Analisis Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya
umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah
cukup berhasil, karena umur harapan hidup (UHH) bangsa Indonesia telah meningkat
(Notoatmodjo, 2007).

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93%
dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia
di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian,
pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22
juta jiwa (BPS, 2012). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun, angka ini
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65
tahun (Kemenkes RI, 2013).

Word Health Organization (WHO) telah memperhitungkan bahwa di tahun
2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 41,4%
yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa
Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2050 jumlah warga lansia di Indonesia

sebanyak  60 juta jiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia berada pada peringkat ke-4

1

2

untuk jumlah penduduk lansia terbanyak setelah China, India dan Amerika Serikat
(Notoatmodjo, 2007).
Meningkatnya umur harapan hidup, disisi lain juga membawa beban bagi
masyarakat karena bertambahnya populasi penduduk lansia. Hal ini berarti kelompok
risiko tinggi dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi lagi. Peningkatan jumlah
lansia dapat berdampak pada timbulnya berbagai masalah jika tidak ditangani dengan
segera. Secara biologis, penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami
proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit.
Berbagai pihak menyadari bahwa dengan bertambahnya jumlah lansia di Indonesia

akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan kesehatannya. Saat ini angka
kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya disamping masih adanya
kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai
masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaanya (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu Departemen Kesehatan
Republik Indonesia mengembangkan suatu program pembinaan kesehatan lanjut usia
dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama
puskesmas dan posyandu lanjut usia. Dengan adanya program ini diharapkan
terbentuk suatu masyarakat lanjut usia yang berdaya guna, mandiri dan aktif dalam
menjalankan fungsi kehidupannya secara optimal.

3

Pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) lansia adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan dalam
wilayah kerja masing- masing puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia
berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang

memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. Posyandu lansia merupakan
wahana pelayanan bagi kaum lansia yang dilakukan dari, oleh, dan untuk lansia yang
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2007).
Posyandu lanjut usia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas
dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan
pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain. Posyandu lansia
direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Lurah, kepala lingkungan,
petugas kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih.
Kader dapat berasal dari anggota PKK, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat
lainnya (Depkes RI, 2000).
Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi. KMS lansia adalah sebuah kartu catatan tentang
perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke posyandu lansia.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan

4


status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan
protein dalam urin, pelayanan rujukan ke Puskesmas dan penyuluhan kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran (Ismawati, 2010).
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013, Sumatera
Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia
setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berdasarkan Data dari BPS
Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk Sumatera Utara tahun 2013 tercatat
sebesar 13.326.307 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 186 per km2 .
Angka harapan hidup penduduk Sumatera Utara diperkirakan mengalami peningkatan
periode 2009 -2013, tahun 2009 UHH 69,35, tahun 2010 UHH 70,9, tahun 2011
UHH 70,9, tahun 2012 UHH 71, tahun 2013 UHH 71,6. Berdasarkan angka-angka
tersebut, terlihat ada peningkatan UHH penduduk setiap tahunnya.
Kecamatan Kolang merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Tapanuli
Tengah yakni 400,65 Km2 (18,25 persen). Berdasarkan data dari Koordinator Statistik
Kecamatan Kolang tahun 2014 jumlah pra lansia dan lansia di Kecamatan Kolang
usia 45-75 tahun berjumlah 3.010 orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Kolang

penyakit yang paling banyak diderita lansia pada tahun 2014 yaitu, hipertensi,
rematik, asam urat (gout), batuk dan influenza.

5

Kecamatan Kolang memiliki tiga posyandu lansia yaitu Posyandu Merpati
Putih di Kelurahan Pasar Onan Hurlang, Posyandu Merpati Biru di Kelurahan Kolang
Nauli dan Posyandu Lestari di Desa Satahi Nauli. Kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan di posyandu lansia Kecamatan Kolang yaitu berupa kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah,
senam lansia, pemberian makanan tambahan, penyuluhan kesehatan/gizi, tetapi tidak
dilakukan penilaian status gizi dan lansia juga tidak memiliki KMS, sehingga tidak
ada data tentang status gizi lansia di Kecamatan Kolang.
Penyakit yang terjadi pada lansia sangat erat kaitannya dengan masalah status
gizi baik itu gizi kurang, gizi baik, gizi lebih dan obesitas. Kondisi seperti ini dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus, batu empedu, gout (rematik), ginjal, sirosis hati dan
kanker (Maryam, 2008).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Kolang
dengan melakukan penilaian status gizi lansia dengan cara antropometri terhadap 20

orang lansia, didapatkan hasil bahwa dari 20 lansia yang diukur status gizi, 7 orang
lansia memiliki status gizi lebih, 9 orang lansia status gizinya normal dan 4 orang
memiliki status gizi kurang.
Pemeriksaan status gizi yang dilakukan pada masyarakat termasuk lansia
diharapkan mampu mencegah berbagai penyakit akibat berbagai masalah gizi atau
dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan intervensi-intervensi kesehatan
sehubungan dengan penyakit yang telah diderita oleh individu atau kelompok

6

masyarakat tertentu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Ismawati,
2010).

Seyogyanya pelayanan gizi merupakan bagian pelayanan kesehatan bagi

lansia yang dapat dilakukan di semua fasilitas pelayanan baik pemerintah atau swasta.
Sehingga perlu dikembangkan tatalaksana gizi usia lanjut yang merupakan bagaian
dalam program kesehatan usia lanjut. Dengan meningktanya pelayanan gizi pada usia
lanjut diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi usia lanjut sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lansia. Oleh karena itu perlu

dikembangkan pelayanan gizi di posyandu

lansia Kecamatan Kolang yang

merupakan bagian dalam program kesehatan lansia.
Pendekatan dalam melaksanakan program kesehatan lansia adalah pendekatan
keluarga dan masyarakat, serta prioritas pertamanya adalah memelihara dan menjaga
yang sehat tetap sehat serta yang sakit agar menjadi sehat (Maryam, 2008).
Pemberdayaan penduduk lansia mengacu pada pemberdayaan potensi diri mereka
sehingga para lansia dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbagai aktivitas,
baik sosial, ekonomi maupun politis sehingga mengurangi ketergantungan terhadap
orang lain dan mendorong para lansia untuk mandiri (Suadirman, 2011).
Tetap sehat sampai akhir hayat adalah salah satu pedoman hidup lansia,
sebenarnya yang diinginkan masyarakat bukanlah masyarakat usia tua, melainkan
masyarakat panjang umur yang sehat dan masih aktif, bahkan negara juga
menginginkan agar lansia dapat tetap produktif dan mandiri sehingga tidak menjadi
beban bagi generasi muda dan pemerintah (Suprapto, 1998). Oleh karena itu dalam
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 pasal 139 mengatakan pemerintah

7


wajib menjamin ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan
ekonomis, oleh karena itu diperlukan upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia
dengan membentuk pos pelayanan terpadu usia lanjut/posbindu lansia (Kemenkes,
2010).
Menurut Pujiono (2009), kualitas hidup lansia yang aktif ke posyandu akan
lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu. Hal tersebut dikarenakan
lansia yang aktif ke posyandu mendapatkan pelayanan kesehatan dasar setiap bulan.
Namun dalam kenyataannya kegiatan posyandu lansia yang diselenggarakan oleh
Puskesmas Kolang kurang diminati bila dibandingkan dengan posyandu untuk balita.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Berdasarkan laporan yang diperoleh 6 bulan terakhir sejak September tahun 2014
jumlah lansia yang datang ke posyandu sebanyak 73 orang, bulan Oktober tahun 2014
sebanyak 76 orang, bulan November tahun 2014 sebanyak 67 orang, bulan Desember
tahun 2014 sebanyak 65 orang, bulan Januari tahun 2015 sebanyak 69, bulan Februari
tahun 2015 sebanyak 71 orang atau sekitar 7-8 % dari total jumlah lansia di tiga
kelurahan/desa, yaitu Kelurahan Pasar Onan Hurlang, Kelurahan Kolang Nauli dan
Desa Satahi Nauli sebanyak 920 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat
masyarakat dalam memanfaatkan posyandu lansia masih sangat rendah. Pemanfaatan

posyandu lansia yang masih sangat rendah di Kecamatan Kolang disebabkan berbagai
faktor.

8

Teori yang mengungkap determinan perilaku antara lain adalah teori
Lawrence Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2012) bahwa perilaku dibentuk
dari tiga faktor. Faktor predisposisi (presdiposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinaan, umur, dan jenis kelamin. Faktor pendukung
(enabling factors) yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan misalnya sumber daya kesehatan, keterjangkauan, dan komitmen. Faktor
penguat/pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas atau
tokoh masyarakat. Faktor tersebut berhubungan dengan kunjungan lansia ke
posyandu lansia.
Rendahnya pemanfaatan posyandu lansia di Kecamatan Kolang dilihat dari
jumlah kehadiran lansia di posyandu lansia setiap bulan yaitu sekitar 7-8% dari total
jumlah pra lansia dan lansia dikelurahan Pasar Onan Hurlang, Kelurahan Kolang
Nauli dan desa Satahi Nauli, maka melihat kenyataan ini penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian mengenai analisis faktor yang memengaruhi pemanfaatan
posyandu lansia di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
“Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia di
Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015”.

9

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor (umur, jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan/kader)
yang memengaruhi pemanfaatan posyandu lansia di Kecamatan Kolang Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2015.

1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, jarak,
dukungan keluarga, peran petugas kesehatan/kader) terhadap pemanfaatan posyandu
lansia di Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2015.


1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pihak puskesmas dan petugas kesehatan/kader untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di posyandu lansia Kecamatan Kolang.
2. Sebagai bahan masukan bagi anggota keluarga, pra lansia dan lansia untuk lebih
memperhatikan kesehatan para lansia dengan memanfaatkan pelayanan posyandu
lansia.