Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Perbankan (Studi Pada Pt. Bank Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan) Chapter III V

BAB III
TATA KELOLA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

A. Pengertian Tata Kelola Perusahaan Perbankan.
Pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
(GCG) memiliki pengertian yang semakin lama semakin kompleks. Tata kelola
yang benar dan baik telah dibuktikan mampu meningkatkan efisiensi dan
performa perusahaan yang menerapkannya.
Corporate

governance

muncul

karena

terjadi

pemisahan

antara


kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan
istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara
pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan
pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan
antara pemilik dan manajer.
Menurut Amin Widjaja Tunggal istilah Good corporate governance secara
umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola
perusahaan

dengan

tujuan

meningkatkan

nilai


pemegang

saham

serta

mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja,
pemerintah, dan masyarakat luas. 33 Prinsip good corporate governance ini dapat

33

Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), Penerbit Harvarindo,
Jakarta, 2008, hal.41.

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari pengambil alih yang
dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham dengan mekanisme legal.
Menurut R. Priambodo dan E. Supriyatno, tata kelola perusahaan

didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajer
untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis nilai. Bassel Committee on
Banking Supervision-Federal Reserve menetapkan bahwa bank merupakan suatu
komponen kritis ekonomi. Mereka menyediakan pembiayaan perusahaan
komersial, layanan keuangan dasar untuk segmen yang luas dan akses sistem
pembayaran. 34 Pentingnya bank ekonomi nasional digaris bawahi oleh kenyataan
bahwa perbankan secara universal sebuah industri regulator dan bank memiliki
akses ke jaring pengaman pemerintah. Ini sangat penting, oleh karena itu bank
harus memiliki tata kelola perusahaan yang kuat.
Joni Emrizon menyebutkan Corporate governance yakni: ”seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan" 35
Definisi di atas menjelaskan bahwa CG adalah sistem yang bisa digunakan
untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan. CG timbul dari kebutuhan usaha
akan tatakelola perusahaan yang baik (Good corporate governance), yang

34


R. Priambodo dan E.Supriyatno, Penerapan Good Corporate Governance Sebagai
Landasan Kinerja Perbankan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007, hal. 22.
35
Joni Emrizon, Prinsip-prinsip Good Corporate Governnance, Genta Press, Yogyakarta,
2007, hal.52.

Universitas Sumatera Utara

menegakkan prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan
berkeadilan.

B. Tujuan Tata Kelola Perusahaan Perbankan.
Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) merupakan
sebuah wadah dunia yang menjembatani pemerintah dan pemangku kepentingan
dari tiap-tiap negara demokratis yang memiliki tujuan memajukan dan
mengembangkan ekonomi di masing-masing negara maupun lintas negara
anggota organisasi tersebut. Berkenaan dengan tata kelola perusahaan yang baik,
OECD memberikan pengertian sebagai serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan dewan, para stakeholder (langsung) dan stakeholder (tidak langsung)

lainnya. 36
Prinsip-prinsip OECD tata kelola perusahaan telah diadopsi oleh negaranegara 30 anggota OECD sejak tahun 1999. Sekarang, keempat aspek tata kelola
perusahaan yang baik versi OECD telah menjadi alat referensi untuk pengambil
kebijakan, perusahaan, kelembagaan dan bagi kerangka regulasi lainnya. OECD
juga memberikan panduan praktis dan saran untuk bursa efek, investor,
perusahaan dan organisasi besar lainnya di dunia selain negara-negara anggota
OECD.
Tujuan dari tata kelola perusahaan (GCG) adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis,
pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat meningakatkan nilai perusahaan

36

Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judment Rule, Tatanusa, Jakarta, 2008,

hal.77.

Universitas Sumatera Utara

dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin

dilakukan oleh dewan komisaris dan keputusan-keputusan yang menguntungkan
diri sendiri dan umumnya tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan
investor.
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :

37

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
Corporate Value
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
menigkatkan shareholder Value dan dividen.
Menurut OECD, terdapat beberapa alasan mengapa kualitas tata kelola
perusahaan menjadi penting untuk diperhatikan: 38

1. Efisiensi dan pertumbuhan ekonomi meningkat disebabkan perbaikan
penggunaan modal dan mendorong investasi langsung asing.
2. Risiko krisis menurun dan ketahanan ekonomi meningkat.
3. Legitimasi ekonomi pasar meningkat
37
38

Ibid, hal.81
Ibid, hal.82

Universitas Sumatera Utara

Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil
dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas,
norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadopsi
oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas dan peran
yang jelas untuk mendorong disiplin, mengatasi dampak moral dan melaksanakan
fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk
pembentukan GCG pada bank antara lain: sistem pengendalian intern, manajemen
risiko, ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi, sistem

akuntansi, mekanisme jaminan kepatuhan dan audit ekstern.
Pengelolaan perusahaan yang baik mempunyai lima macam tujuan,
yaitu: 39
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Board of
Directors dan manajemen perusahaan.
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior
perusahaan.

C. Prinsip Tata Kelola Perusahaan Perbankan.
Salah satu pilar penting dalam good corporate governance di perbankan
adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran pengurus bank hingga pegawai yang
39

Ibid, hal.85

Universitas Sumatera Utara


terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Sebagai lembaga intermediasi
dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus
menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua
jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values,
sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank
(accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank
(responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam
pengambilan

keputusan

(independency),

serta

senantiasa

memperhatikan


kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran
(fairness).
Sehubungan dengan kewajiban Bank untuk melakukan penilaian sendiri
(self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan
Risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara
konsolidasi yang antara lain mencakup penilaian faktor Good Corporate
Governance (GCG) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5184), Peraturan Bank Indonesia
Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4600) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 (Lembaran

Universitas Sumatera Utara

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4640) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Yang Melakukan
Pengendalian terhadap Perusahaan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4602), maka
pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5
(lima) prinsip dasar sebagai berikut :
1. Transparency (Transparansi)
Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan yaitu:
a. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders
sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada hal-hal
yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendalian, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko
(risk management), sistem pengawasan dan pengendalian intern, status
kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi bank.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

Universitas Sumatera Utara

d. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut.
2. Accountablity (Akuntabilitas)
Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif yang
meliputi :
a. Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan.
b. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya
dalam pelaksanaan GCG.
c. Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank.
d. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan
ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan
(corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards
and punishment system.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Adanya kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan bank terhadap prinsip
korporasi yang sehat seta peraturan perundangan yang berlaku yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada
prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku.
b. Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang
baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
4.

Independency (Independensi)
Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak
manapun sehingga :
a. Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
b. Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini
menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun
asing harus diperlakukan sama atau setara sehingga:
a. Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).
b. Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank

Universitas Sumatera Utara

serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April
2013 bahwa dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG
sebagaimana dimaksud pada huruf A, Bank harus melakukan penilaian sendiri
(self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor
penilaian pelaksanaan GCG yaitu:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite.
4. Penanganan benturan kepentingan.
5. Penerapan fungsi kepatuhan.
6. Penerapan fungsi audit intern.
7. Penerapan fungsi audit ekstern.
8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern.
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana
besar (large exposures).
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan
GCG dan pelaporan internal.
11. Rencana strategis Bank.
Selain itu, perlu diperhatikan pula informasi lainnya yang terkait
penerapan GCG Bank di luar 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG
seperti misalnya permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi

Universitas Sumatera Utara

pada suatu bank atau perselisihan internal Bank yang mengganggu operasional
dan/atau kelangsungan usaha Bank. Sebagai contoh, penetapan bonus yang
didasarkan pada pencapaian target di akhir tahun, dimana penetapan target
tersebut sangat tinggi (ambisius) sehingga mengakibatkan dilakukannya praktekpraktek yang tidak sehat oleh manajemen ataupun pegawai bank dalam
pencapaiannya.
Pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance minimal harus
diwujudkan dalam: 40
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank.
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal.
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.
6. Rencana strategis Bank.
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
Konsep di atas tidak jauh berbeda dengan tujuan penerapan good
corporate governance dalam perbankan, yaitu menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) sebagai bentuk pelaksanaan
dalam mewujudkan perbankan yang sehat (Priambodo dan Supriayatno, 2007)
GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan
berjalan efektif, sehingga dapat tercipta mekanisme checks and balance di
40

https://www.academia.edu/6555379/Penerapan_Good_Corporate_Governance_Pada_Pe
rbankan_Di_Indonesia, diakses tanggal 21 April 2016 Pukul 13.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik, antara
lain: 41
1. Meningkatkan kinerja perusahaan
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada
akhirnya akan meningkatkan corporate value
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya
di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan Shareholders’s value dan deviden Pelaksanaan
Corporate Governance yang baik adalah merupakan langkah penting dalam
membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus
investasi internasional yang lebih stabil, bersifat jangka panjang.
Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat
good corporate governance antara lain sebagai berikut: 42
1. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan
wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah
timbulnya suatu masalah
2. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang
mampu meminimalisir resiko.
3. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra
perusahaan dimata publik dalam jangka panjang
41
42

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

4. Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan
komisaris. Direksi dan RUPS
5. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.
D. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Perbankan
Agar dapat berkembang secara sehat, suatu organisasi perlu menerapkan
praktik-praktik tata kelola perusahaan (Good corporate governance/GCG) yang
baik. Oleh karenanya, Bank terus membangun dan memperbaiki struktur dan
prosedur tata kelola perusahaan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan nasional dan Bapepam-LK
sebagai lembaga pengawas perusahaan yang telah berstatus Perusahaan Terbuka
(Tbk).
Penerapan tata kelola perusahaan di Bank mengacu pada kebijakan dan
prosedur internal Bank. Tentu saja, kebijakan dan prosedur ini menerapkan
standar praktik terbaik kelas dunia. Dengan penerapan tata kelola perusahaan yang
baik, Bank dipacu untuk terus meningkatkan pertumbuhannya melalui praktikpraktik usaha yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengembangkan
teknologi yang diperlukan bagi kemajuan Bank, mengantisipasi setiap risiko
sehingga terhindar dari peristiwa-peristiwa yang tidak terduga serta peningkatan
tanggung jawab manajemen.

Universitas Sumatera Utara

Bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan
usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam
maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank
menghadapi berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional
maupun risiko reputasi. Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan
dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat, termasuk ketentuan yang
mengatur kewajiban untuk memenuhi modal minimum sesuai dengan kondisi
masing-masing bank.
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan
sematamata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum
dilaksanakannya good corporate governance dan etika yang melandasinya. Oleh
karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia
melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi hanya dapat mempunyai dampak jangka
panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain yaitu :
1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian.
2. Pelaksanaan good corporate governance.
3. Pengawasan yang efektif dari Otoritas Pengawas Bank.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April
2013, Bank wajib melaksanakan prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang meliputi Dewan Komisaris
dan Direksi sampai dengan pegawai tingkat pelaksana. Dalam pelaksanaan GCG,
diperlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen untuk
menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas

Universitas Sumatera Utara

seluruh tingkatan atau jenjang organisasi Bank, check and balance, serta
melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan pemegang
saham minoritas. Untuk mendukung independensi dalam pelaksanaan tugas
dimaksud, perlu pengaturan mengenai masa tunggu (cooling off) bagi pihak yang
akan menjadi pihak independen.
Bank dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan GCG,
wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara
komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG, sehingga Bank dapat segera
menetapkan rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif
(corrective action) yang diperlukan apabila masih terdapat kekurangan dalam
pelaksanaan GCG.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk
membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat
mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh
karena itu Bank for International Sattlement (BIS) sebagai lembaga yang
mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut oleh perbankan,
telah pula mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan GCG bagi dunia perbankan secara
internasional.

Pedoman

serupa

dikeluarkan

pula oleh

lembaga-lembaga

internasional lainnya.
Pengaturan dan implementasi GCG memerlukan komitmen dari top
management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari
penetapan kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi
oleh semua pihak dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan

Universitas Sumatera Utara

terhadap kode etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan,
merupakan faktor penting sebagai landasan penerapan GCG.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan tingginya tingkat kompleksitas serta
risiko bisnis perbankan, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
memandang perlu untuk mengeluarkan Pedoman Good corporate governance
Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code) sebagai pelengkap dan
bagian tak terpisahkan dari Pedoman Umum GCG. Perbankan dalam pedoman ini
meliputi bank umum dan BPR yang dijalankan secara konvensional maupun
syariah.
Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua
faktor yang memegang peranan, yakni faktor eksternal dan internal. 43
1. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan
yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, diantaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan
yang diharapkan dapat pula melaksanakan good governance dan clean
governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang
dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan professional.

43

https://ircboy.wordpress.com/2011/07/21/1-2-5-prinsip-prinsip-tata-kelola-perusahaanbagi-bank/ diakses tanggal 21 April 2016 Pukul 13.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini diharapkan timbul
partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi
serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik dimana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan
publik sangat mempengaruhi kualitas dan rating perusahaan dalam
implementasi GCG
2. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanan praktek
GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud
antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidahkaidah standar GCG

Universitas Sumatera Utara

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami
setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan
publik

dapat

memahami

dan

mengikuti

setiap

derap

langkah

perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu
Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance),
terdapat 7 dimensi/ konsep penerapan GCG, yang diambil dari panduan yang telah
ditetapkan oleh OECD dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu: 44
1. Komitmen terhadap

tata kelola perusahaan-sistem manajemen

yang

mendorong anggota perusahaan menyelenggarakan tata kelola perusahaan
yang baik
2. Tata kelola dewan komisaris-sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi

peran

anggota

dewan

komisaris

dalam

membantu

penyelenggaraantata kelola perusahaan yang baik.
3. Komite-komite

fungsional-sistem

manajemen

yang

memungkinkan

optimalisasi peran anggota komite-komite fungsional dalam penyelenggaraan
tata kelola perusahaan yang baik
4. Dewan direksi-sistem manajemen yang memungkinkan optimalisasi peran
anggota dewan direksi dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang
baik

44

Ibid

Universitas Sumatera Utara

5. Transparansi dan Akuntabilitas- sistem manajemen yang mendorong adanya
pengungkapan informasi yang relevan, akurat, dan dapat dipercaya, tepat
waktu,jelas, konsisten dan dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan
6. Perlakuan terhadap pemegang saham-sistem manajemen yang menjamin
perlakuan yang setara terhadap pemegang saham dan calon pemegang saham
7. Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders)- sistem manajemen yang
dapat meningkatkan peran pihak berkepentingan lainnya.
Terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG, salah satu tugas
yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan
peraturan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya
GCG secara efektif. Selain itu bank sebagai subjek GCG perlu menerapkan
standar akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku
umum. Dan ini harus melibatkan auditor eksternal dalam proses auditnya,
sehingga diperoleh ukuran yang sama dengan ukuran yang berlaku di tempat lain.
Berdasarkan Bassle Committee on Banking Supervision, menerangkan
bahwa setidaknya terdapat tujuh standar yang harus digunakan dalam menerapkan
GCG secara efektif pada industri perbankan, antara lain: 45
1. Bank harus menerapkan sasaran strategis dan serangkaian nilai perusahaan
yang dikomunikasikan ke setiap jenjang jabatan pada organisasi
2. Bank harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap
jenjang jabatan pada organisasi

45

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

3. Bank harus memastikan bahwa pengurus bank memiliki kompetensi yang
memadai dan integritas yang tinggi. Serta memahami peranannya dalam
mengelola bank yang sehat, dan independen terhadap pengaruh pihak
eksternal.
4. Bank harus memastikan keberadaan pengawasan yang tepat oleh direksi.
5. Bank harus mengoptimalkan efektifitas peranan fungsi auditor eksternal dan
satuan kerja audit intern.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM RANGKA
PELAKSANAAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PERBANKAN
PADA PT. BANK SUMUT KANTOR PUSAT
IMAM BONJOL MEDAN
A. Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Perbankan di PT. Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol Medan.
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
saat

ini

sangat

diperlukan

agar

perusahaan

dapat

meningkatkan

dan

mengembangkan pengelolaan perusahaan dengan baik, sehingga mengarah pada
praktek-praktek bisnis terbaik yang sesuai dengan standar yang dimiliki. 46 Dengan
komitmen dan kepatuhan pada penerapan tata kelola perusahaan yang baik
diharapkan dapat menjamin pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan
dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya terhadap perusahaan.
Corporate governance merupakan konsep yang dapat meningkatkan
kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen, dan
menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan berlandaskan
kepada kerangka peraturan. 47 Konsep corporate governance diajukan untuk
tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna
laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan transparansi
pengelolaan perusahaan yang semakin baik dan nantinya menguntungkan banyak
pihak.
46

Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 8 Nomor 1. Maret 2006, hal. 9.
47
Ibid

Universitas Sumatera Utara

Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi para
pemegang saham dan kreditor, agar mereka yakin untuk memperoleh return atas
investasinya. Corporate governance juga membantu menciptakan lingkungan
kondusif sehingga terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor
korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang
menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan
tanggung jawabnya. 48
Dunia bisnis yang penuh dengan persaingan dan perubahan, perusahaan
harus memiliki nilai lebih dari daya tarik industri bagi para stakeholder. Suatu tata
kelola perusahaan yang baik sangat diperlukan untuk menjawab tantangan
persaingan dan perubahan tersebut. Oleh karena itu Bank Sumut senantiasa
berupaya meningkatkan suatu Tata Kelola Perusahaan Yang Baik dengan
mengacu best practices serta mematuhi ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku maupun ketentuan dan peraturan otoritas regulator
lainnya.
Penerapan Good Corporate Governance dapat memberikan kontribusi
yang strategis dalam menciptakan iklim bisnis yang sehat, meningkatkan
kemampuan daya saing serta sangat efektif menghindari penyimpanganpenyimpangan dan pencegahan terhadap fraud dan penyalahgunaan kewenangan.
48

Mei Indrayani dan Nurkholis. Persepsi Manajemen Perusahaan Terhadap PrinsipPrinsip Good Corporate Governance. TEMA (Telaah Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi). 2011,
Vol. II, hal. 136.

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa pertimbangan strategis dalam menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik pada perusahaan jasa keuangan seperti perbankan, yaitu : 49
1. Bank adalah sebagai lembaga kepercayaan.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat, maka bank
harus :
a. Memiliki Kinerja Keuangan (Financial Performance) yang baik;
b. Memiliki tingkat kesehatan bank yang baik.
c. Memiliki kecukupan modal di atas ketentuan minimum dan profil risiko
secara komposit rendah.
d. Dapat menjaga kerahasiaan nasabah penyimpan dan simpanannya serta
rahasia perusahaan.
e. Keterbukaan dalam penyampaian informasi kepada publik berkaitan
dengan produk dan aktivitas baru bank.
f. Menjaga kepentingan shareholders dan stakeholders.
g. Selalu bersaing secara sehat dalam menetapkan harga (price) atau suku
bunga dana dan kredit/pembiayaan serta melaksanakan etika bisnis
industri perbankan dengan baik.
h. Mengendalikan risiko reputasi agar dapat mencegah persepsi negatif
kepada Bank sekaligus menjaga Pencitraan bagi Bank.
i.

Memiliki sumber daya manusia yang andal, profesional, integritas yang
tinggi, serta akhlak dan moral yang baik.

j.

Menerapkan Tata Kelola Perusahaan secara konsisten dan berkelanjutan .

49

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

k. Meningkatkan dan atau mempertahankan kualitas mutu pelayanan secara
konsisten dan berkelanjutan.
2. Bank merupakan pelayanan publik.
Sebagai pelayanan publik Bank Sumut harus dapat memberikan pelayanan
terbaik kepada nasabahnya, kepuasan nasabah (customer satisfaction) harus
dapat terjaga dalam arti kata bank harus mampu memberikan pelayanan
melebihi harapan pelanggan. 50 Bank juga harus dapat memberikan fasilitas
kenyamanan bagi nasabahnya berupa sarana dan prasarana, ketepatan waktu
transaksi, on-line system, non stop service transaksi penarikan tunai dan
transfer serta fasilitas lainnya berupa fitur pembayaran, Cash Deposite
Machine pada ATM.
Sesuai

fungsinya

Bank

dalam

melaksanakan

intermediasi

yakni

menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit/pembiayaan, Bank Sumut senantiasa harus dapat membantu
dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah disegala
bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank juga sebagai agent of development
disegala sektor usaha dan bisnis dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
(prudential banking).
Objek pelayanan publik yang bergerak disektor jasa keuangan seperti
perbankan, selalu mendapat perhatian lebih dari masyarakat dalam bentuk
pengendalian sosial di sektor keuangan (social control of enveronment),
50

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

pemerintah (eksekutif) dan DPR/DPRD (legislatif) serta otoritas regulator.
Memperhatikan kondisi pengalaman perbankan masa lalu, sudah menjadi
keharusan bagi Bank Umum baik Konvensional maupun Syariah untuk
menerapkan tata kelola yang baik sebagaimana yang tertuang dalam beberapa
ketentuan yang berlaku , yakni :
1. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/4/PBI/ 2006 tanggal 30 Januari 2006
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
8/14/PBI/ 2006 tanggal 05 Oktober 2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance Bagi Bank Umum.
2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/33/PBI/ 2009 tanggal 7 Desember 2009
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah.
4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 12/13/DPbS tanggal 30 April 2010
perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah.
Bank Sumut sebagai objek pelayanan publik berbadan hukum Perseroan
Terbatas 51 dengan aktivitas kegiatan usaha disektor perbankan konvensional dan
syariah memiliki arah kebijakan strategis menjadi bank terkemuka di daerah
melalui produk dan layanan kompetitif dengan jaringan luas yang dikelola secara
51

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

profesional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi regional, untuk
mewujudkan program BPD Regional Champion Tahun 2015. Pondasi untuk
mewujudkan program tersebut dilandasi dengan penerapan Good Corporate
Governance sehingga untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sumut tidak
melanggar aturan-aturan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku
maupun etika bisnis dalam industri perbankan. 52 Disamping menerapkan aturanaturan regulator Bank Indonesia, dalam pelaksanaannya Bank Sumut tetap
menerapkan comply terhadap aturan lainnya seperti ketentuan BAPEPAM – LK
dan Bursa Efek Indonesia. Guna memperkuat permodalan dalam rangka perkuatan
kelembagaan menuju regional champion perlu adanya terobosan-terobosan untuk
menjadi Bank Devisa dan menjadi Perseroan Terbatas Terbuka (Tbk) dengan
melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana Bank
yang Go Public.
Tujuan dari pada penerapan Good Corporate Governance ini pada
awalnya merupakan langkah dalam mewujudkan program restrukturisasi
perbankan sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada Pilar IV,
yakni menciptakan Industri perbankan yang kuat, dan sejalan dengan Penerapan
BASEL II pada Pilar III tentang market decipline yang berkaitan dengan
disclosure dan transparency Roadmap Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang
diluncurkan pada tanggal 9 Januari 2004 merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan
tatanan Industri Perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun
52

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

kedepan. Arah kebijakan API tersebut dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bank dalam implementasinya harus menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance yaitu :
1. Transparansi (transparency).
Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dimana bank harus memberikan informasi
secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat dibandingkan. Informasi
tersebut juga harus mudah diakses stakeholders sesuai dengan haknya.
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan secara
efektif dimana bank harus menetapkan fungsi tugas dan tanggung jawab yang
jelas dari setiap komponen organisasi selaras dengan visi dan misi, sasaran
usaha, dan strategi Bank. Setiap komponen organisasi mempunyai kompetensi
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta harus dapat
memahami perannya dalam pelaksanaan GCG. Selain itu, bank harus
memastikan :
a. Ada tidaknya check and balance dalam pengelolaan Bank.
b. Memiliki ukuran kinerja atau Key Performance Indicator (KPI) dari semua
jajaran berdasarkan yang disepakati secara konsisten sesuai dengan nilai
perusahaaan (corporate values).

Universitas Sumatera Utara

c. Sasaran usaha dan strategis
d. Memiliki reward and punishment system.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan bank yang sehat. Dalam hal ini bank harus memegang prinsip
prudential banking practices. Prinsip tersebut dijalankan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjaga
kelangsungan usaha secara berkesinambungan. Disamping itu, Bank harus
mampu bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik).
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa
pengaruh/tekanan dari pihak manapun. Selain itu, Bank harus mampu
menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders.
Pengelola bank tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan sepihak dan harus
menghindari segala bentuk benturan kepentingan (conflict of interest).
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku, dimana bank harus memperhatikan kepentingan
seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment). Namun, bank juga perlu memberikan kesempatan kepada
stakeholders untuk memberikan masukan bagi kepentingan bank, serta
memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan. 53
Berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di atas, maka
PT. Bank Sumut melaksanakan prinisp tersebut sebagai berikut :
53

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

1. Transparansi (transparency)
Pelaksanaan transparansi Bank Sumut telah melaksanakannya setiap
tahunnya dengan menyediakan akses kepada stakeholders untuk mengakses
laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat melalui website resmi dari PT Sumut.
Selain itu dapat mengakses laporan keuangan triwulan I, II, II dan IV dalam media
cetak yang telah bekerja sama dengan Bank Sumut untuk menerbitkan laporan
keuangan perusahaan.
Transparansi atas Informasi yang terkait dengan perusahan dijelaskan
secara terinci oleh Bank Sumut. Hal tersebut merupakan informasi penting yang
dibutuhkan oleh publik guna mendapatkan informasi-informasi penting mengenai
perusahaan. Hal tersebut mengenai visi-misi, produk, sasaran usaha, strategi
perusahaan, kondisi keuangan, laporan keberlanjutan, laporan tahunan, laporan
pelaksanaan good corporate governance, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian

internal,

serta

sistem

dan

pelaksanaan

GCG.

Dalam

pengungkapannya perusahan telah melaksanakannya dengan baik, karena
informasi tersebut dapat dengan mudah didapatkan melalui media elektronik atau
website resmi Bank Sumut. 54 Hal ini diperkuat dengan dibentuknya Sekretaris
Perusahaan yang berperan sebagai penghubung Bank dengan para investor, pelaku
pasar modal, regulator dan juga para pengamat. Sekretaris Perusahaan
54

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

memfasilitasi komunikasi yang efektif dan memastikan tersedianya informasi
untuk berbagai pihak serta berperan sebagai penghubung utama antara Bank,
BAPEPAM-LK dan publik. Jadi dengan adanya Sekretaris perusahaan, juga akan
mempermudah mendapatkan informasi terkait perusahaan bagi para pemangku
kepentingan.
Kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan tanpa
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi,
Bank Sumut telah menerapkannya dalam code of conduct pada bagian kerahasiaan
dan informasi perusahaan. Dalam code of conduct tersebut terdapat tiga poin yang
terkandung didalamnya. Ketiga poin tersebut sudah cukup jelas dan sesuai dengan
pedoman prinsip transparansi yaitu prinsip keterbukaan yang dianut oleh
perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi. 55
2. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas pada PT. Bank Sumut diwujudkan dengan kejelasan
tanggungjawab masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi,
sasaran usaha, dan strategi perusahaan. Tugas dan wewenang masing-masing
organisasi telah dibuat, dipaparkan dan dilaksanakan setiap tahunnya oleh semua
pegawai Bank Sumut sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan yang

55

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

berpedoman sesuai dengan prinsip GCG yang berlaku. 56
Meyakinkan bahwa masing-masing organ dalam organisasi mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan perannya dalam pelaksaan
GCG, Bank Sumut

memberikan informasi tentang upaya-upaya dalam

menerapkan prinsip akuntabilitas atas kompetensi organisasi. Menyusun tugas
sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing-masing anggota Dewan
Komisaris merupakan langkah yang dilakukan oleh Dewan Komisaris untuk
menjaga kompetensi dari masing-masing anggotanya. Kemudian juga terwujud
pada kebijakan mengenai kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja yang
sesuai dengan persyaratan. Bank Sumu mendorong terciptanya GCG, pada setiap
awal tahun seluruh anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pegawai Sumut wajib
menandatangani Komitmen Pelaksanaan GCG. 57 Bank Sumut juga senantiasa
menyesuaikan diri dengan perkembangan praktik terbaik GCG yang ada baik di
tingkat nasional, regional dan internasional yang relevan dengan kondisi di
Indonesia dan yang sesuai dengan kebutuhan praktik bagi Bank Sumut, sehingga
praktik GCG di Bank Sumut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hasil
pemeringkatan GCG yang dilakukan melalui self assessment maupun third party
assessment oleh pihak independen menjadi feedback dalam memetakan dan
meningkatkan praktik GCG di Bank Sumut berdasarkan hasil rekomendasi yang
diberikan.
Perusahaan meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

56

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.
57
Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan GCG. Hal ini diperkuat dengan adanya Pembinaan
Keahlian dan Ketrampilan pada semua pegawai Bank Sumut melalui perencanaan
sumber daya manusia yang secara terencana tertuang dalam Human Capital
Transformation Roadmap. Roadmap ini bertujuan untuk menciptakan sumber
daya manusia yang unggul dan memiliki global capability.58
Pengelolaan sumber daya manusia dititikberatkan pada pengembangan
kapabilitas sejalan dengan arah Bank Sumut untuk memperkuat landasan
keuangan yang menjadi pondasi bagi pertumbuhan keuangan yang berkelanjutan.
Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memiliki
global capability maka dilakukan suatu inisiasi strategis pengelolaan sumber daya
manusia yang difokuskan pada capacity fulfillment dan capability enhancement.
Untuk mendukung inisiasi strategis tersebut telah dilakukan transformasi pada
pengelolaan sumber daya manusia melalui penyempurnaan organisasi pada Divisi
Human Capital yang terbagi menjadi 4 (empat) fungsi besaran yaitu strategy,
business partnering, expertise dan services.
Mengenai pengendalian internal perusahaan, Bank Sumut setiap tahunnya
mengadakan rapat Direksi yang membahas tentang pengembangan pengendalian
internal perusahaan. Sistem pengendalian intern Bank Sumut dikembangkan dan
diimplementasikan dengan menggunakan model Three Lines of Defense.
Pengendalian intern dilakukan dengan koordinasi antar Three Lines of Defense
yang saling melengkapi, terkoordinasi dan terjalin komunikasi yang baik antar
58

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

line of defense. Untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern telah
dilakukan di unit operasional, Satuan Pengawasan Intern melakukan audit secara
berkala dan Compliance Officer (CO) melaksanakan pengawasan secara harian.
Mengaplikasikan akuntabilitasnya Bank Sumut juga menerapkannya
melalui pemberian reward dan punishment system sesuai dengan prinsip GCG.
Bank Sumut membentuk komite khusus dalam pelaksanaan sistem ini, seperti
adanya Komite Remunerasi dan Nominasi, Komite Sumber Daya Manusia dan
Komite Anti Fraud. 59 Selain memberikan penghargaan kepada pegawai Bank
Sumut yang berprestasi, juga memberikan sanksi kepada pegawai Bank Sumut
yang melakukan tindak pelanggaran. Diharapkan dengan adanya sistem ini,
pegawai Bank Sumut lebih termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.
Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati. Dengan pedoman perilaku (code of conduct)yang
merupakan tata nilai budaya kerja Bank Sumut dan sebagai tonggak-tonggak
perilaku teladan di Bank Sumut yang berlaku bagi seluruh pegawai Bank Sumut
dari jajaran Dewan Komisaris, Direksi, pemimpin sampai jajaran pegawai
terendah dalam struktur organisasi, termasuk pegawai rekanan yang ditugaskan di
Bank Sumut. 60 Hal ini diperkuat dengan adanya Kode Etik Bank Sumut yang
pada prinsipnya diwajibkan untuk segenap pegawai Bank Sumut.

59

Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.
60
Hasil Wawancara dengan Rahmat Khairul, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Bank
Sumut Kantor Pusat Imam Bonjol, Tanggal 23 Mei 2016 Pukul 10.00 Wib.

Universitas Sumatera Utara

3. Pertanggungjawaban (responsibility)
Prinsip pertanggungjawaban Bank Sumut ditunjukkan oleh pegawai BNI
dengan selalu mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai
dengan prinsip GCG. 61 Laporan keuangan disusun secara baik dan akurat, hal ini
dibuktikan dengan kebijakan akuntansi yang dipakai oleh Bank Sumut dalam
Laporan keuangan konsolidasian telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) di Indonesia yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAKIAI).
Laporan Keuangan Konsolidasian disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) No.VIII G.7 lampiran Keputusan
Ketua Bapepam dan LK No.KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang
Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik.
Tanggung jawab atas komitmen manajemen, Bank Sumut telah melakukan
rapat Dewan Direksi setiap tahunnya, membahas berbagai persoalan dan/atau
strategi pengelolaan perseroan. Dari rapat-rapat tersebut, persoalan dan/atau
strategi yang dibahas dan diputuskan bersama dalam Rapat Direksi. Bidangbidang yang dikaji dalam tersebut adalah Bidang Kepengurusan, Bidang
Manajemen Risiko, Bidang Pengendalian Internal, dan Bidang GCG.
Bank Sumut telah melaksanakan aktivitas Corporate Social Responsibility
se