Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang) Chapter III VI

BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara
dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi
Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian
tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah
265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.
Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana
perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping
itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan
Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran
jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera
Utara memiliki posisi strategis.
Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang
dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan,
kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor
penggerak roda perekonomian kota. Pelabuhan laut berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang
menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km
dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian

Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan

Universitas Sumatera Utara

impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari
aktivitas bongkar muat barang setiap harinya.
Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan
penumpang

dan

barang

termasuk

terminal

peti

kemas.Kecenderungan


berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas
tambahan yang lebih memadai.Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan
menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan
pelabuhan tetapi memadai.Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada
masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan
pergudangan tersebut.Bandara Kuala Namu yang terletak di ibukota Provinsi
Sumatera Utara yang satu-satunya merupakan Bandara Internasional di Pulau
Sumatera yang dilengkapi dengan fasilitas operasional yang cukup baik.
1. Visi dan Misi
Dengan semboyan ‘Medan Rumah Kita’, Kota Medan diharapkan menjadi
rumah yang aman, nyaman dan juga sejatera bagi setiap orang dari berbagai suku
dan budaya yang ada di dalamnya. Adapun visi Kota Medan adalah bagaimana
Kota Medan menjadi Kota masa depan yang multikultural, memiliki daya saing
tinggi, humanis, sejahtera serta religius.Maka untuk mencapai hal tersebut, kota
Medan telah memiliki beberapa visi yang diterjemahkan dalam delapan poin
sebagai berikut ;
Pertama adalah Kerjasama. Lewat kerjasama ini diharapkan bertumbuh
kembangnya stabilitas, kemitraan, partisipasi dan kebersamaan dari seluruh
pemangku kepentingan pembangunan kota. Poin kedua adalah adanya Kreatifitas


Universitas Sumatera Utara

dan Inovasi.Maka dengan adanya kreatifitas dan inovasi ini akan meningkatkan
efisiensi melalui deregulasi dan debirokratisasi sekaligus penciptaan iklim
investasi yang semakin kondusif termasuk pengembangan kreatifitas dan inovasi
daerah guna meningkatkan kemampuan kompetitif serta komparatif daerah.
Selanjutnya adanya

Kebhinekaan.

Lewat

kebhinekaan diharapkan

berkembangnya kepribadian masyarakat kota bersarakan etika dan moralitas
keberagaman agama dalam bingkai kebhinekaan. Hal ini tentunya didukung
dengan menumbuhkembangkan harmonisasi, kerukunan, solidaritas, perstuan dan
kesatuan serta keutuhan sosial, berdasarkan kebudayaan daerah dan identitas
lokal.Dimana ini diterjemahkan sebagai multikulturalisme, misi ke empat.

Misi selanjutnya adalah adanya tata ruang kota yang konsisten. Tentu
terselenggaranya tata kota ini didukung dengan tersedianya infrastruktur dan
utilitas kota yang semakin modern dan berkelanjutan. Demikian hanlnya,
Penanggulangan Kemiskinanmelalui peningkatan percepatan dan perluasan
program penanggulangan kemiskinan.Peningkatan Kesempatan Kerja dengan
mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui
peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan
berkeadilan.Serta yang terakhir adalah Smart City, mengembangkan Medan
sebagai Smart City.
2. Struktur Organisasi
Setelah sempat mengalami penundaan selama dua kali, DPRD Medan
akhirnya menetapkan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Pembentukan dan

Universitas Sumatera Utara

Susunan Perangkat Daerah Kota Medan menjadi perda.Penetapan ini diputuskan
dalam rapat paripurna di Gedung DPRD Kota Medan.
Hal ini sesuai dengan lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) No 18/2016
tentang Perangkat Daerah. Adapun susunannya adalah sebagai berikut;
Sekretariat

1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
Inspektorat
1. Inspektorat
Dinas
1. Dinas Pendidikan
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pekerjaan Umum
4. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
5. Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang
6. Satuan Polisi Pamong Praja
7. Dinas Kebakaran
8. Dinas Sosial
9. Dinas Tenaga Kerja
10. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
11. Dinas Ketahanan Pangan
12. Dinas Lingkungan Hidup
13. Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
14. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Universitas Sumatera Utara

15. Dinas Perhubungan
16. Dinas Komunikasi dan Informatika dan Persandian
17. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
18. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
19. Dinas Pemuda dan Olahraga
20. Dinas Kebudayaan
21. Dinas Pariwisata
22. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
23. Dinas Pertanian dan Perikanan
24. Dinas Perindustrian
25. Dinas Perdagangan
Badan
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
4. Badan Pengelolaan Keuangan
5. Badan Pengelola Pajak Daerah


B. Kecamatan Medan Selayang
1. Profil Kecamatan
Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan di
kotaMedan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Selayang berbatasan
dengan Medan Sunggal di sebelah barat, Medan Johor dan Medan Polonia di
timur, Medan Tuntungan di selatan, dan Medan Sunggal dan Medan Baru di utara.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 77.783 jiwa.
Luasnya adalah 12,81 km² dan kepadatan penduduknya adalah 6.072,05 jiwa/km².
Penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa,
Minang, Aceh dan Jawa serta Ambon juga sudah banyak, sedangkan suku asli
Suku Melayu Deli dan batak Karo sekitar 60%.

Peta Wilayah Administratif Medan Selayang
Sumber
;https://www.google.com/search?q=Sejarah+kecamatan+medan+selayang&ie=u
tf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab#q=peta+kecamatan+medan+selayang
2. Wilayah Administratif

Secara administratif, kecamatan medan selayang terdiri atas beberapa
kelurahan. Berikut daftar nama Kelurahan dan kode pos yang terdapat di
Kecamatan Medan Selayang di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :


Kelurahan Beringin (Kodepos : 20131)

Universitas Sumatera Utara



Kelurahan Padang Bulan Selayang I (Kodepos : 20131)



Kelurahan Padang Bulan Selayang II (Kodepos : 20131)



Kelurahan Sempakata (Kodepos : 20132)




Kelurahan Tanjung Sari (Kodepos : 20132)



Kelurahan Asam Kumbang (Kodepos : 20133)

Adapun kecamatan medan selayang ini sendiri sebagai pusat administrasi atas
6 kelurahan tersebut yang dipimpin oleh camat. Berbagai pelayanan yang dapat
diakses di kecamatan ini sama dengan kecamatan pada umumnya yaitu antara
lain; Pelayanan E-KTP, Akte kelahiran, kependudukan, pelayanan administrasi
sosial, ketentraman dan ketertiban umum, pelayanan administrasi dan layangan
pengurusan pengantar pindah masuk.
C. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah
Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang

timbul di kota.
Menurut Kodoatie (2005), sampah adalah limbah atau buangan yang
bersifat padat,

setengah

padat

yang

merupakan

hasil

sampingan

dari

kegiataan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-


Universitas Sumatera Utara

tumbuhan. Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman,
pasar, kawasan perkotaan dan hewan, dan fasilitas lainnya. bersifat padat.
Mendukung pernyataan diatas menurut Slamet (2002) dalam Indra
(2007), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang
punya dan bersifat padat.
1. Aspek Teknik Operasional
Aspek Teknis Operasional merupakan komponen yang paling dekat
dengan obyek persampahan.Perencanaan system persampahan memerlukan suatu
pola standar spesifikasi sebagai landasan yang jelas.Spesifikasi yang digunakan
adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah di Permukiman. Teknik operasional pengelolaan sampah
bersifat

integral

dan

terpadu

secara

berantai

dengan

urutan

yang

berkesinambungan yaitu: penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pembuangan/pengolahan.

Universitas Sumatera Utara

Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol
pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan
pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan
lingkungan.

2. Penampungan sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber
sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara
penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang
ke TPA. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga
tidak menggangu lingkungan. . Faktor yang paling mempengaruhi efektivitas
tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat
bahan dan lokasi penempatan.
3. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola
pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu pola
individual dan pola komunal sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut
ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.

Universitas Sumatera Utara

TPA
Pengangkutan
Pengumpulan
Sumber Sampah

Sumber: SNI 19-2454-2002
Gambar 3.
Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung

b. Pola Komunal
Pengangkutan
Wadah

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan
sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang menangani titik
pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.

TPA

Sumber: SNI 19-2454-2002
Gambar 4.
Pola Pengumpulan Sampah Komunal
4. Pemindahan sampah
Proses

pemindahan

sampah

adalah

memindahkan

sampah

hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan
akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo
pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram
dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah

Universitas Sumatera Utara

terpilah dari sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur
kembali.
5. Pengangkutan sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah
dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah
ke tempat pembuangan akhir.Berhasil tidaknya penanganan sampah juga
tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.Pengangkutan sampah
yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres,
sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat.Tujuan pengangkutan sampah
adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang
biasanya jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman.
6.

Pembuangan akhir sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang

sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut.Prinsip
pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi
pembuangan akhir.Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan
sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan
menjadi 3 metode yaitu :
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/ menimbun
sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/ pengolahan sehingga
sistem ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b. MetodeControlled Landfill (Penimbunan terkendali)

Universitas Sumatera Utara

Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang
dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada
akhirjam operasi.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENYAJIAN DATA
Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif kualitatif
dengan menggunakan metode wawancara secara terbuka dan mendalam kepada
pihak yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Adapun informan dalam
penelitian ini yaitu antara lainBapak OktaLubis selaku sekretaris camat kecamatan
Medan Selayang serta Ibu Endang Spd selaku Kaepala Sub Bagian Umum
(Kasubbag Umum) sekaligus sebagai Plt Pembinaan Masyarakat Kota (PMK)
Kecamatan Medan Selayang.
2. Hasil Wawancara (Variabel Implementasi)
A. Komunikasi
Sesuai teori implementasi George Edward III yang digunakan penulis
dalam penelitian ini salah satu variabelnya ialah komunikasi, menurut G. Edward
Keberhasilan

implementasi

kebijakan

mensyaratkan

agar

implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga
akan mengurangi distorsi implementasi.
Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak
diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi
resistensi dari kelompok sasaran. Komunikasi dan koordinasi dibutuhkan agar
terjalin kerjasama dan saling mendukung pada sesama implementor dan yang tak
kalah penting yaitu komunikasi informasi dapat tersebar merata kepada subjek

Universitas Sumatera Utara

yaitu masyarakat, pengusaha, dan swasta guna mendukung tercapainya
pelaksanaan implementasi peraturan.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari si
penyampai informasi kepada si penerima. Hal ini dimaksudkan agar informasi
yang ada bisa tersampaikan kepada orang lain. Tujuannya adalah agar adanya
kesepahaman yang sama antara setiap orang di dalam instansi tersebut dalam
memandang satu informasi maupun permasalahan tertentu sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat
Sementara

itu

koordinasi

bisa

dikatakan

sebagai

bagian

dari

komunikasi.Namun koordinasi lebih cenderung pada konfirmasi, perintah maupun
saran dalam menyikapi suatu permasalahan.Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengambil tindakan dalam melaksanakan atau menangani suatu
permasalahan tertentu.Koordinasi juga merupakan kerjasama yang saling
berhubungan dan mendukung antar para pihak untuk mencapai tujuan dalam
implementasi satu kebijakan.
Adapun pola komunikasi yang terjadi dalam implementasi Peraturan
Daerah No 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan di Kecamatan
Medan Selayang adalah terwujud melalui rapat resmi.Adapun rapat resmi ini
biasanya dilakukan satu kali dalam sebulan yang biasanya dilaksanakan di akhir
bulan.Menurut keterangan Ibu Endang Listianingsih selaku Kasubbag juga
sekaligus Plt. Kepala PMK Kecamatan Medan Selayang, rapat ini tidak hanya
diikuti oleh bagian PMK sendiri.Tetapi juga dilakukan bersama dengan camat dan
juga sekretaris camat.

Universitas Sumatera Utara

Melalui rapat inilah umumnya fungsi koordinasi dan komunikasi antar
bagian dilaksanakan.Adapun pelibatan berbagai bidang lainnya termasuk
sekretaris camat dan camat adalah untuk melihat sejauh mana perkembangan
ataupun evaluasi peraturan ini berjalan dilapangan.
Selain itu fungsi kordinasi lainnya yang dapat dilihat adalah adanya
pertemuan dengan lurah yang dilakukan setiap hari jumat. Hal ini beranjak dari
program Bank Sampah yang dilakukan oleh kecamatan Medan Selayang.
Disinilah umumnya juga diketahui bagaimana seluruh perkembangan yang terjadi
di lapangan terkait program pengelolaan sampah yang ada di Kecamatan Medan
Selayang berdasarkan Peraturan Kepala Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun
2015.
Berdasarkan informasi yang didapat dari informan, secara umum pola
komunikasi yang terjadi dapat dibedakan menjadi dua bagian.Yaitu komunikasi
dan koordinasi yang dilakukan di tingkat internal maupun eksternal.Adapaun pola
komunikasi dan kordinasi di tingkatan internal adalah rapat yang dilakukan di
bagain PMK sendiri yang juga diikuti oleh lurah.Rapat ini sendiri dilaksanakan
setiap hari Juma’t untuk melihat perkembangan program yang ada.
Selain itu dapat juga dilihat komunikasi dengan eksternal yaitu rapat yang
dilakukan bersama dengan sekcam dan juga camat.Adapun rapat ini cenderung
kepada fungsi koordinasi dan juga melaporkan bagaimana perkembangan
keseluruhan program yang berjalan dan dilaksanakan oleh PMK.
Umumnya untuk komunikasi yang lebih praktis, diluar daripada rapatrapat maupu pertemuan resmi, komunikasi juga dilakukan berbagai media

Universitas Sumatera Utara

maupun dengan teknologi yang ada.Hal ini misalnya komunikasi dengan
menggunakan handphone baik telepon maupun pesan singkat.Hal ini untuk
umunya digunakan untuk kordinasi hal-hal yang membutuhkan respon cepat
dalam konteks pengelolaan persampahan.

B. Disposisi
Disposisi merupakan sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
implementor dalam implementasi kebijakan.Disposisi ini misalnya seperti
komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis. Ketika disposisi
ini mampu dijalankan oleh implementor dengan baik, tentunya sasaran ataupun
tujuan dari organisasi tersebut akan dapat dicapai. Tetapi sebaliknya ketika
karakteristik ini tidak dapat diterjemahkan atau diaksanakan oleh imlemetor, hal
ini bisa menjadi tantangan serius dalam proses implementasi peraturan tersebut.
Untuk itu hal ini menjadi bagian penting yang harus diperhatikan dan dimiliki
oleh setiap implementor.
Menurut Bapak Okta Lubis, salah satu sifat atau karakteristik yang harus
dimiliki oleh semua staff maupun pegawai yang di Kantor Camat Medan
Selayang terutama pada bagian PMK adalah kerajinan. Hal ini menjadi salah satu
elemen yang cukup penting dan harus dimiliki oleh setiap pegawai mengingat
tugas dan tanggung jawab yang diemban cukup berat serta berhubungan dengan
kehidupan banyak orang.Selain itu hal karakteristik kerajinan sangat dibutuhkan
sebab masalah persampahan adalah sesuatu yang pasti harus ndiatasi setiap hari

Universitas Sumatera Utara

bahkan jumlahnya semakin bertambah setia hari seiring dengan pola konsumsi
masyarakat yang semakin meningkat.
Kerajinan erat kaitanya dengan hasil kerja yang ditampilkan oleh para
pekerja, tentunya akan berbading lurus. Apabila para implementor memiliki
tingkat kerajinan yang tinggi, maka dampak dari implementasi peraturan akan
menampilkan hasil yang baik. Demikian sebaliknya, apabila tingkat kerajinan
rendah, implementasi peraturan akan berjalan buruk dan akan diikuti dengan hasil
kerja yang buruk pula.
Aspek kerajinan tentunya juga berhubungan dengan etos kerja dan disiplin
dari implementor.Selain itu katrakteristik rajin ini tentunya tidak monumental atau
aksidental tetapi haruslah tetap konsisten.Artinya tidak mengebu-gebu pada suatu
waktu lalu kendur untuk waktu yang lama.Kerajinan tentunya harus tetap ada dan
terjaga setiap harinya.Tidak melihat berat ringannya atau banyak sedikitnya
pekerjaan yang harus dilakukan.Namun harus tetap dikerjakan dan mengatasi
semua pekerjaan-pekrjaan yang ada.
Hal ini semakin penting mengingat luasnya area yang harus ditangani
oleh PMK dengan jumlah staff yang cukup terbatas. Oleh sebab itu juga,
karakteristik lain yang harus dimiliki oleh pegawai adalah terkait kedisiplinan.
Hal ini dapat dilihat dari contoh kecil misalnya soal waktu kehadiran dalam
melakukan pekerjaannya. Ketika kehadiran sudah terlambat maka kunatitas dan
kualitas pekerjaan yang bisa dilakukan juga akan berkurang. Demikian sebaliknya
ketika kehadiran sesuai dengan yang sudah ditentukan, makan kualitas dan
kuantitas yang pekerjaan akan semakin baik. Parahnya adalah kehadiran yang

Universitas Sumatera Utara

terlambat diiringi pula dengan jam pulang yang cepat atau meninggalkan
pekerjaannya ditengah waktu.
Kedisplinan ini tentunya juga berkaitan erat dengan standar-standar
operasional yang berlaku di instansi tersebut.Setiap instansi tentunya sudah
memiliki standar tersendiri dalam melakukan ataupun menjalankan kegiatankegiatan yang ada.Untuk itu displin dalam mengikuti setia aturan, peraturan dan
standar yang ada harus menjadi asek yang selalu dieperhatikan oleh implementor.
Apabila hal ini bisa diimplementasikan dengan baik, maka imlementasi peraturan
secra keseluruhan akan bisa berjalan dengan lebih maskismal.
Berdasarkan observasi penulis, hal ini berjalan dengan baik. Ini terbukti
dengan terpilihnya Kecamatan Medan Selayang sebagai penerima Piala Adipura
tahun 2015 di tingkatan Kota Medan sekaligus sebagai Kecamatan terbaik. Hal ini
mengindikasikan, bahwa disiplin dan juga tingkat kerajinan pegawai di
Kecamatan Medan Selayang sudah cukup baik.
Tentunya pencapaian yang ada ini turut dipengaruhi disosisi atau
karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Ketika semua karakteristik positif
yang ada bisa dikembangkan terus menerus maka implementasi peraturan yang
baik dan maksimal juga akan dapat dilihat. Adapun pencapaian ini tentunya berkat
dukungan dari disposisi atau karakteristik yang dimiliki oleh para implementor
seperti yang dijelaskan tersebut diatas.
C. Sumber Daya
Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh
sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya

Universitas Sumatera Utara

finansial. Berikut ini merupakan berbagai sumber daya yang ada di bagian PMK
Kecamatan Medan Selayang
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas
implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Endang Listianingsih, saat ini terdapat sebanyak 26 orang
pegawai yang ada pada bagian PMK. Lebih lanjut, sejauh ini menurut Ibu
Endang, adapaun jumlah staff tersebut sudah mencukupi untuk melakukan tugastugas yang ada di bagian PMK. Namun apabila melihat luas area yang ditangani
tentunya ada baiknya dilakukan penambahan pegawai demi pemaksimalan
pelayanan yang lebih baik.
2. Sumber Daya Finansial
Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah
program/kebijakan. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung
segala

fasilitas

yang

dibutuhkan

untuk

mendukung

terlaksananya

kebijakan/program. Sama halnya dengan sumber daya manusia yang ada, sumber
daya finasial juga menjadi bagian yang cukup penting dalam menunjang
pelaksanaan program yang lebih baik.
Adapun

anggaran

finansial

yang

selama

ini

digunakan

dalam

melaksanakan program-program yang ada di PMK sehubungan dengan Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2015 berasal dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Medan. Anggaran inilah yang selama ini digunakan oleh PMK untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Sementara itu anggaran maupun dukungan

Universitas Sumatera Utara

danadari sumber lain tidak ada. Untuk itu memang perlu didukung dengan sumber
daya finansial yang lebih baik demi efektifitas pelayanan kebersihan yang lebih
baik.
Aspek sumber daya, baik kuantitas, kualitas dan anggaran finasial juga
memiliki hubungan erat dengan struktur birokrasi.Sekalipun struktur birokrasi
menyangkut sistem dan sumberdaya terkait elemenn-elemen implementor yang
bekerja, namun memiliki hubungan yang cukup erat.Maka hubungan kedua
variabel ini harus diperhatikan.
D. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi penting dalam implementasi kebijakan.Aspek struktur
birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur
organisasi pelaksana sendiri.Mekanisme implementasi program biasanya sudah
ditetapkan melalui standar operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam
guideline program/kebijakan.

Tujuan implementasi seringkali sangat luas sehingga melibatkan banyak
aktor, organisasi dan bahkan level pemerintahan yang berbeda-beda. Inilah yang
menciptakan rentang kendali yang luas.Oleh karena itu diperlukan adanya
kerjasama

agar

dapat

mendorong

tercapainya

keberhasilan

tujuan

mengimplementasikan suatu kebijakan. Secara ringkas analisis strktur birokrasi
dan mekanisme yanag ada pada Kecamatan Medan Selayang dalam kaitannya
dengan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 adalah sebagi
berikut.

Universitas Sumatera Utara

Pertama adalah kepala daerah dalam hal ini Walikota sebagai pimpinan
wilayah tertinggi.Selanjutnya ada eksekutif sebagai badan legislasi daerah yang
merancang berbagai kebijakan yang ada. Lebih jauh, terkait dengan PMK,
terdapat dinas Kebersihan Kota Medan sebagai badan besarnya. Selanjutanya
dibagian tingkatan Kecamatan.Nah pada bagian inilah PMK berada. Selain itu
dinas atau bidang lain yang bersingggungan adalah adanya BLH serta kepala
lingkungan masing-masing. Pada bagian lain diluarnya tentu harus melakukan
koordinasi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman informasi dalam melaksankan
kerja-kerjanya.
Rangkaian struktur birokrasi yang ada ini sekaligus menjadi implementor
atas peraturan yang ada.Dengan adanya struktur birokrasi yang sudah disusun,
maka suau eraturan bisa diimplementasikan dilapangan.Tentunya struktur
birokrasi yang ada haruslah sesuai dengan kebutuhan.Dimana hal ini sudah
diawali dengan analisis kekurangan, kelebihan, tantangan dan juga peuang yang
ada sehingga dapat dirumuskan suatu struktur birokrasi yang dibutuhkan guna
menjalankan atau mengimlementasikan peraturan-peraturan yang ada.
Hal yang perlu diperhatikan adalah terkadang jumlah struktur birokrasi
atau kuantitas yang tersedia tidak cenderung langsung mempermudah kerja
implementasi yang ada. Namun justru bisa enjadi tantanagn tersendiri yang
meperhambat proses implementasi. Namun jumlah struktur birokrasi yang
ramping dan sesuai kebutuhan akan lebih menjawab dari pada terlalu banyak dan
meluas. Apabila terlalu besar dan meluas maka akan berdampak kepada spek lain
semisal komunikasi. Struktur birokrasi yang meluas dan rumit akan membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

komunikasi yang rumit dan lama pula sehingga akan menjadi hambatan bukan
sesuatu yang mendukung proses implementasi peraturan yang ada.
3. Data Sekunder
Selain hasil wawancara kepada para informan, peneliti juga memperoleh
data-data sekunder seperti Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Persampahan.Peraturan inilah yang menjadi acuan utama
peneliti dalam melakukan penelitian di Kecamatan Medan Selayang.
Adapun dasar dari lahirnya peraturan ini adalah demi terwujudnya Kota
Medan yang bersih serta bebas dari sampah.Untuk itu diperlukan berbagai usaha
untuk merubah perilaku masyarakat dalam bentuk kesadaran dalam menjaga
lingkungan yang sehat.Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
Kota Medan setiap tahunnya yang berdampak kepada peningkatan jumlah, jenis
dan karakteristik sampah sehingga terjadinya penumpukan sampah.Untuk itulah
dilakukan penataan dalam pengelolaan persampahan.
Sumber data sekunder lain yang juga menjadi rujukan penulis adalah
Undang-undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undangundang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Termasuk juga Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
Lebih jauh dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2015
dijelaskan beberapa hal terkait muatan peraturan tersebut.Pada BAB I misalnya

Universitas Sumatera Utara

menjelaskan terkait ketentuan-ketentuan umun yang ada dalam peraturan
tersebut.Hal ini meliputi wilayah berlakunya peraturan ini, dalam hal ini tentunya
hanya berlaku di Kota Medan saja.
Pada BAB II dijelaskan mengenai Asas dan juga Tujuan dari peraturan
tersebut.Adapun asas dari pengelolaan persampahan adalah adanya asas tanggung
jawab, berkelanjutan, manfaat, keadilan, kesadaran, kebersamaan, keselamatan,
keamanan dan juga ekonomi.Sementara tujuan dari pengelolaan persamapahan
sendiri adalah terjaganya kelestraian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pada bab selanjutnya yaitu BAB III dijelaskan mengenai ruang lingkup
pengelolaan persampahan yang ada di dalam peraturan tersebut. Hal ini meliputi
sampah rumah tangga serta sampah sejenis sampah rumah tangga.Pada BAB IV
dijelaskan mengenai apa-apa saja tugas, wewenang serta tanggung jawab.Adapun
tugas pemerintah daerah lebih pada fasilitasi, mendorong ataupun melakukan
kordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.Adapun
lembaga disini termasuk diantaranya PMK selaku slah satu implementor yang ada
dilapangan.
Pada BAB V dijelaskan mengenai Hak dan Kewajiban dalam hal
pengelolaan persampahan.Yaitu mendapatkan pelayanan, informasi, memanfaat
dan mengelola sampah maupun memperoleh pembinaan.Hal ini tentunya lebih
kepada masyarakat sebagai sebagai subjek yang harus dilayani.
Selain dokumen-dokumen peraturan maupun undang-undang tersebut,
peneliti juga memperoleh data-data sekunder lain baik dari buku, website maupun

Universitas Sumatera Utara

sumber dari internet. Untuk lebih mendukung penelitian ini peneliti turut
memperoleh foto-foto sebagai pelengkap dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
Analisis Data
Pada bab ini seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan
dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti beserta indikatorindikator yang digunakan. Hal ini dapat dikaji berdasarkan data-data yang sudah
diperoleh penulis. Adapun data tersebut antara lain data primer dan juga data
sekunder.
Data primer yaitu data yang didapat dari hasil seluruh rangkaian
wawancara maupun observasi lapangan yang dilakukan.Sementara itu data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber-sumber
pendukung lainnya yang relevan dengan topik yang diteliti. Hal ini antara lain
peraturan-peraturan, perundang-undangan, buku maupun informasi-informasi
yang didapat selama melakukan proses penelitian. Dari hasil analisis data inilah
nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai Implementasi Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Persamapahan di Kota Medan.
A. Komunikasi
Sesuai dengan teori implementasi George Edward III yang digunakan
dalam penelitian ini salah satu variabelnya adalah komunikasi.Edward
mengatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu elemen penting dalam
mencapai keberhasilan suatu kebijakan.Maka untuk itu ditekankan pentingnya
setiap implementor untuk memahami komunikasi tersebut. Adapun tujuan dan
sasaran dari kebijakan tersebut harus ditransformasikan kepada kelompok sasaran
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses implementasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Apabila tujuan dan sasarana kebijakan ini tidak jelas atau tidak diketahui
sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi perlawanan
dari kelompok sasaran. Sehingga melalui komunikasi diharapkan berbagai
informasi dapat tersebar merata kepada masyarakat, pengusaha dan juga pihakpihak lainnya demi tercapainya implementasi peraturan tersebut.
Komunikasi terkait dengan penyampaian informasi atau peraturan kepada
semua stakeholders agar suatu kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan
baik. Sedangkan kordinasi sebagai implikasi dari organisasi yang tidak tunggal
akan terlihat dalam pola hubungan kerja antar aktor yang terlibat, sehingga
implementasi akan efektif dengan mekanisme yang terkordinasi.
Dalam peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2015 Kota Medan Tentang
Pengelolaan Persampahan, adapaun para komunikan yang harus saling bersinergi
dimulai dari pimpinan tertinggi daerah.Dalam hal ini tentunya Walikota Medan
sebagai pimpinan tertinggi wilayah. Kemudian selanjutnya jalinan komunikasi
akan diteruskan kepada kepala dinas yang berkaitan, dalam hal ini adalah kepala
dinas kebersihan Kota Medan. Di tingkatan bawah terdapat Kecamatan, nah pada
bagian inilah terdapat sub bidang sebagai implementor utama dalam pelaksanaan
peraturan ini. Dalam hal ini bidang yang dimaksud adalah PMK (Pemberdayaan
Masyarakat Kota).Demikian alur komunikasi yang terdapat dalam peraturan
tersebut.
Berdasarkan kompilasi informasi yang didapatkan penulis, adapaun pola
komunikasi yang ditemukan di Kantor Kecamatan Medan Selayang dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pola komunikasi ini dapat dibagi menjadi 2.Pertama

Universitas Sumatera Utara

adalah pola komunikasi yang dilakukan bersama dengan keseluruhan implementor
yang ada di tingkatan kecamatan.Hal ini mulai dari pimpinan tertinggi yaitu
Camat Medan Selayang dan juga sekretaris camat.Selain itu juga rapat ini dihadiri
juga oleh pimpinan-pimpinan bidang atau bagian yang ada di kecamatan tersebut,
termasuk bagian PMK selaku implementor utama dilapangan yang berhubungan
dengan peraturan Nomor 5 Tahun 2015 tersebut.
Namun pada umumnya media komunikasi ini tidak secara khusus
membahas mengenai permasalahan, kendala maupun tantangan yang dihadapi
oleh bidang PMK secara khusus.Tetapi setiap perkembangan yang ada di masingmasing bagian di tingkatan Kecamatan. Sehingga tidak fokus untuk membahas
perkembangan implementasi tersebut secara khusus, sebab isu di bidang lain juga
turut harus dibahas. Untuk itu memang bisa dikatakan rapat ini tidak begitu dalam
dan hanya permaslahan umum maupun fungsi kordinasi yang akan dibahas atau
disampaikan. Adapaun rapat ini berlangsung sekali dalam sebulan.
Kedua adalah komunikasi di tingkatan PMK sendiri.Biasanya rapat
internal demikianlah yang fokus membahas mengenai PMK serta implementasi
peraturan tersebut dibahas secara mendalam dan khusus.Apa perkembangan,
tantangan dan juga progres yang sudah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Selain
itu juga dibahas mengenai rencana tindak lanjut dan juga program-program yang
akan dilakukan kedepan. Selain itu juga masih terdapat rapat yang dilakukan
dengan lurah dan juga kepala lingkungan di masing-masing wilayah.Adapun rapat
ini dilaksanakan setiap hari Juma’t bertepatan dengan hari pengumpulan Bank
Sampah dari setiap wilayah.

Universitas Sumatera Utara

Pola komunikasi dan kordinasi lainnya misalnya diterapkan melaui
pemanfaatn teknologi yang ada.Baik itu telepon, sms bahkan berbagai median
yang ada seperti media sosial.Hal ini tentunya lebih praktis mengingat rapat dan
pertemuan resmi lainyya dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu.
Melihat pola komunikasi yang terjadi, secara umum analisis penulis
sebagai berikut.Pertama adalah terkait rapat yang dilakukan bersama dengan
seluruh elemen yang ada di Kecamatan Medan Selayang.Pola komunikasi dan
juga kordinasi tersebut tentunya belum bisa menjawab segala persoalan yang ada
pada bidang PMK. Hal ini disebabkan waktu rapat yang terbatas sementara ada
banyak permasalah yang harus dibahas. Bukan hanya dari bidang PMK sendiri
tetapi juga dari bidang-bidang lain. Sehingga belum tentu mampu mengakomodir
segala pembahasan baik itu perkembangan, tantangan maupun rancana PMK
kedepan.
Kedua, rapat internal yang berlangsung di dalam bidang PMK. Sama
halnya dengan bidang-bidang lain pada umumnya yang memiliki rapat bidang
tersendiri.Hal ini sudah cukup baik sehingga mampu mengakomodir berbagai
persolan PMK yang ada, rencana, perkembangan dan hal-hal lainnya. Dengan
demikian implementasi Peraturan Daerah yang dikeluarkan Walikota Medan
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Persampahan bisa terimplementasikan
dengan baik. Disamping itu, rapat ini juga terus diadakan dalam jangka waktu
yang sudah ditentukan.Pola komunikasi dan juga kordinasi dapat diterapkan
dengan baik dalam rangka menyukseskan peraturan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya adalah rapat yang dilakukan dengan Kepala Lingkungan di
masing-masing wilayah.Hal ini sangat baik sebab kepala lingkungan bisa
menjelaskan lebih jauh bagaimana implementasi peraturan tersebut bisa berjalan
dengan baik. Selain itu oto kritik bisa saling didengarkan untuk perbaikan
kedepan. Posisi kepala lingkungan yang berada dilapangan setiap hari tentunya
bisa melihat dengan jelas bagaiamana perkembangan dari implementasi peraturan
tersebut.
Hal paling penting adalah bebagai masukan dan solusi atas permasalahan
yang ada dapat dimasukkan sebagai acuan rencana kedepannya.Hal demikian
tentunya sangat baik, dimana implemetor yang memantau dilapangan secara
langsung dapat diikutkan dalam rapat.Sebab, ujung tombak dilapangan salah
satunya adalah para kepala lingkungan.Poin positif lainnya adalah hal ini
dilakukan setiap hari Jum’at.Hal ini tentunya berbagai permaslah yang ada dapat
diatasi hanya dalam hitungan minggu dan implementasi rencana-rencana yang ada
dapat diimplementasikan dengan segera.
Adapun komunikasi dan kordinasi dengan menggunakan berbagai media
dan perkembangan teknologi merupakan salah satu alternatif yang cukup baik.Hal
ini untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi secara tiba-tiba.Sehingga
tidak menunggu rapat mingguan ataupun rapat bulanan, kordinasi dan komunikasi
bisa berjalan dalam hitungan menit.
B. Disposisi
Disposisi implemetor merupakan kecenderungan sikap dan pemahaman
implementor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan kebijakan. Watak dan

Universitas Sumatera Utara

karakter yang dimiliki oleh implementor seperti, : Komitmen, kerja keras maupun
kejujuran. Apabila para implementor memiliki disposisi yang baik, maka tentunya
kebijakan dapat diimplementasikan dengan lebih baik.Ketika sebaliknya
implementor tidak mempunyai disposisi yang baik, tentunya bisa menjadi
penghambat dalam setiap implementasi peraturan yang ada.
Implementor yang memiliki disiplin tinggi tentunya akan mempermudah
dalam implementasi peraturan. Selain itu tingkat kesusksesan kebijakan juga akan
lebih baik. Sehingga tidak hanya sebataas kebijakan namun manfaatnya dapat
dirasakan oleh masyarakat luas sebagai kelompok sasaran utama dari kebijakan
ini.Demikian halnya dengan kerja keras. Tentunya hal ini juga menjadi kunci
penting dalam proses implementasi kebijakan yang ada.
Pada bagian ini, ada dua variabel yang menjadi objek analisis
peneliti.Pertama adalah bagaimana pemahaman implementor terkait peraturan
yang ada. Dalam hal ini tentunya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang
Pengelolaan Persampahan dimana Kecamatan Medan Selayang sebgai studi
Kasus.
Berkaca dari segala pencapaian yang didapat oleh Kecamatan Medan
Selayang pada tahun-tahun sebelumnya, tentu bisa menjadi salah satu acuan
bagaimana implementor di daerah ini memahami kebijakan yang ada.Adapaun
kebijakan yang dimaksud dalam hal ini adalah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2015

Tentang

Pengelolaan

Persampahan.Penulis

menyimpulkan,

para

implementor sangat memahami peraturan tersebut.Hal ini dapat terlihat

Universitas Sumatera Utara

bagaimana para implementor menjelaskan latar belakang peraturan, sasaran,
tujuan, para implemetor yang terlibat dan peraturan-peraturan yang ada.
Kecamatan Medan Selayang termasuk salah satu Kecamatan yang
menerima piala Adipura. Adapun piala adipura ini merupakan sebuah
penghargaan bergengsi yang diberikan kepada Kecamatan yang terbersih.Hal ini
tentunya sangat berhubungan dengan peraturan ataupun implementasi kebijakan
yang tengah dikaji penulis.Tentunya, PMK selaku bagian yang bersinggungan
dengan

kebijakan

tersebut

sudah

mampu

memahami

bahkan

mengimplementasikan kebijakan tersebut dengan baik sehingga mampu meraih
prestasi tersebut.Apalagi mengingat banyaknya Kecamatan yang ada di Kota
Medan.
Aspek lainnya adalah kerja keras atau rajin.Adapun aspek ini juga turut
menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh di PMK Kecamatan Medan
Selayang.Tanpa adanya sifat rajin ataupun kerja keras dari para segenap
implementor, tentunya prestasi tersebut tidak dapat dicapai.Artinya, pencapaian
yang ada saat ini tentunya dipengaruhi oleh karakter implementor yang cukup
baik.Dengan demikian, analisis penulis adalah bawah aspek ini juga dapat
diterapkan dengan baik.
Selain itu adalah ketelitian.Sekalipun dalam setiap hal memerlukan
ketelitian, namun terkhusus dalam implemntasi Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2015, ketelitian memiliki fungsi yang sangat vital.Selain disiplin, kerja keras hal
inilah yang harus dituntut sebagai karakter yang harus dimiliki oleh para
implementor.Demikian halnya dengan disiplin dan juga kerja keras, hal ini juga

Universitas Sumatera Utara

berjalan dengan baik.Baik dalam konsep ketelitian memahami payung hukum dan
peraturan yang ada, dalam eksekusi ataupun implementasi kebijakan dilapangan
hal ini dapat berjalan dengan baik.
Maka secara umum, segala aspek disposisi baik pemahaman implemetor
terhadap tujuan dan sasaran kebijakan serta karakter dari implementor itu sendiri,
penulis melihat sudah berjalan dengan baik dan maksimal.Hal ini dapat dilihat
dari bagaimana pencapaian ang sudah diraih oleh Kecamatan Medan Selayang
sekaitan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan
Persampahan di Kota Medan.
C. Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secra jelas dan konsisten,
tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakannya,
tentu implementasi bisa tidak berjalan dengan efektif bahkan tidak bisa terlaksana
sama sekali. Sumber daya dapat dipahami tidak hanya manusia yang ada baik
kuantitas maupun kualitasnya tetapi juga fasilitas-fasilitas pendukung yang ada
sampai pada anggaran yang digunakan atau aspek finansial.
Sumber daya adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki.Tanpa
adanya sumber daya, peraturan tinggal hanya peraturan, kebijkan tinggal hanya
kebijakan tanpa ada implementasi.Berikut kriteria sumberdaya yang dibutuhkan
dalam rangka Implementasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 di Kota
Medan, kecamatan Medan Selayang khususnya. Diantaranya adalah ;
1. Sumber Daya Manusia

Universitas Sumatera Utara

Sumber daya manusia tidak berbicara hanya soal jumlah ataupun
kuantitas, tetapi juga soal kulaitas dari sumber daya yang ada. Apabila
sumberdaya yang tersedia sedikit namun lebih berkualitas, tentunya kan semakin
baik sebab bisa lebih efisien. Berkaca dari kuantitas dan kualitas yang ada di
Kecamatan Medan Selayang, dapat dijelaskan seperti berikut.
Saat ini, terkhusus pada bagian PMK Kecamatan Medan Selayang,
terdapat 26 orang pegawai ditambah 3 orang pegawai termasuk satu orang kepala
bagian PMK. Apabila melihat luasnya area pelayanan PMK Kecamatan Medan
Selayang sesuai dengan Implementasi Peraturan Kepala Daerah Nomor 6 Tahun
2015, tentunya dengan mudah dapat disimpulkan bahwa jumlah sumber daya
tersebut masih kurang secara kuantitas. Demikian halnya dengan kualitas yang
tentunya dapat juga dilihat dari kuantitas yang ada.
Namun apabila melihat pencapaian Kecamatan Medan Selayang pada
tahun 2015 lalu, tentunya akan berbeda. Pencapaian piala adipura yang diraih
Kecamatan Medan Selayang tentunya bukan penghargaan kecil.Namun hal ini
sudah cukup bergengsi di tingkatan Kota Medan melihat banyaknya jumlah
Kecamatan yang ada.Maka dapat dilihat sebenranya bahwa aspek sumber daya
dari segi kualitas sudah cukup baik.Demikian halnya dengan kuantitas yang ada.
2. Sumber Daya Finansial
Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah
program ataupun kebijakan yang ada. Tanpa adanya sumber daya finansial maka
suatu kebijakan tidak akan dapat berjalan dengan efektif. Bahkan dengan adanya
finansial namun terbatas juga akan berdampak pada pencapaian implementasi

Universitas Sumatera Utara

kebijkan yang kurang baik. Untuk itu perlu ditunjang dengan aspek finansial
yang memadai dan cukup.
Adapun sumber daya finansial yang digunakan pada bidang PMK saat ini
yang digunakan adalah berasal dari BLH (Badan Lingkungan Hidup) Kota
Medan.Adapun BLH dan PMK memiliki hubungan apabila melihat keduanya
yang fokus terhadap lingkungan dan kebersihan.Aspek sumber daya finasial ini
sendirilah yang selama ini digunakan dalam melakukan kerja-kerja PMK dalam
mengimplementasikan semua kebijakan yang ada.
Tentunya apabila melihat luasan area dan juga prestasi yang dicapai oleh
PMK Kecamatan Medan Selayang, tentunya aspek finasial ini masih perlu
ditambah.Sebab semakin tinggi sumber daya finansial, amka pencapaian bisa juga
semakin baik.Hal ini tentunya turut perlu pengawasan agar segala anggaran yang
ada dapat disalurkan ke posa masing-masing yang sudah dianggarkan dan
ditetapkan.
3. Fasilitas
Untuk mendukung proses implementasi kebijakan yang ada maka selain
sumber daya manusia baik kuantitas dan kualitas, finasial juga perlu dukungan
fasilitas yang memadai. Adapun fasilitas di PMK Kecamatan Medan Selayang
yang ada adalah sebagai berikut.Sama halnya dengan anggran sumber daya
finansial, demikian halnya dengan fasilitas yang ada, keduanya berasal dari BLH
MEDAN. Adapun fasilitas tersebut antara lain seperti mobil kebersihan, parang,
cangkul dll. Hal ini tentunya jika melihat semua ketersediaan tersebut masih perlu
didukung dengan fasilitas lain yang lebih memadai. Dengan demikian segala

Universitas Sumatera Utara

program maupun rencana yang ada dalam PMK dapat berjalan dengan lebih
masimal dan lebih baik lagi.
D. Struktur Birokrasi
Strukur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan segala kebijakan
yang

ada

memiliki

pengaruh

yang

signifikan

terhadap

implementasi

kebijakan.Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting yaitu mekanisme
dan struktur organisasi pelaksana itu sendiri.Setiap organisasi tentunya memiliki
mekanisme yang tertuang dalam prosedur operasi yang standar (Standar
Operating Procedures). SOP inilah yang menjadi pedoman bagi setiap
implementor dalam melaksanakan setiap kegiatannya.
Tujuan implementasi seringkali sangat luas sehingga melibatkan banyak
aktor, organisasi dan bahkan level pemerintahan yang berbeda-beda. Inilah yang
menciptakan rentang kendali yang luas.Oleh karena itu diperlukan adanya
kerjasama

agar

dapat

mendorong

tercapainya

keberhasilan

tujuan

mengimplementasikan suatu kebijakan. Secara ringkas analisis strktur birokrasi
dan mekanisme yanag ada pada Kecamatan Medan Selayang dalam kaitannya
dengan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 adalah sebagi
berikut.
Pertama adalah kepala daerah dalam hal ini Walikota sebagai pimpinan
wilayah tertinggi.Selanjutnya ada eksekutif sebagai badan legislasi daerah yang
merancang berbagai kebijakan yang ada. Lebih jauh, terkait dengan PMK,
terdapat dinas Kebersihan Kota Medan sebagai badan besarnya. Selanjutanya
dibagian tingkatan Kecamatan.Nah pada bagian inilah PMK berada. Selain itu

Universitas Sumatera Utara

dinas atau bidang lain yang bersingggungan adalah adanya BLH serta kepala
lingkungan masing-masing. Pada bagian lain diluarnya tentu harus melakukan
koordinasi sehingga tidak terjadi kesalah pahaman informasi dalam melaksankan
kerja-kerjanya.
Walikota dan eksekutif sebagai pimpinan pemerintah tertinggi dan juga
sebagai pengawas dan penyeimbang barada pada tataran tertinggi di daerah.
Kepala daerah sebagai pimpinan akan diawasi dan mempertanggungjawabkan
segala kebijakan dan kerja-kerja yang dilakukan kepada legislatif di daerahnya.
Secara struktur dapat dilihat kepala daerah memimpin kepala dinas, kepala
bagian, camat, sekretaris camat serta bagian-bagian yang ada didalamnya serta
sampai pada tingkatan terbawah misalnya lurah sampai kepala lingkungan. Inilah
yang menjadi implementor dari setiap peraturan yang dikeluarkan.
Walikota memberi madat kepada kepala dinas selaku dina syang berkaitan
dengan peraturan tersebut. Lalu kepala dinas beserta perangkatnya yang ada
sampai pada tingkatan bahwa akan mengomandoi implementasi peraturan yang
ada. Kepala dinas atau instansi yang ditujuk langsunglah yang melakukan segala
perkeajaan yang ada secara bersama-sama. Keseluruhan isturmen atau struktur
birokrasi inilah yang mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada kepala
daerah atau walikota sebgai pimpinan tertinggi di tingkatan kota. Lalu kemudian
kepala daerah atau walikota akan mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang
ada dibawah arahannya kepada legislatif sebagai pengawas dan juga legislasi
daerah. Pada akhirnya semua pertanggungjawaban ini kan dikembalikan kepada
masyarakat sebagai pemberi mandat.

Universitas Sumatera Utara

Pada tingkat struktur birokrasi yang lebih rendah yaitu ditingkat
kecamatan, camat akan bertindak sebgai leader utama yang memimpin segala
kerja-kerja yang sudah diamanaktkan sesuai dengan peraturan yang ada. Camat
akan dibantu oleh bagian yang menangani atau mengimplementasikan segala
kerja-kerja yang harus ditangani oelh bagian tersebut. Dalam hal ini PMK sebgai
bagian yang berkenaan dengan implementasi peraturan tersebut sebgai implemnor
utama ditingkatan bahwah bersama dengan bagian-bagiannya.
Jika dilihat secara struktur, tentunya hal ini sudah cukup memadai.
Dimana kepala PMK akan bertanggung jawab kepada Camat selaku pimpinan
wilayah tertinggi di Kecamatan. Selanjutnya kepada kepala dinas dan walikota. Di
tingkatan terakhir ada nggota legislatif yang akan memantau dan mengawasi
semua kerja-kerja yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara um

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN PARKIR KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

0 3 115

peraturan daerah nomor 3 tahun 2013 tentang pengelolaan sampah

0 0 79

Peran Pemulung Dalam Pengelolaan Sampah dan Timbulan Sampah di TPA Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015

0 0 16

Proses Implementasi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2003 Tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis di Kota Medan (Studi pada Dinas Sosial Kota Medan)

0 0 13

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang)

1 28 7

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang)

0 2 1

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang)

0 2 30

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang)

0 2 3

Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan no 6 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Persampahan (Studi Tentang Pengelolaan Sampah Pada Kecamatan Medan Selayang)

1 3 1