji bahwa dia mau meninggalkan pekerjaannya saat dia ingin pulang ke Indonesia.

Satu-satunya alasan menolak tawaran tersebut adalah bahwa saya pernah berjanji, hanya akan pindah dari tempat saya bekerja di Jerman, jikalau saya pulang ke Indonesia.(hlm:104)

Dari kutipan di atas dapat kita katakan bahwa pengarang adalah seseorang yang memiliki pendirian teguh dan setia pada janji yang diucapkannya. Ini

merupakan satu pesan moral yang dapat ditarik dari kehidupan perngarang. Dalam kesuksesannya, pengarang selalu melibatkan peran sang istri. Pengarang ingin menyampaikan bahwa peran sang istri sangat besar di dalam kehidupannya.

Pada semua proses persiapan apapun, Ainun setia mendampingi saya disegala pasang surut perjuangan.(Hlm:110)

Dalam kesibukannya di dunia pekerjaan, pengarang masih bisa memperhatikan sang istri dengan sangat seksama. Pengarang sangat detail menceritakan bagaimana saat dia memperhatikan apa yang dilakukan oleh sang istri dan bagaimana sang istri menanggapi pekerjaannya di rumah.

Seberat apapun pekerjaan yang ia hadapi, semua dilaksanakan rapi, rinci, dan terus dikonsultasikan dengan saya di mana pun kami

berada.(Hlm:120)

Pesan moral dalam kutipan di atas adalah bahwa dalam kesibukan apa pun kita harus mampu membuatnya seimbang dengan tidak mengabaikan apa yang ada di sekeliling kita.

Satu prinsip hidup yang sangat diteladani dari kehidupan pengarang adalah menciptakan kesempatan bekerja. Pengarang tidak meletakkan uang pada

kepentingan yang teratas, tetapi kesempatan bekerja. Dengan melihat pencapaian pengarang, kita bisa melihat gaya hidup sederhana selalu diperlihatkan. Ini merupakan salah satu pesan moral yang sangat penting bagi kita.

Saya selalu menggarisbawahi bahwa bukan “materi” atau “uang” yang harus dikejar, namun kesempatan bekerja bagi semua yang harus diciptakan. (Hlm:128)


(37)

Kutipan di atas mengajarkan bahwa dengan mementingkan kesempatan dibandingkan uang. Kita dapat meraih kesuksesan dalam hidup seperti yang telah ditunjukkan oleh pengarang.

Pesan moral lainnya yang dapat dilihat dalam novel ini adalah pesan moral dalam menjalin hubungan dengan sesama. Hal ini berkaitan dengan kehidupan sosial kita.

Dialog harus dimulai pada peningkatan kualitas pendapat yang sama dan jangan dimulai dengan pemikiran yang bertentangan.(Hlm:150)

Pengarang sebagai seorang pemimpin negara sangat mementingkan diskusi untuk memperoleh mufakat. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa sesuatu yang bertentangan akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik dan untuk mengantisipasinya adalah dengan meningkatkan kualitas pendapat yang sama. Pesan moral yang bisa kita petik dari kutipan ini adalah untuk menghadapi masalah terutama berkaitan dengan orang lain, kita dapat menyelesaikan dengan mendiskusikan masalah dan membicarakan jalan keluar secara bersama-sama. Hal ini dilakukan agar ada keseimbangan.

Pengarang sebagai seorang anak juga memiliki prinsip hidup untuk selalu menghargai pengorbanan orang tua.

Pengorbanan seorang ibu, seorang janda, dengan segala jerih payah sendiri, membesarkan seluruh putra-putrinya, tidak boleh lama dan berkepanjangan. (Hlm:232)

Pesan moral di dalam kutipan di atas adalah agar kita selalu menghargai pengorbanan yang telah dilakukan orang tua. Seorang anak harus mampu

melakukan yang sesuai dengan kodrat seorang anak.

3. Pendidikan

Selain agama dan budaya, dalam novel Habibie Ainun secara umum pendidikan dirumuskan sebagai suatu pembimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh pendidik kepada peserta didik ke arah satu tujuan. Mengenai pembimbingan atau bagaimana cara memberikan bimbingan,materi apa yang


(38)

diberikan dalam pembimbingan, apa tujuan dan hakikat pendidikan serta anak didik itu sendiri, tergantung pada dasar falsafah pendidikan.Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga dan pemerintah, termasuk juga dalam hal biaya penyelenggaraan pendidikan.

Pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun yang berhubungan dengan pendidikan dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut

Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetapi sehat.(Hlm: 38)

Dari kutipan terdapat pesan moral berkaitan dengan cara pengarang bertahan hidup di luar negeri. Kondisi di atas adalah saat pengarang sedang mengenyam pendidikan di Jerman dan saat itu dia bersekolah tanpa mendapat beasiswa dari mana pun sehingga dia hanya mengharapkan biaya dari orang tua. Terkadang biaya yang dikirim ke pengarang terlambat sampai atau mungkin kurang dengan kebutuhan. Namun, pengarang mampu bertahan dengan keadaan itu, yaitu tetap menghemat. Pesan moral yang di dapat adalah agar kita tetap mampu bertahan dalam kondisi apa pun.

Selain memberikan pesan moral dalam gaya hidup hemat, pengarang juga memberikan pesan moral tentang bagaimana cara cerdas dalam belajar.

Kita harus pandai belajar dari keberhasilan bangsa lain.(hlm:79)

Pesan moral dalam kutipan di atas adalah kita harus bisa melihat kelebihan dari negara lain untuk diterapkan di negara kita demi kemajuan negara kita

sendiri. Selain itu, pengarang dalam kutipan di atas juga mengajak kita untuk selalu melakukan pekerjaan untuk kemajuan bangsa dan negara sehingga secara tidak langsung pengarang telah mengajak kita untuk cinta pada tanah air.

Ajakan Presiden Soeharto kita harus terima sebagai suatu kenyataan. Jikalau ternyata kelak anda merasa diperalat silahkan segera berhenti bekerja. Tidak ada paksaan. Sebagai pejuang kita rela berkorban asal semua jelas dan transparan. (Hlm:99)


(39)

Situai yang digambarkan dalam kutipan di atas adalah saat pengarang diajak untuk ikut serta dalam satu proyek yang dikembangkan di Indonesia. Pada saati itu terjadi krisis kepercayaan. Namun, karena kecintaan pada Indonesia membuat pengarang mau ikut berperan serta. Pesan moral yang bisa dikutip adalah bahwa sebagai bagian bangsa yang baik kita harus mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya.

Sikap Ainun yang penuh dedikasi dan pengorbanan dalam mengatasi segala tantangan yang ia hadapi demi masa depan dan pembangunan bangsa dan keluarga sakinah yang lebih cerah, menjadi panutan bagi sekitarnya, khususnya bagi keluarga.(Hlm:112)

Pesan moral pendidikan juga dapat dikutip dari keteladanan sikap tokoh Ainun yang digambarkan oleh pengarang. Pengarang menggambarkan sikap sang istri yang penuh pengorbanan sehingga berujung pada bangsa dan keluarga yang sakinah yang lebih cerah.

Pengarang dalam novel juga memberikan pesan moral pendidikan untuk tidak berhenti dalam belajar. Pesan moral ini disampaikan pengarang dalam bentuk sikap tokoh Ainun.

Dalam setiap memberikan presentasi, pidato atau ceramah di dalam negeri maupun di luar negeri, Ainun seperti biasanya menyertai saya dan ikut hadir dan tekun mendengarkan apa yang saya sampaikan kepada hadirin, seperti tamu lainnya.(Hlm:155)

Sebagai seorang istri, Ainun pasti sudah mengetahui hampir semua yang berhubungan dengan pengarang. Namun dalam kutipan di atas digambarkan Ainun tetap mendengarkan apa yang disampaikan pengarang saat berpidato seakan-akan dia adalah hadirain seperti tamu lainnya. Cara Ainun bersikap dalam kutipan di atas juga patut untuk diteladani agar generasi penerus bangsa tidak berhenti belajar.

Pengarang sangat menghargai perempuan. Dalam setiap pidato, pengarang sering menutup pidato dengan mengatakan “di balik kesuksesan seseorang

tersembunyi peran dua orang perempuan, yaitu ibu dan istri.” Pesan moral yang bisa kutip adalah agar kita tetap mengingat peran orang-orang di sekitar kita yang ikut berperan serta dalam membantu kita meraih kesuksesan. Hal ini juga

menunjukkan bahwa pengarang adalah seorang suami yang sangat menghargai peran istri dalam kesuksesannya.

Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya.(Hlm:156)


(40)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa pengarang tidak membedakan derajat antara pria dan wanita. Namun, yang membedakan adalah hubungan dengan Tuhan dan kemauan untuk berbuat baik. Berbuat dalam hal ini adalah melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara. Pengarang mengajak para pembaca untuk selalu berbuat baik karena dengan kebaikan, harkat dan martabat seseorang itu akan naik. Pesan moral yang dapat dipetik dari kutipan di atas adalah agar sesama manusia selalu berbuat baik untuk kebaikan bagi dirinya sendiri.

Dalam novel ini, pengarang menceritakan bahwa sebagai seorang ibu rumah tangga, Ainun juga memiliki kesibukan dan pekerjaan di luar rumah. Namun, Ainun masih bisa memberi keseimbangan dalam pekerjaannya di dalam maupun di luar rumah.

Tetapi setelah tugas dan kesibukannya di luar selesai, ia kembali kerumah, kembali berfungsi menjadi ibu rumah tangga, menjalankan peranannya sebagai seorang istri.(hlm:157)

Nilai moral dalam kutipan di atas adalah bahwa seorang wanita juga dapat memeroleh pendidikan dan bekerja di luar selain hanya sebagai ibu rumah tangga. Keteladanan tokoh Ainun dalam kutipan di atas mengajak para pembaca terutama para istri yang juga memiliki pekerjaan untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan di rumah dan di luar rumah dengan bijak. Seorang istri boleh bekerja, tetapi harus tetap menjalankan peran sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seorang istri seperti yang telah dilakukan Ainun adalah contoh seorang istri yang bijak. Hal ini dapat dibuktikan dengan kehidupan Ainun saat pengarang sudah menjadi seorang pejabat tinggi dan setelah tidak menjabat lagi. Ainun masih bisa konsisten dalam bersikap sama seperti pada awalnya.

Ainun juga pernah menjadi Ibu Negara, sama sekali tidak terjangkiti penyakit Post power syndrome. Ia tidak pernah menolak dan “rikuh” bertemu dengan pejabat siapa pun, kendatipun kami sebagai warga negara biasa.(Hlm:185)

Kutipan di atas menggambarakan saat pengarang sudah tidak menjadi seorang pejabat tinggi negara. Ainun sebagai istri pejabat otomatis harus berhadapan dengan orang-orang berbeda. Namun ini tidak membuat Ainun menjadi seorang yang tinggi hati dan tetap mengingat masa sulit yang sudah dilewati bersama. Kita harus bisa menempatkan diri kita di mana pun kita berada tetapi tidak melupakan tempat yang sudah kita lewati. Keteladanan Ainun yang sangat patut kita contoh adalah tidak merasa kecil ketika berhadapan dengan orang yang kecil.

Bagi pengarang, SDM adalah segalanya. Dengan meningkatkan kualitas SDM, pengarang yakin kita bisa meraih kunci keberhasilan. Hal ini disampaikan oleh pengarang dalam kutipan di bawah ini


(41)

Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)

Pengarang dalam kutipan di atas memberikan motivasi bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya saing sebagai kunci keberhasilan. Sebagai manusia yang menginginkan kesuksesan dalam hidup ini, kita sepatutnya memulai diri untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas diri kita agar mampu bersing secara SDM.

Pesan moral dalam kutipan di bawah ini mengajarkan kita untuk berusaha untuk membantu insan lain untuk berhasil. Hal ini sangat relevan dengan

pemahaman bahwa dengan memberikan kesempatan kepada orang lain berarti kita sudah lebih dahulu melewati kesempatan itu.

Jika kita berbicara dengan orang menggunakan suatu bahasa dan orang tersebut tidak mengerti bahasa itu, maka jangan heran jikalau mereka tidak mengerti apa yang kita sampaikan.(Hlm:240)

Kutipan di atas mengajarkan satu keadaan saat kita memberikan

kesempatan kepada orang lain. Memberikan kesempatan dapat dilakukan dengan memahami bahasa orang lain sebagai tahap awal. Dengan memahami bahasa orang lain berarti kita sudah terlebih dahulu.

Kutipan di atas juga mengajak para pembaca untuk tidak pernah berhenti belajar untuk meningkatkan kualitas SDM manusia pembaca itu sendiri.

Pengarang memberikan gambaran tentang pengalaman yang dialami.

Pada masa pengarang menjadi seorang presiden, pengarang menjalankan pemerintahan demokrasi secara penuh. Pengarang melakukan ini karena melihat keberhasilan negara lain dalam menjalankan pemerintahan yang demokrasi. Pada masa ini, banyak terjadi demonstrasi yang bermaksud menggoyang pemerintahan. Namun, pengarang memiliki prinsip hidup yang sangat patut untuk diteladani.

Namun bagi saya, sepanjang dilakukan dengan santun dan tidak merusak, saya dapat memahami dan menganggap hal yang wajar.(Hlm:243)

Kutipan di atas menggambarkan pengarang sebagai seorang pemimpin yang sangat terbuka. Dia memberikan kebebasan masyarakat dalam

menyampaikan aspirasinya selama itu tidak merusak.

Tidak bisa saya lupakan jasa-jasa kawan-kawan lainnya yang saya ajak membantu merealisasikan pendirian dan pembinaan The Habibie Center. (Hlm:248)

Kutipan di atas adalah saat pengarang bersama keluarga membentuk satu kantor yayasan orbit. Dalam kesuksesannya pengarang menunjukkan rasa terima kasihnya kepada semua yang telah membantunya. Hal ini menunjukkan sikap kesederhanaan seorang Habibie yang masih menganggap bahwa apa yang telah di


(42)

capai saat ini bukan karena kemampuannya sendiri melainkan ada peran dari orang-orang terdekat.

Secara umum, pesan moral pendidikan yang terdapat di dalam novel Habibie dan Ainun berkaitan dengan pendidikan berkarakter. Pengarang lebih menekankan pada mengembangkan kualitas dalam diri untuk menjadi seseorang yang berkualitas dan mampu bersaing dalam hal SDM. Di lain pihak pengarang selalu menunjukkan sikap kesederhanaan sebagai bentuk sikap yang patut untuk diteladani dan diikuti.

4.2 Cara Penyampaian pesan Moral dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie

Terdapat dua bentuk penyampaian pesan moral menurut Burhan Nurgiyantoro adalah sebagai berikut:

1) Bentuk Penyampaian Langsung

Penyampaian moral secara langsung disebut komunikatif, artinya pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Karena

pengarang dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya. Hubungan komunikasi yang terjadi antara pengarang (addresser) dengan pembaca (addresse) pada penyampaian moral dengan cara ini adalah hubungan langsung.

Pesan langsung dapat juga terlibat atau dilibatkan dengan cerita, tokoh-tokoh cerita, dan pengaluran cerita. Artinya kita hadapi memang cerita, namun isi ceritanya sendiri sangat terasa tendesius dan pembaca dengan mudah dapat memahami pesan tersebut.

2) Bentuk Penyampaian Tidak Langsung

Penyampaian pesan moral tidak langsung, hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Dilihat dari pembaca, jika ingin memahami dan menafsirkan pesan itu haruslah melakukannya berdasarkan cerita, sikap, dan tingkah laku para tokoh tersebut. Dilihat dari pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya, cara ini kurang komunikatif. Artinya pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya maksud pengarang. Hubungan yang terjadi antara pengarang dan pembaca adalah hubungan tidak langsung dan tersirat.

Dalam skripsi ini akan dibahas bentuk penyampaian pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun baik secara langsung maupun secara tidak langsung.


(43)

Penyampaian pesan moral secara langsung dapat dilihat pada unsur cerita itu sendiri, artinya pengarang menyampaikan pesan moral melalui cerita itu sendiri. Bentuk penyampaian secara langsung dapat di bagi atas:

a. Menggunakan Tokoh dalam Cerita

Penyampaian pesan moral dengan menggunakan tokoh dalam cerita artinya pengarang menggambarkan sifat tokoh dalam cerita yang patut untuk diteladani. Contoh bentuk penyampaian ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini

Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan/tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di perusahaan talbot.(hlm:23) Kutipan di atas menggambarkan keteladanan sosok Ainun sebagai tokoh sentral yang digambarkan oleh pengarang dalam novel Habibie dan Ainun. Melalui sifat tokoh Ainun, pengarang menyampaikan bahwa seorang istri perlu memberikan semangat kepada sang suami dalam bekerja.

Ainun selalu mendengar pemikiran saya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan menarik, selalu sabar, konsisten memberi semangat, dorongan dengan keyakinan bahwa apa yang saya laksanakan itu adalah yang terbaik. Ainun sangat memperhatikan kesehatan saya. Ia tidak pernah mengeluh karena tidak kebagian waktu. Ia mengisi waktunya dengan menjahit, untuk anak kami yang sedang dalam kandungannya.(hlm:25-26)

Selain melalui tokoh Ainun, Pengarang juga menyampaikan pesan moral melalui sikap tokoh pengarang itu sendiri.

Tidak bisa saya lupakan jasa-jasa kawan-kawan lainnya yang saya ajak membantu merealisasikan pendirian dan pembinaan The Habibie Center. (Hlm:248)

Pesan moral yang disampaikan dari kutipan di atas adalah dengan

menunjukkan kesederhanaannya. Dalam kesuksesannya, pengarang menganggap itu merupakan hasil dari bantuan orang-orang di sekitarnya. Pesan moral dalam kutipan di atas disisipkan pengarang dalam keteladanan sikap tokoh.

b. Menggunakan Jalinan Cerita

Pesan moral yang disampaikan dengan menggunakan jalinan cerita adalah dengan menggunakan jalan cerita dalam novel Habibie dan Ainun. Struktur cerita dalam novel ini secara umum menceritakan kehidupan tokoh pengarang dengan Ainun.


(44)

Penyampaian pesan moral dalam novel melalui jalinan cerita dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

Rudy, kamu mau jadikan Ainun Pacarmu? Kamu harus tahu diri! Kamu sadar Ainun itu siapa? Sainganmu anggota keluarga terkemuka di Indonesia, berpendidikan lebih tinggi dari kamu, kaya, ganteng dan lebih besar dari kamu! Kamu siapa? Sepeda motor saja tidak kamu miliki. Paling banter naik becak harus realistis! Jangan berkhayal dan bermimpi.”

Terimakasih atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian katakan, Ainun Insya Allah akan menjadi isteri saya dan saya menjadi suamiAinun. Lihat saja nanti,”demikian ucapan saya kepada mereka.(Hlm. 6)

Kutipan di atas adalah keadaan ketika teman-teman mengejek tokoh pengarang karena menganggap pengarang tidak akan mampu mendapatkan Ainun yang saat itu adalah seorang wanita dengan derajat yang tinggi. Dengan

berpegang pada keyakinan, pengarang menunjukkan sikap percaya diri dan yakin pada diri sendiri. Ketetapan hati pengarang mengajak para pembaca untuk selalu yakin dan percaya pada diri sendiri untuk mendapatkan sikap optimis.

Pengarang juga menyampaikan pesan moral melalui kisah ketika pengarang bersama sang istri mengalami pergelutan dan kesusahan. Pengarang menyampaikan pesan moral melalui cara di melewati kesusahan itu.

Dalam keadaan kegelisahan ini, saya memanjatkan doa kepada Allah SWT, tanpa suara namun dengan getaran jiwa, agar diberi petunjuk untuk mengambil jalan benar.(Hlm:270).

Dalam kegelisahannya pengarang menyampaikan agar kita selalu

berpegang pada Allah SWT agar kita mampu menghadapi segala persoalan dalam hidup.

c. Menggunakan Cara Berpikir Tokoh

Pesan moral juga disampaikan pengarang melalui cara berpikir tokoh dalam cerita.

Secara garis besar, cara berpikir tokoh dalam novel Habibie Ainun digambarkan oleh pengarang tentang kehidupan bersama istri. Bentuk penyampaian pesan moral ini dapat dilihat pada kutipan berikut


(45)

Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak mengganggu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi.(hlm:27)

Pengarang dalam kutipan di atas memperlihatkan cara berpikir pengarang yang salalu memerhatikan secara sangat detail apa yang dilakukan oleh Ainun. Selain dengan memerhatikan sang istri, pengarang juga memberikan pesan moral berkaitan dengan prinsip kerja yang dia pegang selama menjalani kehidupan.

Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)

Melalui kutipan di atas, kita dapat mengutip bahwa pengarang adalah seorang yang menekankan pada kualitas diri. Cara berpikir seperti ini memberikan pengarang itu pesan moral bagi pembaca untuk meneladani cara berpikir

pengarang.

d. Menggunakan Dialog Antartokoh

Pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun juga disisipkan pada percakapan antartokoh dalam novel.

Kutipan di bawah ini adalah ketika Ainun menyemangati pengarang yang hampir menyerah dalam berusaha untuk menyelesaikan peerjaaannya.

Kekecewaan begitu besar sehingga wajah saya sedih. Melihat itu, Ainun datang dan sambil memeluk dan mencium pipi dan dahi saya ia berkata:”Saya yakin bahwa semua yang dipikirkan dan dikembangkan Rudy itu sudah benar dan tepat. Mungkin ada kesalahan pada angka masukan yang begitu banyak. Mengenal kemampuanmu saya sangat yakin akan keunggulanmu”(hlm:34)

Dari kutipan di atas, pengarang menyampaikan cara Ainun memberi semangat kepada dirinya untuk tidak menyerah. Pesan moral yang disisipkan dari percakapan di atas adalah agar kita bisa memberikan rasa semangat bagi orang di sekitar kita yang sedang putus asa.

Bentuk penyampaian pesan moral melalui dialog antar pelaku dapat juga dilihat pada kutipan ini.

“Mengapa saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya. Saudara ikut


(46)

dengan saudara-saudaramu menempa masa depan yang lebih baik bagi Indonesia yang kita cintai!!!” (Hlm:71)

Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh pelaku yang tetap berpegang pada prinsip walaupun prinsip itu mengakibatkan adanya perseteruan dengan tokoh lain.

2. Bentuk Penyampaian Pesan Moral secara Tidak Langsung

Bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung adalah para pembaca mengaitkan kehidupan pengarang dengan unsur dalam novel, yaitu cerita dalam novel Habibie dan Ainun. Bentuk penyampaian pesan moral ini terjadi secara tersirat.

Secara umum, bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung membutuhkan penafsiran isi cerita dengan kaitan ke pengarang. Pengarang novel Habibie dan Ainun adalah Bapak Habibie memudahkan penafsiran. Penafsiran dalam hal ini adalah berkaitan dengan cara berpikir pengarang.

Dialog harus dimulai pada peningkatan kualitas pendapat yang sama dan jangan dimulai dengan pemikiran yang bertentangan.(Hlm:150)

Pesan moral dalam kutipan di atas disampaikan dengan bentuk pemerintahan yang dilakukan pengarang saat menjabat sebagai kepala negara. Beliau menjalankan pemerintahan demokrasi secara penuh.

Bentuk pesan moral secara tidak langsung juga dapat dikutip dari kutipan di atas ini

Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya.(Hlm:156)

Pengarang melalui kutipan di atas menyampaikan pesan moral melalui pemahamannya. Pengarang tidak langsung menuliskan bahwa tidak ada

perbedaan gender antara pria dan wanita, tetapi penulis menuliskan apa yang dia yakini. Pembaca sebagai penafsir sudah selayaknya meneladani pemahaman pengarang ini. Memang dalam kehidupannya, pengarang selalu menunjukkan rasa hormat kepada wanita terutama sang istri.

Selain itu, secara tidak langsung, pengarang juga memberikan motivasi dengan motto yang dipegangnya.

Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)


(47)

Pembaca melalui kutipan di atas akan mendapat nilai moral dalam hal ini motivasi dalam mencapai keberhasilan. Keberhasilan pengarang sedikit banyak memengaruhi filosofi yang dituliskan.Pembaca yang membaca dan menafsirkan filosofi tersebut akan memikirkan bahwa itu adalah kunci keberhasilan yang dipegang oleh pengarang sehingga dia bisa menjadi orang yang berhasil.


(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian terhadap pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie menghasilkan dua simpulan.

Simpulan pertama menyimpukan pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dibagi atas tiga bagian: 1. Agama

Pesan moral agama delam novel ini dikaitkan dengan kepercayaan dan keyakinan pengarang kepada Allah SWT. Hal ini dikaitkan dengan tokoh pengarang selalu bersyukur dalam kebahagiaan dan kesusahannya. 2. Budaya

Pesan moral dalam budaya berkaitan dengan cara bagaimana pengarang menjalani kehidupan bersama sang istri serta bagaimana pengarang menghormati ibunya.

3. Pendidikan

Dalam pendidikan, novel ini mengandung pesan moral pendidikan berkarakter. Secara umum pesan moral pendidikan berkaitan dengan pengembangan diri dan motivasi.

Simpulan kedua adalah berkaitan dengan cara pengarang menyampaikan pesan moral dalam novel. Cara pengarang dalam menyampaikna pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, antara lain

1. Penyampaian pesan moral secara langsung.

Penyampaian pesan moral secara langsung melibatkan unsur dalam cerita novel. Unsur dalam novel yang digunakan dalam menyampaikan pesan moral dibagi atas empat, yaitu


(49)

a. Tokoh dalam cerita b. jalinan cerita c. dialog antar tokoh d. cara berpikir tokoh.

2. Penyampaian pesan moral secara tidak langsung

Bentuk penyampaian secara tidak langsung dalam novel dikaitkan dengan kehidupan pengarang. Secara umum penyampaian pesan moral ini dilakukan dengan cara berpikir pengarang yang patut untuk diteladani.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan apresiasi dan penjajakan terhadap karya sastra, terutama novel, disarankan pada masyarakat sebagai apresiator dan sekaligus sebagai kreator dalam menciptakan karya sastra. Masyarakat diharapkan lebih mengetahui pendekatan secara sosiologi sastra dengan objek kajian karya sastra terutama novel.


(1)

Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak mengganggu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi.(hlm:27)

Pengarang dalam kutipan di atas memperlihatkan cara berpikir pengarang yang salalu memerhatikan secara sangat detail apa yang dilakukan oleh Ainun. Selain dengan memerhatikan sang istri, pengarang juga memberikan pesan moral berkaitan dengan prinsip kerja yang dia pegang selama menjalani kehidupan.

Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)

Melalui kutipan di atas, kita dapat mengutip bahwa pengarang adalah seorang yang menekankan pada kualitas diri. Cara berpikir seperti ini memberikan pengarang itu pesan moral bagi pembaca untuk meneladani cara berpikir

pengarang.

d. Menggunakan Dialog Antartokoh

Pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun juga disisipkan pada percakapan antartokoh dalam novel.

Kutipan di bawah ini adalah ketika Ainun menyemangati pengarang yang hampir menyerah dalam berusaha untuk menyelesaikan peerjaaannya.

Kekecewaan begitu besar sehingga wajah saya sedih. Melihat itu, Ainun datang dan sambil memeluk dan mencium pipi dan dahi saya ia berkata:”Saya yakin bahwa semua yang dipikirkan dan dikembangkan Rudy itu sudah benar dan tepat. Mungkin ada kesalahan pada angka masukan yang begitu banyak. Mengenal kemampuanmu saya sangat yakin akan keunggulanmu”(hlm:34)

Dari kutipan di atas, pengarang menyampaikan cara Ainun memberi semangat kepada dirinya untuk tidak menyerah. Pesan moral yang disisipkan dari percakapan di atas adalah agar kita bisa memberikan rasa semangat bagi orang di sekitar kita yang sedang putus asa.

Bentuk penyampaian pesan moral melalui dialog antar pelaku dapat juga dilihat pada kutipan ini.

“Mengapa saudara masih berada di rantau sementara saudara-saudaramu membanting tulang untuk membangun bangsanya. Saudara ikut


(2)

dengan saudara-saudaramu menempa masa depan yang lebih baik bagi Indonesia yang kita cintai!!!” (Hlm:71)

Kutipan di atas menggambarkan sikap tokoh pelaku yang tetap berpegang pada prinsip walaupun prinsip itu mengakibatkan adanya perseteruan dengan tokoh lain.

2. Bentuk Penyampaian Pesan Moral secara Tidak Langsung Bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung adalah para pembaca mengaitkan kehidupan pengarang dengan unsur dalam novel, yaitu cerita dalam novel Habibie dan Ainun. Bentuk penyampaian pesan moral ini terjadi secara tersirat.

Secara umum, bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung membutuhkan penafsiran isi cerita dengan kaitan ke pengarang. Pengarang novel Habibie dan Ainun adalah Bapak Habibie memudahkan penafsiran. Penafsiran dalam hal ini adalah berkaitan dengan cara berpikir pengarang.

Dialog harus dimulai pada peningkatan kualitas pendapat yang sama dan jangan dimulai dengan pemikiran yang bertentangan.(Hlm:150)

Pesan moral dalam kutipan di atas disampaikan dengan bentuk pemerintahan yang dilakukan pengarang saat menjabat sebagai kepala negara. Beliau menjalankan pemerintahan demokrasi secara penuh.

Bentuk pesan moral secara tidak langsung juga dapat dikutip dari kutipan di atas ini

Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya.(Hlm:156)

Pengarang melalui kutipan di atas menyampaikan pesan moral melalui pemahamannya. Pengarang tidak langsung menuliskan bahwa tidak ada

perbedaan gender antara pria dan wanita, tetapi penulis menuliskan apa yang dia yakini. Pembaca sebagai penafsir sudah selayaknya meneladani pemahaman pengarang ini. Memang dalam kehidupannya, pengarang selalu menunjukkan rasa hormat kepada wanita terutama sang istri.

Selain itu, secara tidak langsung, pengarang juga memberikan motivasi dengan motto yang dipegangnya.

Kunci keberhasilan ditentukan dan tergantung pada kualitas, produktivitas dan daya saing SDM. (Hlm:194)


(3)

Pembaca melalui kutipan di atas akan mendapat nilai moral dalam hal ini motivasi dalam mencapai keberhasilan. Keberhasilan pengarang sedikit banyak memengaruhi filosofi yang dituliskan.Pembaca yang membaca dan menafsirkan filosofi tersebut akan memikirkan bahwa itu adalah kunci keberhasilan yang dipegang oleh pengarang sehingga dia bisa menjadi orang yang berhasil.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian terhadap pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie menghasilkan dua simpulan.

Simpulan pertama menyimpukan pesan moral yang terdapat dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dibagi atas tiga bagian: 1. Agama

Pesan moral agama delam novel ini dikaitkan dengan kepercayaan dan keyakinan pengarang kepada Allah SWT. Hal ini dikaitkan dengan tokoh pengarang selalu bersyukur dalam kebahagiaan dan kesusahannya. 2. Budaya

Pesan moral dalam budaya berkaitan dengan cara bagaimana pengarang menjalani kehidupan bersama sang istri serta bagaimana pengarang menghormati ibunya.

3. Pendidikan

Dalam pendidikan, novel ini mengandung pesan moral pendidikan berkarakter. Secara umum pesan moral pendidikan berkaitan dengan pengembangan diri dan motivasi.

Simpulan kedua adalah berkaitan dengan cara pengarang menyampaikan pesan moral dalam novel. Cara pengarang dalam menyampaikna pesan moral dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, antara lain

1. Penyampaian pesan moral secara langsung.

Penyampaian pesan moral secara langsung melibatkan unsur dalam cerita novel. Unsur dalam novel yang digunakan dalam menyampaikan pesan moral dibagi atas empat, yaitu


(5)

a. Tokoh dalam cerita b. jalinan cerita c. dialog antar tokoh d. cara berpikir tokoh.

2. Penyampaian pesan moral secara tidak langsung

Bentuk penyampaian secara tidak langsung dalam novel dikaitkan dengan kehidupan pengarang. Secara umum penyampaian pesan moral ini dilakukan dengan cara berpikir pengarang yang patut untuk diteladani.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan apresiasi dan penjajakan terhadap karya sastra, terutama novel, disarankan pada masyarakat sebagai apresiator dan sekaligus sebagai kreator dalam menciptakan karya sastra. Masyarakat diharapkan lebih mengetahui pendekatan secara sosiologi sastra dengan objek kajian karya sastra terutama novel.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Andre, Hardjana. 1985. Kritik Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia. Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandug: sinar baru Budiningsih, Asri. 2004, Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,

Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

Hadiwardoyo, Purwa. 1990. Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.

Harjito. 2007. Melek Sastra Untuk 17 Tahun Ke-atas. Semarang: IKIP PGRI Semarang.

Noor, Redyanto. 2004. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Noor, Redyanto. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada university pers.

Nurgiyantoro, Burhan.. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar. 1989. Kitik sastra. Bandung: Angkasa.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.

Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Teeuw,A. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (Terjemahan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.