Analisis Biaya Produksi Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Chapter III IV
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya
1. Pengertian Biaya
Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan
akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa konsep mengenai biaya
menurut para ahli, antara lain: akuntan, ahli ekonomi, dan pihak lainnya yang
telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:7), “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Mursyidi (2008:14), “Biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan
yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang
dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.
Menurut Mulyadi (2015:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu”. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di
atas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu
pengorbanan atas sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang dan
berhubungan terhadap produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu
tujuan.
2. Klasifikasi Biaya
Pemahaman terhadap hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis sangat
menentukan keberhasilan terhadap perencanaan dan pengendalian biaya dalam
suatu usaha. Biaya dapat dikelompokkan menurut tujuan penggunaan biaya
tersebut, sehingga setiap biaya akan memiliki tujuan tersendiri.
Menurut Siregar et al. (2013:25), pada dasarnya biaya dapat diklasifikasi
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. Hubungan Biaya dengan Produk
Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi
2 (dua), yaitu:
1.1. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya
langsung adalah biaya bahan baku.
1.2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur
ke produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik.
2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan
Berdasarkan
hubungannya
dengan
perubahan
kegiatan
ini,
biaya
diklasifikasi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.1. Biaya variabel (variable cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional
dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unitnya
tidak berubah. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku.
2.2. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume
kegiatan dalam kisaran volume tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya
sewa bangunan kantor atau pabrik.
2.3. Biaya campuran (mixed cost)
Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume
kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Contoh biaya campuran
adalah tagihan listrik.
3. Elemen Biaya Produksi
Berdasarkan hubungannya dengan elemen biaya produksi maka biaya dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu:
3.1. Biaya bahan baku (raw material cost)
Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke
dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi.
3.2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya biaya tenaga kerja yang secara
langsung berhubungan dengan produksi barang jadi.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Biaya overhead pabrik (manufacture overhead cost)
Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya
bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik sulit
ditelusur ke suatu produk.
4. Fungsi Pokok Perusahaan
Berdasarkan fungsi pokok perusahaan biaya dapat diklasifikasi menjadi 3
(tiga), yaitu:
4.1. Biaya produksi (production cost)
Biaya produksi terdiri atas 3 (tiga) jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
4.2. Biaya pemasaran (marketing expense)
Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan
produk atau jasa.
4.3. Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense)
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka
mengarahkan,
menjalankan,
dan
mengendalikan
perusahaan
untuk
memproduksi barang jadi.
5. Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial
Proses pokok manajerial meliputi perencanaan, pengendalian, dan penilaian
kinerja. Ada beberapa istilah biaya yang sering digunakan dalam rangka
melaksanakan fungsi pokok manajerial di atas. Berbagai istilah biaya tersebut
meliputi:
Universitas Sumatera Utara
5.1. Biaya standar (standart cost)
Biaya standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
5.2. Biaya aktual (actual cost)
Biaya aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu
produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
5.3. Biaya terkendali (controllable cost)
Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang manajer tingkatan tertentu.
5.4. Biaya tak terkendali (uncontrollable cost)
Biaya tak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu.
5.5. Biaya komitan (commited cost)
Biaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan
kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran,
dan administrasi.
5.6. Biaya diskresioner (discretionary cost)
Biaya diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada
kebijakan manajemen.
5.7. Biaya relevan (relevant cost)
Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda antara satu alternatif
dan alternatif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
5.8. Biaya kesempatan (opportunity cost)
Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbankan pada saat satu alternatif
keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif lain.
B. Pengertian Biaya Produksi dan Biaya Standar
1. Biaya Produksi
Dalam kegiatan usaha perusahaan manufaktur, dibutuhkan suatu proses
produksi yang efektif dan efisien. Proses produksi merupakan proses mengolah
bahan baku menjadi suatu produk yang siap untuk dijual. Dalam proses produksi
dibutuhkan suatu pengorbanan berupa biaya, dimana biaya tersebut ada yang
dapat diidentifikasi secara langsung dalam suatu produk dan ada juga biaya yang
tidak dapat diidentifikasi dalam suatu produk. Kedua jenis biaya tersebut saling
mendukung dalam proses pembuatan suatu produk.
Menurut Mulyadi (2015:14), “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead”.
Menurut Sukirno (2013:208), “Biaya produksi dapat didefenisikan sebagai
semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut”.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), “ Biaya produksi adalah biaya
yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi
merupakan pengorbanan atas sumber ekonomi yang berhubungan dengan
produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan. Biaya produksi
terdiri dari 3 (tiga) yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
2. Biaya Standar
Dalam biaya produksi dipergunakan suatu standar tertentu, seperti standar
bahan, standar upah, dan standar biaya lainnya yang merupakan unsur biaya
produksi. Biaya standar digunakan sebagai alat bantu dalam penyusunan suatu
anggaran dan biaya standar ini disusun berdasarkan pengalaman melalui data-data
historis tahun sebelumnya ataupun melalui perkiraan dan melalui riset ilmiah.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:271), “Biaya standar merupakan berapa
biaya yang seharusnya dicapai dan dapat diterima, dengan kinerja yang kurang
memadai”.
Menurut Halim (2010:267), “Biaya standar adalah biaya yang ditentukan
dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan
asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Menurut Siregar et al. (2013:453), “Biaya standar adalah biaya produksi
suatu unit atau sekelompok produk selama periode tertentu yang ditentukan di
muka. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk
pada kondisi operasi tertentu. Suatu biaya standar mempunyai dua komponen,
yaitu standar fisik dan standar harga. Standar fisik adalah kuantitas standar
Universitas Sumatera Utara
masukan per unit keluaran. Standar harga adalah harga perkiraan per unit
masukan. Biaya produksi standar yang dibuat meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Sistem
biaya
standar
bermanfaat
untuk
melakukan
perencanaan,
pengendalian operasi dan memberikan wawasan kepada manajemen dalam
membuat keputusan. Biaya standar dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini:
1. Menyederhanakan prosedur penentuan biaya produk
2. Memudahkan pembuatan anggaran
3. Mengendalikan biaya
4. Menentukan harga jual
Keberhasilan sistem biaya standar tergantung pada keandalan, akurasi, dan
sikap karyawan terhadap standar yang ditetapkan. Semua faktor yang relevan
dalam penyusunan standar harus dipertimbangkan. Selain itu, tingkat ketelitian
dan kehati-hatian yang tinggi sangat dibutuhkan. Standar yang disusun secara
sembarang akan menghilangkan semua manfaat yang seharusnya diperoleh dalam
penggunaan biaya standar.
Salah satu manfaat utama penggunaan biaya standar adalah membantu
manajemen dalam proses pengendalian biaya produksi yang dapat dilakukan
dengan menghitung penyimpangan biaya. Penyimpangan biaya standar dihitung
dengan membandingkan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya. Apabila
biaya yang sesungguhnya terjadi lebih rendah daripada biaya standar maka terjadi
penyimpangan yang bersifat menguntungkan dan sebaliknya. Setiap penyimpang-
Universitas Sumatera Utara
an yang terjadi harus dianalisis dan dicari penyebabnya serta dilakukan tindakan
koreksi oleh pihak yang bertanggung jawab.
C. Anggaran Biaya Produksi
Setiap perusahaan baik besar maupun kecil seharusnya membuat anggaran,
karena anggaran memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan
kegiatan operasional perusahaan, Dengan anggaran maka perusahaan dapat
membuat suatu perencanaan kedepan dan menentukan tindakan-tindakan apa yang
harus dilakukan perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Perusahaan juga dapat menggunakan anggaran untuk menilai hasil
kerja dan membandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
Menurut Dharmanegara (2010:2), “Anggaran merupakan suatu rencana
yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang
dinyatakan dalam suatu unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang”.
Menurut Rudianto (2009:3), “Anggaran adalah rencana kerja organisasi di
masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan
sistematis”. Anggaran memiliki fungsi yang terkait erat dengan keempat fungsi
manajemen yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
menggerakkan (actuating), dan pengendalian (controlling).
Berkaitan dengan keempat fungsi utama manajemen tersebut, anggaran
memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Alat Perencanaan
Sebagai bagian dari fungsi perencanaan (planning), anggaran merupakan
rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota organisasi atau perusahaan
dalam bertindak. Anggaran merupakan rencana yang diupayakan untuk
direalisasikan. Anggaran memberikan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh
setiap bagian organisasi di dalam suatu periode waktu tertentu. Tanpa memiliki
anggaran, perusahaan tidak memiliki arah dan sasaran yang harus dicapai
dalam suatu kurun waktu tertentu.
2. Alat Pengendalian
Sebagai bagian dari fungsi pengendalian (controlling), anggaran berguna
sebagai alat penilai apakah aktivitas setiap bagian organisasi atau perusahaan
telah sesuai dengan rencana atau tidak. Dalam Hal ini anggaran berfungsi
sebagai suatu standar atau tolak ukur manajemen. Sebagai suatu standar,
anggaran digunakan untuk menilai kegiatan yang dilaksanakan setiap bagian
manajemen telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Jika
realisasi pelaksanaan setiap bagian manajemen lebih baik dari anggaran, maka
dapat dinilai bahwa bagian tersebut telah berhasil mencapai rencana yang telah
ditetapkan.
Menurut Dharmanegara (2010:80), “ Anggaran produksi adalah suatu
pernyataan dari hasil produk dan umumnya diungkapkan dalam unit”.
Menurut Rudianto (2009:80), “Anggaran produksi adalah rencana
perusahaan untuk menghasilkan produk perusahaan dalam jumlah yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kebutuhan penjualan dengan mempertimbangkan jumlah persediaan pada
awal dan akhir periode tertentu”.
Berdasarkan defenisi tersebut, maka anggaran biaya produksi dari suatu
perusahaan manufaktur merupakan gabungan dari:
1. Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana besarnya biaya bahan baku
yang akan dikeluarkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu di masa
mendatang. Dengan adanya anggaran biaya bahan baku maka perusahaan dapat
mengendalikan biaya bahan baku.
Menurut Siregar et al. (2013:370), terdapat 2 (dua) metode pengendalian
bahan baku, yaitu:
a. Metode siklus pesanan (order cycling)
Pada metode ini, pengendalian dilakukan dengan cara memeriksa secara
periodik status kuantitas bahan yang ada untuk setiap item atau kelas bahan.
Periodisasi pemeriksaan dapat berbeda antar perusahaan (misalnya 30, 60, atau
90 hari). Item bahan yang bernilai tinggi dan item-item yang sangat penting
bagi kelancaran operasi biasanya menuntut siklus waktu pemeriksaan yang
lebih pendek.
b. Metode minimum-maksimum (min-max)
Metode ini menitik beratkan pada batas kuantitas maksimum dan minimum
persediaan. Pada metode ini pengendalian dilakukan dengan cara menentukan
tingkat persediaan maksimum dan minimum yang harus dibentuk. Tingkat
minimum persediaan adalah jumlah kuantitas persediaan yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
untuk mencegah kehabisan bahan selama siklus pemesanan kembali (reorder).
Selanjutnya, lakukan pengamatan fisik persediaan untuk menentukan bahwa
titik pesan telah tercapai. Pengamatan juga dapat dilakukan melalui catatan
persediaan. Apabila saldo persediaan yang ada turun menuju titik pesan maka
pesan bahan harus segera dipersiapkan.
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan rencana besarnya biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya tenaga kerja yang terlibat
secara langsung di dalam proses produksi dalam suatu proses produksi dalam
suatu periode tertentu di masa mendatang.
Perencanaan biaya dan jam tenaga kerja langsung yang efektif memiliki
keuntungan bagi perusahaan sebagai berikut:
a. Fungsi personel dapat ditampilkan lebih efisien karena ada dasar untuk
perencanaan yang efektif, pengerahan, pelatihan, dan penggunaan personel.
b. Fungsi keuangan dapat ditampilkan lebih efisien karena tenaga kerja sering
merupakan permintaan yang terbesar dalam kas selama tahun tersebut.
c. Biaya produksi yang dianggarkan untuk setiap produk (biaya per unit dan total
biaya) mungkin merupakan faktor penting dalam beberapa bidang pembuatan
keputusan, seperti kebijakaan harga, dan negosiasi serikat tenaga kerja.
3. Anggaran Biaya Overhead
Anggaran biaya overhead adalah seluruh biaya produksi selain biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang direncanakan akan
Universitas Sumatera Utara
dibayarkan dalam satu periode tertentu. Biaya overhead mencakup 3 (tiga)
kelompok biaya, yaitu:
a. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bahan-bahan yang
dibutuhkan di dalam suatu produk, tetapi bukan merupakan komponen utama
dari suatu produk.
b. Biaya tenaga kerja penolong
Biaya tenaga kerja penolong adalah gaji atau upah untuk membayar para
pekerja yang terlibat dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung
berperan di dalam proses menghasilkan produk tersebut.
c. Biaya pabrikase lainnya
Biaya pabrikase lainnya adalah biaya overhead selain biaya bahan penolong
dan tenaga kerja penolong. Biaya ini berkaitan erat dengan peralatan dan
fasilitas pendukung produksi.
E. Perhitungan Biaya Produksi
Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba dengan
membandingkan pendapatan yang diperolehnya dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan, terutama biaya produksi bagi perusahaan
manufaktur. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan perhitungan biaya
produksi untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan. Adapun tujuan dari dilakukannya perhitungan biaya produksi antara
lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengendalikan biaya
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan
menggunakan biaya standar. Sistem ini digunakan sebagai pedoman kepada
manajemen berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan produksi tersebut.
2. Untuk menetapkan biaya
Sebelum hasil produksi dijual, maka terlebih dahulu harus ditetapkan harga
jual dari produk tersebut. Penetapan biaya ini juga merupakan hal yang paling
mendasar dalam menentukan harga jual produksi. Penetapan harga jual ini juga
berhubungan secara langsung dengan tujuan perusahaan dalam menetapkan
laba atau keuntungan semaksimal mungkin.
Berikut ini penulis sajikan laporan realisasi dan anggaran biaya produksi PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan selama 5 (lima) tahun dimulai dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2012
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
514.318.510
Biaya (Rp)
27.785.377.646
RKAP
Kg
508.712.137
Biaya (Rp)
26.226.559.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
146.286.285.428
158.960.767.000
Beban pemupukan
388.509.148.035
440.045.758.000
Beban panen
260.847.193.469
263.670.642.000
Beban pengangkutan ke pabrik
188.456.980.172
169.411.345.000
Beban overhead
166.675.896.333
166.555.935.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
514.318.510
1.178.560.881.083
508.712.137
1.224.871.006.000
514.318.510
187.991.751.695
508.712.137
176.668.133.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.366.552.632.778
1.401.539.139.000
Beban penyusutan overhead
514.318.510
139.444.768.000
508.712.137
124.395.092.000
Beban penyusutan pengolahan
514.318.510
60.922.330.349
508.712.137
49.083.361.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.566.919.731.127
1.575.017.592.000
Beban pembelian produksi
190.644.106
1.144.004.415.102
211.650.140
1.298.371.450.000
Beban pengolahan
190.644.106
61.148.039.952
211.650.140
67.626.137.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.205.152.455.054
704.962.616
2.772.072.186.181
1.365.997.587.000
720.362.277
2.941.015.179.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa realisasi biaya produksi kelapa sawit pada
tahun 2012 berada dibawah biaya yang telah dianggarkan oleh perusahaan.
Namun ada biaya yang berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu beban gaji tunjangan staf, beban pengangkutan ke pabrik, beban
overhead, beban pengolahan, dan beban penyusutan overhead serta beban
penyusutan pengolahan. Beban gaji tunjangan staf berada 5,94% diatas RKAP,
beban pengangkutan ke pabrik berada 11,24% diatas RKAP, beban overhead
berada 0,07% berada diatas RKAP, beban pengolahan berada 6,41% diatas
RKAP, beban penyusutan overhead berada 12,1% diatas RKAP, dan beban
penyusutan pengolahan berada 24,12% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2013
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
485.256.101
Biaya (Rp)
33.854.439.343
RKAP
Kg
527.626.751
Biaya (Rp)
33.027.266.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
151.046.832.977
156.327.818.000
Beban pemupukan
488.182.746.103
499.108.698.000
Beban panen
281.213.189.435
288.208.115.000
Beban pengangkutan ke pabrik
191.545.139.384
185.240.113.000
Beban overhead
180.785.704.749
176.747.177.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
485.256.101
1.326.628.051.991
527.626.751
1.338.659.187.000
485.256.101
175.665.338.143
527.626.751
174.828.869.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.502.293.390.134
1.513.488.056.000
Beban penyusutan overhead
485.256.101
159.796.918.987
527.626.751
156.455.768.000
Beban penyusutan pengolahan
485.256.101
64.152.772.696
527.626.751
60.290.215.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.726.243.081.817
1.730.234.039.000
Beban pembelian produksi
216.269.252
1.319.370.304.850
245.661.260
1.293.528.500.000
Beban pengolahan
216.269.252
65.877.176.217
245.661.260
63.941.347.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.385.247.481.067
701.525.353
3.111.490.562.884
1.357.469.847.000
773.288.011
3.087.703.886.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.2 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2013
mengalami peningkatan dari tahun 2012. Besarnya kenaikan biaya tersebut
sebesar 12,24% atau Rp. 339.418.376.703 dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini
ada beberapa biaya diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu
beban gaji tunjangan staf, beban pengangkutan ke pabrik, beban overhead, beban
pengolahan, beban penyusutan overhead, beban penyusutan pengolahan, beban
pembelian produksi pihak ketiga, dan beban pengolahan pihak ketiga. Beban gaji
tunjangan staf berada 2,51% diatas RKAP, Beban pengangkutan ke pabrik berada
3,4% diatas RKAP, beban overhead berada 2,29% diatas RKAP, beban
pengolahan berada 0,48% diatas RKAP, beban penyusutan overhead berada
Universitas Sumatera Utara
2,14% diatas RKAP, beban penyusutan pengolahan berada 6,41% diatas RKAP,
beban pembelian produksi pihak ketiga berada 2% diatas RKAP, dan beban
pengolah pihak ketiga berada 3,03% diatas RKAP.
Tabel 3.3
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2014
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
500.490.458
Biaya (Rp)
36.036.912.464
RKAP
Kg
541.227.096
Biaya (Rp)
40.440.370.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
151.585.855.840
182.134.122.000
Beban pemupukan
441.474.771.202
506.041.176.000
Beban panen
307.788.369.432
348.222.150.000
Beban pengangkutan ke pabrik
200.976.306.230
208.556.902.000
Beban overhead
188.324.912.810
200.235.850.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
500.490.458
500.490.458
Beban produksi excl. penyusutan
1.326.187.127.978
541.227.096
204.958.747.615
541.227.096
1.531.145.875.593
1.485.630.570.000
207.465.312.000
1.693.095.882.000
Beban penyusutan overhead
500.490.458
188.171.462.776
541.227.096
190.471.394.000
Beban penyusutan pengolahan
500.490.458
76.138.636.483
541.227.096
70.895.914.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.795.455.974.852
1.954.463.190.000
Beban pembelian produksi
182.368.182
1.312.831.022.547
251.023.032
1.380.425.701.000
Beban pengolahan
182.368.182
64.655.590.829
251.023.032
83.553.638.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.377.486.613.376
682.858.640
3.172.942.588.228
1.463.979.339.000
792.250.128
3.418.442.529.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.3 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2014
mengalami peningkatan kembali dari tahun 2013. Besarnya kenaikan biaya
tersebut sebesar 1,98% atau Rp. 61.452.025.344 dari tahun sebelumnya. Pada
tahun ini hanya ada 1 (satu) biaya berada diatas anggaran yang telah ditetapkan
oleh perusahaan yaitu beban penyusutan pengolahan sebesar 7,4% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2015
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Beban pemeliharaan tanaman
menghasilkan
Beban pemupukan
Kg
Realisasi
Biaya (Rp)
569.629.945
38.052.937.993
Kg
595.202.429
RKAP
Biaya (Rp)
42.490.174.000
140.736.904.304
173.891.480.000
490.012.679.260
585.066.302.000
Beban panen
333.185.093.566
385.737.159.000
Beban pengangkutan ke pabrik
232.149.182.253
251.462.360.000
Beban overhead
199.877.330.872
212.002.661.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
569.629.945
1.434.014.128.248
595.202.429
569.629.945
216.986.636.564
595.202.429
Beban produksi excl. penyusutan
1.651.000.764.812
1.650.650.136.000
211.641.428.000
1.862.291.564.000
Beban penyusutan overhead
569.629.945
217.920.809.627
595.202.429
214.831.181.000
Beban penyusutan pengolahan
569.629.945
83.932.495.678
595.202.429
86.529.453.000
Beban produksi incl. penyusutan
kebun
Beban pembelian produksi
Beban pengolahan
1.952.854.070.117
143.581.758
850.968.731.773
255.576.531
143.581.758
51.260.420.213
255.576.531
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
2.163.652.198.000
902.229.151.986
713.481.703
2.855.083.222.103
1.402.573.308.000
73.307.319.000
1.475.880.627.000
850.778.960
3.639.532.825.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.4 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2015
mengalami penurunan yang sangat drastis dari tahun 2014. Biaya produksi
mengalami penurunan sebesar 10,02% atau Rp. 317.859.366.125 dari tahun
sebelumnya. Pada tahun ini ada 2 (dua) biaya diatas anggaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu beban pengolahan dan beban penyusutan
overhead. Beban pengolahan berada 2,53% diatas RKAP dan beban penyusutan
overhead berada 1,44% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2016
Realisasi
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Kg
551.679.758
Biaya (Rp)
45.224.464.191
RKAP-P
Kg
564.133.831
Biaya (Rp)
47.624.973.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
139.778.393.205
162.755.096.000
Beban pemupukan
403.583.028.044
555.861.236.000
Beban panen
330.448.568.384
368.845.726.000
Beban pengangkutan ke pabrik
208.170.793.711
213.112.712.000
Beban overhead
229.700.744.238
239.459.502.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
551.679.758
1.356.905.991.773
564.133.831
1.587.659.245.000
551.679.758
208.917.387.225
564.133.831
211.958.036.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.565.823.378.998
1.799.617.281.000
Beban penyusutan overhead
551.679.758
236.417.044.094
564.133.831
238.350.256.000
Beban penyusutan pengolahan
551.679.758
96.567.646.364
564.133.831
92.959.406.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.898.808.069.456
2.130.926.943.000
Beban pembelian produksi
109.164.160
756.344.409.652
149.653.251
902.638.909.000
Beban pengolahan
109.164.160
41.186.942.415
149.653.251
52.151.351.000
660.843.918
2.696.339.421.523
713.787.082
3.085.717.203.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
797.531.352.067
954.790.260.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.5 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2016
mengalami penurunan kembali dari tahun 2015. Biaya produksi mengalami
penurunan sebesar 5,56% atau Rp. 158.743.800.580 dari tahun sebelumnya. Pada
tahun ini hanya ada 1 (satu) biaya diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu beban penyusutan pengolahan sebesar 3,88% diatas RKAP.
E. Penilaian Tingkat Produksi
Dalam menjalankan aktivitasnya, setiap perusahaan memiliki tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai. Tujuan perusahaan bukan hanya untuk memperoleh
laba maksimal dengan suatu pengorbanan tertentu untuk mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan hidup perusahaan namun juga untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
Aktivitas yang ditimbulkan oleh perusahaan seperti kegiatan produksi tidak
terlepas dari adanya unsur biaya yang besar kecilnya akan berpengaruh terhadap
perhitungan laba dan rugi perusahaan pada akhir periode. Perusahaan juga dituntut
agar dapat mengelola dan mempergunakan sumber daya yang ada pada
perusahaan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai keuntungan yang
maksimal.
Menurut Peter F. Drucker dalam Mulyadi (2016:3), ”Efektif adalah
mengerjakan pekerjaan yang benar dan cepat serta tepat, sedangkan Efisien adalah
mengerjakan pekerjaan dengan benar atau tepat”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektif lebih mengarah
pada hasil yang dicapai, sedangkan efisien mengarah pada proses pencapaian
hasil tersebut. Dua kata diatas sangat berhubungan, karena dalam suatu proses
produksi dibutuhkan sebuah sumber daya (input). Kemudian input yang ada ini
apakah digunakan secara efisien dalam menghasilkan output dan yang terakhir
apakah output yang dihasilkan ini sudah efektif sehingga bermanfaat bagi
pengguna maupun produsen. Berikut ini tabel tingkat realisasi produksi PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan:
Tabel 3.6
Realisasi Produksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Uraian
Persentase Realisasi Tingkat Produksi
2012
2013
2014
2015
2016
Produksi Kebun Sendiri
101,10%
91,97%
92,47%
Produksi Kebun Pihak Ketiga
90,08%
88,04%
72,65%
Total Produksi
97,86%
90,72%
86,19%
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
95,70%
56,18%
83,86%
97.79%
72.94%
92.58%
Universitas Sumatera Utara
Kemudian untuk menentukan kategori realisasi tingkat produksi kelapa
sawit PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, peneliti menggunakan skala
penilaian berikut ini:
1. 0%
- 25%
= Buruk
2. 26% - 50%
= Kurang Baik
3. 51% - 75%
= Baik
4. 76% - >100% = Sangat Baik
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat realisasi produksi kelapa
sawit yang berasal dari kebun milik PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan dari tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik.
Namun tingkat realisasi produksi kelapa sawit dari kebun pihak ketiga hanya pada
tahun 2012 dan 2013 yang memiliki kategori sangat baik, sedangkan pada tahun
2014 hingga 2016 memiliki kategori baik.
F. Pengawasan Biaya Produksi
Dalam suatu kegiatan produksi di suatu perusahaan mungkin saja terjadi
pemyimpangan atau kesalahan dari apa yang diharapkan atau direncanakan
sebelumnya. Dengan adanya pengawasan biaya produksi maka dapat dicari sebabsebab timbulnya penyimpangan, besar penyimpangan, dan menghindari
kemungkinan penyimpangan tersebut. Penyimpangan ini diukur dari realisasi
kegiatan produksi dengan anggaran produksi yang telah ditetapkan.
Pengawasan biaya produksi merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan
penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
rencana pengeluaran biaya produksi yang telah dilakukan. Faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
pentingnya pengawasan biaya produksi adalah perubahan yang selalu terjadi baik
diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan
yang dilakukan anggota organisasi diperlukan pengawasan dan pembenahan.
Agar perencanaan yang telah disusun dan dijalankan PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
dilakukan pengawasan terhadap biaya produksi. Pengawasan ini berguna untuk
mengendalikan pengeluaran biaya produksi, mencegah terjadinya pemborosan,
melihat perbandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta
mendorong kesadaran pengendalian biaya. Berikut ini adalah pengawasan biaya
produksi kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) secara
menyeluruh dari tahun 2012 sampai dengan 2016:
Tabel 3.7
Realisasi Biaya Produksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Persentase Realisasi Biaya Produksi
2012
2013
105,94%
102,50%
2014
2015
2016
89,11%
89,56%
94,96%
Beban pemel. tanaman menghasilkan
92,03%
96,62%
83,23%
80,93%
85,88%
Beban pemupukan
88,29%
97,81%
87,24%
83,75%
72,60%
Beban panen
98,93%
97,57%
88,39%
86,38%
89,59%
Beban pengangkutan ke pabrik
111,24%
103,40%
96,37%
92,32%
97,68%
Beban overhead
100,07%
102,28%
94,05%
94,28%
95,92%
96,22%
99,10%
89,27%
86,88%
85,47%
106,41%
100,48%
98,79%
102,53%
98,57%
97,50%
99,26%
90,43%
88,65%
87,01%
Beban penyusutan kebun
112,10%
102,14%
98,79%
101,44%
99,19%
Beban penyusutan overhead
124,12%
106,41%
107,39%
97,00%
103,88%
Beban produksi incl. penyusutan kebun
99,49%
99,77%
91,86%
90,26%
89,11%
Beban pembelian produksi
88,11%
102%
95,10%
60,67%
83,79%
Beban pengolahan
90,42%
103,03%
77,38%
69,93%
78,98%
Beban pembelian produk pihak ketiga
88,23%
102,05%
94,09%
61,13%
83,53%
94,26%
100,77%
92,82%
78,45%
87,38%
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
Beban produksi excl. penyusutan
Jumlah Beban Produksi
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Universitas Sumatera Utara
1. Biaya Produksi tahun 2012
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2012 adalah 3.932,23 per kg dengan total biaya sebesar Rp.
2.772.072.186.181 dan kuantitas realisasi sebesar 704.962.616 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2012
Rp. 2.941.015.179.000
Realisasi biaya produksi tahun 2012
Rp. 2.772.072.186.181
Selisih
Rp.
168.942.992.819
Selisih sebesar Rp. 168.942.992.819 atau 5,74% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2012 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar - kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (720.362.277 – 704.962.616) x Rp. 4.082,69
= 15.399.661 x Rp. 4.082,69
= Rp. 62.872.041.968,09 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.082,69 – Rp. 3.932,23) x 704.962.616
= Rp. 150,46 x 704.962.616
= Rp. 106.068.675.203,36 (favorable variance)
Universitas Sumatera Utara
Realisasi biaya produksi tahun 2012 dibandingkan dengan RKAP tahun
2012 berada dibawah sebesar Rp. 168.942.992.819 atau 5,74% dengan biaya ratarata sebesar Rp. 3.932,23 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp. 150,46
per kg atau 3,69%.
2. Biaya Produksi tahun 2013
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2013 adalah Rp. 4.435,32 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 3.111.490.562.884 dan kuantitas realisasi sebesar 701.525.353 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2013
Rp. 3.087.703.886.000
Realisasi biaya produksi tahun 2013
Rp. 3.111.490.562.884
Selisih
Rp.
23.786.676.884
Selisih sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0,77% merupakan penyimpangan
yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada diatas anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (773.288.011 – 701.525.353) x Rp. 3.992,95
= 71.762.658 x Rp. 3.992,95
= Rp. 286.544.705.261,1 (unfavorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
= (Rp. 4.435,32 – Rp. 3.992,95) x 701.525.353
= Rp. 442,37 x 701.525.353
= Rp. 310.333.770.406,61 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun
2013 berada diatas sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0.77% dengan biaya rata-rata
sebesar Rp. 4.435,32 per kg yang berada diatas RKAP sebesar Rp. 442.37 per kg
atau 11.08%.
3. Biaya Produksi tahun 2014
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2014 adalah Rp. 4.646,56 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 3.172.942.588.228 dan kuantitas realisasi sebesar 682.858.640 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.418.442.529.000
Realisasi biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.172.942.588.228
Selisih
Rp.
245.499.940.772
Selisih sebesar Rp. 245.449.940.772 atau 7.18% merupakan penyimpangan
yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2014 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (792.250.128 – 682.858.640) x Rp. 4.314,85
= 109.391.488 x Rp. 4.314,85
Universitas Sumatera Utara
= Rp. 472.007.861.996,8 (unfavorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.646,56 – Rp. 4.314,85) x 682.858.640
= Rp. 331,71 x 682.858.640
= Rp. 226.511.039.474,4 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2014 dibandingkan dengan RKAP tahun
2014 berada dibawah sebesar Rp. 245.449.940.772 atau 7,18% dengan biaya ratarata sebesar Rp. 4.646,56 per kg yang berada diatas RKAP sebesar Rp. 331,71 per
kg atau 7,69%.
4. Biaya Produksi tahun 2015
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2015 adalah Rp. 4.001,62 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 2.855.083.222.103 dan kuantitas realisasi sebesar 713.481.703 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.639.532.825.000
Realisasi biaya produksi tahun 2014
Rp. 2.855.083.222.103
Selisih
Rp.
784.449.602.897
Selisih sebesar Rp. 784.449.602.897 atau 21,55% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2015 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
Universitas Sumatera Utara
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (850.778.960 – 713.481.703) x Rp. 4.277,88
= 137.297.257 x Rp. 4.277,88
= Rp. 587.341.189.775,16 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.277,88 – Rp. 4.001,62) x 713.481.703
= Rp. 276,26 x 713.481.703
= Rp. 197.106.455.270,78 (favorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2015 dibandingkan dengan RKAP tahun
2015 berada dibawah sebesar Rp. 784.449.602.897 atau 21.55% dengan biaya
rata-rata sebesar Rp. 4.001,62 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp.
276,26 per kg atau 6,46%.
5. Biaya Produksi tahun 2016
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2015 adalah Rp. 4.080,15 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 2.696.339.421.523 dan kuantitas realisasi sebesar 660.843.918 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2016
Rp. 3.085.717.203.000
Realisasi biaya produksi tahun 2016
Rp. 2.696.339.421.523
Selisih
Rp.
389.377.781.477
Universitas Sumatera Utara
Selisih sebesar Rp. 389.377.781.477 atau 12,62% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2016 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (713.787.082 – 660.843.918) x Rp. 4.323,02
= 52.943.164 x Rp. 4.323,02
= Rp. 228.874.356.835,28 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.323,02 – Rp. 4.080,15) x 660.843.918
= Rp. 242,87 x 660.843.918
= Rp. 160.499.162.364,66 (favorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2016 dibandingkan dengan RKAP tahun
2016 berada dibawah sebesar Rp. 389.377.781.477 atau 12,62% dengan biaya
rata-rata sebesar Rp. 4.080,15 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp.
242,87 per kg atau 5,62%.
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata realisasi total biaya produksi kelapa
sawit selama 5 (lima) tahun perusahaan berada dibawah biaya yang telah
dianggarkan oleh perusahaan. Akan tetapi, tetap ada sektor biaya yang berada
diatas anggaran perusahaan. Adapun penyebab-penyebab realisasi biaya produksi
Universitas Sumatera Utara
bisa berada diatas biaya yang dianggarkan mulai tahun 2012 sampai dengan tahun
2016 adalah sebagai berikut:
1. Gaji tunjangan staf, kenaikan beban gaji tunjangan staf ini disebabkan oleh
adanya mutasi pegawai, meningkatnya jumlah gaji dan jumlah tunjangan
karyawan.
2. Beban pengangkutan ke pabrik, kenaikan beban pengangkutan ke pabrik ini
disebabkan oleh kenaikan tarif pengangkutan, kenaikan harga bahan bakar
minyak non subsidi serta pengalihan distribusi Tandan Buah Segar (TBS) ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang lebih jauh jaraknya pada panen puncak.
3. Beban overhead, kenaikan beban overhead ini disebabkan oleh meningkatnya
biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead seperti pajak, retribusi, PBB,
beban asuransi, beban penerangan, beban persediaan air, beban lingkungan,
dan beban pemeliharaan bangunan, jalan, jembatan serta saluran air.
4. Beban pengolahan, kenaikan beban pengolahan ini disebabkan oleh
meningkatnya biaya analisa, biaya bahan kimia, biaya alat-alat pengolahan, dan
biaya bahan bakar serta pelumas serta kenaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP).
5. Beban penyusutan, kenaikan beban penyusutan ini disebabkan oleh
peningkatan investasi baik tanaman, mesin, dan peralatan pabrik.
6. Beban pembelian produksi pihak ketiga, kenaikan beban pembelian produksi
pihak ketiga ini disebabkan oleh tingginya harga kelapa sawit berupa Tandan
Buah Segar (TBS) di pasaran.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan evaluasi mengenai analisis biaya produksi
kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Realisasi produksi kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
dari tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil melakukan kegiatan produksi
secara efektif.
2. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan telah berupaya menerapkan
fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya produksi dalam
meningkatkan efisiensi yang ditunjukkan dengan menurunnya tingkat
penyimpangan berupa unfavorable variance antara realisasi dengan anggaran
perusahaan.
3. Pada tahun 2015 realisasi biaya produksi turun drastis dari tahun sebelumnya
dengan tingkat penyimpangan berupa favorable variance dan tingkat produksi
juga memiliki kategori yang sangat baik. Hal ini menunjukkan perusahaan
telah berusaha melakukan efisiensi dan efektifitas biaya produksi dengan
sebaiknya.
4. Dari tahun 2012 hingga 2016 rata- rata realisasi biaya produksi berada dibawah
RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5. Realisasi biaya produksi tahun 2012 hingga 2016 berada diatas anggaran yang
telah ditetapkan perusahaan disebabkan oleh tingginya biaya pengolahan, biaya
penyusutan, beban gaji tunjangan staf, beban overhead, beban pembelian
produksi pihak ketiga, dan beban pengangkutan ke pabrik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat menetapkan
kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan efektivitas dan efisiensi biaya
produksi adalah sebagai berikut:
1. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan untuk lebih
meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran
biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan
kegiatan perusahaan.
2. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus selalu diawasi dan setiap
penyimpangan yang terjadi dianalisis untuk mencari penyebabnya serta
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi.
3. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan lebih meningkatkan
kinerja untuk mencapai target produksi yang ditetapkan pada anggaran agar
perusahaan dapat menjadi perusahaan perkebunan terbaik dalam skala nasional
maupun internasional.
Universitas Sumatera Utara
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya
1. Pengertian Biaya
Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan
akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa konsep mengenai biaya
menurut para ahli, antara lain: akuntan, ahli ekonomi, dan pihak lainnya yang
telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:7), “Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Mursyidi (2008:14), “Biaya diartikan sebagai suatu pengorbanan
yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang
dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.
Menurut Mulyadi (2015:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu”. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di
atas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi.
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu
pengorbanan atas sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang dan
berhubungan terhadap produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu
tujuan.
2. Klasifikasi Biaya
Pemahaman terhadap hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis sangat
menentukan keberhasilan terhadap perencanaan dan pengendalian biaya dalam
suatu usaha. Biaya dapat dikelompokkan menurut tujuan penggunaan biaya
tersebut, sehingga setiap biaya akan memiliki tujuan tersendiri.
Menurut Siregar et al. (2013:25), pada dasarnya biaya dapat diklasifikasi
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. Hubungan Biaya dengan Produk
Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi
2 (dua), yaitu:
1.1. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya
langsung adalah biaya bahan baku.
1.2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur
ke produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik.
2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan
Berdasarkan
hubungannya
dengan
perubahan
kegiatan
ini,
biaya
diklasifikasi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.1. Biaya variabel (variable cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional
dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unitnya
tidak berubah. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku.
2.2. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume
kegiatan dalam kisaran volume tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya
sewa bangunan kantor atau pabrik.
2.3. Biaya campuran (mixed cost)
Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume
kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Contoh biaya campuran
adalah tagihan listrik.
3. Elemen Biaya Produksi
Berdasarkan hubungannya dengan elemen biaya produksi maka biaya dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu:
3.1. Biaya bahan baku (raw material cost)
Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke
dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi.
3.2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya biaya tenaga kerja yang secara
langsung berhubungan dengan produksi barang jadi.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Biaya overhead pabrik (manufacture overhead cost)
Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya
bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik sulit
ditelusur ke suatu produk.
4. Fungsi Pokok Perusahaan
Berdasarkan fungsi pokok perusahaan biaya dapat diklasifikasi menjadi 3
(tiga), yaitu:
4.1. Biaya produksi (production cost)
Biaya produksi terdiri atas 3 (tiga) jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
4.2. Biaya pemasaran (marketing expense)
Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan
produk atau jasa.
4.3. Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense)
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka
mengarahkan,
menjalankan,
dan
mengendalikan
perusahaan
untuk
memproduksi barang jadi.
5. Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial
Proses pokok manajerial meliputi perencanaan, pengendalian, dan penilaian
kinerja. Ada beberapa istilah biaya yang sering digunakan dalam rangka
melaksanakan fungsi pokok manajerial di atas. Berbagai istilah biaya tersebut
meliputi:
Universitas Sumatera Utara
5.1. Biaya standar (standart cost)
Biaya standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
5.2. Biaya aktual (actual cost)
Biaya aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu
produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
5.3. Biaya terkendali (controllable cost)
Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang manajer tingkatan tertentu.
5.4. Biaya tak terkendali (uncontrollable cost)
Biaya tak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu.
5.5. Biaya komitan (commited cost)
Biaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan
kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran,
dan administrasi.
5.6. Biaya diskresioner (discretionary cost)
Biaya diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada
kebijakan manajemen.
5.7. Biaya relevan (relevant cost)
Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda antara satu alternatif
dan alternatif lainnya.
Universitas Sumatera Utara
5.8. Biaya kesempatan (opportunity cost)
Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbankan pada saat satu alternatif
keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif lain.
B. Pengertian Biaya Produksi dan Biaya Standar
1. Biaya Produksi
Dalam kegiatan usaha perusahaan manufaktur, dibutuhkan suatu proses
produksi yang efektif dan efisien. Proses produksi merupakan proses mengolah
bahan baku menjadi suatu produk yang siap untuk dijual. Dalam proses produksi
dibutuhkan suatu pengorbanan berupa biaya, dimana biaya tersebut ada yang
dapat diidentifikasi secara langsung dalam suatu produk dan ada juga biaya yang
tidak dapat diidentifikasi dalam suatu produk. Kedua jenis biaya tersebut saling
mendukung dalam proses pembuatan suatu produk.
Menurut Mulyadi (2015:14), “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead”.
Menurut Sukirno (2013:208), “Biaya produksi dapat didefenisikan sebagai
semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut”.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:12), “ Biaya produksi adalah biaya
yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi
merupakan pengorbanan atas sumber ekonomi yang berhubungan dengan
produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan. Biaya produksi
terdiri dari 3 (tiga) yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
2. Biaya Standar
Dalam biaya produksi dipergunakan suatu standar tertentu, seperti standar
bahan, standar upah, dan standar biaya lainnya yang merupakan unsur biaya
produksi. Biaya standar digunakan sebagai alat bantu dalam penyusunan suatu
anggaran dan biaya standar ini disusun berdasarkan pengalaman melalui data-data
historis tahun sebelumnya ataupun melalui perkiraan dan melalui riset ilmiah.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009:271), “Biaya standar merupakan berapa
biaya yang seharusnya dicapai dan dapat diterima, dengan kinerja yang kurang
memadai”.
Menurut Halim (2010:267), “Biaya standar adalah biaya yang ditentukan
dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan
asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Menurut Siregar et al. (2013:453), “Biaya standar adalah biaya produksi
suatu unit atau sekelompok produk selama periode tertentu yang ditentukan di
muka. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk
pada kondisi operasi tertentu. Suatu biaya standar mempunyai dua komponen,
yaitu standar fisik dan standar harga. Standar fisik adalah kuantitas standar
Universitas Sumatera Utara
masukan per unit keluaran. Standar harga adalah harga perkiraan per unit
masukan. Biaya produksi standar yang dibuat meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Sistem
biaya
standar
bermanfaat
untuk
melakukan
perencanaan,
pengendalian operasi dan memberikan wawasan kepada manajemen dalam
membuat keputusan. Biaya standar dapat digunakan untuk hal-hal berikut ini:
1. Menyederhanakan prosedur penentuan biaya produk
2. Memudahkan pembuatan anggaran
3. Mengendalikan biaya
4. Menentukan harga jual
Keberhasilan sistem biaya standar tergantung pada keandalan, akurasi, dan
sikap karyawan terhadap standar yang ditetapkan. Semua faktor yang relevan
dalam penyusunan standar harus dipertimbangkan. Selain itu, tingkat ketelitian
dan kehati-hatian yang tinggi sangat dibutuhkan. Standar yang disusun secara
sembarang akan menghilangkan semua manfaat yang seharusnya diperoleh dalam
penggunaan biaya standar.
Salah satu manfaat utama penggunaan biaya standar adalah membantu
manajemen dalam proses pengendalian biaya produksi yang dapat dilakukan
dengan menghitung penyimpangan biaya. Penyimpangan biaya standar dihitung
dengan membandingkan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya. Apabila
biaya yang sesungguhnya terjadi lebih rendah daripada biaya standar maka terjadi
penyimpangan yang bersifat menguntungkan dan sebaliknya. Setiap penyimpang-
Universitas Sumatera Utara
an yang terjadi harus dianalisis dan dicari penyebabnya serta dilakukan tindakan
koreksi oleh pihak yang bertanggung jawab.
C. Anggaran Biaya Produksi
Setiap perusahaan baik besar maupun kecil seharusnya membuat anggaran,
karena anggaran memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan
kegiatan operasional perusahaan, Dengan anggaran maka perusahaan dapat
membuat suatu perencanaan kedepan dan menentukan tindakan-tindakan apa yang
harus dilakukan perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Perusahaan juga dapat menggunakan anggaran untuk menilai hasil
kerja dan membandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
Menurut Dharmanegara (2010:2), “Anggaran merupakan suatu rencana
yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang
dinyatakan dalam suatu unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang”.
Menurut Rudianto (2009:3), “Anggaran adalah rencana kerja organisasi di
masa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan
sistematis”. Anggaran memiliki fungsi yang terkait erat dengan keempat fungsi
manajemen yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
menggerakkan (actuating), dan pengendalian (controlling).
Berkaitan dengan keempat fungsi utama manajemen tersebut, anggaran
memiliki 2 (dua) fungsi utama yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Alat Perencanaan
Sebagai bagian dari fungsi perencanaan (planning), anggaran merupakan
rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota organisasi atau perusahaan
dalam bertindak. Anggaran merupakan rencana yang diupayakan untuk
direalisasikan. Anggaran memberikan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh
setiap bagian organisasi di dalam suatu periode waktu tertentu. Tanpa memiliki
anggaran, perusahaan tidak memiliki arah dan sasaran yang harus dicapai
dalam suatu kurun waktu tertentu.
2. Alat Pengendalian
Sebagai bagian dari fungsi pengendalian (controlling), anggaran berguna
sebagai alat penilai apakah aktivitas setiap bagian organisasi atau perusahaan
telah sesuai dengan rencana atau tidak. Dalam Hal ini anggaran berfungsi
sebagai suatu standar atau tolak ukur manajemen. Sebagai suatu standar,
anggaran digunakan untuk menilai kegiatan yang dilaksanakan setiap bagian
manajemen telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Jika
realisasi pelaksanaan setiap bagian manajemen lebih baik dari anggaran, maka
dapat dinilai bahwa bagian tersebut telah berhasil mencapai rencana yang telah
ditetapkan.
Menurut Dharmanegara (2010:80), “ Anggaran produksi adalah suatu
pernyataan dari hasil produk dan umumnya diungkapkan dalam unit”.
Menurut Rudianto (2009:80), “Anggaran produksi adalah rencana
perusahaan untuk menghasilkan produk perusahaan dalam jumlah yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan kebutuhan penjualan dengan mempertimbangkan jumlah persediaan pada
awal dan akhir periode tertentu”.
Berdasarkan defenisi tersebut, maka anggaran biaya produksi dari suatu
perusahaan manufaktur merupakan gabungan dari:
1. Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana besarnya biaya bahan baku
yang akan dikeluarkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu di masa
mendatang. Dengan adanya anggaran biaya bahan baku maka perusahaan dapat
mengendalikan biaya bahan baku.
Menurut Siregar et al. (2013:370), terdapat 2 (dua) metode pengendalian
bahan baku, yaitu:
a. Metode siklus pesanan (order cycling)
Pada metode ini, pengendalian dilakukan dengan cara memeriksa secara
periodik status kuantitas bahan yang ada untuk setiap item atau kelas bahan.
Periodisasi pemeriksaan dapat berbeda antar perusahaan (misalnya 30, 60, atau
90 hari). Item bahan yang bernilai tinggi dan item-item yang sangat penting
bagi kelancaran operasi biasanya menuntut siklus waktu pemeriksaan yang
lebih pendek.
b. Metode minimum-maksimum (min-max)
Metode ini menitik beratkan pada batas kuantitas maksimum dan minimum
persediaan. Pada metode ini pengendalian dilakukan dengan cara menentukan
tingkat persediaan maksimum dan minimum yang harus dibentuk. Tingkat
minimum persediaan adalah jumlah kuantitas persediaan yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
untuk mencegah kehabisan bahan selama siklus pemesanan kembali (reorder).
Selanjutnya, lakukan pengamatan fisik persediaan untuk menentukan bahwa
titik pesan telah tercapai. Pengamatan juga dapat dilakukan melalui catatan
persediaan. Apabila saldo persediaan yang ada turun menuju titik pesan maka
pesan bahan harus segera dipersiapkan.
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan rencana besarnya biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya tenaga kerja yang terlibat
secara langsung di dalam proses produksi dalam suatu proses produksi dalam
suatu periode tertentu di masa mendatang.
Perencanaan biaya dan jam tenaga kerja langsung yang efektif memiliki
keuntungan bagi perusahaan sebagai berikut:
a. Fungsi personel dapat ditampilkan lebih efisien karena ada dasar untuk
perencanaan yang efektif, pengerahan, pelatihan, dan penggunaan personel.
b. Fungsi keuangan dapat ditampilkan lebih efisien karena tenaga kerja sering
merupakan permintaan yang terbesar dalam kas selama tahun tersebut.
c. Biaya produksi yang dianggarkan untuk setiap produk (biaya per unit dan total
biaya) mungkin merupakan faktor penting dalam beberapa bidang pembuatan
keputusan, seperti kebijakaan harga, dan negosiasi serikat tenaga kerja.
3. Anggaran Biaya Overhead
Anggaran biaya overhead adalah seluruh biaya produksi selain biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang direncanakan akan
Universitas Sumatera Utara
dibayarkan dalam satu periode tertentu. Biaya overhead mencakup 3 (tiga)
kelompok biaya, yaitu:
a. Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bahan-bahan yang
dibutuhkan di dalam suatu produk, tetapi bukan merupakan komponen utama
dari suatu produk.
b. Biaya tenaga kerja penolong
Biaya tenaga kerja penolong adalah gaji atau upah untuk membayar para
pekerja yang terlibat dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung
berperan di dalam proses menghasilkan produk tersebut.
c. Biaya pabrikase lainnya
Biaya pabrikase lainnya adalah biaya overhead selain biaya bahan penolong
dan tenaga kerja penolong. Biaya ini berkaitan erat dengan peralatan dan
fasilitas pendukung produksi.
E. Perhitungan Biaya Produksi
Pada umumnya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba dengan
membandingkan pendapatan yang diperolehnya dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan, terutama biaya produksi bagi perusahaan
manufaktur. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan perhitungan biaya
produksi untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan. Adapun tujuan dari dilakukannya perhitungan biaya produksi antara
lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk mengendalikan biaya
Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan
menggunakan biaya standar. Sistem ini digunakan sebagai pedoman kepada
manajemen berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan produksi tersebut.
2. Untuk menetapkan biaya
Sebelum hasil produksi dijual, maka terlebih dahulu harus ditetapkan harga
jual dari produk tersebut. Penetapan biaya ini juga merupakan hal yang paling
mendasar dalam menentukan harga jual produksi. Penetapan harga jual ini juga
berhubungan secara langsung dengan tujuan perusahaan dalam menetapkan
laba atau keuntungan semaksimal mungkin.
Berikut ini penulis sajikan laporan realisasi dan anggaran biaya produksi PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan selama 5 (lima) tahun dimulai dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2012
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
514.318.510
Biaya (Rp)
27.785.377.646
RKAP
Kg
508.712.137
Biaya (Rp)
26.226.559.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
146.286.285.428
158.960.767.000
Beban pemupukan
388.509.148.035
440.045.758.000
Beban panen
260.847.193.469
263.670.642.000
Beban pengangkutan ke pabrik
188.456.980.172
169.411.345.000
Beban overhead
166.675.896.333
166.555.935.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
514.318.510
1.178.560.881.083
508.712.137
1.224.871.006.000
514.318.510
187.991.751.695
508.712.137
176.668.133.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.366.552.632.778
1.401.539.139.000
Beban penyusutan overhead
514.318.510
139.444.768.000
508.712.137
124.395.092.000
Beban penyusutan pengolahan
514.318.510
60.922.330.349
508.712.137
49.083.361.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.566.919.731.127
1.575.017.592.000
Beban pembelian produksi
190.644.106
1.144.004.415.102
211.650.140
1.298.371.450.000
Beban pengolahan
190.644.106
61.148.039.952
211.650.140
67.626.137.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.205.152.455.054
704.962.616
2.772.072.186.181
1.365.997.587.000
720.362.277
2.941.015.179.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa realisasi biaya produksi kelapa sawit pada
tahun 2012 berada dibawah biaya yang telah dianggarkan oleh perusahaan.
Namun ada biaya yang berada diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu beban gaji tunjangan staf, beban pengangkutan ke pabrik, beban
overhead, beban pengolahan, dan beban penyusutan overhead serta beban
penyusutan pengolahan. Beban gaji tunjangan staf berada 5,94% diatas RKAP,
beban pengangkutan ke pabrik berada 11,24% diatas RKAP, beban overhead
berada 0,07% berada diatas RKAP, beban pengolahan berada 6,41% diatas
RKAP, beban penyusutan overhead berada 12,1% diatas RKAP, dan beban
penyusutan pengolahan berada 24,12% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2013
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
485.256.101
Biaya (Rp)
33.854.439.343
RKAP
Kg
527.626.751
Biaya (Rp)
33.027.266.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
151.046.832.977
156.327.818.000
Beban pemupukan
488.182.746.103
499.108.698.000
Beban panen
281.213.189.435
288.208.115.000
Beban pengangkutan ke pabrik
191.545.139.384
185.240.113.000
Beban overhead
180.785.704.749
176.747.177.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
485.256.101
1.326.628.051.991
527.626.751
1.338.659.187.000
485.256.101
175.665.338.143
527.626.751
174.828.869.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.502.293.390.134
1.513.488.056.000
Beban penyusutan overhead
485.256.101
159.796.918.987
527.626.751
156.455.768.000
Beban penyusutan pengolahan
485.256.101
64.152.772.696
527.626.751
60.290.215.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.726.243.081.817
1.730.234.039.000
Beban pembelian produksi
216.269.252
1.319.370.304.850
245.661.260
1.293.528.500.000
Beban pengolahan
216.269.252
65.877.176.217
245.661.260
63.941.347.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.385.247.481.067
701.525.353
3.111.490.562.884
1.357.469.847.000
773.288.011
3.087.703.886.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.2 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2013
mengalami peningkatan dari tahun 2012. Besarnya kenaikan biaya tersebut
sebesar 12,24% atau Rp. 339.418.376.703 dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini
ada beberapa biaya diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu
beban gaji tunjangan staf, beban pengangkutan ke pabrik, beban overhead, beban
pengolahan, beban penyusutan overhead, beban penyusutan pengolahan, beban
pembelian produksi pihak ketiga, dan beban pengolahan pihak ketiga. Beban gaji
tunjangan staf berada 2,51% diatas RKAP, Beban pengangkutan ke pabrik berada
3,4% diatas RKAP, beban overhead berada 2,29% diatas RKAP, beban
pengolahan berada 0,48% diatas RKAP, beban penyusutan overhead berada
Universitas Sumatera Utara
2,14% diatas RKAP, beban penyusutan pengolahan berada 6,41% diatas RKAP,
beban pembelian produksi pihak ketiga berada 2% diatas RKAP, dan beban
pengolah pihak ketiga berada 3,03% diatas RKAP.
Tabel 3.3
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2014
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Realisasi
Kg
500.490.458
Biaya (Rp)
36.036.912.464
RKAP
Kg
541.227.096
Biaya (Rp)
40.440.370.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
151.585.855.840
182.134.122.000
Beban pemupukan
441.474.771.202
506.041.176.000
Beban panen
307.788.369.432
348.222.150.000
Beban pengangkutan ke pabrik
200.976.306.230
208.556.902.000
Beban overhead
188.324.912.810
200.235.850.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
500.490.458
500.490.458
Beban produksi excl. penyusutan
1.326.187.127.978
541.227.096
204.958.747.615
541.227.096
1.531.145.875.593
1.485.630.570.000
207.465.312.000
1.693.095.882.000
Beban penyusutan overhead
500.490.458
188.171.462.776
541.227.096
190.471.394.000
Beban penyusutan pengolahan
500.490.458
76.138.636.483
541.227.096
70.895.914.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.795.455.974.852
1.954.463.190.000
Beban pembelian produksi
182.368.182
1.312.831.022.547
251.023.032
1.380.425.701.000
Beban pengolahan
182.368.182
64.655.590.829
251.023.032
83.553.638.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
1.377.486.613.376
682.858.640
3.172.942.588.228
1.463.979.339.000
792.250.128
3.418.442.529.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.3 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2014
mengalami peningkatan kembali dari tahun 2013. Besarnya kenaikan biaya
tersebut sebesar 1,98% atau Rp. 61.452.025.344 dari tahun sebelumnya. Pada
tahun ini hanya ada 1 (satu) biaya berada diatas anggaran yang telah ditetapkan
oleh perusahaan yaitu beban penyusutan pengolahan sebesar 7,4% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2015
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Beban pemeliharaan tanaman
menghasilkan
Beban pemupukan
Kg
Realisasi
Biaya (Rp)
569.629.945
38.052.937.993
Kg
595.202.429
RKAP
Biaya (Rp)
42.490.174.000
140.736.904.304
173.891.480.000
490.012.679.260
585.066.302.000
Beban panen
333.185.093.566
385.737.159.000
Beban pengangkutan ke pabrik
232.149.182.253
251.462.360.000
Beban overhead
199.877.330.872
212.002.661.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
569.629.945
1.434.014.128.248
595.202.429
569.629.945
216.986.636.564
595.202.429
Beban produksi excl. penyusutan
1.651.000.764.812
1.650.650.136.000
211.641.428.000
1.862.291.564.000
Beban penyusutan overhead
569.629.945
217.920.809.627
595.202.429
214.831.181.000
Beban penyusutan pengolahan
569.629.945
83.932.495.678
595.202.429
86.529.453.000
Beban produksi incl. penyusutan
kebun
Beban pembelian produksi
Beban pengolahan
1.952.854.070.117
143.581.758
850.968.731.773
255.576.531
143.581.758
51.260.420.213
255.576.531
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
2.163.652.198.000
902.229.151.986
713.481.703
2.855.083.222.103
1.402.573.308.000
73.307.319.000
1.475.880.627.000
850.778.960
3.639.532.825.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.4 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2015
mengalami penurunan yang sangat drastis dari tahun 2014. Biaya produksi
mengalami penurunan sebesar 10,02% atau Rp. 317.859.366.125 dari tahun
sebelumnya. Pada tahun ini ada 2 (dua) biaya diatas anggaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu beban pengolahan dan beban penyusutan
overhead. Beban pengolahan berada 2,53% diatas RKAP dan beban penyusutan
overhead berada 1,44% diatas RKAP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5
Biaya Produksi Kelapa Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Periode 1 Januari - 31 Desember 2016
Realisasi
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Kg
551.679.758
Biaya (Rp)
45.224.464.191
RKAP-P
Kg
564.133.831
Biaya (Rp)
47.624.973.000
Beban pemel. tanaman menghasilkan
139.778.393.205
162.755.096.000
Beban pemupukan
403.583.028.044
555.861.236.000
Beban panen
330.448.568.384
368.845.726.000
Beban pengangkutan ke pabrik
208.170.793.711
213.112.712.000
Beban overhead
229.700.744.238
239.459.502.000
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
551.679.758
1.356.905.991.773
564.133.831
1.587.659.245.000
551.679.758
208.917.387.225
564.133.831
211.958.036.000
Beban produksi excl. penyusutan
1.565.823.378.998
1.799.617.281.000
Beban penyusutan overhead
551.679.758
236.417.044.094
564.133.831
238.350.256.000
Beban penyusutan pengolahan
551.679.758
96.567.646.364
564.133.831
92.959.406.000
Beban produksi incl. penyusutan kebun
1.898.808.069.456
2.130.926.943.000
Beban pembelian produksi
109.164.160
756.344.409.652
149.653.251
902.638.909.000
Beban pengolahan
109.164.160
41.186.942.415
149.653.251
52.151.351.000
660.843.918
2.696.339.421.523
713.787.082
3.085.717.203.000
Beban pembelian produk pihak ketiga
Jumlah Beban Produksi
797.531.352.067
954.790.260.000
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Pada Tabel 3.5 terlihat biaya produksi kelapa sawit pada tahun 2016
mengalami penurunan kembali dari tahun 2015. Biaya produksi mengalami
penurunan sebesar 5,56% atau Rp. 158.743.800.580 dari tahun sebelumnya. Pada
tahun ini hanya ada 1 (satu) biaya diatas anggaran yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu beban penyusutan pengolahan sebesar 3,88% diatas RKAP.
E. Penilaian Tingkat Produksi
Dalam menjalankan aktivitasnya, setiap perusahaan memiliki tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai. Tujuan perusahaan bukan hanya untuk memperoleh
laba maksimal dengan suatu pengorbanan tertentu untuk mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
kelangsungan hidup perusahaan namun juga untuk memaksimalkan nilai
perusahaan.
Aktivitas yang ditimbulkan oleh perusahaan seperti kegiatan produksi tidak
terlepas dari adanya unsur biaya yang besar kecilnya akan berpengaruh terhadap
perhitungan laba dan rugi perusahaan pada akhir periode. Perusahaan juga dituntut
agar dapat mengelola dan mempergunakan sumber daya yang ada pada
perusahaan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai keuntungan yang
maksimal.
Menurut Peter F. Drucker dalam Mulyadi (2016:3), ”Efektif adalah
mengerjakan pekerjaan yang benar dan cepat serta tepat, sedangkan Efisien adalah
mengerjakan pekerjaan dengan benar atau tepat”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektif lebih mengarah
pada hasil yang dicapai, sedangkan efisien mengarah pada proses pencapaian
hasil tersebut. Dua kata diatas sangat berhubungan, karena dalam suatu proses
produksi dibutuhkan sebuah sumber daya (input). Kemudian input yang ada ini
apakah digunakan secara efisien dalam menghasilkan output dan yang terakhir
apakah output yang dihasilkan ini sudah efektif sehingga bermanfaat bagi
pengguna maupun produsen. Berikut ini tabel tingkat realisasi produksi PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan:
Tabel 3.6
Realisasi Produksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Uraian
Persentase Realisasi Tingkat Produksi
2012
2013
2014
2015
2016
Produksi Kebun Sendiri
101,10%
91,97%
92,47%
Produksi Kebun Pihak Ketiga
90,08%
88,04%
72,65%
Total Produksi
97,86%
90,72%
86,19%
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
95,70%
56,18%
83,86%
97.79%
72.94%
92.58%
Universitas Sumatera Utara
Kemudian untuk menentukan kategori realisasi tingkat produksi kelapa
sawit PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, peneliti menggunakan skala
penilaian berikut ini:
1. 0%
- 25%
= Buruk
2. 26% - 50%
= Kurang Baik
3. 51% - 75%
= Baik
4. 76% - >100% = Sangat Baik
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa tingkat realisasi produksi kelapa
sawit yang berasal dari kebun milik PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan dari tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik.
Namun tingkat realisasi produksi kelapa sawit dari kebun pihak ketiga hanya pada
tahun 2012 dan 2013 yang memiliki kategori sangat baik, sedangkan pada tahun
2014 hingga 2016 memiliki kategori baik.
F. Pengawasan Biaya Produksi
Dalam suatu kegiatan produksi di suatu perusahaan mungkin saja terjadi
pemyimpangan atau kesalahan dari apa yang diharapkan atau direncanakan
sebelumnya. Dengan adanya pengawasan biaya produksi maka dapat dicari sebabsebab timbulnya penyimpangan, besar penyimpangan, dan menghindari
kemungkinan penyimpangan tersebut. Penyimpangan ini diukur dari realisasi
kegiatan produksi dengan anggaran produksi yang telah ditetapkan.
Pengawasan biaya produksi merupakan suatu kegiatan dalam mengadakan
penilaian, pengukuran dan perbaikan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
rencana pengeluaran biaya produksi yang telah dilakukan. Faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
pentingnya pengawasan biaya produksi adalah perubahan yang selalu terjadi baik
diluar maupun didalam organisasi dan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan
yang dilakukan anggota organisasi diperlukan pengawasan dan pembenahan.
Agar perencanaan yang telah disusun dan dijalankan PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
dilakukan pengawasan terhadap biaya produksi. Pengawasan ini berguna untuk
mengendalikan pengeluaran biaya produksi, mencegah terjadinya pemborosan,
melihat perbandingan seberapa jauh pelaksanaan rencana dan biaya tercapai serta
mendorong kesadaran pengendalian biaya. Berikut ini adalah pengawasan biaya
produksi kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) secara
menyeluruh dari tahun 2012 sampai dengan 2016:
Tabel 3.7
Realisasi Biaya Produksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Uraian
Beban gaji tunjangan staf
Persentase Realisasi Biaya Produksi
2012
2013
105,94%
102,50%
2014
2015
2016
89,11%
89,56%
94,96%
Beban pemel. tanaman menghasilkan
92,03%
96,62%
83,23%
80,93%
85,88%
Beban pemupukan
88,29%
97,81%
87,24%
83,75%
72,60%
Beban panen
98,93%
97,57%
88,39%
86,38%
89,59%
Beban pengangkutan ke pabrik
111,24%
103,40%
96,37%
92,32%
97,68%
Beban overhead
100,07%
102,28%
94,05%
94,28%
95,92%
96,22%
99,10%
89,27%
86,88%
85,47%
106,41%
100,48%
98,79%
102,53%
98,57%
97,50%
99,26%
90,43%
88,65%
87,01%
Beban penyusutan kebun
112,10%
102,14%
98,79%
101,44%
99,19%
Beban penyusutan overhead
124,12%
106,41%
107,39%
97,00%
103,88%
Beban produksi incl. penyusutan kebun
99,49%
99,77%
91,86%
90,26%
89,11%
Beban pembelian produksi
88,11%
102%
95,10%
60,67%
83,79%
Beban pengolahan
90,42%
103,03%
77,38%
69,93%
78,98%
Beban pembelian produk pihak ketiga
88,23%
102,05%
94,09%
61,13%
83,53%
94,26%
100,77%
92,82%
78,45%
87,38%
Jumlah Beban Tanaman
Beban pengolahan
Beban produksi excl. penyusutan
Jumlah Beban Produksi
Sumber: PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2017.
Universitas Sumatera Utara
1. Biaya Produksi tahun 2012
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2012 adalah 3.932,23 per kg dengan total biaya sebesar Rp.
2.772.072.186.181 dan kuantitas realisasi sebesar 704.962.616 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2012
Rp. 2.941.015.179.000
Realisasi biaya produksi tahun 2012
Rp. 2.772.072.186.181
Selisih
Rp.
168.942.992.819
Selisih sebesar Rp. 168.942.992.819 atau 5,74% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2012 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar - kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (720.362.277 – 704.962.616) x Rp. 4.082,69
= 15.399.661 x Rp. 4.082,69
= Rp. 62.872.041.968,09 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.082,69 – Rp. 3.932,23) x 704.962.616
= Rp. 150,46 x 704.962.616
= Rp. 106.068.675.203,36 (favorable variance)
Universitas Sumatera Utara
Realisasi biaya produksi tahun 2012 dibandingkan dengan RKAP tahun
2012 berada dibawah sebesar Rp. 168.942.992.819 atau 5,74% dengan biaya ratarata sebesar Rp. 3.932,23 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp. 150,46
per kg atau 3,69%.
2. Biaya Produksi tahun 2013
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2013 adalah Rp. 4.435,32 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 3.111.490.562.884 dan kuantitas realisasi sebesar 701.525.353 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2013
Rp. 3.087.703.886.000
Realisasi biaya produksi tahun 2013
Rp. 3.111.490.562.884
Selisih
Rp.
23.786.676.884
Selisih sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0,77% merupakan penyimpangan
yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2013 berada diatas anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (773.288.011 – 701.525.353) x Rp. 3.992,95
= 71.762.658 x Rp. 3.992,95
= Rp. 286.544.705.261,1 (unfavorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya
Universitas Sumatera Utara
= (Rp. 4.435,32 – Rp. 3.992,95) x 701.525.353
= Rp. 442,37 x 701.525.353
= Rp. 310.333.770.406,61 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2013 dibandingkan dengan RKAP tahun
2013 berada diatas sebesar Rp. 23.786.676.884 atau 0.77% dengan biaya rata-rata
sebesar Rp. 4.435,32 per kg yang berada diatas RKAP sebesar Rp. 442.37 per kg
atau 11.08%.
3. Biaya Produksi tahun 2014
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2014 adalah Rp. 4.646,56 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 3.172.942.588.228 dan kuantitas realisasi sebesar 682.858.640 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.418.442.529.000
Realisasi biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.172.942.588.228
Selisih
Rp.
245.499.940.772
Selisih sebesar Rp. 245.449.940.772 atau 7.18% merupakan penyimpangan
yang tidak menguntungkan (unfavorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2014 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (792.250.128 – 682.858.640) x Rp. 4.314,85
= 109.391.488 x Rp. 4.314,85
Universitas Sumatera Utara
= Rp. 472.007.861.996,8 (unfavorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga sesungguhnya – harga standar) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.646,56 – Rp. 4.314,85) x 682.858.640
= Rp. 331,71 x 682.858.640
= Rp. 226.511.039.474,4 (unfavorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2014 dibandingkan dengan RKAP tahun
2014 berada dibawah sebesar Rp. 245.449.940.772 atau 7,18% dengan biaya ratarata sebesar Rp. 4.646,56 per kg yang berada diatas RKAP sebesar Rp. 331,71 per
kg atau 7,69%.
4. Biaya Produksi tahun 2015
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2015 adalah Rp. 4.001,62 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 2.855.083.222.103 dan kuantitas realisasi sebesar 713.481.703 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2014
Rp. 3.639.532.825.000
Realisasi biaya produksi tahun 2014
Rp. 2.855.083.222.103
Selisih
Rp.
784.449.602.897
Selisih sebesar Rp. 784.449.602.897 atau 21,55% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2015 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
Universitas Sumatera Utara
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (850.778.960 – 713.481.703) x Rp. 4.277,88
= 137.297.257 x Rp. 4.277,88
= Rp. 587.341.189.775,16 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.277,88 – Rp. 4.001,62) x 713.481.703
= Rp. 276,26 x 713.481.703
= Rp. 197.106.455.270,78 (favorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2015 dibandingkan dengan RKAP tahun
2015 berada dibawah sebesar Rp. 784.449.602.897 atau 21.55% dengan biaya
rata-rata sebesar Rp. 4.001,62 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp.
276,26 per kg atau 6,46%.
5. Biaya Produksi tahun 2016
Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kilogram (kg) produksi
kelapa sawit tahun 2015 adalah Rp. 4.080,15 per kg dengan total biaya sebesar
Rp. 2.696.339.421.523 dan kuantitas realisasi sebesar 660.843.918 kg.
Penyimpangan biaya produksi
Anggaran biaya produksi tahun 2016
Rp. 3.085.717.203.000
Realisasi biaya produksi tahun 2016
Rp. 2.696.339.421.523
Selisih
Rp.
389.377.781.477
Universitas Sumatera Utara
Selisih sebesar Rp. 389.377.781.477 atau 12,62% merupakan penyimpangan
yang menguntungkan (favorable variance).
Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2016 berada dibawah anggaran
disebabkan oleh:
1. Perbedaan Kuantitas
= (kuantitas standar – kuantitas sesungguhnya) x harga standar
= (713.787.082 – 660.843.918) x Rp. 4.323,02
= 52.943.164 x Rp. 4.323,02
= Rp. 228.874.356.835,28 (favorable variance)
2. Perbedaan Harga
= (harga standar – harga sesungguhnya) x kuantitas sesungguhnya
= (Rp. 4.323,02 – Rp. 4.080,15) x 660.843.918
= Rp. 242,87 x 660.843.918
= Rp. 160.499.162.364,66 (favorable variance)
Realisasi biaya produksi tahun 2016 dibandingkan dengan RKAP tahun
2016 berada dibawah sebesar Rp. 389.377.781.477 atau 12,62% dengan biaya
rata-rata sebesar Rp. 4.080,15 per kg yang berada dibawah RKAP sebesar Rp.
242,87 per kg atau 5,62%.
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata realisasi total biaya produksi kelapa
sawit selama 5 (lima) tahun perusahaan berada dibawah biaya yang telah
dianggarkan oleh perusahaan. Akan tetapi, tetap ada sektor biaya yang berada
diatas anggaran perusahaan. Adapun penyebab-penyebab realisasi biaya produksi
Universitas Sumatera Utara
bisa berada diatas biaya yang dianggarkan mulai tahun 2012 sampai dengan tahun
2016 adalah sebagai berikut:
1. Gaji tunjangan staf, kenaikan beban gaji tunjangan staf ini disebabkan oleh
adanya mutasi pegawai, meningkatnya jumlah gaji dan jumlah tunjangan
karyawan.
2. Beban pengangkutan ke pabrik, kenaikan beban pengangkutan ke pabrik ini
disebabkan oleh kenaikan tarif pengangkutan, kenaikan harga bahan bakar
minyak non subsidi serta pengalihan distribusi Tandan Buah Segar (TBS) ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang lebih jauh jaraknya pada panen puncak.
3. Beban overhead, kenaikan beban overhead ini disebabkan oleh meningkatnya
biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead seperti pajak, retribusi, PBB,
beban asuransi, beban penerangan, beban persediaan air, beban lingkungan,
dan beban pemeliharaan bangunan, jalan, jembatan serta saluran air.
4. Beban pengolahan, kenaikan beban pengolahan ini disebabkan oleh
meningkatnya biaya analisa, biaya bahan kimia, biaya alat-alat pengolahan, dan
biaya bahan bakar serta pelumas serta kenaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP).
5. Beban penyusutan, kenaikan beban penyusutan ini disebabkan oleh
peningkatan investasi baik tanaman, mesin, dan peralatan pabrik.
6. Beban pembelian produksi pihak ketiga, kenaikan beban pembelian produksi
pihak ketiga ini disebabkan oleh tingginya harga kelapa sawit berupa Tandan
Buah Segar (TBS) di pasaran.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan evaluasi mengenai analisis biaya produksi
kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Realisasi produksi kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
dari tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki kategori yang sangat baik, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil melakukan kegiatan produksi
secara efektif.
2. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan telah berupaya menerapkan
fungsi perencanaan dan pengawasan anggaran biaya produksi dalam
meningkatkan efisiensi yang ditunjukkan dengan menurunnya tingkat
penyimpangan berupa unfavorable variance antara realisasi dengan anggaran
perusahaan.
3. Pada tahun 2015 realisasi biaya produksi turun drastis dari tahun sebelumnya
dengan tingkat penyimpangan berupa favorable variance dan tingkat produksi
juga memiliki kategori yang sangat baik. Hal ini menunjukkan perusahaan
telah berusaha melakukan efisiensi dan efektifitas biaya produksi dengan
sebaiknya.
4. Dari tahun 2012 hingga 2016 rata- rata realisasi biaya produksi berada dibawah
RKAP yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
5. Realisasi biaya produksi tahun 2012 hingga 2016 berada diatas anggaran yang
telah ditetapkan perusahaan disebabkan oleh tingginya biaya pengolahan, biaya
penyusutan, beban gaji tunjangan staf, beban overhead, beban pembelian
produksi pihak ketiga, dan beban pengangkutan ke pabrik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan agar perusahaan dapat menetapkan
kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan efektivitas dan efisiensi biaya
produksi adalah sebagai berikut:
1. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan untuk lebih
meningkatkan perencanaan dan pengawasan anggaran biaya operasi. Anggaran
biaya operasi akan berperan besar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi
karena anggaran biaya operasi akan terus-menerus mengikuti perkembangan
kegiatan perusahaan.
2. Perbedaan antara anggaran dengan realisasi harus selalu diawasi dan setiap
penyimpangan yang terjadi dianalisis untuk mencari penyebabnya serta
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi.
3. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan disarankan lebih meningkatkan
kinerja untuk mencapai target produksi yang ditetapkan pada anggaran agar
perusahaan dapat menjadi perusahaan perkebunan terbaik dalam skala nasional
maupun internasional.
Universitas Sumatera Utara