Analisis Implementasi Nawa Cita Jokowi Dalam Pembangunan Agraria. (Studi Deskriptif: Konflik Tanah di Desa Padang Halaban)

LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkip Wawancara
Pihak Masyarakat (Serikat Tani Padang Halaban)
1. Bapak Slamet selaku Sekretaris STPHL
a. Bagaimana sejauh ini peran pemerintah yang diwakilkan oleh Badan
Pertanahan Nasional Labuhan Batu terhadap proses penyelesaian
konflik di Desa Padang Halaban?
Jawab :
Orang BPN dari rantau prapat pernah datang ke desa ini terus
menjumpai saya pas saya lagi di secret. Terus mereka menanyakan
kronologis kasus konflik agraria dengan PT. SMART. Mereka minta
dokumen tentang putusan pengadilan, organisasi kami, dan sama bukti
kepemilikan tanah yang berkonflik. Mereka datang sekitar bulan Maret
2015. Tapi bukti kepemilikan tanah gak saya kasih, karena ini
dokumen penting sama kami
2. Bapak Suratmin selaku Ketua STPHL
a. Bagaimana tanggapan saudara terkait dengan konflik masyarakat di
Desa Padang Halaban yang diwakilkan oleh STPHL dengan PT.
Smart?
Jawab :

Konflik karena PT. Smart nguasain lahan seluas 3000 Ha yang diambil
sekitar tahun 1970 an dari kami, sekarang mereka menggunakan izin
HGU untuk tetap bertahan menguasai lahan itu. Padahal Sertifikatt
HGU Padang Halaban No.92/2001 itu sifanya membodoh-bodohi
rakyat. Kan gak ada wewenang BPN tingkat II mengeluarkan Hak
Guna Usaha. HGU iu harus dikeluarkan BPN Pusat, bukan BPN
Tingkat II. Itu semua rekayasa karena perlu diketahui bahwa saat itu
ada surat dari KAKANWIL Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Tingkat II Sumatera Utara yang isinya menyatakan bahwa instruksi
pelarangan pengukuran kepada Kepala Kantor BPN Kabupaten dan
Kota, dan ada lagi surat yang terbit menyatakan kalau tidak dibenarkan
membuat/mengeluarkan sertifikat HGU di atas tanah seluas 10 Ha
keaatas, tapi kok malah terbit HGU No. 92/2001 ini, kan ini sudah

xv

Universitas Sumatera Utara

melanggar isi surat itu. Karena itulah pada waktu itu kami membuat
surat permohonan agar HGU No. 92/2001 ini ditindaklanjuti

kebenaran dari HGU No. 92/2001 ini. Sertifikat ini memang sah dan
asli tapi apa ada hukumnya mengeluarkan surat itu? Sementara
KAKANWIL bilang tidak boleh ngukur di atas 10 Ha, tapi dia kok
ngukurnya sampai 3000 Ha.Kan sudah jelas itu ada yang tidak benar
dalam pengurusan HGU ini. Kepala Kantor BPN Kabupaten Labura
seharusnya sudah tahu ini kok malah dikeluarkan HGU ini, Kan dia
tidak ada hak nya mengukur tanah itu. Lagipula saya lihat Sertifikat
HGU No. 92/2001 itu, berdasarkan kapan diukur dan saksinya kan
tidak ada.
b. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh STPHL terhadap penyelesaian
konflik yang terjadi?
Jawab :
Jalan administrasi sudah kami tempuh, surat-menyurat sudah kami
lakukan, bahkan kami sudah melakukan aksi turun ke jalan. Kami
tidak pernah menyerang PT. SMART, tapi kami yang terus dihantam,
dirusak tanaman yang sudah kami tanam, kami dipenjara.Saya rela
dipenjara demi memperjuangkan tanah ini. Polisi sudah mencoba
untuk melakukan agar duduk sama untuk menyelesaikan masalah ini,
tapi toh kami PT. SMART yang tidak hadir. Gimana masalah ini bias
selesai.Tidak ada orang dibalik perjuangan kami ini.Kalau ada orang

dibalik ini ngapain saya dan kawan-kawan sampai segitunya berjuang.
Lagipula kalau kita melihat dalam surat keputusan Gubernur saat itu
No. 225, kan udah jelas dinyatakan, tapi yah realisasi tanahnya ini
yang gak ada, selain itu Alas Hak kami berjuang jelas ada. Kami sudah
menempuh jalan terbaik agar suara kami didengar, agar hak kami
diberikan sebagaimana seharusnyalah. Penyelesaian sengketa secara
alternative lebih dipilih oleh masyarakat Desa Padang Halaban karena
penyelesaian dengan cara ini tidak banyak biayanya. Mereka
menyadari bahwa tidak mungkin mereka menyelesaikan sengketa
tanahnya melalui jalur hukum karena biayanya yang mahal, sedangkan
mereka sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan
peternak.

xvi

Universitas Sumatera Utara

c. Bagaimana tanggapan saudara terkait upaya yang dilakukan oleh
pemerintah yang dalam hal ini diwakilkan oleh Badan Pertanahan
Nasional Labuhan Batu terhadap penyelesaian konflik agraria yang

terjadi di Desa Padang Halaban?
Jawab :
Hasil dari mediasi yang difasilitasi oleh pemerintah sekitar tahun 2015
lalu yaitu disepakati program kemitraan antara masyarakat dengan
perusahaan. Jadi masyarakat sebgai objek mitra dari PT. SMART dan
PT. SMART sebagai guru yang bermitra. Akan tetapi, masyarakat
tetap menolak dengan alasan itu karena dirasa hanya membodohbodohi dan menipu masyarakat. Karena program dari bermitra yang
diusulkan PT.SMART dirasa hanya merugikan masyarakat, yang
ujung-ujungnya juga terus menyerobot lahan masyarakat.
Pihak PT. SMART
1. Bapak Syahnal selaku Humas PT. Smart
a. Bagaimana tanggapan Bapak terkait konflik agraria yang terjadi antara
PT. Smart dengan masyarakat?
Jawab :
Sejak berdirinya PT. Sinar Mas Agro Resourcse and technology
dengan Surat Keputusan Kehakiman No. J.A.5/115/3 tanggal 29
Agustus 1963. Sebelum mendapatkan ijin PT. SMART sudah
melakukan survey terlebih dahulu ke kabupaten-kabupaten yang
berpotensi sebagai penyuplai bahan baku. Sebenarnya PT. SMART
tidak melihatadanya konflik pada waktu meminta izin pada kementrian

dari hasil rekomendasi dari Bupati Labuhan Batu Utara.Pada
prinsipnya semua perizinan dan rekomendasi didukung.
b. Bagaimana upaya perusahaan terhadap penyelesaian konflik agraria
yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat di Desa Padang
Halaban?
Jawab :
Bentuk usaha yang dilakukan PT. SMART untuk menangani konflik
ini seperti : (a) surat menyurat, (b) peringatan-peringaan, (c) dilakukan
konseling di DPRD, (d) konseling di polisi, dan (e) pada ujungnya ke
pengadilan untuk membuat laporan-laporan, tetapi apa yang
diharapkan oleh PT. SMART tidak tercapai sehingga persoalan tanggal

xvii

Universitas Sumatera Utara

2 Juni 2012 menjadi puncak dari usaha yang tidak mendapat titik temu.
Begitu banyak konflik yang bertikai dengan mengarahkan solusinya
kepada hukum, ini dikarenakan pihak PT. SMART sudah ada
merasakan tindak hukum yang pada tanggal 2 Juni 2012 lalu. Petani

akan tetap miskin tetapi dibalik itu semua mereka ada investor besar
dibelakangnya agar mereka bias bergerak. Oleh karena itu petani akan
selalu tetap termarginalkan. Dan siklus ini akan terus begitu terus.
c. Bagaimana tanggapan Bapak terkait upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini yang diwakilkan oleh Badan Pertanahan
Nasional Labuhan Batu terhadap penyelesaian konflik agrarian yang
terjadi di Desa Padang Halaban?
Jawab :
Ada sekitar tahun 2015, petugas BPN mengunjungi kami dan
menanyakan kedudukan perkara konflik tanah yang terjadi antara
perusahaan kami dengan masyarakat petani Desa Padang Halaban di
area seluas 3.000 Ha. Pada saat itu saya jelaskan bahwa sejarah awal
mulanya konflik bahwa ahun 1999 sebelum berakhirnya seluruhnya
Hak Guna Usaha (HGU) PT. Smart Cooporation, dimana kami dari
PT. Smart Cooporation memohon kepada gubernur pada saat itu untuk
memperpanjang areal HGU PT. Smart Cooporation, Tbk di Kabupaten
Labuhan Batu. Di karenakan adanya permohonan tersebut, gubernur
membentuk tim D Plus (ini dikarenakan HGU PT. Smart Cooporation
berakhir pada tahun 1997 dan 1998), dimana tugas dari tim D plus ini
adalah meneliti, mengidentifikasi, menginvertarisasi, seluruh persoalan

pertanahan. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata hasil yang
diterima oleh gubernur hanya merekomendasikan tanah untuk
perpanjangan HGU seluas ± 3.000 Ha. PT. Smart Cooporation pada
saat itu mengganggap kementerian yang berwenang adalah
kementerian BUMN. Pada saat itu (dictum 3 dan 4 berlaku untuk tanah
sekitar 3.000 Ha). kemudian terbit SK No. 42, 43, 44/HGU/BPN/2002
pada sekitar bulan februari 2002 yang menerangkan Diktum 3 dan 4
menjadi milik negara dan pendistribusiannya, pemanfaatannya
dilakukan oleh gubernur Sumatera Utara setelah memperoleh izin dari
kementerian yang berwenang. Dari areal-areal tersebut yang tidak
diperpanjang, P.T Smart Cooporation mesertifikasi HGU nya,
terkhusus areal yang ada di daerah desa Padang Halaban adalah 100 %
diberi HGU oleh BPN Sumatera Utara kepada P.T Smart

xviii

Universitas Sumatera Utara

Cooporartion. Luas lahan P.T Smart menjadi 3000 Ha dengan
sertifikasi HGU 92/Padang Halaban/2001.Berdasarkan penguasaan ini

pihak P.T Smart Cooporation melakukan penanaman kelapa sawit,
tetapi kelompok ini tidak terinformasi. Selain itu amat disayangkan
tindakan dari petani yang melakukan peracunan terhadap pohon-pohon
sawit yang sudah siap 81 panen,dan berdirinya bangunan-bangunan
liar di tengah-tengah perkebunan sawit yang notabene masih termasuk
lahan P.T Smart Cooporation.

Pihak Badan Pertanahan Nasional Labuhan Batu
1. Bapak Drs. Aminuddin Siregar selaku Kepala Badan Pertanahan Nasional
Labuhan Batu
a. Bagaimana upaya lembaga BPN Labuhan Batu terhadap penyelesaian
konflik yang terjadi antara PT. Smart dengan masyarakat petani Desa
Padang Halaban?
Jawab :
Petugas kami pernah datang ke Desa Padang Halaban pada tahun 2015
menanyakan terkait dokumen putusan pengadilan dan bukti
kepemilikan tanah kepada masyarakat yang berkonflik dengan
perusahaan yang bernama PT. Smart. Dan ada beberapa Dokumen
yang petugas kami kumpulkan dan Dokumen nanti akan menjadi
bahan analisis kami untuk menjadi bahan acuan dalam menangani dan

menyelesaikan konflik di desa tersebut. Oleh karena itu saya menyuruh
petugas kami untuk langsung turun dan menjumpai masyarakat sekitar
untuk mencari bukti data – data tersebut. Selanjutnya kami juga tidak
hanya mengumpulkan data yang bersumber dari masyarakat,
melainkan kami juga turut melakukan pengumpulan data yang
bersumber dari PT. Smart terkait dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan konflik agrarian yang berlangsung di Desa Padang Halaban.
Berdasarkan arsip kami dokumen tersebut antara lain SK HGU yang
dimiliki perusahaan, kronologis pendirian perusahaan, dan dokumendokumen lainnya yang berkenaan dengan pengelolaan asset
perusahaan di wilayah Desa Padang Halaban. Kemudian Mediasi
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang kami atur bahwa tahapan
awal yang harus dipersiapkan sebelum mediasi ialah menentukan siapa
yang menjadi penengah atau mediator, tempat, dan waktu. Selanjutnya
pada tahapan mediasi berlangsung, maka pihak penengah atau

xix

Universitas Sumatera Utara

mediator harus mendengarkan kembali pihak-pihak yang

berkepentingan terkait pendapat masing-masing pihak dalam
memandang kedudukan perkara, kemudian ditahapan akhir akan
diajukan kesimpulan sebagai resolusi dari proses mediasi yang
berlangsung tersebut.
Pihak Elemen Organisasi
1. Bapak Ali Paganum selaku Sekjend Aliansi Gerakan Reforma Agraria
(AGRA), sebuah aliansi organisasi kaum tani.
a. Bagaimana pendapat bapak terkait kebijakan Jokowi – JK terhadap
pembangunan Agraria?
Jawab :
Persoalan penyelesaian kasus pertanahan yang dicanangkan melalui
kementerian agraria dan tata ruang bukanlah cara yang tepat untuk
penyelsaian konflik agraria. Penyelesaian kasus pertanahan berakar dari
tetap eksisnya kasus monopoli tanah yang terjadi di pedesaan. Salah
satunya seperti yang terjadi di Desa Padang Halaban. Tanah yang
merupakan bagian dari hal terpenting dari kehidupan kaum tani ternyata
masih termonopoli oleh para tuan tanah seperti yang dilakukan oleh PT.
SMART. Percuma saja jika dilahirkan kebijakan penyelesaian konflik
agraria jika pelaksanaan reforma agraria sejati tidak pernah
dilaksanakan. UU Pokok Agraria yang menjadi basis hukum bagi kaum

tani untuk berdaulat atas tanahnya tidak pernah dijalankan oleh
pemerintahan Jokowi. Bahkan hal terbaru ditahun 2016 ini,
pemerintahan Jokowi mencoba untuk menstimulus kepercayaan
masyarakat dengan mengeluarkan kebijakan “reforma agraria palsu”.
Persoalan kaum tani bukan hanya persoalan tanah sebenarnya,
persoalan sarana dan prasarana produksi, harga jual hasil pertanian,
subsidi pupuk, dan sistem tengkulak dipedesaan juga menjadi hal yang
menghambat kegiatan produksi pertanian kaum tani. Akan tetapi
pemerintahan Jokowi tidak berbicara soal ini dan artinya juga tidak ada
niatan serius untuk menyelesaiakan persoalan kaum tani.
b. Bagaimana pendapat bapak terkait kebijakan Jokowi – JK yang tertuang
dalam permen agraria dan tata ruang no.11 tahun 2016?
Jawab :
Sejatinya konflik agraria tidak akan pernah selesai selama sistem
monopoli dan perampasan tanah masih terus ada di Indonesia.
Kebijakan apapun jika dikeluarkan akan tetapi negara masih terus
membiarkan monopoli tanah tetap eksis, selama itu pula konflik akan

xx

Universitas Sumatera Utara

terus ada. Konflik agararia adalah dampak, sedangkan monopoli adalah
penyebab utamanya. Jangan berharap penyelesaian konflik agraria
melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 11 Tahun 2016
adalah jalan keluar dari penyelesaian konflik selama perusaahan negara,
perusahaan swasta maupun perusahaan internasional masih
mengeksploitasi tanah di Indonesia.
2. Bapak Harry Sandy AME selaku Kadep Organisasi Asian Peasant
Coalation (APC) sebuah aliansi organisasi buruh tani di wilayah asia.
a. Bagaimana pendapat bapak terkait Kebijakan Jokowi – JK tentang
Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah?
Jawab :
Kebijakan tentang Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum adalah
skema culas yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi-JK untuk
semakin memperluas tanah tuan-tuan tanah internasional. Tentu saja ini
akan semakin mempertinggi angka buruh tani di Indonesia. Hasil
investigasi APC bahwa satu keluarga kaum tani itu hanya memiliki
rata-rata 0,5 Ha. Mengatasnamakan kepentingan umum maka tanahtanah akan diberikan kepada pihak swasta, keadaan ini akan segaris
lurus dengan perampasan tanah kaum tani di pedesaan dan semakin
mempertinggi angka buruh tani dan pengangguran di perkotaan. Maka
dengan tegas APC perwakilan Indonesia mengecam dengan tegas
kebijakan Perpres No 71 Tahun 2012 adalah kebijakan anti terhadap
kaum tani.
3. Bapak Rudi Harto Habedaman selaku koordinator Front Perjuangan
Rakyat (FPR), sebuah aliansi masyarakat yang tergabung dalam beberapa
organisasi seperti elemen Mahasiswa, Buruh, Tani, Lembaga Hukum dan
Masyarakat Adat.
a. Bagaimana pendapat bapak terkait kebijakan Jokowi – JK tentang PP
No. 104 Tahun 2015 tentang tata cara perubahan fungsi dan kawasan
hutan?
Jawab :
Kebijakan tentang tata kelola perubahan fungsi dan kawasan hutan
akan bertentangan dengan reforma agraria sejati. Yang seharusnya
negara sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab akan
pendistribusian tanah kepada masyarakat, nyatanya negara malah
menjadi penguasa tanah paling luas dan paling besar.
Mengatasnamakan PERHUTANI, PTPN, Taman Nasional dan
INHUTANI negara telah banyak menjadi aktor konflik dengan

xxi

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Selaras dengan kebijakan ini pula, negara akan semakin
melegalkan perampasanan tanah dan terus memperluas konflik
diberbagai daerah.

Lampiran 2
Permen ATR No. 11 Tahun 2016
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG
PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK
Bagian Kesatu
Dasar Penyelesaian
Paragraf 1
Umum
Pasal 4
Penyelesaian Sengketa dan Konflik dilakukan berdasarkan:
a. Inisiatif dari Kementerian; atau
b. Pengaduan masyarakat.
Paragraf 2
Inisiatif dari Kementerian

Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan penyelesaian Sengketa dan Konflik berdasarkan inisiatif
dari Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, Kementerian
melaksanakan pemantauan untuk mengetahui Sengketa dan Konflik yang terjadi
dalam suatu wilayah tertentu.

xxii

Universitas Sumatera Utara

(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara rutin oleh
Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah BPN atau Dirjen terhadap
pengaduan atau pemberitaan pada surat kabar terkait Sengketa dan Konflik
(3) Kepala Kantor Pertanahan melaporkan hasil pemantauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Kantor Wilayah BPN setiap 4 (empat)
bulan sekali dan ditembuskan kepada Menteri.
(4) Dalam hal hasil pemantauan perlu ditindaklanjuti, Menteri atau Kepala Kantor
Wilayah BPN memerintahkan Kepala Kantor Pertanahan untuk melakukan
kegiatan penyelesaian Sengketa dan Konflik.

Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa dan Konflik
Yang Merupakan Kewenangan Kementerian
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
(1) Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1),
Kepala Kantor Pertanahan menyampaikan hasil pengumpulan data dan analisis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11, kepada:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, dalam hal keputusan pemberian hak,
konversi/penegasan/pengakuan, pembatalan hak atas tanah yang menjadi objek
Sengketa dan Konflik diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan; atau
b. Menteri, dalam hal:
1) keputusan pemberian hak, konversi/penegasan/ pengakuan, pembatalan hak
atas tanah atau penetapan tanah terlantar yang menjadi objek sengketa dan konflik
diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri; dan/atau
2) Sengketa dan Konflik termasuk dalam karakteristik tertentu.
(2) Penyampaian hasil pengumpulan data dan analisis kepada Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan oleh Kepala Kantor
Pertanahan dengan tembusan Kepala Kantor Wilayah BPN.
(3) Sengketa dan Konflik dengan karakteristik tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b angka 2), meliputi:
a. menjadi perhatian masyarakat;
b. melibatkan banyak pihak;

xxiii

Universitas Sumatera Utara

c. mempunyai nilai yang tinggi baik dari segi sosial, budaya, ekonomi,
kepentingan umum, pertahanan dan keamanan; dan/atau.
d. permintaan instansi yang berwenang atau penegak hukum.

Pasal 14
(1) Setelah menerima hasil pengumpulan data dan hasil analisis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri
memerintahkan pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani Sengketa,
Konflik dan Perkara untuk menindaklanjuti proses penyelesaiannya.
(2) Dalam hal terdapat Sengketa atau Konflik yang perlu ditangani oleh Tim,
Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri dapat membentuk Tim Penyelesaian
Sengketa dan Konflik paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil
pengumpulan data dan hasil analisis dari Kantor Pertanahan.
(3) Dalam hal Kepala Kantor Wilayah BPN membentuk Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka Tim Penyelesaian Sengketa dan Konflik pada
Kantor Wilayah BPN, terdiri dari:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, sebagai ketua merangkap anggota;
b. Kepala Bidang, sebagai anggota;
c. Kepala Bidang teknis terkait, sebagai anggota;
d. Kepala Kantor Pertanahan, sebagai anggota;
e. Kepala Seksi, sebagai anggota;
f. Kepala Seksi teknis terkait, sebagai anggota; dan
g. Staf yang menangani Sengketa dan Konflik, sebagai anggota.
(4) Dalam hal Menteri membentuk Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka Tim Penyelesaian Sengketa dan Konflik pada Kementerian, terdiri dari:
a. Dirjen yang menangani Sengketa, Konflik dan Perkara, sebagai ketua
merangkap anggota;
b. Direktur yang menangani Sengketa, Konflik dan Perkara, sebagai anggota;
c. Direktur teknis terkait, sebagai anggota;
d. Kepala Biro Hukum dan Humas, sebagai anggota;
e. Kepala Kantor Wilayah BPN, sebagai anggota;
f. Kepala Sub Direktorat yang menangani Sengketa, Konflik, dan Perkara, sebagai
anggota;

xxiv

Universitas Sumatera Utara

g. Kepala Bidang Kantor Wilayah BPN, sebagai anggota;
h. Kepala Kantor Pertanahan, sebagai anggota; dan
i. Kepala Seksi, sebagai anggota.
j. Staf yang menangani Sengketa, Konflik, dan Perkara, sebagai anggota.
(5) Pembentukan Tim Penyelesaian Sengketa dan Konflik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) dibuat dengan Keputusan Menteri atau Kepala Kantor
Wilayah BPN.
(6) Keputusan Pembentukan Tim Penyelesaian Sengketa dan Konflik dibuat
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 15
Pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani Sengketa, Konflik dan Perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) atau Tim Penyelesaian Sengketa
dan Konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4)
mempunyai tugas:
a. melakukan pengkajian dan pemeriksaan lapangan;
b. melakukan paparan, apabila diperlukan; dan
c. menyusun serta menyampaikan Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan.

xxv

Universitas Sumatera Utara

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2016
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Ttd.

FERRY MURSYIDAN BALDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 April 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 569 TAHUN 2016

xxvi

Universitas Sumatera Utara