Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE

(Studi: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

Fran Sabda Ginting 100906040

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FRAN SABDA GINTING (100906040)

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE

(Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

Rincian isi skripsi, 126 halaman, 5 tabel, 60 gambar, 12 buku, 4 situs internet, 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum, serta 2 Undang-Undang. (Kisaran buku dari tahun 1987 - 2013)

ABSTRAK

Penelitian ini menguraikan implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pembatasan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal oleh calon legislatif Kota Medan. Alat peraga kampanye yang boleh dipasang oleh calon legislatif dalam peraturan tersebut adalah satu buah spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m dan diletakkan pada zona dan lokasi yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan bersama Pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya banyak calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal memasang alat peraga kampanye tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Dengan kondisi seperti ini, penelitian ini akan menjawab penyebab pelanggaran dalam pemsangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif Kota Medan di kecamatan Medan Sunggal. Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Kampanye melihat pelaksanaan kampanye dan bagaimana kerjasama dalam tim kerja pelaksanaan kampanye, alat peraga kampanye, teori implementasi untuk melihat apa yang terjadi setelah peraturan ditetapkan. Serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 untuk melihat bagaimana tugas dan tanggung jawab penyelenggara pemilu dalam pelaksanaan Peraturan komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian


(3)

ini adalah dengan jenis penilitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan metode wawancara dan observasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tidak berjalan dengan baik di Kecamatan Medan Sunggal, karena tidak ada calon legislatif memasang alat peraga kampanye sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran calon legislatif mematuhi peraturan, zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang sudah ditetapkan kurang efektif bagi calon legislatif untuk memperoleh dukungan masyarakat, tidak disediakannya media pemasangan spanduk oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan memberatkan calon legislatif karena mengeluarkan biaya yang lebih besar, pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye oleh Panitia Pengawas Pemilu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan tidak secara rutin, menyebabkan pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye masih tetap terjadi, dan tidak ada sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye membuat para calon legislatif memasang alat peraga kampanye pada sembarang tempat.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

FRAN SABDA GINTING (100906040)

IMPLEMENTATION OF THE ELECTORAL COMMISSION RULES OF THE LIMITATION OF CAMPAIGN PROPS

(Study: The Regional Election Commission Of Medan City At Legislative Elections 2014 Of Medan City in the Sub-districts Medan Sunggal)

Content: 125 pages, 5 tables, 60 graphics, 12 books, 4 websites, 2 election commission rules and 2 Act. (publication from 1987 - 2013)

ABSTRACT

This Study outlines the implementation of the General Election Commission Regulation No. 15 of 2013 regarding restriction the campaign props at Sub-districts Medan Sunggal by Medan City’s Legislative Candidates. In the regulation, the campaign props that may used by the candidates is a banner size 1,5 x 7 m and placed in the zones and locations that have been defined by the Electoral Commission of Medan City and the Local Government. In the practice, there is many legislative candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal that wear campaign props which is not in accordance with the rules that have been defined. With that condition, this study will answer the cause offense in mounting a campaign props by the candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal. Previously, will be explained first violation props mounting campaign by the candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal.

This Study uses the theory of campaign look at the campaign implementation and how to work together in the team work,campaigns props, the implementation theory to see what happens after the rules set and Law No. 8 of 2012 and Law No. 15 of 2011 to see how the duties and responsibilities of election management in the implementation of the General Election Commission Regulation No. 15 of 2013. The method used in this study is the descriptive research. Data collection techniques used are field research by interview and observation.


(5)

Based on the research conducted, it can be concluded that the implementation of the National Election Commission Regulation No. 15 of 2013 is not going well in the district of Medan Sunggal, because there is no legislative candidates put up campaign props according to the National Election Commission Regulation No. 15 of 2013. The reason is lack of candidates comply with regulation, the zone and installation location props predefined campaign less effective for candidates to gain public support , not the availability of media banner by the Election Commission of Medan burdensome candidates because the cost is greater, the implementation of policing campaign props by the Election Supervisory Committee and the Civil Service Police Unit of Medan are not routinely, causing a breach in mounting a campaign props still occur, and there is no sanction in case of violation of the mounting campaign props make the props put up candidates campaign in any place.


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

Nama : Fran Sabda Ginting

Nim : 100906040

Judul : Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat : Tim Penguji:

Ketua :

Nama NIP.

Penguji Utama : Nama

NIP.

Penguji Tamu : Nama


(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama :Fran Sabda Ginting

Nim :100906040

Judul :Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

(Dra. T. Irmayani, M.Si) (

NIP. 196806301994032001 NIP. 195801151986011002

Drs. Zakaria, MSP)

Mengetahui, Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(8)

Karya ini dipersembahkan untuk


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dari Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada, Ibu T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik dan Kepada Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Poitik. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Drs. Zakaria, MSP sebagai dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis yang selama ini telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin, M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah meluangkan waktu untuk mendidik penulis selama menjalani masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Kak Ema dan Pak Burhan yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus.

Secara khusus penulis mengucapkan kepada kedua orang tua, Bapak Sungkunen Ginting dan Ibu Yusna Riawaty Panggabean atas cinta, kasih sayang, doa dan kesabaran dalam membesarkan dan mendidik penulis kearah yang lebih baik.


(10)

Serta terimakasih kepada abang penulis, Fedry Ronald Ginting yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini kepada penulis.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Sarah, Albert, Chen, Ruth, Nisa, Samuel, Andre, Ryan, Ririn, bang vasperton, Elizabeth, Maria yang telah memberikan semangat, dukungan, dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman Ilmu Politik stambuk 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Terakhir penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh narasumber yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal, Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan, Panitia Pengawas Kecamatan Medan Sunggal, DPD Partai Golongan Karya Kota Medan, DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan, DPD Partai Demokrat Kota Medan, DPD Partai Persatuan Pembangunan Kota Medan, DPD Partai Nasdem Kota Medan, Polisi Pamong Praja Kota Medan, Calon Legislatif Kota Medan daerah Pemilihan II, Kantor Kecamatan Medan Sunggal dan pihak Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dari semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini dan berharap skripsi ini memberikan manfaat bagi kita.

Medan, Juni 2014

Fran Sabda Ginting 100906040


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul

Abstrak ... i

Abstract ... iii

Halaman Pengesahan ... v

Halaman Persetujuan ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Kerangka Teori ... 8

F.1 Kampanye ... 8

F.2 Alat Peraga Kampanye ... 14

F.3 Implementasi ... 15

F.4 Tugas dan Tanggung Jawab Penyelenggara Pemilu ... 16

G. Metode Penelitian ... 23

G.1 Jenis Penelitian ... 23

G.2 Lokasi Penelitian ... 23

G.3 Sumber Data ... 24


(12)

G.5 Teknik Analisa Data ... 26 H. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II Deskripsi Obyek Penelitian

A. Deskripsi Kecamatan Medan Sunggal ... 28 B. Pembentukan Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal ... 30 C. Profil dan Wilayah Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan Medan

Sunggal ... 31 D. Zona dan Lokasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye Kecamatan

Medan Sunggal ... 36 E. Nama Calon Legislatif Kota Medan Daerah Pemilihan II ... 39

BAB III Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye Oleh Calon Legislatif Kota Medan Di Kecamatan Medan Sunggal

A. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang PembatasanAlat

Peraga Kampanye ... 47

B. Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye di Kecamatan Medan

Sunggal ... 54

C. Faktor Penghambat tidak terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye di Kecamatan Medan Sunggal ... 120

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan ... 124 B. Saran ... 125

Daftar Pustaka ... 127

Daftar Lampiran:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dengan Pihak KPUD Kota Medan dan PPK Medan Sunggal.

Lampiran 2. Pedoman Wawancara dengan Pihak Panwaslu Kota Medan dan Panitia Pengawas Kecamatan Medan Sunggal.


(13)

Lampiran 4. Pedoman Wawancara dengan Calon Legislatif Kota Medan.

Lampiran 5. Pedoman Wawancara dengan Pemerintah Kecamatan Medan Sunggal. Lampiran 6. Pedoman Wawancara dengan Pihak Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Medan.

Lampiran 7. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Lampiran 8. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Nomor 1599


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Monografi Kecamatan Medan Sunggal ... 28 Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan ... 30 Tabel 2.3 Data Pemilu Legislatif 2014 Kecamatan Medan Sunggal ... 34 Tabel 2.4 Zona Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilu Legislatif 2014 Kota

Medan di Kecamatan Medan ... 38 Tabel 2.5 Nama Calon Legislatif Kota Medan Daerah Pemilihan II Di Kota


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Medan Sunggal ... 29

Gambar 3.1 Alat Peraga Kampanye Pada Tempat Milik Perseorangan ... 55

Gambar 3.2 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona Penggabungan 11 ... 57

Gambar 3.3 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga kampanye di Zona 13 ... 59

Gambar 3.4 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Perjuangan .... 61

Gambar 3.5 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kiwi ... 61

Gambar 3.6 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sunggal ... 62

Gambar 3.7 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Balam ... 63

Gambar 3.8 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Abadi ... 65

Gambar 3.9 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Serayu ... 66

Gambar 3.10 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Ular Baru ... 67

Gambar 3.11 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Belutu ... 68

Gambar 3.12 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Karyawan ... 69

Gambar 3.13 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Bengawan ... 69

Gambar 3.14 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Merak ... 70

Gambar 3.15 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Murai ... 71

Gambar 3.16 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Garuda ... 71

Gambar 3.17 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kasuari ... 73

Gambar 3.18 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Intisari ... 73

Gambar 3.19 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Merpati ... 74

Gambar 3.20 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Swadaya ... 74

Gambar 3.21 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Tapian Nauli Pasar VI ... 75

Gambar 3.22 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Setia ... 76

Gambar 3.23 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Ampera ... 77

Gambar 3.24 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kiwi ... 77

Gambar 3.25 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sunggal ... 78 Gambar 3.26 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona


(16)

Penggabungan 11 ... 81

Gambar 3.27 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona Penggabungan 12 ... 84

Gambar 3.28 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona 13 ... 85

Gambar 3.29 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona 14 ... 85

Gambar 3.30 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Perjuangan .... 86

Gambar 3.31 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sunggal ... 89

Gambar 3.32 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kiwi ... 91

Gambar 3.33 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Balam ... 92

Gambar 3.34 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Setia Budi ... 92

Gambar 3.35 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Abadi ... 94

Gambar 3.36 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Setia ... 96

Gambar 3.37 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Serayu ... 97

Gambar 3.38 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Ular Baru ... 97

Gambar 3.39 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Belutu ... 98

Gambar 3.40 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Merak ... 99

Gambar 3.41 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kasuari ... 99

Gambar 3.42 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Murni ... 101

Gambar 3.43 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Patriot ... 101

Gambar 3.44 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Puskesmas .. 102

Gambar 3.45 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Swadaya ... 103

Gambar 3.46 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Taqwa ... 103

Gambar 3.47 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Beo Indah ... 104

Gambar 3.48 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Amal ... 105

Gambar 3.49 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona Penggabungan 11 ... 108

Gambar 3.50 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona Penggabungan 12 ... 109

Gambar 3.51 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Zona 13 ... 110

Gambar 3.52 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sunggal ... 110

Gambar 3.53 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Setia Budi ... 111

Gambar 3.54 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Serayu ... 111

Gambar 3.55 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Sei Belutu ... 112


(17)

Gambar 3.57 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Murai ... 113 Gambar 3.58 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Garuda ... 114 Gambar 3.59 Pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Jalan Kasuari ... 114


(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FRAN SABDA GINTING (100906040)

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE

(Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

Rincian isi skripsi, 126 halaman, 5 tabel, 60 gambar, 12 buku, 4 situs internet, 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum, serta 2 Undang-Undang. (Kisaran buku dari tahun 1987 - 2013)

ABSTRAK

Penelitian ini menguraikan implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pembatasan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal oleh calon legislatif Kota Medan. Alat peraga kampanye yang boleh dipasang oleh calon legislatif dalam peraturan tersebut adalah satu buah spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m dan diletakkan pada zona dan lokasi yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan bersama Pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya banyak calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal memasang alat peraga kampanye tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Dengan kondisi seperti ini, penelitian ini akan menjawab penyebab pelanggaran dalam pemsangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif Kota Medan di kecamatan Medan Sunggal. Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal.

Teori yang digunakan dalam menjelaskan penelitian ini adalah Teori Kampanye melihat pelaksanaan kampanye dan bagaimana kerjasama dalam tim kerja pelaksanaan kampanye, alat peraga kampanye, teori implementasi untuk melihat apa yang terjadi setelah peraturan ditetapkan. Serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 untuk melihat bagaimana tugas dan tanggung jawab penyelenggara pemilu dalam pelaksanaan Peraturan komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian


(19)

ini adalah dengan jenis penilitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan metode wawancara dan observasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tidak berjalan dengan baik di Kecamatan Medan Sunggal, karena tidak ada calon legislatif memasang alat peraga kampanye sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran calon legislatif mematuhi peraturan, zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang sudah ditetapkan kurang efektif bagi calon legislatif untuk memperoleh dukungan masyarakat, tidak disediakannya media pemasangan spanduk oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan memberatkan calon legislatif karena mengeluarkan biaya yang lebih besar, pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye oleh Panitia Pengawas Pemilu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan tidak secara rutin, menyebabkan pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye masih tetap terjadi, dan tidak ada sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye membuat para calon legislatif memasang alat peraga kampanye pada sembarang tempat.


(20)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

FRAN SABDA GINTING (100906040)

IMPLEMENTATION OF THE ELECTORAL COMMISSION RULES OF THE LIMITATION OF CAMPAIGN PROPS

(Study: The Regional Election Commission Of Medan City At Legislative Elections 2014 Of Medan City in the Sub-districts Medan Sunggal)

Content: 125 pages, 5 tables, 60 graphics, 12 books, 4 websites, 2 election commission rules and 2 Act. (publication from 1987 - 2013)

ABSTRACT

This Study outlines the implementation of the General Election Commission Regulation No. 15 of 2013 regarding restriction the campaign props at Sub-districts Medan Sunggal by Medan City’s Legislative Candidates. In the regulation, the campaign props that may used by the candidates is a banner size 1,5 x 7 m and placed in the zones and locations that have been defined by the Electoral Commission of Medan City and the Local Government. In the practice, there is many legislative candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal that wear campaign props which is not in accordance with the rules that have been defined. With that condition, this study will answer the cause offense in mounting a campaign props by the candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal. Previously, will be explained first violation props mounting campaign by the candidates of Medan City at Sub-districts Medan Sunggal.

This Study uses the theory of campaign look at the campaign implementation and how to work together in the team work,campaigns props, the implementation theory to see what happens after the rules set and Law No. 8 of 2012 and Law No. 15 of 2011 to see how the duties and responsibilities of election management in the implementation of the General Election Commission Regulation No. 15 of 2013. The method used in this study is the descriptive research. Data collection techniques used are field research by interview and observation.


(21)

Based on the research conducted, it can be concluded that the implementation of the National Election Commission Regulation No. 15 of 2013 is not going well in the district of Medan Sunggal, because there is no legislative candidates put up campaign props according to the National Election Commission Regulation No. 15 of 2013. The reason is lack of candidates comply with regulation, the zone and installation location props predefined campaign less effective for candidates to gain public support , not the availability of media banner by the Election Commission of Medan burdensome candidates because the cost is greater, the implementation of policing campaign props by the Election Supervisory Committee and the Civil Service Police Unit of Medan are not routinely, causing a breach in mounting a campaign props still occur, and there is no sanction in case of violation of the mounting campaign props make the props put up candidates campaign in any place.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum diakui secara global sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan serta menggelar pergantian pemerintahan secara berkala. Pemilihan umum merupakan instrumen penting bagi negara-negara yang menganut sistem demokrasi, bukan hanya pengertian pemilihan umum sebagai suatu proses perwujudan nyata dari kedaulatan rakyat tetapi juga sebagai instrumen perubahan sosial politik dan pergantian kepemimpinan yang berlangsung secara berkala. Pemilihan umum bagi bangsa Indonesia memiliki arti yang penting dalam penyelenggaraan Negara. Untuk mencapai pemilihan umum yang demokratis harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pada tanggal 9 April 2014 diselenggarakan pemilihan umum, termasuk

diantaranya pemilihan umum legislatif daerah Kota Medan. Sebelum

dilaksanakannya pemilihan umum para calon legislatif diberi kesempatan untuk melaksanakan kampanye dalam memperoleh dukungan dan pengenalan diri kepada masyarakat. Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Penyelenggara kampanye umumnya lembaga atau organisasi. Lembaga


(23)

tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).1

Melalui kegiatan kampanye, para calon legislatif dan partai politik berupaya mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam pelaksanaan pemilihan umum legislatif, calon legislatif mempengaruhi masyarakat dengan janji-janji agar mereka terpilih sebagai anggota legislatif. Pesan yang disampaikan oleh calon legislatif berupa ajakan dan ide yang mempengaruhi pemilih bahwa mereka layak untuk dipilih. Biasanya tiap-tiap calon legislatif akan berupaya menjatuhkan kandidat lain melalui kampanye untuk menarik perhatian pemilih bahwa mereka lebih baik dibandingkan calon lainnya. Kegiatan-kegiatan penyampaian visi, misi, dan program oleh calon legislatif pada saat kampanye dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik secara berulang-ulang berbentuk tulisan, gambar, animasi, Terlepas siapapun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Terdapat beberapa jenis kampanye, salah satunya adalah kampanye pemilu. Kampanye Pemilu merupakan kegiatan-kegiatan penyampaian visi, misi, dan program oleh peserta pemilu pada masa kampanye, untuk mendapatkan kekuasaan dan kepercayaan dari masyarakat agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik.

1


(24)

promosi, suara, alat peraga kampanye, debat dan bentuk lainnya yang berisi ajakan, himbauan dan memberikan dukungan kepada peserta pemilihan umum.

Menjelang pemilihan umum legislatif 2014 Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilihan umum, membuat aturan baru yang membatasi partai politik, calon anggota legislatif, dan calon Dewan Perwakilan Daerah memasang alat peraga kampanye yang tertuang dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013. Peraturan tersebut dibuat dengan tujuan, agar ada perimbangan antar peserta pemilu dalam melakukan kampanye, agar peserta pemilu secara langsung terjun ke masyarakat daerah pemilihan masing-masing, serta tidak merusak nilai estetika kota. Agar tata kota tidak kotor harus ada penataan melalui pembatasan alat peraga kampanye.

Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 disebutkan, bahwa pelaksana kampanye adalah pengurus partai politik, calon anggota legislatif, juru kampanye dan orang yang ditunjuk oleh peserta pemilu. Pelaksana kampanye bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, dan kelancaran kampanye. Alat peraga kampanye yang digunakan calon legislatif hanya berupa spanduk tidak diperbolehkan dalam bentuk lainnya, hanya satu unit pada satu zona wilayah kampanye yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama dengan Pemerintah Daerah. Alat peraga juga tidak diperbolehkan ditempatkan pada tempat


(25)

ibadah, rumah sakit, ataupun tempat pelayanan kesehatan, gedung pemerintahan, lembaga pendidikan, jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan.

Setelah penetapan peraturan tersebut, muncul permasalahan dari kalangan partai politik dan calon legislatif. Terjadi pro dan kontra, pihak yang setuju mengatakan bahwa peraturan tentang pembatasan alat peraga kampanye memang layak ditetapkan, karena jika alat peraga tidak dibatasi akan menguntungkan calon legislatif yang memiliki dana yang besar, karena akan memasang alat peraga dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan calon legislatif yang memiliki dana tebatas. Pembatasan alat peraga kampanye, akan membuat persaingan lebih sehat karena ada keseragaman pemasangan alat peraga kampanye.

Dilain pihak, partai politik dan calon legislatif yang tidak setuju ditetapkannya peraturan dengan dibatasinya pemasangan alat peraga kampanye, mengatakan pembatasan alat peraga kampanye hanya menguntungkan calon legislatif yang sebelumnya sudah terpilih, kemudian mencalonkan lagi sebagai anggota legislatif periode berikutnya, karena sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat dibandingkan dengan calon legislatif yang baru dan belum dikenal masyarakat. Mereka juga mengatakan calon legislatif peserta pemilu tidak dapat dikenal masyarakat apabila alat peraga kampanye dibatasi. Kerugian lainnya apabila alat peraga dibatasi adalah sudah banyak calon legislatif dan partai politik mengeluarkan biaya untuk pembuatan


(26)

alat peraga kampanye. Dengan demikian, alat peraga yang sudah dibuat akan terbuang karena tidak dapat dipasang.

Di Kota Medan zona pemasangan alat peraga kampanye telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama Pemerintah Daerah pada tanggal 13 November 2013. Namun, sampai saat ini terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif peserta pemilu tahun 2014 di Kota Medan dalam pemasangan alat peraga kampanye. Sejak dikeluarkannya peraturan tersebut masih banyak calon legislatif menggunakan alat peraga kampanye berupa baliho yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Begitu juga dalam pemasangan alat peraga kampanye, tidak dipasang sesuai dengan zona pemasangan alat peraga yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan. Adapun pemasangan alat peraga kampanye sesuai dengan zona yang sudah ditetapkan, calon legislatif banyak menggunakan baliho, dan menempelkan alat peraga kampanye di pepohonan dan sarana umum.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 mengenai pembatasan pemasangan alat peraga kampanye, khususnya pada pemilihan legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Implementasi peraturan Komisi


(27)

Pemilihan Umum tentang pembatasan alat peraga kampanye kurang berjalan dengan baik dalam rangka mencapai tujuannya, karena masih banyak calon legislatif melanggar peraturan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum. Maka dari perumusan masalah diatas dapat ditarik pertanyaan penelitian, yakni: “Mengapa masih banyak terdapat pelanggaran Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 di Kecamatan Medan Sunggal?”

C. Pembatasan Masalah

Dalam melakukan penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang akan diteliti, dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dan hasil penelitian yang dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Penelitian ini hanya berfokus pada implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pembatasan alat peraga kampanye di kecamatan Medan Sunggal oleh calon legislatif Kota Medan daerah Pemilihan II. Di luar calon legislatif Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal tidak dibahas dalam penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelanggaran yang menyebabkan tidak terlaksananya peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang pembatasan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal.


(28)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak terlaksananya peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang pembatasan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bagi peneliti maupun bagi orang lain. Terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan yang baru bagi peneliti serta manfaat dalam mengembangkan kemampuan berfikir peneliti untuk menulis suatu karya ilmiah.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada Komisi Pemilihan Umum dalam pembuatan peraturan yang berkaitan dengan kampanye Pemilu, agar apa yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum dapat berjalan dengan baik. Selain itu, sebagai masukan baru kepada Peserta Pemilu dalam melaksanakan peraturan yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum.

3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat agar paham dan menyadari pentingnya peraturan Komisi Pemilihan Umum mengenai pedoman kampanye dalam pelaksanaan pemilihan umum.


(29)

F. Kerangka Teori

Kerangka teori yang menjadi landasan berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

F.1. Kampanye

Menurut Rogers dan Storey, “Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.2

Sedangkan Rajasundaram mengatakan, “Kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya”.3

Berdasarkan pengertian diatas, kampanye dibagi kedalam beberapa jenis. Membicarakan jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah untuk membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada gilirannya akan menentukan ke arah mana kampanye akan di gerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Charles U. Larson membagi jenis kampanye kedalam tiga kategori, yaitu:4

2

Antar Venus, Op.cit., hal.7. 3Ibid

, hal.8. 4


(30)

1. Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi dilingkungan bisinis. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh keuntungan finansial. 2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi

pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik) tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye pemilu, kampanye penggalangan dana bagi partai politik, kampanye perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat merupakan contoh-contoh kampanye jenis ini.

3. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. Kampanye ini ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku public yang terkait.

Secara umum siapapun yang terlibat dalam menggagas, merancang, mengorganisasikan dan menyampaikan pesan dalam sebuah kegiatan kampanye dapat disebut sebagai pelaku kampanye. Hal ini berarti kegiatan kampanye tidak dikerjakan oleh pelaku tunggal melainkan sebuah tim kerja.

Zalman dkk. Membagi tim kerja kampanye dalam dua kelompok, yakni: 5

Thayer membedakan dua jenis pelaku kampanye (atau mediator), yakni: Leaders (pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh) supporters (pendukung di tingkat akar rumput). Dalam kelompok leaders terdapat koordinasi pelaksana, penyandang dana, petugas administrasi kampanye, dan pelaksana teknis. Sementara dalam kelompok supporters terdapat petugas lapangan atau kader, penyumbang, dan simpatisan yang meramalkan acara kampanye.

6


(31)

Instrumental mediator yang berfungsi sebagai komunikator anonim, dan consumatory mediator yang mempersentasikan lingkungan nyata dari situasi atau gagasan yang dikampanyekan. Consumatory mediator terdiri dari mereka yang pernah mengalami hal-hal yang dianjurkan atau mereka yang memiliki simpati keterlibatan mendalam tenang hal-hal yang dikampanyekan. Sedangkan instrumental mediator pada prinsipnya meliputi semua orang yang dapat dijadikan ‘penyambung lidah’ sumber atau penyelenggara kampanye (campaign makers). Mereka bisa jadi orang yang mendukung gagasan atau tujuan yang dikampanyekan, atau sepenuhnya orang netral yang sekadar melakukan kewajibannya karena terikat kontrak kerja dengan penyelenggara kampanye.

Pengertian kampanye pemilu dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 disebutkan bahwa. “Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu.”

Kampanye pemilu adalah bagian dari demokrasi. Meskipun kritik terhadap partai yang disampaikan melalui karikatur sering memberikan kesan tidak baik, tetapi kampanye pemilu tidak dapat dianggap sebagai tidak legitim ataupun tidak bermoral. Kampanye pemilu merupakan instrumen yang sah di mana kelompok kepentingan politik berupaya menjelaskan kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum. Kampanye politik mendapatkan legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu adalah fondasi kebebasan individu. Kampanye politik


(32)

adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang dicalonkan, dipilih, atau dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi.7

Menurut Arnold Steinberg, Kampanye politik modern adalah cara yang digunakan para warga Negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka. Sedangkan Pfau dan Parrot mengatakan, Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tentu dengan tujuan mempengaruhi sasaran yang telah ditetapkan.8

Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan secara bertanggung jawab, kampanye Pemilu dilaksanakan oleh pelaksana kampanye, kampanye Pemilu diikuti oleh peserta kampanye, kampanye Pemilu didukung oleh petugas kampanye.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan daerah, pada pasal 77 dan 78 disebutkan bahwa:

9

Pelaksana Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, juru Kampanye Pemilu, orang seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Peserta Kampanye Pemilu terdiri atas anggota Pelaksana, petugas dan peserta Kampanye pemilu Legislatif sebagaimana disebutkan dalam pasal 79, bahwa:

7

Toni Andrianus Pito, SIP. Dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Penerbit Nuansa. Hal.185-186.

8Ibid, hal 186-187.A

9


(33)

masyarakat. Petugas Kampanye Pemilu terdiri atas seluruh petugas yang memfasilitasi pelaksanaan Kampanye Pemilu.10

Materi kampanye Partai Politik Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD provinsi, dan anggota DPRD kabupaten/kota meliputi visi, misi, dan program partai politik. Materi kampanye Perseorangan Peserta Pemilu yang dilaksanakan oleh calon anggota DPD meliputi visi, misi, dan program yang bersangkutan. Metode kampanye dapat dilakukan melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum, pemasangan alat peraga di tempat umum, iklan media massa cetak dan media massa elektronik, rapat umum, dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait Materi dan Metode Kampanye, diatur dalam pasal 81 dan pasal 82, disebutkan bahwa:

11

Kampanye Pemilu dilaksanakan sejak 3 hari setelah calon Peserta Pemilu ditetapkan sebagai Peserta Pemilu sampai dengan dimulainya masa tenang. Kampanye Pemilu dilaksanakan selama 21 hari dan berakhir sampai dengan dimulainya masa tenang. masa tenang berlangsung selama 3 hari sebelum hari pemungutan suara. Selama masa tenang pelaksana, peserta, atau petugas Kampanye Pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan imbalan kepada Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya, menggunakan hak pilihnya dengan memilih Peserta Pemilu dengan cara tertentu sehingga surat suaranya

10

Ibid, Pasal 79


(34)

tidak sah, memilih Partai Politik Peserta Pemilu tertentu, memilih calon anggota DPD tertentu.

Larangan dalam kampanye dalam pasal 86 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 disebutkan bahwa:

1. Pelaksana, peserta, dan petugas Kampanye Pemilu dilarang:

a. Mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

c. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain.

d. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun

masyarakat;

e. Mengganggu ketertiban umum.

f. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain. g. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye

Peserta Pemilu.

h. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan.

i. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan.

j. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

2. Pelaksana kampanye dalam kegiatan Kampanye Pemilu

dilarang mengikutsertakan:

a. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, Hakim Agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi.

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa


(35)

c. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia.

d. Direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah.

e. Pegawai negeri sipil.

f. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

g. Kepala desa. h. Perangkat desa.12

F.2. Alat peraga Kampanye

Pengertian alat peraga kampanye dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013, yaitu “Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.”

Pemasangan alat peraga kampanye yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 2012 pasal 102, disebutkan bahwa:

1. KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan PPLN berkoordinasi dengan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, desa atau nama lain/kelurahan, dan kantor perwakilan Republik Indonesia menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan Kampanye Pemilu.

2. Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu oleh pelaksana Kampanye Pemilu dilaksanakan dengan mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan, dan keindahan kota atau kawasan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(36)

3. Pemasangan alat peraga Kampanye Pemilu pada tempat yang menjadi milik perseorangan atau badan swasta harus dengan izin pemilik tempat tersebut.

4. Alat peraga Kampanye Pemilu harus sudah dibersihkan oleh Peserta Pemilu paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasangan dan pembersihan alat peraga Kampanye Pemilu diatur dalam peraturan KPU.13

F.3. Implementasi

Definisi implementasi mengalami perubahan tersendiri seiring dengan perkembangan studi implementasi itu sendiri. Menurut Pressman dan Wildavsky, Implementasi dimaknai dengan beberapa kata kunci sebagai berikut: “Untuk menjalankan kebijakan (to carry out), untuk memenuhi janji-janji sebagaimana dinyatakan dalam dokumen kebijakan (to fulfill), untuk menghasilkan output sebagaimana dinyatakan dalam tujuan kebijakan (to produce), untuk menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan (to complete).”14

Implementasi dipandang dalam pengertian yang luas mempunyai makna pelaksanaan Undang-Undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran maupun sebagai suatu dampak. Pada tingkat abstasi

13Ibid, Pasal 102 14


(37)

yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai makna yang bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, undang-undang publik dan putusan yudisial.

Ripley dan franklin berpendapat bahwa, Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tindakan-tindakan) oleh beberapa aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksud untuk membuat program berjalan.15

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu

F.4. Tugas dan Tanggung Jawab Penyelenggara Pemilu

Penyelenggara pemilu diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Dalam pasal 1, disebutkan bahwa:


(38)

Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota.16

a. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta

menetapkan jadwal di kabupaten/kota.

Penyelenggara Pemilu berpedoman pada asas, mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga disebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum harus bebas dari pengaruh dari pihak manapun dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya. Tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota dalam

penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tercantum dalam pasal 10, meliputi:

b. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di

kabupaten/kota berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya. d. Mengoordinasikan dan mengendalikan tahapan penyelenggaraan

oleh PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya. e. Menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi.

f. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih. g. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan

suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan membuat berita acara rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara.

16


(39)

h. Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi di kabupaten/kota yang bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK.

i. Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi.

j. Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk

mengesahkan hasil Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan mengumumkannya.

k. Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di kabupaten/kota yang bersangkutan dan membuat berita acaranya.

l. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota.

m.Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara anggota PPK, anggota PPS, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkanterganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

n. Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

o. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu.

p. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, dan/atau peraturan perundang-undangan.17

Dalam menjalankan tugas Komisi Pemilihan Umum mempunyai tanggung jawab, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 37, 38 dan, 39, yaitu:


(40)

a. Dalam hal keuangan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan Pemilu dan tugas lainnya memberikan laporan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.

Dalam menjalankan tugasnya, KPU Provinsi bertanggung jawab kepada KPU, KPU Provinsi menyampaikan laporan kinerja dan penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada KPU, KPU Provinsi menyampaikan laporan kegiatan setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan gubernur kepada gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. Dalam menjalankan tugasnya, KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kinerja dan penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kegiatan setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan bupati/walikota kepada bupati/walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.18

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota.

Tugas dan tanggung jawab Panitia Pengawas Pemilu sebagai penyelenggara pemilu tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 pada pasal 77, sebagai berikut:

Tugas dan wewenang Panwaslu Kabupaten/Kota adalah:

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu.

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan Pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana.

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU

Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti.

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi

kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya


(41)

tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh Penyelenggara Pemilu di tingkat kabupaten/kota.

g. Mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung. h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu. i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.19

Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Panwaslu Kabupaten/Kota dapat memberikan rekomendasi kepada Komisi Pemilihan Umum untuk menonaktifkan sementara dan mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran, memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu. Terdapat dua lembaga pengawas penyelanggaraan pemilu membantu panwaslu Kabupaten/Kota dalam mengawasi pelaksanaan pemilu di tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan, yaitu Panwaslu kecamatan dan Panitia Pengawas Lapangan. Tugas dan wewenang Panwaslu Kecamatan sebagaimana tercantum dalam pasal 79 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 adalah:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah

kecamatan yang meliputi:

1.Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.

2.Pelaksanaan kampanye.

3.Logistik Pemilu dan pendistribusiannya.


(42)

4.Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara hasil Pemilu.

5.Pergerakan surat suara dari TPS sampai ke PPK.

6.Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari seluruh TPS.

7.Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan.

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilu yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.

c. Menyampaikan temuan dan laporan kepada PPK untuk

ditindaklanjuti.

d. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi

kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

e. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu. f. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan

dan laporan mengenai tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu.

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.20

Sementara tugas dan wewenang Pengawas Pemilu Lapangan dalam pasal 81 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 adalah:

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat

desa/kelurahan yang meliputi:

1.Pelaksanaan pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan daftar pemilih sementara, daftar pemilih hasil perbaikan, dan daftar pemilih tetap. 2.Pelaksanaan kampanye.

3.Logistik Pemilu dan pendistribusiannya.

4.Pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS.

5.Pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS.

6.Pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di sekretariat PPS.

7.Pergerakan surat suara dari TPS sampai ke PPK, dan


(43)

8.Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan.

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilu yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.

c. Meneruskan temuan dan laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pemilu kepada instansi yang berwenang.

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada PPS dan KPPS

untuk ditindaklanjuti.

e. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan tentang adanya tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

f. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh Panwaslu Kecamatan.21

Tanggung jawab Panitia Pengawas Pemilu sebagaimana tercantum dalam pasal 105, disebutkan bahwa:

Dalam menjalankan tugasnya, Panwaslu Kabupaten/Kota

bertanggung jawab kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu

Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kinerja dan pengawasan penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kegiatan pengawasan setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan bupati/walikota kepada bupati/walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.22

G. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Metode dan

21Ibid,

Pasal 81


(44)

langkah dalam penelitian ini menyangkut jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

G.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini.23

23

Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin membuat deksripsi atau gambaran secara sistematis dari data yang terkumpul dan fakta yang terjadi di lapangan kemudian di analisis.

G.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Sunggal yang terdiri dari 6 zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, yaitu Sunggal, Lalang, Tanjung Rejo, Sei Sekambing B, Simpang Tanjung dan Babura. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Medan Sunggal karena di daerah ini peneliti melihat banyak pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye.

G.3. Sumber Data

Sumber data dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder:


(45)

1. Data primer adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri dari sumber utama, berupa wawancara dan observasi.

2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia kemudian dikutip oleh peneliti dalam penelitiannya. Data ini berasal dari buku, berita, dan peraturan perundang-undangan.

G.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan (field research). Salah satu metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin. Dimana model wawancara bebas terpimpin yaitu diartikan sebagai wawancara yang menggunakan pedoman wawancara (daftar pertanyaan) namun berupa kalimat-kalimat yang tidak permanen atau mengikat.24

1. Pihak Komisi Pemilihan Umum Kota Medan

Adapun responden yang diwawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2. Pihak Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal 3. Pihak Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan


(46)

4. Pihak Panitia Pengawas Kecamatan Medan Sunggal 5. Pihak DPD Partai Golongan Karya Kota Medan 6. Pihak DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan 7. Pihak DPD Partai Demokrat Kota Medan

8. Pihak DPD Partai Persatuan Pembangunan Kota Medan 9. Pihak DPD Partai Nasdem Kota Medan

10.Pihak Polisi Pamong Praja Kota Medan

11.Beberapa calon Legislatif Kota Medan Daerah Pemilihan II 12.Pihak Kecamatan Medan Sunggal

13.Pihak Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal

Teknik pengumpulan data lainnya adalah observasi. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis.25

25

Dalam melaksanakan observasi, peneliti menggunakan jenis non participant observation, dimana peneliti tidak ikut menjadi objek yang di observasi. Peneliti mengamati bagaimana pemasangan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal. Kemudian di catat dan di dokumentasikan dengan pengambilan gambar alat peraga kampanye menggunakan kamera. Observasi dilakukan sekali dalam seminggu yang dimulai tanggal 6 Januari 2014 sampai pada 7 April 2014.


(47)

G.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa deskriptif kualitatif yang dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu.26

H.Sistematika Penulisan

Dalam penelitan ini peneliti berusaha untuk menyimpulkan data yang sudah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi yang dilakukan secara mendalam. Data yang sudah diperoleh kemudian dideskripsikan dan dianalisis dengan menggunakan teori-teori yang ada selama dan setelah pengumpulan data.

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II: DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi deskripsi Kecamatan Medan Sunggal, Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal, zona dan lokasi penetapan pemasangan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal dan Nama calon legislatif daerah pemilihan II.


(48)

BAB III: IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE OLEH CALON LEGISLATIF KOTA MEDAN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Pada Bab ini berisi penyajian data dan analisa data yang diperoleh dari pengumpulan data tentang Implementasi Peraturan Komisi pemilihan Umum mengenai pembatasan alat peraga kampanye di Kecamatan Medan Sunggal.

BAB IV: PENUTUP

Pada Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran.


(49)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal yang dipimpin oleh seorang Camat, saat ini terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 88 lingkungan, 86 RW, dan 263 RT.

Tabel 2.1

Monografi Kecamatan Medan Sunggal

Kelurahan Lingkungan RW RT

Sunggal 14 16 50

Tanjung Rejo 24 18 65

Babura 11 12 41

Simpang Tanjung 4 1 2

Sei Sikambing B 22 28 68

Lalang 13 11 37

Jumlah 88 86 263

Sumber: Kantor Camat Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal dihuni oleh 112.918 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Tanjung Rejo yakni sebanyak 31.083 orang. Jumlah penduduk terkecil di kelurahan Simpang Tanjung yakni sebanyak 861 orang. Bila dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Lalang merupakan kelurahan terpadat yaitu 14.434 jiwa tiap km2. Jumlah penduduk


(50)

tiap-tiap kelurahan, yakni Sunggal 30.587 orang, Tanjung Rejo 31.083 orang, Babura 9.208 orang, Simpang Tanjung 861 orang, Sei Sikambing B 23.136 orang, dan Lalang 18.043 orang.

Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara, Kecamatan Medan Selayang di sebelah selatan, Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat dan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah di sebelah timur.

Gambar 2.1

Peta Kecamatan Medan Sunggal


(51)

Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu Kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 12,9 km2. Luas wilayah Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal Keluarahan Luas Persentase terhadap Luas

Kecamatan

Sunggal 4,93 34,90

Tanjung Rejo 3,50 25,00

Babura 1,06 5,70

Simpang Tanjung 0,32 2,30

Sei Sikambing B 2,84 23,20

Lalang 1,25 8,90

Medan Sunggal 13,90 100,00

Sumber: Kantor Camat Medan Sunggal

B. Pembentukan Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal

Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Medan Sunggal merupakan panitia yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan untuk melaksanakan Pemilu di tingkat kecamatan. PPK dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah paling lambat 6 bulan sebelum penyelenggaraan Pemilu dan dibubarkan paling lambat 2 bulan setelah pemungutan suara. Apabila terjadi penghitungan suara dan pemungutan


(52)

suara ulang, pemilu susulan dan pemilu lanjutan masa kerja PPK diperpanjang dan PPK dibubarkan paling lambat 2 bulan setelah pemungutan suara.

Pembentukan Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2013 pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara oleh Dra. Evi Novida Ginting, M.SP yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan. Kemudian masa jabatan PPK Medan Sunggal dilanjutkan pada pemilihan umum saat ini. Dalam menjalankan tugasnya, PPK dibantu oleh sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

C. Profil dan Wilayah Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal

Profil anggota Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal sebagai penyelenggara pemilihan umum ditingkat kecamatan adalah sebagai berikut.

Ketua : H. Hertin, S.Pd

Anggota :

1. M. Idris Taufan 2. Bona Sitompul 3. Maringan Situmorang 4. M. Arfan


(53)

Visi dan misi Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal sesuai dengan visi dan misi Komisi Pemilihan Umum, karena Panitia Pemilihan Kecamatan merupakan perpanjangan tangan dari Komisi Pemilihan Umum. Adapun yang menjadi visi dan misi Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal adalah sebagai berikut.

1. Visi

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Misi

a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum.

b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab.


(54)

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien dan efektif.

d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

Wilayah kerja Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal adalah keseluruhan wilayah Kecamatan Medan Sunggal yang terdiri dari 6 Panitia Pemungutan Suara (PPS) tiap-tiap PPS memiliki 3 anggota. Pada pemilihan umum legislatif tanggal 9 April 2014, Kecamatan Medan Sunggal terdapat 213 TPS, dengan jumlah TPS tiap-tiap kelurahan, yakni Sunggal 56 TPS, Tanjung Rejo 64 TPS, Babura 23 TPS, Simpang Tanjung 3 TPS, Sei Sikambing B 34 TPS, Lalang 33 TPS. Jumlah pemilih tetap Kecamatan Medan Sunggal adalah 91.582 jiwa, Berikut adalah tabel jumlah pemilih tetap tiap-tiap kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal.


(55)

Tabel 2.3

Data Pemilu Legislatif 2014 Kecamatan Medan Sunggal Daerah

Pemilihan Kecamatan Kelurahan

Jumlah Pemilih

L P

Dapil II Medan Sunggal

Sunggal 12898 13127

Tanjung Rejo 12255 13113

Babura 4791 4963

Simpang Tanjung 679 638

Sei Sekambing B 7213 7427

Lalang 7172 7306

Sumber: Panitia Pemilihan Kecamatan Medan Sunggal

Tugas, wewenang dan kewajiban PPK sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 adalah sebagai berikut.

1. Membantu Komisi Pemilihan Umum (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten atau Kota) dalam melakukan pemutakhiran data pemilih, daftar pemilih sementara, dan daftar pemilih tetap.

2. Membantu KPU (Kabupaten atau Kota) dalam menyelenggarakan Pemilu. 3. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan

yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (Pusat, Provinsi, Kabupaten atau Kota)

4. Menerima dan menyampaikan daftar pemilih kepada Komisi Pemilihan Umum (Kabupaten atau Kota)


(56)

5. Mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh Pantia Pemungutan Suara (PPS) di wilayah kerjanya.

6. Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam rapat yang harus dihadiri oleh saksi peserta Pemilu.

7. Mengumumkan hasil rekapitulasi dan menyerahkan hasil rekapitulasi suara kepada seluruh peserta Pemilu.

8. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kecamatan, dan KPU (Kabupaten atau Kota)

9. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kecamatan.

10.Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya.

11.Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPK kepada masyarakat.

12.Melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

13.Melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


(57)

D. Zona dan Lokasi Pemasangan Alat Peraga Kampanye Kecamatan Medan Sunggal

Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta pemilu dan atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. Alat peraga kampanye berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013, yakni Baliho, Spanduk dengan ukuran 1,5x7 meter, Bendera dan Umbul-umbul. Sedangkan alat peraga lain seperti sticker tidak dicantumkan dalam peraturan tersebut. Pemasangan alat peraga kampanye calon legislatif berupa spanduk pada zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang sudah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum.

Penetapan zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye pada pemilu legislatif 2014 di kota Medan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan dilaksanakan melalui rapat koordinasi pada tanggal 12 November 2013 yang dihadiri oleh Pemerintah Kota Medan, Panitia Pengawas Pemilu Kota Medan, Kapoltabes, Polresta Medan, Polresta Belawan, serta seluruh Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan. Pada rapat koordinasi tersebut, Komisi Pemilihan Umum Kota Medan meminta kepada Kecamatan dan Kelurahan seluruh Kota Medan untuk menentukan daerah dan jalan mana saja yang dapat ditentukan sebagai zona dan lokasi tempat dipasangnya alat peraga kampanye. Dengan kata lain, pihak Kecamatan dan


(58)

Kelurahan yang mengusulkan daerah-daerah atau jalan-jalan yang layak ditetapkan sebagai zona pemasangan alat peraga kampanye.

Sebelum dijelaskan zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan akan diuraikan terlebih dahulu nama-nama jalan di Kecamatan Medan Sunggal, yaitu Jalan Nuri, Jalan Kakak Tua, Jalan Pungguk, Jalan Belibis, Jalan Amal, Jalan Gagak Hitam, Jalan Gatot Subroto, Jalan Gelatik, Jalan Cendrawasih, Jalan Bangau, Jalan Pesantren, Jalan Merpati, Jalan Balam, Jalan Merak, Jalan Tempua, Jalan Murai, Jalan Garuda, Jalan Beo Indah, Jalan Kasuari, Jalan Kiwi, Jalan Sei Batang hari, Jalan Sei Kapuas, Jalan Sei Berantas, Jalan Sei Bilah, Jalan Sei Mencirim, Jalan Sei Rokan, Jalan Sei Bengawan, Jalan Sei Musi, Jalan Sei Ular Baru, Jalan Sei Serayu, Jalan Sei Semare, Jalan Sunggal, Jalan Bayu, Jalan Mega, Jalan Guntur, Jalan Setia Budi, Jalan Kesatria, Jalan Sederhana, Jalan Bantaran Sungai, Jalan Taqwa, Jalan Pendidikan, Jalan Dwikora, Jalan Laksana, Jalan Ampera, Jalan Hanura, Jalan Mandala, Jalan Sepakat, Jalan Sempurna, Jalan Intisari, Jalan Sei Belutu, Jalan Karyawaty, Jalan Mesjid, Jalan Karyawan, Jalan Kemuning, Jalan dr. Mansyur I, Jalan dr. Mansyur II, Jalan Sei Asahan, Jalan Mawar, Jalan Kemuning, Jalan Karya Baru, Jalan Kantil, Jalan perbatasan, Jalan Setia, Jalan Murni, Jalan Abadi, Jalan Setia Kawan, Jalan Perjuangan, Jalan Kamboja, Jalan Pembangunan, Jalan Pelita, Jalan Ampera, Jalan Legawa, Jalan Geminas Titi, Jalan Prasaja, Jalan Sapta Marga, Jalan Ubaya Sakti,


(59)

Jalan Tritura, Jalan Bukit Barisan, Jalan Pancasila, Jalan Sumpah Prajurit, Jalan Balai Desa, Jalan T.B Simatupang, Jalan Kelambir V, Jalan Prajurit, Jalan Puskesmas, Jalan Patriot, Jalan BLKI, Jalan Pasar V, Jalan Swadaya, Jalan Kampung lalang V, Jalan Perwira, Jalan Melati I, Jalan Melati II, Jalan Puskesmas I, Jalan Sehat, Jalan Sehat II, Jalan Amal, Jalan Beringin, Jalan Puskesmas II, Jalan Seroja, Jl. P. Anto, Jalan Pasar I, Jalan T. Tinggi, Jalan PAM Tirtanadi, Jalan Pasar II, Jalan Pasar III, Jalan Bersama, Jalan Impres, Jalan Pasar IV dan Jalan Tapian Nauli Pasar VI.

Berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Umum tentang penetapan zona dan lokasi untuk pemasangan alat peraga kampanye pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tahun 2014 di Kota Medan, maka daftar zona untuk pemasangan alat peraga kampanye pemilu legislatif tahun 2014 di Kecamatan Medan Sunggal Sebagai Berikut.

Tabel 2.4

Zona Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pemilu Legislatif 2014 Kota Medan di Kecamatan Medan Sunggal

NO KECAMATAN KELURAHAN ALAMAT/ JALAN ZONA

1 Medan Sunggal Sunggal

Jl. Pinang Baris (Kantor BKN s/d

PDAM)

Penggabungan 11


(60)

(Kantor BKN s/d Simp. Gatot Subroto)

Tanjung Rejo

Jl. Gagak Hitam (Simp. Jl.Amal s/d Simp. Jl. Kenanga)

Penggabungan 12 Sei Sekambing

B

Jl. Gagak Hitam (Simp. Jl. Gatot Subroto s/d Simp Jl.

Sunggal) Simpang

Tanjung Jl. Rajawali 13

Babura Jl. Sei Batang Hari 14

Sumber:Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Medan.

Dari tabel diatas terdapat 4 kelurahan berada dalam satu zona pemasangan alat peraga kampanye, yaitu antara Kelurahan Sunggal dan kelurahan Lalang berada pada satu zona, disebut dengan zona penggabungan 11 kemudian Kelurahan Tanjung Rejo dan Kelurahan Sei Sekambing B bergabung dalam satu zona, disebut dengan zona penggabungan 12.

E. Nama Calon Legislatif Kota Medan Daerah Pemilihan II

Komisi Pemilihan Umum menetapkan peserta pemilu terdiri dari 15 partai politik, tiga diantaranya adalah partai politik lokal Aceh yaitu, Partai Damai Aceh,


(61)

Partai Nasional Aceh dan Partai Aceh. Adapun partai politik peserta pemilu 2014 di Kota Medan beserta nomor urutnya adalah sebagai berikut.

1. Partai Nasdem

2. Partai Kebangkitan bangsa 3. Partai Keadilan Sejahtera

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 5. Partai Golkar

6. Partai Gerindra 7. Partai Demokrat

8. Partai Amanat Nasional

9. Partai Persatuan Pembangunan 10.Partai Hanura

14. Partai Bulan Bintang, dan

15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.

Terdapat 142 jumlah calon legislatif di daerah pemilihan II, Masing-masing partai politik memiliki 12 calon legislatif, kecuali pada partai Nasional Demokrat dan partai Gerindra memiliki 11 calon legislatif. Seharusnya partai Gerindra memiliki 12 calon legislatif, tetapi calon legislatif nomor urut 1 tidak tercantum pada nama calon legislatif peserta pemilu. Berikut adalah daftar nama calon legislatif kota Medan daerah pemilihan II pada pemilu legislatif 2014:


(62)

Tabel 2.5

Nama Calon Legislatif Kota Medan Daerah Pemilihan II

No. Partai Politik Nama Calon

Dapil 2

1 Partai Nasional Demokrat

1. Syafaruddin, S.H, M.Hum 2. Soraya Siahaan

3. Muhd. Ikhsan, SE 4. M. Armansyah 5. Rahmah Purba

6. S. Maruli Tua Tarigan, Drs 7. Tri Suci Wulandari

8. Putra Hamonangan Simatupang 9. Drs. Moh. Sajirun Tarigan 10.Yonge Liston Verwin Sihombing 11. Irfaradina Siahaan, SP

2 Partai Kebangkitan Bangsa

1. Syahrianto Sitepu, Amd 2. Lamsar Saragi

3. Litna Susanti, SH 4. Gembira Sitepu, SH 5. M. Faisal Lubis 6. Yunita Tarigan, SE 7. Fakhrul Ihsan Sahri 8. Missy Tjibro 9. Agustina Muliati 10.Norlinta Br Sembiring 11.Drs. Bahzan Harahap


(63)

12.Muhammad Munir

3 Partai Keadilan Sejahtera

1. H. Azhari Arifin, Lc

2. H. Salman Alfarisi, Lc. MA 3. Ismah Sya’diah, S.Si 4. Son Haji Harahap, S.Ag 5. Lukmanul Hakim, S.Pd.I 6. Siti Fatimah, S.Ag 7. Datuk Iskandar Muda

8. Isharianto Syahputra Sinambela 9. Rini Anggraini, SS

10.Sartono, SE 11.Razali Ta’at, S.Pdi 12.Qumaria Suri, S.Pdi

4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

1. Henry Jhon Hutagalung, SE. SH 2. Drs. Daniel Pinem

3. Susan

4. Ir. Peter Brahmana

5. T. Mangarimpun Parhusip 6. Riana, SH. MH

7. Johannes Hutagalung, S.Sos 8. Simon Jauhari

9. Sara Sulami G Kembaren 10.Saul Tarigan, S.Si

11.Gumana Lubis

12.Imelda Safriani Situmeang, SH

5 Partai Golkar 1. H. Iswanda Ramli


(64)

3. Roslina Zega, S.Ag 4. Mustapa Karo-Karo 5. Yulizar

6. Susy Merry Junita Sinaga, SS 7. Drs. H.R Pakpahan

8. Terkelin S. Pelawi

9. Vonny Iriani S. Pelawi, S.Psi 10.Restu Utama Pencawan, S.H.,

M.Pd

11.Dra. Hj. Christina Winarsih 12.Indra Aritonang

6 Partai Gerindra

1.

2. Dody Pradipto Y.S.

3. Drs. Proklamasi K. Naibaho 4. Mastiur BR Pangaribuan, SKM 5. H. Waginto, ST

6. Hariram, ST, MM 7. Rommel Franky H.S. 8. R. Roro Nenny M,ST 9. Ir. Mohd. Sjoofihadi 10.Ir. Jonpery

11.Ferry Soemardi, dr 12.Endang Sriasih

7 Partai Demokrat

1. Burhanuddin Sitepu, SH 2. Suwandi Siregar, SE 3. Damai Yona Nainggolan


(1)

saat dilaksanakannya pembersihan alat peraga kampanye. Tetapi, dalam penetapan zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, menurut pandangan peneliti Komisi Pemilihan Umum Kota Medan kurang melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Terdapat zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang sudah ditetapkan, tidak memiliki ruang yang cukup bagi peserta pemilu memasang alat peraga kampanye, seperti pada zona 14 yang terletak di Jalan Sei Batang Hari, tidak ada tempat bagi calon legislatif memasang spanduk dengan menggunakan media pemasangan pribadi, karena kondisi jalan langsung berbatasan dengan trotoar dan parit, dengan demikian calon legislatif tetap menggunakan pohon sebagai tempat pemasangan alat peraga kampanye. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013

Hal lainnya yang membuat Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tidak berjalan adalah tidak diberikannya sanksi tegas kepada calon legislatif yang melakukan pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye. Apabila terjadi pelanggaran, maka alat peraga kampanye hanya dibersihkan oleh satuan polisi pamong praja. Setelah itu, calon legislatif memasang kembali alat peraga kampanye di sembarang tempat. Dengan demikian, kampanye pemilu tidak dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh peserta pemilu.


(2)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari implementasi Peraturan Komisi Pemilihian Umum Nomor 15 Tahun 2013 di dapatkan melalui pencatatan dan dokumentasi peneliti di Kecamatan Medan Sunggal. Berdasarkan peraturan tersebut calon legislatif dapat memasang alat peraga kampanye sebagai salah satu metode kampanye berupa spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m pada zona dan lokasi yang sudah di tetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan. Alat Peraga kampanye dapat dipasang pada bangunan milik perseorangan atau badan usaha milik swasta.

Temuan peneliti menunjukkan peraturan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum tidak terlaksana, karena tidak ada calon legislatif memasang alat peraga kampanye pada zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum dengan menasang 1 buah spanduk dengan ukuran 1,5 x 7 m. Para calon legislatif di Kecamatan Medan Sunggal mayoritas memasang alat peraga kampanye pada bangunan milik pribadi, rumah warga, pohon, sarana umum dan adapula calon legislatif yang memasang alat peraga kampanye berupa baliho, semi baliho dan bendera pada jalan yang bukan zona dan lokasi tempat pemasangan alat peraga kampanye.


(3)

Tidak terlaksananya Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 di Kecamatan Medan Sunggal disebabkan beberapa hal, diantaranya ketidakpedulian calon legislatif dan tim sukses melaksanakan pemasangan alat peraga kampanye sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye kurang efektif bagi calon legislatif untuk memperoleh dukungan masyarakat, tidak disediakannya media pemasangan spanduk oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan memberatkan calon legislatif karena mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi, pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye tidak secara rutin, menyebabkan pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye tetap terjadi, dan tidak ada sanksi yang diberikan apabila terjadi pelanggaran dalam pemasangan alat peraga kampanye membuat para calon legislatif memasang alat peraga kampanye di sembarang tempat.

B. Saran

Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, peneliti memberikan beberapa saran agar Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 dalam pemasangan alat peraga kampanye dapat terlaksana, yaitu:

1. Komisi Pemilihan Umum disarankan memberikan sanksi kepada peserta pemilu apabila melanggar peraturan dalam pemasangan alat peraga kampanyre dan memberikan penghargaan kepada peserta pemilu yang melaksanakan peraturan. Dengan demikian pelaksanaan peraturan yang sudah


(4)

ditetapkan mencapai target dan dapat memenuhi tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkkan peraturan tersebut.

2. Penyelenggara pemilu disarankan lebih tegas dalam melaksanakan peraturan yang sudah ditetapkan baik pada tahap sosialisasi kepada partai politik dan lembaga penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan dan lapangan, juga dalam hal pengawasan dan penertiban alat peraga dilakukan secara rutin dan fokus.

3. Komisi Pemilihan Umum diharapkan menyediakan media pemasangan alat peraga kampanye pada zona dan lokasi yang sudah ditetapkan. Untuk mempermudah calon legislatif dalam memasang spanduk dengan meminimalisir biaya dengan demikian tidak ada alasan bagi calon legislatif untuk melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.

4. Dalam penetapan zona dan lokasi pemasangan alat peraga kampanye Komisi Pemilihan Umum dan Pemerintah Daerah sebaiknya menetapkan lokasi yang strategis bagi berlangsungnya pelaksanaan metode kampanye dengan menggunakan alat peraga kampanye.

5. Kerjasama yang baik antar peserta pemilu dan penyelenggara pemilu akan mencapai tujuan ditetapkkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pembatasan alat peraga kampanye.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Dantes, Nyoman. 2009. Metode penelitian, Yogyakarta: Andi Offset.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:Bumi Aksara.

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Gajah Mada University Press.

Pito, Toni Andrianus .Dkk.2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politk Sampai Korupsi. Bandung: Penerbit Nuansa.

Sarosa, Samiaji. 2010.Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks. Sitepu, P. Anthonius, 2012, Studi Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subagyo, Joko. 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tri Rahayu, dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayu Media Publishing. Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik. Yogyakarta: C A P S.


(6)

Situs Internet:

Andika, Donny. Pro Kontra Pembatasan Alat Peraga Kampanye Berlanjut.m.metrotvnews.com. Diakses tanggal 2 Desember 2013.

Mulyana, Asep. Caleg Protes Pembatasan Alat Peraga Kampanye. www.inilahkoran.com. Diakses tanggal 2 Desember 2013.

Taufiqqurahman, Muhammad. Parpol Pertanyakan Pembatasan Alat Peraga Kampanye. m.detik.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Taufiqurrohman. KPU: PKPU Pembatasan Alat Peraga Kampanye Untuk Kesetaraan Caleg. m.liputan6.com. Diakses tanggal 2 Desember 2013.

www.kpud-medankota.go.id. Diakses tanggal 5 Januari 2014.

Peraturan Perundang-undangan:

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2013 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penempatan Alat Peraga kampanye Di Transportasi Umum Dengan Pilihan Para Pemilih Dapil III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia) DPRD Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif 2014

1 72 105

Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009

1 79 98

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 Di Kecamatan Medan Denai.

9 67 76

Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010

3 57 72

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 Di Sumut Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat

0 42 107

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Kecamatan Medan Sunggal - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Keca

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

0 0 27

IMPLEMENTASI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBATASAN ALAT PERAGA KAMPANYE (Studi: Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal) Fran Sabda Ginting 100906040

0 0 17