NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Habibie Dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN
KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Disusun oleh :
FAHMI MANDALA PUTRA
G 000 090 184

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

1

2


NILAI-NILAI PENDIDKAN KARAKTER DALAM NOVEL HABIBIE
DAN AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Oleh: Fahmi Mandala Putra (NIM: G 000 090 184)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tugas utama sebuah pendidikan adalah menjadikan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, baik secara akademik maupun berperilaku. Namun
sayangnnya, pendidikan Indonesia sekarang berdimensi paradoks, dalam satu sisi
dapat mencetak SDM yang cerdas, namun di sisi lain SDM tersebut
bertingkahlaku yang tidak baik. hal inilah yang mendasari terkonsepnya sebuah
pendidikan dinamakan Pendidikan Karakter.
Dalam menerapkan pendidikan karakter, tidak lepas dari metode yang
mengarah pada efektif dan efesien suatu pendidikan karakter tersebut. Metode
pendidikan karakter ini tentunya bersifat subjektif, yang salah satunya adalah
metode cerita atau kisah. Dilihat dari hal ini, dalam sebuah novel yang terkandung
sebuah kisah-kisah dan cerita-cerita secara tidak langsung memungkinkan untuk
menerapkan pendidikan karakter melalui sebuah novel. Salah satunya adalah
novel “Habibie dan Ainun”.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan
karakter apa saja yang terkandung dalam novel “Habibie dan Ainun”. Adapun

tujuan dari penelitian untuk mengetahui dan mengklasifikasikan nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel ‘Habibie dan Ainun”, manfaat
dari penelitian ini secara teoritik dapat menambah khazanah ilmu tentang nilainilai pendidikan karakter, dan secara praktis dapat memberikan suatu pencerah
bagi para pembaca bahwa dalam sebuah novel terdapat nilai edukasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research)
dengan pendekatan kualitatif dengan memanfaatkan data utama berupa literaturliteratur yang terkait. Objeknya berupa novel “Habibie dan Ainun” karya
Bacharuddin Jusuf Habibie. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan
metode dokumentasi, yaitu dokumen primer, sekunder dan tersier. Data yang telah
terkumpul dari dokumen kemudian dianalisis mengunakan metode analisis isi
(Content Analysis).
Hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam novel “Habibie dan Ainun” beserta
klasifikasinya. Yaitu; nilai religius yang termasuk klasifikasi nilai-nilai
pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai
jujur, disiplin, mandiri, kreatif, rasa ingin tahu, gemar membaca,
bertanggungjawab dan kerja keras termasuk nilai-nilai pendidikan karakter yang
berhubungan dengan diri sendiri. Nilai demokratis, cinta damai, komunikatif, dan
menghargai prestasi nilai-nilai pendidikan karakter berhubungan dengan orang
lain. Serta nilai peduli sosial dan peduli lingkungan yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan karakter terhadap lingkungan. Klasifikasi terakhir adalah

nilai toleransi, nasionalis dan cinta tanah air yang termasuk pada nilai-nilai
pendidikan karakter yang berhubungan dengan bangsa dan negara.
Kata Kunci: Nilai, Pendidikan karakter, Novel.

3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
pada
dasarnya
mempunyai
tugas
menyiapkan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
untuk
membangun bangsa dan negara.

Dalam hal ini, pembangunan yang
diupayakan selalu seirama dengan
perkembangan
dan
tuntunan
zaman. Sehingga, setiap zaman
yang dilewati oleh pendidikan
akan
selalu
melahirkan
permasalahan baru yang harus
segera dituntaskan. Harus diakui
pula, bahwa masalah yang
dihadapi oleh dunia pendidikan
demikian kompleks dan luas
(Umar, 2005: 225).
Seiring
dengan
perubahan
zaman

tersebut
ternyata semakin meningkatkan
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya pendidikan. Salah satu
buktinya adalah masyarakat mulai
menyadari bahwa pendidikan
tidak hanya dapat dimaknai
sebagai sekolahan, tetapi lebih
dari itu. Sehingga, pendidikan
membutuhkan redefenisi ulang
yang mengartikan pendidikan
tersebut secara luas, bermakna
dan berfaedah bagi terbentuknya
SDM yang tidak hanya cerdas
secara intelektual tetapi juga
berkeadaban dalam berperilaku
(Asmaun, 2012: 7).
Dalam pelaksanaannya,

pendidikan sekarang berdimensi
paradoks. Karena, disatu sisi
mampu menjadikan SDM yang
terdidik
dan
cerdas
Intelektualitasnya, namun disisi
lain menjadikan manusia tersebut

hilang keadabannya (Asmaun,
2012: 13). Hal inilah yang
menjadi tugas penting yang harus
segera diselesai oleh segenap
kompenen pendidikan khususnya
dan masyarakat secara umum.
Pada
pelaksanaan
pendidikan, untuk menjawab
paradoksi pendidikan tersebut
pemerintah telah mengkonsep

sebuah pendidikan yang harus
dintergrasikan pada setiap mata
pelajaran. Konsep pendidikan ini
lebih dikenal dengan pendidikan
karakter.
Secara
praktis
pelaksanaan pendidikan karakter,
beberapa pengamat menawarkan
metode dalam menyampaikan
pendidikan karakter. Diantaranya,
ada metode kisah atau cerita yang
merupakan sarana atau media
untuk mendidik manusia (Ulil,
2012: 125). Senada dengan Ulil,
Heri Gunawan (2012: 89) dalam
bukunya menyebutkan bahwa
metode cerita ini memiliki
peranan yang sangat penting
dalam pelaksanaan pendidikan

karakter, karena dalam cerita
biasanya terkandung keteladanan
dan edukasi yang bisa diambil
dari cerita atau kisah tersebut.
Metode cerita atau kisah ini
ternyata juga merupakan metode
yang dicontohkan oleh Rasulullah
dalam mendidik umatnya, metode
ini akan lebih membekas dalam
jiwa seseorang (Abdul, 2009:
211).
Kembali kepada metode
penyampaian pendidikan karakter
dengan metode Kisah atau cerita.
Dalam karya sastra, ada sebuah
prosa rekaan modern yang di
dalamnya memuat kisah-kisah

4


yang disebut dengan novel
(Wahyudi, 2008: 14 Dalam
perkembangan dunia sastra di
Indonesia ada sebuah novel yang
dapat dijadikan sebagai media
untuk menyampaikan nilai-nilai
pendidikan karakter, yaitu novel
Habibie dan Ainun. Memang
novel ini berbeda dari novel-novel
fiksi yang ada, karena disusun
berdasarkan kisah nyata serta
merupakan
curahan
hati
pengarangnya
yang
merasa
kehilangan seorang istri. Habibie
dan Ainun ditulis oleh seorang
yang

tidak
mempunyai
background dalam dunia sastra
namun memiliki trackrecond
dalam
dunia
cendekiawan.
Sehingga dalam menyampaikan
nilai-nilai Pendidikan karakter
sangat memungkinkan jika novel
menjadi
media
dalam
menyampaikan
nilai-nilai
pendidikan karakter tersebut.
Secara kualitas sastra,
novel Habibie dan Ainun berbeda
dengan
novel

kebanyakan.
Perbedaan ini dapat ditemukan
pada bagian-bagian tertentu dari
isi
novel
yang
banyak
menyiratkan
nilai-nilai
Pendidikan karakter. Jika dikaji
lebih mendalam, dapat ditemukan
karakter-karakter
yang
di
kehendaki.
Dilihat
secara
kuantitas pun, novel ini juga
tidaklah berbeda dengan novelnovel yang best seller. Hal ini
diketahui sejak di cetak pertama
kali (November tahun 2010)
hingga April 2012 telah terjual
lebih dari 125.000 eksemplar.
Berangkat dari beberapa
testimoni dari pembaca terdahulu,
novel ini memang menarik.

Setidaknya ada 2 alasan yang
menurut penulis layak untuk
mengkaji lebih dalam novel
Habibie dan Ainun ini. Yaitu:
1. Novel ini berbeda dari novelnovel
kebanyakan
yang
menyuguhkan
cerita-cerita
imajinatif.
2. Novel Habibie dan Ainun,
ditulis dengan rasa dan emosi
sebagai bentuk curhat dan
pengobatan.
Dua alasan inilah yang dijadikan
sebagai
pijakan
dalam
memberikan penilaian bahwa
novel Habibie dan Ainun ini layak
untuk diteliti.
B. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan
mengklasifikasi
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
terkandung dalam novel Habibie
dan Ainun.
C. Manfaat Penelitian
Dengan
diadakan
penelitian
tentang
nilai-nilai
pendidikan karakter dalam novel
Habibie dan Ainun, sedikitnya ada
dua manfaat yang dapat diambil
dari penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Teoritik
Dapat
menambah
khazanah ilmu tentang nilainilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam suatu novel.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan
dapat
memberikan suatu pencerahan
bagi para pembaca bahwa
dalam suatu cerita atau kisah
mempunyai
hikmah
dan

5

pelajaran yang dapat diteladani
serta sebagai media dalam
menyampaikan tentang nilainilai pendidikan karakter.
LANDASAN TEORI
A. Konsep

Dasar

Pendidikan

Karakter.

Dilihat dari susunannya,
pendidikan karakter terdiri dari
dua kata yaitu Pendidikan dan
karakter. Terlebih dahulu akan
dibahas
mengenai
karakter.
Secara kebahasaan. Kata karakter
berasal dari bahasa Latin yaitu
”kharakter”,
“kharassein”,
“kharax”, yang berarti membuat
tajam, membuat dalam (Abdul,
2011: 11). Agaknya masih sedikit
rancu pengertian karakter secara
kebahasaan ini, sehingga kita
harus merujuk kepada pengertian
secara istilah, karakter secara
istilah diartikan sebagai keadaan
asli (berhubungan dengan watak
dan kepribadian) yang ada dalam
diri individu seseorang yang
membedakan
antara
dirinya
dengan orang lain (Heri, 2012: 3).
Sedangkan pendidikan
memiliki defenisi yang beragam,
secara luas merupakan aktivitas
belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan kehidupan dan
mempengaruhi
proses
pertumbuhannya, secara sempit
adalah sekolah atau pengajaran di
sekolah (Redja, 2008: 3 dan 6).
Namun dari dua defenisi tersebut
merujuk kepada Undang-undang
bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan

Proses pembelajaran (Pasal 1 UU
No 20 Tahun 2003 Tentang SPN).
Dari pengertian di atas,
dapatlah
terkonsep
bahwa
pendidikan karakter adalah usaha
sadar dan terencana untuk
membentuk
watak
atau
kepribadian seseorang yang akan
membedakannya dengan orang
lain. Watak dan kepribadian yang
beda inilah selanjutnya disebut
karakter.
Peristiwa-peristiwa
amoral sebagai wujud manusia
Indonesia
sudah
menjadi
keprihatinan nasional (Muchlas,
2011: 6) sehingga harus segera
diselesaikan permasalahan pokok
yaitu perbaikan karakter. Tidak
berlebihan
jika
pendidikan
karakter ini menjadi penting untuk
segera diimplementasikan.
Secara
langsung
Maksudin (2013: 58), menuliskan
pentingnya pendidikan karakter
yaitu: pertama, karakter adalah
bagian esensial manusia, karena
itu harus dididikkan. Kedua,
pudar dan keringnya karakter
manusia Indonesia sekarang. Dan
terakhir, berubahnya paradigma
kehidupan yang selalu diukur
dengan uang.
Dalam proses pendidikan
strategi dan metode menjadi
komponen penting karena juga
menentukan ketercapaian tujuan
dari
pendidikan.
Strategi
pendidikan
karakter
adalah
perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan
karakter. Penyusunan rangkaian
kegiatan tersebut diarahkan dalam
mencapai tujuan. Dari sini dapat
diketahui bahwa prinsip utama

6

dari
suatu
strategi
adalah
berorientasi dalam tujuan (Heri,
2012: 184-186)
Adapun
metode
pendidikan karakter, ada beberapa
yang ditawarkan. Yaitu:
a. Metode
Percakapan
atau
dialog,
Metode percakapan atau
dialog adalah percakapan silih
berganti antara dua pihak atau
lebih. Atau tanya jawab
mengenai satu topik (Heri,
2012: 88)
b. Metode Kisah atau cerita
Metode kisah merupakan
penelusuran terhadap kejadian
masa lalu. Dalam sebuah kisah
atau cerita pasti terdapat
keteladanan dan pembelajaran
yang dapat diambil dan
diterapkan dalam kehidupan
(Heri, 2012: 89).
Metode kisah inilah yang
digunakan dalam penelitian ini
dengan mengambil kisah atau
cerita pada novel.
c. Metode Perumpamaan
Metode
perumpamaan
baik digunakan dalam proses
pendidikan
karena
mendekatkan pada makna
pemahaman.
Penggunaan
metode perumpamaan yaitu
dengan
bercerita
atau
membacakan teks. (Heri, 2012:
90)
d. Metode Keteladanan
Metode keteladanan lebih
kepada perbuatan seorang guru
dalam kesehariannya, karena
secara psikologis, siswa itu
meniru guru pada setiap
aktivitasnya. Oleh karena itu,
seorang
guru
harus
memberikan keteladanan yang

baik sehingga bisa ditiru oleh
siswa hal yang baik pula (Heri,
2012: 91)
e. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan lebih
fokus pada siswa dan harus
mendapat
dukungan
dari
lingkungan.
Artinya
lingkungan yang dijadikan
tempat pembiasaan harus dapat
mendukung karakter yang
dikembangkan.
Karena
karakter itu terbentuk dari
kebiasaan, dan pembiasaan
berintikan pada pengalaman
(Heri, 2012: 93).
f. Metode Rasional dan Nasehat
Metode rasional berarti
dapat diterima akal, artinya
menyampaikan
nilai-nilai
pendidikan karakter dengan
mengunakan
nalar
yang
menyebabkan
hati
mengakuinya.
Sedangkan,
nasehat adalah menjelaskan
secara lembut sehingga dapat
diterima oleh hati (Heri, 2012:
96)
g. Metode janji dan ancaman
Metode janji diberikan
untuk
kesenangan
atau
kebaikan.Sedangkan, metode
ancaman untuk kesalahan atau
kejelekan. Kedua metode ini
digunakan
agar
orang
mematuhi aturan yang telah
dibuat dengan memberi janji
dan ancaman terhadap perilaku
siswa.
Berdasarkan Nilai-nilai
agama,
norma-norma
sosial,
peraturan/hukum, etika akademik
dan Prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi 80 perilaku yang
menunjukan karakter (Heri, 2011:
32). Kemudian oleh Kemendiknas

7

merinci secara ringkas menjadi 18
Karakter (Puskurbuk, 2011: 3)
dilanjutkan lagi oleh Heri, yang
mengelompokan 18 karakter
tersebut menjadi 5 kelompok
nilai-nilai karakter (Heri, 2011:
33). Untuk mengetahui lebih
dalam ke 18 nilai karakter beserta
klasifikasinya
berikut
disampaikan beserta defenisi
singkat tersebut:
a. Kelompok pertama: Nilai
karakter
dalam
hubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa,
1) Religius, yaitu Sikap dan
perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b. Kelompok kedua: Nilai-nilai
karakter
dalam
hubungan
dengan diri sendiri,
1) Jujur, yaitu perilaku yang
didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan
2) Disiplin, yaitu tindakan
yang menunjukan perilaku
tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan
peraturan
3) Mandiri, yaitu sikap dan
perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugastugas
4) Kreatif, yaitu berfikir dan
melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.

5) Rasa Ingin Tahu, yaitu:
Sikap dan tindakan yang
selalu
berupaya
untuk
mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat dan
didengar.
6) Gemar Membaca, yaitu:
Kebiasaan
menyediakan
waktu untuk membaca
berbagai
bacaan
yang
memberikan kebajikan.
7) Bertanggung Jawab, yaitu:
sikap
dan
perilaku
seseorang
untuk
melaksanakan tugas dan
kewajiban yang seharusnya
dia lakukan.
8) Kerja keras, yaitu: Perilaku
yang menunjukan upaya
yang
sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
c. Kelompok ketiga: Nilai-nilai
karakter yang berhubungan
dengan orang lain,
1) Demokratis, yaitu: cara
berfikir,
bersikap
dan
bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
2) Cinta damai, yaitu: Sikap,
perkataan dan tindakan yang
menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman
atas kehadiran dirinya.
3) Komunikatif,
yaitu:
Tindakan
yang
memperlihatkan rasa senang
berbicara,
bergaul
dan
bekerja sama dengan orang
lain.
4) Menghargai prestasi, yaitu:
sikap dan tindakan yang

8

mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat
dan
mengakui,
serta
menghormati keberhasilan
orang lain.
d. Kelompok keempat: Nilai-nilai
karakter yang berhubungan
dengan lingkungan,
1) Peduli sosial, yaitu: sikap
dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
2) Peduli lingkungan, yaitu:
sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan
alam
sekitarnya,
dan
mengembangkan
upayaupaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah
terjadi
e. Kelompok kelima: Nilai-nilai
karakter yang berhubungan
dengan bangsa dan Negara,
1) Toleransi, yaitu: sikap dan
tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan
tindakan orang lain yang
berbeda darinya.
2) Nasionalis,
yaitu:
cara
berfikir,
bertindak
dan
berwawasan
yang
menempatkan kepentingan
bangsa di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
3) Cinta tanah air, yaitu: cara
berfikir,
bersikap
dan
berbuat yang menunjukan
kesetian, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan
fisik,
sosial,
budaya,
ekonomi dan politik bangsa

(Agus, 2013: 14-15, Ulil,
2011: xi-xiii, Asmaun,
2012: 39-40, Heri, 2011: 3335, Puskurbuk, 2011: 3).
Dari klasifikasi beserta
nilai-nilai karakter di atas, dalam
penelitian ini akan secara seksama
dan teliti untuk menemukan nilainilai karakter secara keseluruhan.
B. Memahami Novel.

Prosa rekaan atau novel
adalah kisah atau cerita yang
memiliki tokoh atau pelaku
tertentu dengan peran, latar serta
rangkaian
cerita
tertentu
(Wahyudi, 2008: 128). Cerita ini
bertolak dari hasil proses kreatif
pengarang serta diterima oleh
pembaca sebagai novel dengan
memperhatikan konvensi sastra,
bahasa dan budaya yang ada
(Wahyudi, 2008: 134). Dalam
defenisi
yang
praktis
menyebutkan bahwa novel adalah
karya
imajinatif
yang
mengisahkan sisi utuh atas
problematika
kehidupan
seseorang atau beberapa orang
tokoh (Kosasih, 2012: 60).
Novel sendiri berasal dari
bahasa Inggris yaitu “Novel” yang
sudah mendapatkan kebakuan
bahasa Indonesia menjadi Novel,
diambil dari bahasa aslinya yaitu
bahasa Itali “novella” yang berarti
sebuah barang baru yang kecil dan
kemudian diartikan sebagai cerita
pendek dalam bentuk prosa
(Burhan, 2000: 9).
Novel dibangun atas dua
unsur yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur Intriksik
adalah unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri, atau

9

dalam bahasa sederhana adalah
unsur pokok dari sebuah karya
sastra (Burhan, 2000:23). Unsur
Intrinsik terdiri dari beberapa hal
yang merupakan satu kesatuan,
yaitu: tema, tokoh/watak/atau
penokohan,
alur/plot,
Latar/Setting,
Sudut
pandang/Point of view, dan Gaya
bahasa/gaya
penceritaan
(Wahyudi, 2008: 142).
Sedangkan
Unsur
Ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi
bangun
dari
sebuah karya sastra (Burhan,
2000: 23). Unsur ekstrinsik lebih
banyak
berada
pada
diri
pengarang sendiri. Secara spesifik
unsur ektrinsik terdiri dari: Latar
Belakang Pengarang, Kondisi
Sosial Budaya dan Tempat atau
Kondisi Alam novel itu dibuat.
C. Novel Sebagai Media Pendidikan
Karakter.

Novel
yang
isinya
merupakan cerita atau kisah
tergolong media yang efektif dan
cocok dalam mendukung dan
menanamkan pendidikan karakter
karena di dalam kisah atau cerita
pasti
terdapat
berbagai
keteladanan dan edukasi (Heri,
2012: 90).
Kata
media
sendiri
berasal dari bahasa Latin, yang
secara harfiah berarti perantara
atau pengantar (Arif, 2002: 6)
serta
merupakan
wahana
penyaluran
informasi
dari
pengirim ke penerima (Zaenal,
2003: 15). Sehingga media

pendidikan
karakter
adalah
perantara yang mengantarkan
kepada orang yang diberi
informasi mengenai pendidikan
karakter.
Menjadikan
novel
sebagai
media
pendidikan
karakter seolah senada dengan apa
yang diutarakan Udin Saripudin
dan Winataputra dalam Zaenal
(2003: 19) bahwa beberapa
macam media pendidikan yaitu
salah satunya adalah buku atau
perpustakaan. Oleh sebab itu,
tidaklah
salah
jika
novel
digunakan sebagai
perantara
dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan
karakter
karena
pembaca akan dapat menangkap
nilai-nilai secara tidak langsung
dari membaca novel tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah
cara yang akan ditempuh peneliti
untuk menjawab permasalahan
penelitian atau rumusan masalah
(Samiaji, 2012: 36). Lebih jelas
seperti yang termaktub dalam
kamus ilmiah populer bahwa
metode adalah cara yang teratur
dan
sistematis
untuk
melaksanakan sesuatu (Acmad,
2008: 306) dalam hal ini, sesuatu
yang di maksud adalah Penelitian.
Jadi metode penelitian adalah cara
bagaimana peneliti menjawab
rumusan masalah dengan cara
yang tersusun rapi dan beraturan
secara
sistematis.
Adapun
rancangan yang sistematis dalam
penelitian ini mencakup:
1. Jenis Penelitian
Penelitian
yang
dilakukan berjenis penelitian

10

kepustakaan (library research)
karena sumber data utama
dalam penelitian berupa bukubuku atau naskah-naskah dari
berbagai
literatur
dengan
mengunakan
pendekatan
kualitatif. Penelitian ini sebagai
studi pustaka berupa novel
Habibie dan Ainun serta
menggali informasi data dari
kepustakaan yang ada.
2. Objek Penelitian
Dilihat dari judul
penelitian
ini,
dapat
disimpulkan
bahwa
yang
menjadi
objek
penelitian
adalah nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung
dalam novel Habibie dan
Ainun karya BJ Habibie yang
diterbitkan oleh The Habibie
Center Mandiri pada tahun
2010.
3. Metode pengumpulan Data
Untuk pengumpulan
data,
penelitian
ini
mengunakan
metode
Dokumentasi,
maksudnya
adalah
metode
yang
mengunakan sesuatu materi
yang tertulis yang dibuat oleh
manusia (Samiaji, 2012: 61)
baik
dokumen
tersebut
diterbitkan
atau
hanya
disimpan sebagai dokumen
(Burhan, 2007: 125). Dokumen
di sini dapat berupa buku,
artikel media massa, catatan
harian, manifesto, undangundang, notulen, blog, halaman
web,
foto
dan
lainnya.
Hakikatnya,
metode
pengumpulan
data
ini
digunakan karena peneliti
mengalami kesulitan untuk
mewawancarai
langsung

penulis novel, sehingga metode
yang dianggap paling efektif
adalah metode dokumentasi
(Samiaji, 2012: 61)
Pada penelitian ini ada
tiga dokumen yang menjadi
rujukan utama yaitu dokumen
primer berupa novel Habibie
dan Ainun yang menjadi objek
penelitian, dokumen Sekunder
berupa
dokumen-dokumen
yang ada keterkaitan dengan
dokumen primer sehingga
penelitian dapat fokus pada
objek
penelitian.
Serta
dokumen
tersier
berupa
dokumen tambahan untuk
memperkaya penelitian yang
dilakukan.
4. Metode Analisis Data
Pada dasarnya metode
analisis data sudah satu rangkai
dengan metode pengumpulan
data (Burhan, 2007: 79).
Dengan
demikian
proses
pengumpulan data juga adalah
proses analisis data, karena itu
setelah data dikumpulkan maka
sesungguhnya
sekaligus
peneliti menganalisis datanya.
Namun, karena ini merupakan
penelitian yang meneliti sebuah
karya sastra maka ada metode
tersendiri untuk menganalisis
data yaitu metode analisis isi
(content analysis).
Metode analisis isi
digunakan apabila peneliti
mengungkap, memahami dan
menangkap pesan dari suatu
karya sastra.Memang isi dari
suatu karya sastra selalu
mengandung
nilai
yang
tersamarkan secara simbolik
sehingga menarik untuk diteliti
dengan harapan hasil penelitian

11

dapat diimplikasikan kepada
siapa saja yang membaca
(Suwardi, 2003: 160-161).
HASIL PENELITIAN
Dalam novel Habibie dan
Ainun, banyak muatan nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
ditampilkan melalui kedua tokoh
utama yaitu Habibie serta Ainun. Di
samping itu, tokoh- tokoh yang lain
dalam novel ini selalu memberikan
gambaran yang menunjukkan akan
karakter dari Habibie serta Ainun,
sehingga secara tidak langsung juga
memberi muatan yang sarat akan
nilai-nilai karakter. Adapun nilainilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam novel ini di
antaranya:
A. Nilai-nilai Pendidikan karakter
yang berhubungan denganTuhan
Yang Maha Esa
Pribadi Habibie maupun
Ainun adalah pribadi yang
beragama
Islam.
Sehingga
karakter
yang
ditunjukkan
pastinya
mengarah
pada
pelaksanaan ibadah yang terkait
dengan agama Islam pula. Dalam
hal ini, secara keseluruhan
karakter tersebut lebih dikenal
dengan religius.
Dari uraian dan analisis
yang dilakukan, bahwasanya nilai
karakter
yang
berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa
berupa karakter religius, ada
kesesuai antara data yang
ditemukan dengan teori yang ada.
Religius diartikan sebagai sifat
dan sikap seseorang yang
menunjukkan bahwa dia patuh

dalam melaksanakan ajaran yang
dianut. Perilaku Habibie dan
Ainun yang diilustrasikan melalui
novel dapat diambil sebuah
simpulan
bahwa
ternyata
keduanya
memiliki
karakter
religius.
B. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan diri
sendiri
Sikap
dan
perilaku
Habibie
maupun
Ainun
dideskripsikan dalam novel ini
memiliki karakter-karater yang
baik terhadap diri mereka sendiri.
Seperti dari data yang telah
disajikan dan mengkorelasikannya
dengan teori yang ada, dapat
disebutkan
karakter-karakter
terhadap diri sendiri di antaranya:
Jujur, Disiplin, Mandiri, Kreatif,
Rasa
Ingin
Tahu,
Gemar
Membaca, Bertanggung jawab
dan Kerja Keras.
Dari beberapa penjelasan
mengenai data, maka dapat
dianalisis secara keseluruhan
bahwa ternyata nilai-nilai karakter
yang berhubungan dengan diri
sendiri berupa karakter yang telah
disebutkan di atas ada keserasian
antara data yang telah ditemukan
dengan
teori
yang
telah
dipaparkan.
C. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan orang
lain
Tidak kalah pentingnya,
nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan orang
lain akan mempengaruhi interaksi
terhadap orang lain. Oleh Karena
itu, beberapa karakter dalam
berhubungan dengan orang di

12

antaranya: Demokratis, Cinta
Damai,
Komunikatif
dan
Menghargai Prestasi.
Dari
beberapa
data
mengenai nilai-nilai pendidikan
karakter
yang
berhubungan
dengan orang lain. Ditemukan
bahwa isi kandungan novel
Habibie dan Ainun juga memiliki
karakter-karakter
yang
berhubungan dengan orang lain.
Dari keempat karakter ini akan
terjalin hubungan yang harmonis
jika berinteraksi dengan orang
lain.
D. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang
berhubungan
dengan
lingkungan
Lingkungan juga harus
mendapatkan perhatian dari setiap
pribadi. Melalui novel Habibie
dan Ainun, hendak disampaikan
bahwa tokoh utama dalam novel
ini juga memiliki karakter
terhadap lingkungan
seperti:
Peduli
Sosial
dan
Peduli
Lingkungan.
Dari beberapa data yang
dipaparkan,
dapat
diketahui
bahwa dalam novel Habibie dan
Ainun juga terkandung nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
berhubungan dengan lingkungan.
Hal ini tercermin dari analisis
karakter berupa peduli sosial dan
peduli lingkungan. Oleh karena
itu, kedua karakter ini diharapkan
dapat tertanam dalam pribadi
pembaca novel Habibie dan
Ainun.
E. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan Bangsa
dan Negara

Berbicara
mengenai
nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan bangsa
dan negera pada sosok Habibie
dan Ainun tidak bias diragukan.
Karena melalui novel ini, penulis
hendak menyampaikan bahwa
apapun yang diberikan oleh
bangsa dan negara kepada dirinya,
dia tetap setia untuk membangun
bangsa dan negara. Adapun
karakter
yang
berhubungan
dengan bangsa dan negara yang
terkandung dalam novel Habibie
dan Ainun antara lain: Toleransi,
Nasionalis dan Cinta Tanah Air.
Dari data yang telah disajikan
dan analisis mengenai nilai-nilai
pendidikan karakter terhadap bangsa
dan Negara, dapat diketahui bersama
bahwa dalam novel Habibie dan
Ainun
terkandung
Pendidikan
karakter berupa karakter toleransi,
nasionalis dan cinta tanah air.
Diharapkan juga bahwa ketiga
karakter ini dapat tertanam pada
pribadi masing-masing.
SIMPULAN
Seteleh melakukan analisis
secara
mendalam,
akhirnya
sampailah pada simpulan yang akan
menjawab rumusan masalah. Berikut
simpulan yang ditemukan
1. Telah
ditemukan
nilai-nilai
karakter dalam novel Habibie dan
Ainun, yang disesuaikan pada
rumusan
karakter
dari
kementerian
pendidikan
dan
kebudayaan.
2. Nilai-nilai pendidikan karakter
tersebut,
secara
spesifik
dikelompokkan menjadi lima
kelompok. Hal ini dilakukan agar

13

dapat
memudahkan
ketika
mengklasifikasikan karakter yang
terlihat pada isi novel Habibie dan
Ainun.
3. Kelompok nilai karakter yang
pertama
adalah
nilai
pendidikan
karakter
yang
berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam hal ini,
nilai karakter yang ditemukan
adalah karakter religius, yaitu
sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya..
4. Kelompok nilai karakter yang
kedua
adalah
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
berhubungan
dengan
diri
sendiri.
Nilai
pendidikan
karakter ini akan memberikan
kebermanfaatan bagi pribadi
sendiri. Adapun karakternya
ada delapan yaitu, jujur,
disiplin, mandiri, rasa ingin
tahu,
gemar
menbaca,
bertanggung jawab serta kerja
keras.
5. Kelompok nilai karakter yang
ketiga
adalah
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
berhubungan dengan orang
lain. Karakternya meliputi:
demokratis,
cinta
damai,
komunikatif dan menghargai
prestasi. Keempat karakter ini
tentunya akan memudahkan
dalam berinteraksi dengan
orang lain.
6. Nilai-nilai pendidikan karakter
yang berhubungan dengan
lingkungan, adalah kelompok
karakter
yang
keempat.
Termasuk di dalamnya karakter
peduli sosial dan peduli
lingkungan.
Peduli
sosial
berhubungan dengan manusia,

sedangkan peduli lingkungan
berhubungan dengan alam
sekitar.
7. Kelompok
karakter
yang
terakhir
adalah
nilai-nilai
pendidikan
karakter
yang
berhubungan dengan bangsa
dan Negara. Di dalamnya
termasuk karakter toleransi,
nasionalis dan cinta tanah air.
Demikianlah
kesimpulan
yang dapat ditarik dari penelitian ini,
diharapkan melalui simpulan dari
penelitian ini akan memberikan
manfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah Abu Ghuddah. 2009.
40 Metode Pendidikan dan
Pengajaran Rasulullah SAW
(edisi Terjemah). Irsyad
Baitus Salam. Bandung.
Abdul Majid dan Dian Andayani.
2011. Pendidikan Karakter
Perspektif Islam. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Achmad Maulana dkk. 2008. Kamus
Ilmiah Populer. Penerbit
Absolut. Yogyakarta.
Agus Wibowo. 2013. Manajemen
Pendidikan Karakter di
Sekolah. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta..
Arif S Sadiman dkk. 2002. Media
Pendidikan:
Pengertian,
Pengembangan
dan
Pemanfaatannya.
Raja
Grafindo Persada. Jakarta

14

Asmaun Sahlan dan Angga Teguh
Prasetyo. 2012. Desain
Pembelajaran
Berbasis
Pendidikan Karakter. ArRuzz Media. Yogyakarta.
Bacharuddin Jusuf Habibie. 2010.
Habibie dan Ainun. The
Habibie Center Mandiri.
Jakarta.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian
Kualitatif:
Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya.
Penerbit Kencana. Jakarta.
Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori
Pengkajian Fiksi. Gadjah
Mada University Press.
Yogyakarta.
____________. 2005. Sastra Anak:
Pengantar
Pemahaman
Dunia Anak. Gadjah Mada
University
Press.
Yogyakarta.
Dharma

Kesuma
dkk.
2011.
Pendidikan
Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah.
Remaja
Rosdakarya. Bandung.

Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan
Karakter Strategi Mendidik
Anak di Zaman Global.
Grasindo. Jakarta.
Esti

Ismawati. 2011. Metode
Penelitian Bahasa dan
Sastra. Yuma Pustaka.
Surakarta.

Heri Gunawan. 2012. Pendidikan
Karakter:
Konsep
dan

Implementasi.
Bandung.

Alfabeta.

Kosasih.
2012.
Dasar-dasar
Keterampilan
Bersastra.
Yrama Widya. Bandung.
Maksudin.
2013.
Pendidikan
Karakter
Nondikotomik.
Pustaka
Pelajar.
Yogyakarta.
Muchlas Samani dan Hariyanto.
2011. Konsep dan Model
Pendidikan
karakter.
Remaja
Rosdakarya.
Bandung.
Nyoman

Kutha Ratna. 2010.
Metodologi
Penelitian:
Kajian Budaya dan Ilmuilmu Sosial Humaniora
pada Umumnya. Pustaka
Pelajar. Jogyakarta.

____________. 2007. Teori, Metode,
dan
Teknik
Penelitian
Sastra. Pustaka Pelajar.
Jogyakarta
Puskurbuk (Pusat Kurikulum dan
Perbukuan),
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kementerian
Pendidikan
Nasional. 2011. Pedoman
Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter. Jakarta.
Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar
Pendidikan sebuah studi
awal tentang dasar-dasar
pendidikan. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

15

Samiaji Sarosa. 2012. Penelitian
Kualitatif:
Dasar-dasar.
Penerbit Indeks. Jakarta
Sri Wahyuningtyas dan Wijaya Heru
Santosa. 2011. Sastra: Teori
dan
Implementasinya.
Yuma Pustaka. Surakarta.
Sutarjo

Suwardi

Adisusilo
JR.
2012.
Pembelajaran
Nilaikarakter: Kontstruktivisme
dan VCT Sebagai Inovasi
Pendekatan Pembelajaran
Afektif.
Raja
Grafindo
Persada. Jakarta.
Endraswara.
2003.
Metodologi
Penelitian
Sastra. Pustaka Widyatama.
Yogyakarta.

Ulil Amri Syafri. 2012. Pendidikan
Karakter
Berbasis
AlQur’an. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Umar Tirtarahardja dan S.L La Sulo.
2005.
Pengantar
Pendidikan (Edisi Revisi).
Rineka Cipta. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional
Wahyudi Siswanto. 2008. Pengantar
Teori Sastra. Grafindo. Jakarta.
Zaenal Abidin. 2003. Media dan
Sumber-sumber
Belajar
(Buku Pegangan KuliahUntuk Kalangan Sendiri).
FAI UMS.
(Saran:

jika

penelitian
disarankan
skripsi

ini

hendak
sebagai

untuk

menjadikan
referensi,

merujuk

yang

pada
asli)