IRADIASI SEBAGAI METODE PENGAWETAN MAKAN (1)

IRADIASI SEBAGAI METODE PENGAWETAN MAKANAN
Laporan Kunjungan Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
SEMINAR MAKALAH KUNJUNGAN ILMIAH

Oleh
Fahmi Aulia Roziatul Ali
Shilah Nuzula Utami
Maya Salsabila
Novia Ardita Putri
Fadila Nuriati Khairunnisa
Julianti Siburian
Muhammad Adi Pradana

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017

163112620150019
163112620150043
163112620150057

163112620150091
163112610150071
163112620150051
163112620150006

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL

Kunjungan Ilmiah, Jakarta April 2017

Fadila Nuriati Khairunnisa, Fahmi Aulia Roziatul Ali , Julianti Siburian, Muhammad
Adi Pradana, Maya Salsabila, Novi Ardita Putri, Shilah Nuzula Utami

IRADIASI SEBAGAI METODE PENGAWETAN MAKANAN

Viii+17 halaman, 3 tabel, 1 gambar, 3 lampiran
Iradiasi makanan merupakan salah satu teknologi pemrosesan pangan yang bertujuan
untuk membunuh kontaminan biologis yakni bakteri patogen, virus, jamur, dan
serangga yang dapat merusak bahan pangan tersebut dan membahayakan konsumen.
Iadiasi dilakukan dengan cara mengionisasi bahan pangan tersebut dengan
menggunakan sinar tertentu. Prinsip dari radiasi pengionan adalah menekan

pertumbuhan bahkan mematikan bakteri dengan cara merusak DNA dalam inti sel tanpa
mengakibatkan hal negatif pada nutrisi bahan pangan yang disinari. Sumber iradiasi
dapat berupa sinar gamma, sinar 6, dan berkas electron. Dalam pengawetan kali ini
BATAN menggunakan iradiator gamma dengan cobalt-60. Penggunaan iradiasi sebagai
pengawet bahan pangan harus sesuai dosis yang telah dianjurkan. Keunggulan dari
bahan pangan yang diawetkan tidak akan mengalami kerusakan baik rasa maupun nilai
gizinya, memperpanjang masa simpan, dan tidak meninggalkan residu. Dalam iradiasi
makanan membutuhkan beberapa proses yakni pengemasan, pembekuan, dan
penyinaran makanan. Dari hasil kunjungan ilmiah ini terbukti bahwa makanan dapat
diawetkan secara iradiasi. Saat ini BATAN sudah mempunyai produk yang berhasil
diawetkan melalui iradiasi, salah satunya rendang. Hasil percobaan tersebut sudah dapat
dikomersilkan untuk jemaah haji, korban bencana, prajurit, dan astronot. BATAN juga
sedang mengembangkan produk-produk lain seperti nasi dan gudeg. Namun penelitian
tersebut masih mengalami beberapa kendala seperti dosis penyinaran dan kemasan yang
sesuai.

Kata kunci: iradiasi, makanan, pengawetan.

2


Daftar Bacaan: 2 (2013)
IRADIASI SEBAGAI METODE PENGAWETAN MAKANAN
Laporan Kunjungan Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
SEMINAR MAKALAH KUNJUNGAN ILMIAH

Oleh
FADILA NURIATI KHAIRUNNISA
FAHMI AULIA ROZIATUL ALI
JULIANTI SIBURIAN
MAYA SALSABILA
MUHAMMAD ADI PRADANA
NOVIA ARDITA PUTRI
SHILAH NUZULA UTAMI

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017

3


LEMBAR PENGESAHAN
Makalah kunjungan ilmiah ini disetujui dan disahkan oleh pembimbing kunjungan
ilmiah Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Judul

: Iradiasi Nuklir sebagai metode Pengawetan Makanan

Lokasi

: Laboratorium pengawetan makanan Badan Tenaga
NuklirNasional (BATAN). Jalan Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

Anggota kelompok

: Fadila Nuriati Khairunnisa, Fahmi Aulia Roziatul Ali , Julianti
Siburian, Muhammad Adi Pradana, Maya Salsabila, Novi Ardita
Putri, Shilah Nuzula Utami.

Menyetujui


Pembimbing

Pendamping

Drs. Yulneriwarni, M.Si

Mutia Rahmawati

Mengetahui

Ketua HIMABIO

Ketua Pelaksana

Tri Rahmaeti

Siti Delvia
4


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, serta semua rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat beriringan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat kerabat serta muslimin dan muslimat, semoga kita semua
mendaptkan syafa’at dari beliau di akhir kelak. Aamiin. Adapun judul dari karya ilmiah
ini adalah “IRADIASI SEBAGAI METODE PENGAWETAN MAKANAN”
Dengan segala keterbatasan, kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa
syukur, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga penulisan ini dapat terselesaikan. Untuk itukami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Drs. Yulneriwarni, M.Si., selaku pembimbing pertama atas segala waktu,
perhatian, motivasi, bimbingan dan saran serta telah memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk membuat makalah Kunjungan Ilmiah ini.
2. Kakak Mutia Rahmawati dan Kak Turmidzi Fath, selaku pendamping yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya.Oleh karena itu, kami
mengharapkan agar pembaca memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga dapat

memperbaiki makalah kunjungan ilmiah ini.
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, April 2017

5

Penyusun

Daftar isi
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
Daftar isi...........................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II. PROFIL BATAN..................................................................................................3
2.1


SEJARAH BATAN.............................................................................................3

2.2

VISI DAN MISI..................................................................................................7

2.2.1

VISI.............................................................................................................7

2.2.2

MISI.............................................................................................................8

BAB III. IRADIASI PENGAWETAN MAKANAN......................................................10
3.1 Pengertian Iradiasi Pengawetan Makanan.............................................................10
3.2 Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Iradiasi Makanan.......................................13
3.3 Proses Pengawetan Makanan dengan Metode Irradiasi.........................................14
3.4 Produk yang dihasilkan BATAN............................................................................14

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................15
4.1 KESIMPULAN......................................................................................................15
4.2 SARAN..................................................................................................................15
Daftar Pustaka.................................................................................................................16

6

Daftar Tabel

Halaman

Naskah
Tabel 1. Sejarah batan........................................................................................................6
Tabel 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang makanan iradiasi*) 10
Tabel 3. PERMENKES No.701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang jenis pangan, tujuan
iradiasi dan sosis serap....................................................................................................11

7

Daftar Gambar


Halaman

Naskah
Gambar 1. Struktur Organisasi BATAN............................................................................7

8

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Badan Tenaga Nuklir Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan tenaga nuklir.Di BATAN terdapat berbagai sumber
daya fasilitas, salah satunya yaitu Laboratorium Pengawetan Makanan yang memiliki
salah satu peran dalam perkembangan industri pangan yang memanfaatkan teknologi
nuklir dalam pengawetan makanan.
Teknologi nuklir dalam pengawetan makananmerupakan salah satu teknologi terbarukan
ramah lingkungan yang dapat memperpanjang masa kadaluarsa suatu makanan dengan
cara membunuh bakteri pembusuknya. Secara garis besar teknlogi nuklir pada

pengawetan makanan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: masa kadaluarsa yang
lebih lama, terbunuhnya bakteri pembusuk, serta kandungan gizi yang lebih stabil.
Kunjungan kami ke BATAN adalah dalam rangka kunjungan ilmiah dan diberi
kesempatan untuk menggali informasi di Laboratorium Pengawetan Makanan
yangmengenai teknik pengawetan makanan dengan cara iradiasi. Informasi yang telah
didapat, kami susun dalam sebuah makalah untuk memenuhi tugas kunjungan ilmiah
yang akan disampaikan dalam seminar.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu:

1

1. Bagaimana peran BATAN dalam mengembangkan teknologi nuklir dalam
bidang pengawetan makanan?
2. Produk pengawetan makanan dengan cara iradiasi apa saja yang telah diproduksi
oleh BATAN?
3. Apa manfaat produk pengawetan makanan yang diproduksi BATAN?

1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang produk
pangan yang diawetkan melalui iradiasi nuklir dan apa saja manfaatnya dalam
kehidupan.

2

BAB II. PROFIL BATAN

2.1

SEJARAH BATAN
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia

diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954.Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga
atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65 tahun
1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga
Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember yang merupakan tanggal
bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari
jadi BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama
(Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula beberapa fasilitas
litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain Pusat Penelitian
Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA,
Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai fasilitas
penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji keselamatan reaktor,
pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada tahun 1997 ditetapkan UU No.
10 tentang Ketenaganukliran yang diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana
kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir(BATAN) dengan unsur pengawas tenaga nuklir
(BAPETEN).
1954

Pembentukan

Panitia

Radioaktivitet

3

Negara

untuk

Penyelidikan

1958

Pembentukan Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga

1964

Atom (PP No.65 Tahun 1958)
Penetapan UU No.31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-

1965

ketentuan Pokok Tenaga Atom
Peresmian Pusat Reaktor Atom Bandung dan Pengoperasian
Reaktor Triga Mark II berdaya 250 kW oleh Presiden RI serta
perubahan nama Lembaga Tenaga Atom menjadi Badan Tenaga

1966

Atom Nasional (BATAN)
Pembentukan Pusat Penelitian Tenaga Atom (PPTA) Pasar

1967
1968

Jumat, Jakarta
Pembentukan Pusat Penelitian GAMA Yogyakarta
Peresmian penggunaan Iradiator Gamma Cell Co-60 PPTA

1970
1971

Pasar Jumat oleh Presiden RI
Peresmian Klinik Kedokteran Nuklir di PPTA Bandung
Reaktor Triga Mark II Bandung mencapai kritis pada daya 1
MW

1972

Pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN)

1979

Peresmian mulai beroperasinya Reaktor Kartini dengan daya

1984

100 kW di PPTA Yogyakarta oleh Presiden RI
Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 300 keV di PPTA
Pasar Jumat oleh Presiden RI
Peresmian pengoperasian

1987

Reaktor

Serba

Guna

GA.

Siwabessy dengan daya 30 MW dan Instalasi Elemen Bakar Nuklir
di PPTA Serpong - Tanggerang oleh Presiden RI
Peresmian pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah

1988
1989

Radioaktif di PPTA Serpong oleh Presiden RI
Peresmian pengoperasian Instalasi

Radioisotop

dan

Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental di PPTA
Serpong oleh Presiden RI
Peresmian Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan

1990

dan Keteknikan Nuklir, Laboratorium Mekano Elektronik Nuklir di
PPTA Serpong - Tangerang oleh Presiden RI
Peresmian pengoperasian Instalasi Spektrometri Neutron,

1992

Instalasi Penyimpanan Elemen Bakar Bekas dan Pemindahan Bahan
Terkontaminasi di PPTA Serpong - Tangerang oleh Presiden RI
4

1994

Peresmian pengoperasian Mesin Berkas Elektron 2 MeV di

1995

PPTA Pasar Jumat oleh Presiden RI
Dalam memperingati HUT RI ke 50, BATAN berhasil
melaksanakan “Whole Indonesian Core” untuk Reaktor Serba Guna

1996

GA. Siwabessy
Pembentukan PT Batan Teknologi (persero), Divisi :
Produksi Elemen Bakar Reaktor, Produksi Radioisotop, Produksi
Instrumentasi dan Rekayasa Nuklir
Penetapan UU No.10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

1997

yang

memisahkan

Badan

Pelaksana

dan

Badan

Pengawas

1998

penggunaan tenaga nuklir
Perubahan Badan Tenaga Atom Nasional menjadi Badan

2000

Tenaga Nuklir Nasional (Keppres No.197 Tahun 1998)
Peresmian peningkatan daya Reaktor Triga 2 MW di Pusat

2001

Penelitian Tenaga Nuklir Bandung oleh Wakil Presiden RI
Peningkatan status Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN)

2003

menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
Penyerahan hasil “Comprehensive Assessment of Different
Energy Sources for Electricity Generation in Indonesia” kepada
Presiden RI; Pencapaian 10% jumlah varietas unggul tanaman
pangan nasional; Pengoperasian Mesin Berkas Elektron 350 keV, 10
mA di PPTN Yogyakarta: Pengoperasian Pusat Pelatihan dan

2005
2006
2008

Diseminasi Teknologi Peternakan - Pertanian Terpadu di Kalsel
Terwujudnya perpustakaan digital di bidang nuklir
Pencapaian 1 juta hektar penyebaran varietas padi unggul
BATAN di seluruh Indonesia
50 tahun BATAN Berkarya.
Pencapaian 20 varietas unggul padi, 6 varietas unggul
kedelai, 1 varietas unggul kacang hijau, dan 1 varietas kapas 54
tahun. Pemberian penghargaan berupa G.A. Siwabessy Award

2012

kepada

tokoh

atau

figure

yang

dianggap

berjasa

dalam

pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Penghargaan G.A.
Siwabessy Award diberikan kepada Ir. Sutaryo Supadi, M.Sc untuk
kategori Nuclear Lifetime Achievement.
Peringatan 55 tahun BATAN Tetap Berkarya dan Penggantian
5

logo BATAN yang memiliki makna BATAN adalah sebuah lembaga
yang melakukan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
2013

pengetahuan tentang nuklir yang jujur, terbuka, disiplin, kreatif,
inovatif,

mengutamakan

keselamatan

dan

keamanan

untuk

kesejahteraan bangsa.
Indonesia meraih penghargaan tertinggi di bidang nuklir
(Outstanding Achievment Award) dunia, atas peran serta mendukung
ketahanan pangan melalui radiasi dengan mengembangkan varietas
2014

benih unggul. Penghargaan disampaikan langsung oleh Direktur
Jenderal International Atomic Energy Agency (IAEA) Yukiya
Amano kepada Duta Besar Indonesia Rachmat Budiman disaksikan
oleh Kepala BATAN Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto
Tabel 1. Sejarah batan

Struktur organisasi BATAN yang diterapkan pada prinsipnya merupakan fungsi
struktural sumber daya fasilitas BATAN untuk memperkuat pengelolaan, kejelasan
kedudukan, uraian tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas serta
memberikan informasi kepada masyarakat umum. (Gambar 1).
Keterangan:




Kepala BATAN: Prof. Dr. DJAROT SULISTIO WISNUBROTO
Sekretaris Utama: Ir. FALCONI MARGONO, MM
Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir: Prof. Dr. Ir.




EFRIZON UMAR, MT
Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir: Ir. SURYANTORO, MT
Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir: Dr. HENDIG
WINARNO, M.Sc

6

Gambar 1. Struktur Organisasi BATAN

2.2

VISI DAN MISI

2.2.1

VISI
Visi BATAN disusun dengan mempertimbangkan dokumen perencanaan

pembangunan nasional dan kebijakan litbang nasional yang berada di atasnya yaitu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan Jakstranas Iptek
2015-2019.
Visi RPJPN 2005-2025 mengarah pada terwujudnya Indonesia sebagai negara
yang mandiri, maju, adil dan makmur. Sementara itu, RPJMN 2015–2019 menekankan
pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA lokal,
tersebut di SDM yang berkualitas, dan kemampuan iptek.

7

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua kata
kunci yang ingin dicapai dari pembangunan nasional pada jangka panjang, yaitu
kesejahteraan dan kemandirian.Salah satu upaya pemerintah pada jangka menengah
untuk mewujudkan kedua hal tersebut adalah melalui peningkatan kemampuan dan
keunggulan iptek nasional, termasuk kualitas SDM yang dimilikinya.
BATAN sebagai lembaga pemerintah yang diberi amanat untuk melaksanakan
penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir,
turut bertanggung jawab untuk menciptakan keunggulan iptek tersebut, terutama di
tingkat regional.
Oleh karena itu, visi BATAN pada tahun 2015-2019 yakni sebagai berikut:
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan
Menuju Kemandirian Bangsa.
2.2.2

MISI
Dalam mewujudkan Visi BATAN 2015-2019 terutama untuk mewujudkan

keunggulan BATAN, maka visi tersebut perlu dijabarkan ke dalam misi-misi yang dapat
memperkuat tugas dan fungsi BATAN dalam melakukan penelitian, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Adapun misi yang ingin dilaksanakan BATAN pada tahun 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1.
2.

Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir,
Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi

3.

masyarakat,
Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan berperan

4.

aktif secara internasional,
Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi kepuasan pemangku

5.

kepentingan,
Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas kemanfaatan,
keselamatan dan keamanan.

8

BAB III. IRADIASI PENGAWETAN MAKANAN

3.1 Pengertian Iradiasi Pengawetan Makanan
Teknologi nuklir merupakan teknologi yang memanfaatkan energi yang
dibebaskan dari suatu inti atom dalam bentuk radiasi. Energi ini dapat mengionisasi
suatu bahan. Iradiasi pengionan terhadap bahan pangan dalam bentuk kemasan segar,
kering dan beku maupun olahan siap santap bertujuan untuk menurunkan jumlah
mikroba bahkan membunuh bakteri patogen yang ada di dalam makanan tersebut
(Irawati, 2007).

9

Prinsip dari radiasi pengionan adalah menekan pertumbuhan bahkan mematikan
bakteri dengan cara merusak DNA dalam inti sel tanpa mengakibatkan hal negatif pada
nutrisi bahan pangan yang disinari. Proses pengawetan menggunakan metode iradiasi
ini memanfaatkan sinar gamma yang memiliki panjang gelombang pendek dan
berfrekuensi tinggi. Sinar gamma yang digunakan yaitu Cobalt-60 ( 60Co) serta sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan.
Pada tahun 1987, Pemerintah melalui Menteri Kesehatan telah melegalisir
pemanfataan iradiasi untuk berbagai komoditi seperti rempah, biji-bijian, dan umbiumbian

dengan

Peraturan

Menteri

Keseharan

Republik

Indonesia

Nomor

826/MENKES/PER/XII/1987. Selanjutnya pada tahun 1995 telah dilengkapi dengan
Surat Keputusan No.152/MENKES/SK/II/1995 yang menentukan jenis komoditi, tujuan
dan besaran dosis iradiasi yang diperlukan (Tabel 2).
Tabel 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang makanan iradiasi*)
No
Jenis komoditi
Tujuan iradiasi
Dosis maks. (kGy)
.
1
Rempah/ rimpang, sayuran kering,
Disinfestasi serangga & dekonta10
minasi mikroba
dan bumbu
2

Umbian segar

Menghambat pertunasan

0,15

3

Udang beku & paha kodok beku

Mengeliminasi pertumbuhan
Salmonella spp

7

4

Ikan kering/ asin

Memperpanjang masa simpan

5

5

Biji-bijian & serelia

Disinfestasi serangga & dekontaminasi mikroba

5

*) PERMENKES No. 152/MENKES/SK/11/1995
Pada tahun 2009 dilakukan perbaikan dengan terbitnya Peraturan Menteri
Kesehatan No. 701/Menkes/Pers/VIII/2009 yang menentukan jenis pangan, tujuan
iradiasi dan dosis serap maksimum (Tabel 3).
Tabel 3. PERMENKES No.701/Menkes/Per/VIII/2009 tentang jenis pangan, tujuan iradiasi
dan sosis serap.
No.

Jenis pangan

1

Umbi lapis dan umbi akar

2

Sayur dan buah segar

Tujuan iradiasi
Menghambat pertunasan selama
Penyimpanan
a. Menunda pematangan

10

Dosis serap
maksimum (kGy)
0,15
1,0

3
4
5

Produk olahan sayur dan buah
Mangga
Manggis

6

Serelia dan produk hasil penggilingannya, kacang-kacangan, bijibijian penghasil minyak, polongpolongan dan buah kering.
Ikan dan pangan laut (seafood
segar maupun beku)

7

8

9

10

11

12

Produk olahan ikan dan pangan

Daging dan unggas serta hasil
olahannya (segar maupun beku)

Sayuran kering, bumbu, rempah,
rempah kering (dry herbs)dan
herbal tea
Pangan yang berasal dari hewan
yang dikeringkan
Pangan olahan siap saji

b. Membasmi serangga
c. Memperpanjang masa simpan
d. Perlakuan karantina
Memperpanjang masa simpan
Memperpanjang masa simpan
a. Membasmi serangga
b. Perlakuan karantina
a. Membasmi serangga
b. Mengurangi jumlah mikroba

1,0
2,5
1,0
7
0,75
1,0

a. Mengurangi jumlah mikroba
patogen tertentu
b. Memperpanjang masa simpan
c. Mengontrol infeksi oleh parasit
Tertentu
a. Mengurangi jumlah mikroba
patogen tertentu
b. Memperpanjang masa simpan
a. Mengurangi jumlah mikroba
patogen tertentu
b. Memperpanjang masa simpan
c. Mengontrol infeksi oleh parasit
Tertentu
d. Menghilangkan bakteri SalmoNella
a. Mengurangi jumlah mikroba
patogen tertentu
b. Membasmi serangga
a. Membasmi serangga
b. Membasmi mikroba, kapang,
dan khamir
Sterilisasi & membasmi mikroba patogen, termasuk mikroba berspora
dan memperpanjang masa simpan

5,0

1,0
5,0

3,0

8
10
7,0
3,2
2,0
7,0
10,0
1,0
1,0
5,0
65,0

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan di PAIR-BATAN dalam
pemanfaatan iradiasi gamma (Co-60) antara lain adalah pengawetan pada daging yang
banyak mengandung bakter Listeria monocytogenes. Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa proses penyinaran dapat menekan jumlah bakteri. Semakin tinggi
dosis yang diberikan dan rendahnya suhu, maka jumlah bakteri akan berkurang.

11

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), Listeria monocytogenes tidak
diperbolehkan berada di dalam bahan makanan. Itu sebabnya pengawetan makanan
dengan proses iradiasi ini bertujuan untuk menghilangkan hingga membunuh bakteri
yang ada di dalam suatu bahan makanan, serta memperpanjang masa expired (masa
kadaluarsa). Sedangkan keberadaan bakteri yang terkandung dalam makanan yang tidak
diiradiasi jauh lebih banyak dan tidak mati seutuhnya dibanding dengan makanan yang
diiradiasi. Oleh karena itu, makanan yang telah diiradiasi memiliki gizi yang lebih
stabil.

3.2 Manfaat, Kelebihan dan Kekurangan Iradiasi Makanan
Iradiasi makanan bermanfaat pada kemudahan manusia untuk mendapatkan
makanan yang siap saji dengan jangka waktu penyimpanan yang lebih lama. Salah satu
manfaatnya yaitu sebagai suplai makanan untuk jemaah haji, untuk orang-orang yang
mengidap penyakit HIV, karena pada makanan yang diiradiasi dapat bertahan lama
namun tetap memiliki gizi yang seimbang untuk orang-orang yang sedang mengidap
penyakit, manfaat lainnya untuk korban bencana alam yang biasanya bantuan hanya
berupa makanan instan seperti mie instan yang jangka waktu penyimpanannya lama
tetapi gizi yang dimiliki sangat sedikit lebih baik bantuan yang dikirim yaitu makanan

12

yang diiradiasi, yang memiliki penyimpanan yang sama dengan mie instan tetapi
mempunyai gizi yang stabil dan lebih baik. Makanan yang diiradiasi juga bisa sebagai
makanan untuk bekal para prajurit dan astronot.
Kelebihan:
1. Membunuh mikroba pembusuk
2. Tidak menghasilkan residu kimia
3. Masa simpan yang semakin panjang
Kekurangan:
1. Proses yang lama dikarenakan irradiator yang terdapat di Indonesia hanya 2
sehigga menghambat prosesnya
2. Menghasilkan limbah yang sulit atau lama untuk diuraikan
3. Belum dapat diterapkan untuk semua jenis makanan karena metode ini masih
dalam tahap pengembangan

3.3 Proses Pengawetan Makanan dengan Metode Irradiasi
1. Makanan diproduksi dan dikirim oleh produsen yang telah bekerja sama dengan
BATAN.
2. Packaging, yaitu pengemasan makanan dengan kemasan alufoil threelayer
menggunakan

alat

vacuum

sealer

(vacuum

sealer

bertujuan

untuk

mengosongkan udara).
3. Freezing, yaitu pembekuan makanan yang telah dikemas dengan mesin
pendingin (jika makanan tidak terlalu besar, bisa menggunakan es batu).
4. Irradiating, yaitu penyinaran makanan dengan cobalt-60 dengan dosis dan waktu
tertentu.
13

5. Makanan siap untuk didistribusikan.

3.4 Produk yang dihasilkan BATAN
Produk yang telah dihasilkan oleh BATAN salah satunya rendang. Pada proses
iradiasinya, rendang membutuhkan beberapa perlakuan, yaitu menggunakan kemasan
alufoil three-layer, menggunakan dosis 45 kGy dalam jangka waktu kurang lebih tiga
jam menggalami proses pembekuan. Saat ini BATAN sedang mengembangkan iradiasi
makanan pada gudeg dan bandeng.
BATAN juga sedang mengembangkan produk-produk lain seperti nasi dan
gudeg. Namun penelitian tersebut masih mengalami beberapa kendala seperti dosis
penyinaran dan kemasan yang sesuai.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
1. BATAN telah menyediakan sumber daya fasilitas untuk mengkaji dan
menerapkan teknologi nuklir salah satunya adalah iradiasi pengawetan makanan
di laboratorium pengawetan makanan.
2. Produk yang telah dibuat oleh BATAN antara lain rendang, bandeng, dan gudeg.

14

3. Penggunaan produk iradiasi makanan dari BATAN sangat bermanfaat untuk
memperpanjang masa simpan, karena metode ini mematikan bakteri pembusuk
pada makanan.
4. Produk iradiasi ini juga memberikan gizi yang stabil dan tidak memberikan
residu pada makanan.
4.2 SARAN
1. Untuk BATAN:
Kami mengharapkan BATAN untuk meningkatkan kinerja membuat varian
makanan yang dapat diawetkan dengan metode iradiasi.
2. Untuk Mahasiswa dan Masyarakat Umum:
Kami mengharapkan mahasiswa maupun masyarakat mendukung metode
iradiasi nuklir dalam pengawetan makanan.

Daftar Pustaka
BATAN. (2013). profil. Retrieved April 19, 2017, from BATAN: www.batan.go.id
Harsojo. (2013). Peran Teknik Nuklir Di Bidang Mikrobiologi Pangan . In M. S. Adjie
Koesoemowidodo, Atomos (p. 99). Jakarta: BATAN .

15

Lampiran

16

Hasil produk makanan yang diiradiasi

Bapak Indra
(Narasumber iradiasi makanan)

Foto bersama dengan dosen pembimbing dan kakak pendamping

17

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18