PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK KELAS X IIS I SMA NEGERI 6 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PESERTA DIDIK

KELAS X IIS I SMA NEGERI 6 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Helmawati

Aspek kemampuan menulis yang rendah pada Peserta Didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: (1) untuk memperbaiki perencanaan pembelajaran keterampilan menulis; (2) untuk memperbaiki proses pembelajaran keterampilan menulis; (3) untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS I melalui pendekatan saintifik.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Metro, dengan objek peserta didik kelas X IIS I tahun pelajaran 2014/2015.

Hasil penelitian ini, menunjukkan adanya perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis, serta peningkatan kemampuan menulis melalui pendekatan saintifik pada peserta didik kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro. Nilai perencanaan pada pratindakan adalah 68,25, siklus I 92,42, siklus II 93,93, dan siklus III 96,96. Nilai pelaksanaan pembelajaran pada pratindakan adalah 65,67, siklus satu 85,16, siklus dua 90,96, dan siklus tiga 95,46. Nilai rata-rata kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS I pada pratindakan 65,9, siklus satu 71,1, siklus dua 74,29, dan siklus tiga 85. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan saintifik dapat: (1) memperbaki perencanaan pembelajaran keterampilan menulis; (2) memperbaiki proses pembelajaran keterampilan menulis; (3) meningkatkan kemampuan menulis Peserta Didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro tahun pelajaran 2014/2015.


(2)

ABSTRACT

INCREASING WRITING ABILITY THROUGH SCIENTIFIC APPROACH AT STUDENTS OF TENTH

GRADE IIS I OF SMA NEGERI 6 METRO ACADEMIC YEAR 2014/ 2015

By Helmawati

The low writing ability of students of tenth grade IIS I of SMA Negeri 6 Metro is one of the problem in this research. The research aims 1) to increase lesson plan of writing ability; 2) to increase writing ability lesson proces; 3) to increase achievement of writing ability at students of tenth grade IIS I of SMA Negeri 6 Metro.

This research was done classroom action research approach. Procedure of research was done by three cycles, and every cycle consits of planing, treatment, observation, and reflection. Classroom Action Research was done at SMA Negeri 6 Metro, and object of this research are students of tenth grade IIS I academic year 2014/ 2015.

Result of this research shown that there is effort of teacher in increasing lesson planing and also increasing writing ability through saintific approach of students of tenth grade IIS I of SMA Negeri 6 Metro. Lesson plan score at pre cycle was 68,25. Lesson plan score at first cycle was 92,42, second cycle was 93,93 and third cycle was 96,96. Score of students activity in learning implementation at pre cycle was 65, 67 at first cycle was 85, 16, second cycle was 90, 96 at third cycle was 95,46. Average score of writing ability at students of tenth grade IIS I at pre cycle was 65,9 at firt cycle was 71,1 second cycle was 74, 29 and third cycle was 85. It can be concluded that, this research result show that scientific approach can: 1) increase lesson plan in writing ability; (2) increase lesson process in writing ability; 3) increase students’ achievement of in writing ability at tenth grade of IIS I of SMA Negeri 6 Metro academic year 2014/2015.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Raja Basa Baru, Lampung Timur pada tanggal 1 Maret 1973, dan putri kelima dari delapan bersaudara. dari pasangan Bapak Zainuddin (Almarhum) dan Ibu Fatimah. (Almarhumah). Peneliti menikah dengan Bapak Zakuwan, S.Ip., pada tahun 2001. Saat ini, peneliti Alhamdulillah telah dikaruniai satu orang putri yang bernama Annisa Zakuwan

Jenjang pendidikan yang peneliti tempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Raja Basa Baru, Lampung Timur diselesaikan tahun 1987. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1990. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Labuhan Maringgai, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1993. Kuliah di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung diselesaikan tahun 1998. Pada tahun 2012, peneliti menempuh pendidikan di Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Lampung.

Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil tahun 2000 dan ditugaskan pada SMP Negeri 3 Baradatu, Way Kanan sebagai Guru Bahasa Indonesia. Pada tahun 2002, peneliti bertugas di SMP Negeri 4 Metro. Sejak 30 Sepember 2012, peneliti dialih tugaskan sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 6 Metro sampai dengan sekarang.


(8)

MOTO

86. Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.

QS: An Nisaa: 86).

! ! " # $ ! % # %

&' % () !

# * # !"%

* ! +' # ! ! ! #% # $ " , -() ./ 0

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan-nya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri maaflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat dan hidayah yang Allah SWT limpahkan, peneliti mempersembahkan tesis ini, kepada:

1. Suamiku Tercinta, Bapak Zakuwan, S.Ip., yang telah membantu dan memotivasi serta mendoakan keberhasilan peneliti;

2. Permata Hatiku, Annisa Zakuwan yang telah mengerti dan memotivasi, serta mendoakan penyelesaian studi peneliti;


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah peneliti bersyukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, hidayah, dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan Saintifik pada Peserta Didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.” Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung. Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Prof. Dr. Hi. Patuan Raja, M.Pd., selaku pembimbing 1, yang dengan tulus, sabar, dan gigih, membimbing peneliti dari awal hingga akhir penelitian;

2. Dr. Hj. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembimbing II, yang dengan tulus, sabar, gigih, membimbing peneliti dari awal hingga akhir penelitian; 3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., sebagai pembahas dan ketua

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memotivasi dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian penelitian ini, sekaligus sebagai Ketua Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Dr. Karomani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah dengan tulus, sabar, dan gigih membimbing peneliti dari awal sampai dengan akhir penelitian;

5. Seluruh Ibu dan Bapak Dosen Pascasarjana, serta Ibu dan Bapak Staf Tata Usaha Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, atas ketulusannya membimbing dan mengarahkan serta memotivasi peneliti dari awal hingga akhir penelitian. 6. Dr. Hi. Edi Suyanto, M.Pd., sebagai Sekretaris Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung, yang turut gigih membimbing dan mengarahkan serta memotivasi penyelesaian penelitian ini;

7. Dr. Hi. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung beserta stafnya.

8. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung;

9. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Lampung;


(11)

11.Suamiku tercinta, Bapak Zakuwan, S.Ip., dan Permata hatiku Annisa Zakuwan, beserta keluarga besarku yang dengan tulus membantu, memotivasi, dan mendoakan peneliti;

12.Semua Kawan Seperjuangan Mahasiswa MPBSI Unila Angkatan 2012,

2011, dan 2013 yang selalu membantu dan memotivasiku agar tetap semangat menyelesaikan penelitian ini;

13.Drs. Supaijan selaku mantan Kepala SMA Negeri 6 Metro, yang telah banyak membantu baik spritual maupun material, mulai dari awal perkuliahan sampai dengan akhir penelitian ini;

14.Bapak Ibnu Budi Cahyana, S.Sos, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 6 Metro yang telah turut membantu peneliti;

15.Bapak Pendawa Setya Utama, M.Pd. dan Desi Aris Astuti, S.Pd. selaku kolaborator, yang telah membantu dan mengarahkan serta turut memotivasi peneliti dalam penelitian ini;

16.Semua Ibu dan Bapak Guru dan Staf Tata Usaha yang ada di SMA Negeri

6 Metro dan SMP Negeri 4 Metro yang telah membantu dan memotivasi peneliti;

17.Semua pihak yang telah membantu dengan tulus serta sabar, dalam membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penelitian ini. Peneliti selalu berdoa, semoga para pembimbing diberikan kekuatan dan kesabaran dalam melaksanakan tugas pembimbingan selama ini.

Akhirnya penulis berdoa semoga segala bantuan, didikan, bimbingan, dan amal baik semua pihak akan mendapat ridho dan pahala serta diterima oleh Allah SWT sebagai amal jariyah. Aaamiin.

Bandar Lampung, 23 Januari 2015 Peneliti,


(12)

xii DAFTAR ISI Halaman a ABSTRACT... ABSTRAK...

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN PENGESAHAN ...

LEMBAR PERNYATAAN...

RIWAYAT HIDUP...

PERSEMBAHAN...

MOTO...

SANWACANA...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian. ... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.4.1 Manfaat Teoretis... 1.4.2 Manfaat Praktis... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian...

II. LANDASAN TEORI... 2.1 Menulis... 2.1.1 Tujuan Menulis... 2.1.2 Fungsi Menulis... 2.1.3 Proses Menulis... 2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis... 2.1.5 Menulis Teks Eksposisi... 2.1.5.1 Pengertian Teks Eksposisi... 2.1.5.2 Pola pengembangan Teks Eksposisi... 2.1.6 Menulis Argumentasi... 2.1.6.1 Struktur Karangan Argumentasi... 2.1.6.2 Langkah-Langkah Menulis Karangan Argumentasi... 2.1.7 Menulis Teks Pidato Eksposisi...

2.2 Penilaian Komponen Keterampilan Menulis... 2.2.1 Isi Tulisan... 2.2.2 Organisasi Isi... 2.2.3 Tata Bahasa...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xvi xvii xviii 1 1 6 6 6 7 7 8 9 9 10 12 13 14 16 16 17 18 19 20 21 23 23 24 24


(13)

xiii 2.2.3.1 Kelogisan... 2.2.3.2 Kesejajaran... 2.2.3.3 Kepaduan... 2.2.3.4 Kehematan... 2.2.4 Diksi... 2.2.5 Ejaan... 2.3 Pendekatan Saintifik... 2.3.1 Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik... 2.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis... 2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik... 2.3.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Melalui Pendekatan Saintifik... 2.4 Model-Model Pembelajaran pada Kurikulum 2013... 2.5 Penelitian yang Relevan... III. METODE PENELITIAN...

3.1 Pendekatan Penelitian ... 3.2 Setting Penelitian ...

3.2.1 Tempat Penelitian. ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 3.4 Sumber Data ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data... 3.5.1 Teknik Tes... 3.5.2 Teknik Nontes... 3.5.2.1 Observasi... 3.5.2.2 Wawancara... 3.5.2.3 Dokumentasi... 3.6 Kisi-Kisi Instrumen... 3.6.1 Kisi-Kisi Obervasi Aktivitas Peserta Didik... 3.6.2 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Pendidik... 3.7 Kriteria Penilaian... 3.8 Validitas dan Reabilitas Data... 3.8.1 Validitas Data... 3.8.2 Reliabilitas Data... 3.9 Analisis Data ...

3.9.1 Analisis Wacana (Discourse Analysis)... 3.9.2 Analisis Isi (Content Analysis)... 3.10 Indikator Keberhasilan ... 3.11 Prosedur Penelitian... 3.11.1 Perencanaan... 3.11.2 Tindakan... 3.11.3 Observasi... 3.11.4 Refleksi...

IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN... 4.1 Kondisi Peserta Didik sebelum Tindakan (Prasiklus)... 4.2 Hasil Siklus1... 4.2.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus 1... 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1... 4.2.3 Observasi pada Siklus I... 4.2.4 Refleksi Tindakan Siklus I... 4.3 Hasil Siklus II...

25 26 27 28 28 29 29 30 31 36 38 38 39 41 44 44 45 46 46 46 46 47 47 47 48 49 50 50 51 52 53 60 60 61 61 61 62 64 64 64 65 67 67 68 68 74 75 80 85 86 89


(14)

xiv

4.3.1 Perencanaan Siklus II... 4.3.2 Pelaksanaan Proses Pembelajaran pada Siklus II... ... 4.3.3 Observasi pada Siklus II... 4.3.4 Refleksi Tindakan Siklus II... 4.4 Hasil Siklus III... 4.4.1 Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 4.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 4.4.3 Observasi pada Siklus III... 4.4.4 Refleksi Tindakan Siklus III... 4.5 Pembahasan ... 4.5.1 Perencanaan Pembelajaran Menulis Melalui Pendekatan Saintifik... 4.5.2 Proses Pelaksanaan Pembelajaran... 4.5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Peserta Didik Kelas X IIS I... 4.6 Keterbatasan Penelitian...

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran ...

DAFTAR RUJUKAN...

LAMPIRAN ... 90 98 102 103 106 107 109 114 119 120 120 122 126 130 131 131 132 134 137


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

a

1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Keterampilan Menulis Peserta Didik Kelas X IIS I Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015... 2. Tahap dan Kegiatan dalam Proses Menulis ... 3. Kegiatan Pembelajaran Peserta Didik yang Diobservasi... 4. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Peserta Didik... 5. Perencanaan Pembelajaran... 6. Pelaksanaan Pembelajaran... 7. Instrumen Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 8. Rentang Nilai Perencanaan Pembelajaran... 9. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran... 10. Rentang Nilai Kemampuan Menulis... 11. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan... 12. Format Pengolahan Nilai Kemampuan Menulis Peserta Didik... 13. Rencana Tindakan... 14. Penilaian Perencanaan Pembelajaran pada Pratindakan (Prasiklus)... 15. Rentang Nilai... 16. Rentang Nilai Kompetensi Menulis Paragraf Argumentasi pada Pratindakan.. 17. Nilai Rata-Rata Kompetensi Menulis Per Indikator pada Peserta

Didik SMA Negeri 6 Metro pada Pratindakan ... 18. Rentang Nilai Kompetensi Menulis dan Nilai Kompetensi Menulis

pada Prasiklus dan Siklus 1... 19. Peningkatan Kompetensi Menulis Paragraf Argumentasi pada Prasiklus dan Siklus I... 20. Rekapitulasi Kelemahan Siklus I dan Solusi untuk Siklus II... 21. Rentang Nilai Kompetensi Menulis pada Siklus II Peserta Didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro... 22. Peningkatan Kompetensi Menulis Melalui Pendekatan Saintifik dari Siklus I ke Siklus II ... 23. Rekapitulasi Kelebihan dan Kelemahan pada Siklus II serta Solusi untuk Siklus III... 24. Rentang Nilai Kompetensi Meunlis pada Siklus III Peserta Didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro... 25. Peningkatan Kompetensi Menulis Melalui Pendekatan Saintifik dari Siklus II ke Siklus III... 26. Penilaian Perencanaan Pembelajaran Menulis pada Siklus III...

2 14 49 50 52 52 54 55 56 57 57 59 65 69 71 73 73 83 84 88 100 101 105 112 113 115


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

a

1. Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Pratindakan... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 5. Silabus... 6. Insrumen Penilaian RPP Siklus 1... 7. Instrumen Penilaian RPP Siklus II... 8. Instrumen Penilaian RPP Siklus III... 9 . Aktivitas peserta didik siklus I... 10. Aktivitas peserta didik siklus II... 11. Aktivitas peserta didik siklus III... 12. Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Siklus 1... 13. Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Siklus II... 14. Rekapitulasi Penilaian Menulis pada Siklus III... 15. Instrumen Wawancara Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui

Pendekatan Saintifik... 16. Penilaian Proses Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I... 17. Penilaian Proses Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II... 18. Penilaian Proses Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus III... 19. Soal Menulis Paragraf Argumentasi dalam Teks Eksposisi Siklus I... 20. Soal Menulis Teks Eksposisi Siklus II... 21. Soal Menulis Teks Pidato Eksposisi pada Siklus III... 22. Surat Izin Penelitian ... 23. Surat Keterangan Penelitian... 24. Contoh Hasil Menulis Peserta Didik Kelas X IIS I... 25. Dokumen Foto Proses Pembelajaran... 26. Instrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan Saintifik... 27. Instrumen Wawancara pada Siklus I... 28. Instrumen Wawancara pada Siklus II... 29. Insrumen Wawancara pada Siklus III... 30. Daftar Nilai Perencanaan Pembelajaran Pratindakan... 31. Soal Menulis Argumentasi pada Pratindakan... 32. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada Pratindakan...

138 139 153 167 175 178 180 182 184 185 186 187 188 189 190 192 194 196 198 201 202 204 205 206 210 215 216 217 219 221 227 229 231


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

a

1. Grafik Rata-Rata Menulis Paragraf Argumentasi pada Prasiklus dan

Siklus I... 2. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan

Saintifik... 3. Grafik Nilai Kompetensi Menulis Per Indikator Melalui Pendekatan

Saintifik pada Siklus II dan Siklus III...

84 102 114


(18)

I. PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini, peneliti membahas latar belakang masalah. Hal tersebut dilakukan dengan membahas mengapa peningkatan kemampuan menulis itu sangat penting dilakukan di SMA Negeri 6 Metro. Selanjutnya, peneliti akan membahas pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang dipandang sangat cocok, untuk meningkatkan kemampuan menulis. Selain hal tersebut, peneliti akan membahas rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki peran sangat penting dalam dunia pendidikan. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena menulis merupakan aktivitas komunikasi penyampaian informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan tulisan sebagai medianya (Tarigan: 2008: 4).

Menulis dapat membuat peserta didik terbiasa menyusun tulisan berupa kata-kata yang membentuk kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf yang sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penulisan paragraf dalam karangan. Selain itu, peserta didik juga dikenalkan dengan tata cara menulis yang sesuai aturan, sehingga tidak rancu dalam penulisan paragraf atau teks, dan


(19)

disesuaikan dengan situasi maupun kondisi untuk siapa, dalam hal apa, dan di mana. Dengan demikian, penulis terbiasa mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan.

Keterampilan menulis bukanlah semata-mata milik seseorang yang memiliki bakat menulis, melainkan dengan latihan yang sungguh-sungguh. Keterampilan menulis dapat dimiliki oleh siapa saja (Akhdiah dkk, 2012: 2). Seperti keterampilan lainnya, jika tidak diasah keterampilan menulis pun akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan ketekunan dalam berlatih menulis.

Keterampilan menulis sangatlah penting, namun pada kenyataannya kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.1 yang bersumber dari dokumen Pendidik bahasa Indonesia kelas X IIS 1 tentang nilai rata-rata ulangan harian keterampilan menulis semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

Tabel 1.1Nilai Rata-RataUlangan Harian Keterampilan Menulis Peserta Didik Kelas X IIS 1 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015

NO Hasil Belajar Jumlah

Peserta Didik

Persentase

1 Nilai 75 8 38,09%

2 Nilai < 75 13 61,96

Jumlah 21 100%

Sumber : Dokumen Guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa hasil penilaian yang dilakukan pada akhir pembelajaran, dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75, tercatat hanya 38,09 % atau hanya 8 dari 21 peserta didik yang nilai murninya dapat mencapai di atas KKM. Peserta didik yang belum tuntas sebanyak 61,96% atau 13 dari 21 peserta didik.


(20)

Rendahnya nilai keterampilan menulis peserta didik tersebut, disebabkan proses pembelajaran dan pendekatan pembelajaran keterampilan menulis yang belum efektif. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat yang mengajar bahasa Indonesia di SMA Negeri 6 Metro. Rendahnya keterampilan menulis peserta didik di kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro tersebut tidak dapat didiamkan. Pembelajaran keterampilan menulis perlu diperbaiki, sebagai upaya untuk meningkatkan mutu belajar peserta didik. Jika hal ini tidak diperbaiki, target untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013 tidak akan tercapai.

Proses dan pendekatan pembelajaran keterampilan menulis belum efektif, disebabkan proses pembelajaran yang masih menggunakan paradigma lama. Pendidik merupakan satu-satunya sumber belajar dalam belajar. Pendekatan pembelajaran menulis yang dapat membantu pemecahan masalah dan berpusat pada peserta didik belum dilaksanakan dengan maksimal di kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro.

Rendahnya kemampuan menulis peserta didik tersebut, sangat memerlukan kreativitas pendidik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran menulis, pendidik harus menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran menulis kepada peserta didik. Pendidik dituntut untuk trampil memilih materi menulis yang sesuai dengan minat peserta didik. Pendidik harus menggunakan gaya bahasa yang sederhana, segar, komunikatif, dan bersifat membimbing, agar proses pembelajaran menulis dapat menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik. Pendidik pula dituntut dapat menggunakan pendekatan, metode, dan


(21)

media pembelajaran menulis yang sesuai dengan materi keterampilan menulis yang diajarkan.

Salah satu materi keterampilan menulis yang terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 4.2 dalam Silabus kelas X mata pelajaran bahasa Indonesia SMA dan MA (Wajib) Kurikulum 2013. Kompetensi dasar tersebut adalah memproduksi teks eksposisi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Pelajaran tersebut merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks eksposisi. Pembelajaran teks ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan wawasan pengetahuan mengenai kebebasan berargumentasi dalam forum ekonomi dan politik. Pembelajaran tersebut memiliki tujuan agar peserta didik terampil dan berpikir kritis serta kreatif agar peserta didik mampu bertindak efektif dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata (Kemdikbud, 2014: 69).

Pendekatan saintifik adalah salah satu pendekatan yang sesuai untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013. Hal tersebut disebabkan pendekatan saintifik mempunyai karakteristik sebagai berikut. Karakteristik pendekatan saintifik yang pertama berpusat pada peserta didik. Karakteristik pendekatan saintifik yang kedua melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Karakteristik pendekatan saintifik yang ketiga melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan menggunakan akal budi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Jadi,


(22)

karakteristik-karakteristik tersebut, dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis pada peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro.

Pendekatan saintifik dipandang cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis disebabkan pendekatan tersebut memiliki langkah-langkah pembelajaran secara alamiah dan jelas. Langkah-langkah yang biasa digunakan dalam pembelajaran untuk peningkatan kemampuan menulis dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam penelitian ini sebagai berikut. Peserta didik diarahkan untuk dapat melaksanakan lima kegiatan pendekatan tersebut. Langkah yang pertama mengamati, dalam hal ini, peserta didik mengamati contoh tulisan. Langkah yang kedua menanya, dalam hal ini peserta didik menanya tentang materi menulis yang diamati. Langkah yang ketiga mengasosiasi, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memadukan pengetahuannya dengan lingkungannya dan lain-lain. Langkah yang keempat, mencoba agar peserta didik dapat menuliskan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. Langkah yang kelima, menginformasikan atau mempublikasikan hasilnya dengan cara membacakan di depan kelas atau dengan cara lainnya (Kemdikbud, 2013: 153).

Setelah mencermati hal-hal yang melatarbelakangi masalah di atas, maka diperlu-kan inovasi-inovasi untuk menemudiperlu-kan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagaskan sebagai berikut. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan Saintifik pada Peserta Didik Kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.


(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran keterampilan menulis dengan menggunakan pendekatan saintifik?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan menulis dengan

meng-gunakan pendekatan saintifik?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis peserta didik

kelas X IIS 1 dengan menggunakan pendekatan saintifik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

1) untuk memperbaiki perencanaan pembelajaran keterampilan menulis

melalui pendekatan saintifik;

2) untuk memperbaiki proses pembelajaran keterampilan menulis melalui pendekatan saintifik;

3) untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik

kelas X IIS I melalui pendekatan saintifik.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan menulis. Bagi pendidik/guru bahasa Indonesia sebagai bahan acuan. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses menulis di Kelas X SMA Negeri 6 Metro. Bagi peneliti, penelitian ini dapat membuka kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan


(24)

kemampuan berbahasa melalui pendekatan saintifik untuk memperbaiki mutu pengajaran pendidik.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi banyak pihak, baik manfaat secara teoretis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat secara teoretis dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori tentang

keterampilan menulis melalui pendekatan saintifik.

2. Memberi sumbangan pada kajian pendidikan khususnya kawasan desain

strategi pembelajaran pada penerapan pendekatan saintifik dalam peningkatan kompetensi dasar menulis.

Dengan demikian, penelitian ini dapat membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan menulis. Pendekatan saintifik diharapkan dapat memperbaiki mutu perencanaan pelaksanaan pembelajaran, pelaksaan dan proses pembelajaran menulis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran menulis serta dapat meningkatkan kemampuan menulis melalui pendekatan saintifik.

2. Bagi pendidik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memotivasi pendidik untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja pendidik sehingga pendidik


(25)

mampu merencanakan, melaksanakan, menilai, dan merefleksi diri, serta memperbaiki proses pembelajaran menulis sesuai dengan karakteristik peserta didik.

3. Bagi sekolah bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pendidik mata

pelajaran lain tentang pemanfaatan pendekatan saintifik.

4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat membuka kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan berbahasa melalui pendekatan saintifik untuk memperbaiki mutu pengajaran pendidik.

Berdasarkan uraian tentang manfaat praktis di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini ada tiga. Manfaat bagi peserta didik untuk peningkatan aktivitas dan kreativitas. Manfaat bagi pendidik untuk memotivasi dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Selajutnya, bagi sekolah untuk menambah wawasan semua pendidik tentang pendekatan saintifik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tindakan ini fokus pada upaya meningkatkan kemampuan menulis peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro dengan menggunakan pendekatan saintifik. Kemampuan menulis ini fokus pada aspek kemampuan dasar menulis paragraf argumentasi dalam teks eksposisi, menulis teks eksposisi, dan menulis teks pidato eksposisi.


(26)

II. LANDASAN TEORI

Pada landasan teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal di bawah ini. Pembahasan yang pertama tentang menulis, tujuan menulis, fungsi menulis, faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis, dan menulis teks eksposisi, serta menulis paragraf argumentasi. Pembahasan yang kedua tentang penilaian komponen keterampilan menulis. Pembahasan yang ketiga konsep dasar pendekatan saintifik. Pembahasan yang keempat tentang prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembahasan yang kelima tentang kelebihan pendekatan saintifik. Pembahasan yang keenam pendekatan saintifik dalam keterampilan menulis. Pembahasan yang ketujuh tentang penelitian yang relevan.

2. 1 Menulis

Menulis memiliki beberapa definisi yang dikemukakan para pakar. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan 2008: 22). Menulis merupakan penjabaran suatu gagasan resmi dan teratur, tentang suatu topik atau bahasan paragraf dan berkaitan dengan kegiatan mengarang (Keraf, 2010: 189). Pendapat lain mengatakan bahwa


(27)

menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian informasi secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Dalman, 2012: 3).

Suwarna (2012: 47) menyatakan menulis itu berkaitan dengan latihan yang terus-menerus dan menjadi persoalan teknis yang pada akhirnya membuat seseorang yang terampil berbahasa. Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang bahasa. Menulis melibatkan berbagai aspek kebahasaan yang meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembangan model karangan (Ibrahim dan Wahyuni, 2012: 36).

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis dalah suatu proses menyampaikan gagasan, perasaan, pesan dan angan-angan dalam bentuk simbol atau lambang tulisan yang memiliki makna. Kegiatan menulis, terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang atau tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata yang membentuk frasa atau kalimat, kumpulan kalimat yang membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf yang membentuk wacana atau paragraf yang memiliki makna.

2.1.1 Tujuan Menulis

Tujuan menulis memudahkan para pelajar dalam berpikir, menulis juga menolong kita berpikir secara kritis (Tarigan, 2008: 22). Selain itu, menulis dapat memudahkan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan persahabatan, serta dapat meningkatkan dan mengembangkan daya tanggap kita. Tulisan pun mampu membantu kita


(28)

dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, keinginan, dan masalah yang sedang kita hadapi.

Orang menulis mempunyai tujuan yang bervariasi. Tujuan menulis menurut Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) yaitu sebagai berikut.

1) Tujuan Penugasan (Asigment Perpose)

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. 2) Tujuan Altruistik (Altristik Purpose)

3) Penulis menuliskan sesuatu untuk menyenangkan para pembaca,

menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.

4) Tujuan Persuasi (Persuasive Purpose)

Penulis menuliskan sesuatu untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

5) Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan (Informational Purpose)

Penulis menuliskan sesuatu untuk memberi informasi atau keterangan penerangan kepada pembaca.

6) Tujuan Pernyataan Diri (Self-Expresive Purpose)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

7) Tujuan Kreatif (Creative Purpose)

Penulis menuliskan sesuatu untuk mencapai nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

8) Tujuan Pemecahan Masalah (Aproblem-Slving) Penulis menulis sesuatu untuk menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, dan meliti secara cermat


(29)

pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap penulis harus mengungkapkan tujuan menulis yang akan dilakukannya. Rumusan tujuan menulis itu penting dan harus ditentukan lebih dahulu karena akan menjadi titik tolak dalam kegiatan tersebut. Dengan mencantumkan tujuan menulis, akan diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan.

2.1.2 Fungsi Menulis

Menulis memudahkan para pelajar dalam berpikir, menulis juga menolong kita berpikir secara kritis (Tarigan, 2008: 22). Selain itu juga menulis memudahkan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi, memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan pertemuan atau persahabatan, meningkatkan dan mengembangkan daya tanggap kita. Tulisan pun membantu kita dalam meng-ungkapkan pikiran, gagasan, keinginan, dan masalah yang kita hadapi.

Pada prinsipnya fungsi utama tulisan sebagai alat berkomunikasi secara tidak langsung. Melalui sebuah tulisan, penulis dapat melukiskan atau mendeskripsi-kan sesuatu sehingga pembaca diharapmendeskripsi-kan dapat memiliki gambaran tentang wujud atau keadaan sesuatu. Tulisan yang demikian berfungsi melukiskan. Tulisan pun dapat berfungsi memberi petunjuk, memerintah, menyampaikan, mengingatkan, menginformasikan dan sebagainya.

Selanjutnya, manfaat-manfaat menulis bagi seseorang menurut Dalman (2012: 6) dapat dibaca di bawah ini. Manfaat yang pertama, meningkatkan kecerdasan


(30)

menulis. Manfaat kedua mengembangkan daya kreatif dan kreativitas. Manfaat ketiga menumbuhkan keberanian. Manfaat keempat mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Berdasarkan uraian fungsi menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama tulisan sebagai alat berkomunikasi secara tidak langsung yang dapat memudahkan kita berpikir dan membantu kita mengungkapkan pikiran dan gagasan. Melalui sebuah tulisan, penulis dapat melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu sehingga pembaca diharapkan dapat memiliki gambaran tentang wujud atau keadaan sesuatu. Tulisan yang demikian berfungsi melukiskan. Tulisan pun dapat berfungsi memberi petunjuk, memerintah, menyampaikan, mengingatkan, berkorespondesi, memberi tahu dan sebagainya.

2.1.3 Proses Menulis

Proses menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas: tahap prapenulisan; penulisan; dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan menulis dilakukan, termasuk ke dalamnya adalah memilih topik, menentukan tujuan, memperhatikan pembaca dan corak paragraf, mengumpulkan informasi pendukung, dan menyusun kerangka paragraf (Kosasih, 2011: 10). Selanjutnya, menurut Akhdiah, dkk (2012: 3) dalam proses penulisan terdiri atas tiga tahap. 1) Tahap prapenulisan, yang merupakan tahap awal dalam menulis. 2) Tahap penulisan, yang membahas setiap butir topik yang ada dalam kerangka yang disusun. 3) Tahap perevisian, yang merupakan tahap koreksi terhadap keseluruhan tulisan dari aspek sruktur tulisan dan kebahasaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 2.1 berikut.


(31)

Tabel 2.1 Tahap dan Kegiatan dalam Proses Menulis

No Tahap Kegiatan

1 Prapenulisan Tahap persiapan yang merupakan langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan menentukan dan membatasi topik tulisan, merumuskan tujuan, menentukan materi penulisan, dan menyusun kerangka (rancang bangun) karangan.

2 Penulisan Pada tahap ini kita membahas setiap butir topik yang ada dalam kerangka yang disusun. Dalam hal ini, kita harus memilih kata-kata yang tepat untuk mendukung gagasan. Kata-kata-kata itu lalu disusun menjadi kalimat efektif. Kalimat-kalimat itu harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan Pada tahap ini, kita menentukan judul, subjudul, dan kutipan.

3 Perevisian Pada tahap ini mengoreksi keseluruhan tulisan dari aspek isi (kesesuaian isi dengan judul), organisasi (kesatuan dan kepaduan makna), kosakata, penggunaan bahasa (kalimat-kalimat efektif), dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan susunan paragraf).

Sumber: Akhdiah, dkk (2012: 3).

Berdasarkan uraian di atas, proses menulis dapat disimpulkan sebagai suatu proses untuk menuangkan gagasan, dalam bentuk simbol atau tanda tulisan yang memiliki makna. Dalam kegiatan menulis, terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang atau tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata yang membentuk frasa atau kalimat, kumpulan kalimat yang membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf yang membentuk wacana atau paragraf yang memiliki makna. Proses menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tiga tahap yakni prapenulisan, penulisan, dan perevisian.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemampuan menulis menurut Tarigan (2008: 23) yakni memanfaatkan situasi yang tepat. Seseorang dapat dikatakan


(32)

mampu menulis dengan baik apabila ia dapat mengungkapkan maksud dengan jelas, sehingga orang lain dapat memahami apa yang diungkapkannya.

Selanjutnya, selain faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis di atas, Morsey dalam Tarigan (2008: 20) juga berpendapat yang sama, yaitu sebagai berikut.

Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meya- kinkan, melaporkan, serta memengaruhi orang lain dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas dan mudah dipahami; kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah (Morsey, 1976: 132).

Faktor-faktor yang memengaruhi penulisan di atas, didukung pula oleh D. Angelo yang dikutip oleh Tarigan (2008: 23) yaitu sebagai berikut.

1. Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang diharapkannya akan terjadi pada diri pembaca).

2. Pembaca (siapa yang menjadi pembacanya).

3. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat dan situasi yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, dan sebagainya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keterampilan menulis. Pertama, penulis harus pandai memanfaatkan situasi dan waktu yang tepat. Kedua, penulis harus pandai me-nyusun kalimat yang efektif dan komunikatif. Ketiga, hendaknya penulis menge-tahui tujuan ia menulis. Keempat, penulis harus membidik, siapa yang menjadi


(33)

sasaran untuk membaca tulisan tersebut. Dengan demikian, keterampilan menu-lis, memang dipengaruhi oleh faktor yang bervariasi.

2.1.5 Menulis Teks Eksposisi

Pada subbab menulis teks eksposisi ini, peneliti akan membahas beberapa hal tentang pengertian eksposisi menurut beberapa pakar. Selanjutnya pada subbab ini , peneliti akan membahas tentang pola pengembangan teks eksposisi.

2.1.5.1 Pengertian Teks Eksposisi

Ada banyak pengertian teks eksposisi menurut pakar, dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Teks eksposisi adalah teks yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Teks eksposisi mengharapkan pembaca dapat memahami objek yang dipaparkan dengan sejelas-jelasnya. Upaya yang dilakukan dalam memaparkan masalah tersebut, teks eksposisi menggunakan data dan fakta, grafik, contoh, dan lain sebagainya (Kosasih, 2011: 30).

Pakar lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan eksposisi adalah salah satu jenis teks yang dimaksudkan untuk memaparkan pengetahuan dan pengalaman si penulis yang diperolehnya dari kajian pustaka atau lapangan dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang sesuatu hal. Meskipun demikian, teks eksposisi ini tidak untuk mempengaruhi si pembaca, ia hanya memaparkan saja agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman si pembaca (Dalman, 2012: 119).


(34)

Berdasarkan pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa teks eksposisi adalah jenis teks yang memaparkan suatu hal untuk memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca. Teks eksposisi biasanya disertai data, fakta, grafik, dan contoh berdasarkan hasil kajian pustaka atau pengamatan di lapangan.

2.1.5.2 Pola Pengembangan Teks Eksposisi

Pola pengembangan teks eksposisi menurut Kosasih, (2013: 30) ada tiga pola. Pola pengembangan teks eksposisi yang pertama, pola proses. Pola pengem-bangan teks eksposisi yang kedua, pola sebab-akibat. Pola pengempengem-bangan teks eksposisi yang ketiga, ilustrasi.

Pola pengembangan teks eksposisi yang pertama, pola proses. Pola proses ini merupakan suatu urutan dari tigkatan-tingkatan atau tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu kejadian atau peristiwa. Langkah-langkah untuk menyusun sebuah proses yang pertama penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh. Langkah-langkah untuk menyusun sebuah proses yang kedua penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya. Langkah-langkah untuk menyusun sebuah proses yang ketiga penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas (Kosasih, 2011: 30).

Selanjutnya peneliti akan membahas pola pengembangan teks eksposisi yang kedua, pola sebab-akibat. Dalam pengembangan pola sebab-akibat ini, sebab dapat menjadi kalimat utama, sedangkan akibat sebagai kalimat penjelas dalam perincian pengembangannya. Meskipun demikian, dapat juga akibat yang


(35)

dijadikan kalimat utama, sebaliknya sebab dijadikan kalimat penjelas dalam perincian pengembangannya (Kosasih, 2011: 30).

Pola pengembangan teks eksposisi yang ketiga, ilustrasi. Dalam teks eksposisi, ilustasi-ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis. Hal itu dilakukan karena gagasan yang terlalu luas, memerlukan ilustrasi-ilustrasi kongkret. Dalam hal tersebut, pengalaman-pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gasan tersebut (Kosasih, 2011: 31).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga cara pengembangan pola teks eksposisi. Pola pengembangan teks eksposisi yang pertama, pola proses. Pola proses ini merupakan suatu urutan dari tingkatan-tingkatan atau tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu kejadian atau peristiwa. Pola pengembangan teks eksposisi yang kedua, pola sebab-akibat. Dalam pengembangan pola sebab-akibat ini, sebab dapat menjadi kalimat utama, sedangkan akibat sebagai kalimat penjelas dalam perincian pengembangannya begitu juga sebaliknya. Pola pengembangan teks eksposisi yang ketiga, ilustrasi. Dalam teks eksposisi, ilustasi-ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis. Contoh-contoh dalam ilustrasi digunakan untuk mengkongkretkan suatu prinsip yang umum dan sudah diuraikan sebelumnya.

2.1.6 Menulis Argumentasi

Banyak pendapat tentang argumentasi menurut para pakar berdasarkan sudut pandang mesing-masing. Argumentasi berarti alasan yang kuat dan meyakinkan.


(36)

Alasan-alasan, fakta, dan sejenisnya digunakan penulis sebagai alat untuk me-mengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapatnya (Kosasih, 2010: 31). Selanjutnya, argumentasi adalah jenis tulisan yang bertolak dari hal yang mempertanyakan. Setiap jawaban yang bertolak dari alasan adalah argumentasi (Suwarna, 2012: 5). Argumentasi merupakan suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembaca (Keraf, 2010: 3). Pendapat lain menyatakan bahwa argumentasi adalah jenis tulisan atau karangan yang bersifat meyakinkan pembaca agar apa yang ditulis itu benar adanya, tetapi tidak untuk mempengaruhi pembaca (Dalman, 2012: 137).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah bentuk retorika yang berusaha mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis, yang disertai bukti dan fakta dengan tujuan agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar.

2.1.6.1 Struktur Karangan Argumentasi

Struktur karangan argumentasi terdiri atas pendahuluan, tubuh argumentasi, dan kesimpulan. Pendahaluan merupakan bagian yang berfungsi untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Fakta-fakta pendahuluan harus benar-benar diseleksi supaya pengarang tidak melakukan hal-hal yang justru bersifat argumentasif yang baru akan dikembangkan dalam tubuh argumentasi. Selanjutnya, tubuh argumentasi berisi pembuktian kebenaran pendapat yang


(37)

dikemukakan penulis lalu dihubungkan secara logis dan kritis dari penyeleksian fakta-fakta, kesaksian, serta angka-angka yang ada. Struktur karangan argumen-tasi yang selanjutnya yakni kesimpulan. Bagian kesimpulan ini, memuat ring-kasan dari pokok-pokok yang penting sesuai dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh paragraf itu. Pada paragraf argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang hal yang telah dicapai, dan alasan konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis (Keraf, 2010: 104).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur yang ada dalam tulisan atau karangan argumentasi terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama yakni pendahuluan. Bagian kedua yakni tubuh argumentasi. Bagian ketiga yakni kesimpulan. Masing-masing bagian, mempunyai fungsi yang berbeda-beda, tetapi tetap satu tujuan, yakni untuk menyajikan rangkaian yang logis dan meyakinkan.

2.1.6.2 Langkah-Langkah Menulis Karangan Argumentasi

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menulis karangan argumentasi yakni sebagai berikut. Langkah yang pertama, menentukan topik/tema. Langkah yang kedua, menentukan tujuan. Langkah yang ketiga, mengumpulkan data dari berbagai sumber. Langkah keempat, menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih. Langkah yang kelima, mengembangkan kerangka karangan/tulisan menjadi karangan atau tulisan argumentasi (Dalman, 2012: 140).

Langkah-langkah menulis paragraf argumentasi ada tiga tahap, yaitu: tahap pramenulis, tahap penulisan, dan tahap perevisian. Tahap pramenulis paragraf argumentasi mencakup empat kegiatan yakni: 1) menentukan dan membatasi


(38)

topik; 2) merumuskan tujuan; 3) menentukan materi penulisan; 4) menyusun kerangka (rancang bangun) tulisan. Tahap penulisan mencakup tiga kegiatan, yakni: 1) memilih kata-kata yang tepat untuk mendukung gagasan; 2) menyusun kata-kata menjadi kalimat efektif; 3) menyusun kalimat-kalimat itu menjadi paragraf-paragraf argumentasi yang memenuhi persyaratan. Tahap perevisian ini, mencakup kegiatan mengoreksi atau menyunting struktur tulisan dan kebahasaan. Pada tahap ini kita mengoreksi mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, dan pilihan kata (Ahdiah dkk, 2012: 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menulis argumentasi di atas seperti berikut ini. Langkah yang pertama, menentukan topik. Langkah yang kedua, merumuskan judul. Langkah ketiga, menyusun kerangka tulisan sesuai dengan topik yang dipilih. Langkah yang keempat, mengumpulkan data. Langkah kelima, mengembangkan kerangka karangan/tulisan menjadi karangan atau tulisan argumentasi, dan langkah yang terakhir menyempurnakan karangan atau tulisan argumentasi.

2.1.7 Menulis Teks Pidato Eksposisi

Teks adalah segala sesuatu yang bermakna dalam situasi tertentu (Haliday dalam Ibrahim, 2009: 48). Pidato adalah penyajian lisan kepada sekelompok massa.

Pidato dapat disampaikan dalam dua cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato dengan membaca teks (Kasasih, 2011: 227). Pidato merupakan ucapan yang tersusun dengan baik dan ditujukan pada orang banyak (Hakim, 2010: 8). Kusumawati dan Eka Trianingsih (2009: 165) menyatakan bahwa pidato merupakan salah satu jenis keterampilan berbicara lainnya meliputi memproduksi cerita, menyampaikan penjelasan, menangapi masalah, mengadakan wawancara,


(39)

berdialog, berdisusi, dan sebagainya Pidato merupakan aktivitas menyampaikan gagasan atau pendapat secara lisan kepada kelompok pendengar tertentu.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teks pidato adalah karangan atau penjelasan tertulis yang dijadikan dasar bagi seseorang untuk menyampaikan gagasannya secara lisan kepada kelompok massa.

Sebelum menyampaikan pidato, sebaiknya pembicara melakukan langkah-langkah berikut ini. 1) Merumuskan ide-ide pokok yang akan dipidatokan. 2) Mengumpulkan bahan. 3) Melakukan pemilihan materi. 4) Memahami dan menghayati materi. 5) Latihan berpidato (Kosasih, 2011: 228).

Setelah merumuskan ide pokok dan mengumpulkan bahan, menyeleksi materi yang akan disampaikan dalam berpidato. Sebaiknya sebelum berpidato, kita siapkan dulu teks pidatonya. Sistematika berpidato terdiri atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan diawali dengan salam pembuka, ucapan syukur kepada Sang Pencipta, dan menyapa hadirin yang disesuaikan dengan waktu dan situasi pendengar, yang berfungsi sebagai upaya mengondisikan mental pendengarnya (Bahar, 2010: 22). Bagian isi memuat inti dari teks pidato eksposisi yang akan disampaikan. Teks pidato eksposisi dapat mengacu pada pola pengembangan teks eksposisi pada halaman 17.

Berdasarkan pendapat beberapa pakar dalam penjelasan mengenai teks eksposisi, peneliti menyimpulkan bahwa pola pengembangan teks eksposisi yang pertama, pola proses. Pola proses ini merupakan suatu urutan dari tingkatan-tingkatan atau tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu kejadian atau


(40)

peristiwa. Pola pengembangan teks eksposisi yang kedua, pola sebab-akibat. Dalam pengembangan pola sebab-akibat ini, sebab dapat menjadi kalimat utama, sedangkan akibat sebagai kalimat penjelas dalam perincian pengembangannya begitu juga sebaliknya. Pola pengembangan teks eksposisi yang ketiga, ilustrasi.

Dalam teks eksposisi, ilustasi-ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis. Contoh-contoh dalam ilustrasi digunakan untuk mengkongkretkan suatu prinsip yang umum dan sudah diuraikan sebelumnya. Bagian penutup berisi kesimpulan, harapan dan salam penutup.

2.2 Penilaian Komponen Keterampilan Menulis

Penilaian komponen keterampilan menulis yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi hal-hal berikut ini. Komponen keterampilan menulis yang pertama isi tulisan. Komponen keterampilan menulis yang kedua organisasi isi (kepaduan makna). Komponen keterampilan menulis yang ketiga, tata bahasa atau lebih khususnya mengenai kalimat efektif. Komponen keterampilan menulis yang keempat diksi. Komponen keterampilan menulis yang kelima ejaan yang fokus pada pemakaian huruf kapital dan tanda baca, titik dan koma.

2.2.1 Isi Tulisan

Isi tulisan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan tulisan. Gagasan yang baik didukung oleh beberapa hal sebagai berikut. Pertama, gagasan pokok harus dengan jelas dinyatakan dalam kalimat yang lengkap. Kedua, kesesuaian isi atau bahan dengan tujuan penulisan. Ketiga kemampuan menjelaskan topik yang dikemukakan (Akhadiah dkk, 2012: 29).


(41)

Berdasarkan pendapat pakar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam isi tulisan yang akan dinilai yakni kesesuaian isi tulisan atau bahan tulisan dengan tujuan penulisan atau kesesuaian isi tulisan dengan tema yang disarankan atau yang dipih penulis. Dengan kata lain, isi tulisan dapat dilihat dari kesesuaian judul dengan isi, atau kesesuaian tema yang dipilih dengan isi paragraf atau teks yang akan dibuat.

2.2.2 Organisasi Isi

Organisasi isi tulisan yang baik harus memenuhi peryaratan berikut ini (1) Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. (2) Tiap paragraf harus disusun dengan kalimat yang mempunyai hubungan timbal-balik. (3) Tiap paragraf harus berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan topik atau kalimat utama (Akhdiah dkk, 2012: 148).

Berdasarkan pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi isi terdiri atas aspek kepaduan (koherensi) makna dan kohesi (kekompakan) bentuk. Suatu tulisan dikatakan koheren jika ada kepaduan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Kalimat-kalimatnya mempunyai hubungan timbal-balik serta secara bersama-sama membahas satu-satu gagasan utama. Tidak ada kalimat yang menyimpang dari isi atau gagasan utama. Kohesi (kekompakan) bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya.

2.2.3 Tata Bahasa

Aspek kebahasaan yang dapat dijadikan petunjuk penyajian bahasa yang baik dalam sebuah tulisan yakni keefektifan kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang logis, padu, sejajar, dan hemat sehingga kalimatnya lebih komunikatif dan


(42)

informatif, yang disampaikan penulis atau pembicara dapat sampai dengan sempurna (Samhati dkk, 2013: 93).

Sehubungan dengan kalimat efektif di atas, Kosasih (2011: 72) menyatakan bahwa kalimat efektif memiliki ciri-ciri (1) kesatuan gagasan, (2) kepaduan, (3) kelogisan, (4) kehematan, dan (5) penekanan. Samhati, dkk (2013: 95) men-yatakan ciri utama sebuah kalimat efektif adalah (1) kelogisan, (2) kepaduan, (3) kesejajaran, (4) kehematan, (5) kevariasian, dan (6) kefokusan.

Berdasarkan uraian pakar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tulisan yang baik harus memperhatikan keefektifan kalimatnya. Kalimat efektif yaitu kalimat yang logis, padu, hemat, dan fokus pada masalah yang akan disampaikan. Jika penulis sudah menggunakan kalimat yang efektif, tulisannya akan lebih komunikatif. Jadi, kalimat efektif sebaiknya memperhatikan kelogisan, kepaduan, kesejajaran, kehematan, kevariasian, dan kefokusan.

2.2.3.1 Kelogisan

Samhati, dkk (2013: 98) menyatakan bahwa kelogisan adalah kalimat yang masuk akal dan idenya dapat diterima oleh akal sehat manusia. Kelogisan tersebut terlihat pada kalimat yang jelas dan terarah, contoh kalimat yang logis sebagai berikut. (1b) Acara selanjutnya, sambutan Ketua OSIS SMA Negeri 6 Metro. Saudara Rian, kami persilakan. Kalimat tersebut menjadi tidak logis jika yang dipersilakan bukan Rian melainkan seperti contoh berikut. (1a) Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat tersebut tidak logis karena yang diminta memberikan sambutan yaitu ketua osis atau saudara Rian, tetapi yang dipersilakan frasa waktu


(43)

dan tempat, yang tidak dapat jalan seperti manusia. Perhatikan contoh kalimat berikut.

Tidak Logis (a) Logis (b)

(1a) Acara selanjutnya, sambutan Ketua OSIS SMA Negeri 6 Metro. Waktu dan tempat kami persilakan.

(1b) Acara selanjutnya, sambutan Ketua OSIS SMA Negeri 6 Metro. Saudara Rian, kami persilakan.

2.2.3.2 Kesejajaran

Kesejajaran merupakan kalimat yang mempunyai kesamaan bentuk, makna, dan perincian sehingga memudahkan pemahaman (Samhati dkk, 2013: 99). Kesejajaran bentuk berhubungan dengan struktur klausa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan. Contoh kalimat yang mempunyai kesejajaran sebagai berikut. Kalimat pada kolom (a) ketidaksejajaran bentuk terlihat pada klausa pasif dan klausa aktif. Pada kolom (b) kesejajaran bentuk terlihat pada kesejajaran bentuk yang sama-sama menggunakan klausa pasif.

Perhatikan contoh berikut ini.

Ketidaksejajaran Bentuk (a) Kesejajaran Bentuk (b) 2 (a) Judul paragraf telah dipilih, tetapi anggota

kelompok saya, belum menyetujuinya.

2(b) Judul paragraf telah dipilih, tetapi judul itu belum disetujui kelompok saya.

Berdasarkkan uraian di atas, proses menulis dapat disimpulkan sebagai suatu proses untuk menuangkan gagasan, dalam bentuk simbol atau tanda tulisan yang memiliki makna. Dalam kegiatan menulis, terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang atau tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata yang membentuk frasa atau kalimat, kumpulan kalimat yang membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf yang membentuk wacana atau paragraf yang memiliki makna. Proses menulis melibatkan


(44)

serangkaian kegiatan yang terdiri atas lima tahap yakni prapenulisan, penulisan, dan perevisian.

Ketidaksejajaran Makna (a) Kesejajaran Makna 3 (a) Hendrix tidak memperdulikan dan

mempunyai kepentingan terhadap masalah itu....

3 (b) Hendrix tidak memperdulikan dan tidak mempunyai kepentingan terhadap masalah itu....

2.2.3.3 Kepaduan

Kepaduan adalah hubungan yang padu dalam kalimat antara kata atau kelompok kata sehingga memiliki kesatuan pikiran dan koherensi yang baik. Kalimat dinyatakan tidak padu, apabila penulis atau pembicara keliru dalam mengguna-kan preposisi atau konjungsi (Samhati dkk, 2013: 98).

Selanjutnya, Kosasih (2011: 73) menyatakan bahwa kepaduan adalah hubungan timbal balik yang jelas antara unsur-unsur pembentuk kalimat itu. Kepaduan kalimat akan terganggu apabila (1) penggunaan kata ganti yang salah. (2) kata depan yang tidak tepat, (3) kata penghubung yang tidak jelas.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kepaduan adalah hubungan yang harmonis antara unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga menghadirkan kesatuan pikiran. Hal tersebut, dapat terlihat ketepatan penggunaan kata ganti, kata depan, dan kata hubung antarkalimat atau antarparagraf.

Ketidakpaduan (a) Kepaduan (b)

(4a) Selanjutnya, saya akan jelaskan pentingnya persuasi bagi kita

(4b) Selanjutnya, akan saya jelaskan pentingnya persuasi bagi kita

Kalimat pada kolom (a) keterangan aspek seperti akan harus, telah, belum, masih, sedang, dsb. Tidak dapat disisipkan pada kata kerja pasif yang berupa ikatan erat


(45)

pelaku orang I dan orang II dengan pokok kata kerja. Sebaliknya, kata-kata keterangan aspek tersebut, disisikan diantara S dan P pada kalimat aktif.

2.2.3.4 Kehematan

Kehematan adalah pemakaian kata yang cermat dan menghindari penggunaan kata mubazir, baik melalui penghilangan subjek berulang, penghilangan bentuk ganda, maupun penghematan kata. Penghematan penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (1) penghilangan subjek berulang (...saya,saya...), (2) peng-hilangan bentuk ganda (agar/supaya), (3) penghematan penggunaan kata (segala resiko-resiko/segala resiko/ resiko-resiko) (Samhati dkk, 2013: 103).

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, kehematan dalam berbahasa hanya dapat terwujud, jika si pemakai bahasa tersebut teliti menggunakan kata-kata sehingga tidak ada kata yang bermakna ganda. Kata yang bermakna ganda dapat menimbulkan kalmat yang ambigu.

2.2.4 Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Syarat diksi yang baik harus mengandung ketepatan penggunaan kata berkenaan dengan gagasan dan kesesuaian penggunaan kata dengan paragraf. Persyaratan ketepatan menyangkut makna, aspek logika kata-kata; kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Selanjutnya persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan/situasi dan keadaan pembaca (Akhdiah dkk, 2012: 82).


(46)

2.2.5 Ejaan

Ejaan adalah seperangkat aturan penulisan huruf, kata, dan tanda baca, Peraturan dalam ejaan meliputi pemakaian huruf, pemenggalan kata, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca (Samhati, dkk, 2013: 17). Dalam penelitian ini, ejaan yang diteliti difokuskan pada pemakaian huruf kapital, pemakaian tanda titik koma.

Berdasarkan komponen penilaian keterampilan menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses untuk menyampaikan gagasan, perasaan, pesan dan angan-angan, dalam bentuk simbol yang memiliki makna. Dalam kegiatan menulis, terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang atau tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata yang membentuk frasa, klausa, atau kalimat, kumpulan kalimat yang membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf yang membentuk wacana atau paragraf yang memiliki makna.

2.3 Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), mengajukan dan menemukan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Daryanto, 2014: 51). Pendekatan saintifik dapat


(47)

dimaknai pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis, terkontrol, dan kritis, yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau informasi, menganalisis, menghubungkan, sampai pada tahap penyajian atau pelaporan (Mahsun, 2014: 123). Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak hanya bergantung pada pendidik (Hosnan, 2014: 34).

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis dan terkontrol agar peserta didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengumpulkan data atau informasi dari mana saja dan kapan saja, menganalisis, menyimpulkan, dan menyajikan atau melaporkan.

2.3.1 Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam pembelajaran menurut beberapa pakar. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang pertama, pembelajaran berpusat pada peserta didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kedua, membentuk students self concept. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang ketiga, pembelajaran terhindar dari verbalisme. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keempat, pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk


(48)

mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kelima, pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang keenam, meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar pendidik. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang ketujuh, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang kedelapan, adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya (Hosnan, 2014: 37).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip pendekatan saintifik dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik; pembelajaran membentuk students self consept; pembelajaran terhindar dari verbalisme; pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; pembelajaran yang mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik; pembelajaran yang meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan pendidik; dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan; serta adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikontruksi peserta didik dalam struktur kongnitifnya.

2.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran menulis adalah pendekatan yang bersifat empirik yang dilakukan secara sistematis, terkontrol, dan kritis agar


(49)

peserta didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data, analisis data, dan menyajikan hasil. Tahap pengumpulan data yang mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, pustaka, dan intropeksi. Tahap analisis data yang meliputi kegiatan mengubah data/informasi menjadi rumusan verbal/kalimat tunggal. Tahap menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menulis jenis teks tertentu (Mahsun, 2014: 128).

Sistematis maksudnya, bahwa kegiatan dalam pembelajaran menulis harus dilakukan secara bertahap, terarah dan terukur. Pembelajaran menulis harus dimulai dari hal-hal yang dekat ke yang jauh dari peserta didik. Menulis dimulai dari hal-hal yang mudah ke yang sukar. Menulis juga seharusnya dimulai dari hal-hal yang kongkret ke yang abstrak.

Bertahap maksudnya dimulai dari tahap membangun konteks/situasi pembelajaran (apersepsi) ke tahap pemodelan, kemudian bersama-sama menghasilkan suatu model atau tulisan sesuai contoh yang diberikan, serta menghasilkan model atau tulisan secara mandiri. Terkontrol maksudnya, bahwa dalam upaya transmisi pengetahuan dari pendidik ke peserta didik harus dalam kondisi terkendali.

Empirik maksudnya kegiatan menulis dapat dilakukan dengan mengadakan pengamatan terlebih dahulu lalu tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap menyajikan hasil analisis meliputi kegiatan menulis jenis teks tertentu. Tahap kritis maksudnya, bahwa pada tahap ini dilakukan telaah keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain yang menjadi temuan. Pada tahap kritis ini dilihat apakah data, informasi, atau fakta yang diperoleh sudah cukup relevan dengan tujuan yang hendak dicapai (Mahsun, 2014: 123).


(50)

Perbedaan wujud data, karena perbedaan fungsi/tujuan sosial setiap teks berimplikasi pula pada perbedaan daam pengumpulan data, analisis data, serta penyajian hasil analisis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis khususnya menyusun teks merupakan kegiatan yang kompleks yang membutuhkan aktivitas yang teratur (sistematis) terkontrol, empirik, dan kritis yang sangat relevan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik.

Pengumpulan data dalam kegiatan menulis berdasarkan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti mengamati, bertanya, mencoba, dan pustaka. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran menulis tentu patut dicatat, kajian yang berupa kajian kepustakaan hanya cocok dilakukan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan pada tingkat dasar dan menengah belum sejauh itu (Mahsun, 2014: 124).

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran keterampilan menulis melibatkan keterampilan proses mengamati. Dalam kegiatan mengamati, pendidik membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat; menyimak; mendengar; dan membaca. Pendidik memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari keterampilan menulis.

Kegiatan mengamati memiliki kelebihan tertentu, seperti menyajikan media berupa contoh tulisan secara nyata. Proses mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu para peserta didik. Dengan demikian, proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam


(51)

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hen-daklah pendidik membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan dan kecermatan mencari informasi.

Setelah peserta didik mengamati, kegiatan selanjutnya “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan. Dengan demikian, peserta didik terbiasa berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.

Bertanya memiliki fungsi yang bermacam-macam. Pertama, bertanya dapat membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pelajaran. Kedua, bertanya berfungsi mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar. Ketiga, bertanya berfungsi mengdiaknosis kesulitan belajar peserta didik dan untuk mencari solusinya. Keempat bertanya berfungsi mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan. Kelima, bertanya berfungsi membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. Keenam, bertanya


(52)

dapat membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. Ketujuh, bertanya berfungsi melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 151).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013: 151) menyatakan bahwa kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus dan bersifat validatif atau penguatan. Selain itu pertanyaan juga harus dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang kemampuan kognitif dan proses interaksi.

Kegiatan selanjutnya, analisis data. Analisis data dapat dilakukan melalui

pertama, pengelompokan data berdasarkan daya dukungnya terhadap

pengembangan struktur tertentu dari jenis teks yang akan dihasilkan. Kedua, mengolah data, informasi dan fakta menjadi kalimat-kalimat. Ketiga, menghubung-hubungkan kalimat itu menjadi paragraf yang memiliki kohesi dan koherensi. Keempat, menetapkan satuan bahasa yang dapat menjadi penghubung antarparagraf sehingga membentuk teks dengan daya dukung kebahasaan yang memiliki kohesi dan koherensi yang baik. Wujud akhir dari kegiatan ini, menyusun sebuah teks dengan struktur yang sesuai dengan yang disyaratkan yang merangkap sebagai tahap penyajian atau pelaporan (Mahsun, 2014: 125).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran menulis merupakan upaya pendidik agar peserta didik aktif dalam pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data, analisis data, dan menyajikan hasil. Tahap pengumpulan data yang mencakup kegiatan mengamati, menanya


(53)

dan mencoba. Selanjutnya, analisis data dapat dilakukan melalui pertama, pengelompokan data berdasarkan daya dukungnya terhadap pengembangan struktur tertentu dari jenis teks yang akan dihasilkan. Kedua, mengolah data, informasi dan fakta menjadi kalimat-kalimat. Ketiga, menghubung-hubungkan kalimat itu menjadi paragraf yang memiliki kohesi dan koherensi. Keempat, menetapkan satuan bahasa yang dapat menjadi penghubung antarparagraf sehingga membentuk teks dengan daya dukung kebahasaan yang memiliki kohesi dan koherensi yang baik. Wujud akhir dari kegiatan ini, menyusun sebuah teks dengan struktur yang sesuai dengan yang disyaratkan yang merangkap sebagai tahap penyajian atau pelaporan.

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

Kelebihan pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran juga dapat membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Selain itu, pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat menciptakan kondisi peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. Selanjutnya, pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat memicu diperolehnya hasil belajar yang tinggi. Pendekatan saintifik dapat juga melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam keterampilan menulis serta mengembangkan karakter peserta didik (Kemdikbud, 2013: 130).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki kelebihan yang pertama, menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta didik merasa senang dan


(54)

tertantang dan mudah pelaksanaannya. Kelebihan yang kedua, sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Kelebihan pendekatan saintifik yang ketiga, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar. Kelebihan pendekatan saintiik yang keempat, mendiaknosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya (Daryanto, 2014: 60--65).

Selain kelebihan, pendekatan saintifik juga memiliki kekurangan. Kekurangan pendekatan saintifik terletak pada kegiatan mengamati dalam rangka pem-belajaran ini, memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga yang cukup banyak dan jika tak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran (Daryanto, 2014: 60).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya pendekatan saintifik yang pertama, menyajikan media objek secara nyata. Kelebihan yang kedua, sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Kelebihan pendekatan saintifik yang ketiga, mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar. Kelebihan pendekatan saintifik yang keempat, mendiaknosis kesulitan belajar. Kelebihan pendekatan saintifik yang kelima, meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir. Kelebihan pendekatan saintifik yang keenam, dapat membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. Sedangkan kekurangan pendekatan saintifik terletak pada kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini, memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya,


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab V ini, peneliti akan menguraikan kesimpulan dan saran dari penelitian mengenai perencanaan dan proses pembelajaran keterampilan menulis melalui pendekatan saintifik serta upaya meningkatkan kemampuan menulis Peserta Didik Kelas X IIS 1 SMA Negeri 6 Metro pada tahun pelajaran 2014/2015.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro dapat disimpulkan sebagai berikut.

(1) Pendidik dalam merencanaan pembelajaran menulis melalui pendekatan

saintifik menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut disebabkan, perencanaan pembelajaran menulis melalui pendekatan saintifik harus disusun sesuai dengan identitas mata pelajaran, rumusan indikator, rumusan tujuan pembelajaran, materi ajar, media belajar, model pembelajaran menulis, dan kriteria penilaian kemampuan menulis.

(2) Proses pembelajaran menulis melalui pendekatan saintifik, sangat efektif

untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam menulis.

(3) Pembelajaran keterampilan menulis melalui pendekatan saintifik dapat

meningkatkan kemampuan menulis peserta didik. Nilai rata-rata kemampuan menulis peserta didik Kelas X IIS I SMA Negeri 6 Metro pada pratindakan


(2)

65,9 dengan kategori cukup; pada siklus I rata-rata 71,1 dengan kategori cukup; pada siklus II rata-rata 74,3 dengan kategori cukup; pada siklus III 85 dengan kategori baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan pembelajaran menulis jika direncanakan dan disusun dengan baik dan menggunakan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik. Proses pembelajaran menulis melalui pendekatan saitifik, jika didesain secara bertahap dan terprogram dapat membantu meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dan pendidik. Penilaian kemampuan menulis peserta didik yang dipantau dan ditindaklanjuti secara terus-menerus akan membantu meningkatkan kemampuan menulis peserta didik.

5.2. Saran

Berdasarkan analisis terhadap data penelitian, peneliti mengemukakan tiga saran sebagai berikut:

(1) untuk meningkatkan kemampuan menulis, hendaknya pendidik

menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif agar pembelajaran lebih berorientasi pada proses dan tujuan bukan hanya pada target materi yang harus diselesaikan. Pembelajaran menulis melalui pendekatan saintifik dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran menulis di sekolah;

(2) untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik, disarankan

kepada pendidik untuk menilai aspek isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa (kalimat efektif dan struktur) dan mekanik sehingga


(3)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif melalui pendekatan saintifik dapat menjadi alternatif dalam pembelajaran di sekolah. Pendidik sebaiknya selalu menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif, untuk meningkatkan mutu peserta didik. Dalam proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk mampu memotivasi peserta didik dalam belajar.

pembelajaran menulis melalui pendekatan saintifik mendapatkan kompetensi menulis yang baik;

(3) Dalam pembelajaran di sekolah, pendidik dituntut untuk selalu kreatif


(4)

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, Sabarti. G dan Maidar Arsjad, H. Sakura Riwan. 2012. Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Bahar, Putra. 2010. Seni Pidato. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

______. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah Indonesia. Badan Standar Nasional

Pendidikan (BNSP).

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Hakim, Ranchman. 2010. Kiat Jitu Mahir Pidato. Yogyakarta: Shira Media.

Herawati, Neti. 2014. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Model

Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 4 Metro. Bandar Lampung :Universitas Lampung.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ibrahim, Abdul Syukur. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, Abdul Syukur dan Sri Wahyuni. 2012. Asesmen Pembelajaran

Bahasa. Bandung: PT Reika Aditama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Bahasa indonesia

Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

__________. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:


(5)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 untuk SMA/MAK. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

_________. 2013. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA dan MA

(WAJIB) Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Kosasih, E. 2010. Menjadi Penulis Remaja. Jakarta: Nobel Edumedia.

________. 2011. Bahasa Indonesia untuk SMA. Bandung: Yrama Widya.

________. 2011. Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Berbahasa

Indonesia. Bandung: CV. Yrama Widya.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Kusmayati, Nurita Bayu dan Eka Trianingsih. 2009. Bahasa Indonesia XII untuk

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Murdiati, Siti. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentatif Melalui

Pendekatan Konstruktivisme pada Peserta Didik Kelas X MAN Kedodong Kabupaten Pesawaran (Tesis). Bandar Lampung: Universitas Lampung

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIFA

Press.

Samhati, Siti. Nurlaksana Eko Rusmito, Wini Tarmini, Sumarti. 2013.

Bahasa Indonesia dalam Karya Tulis Ilmiah. Bandar Lampung: CV

Yonpress.

Setiyadi, Ag. Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa


(6)

Suhardjono, Supardi. 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Andi.

Suwarna, Dadan. 2012. Trik Menulis Puisi, Cerpen, Resensi Buku, Opini/Esai.

Tangerang: Jelajah Nusa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Yanti, Yuli dan Munaris. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tulungagung: