Kehilangan Tulang Alveolar Mandibula Regio Kanan Secara Radiografi Panoramik Dihubungkan Dengan Penyakit Periodontal Pada Masyarakat Kecamatan Medan Selayang Chapter III VI
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deskriptif
analitik karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang
menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variable.
Sedangkan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu) karena
pemeriksaan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable responden pada
saat pemeriksaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang dan Laboratorium
Pramita Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2012Desember 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
Kecamatan Medan Selayang yang terdiri atas Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
Tanjung Sari, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulan
Selayang II, Kelurahan Beringin, Kelurahan Sempakata.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang
berusia diantara 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang
yang memiliki penyakit periodontal.
Jumlah besar sampel minimum dihitung menggunakan rumus besar sampel
sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan minimal populasi yang diteliti pada penelitian ini
ialah 130 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling
dimana peneliti akan mengambil sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
sampai besar sampel minimal terpenuhi pada masing-masing kelurahan. Kriteria
inklusi dan eksklusi diperoleh dengan wawancara, pengisian kuisioner dan
melakukan pemeriksaan pada responden untuk memperoleh identitas dan keadaan
jaringan periodontal dari responden.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.3.1 Kriteria Inklusi
a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang berusia 30-70 tahun dan
menyetujui informed consent.
b. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang hadir pada saat hari
pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang bersedia mengikuti
pemeriksaan.
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi
a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
b. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang hamil.
c. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang atau melakukan
perawatan penyakit periodontal.
d. Masyarakat Kecamatan
Medan Selayang
yang
sedang
perawatan
ortodontik.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Sampel yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat yang berumur 30
tahun sampai 70 tahun.
3.4.1 Variabel
Variabel Bebas
: Umur
Jenis Kelamin
Kebiasaan Merokok
Variabel Terikat
: Radiografi Kehilangan Tulang Alveolar
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran
Skala
1
Penyakit
Periodontal
Peradangan pada
jaringan
pendukung gigi
Observasi
dan
Pemeriksaan
Penilaian :
Ordinal
1= ada
penyakit
periodontal
2= tidak ada
penyakit
periodontal
2
Kehilangan
Tulang
Alveolar
Pengurangan tinggi
tulang alveolar dari
batas normal
(>3mm)
Rontgen Foto
Penilaian:
Ordinal
1= ada
kehilangan
tulang
alveolar
2= tidak ada
kehilangan
tulang
alveolar
3
Usia
Usia responden
yang terhitung
sejak lahir hingga
ulangtahun
terakhir. Bulanbulan setelah
ulangtahun terakhir
tidak dihitung
dalam pengukuran.
Usia dihitung
dalam satuan tahun
Kuisioner
30-70 tahun
Numerik
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 3
No
4
5
Variabel
Definisi
Cara
Hasil
Operasional
Pengukuran
Pengukuran
Jenis
Kondisi responden
Kelamin
berdasarkan jenis
atau
kelamin
Perempuan
Kebiasaan
Aktivitas
Merokok
menghisap atau
Kuisioner
Kuisioner
Laki-laki
Ya atau
Skala
Ordinal
Ordinal
Tidak
menghirup asap
rokok dengan
menggunakan pipa
maupun rokok
3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan teknik wawancara
dan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi pada semua tenaga
peneliti.
Pertama-tama responden diminta untuk mengisi kuisioner disertai dengan
anamnesa oleh peneliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga
mulut. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sonde, kaca mulut, pinset.
Pemeriksaan klinis pada rongga mulut ini mencakup pemeriksaan terhadap
status periodontal dimana gigi yang diperiksa adalah gigi 46 (salah satu gigi indeks).
Pemeriksaan status periodontal dilakukan secara visual kemudian ditentukan skor
yang diperoleh berdasarkan Indeks Periodontal Russell. Setelah diperoleh data dari
responden, dilakukan pemilihan atau seleksi.
Pada responden yang mempunyai masalah dengan jaringan periodonsium
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik untuk memeriksa besar
Universitas Sumatera Utara
kehilangan tulang alveolar. Pengambilan radiografi dengan mesin radiografi
panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE dengan sistem sensor digital. Kemudian
hasil foto panoramik diproses dengan Fujifilm FCR CAPSULA XL II yang
kemudian menghasilkan film radiografi panoramik.
Setelah film radiografi panoramik diperoleh maka selanjutnya dilakukan
pengukuran kehilangan tulang alveolar pada mandibula regio kanan. Pengukuran
dilakukan oleh radiologist. Cara mengukurnya ialah dengan melihat jarak antara CEJ
dan crest alveolar pada gigi posterior mandibula regio kanan. Pengukuran
dikelompokkan jadi dua yakni 3-4 mm dan >4 mm.
Setelah diperoleh seluruh data, maka data diolah secara statistik untuk
memperoleh prevalensi
periodontitis dan
hubungannya dengan faktor-faktor
penyebab yang telah diitentukan.
3.5.2 Alur Penelitian
a. Survey lapangan penelitian
Pemilihan responden
Wawancara dan kuisioner
Seleksi kriteria sampel yang sesuai
b. Pemeriksaan keadaan jaringan periodontal
Pemeriksaan keadaan jaringan periodontal
Pengambilan data hasil pemeriksaan
Analisa data
Universitas Sumatera Utara
c. Seleksi sampel untuk foto ronsen panoramik
Seleksi sampel untuk dibawa ke Laboratorium Pramita
Pengambilan foto ronsen panoramik
Analisa hasil foto ronsen (dibaca oleh Radiologist)
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolah data.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data diperoleh dengan menghitung data univariant dan bivariant.
3.6.2.1 Data Univariant
1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan
Selayang.
2. Prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang
disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi di Kecamatan Medan
Selayang.
3.6.2.2 Data Bivariant
1. Hubungan umur dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan umur dengan penyakit periodontal digunakan
uji chi square.
2. Hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal
digunakan uji chi square.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal
digunakan uji chi square.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik No.
316/KOMET/FK USU/2012 (Health Research Ethical Committee of North
Sumatera). Sebelum menjadi subjek penelitian, peneliti akan memberikan penjelasan
mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian
dapat menerima ataupun menolak dijadikan subjek penelitian. Bagi mereka yang
menyetujui diminta untuk menandatangani informed consent secara sadar dan tanpa
paksaan. Informed consent ini mencakup tujuan, manfaat maupun resiko dari
penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Demografis Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 137 orang melibatkan 30 orang lakilaki dan 107 orang perempuan. Penelitian ini memeriksa status periodontal pada gigi
46 serta menilai penurunan tulang alveolar dari CEJ pada gigi posterior mandibula
regio kanan yang ditinjau melalui radiografi panoramik. Penyakit periodontal juga
dihubungkan dengan jenis kelamin, umur dan kebiasaan merokok serta dikategorikan
berdasarkan tingkat keparahannya.
Tabel 4. Data statistik jumlah responden yang menderita penyakit periodontal
Status Periodontal
Reversibel
(orang)
Persentase (%)
Normal
0
0
Gingivitis
2
1,5
17
12,4
80
58,4
38
27,7
137
100
Penyakit Periodontal
Destruktif Tahap Awal
Penyakit Periodontal
Irreversibel
Frekuensi
Destruktif
Penyakit Periodontal
Destruktif Tahap Akhir
Total
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 137 orang sampel dari
masyarakat Kecamatan Medan Selayang, diperoleh hasil bahwa prevalensi penyakit
periodontal pada Kecamatan Medan Selayang adalah 86,1% dari 137 orang sampel.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Pria
30
21,9
Wanita
107
78,1
Total
137
100
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa responden pria sebanyak 30 orang
(21,9%) dan responden wanita sebanyak 107 orang (78,1%).
Tabel 6. Data statistik jumlah responden berdasarkan usia
Umur
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
30-40
59
43,1
41-50
44
32,1
51-60
27
19,7
61-70
7
5,1
Total
137
100
Dari data penelitian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang turut
berperan serta paling banyak adalah masyarakat berusia 30-40 tahun yang diikuti oleh
masyarakat golongan usia 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan yang paling sedikit adalah
masyarakat berusia 61-70 tahun.
Tabel 7. Data statistik jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Tidak sekolah
5
3,6
SD
32
23,6
SMP
40
29,2
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 7
Pendidikan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
SMA
47
34,3
Perguruan Tinggi
13
9,5
Total
137
100
Dapat dilihat juga dari tabel 7 bahwa menurut kriteria pendidikan, masyarakat
yang paling banyak ikut serta ialah masyarakat dengan pendidikan terakhir SMA,
diikuti SMP, SD, Perguruan Tinggi kemudian terendah terdapat di tidak bersekolah.
Tabel 8. Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok
Kebiasaan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Merokok
20
14,6
Tidak Merokok
117
85,4
Total
137
100
Sementara dari tabel 8 dapat dilihat bahwa masyarakat yang memiliki
kebiasaan merokok ada 20 orang (14,6%) dan yang tidak memiliki kebiasaan
merokok ada 117 orang (85,4%).
4.2 Hubungan Usia dengan Penyakit Periodontal
Tabel 9. Hubungan usia dengan status periodontal dengan kategori resorpsi tulang
alveolar
Umur
Frekuensi
(orang)
30-40
59
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Panoramik
7
Persentase (%)
11,9
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 9
Umur
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
41-50
44
8
18,2
51-60
27
10
37
61-70
7
3
42,9
Total
137
28
Dari tabel diatas didapati bahwa persentase paling tinggi terdapat pada
kelompok responden usia 61-70 tahun (42,9%), diikuti oleh kelompok usia 51-60
tahun (37%), 41-50 tahun (18,2%), lalu 30-40 tahun (11,9%).
4.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit Periodontal
Tabel 10. Hubungan jenis kelamin dengan status periodontal dengan kategori resorpsi
tulang alveolar
Jenis Kelamin
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
Pria
30
5
16,7
Wanita
107
23
21,5
Total
137
28
Melalui data tabel 10 terlihat bahwa 16,7% responden pria mengalami
kehilangan tulang alveolar sedangkan 21,5% ditemukan pada responden wanita.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Penyakit Periodontal
Tabel 11. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal dengan
kategori resorpsi tulang alveolar
Kebiasaan
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang
Alveolar Berdasarkan
Persentase (%)
Radiografi Panoramik
Merokok
20
4
20
Tidak Merokok
117
24
20,5
Total
137
28
Pada tabel diatas diperoleh bahwa perokok memiliki memiliki persentase
lebih rendah (20%) daripada bukan perokok (20,5%).
4.5 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Kehilangan Tulang Alveolar
Mandibula Regio Kanan
Tabel 12. Hubungan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar
mandibula regio kanan dengan kategori resorpsi tulang alveolar
Resorpsi Tulang Alveolar
Rahang Kanan Bawah
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
3-4 mm
9
32,1
>4 mm
19
67,9
Total
28
100
Pada hasil penelitian ini responden yang mengalami kehilangan tulang 3-4
mm pada rahang bawah kanan sebesar 3-4 mm ada 9 orang (32,1%) dan kehilangan
tulang sebesar >4 mm ada 19 orang (67,9%) dari total 28 orang responden.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Radiografi panoramik kehilangan tulang alveolar
mandibula regio kanan
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Penyakit periodontal merupakan penyakit kronis yang diawali dengan
gingivitis yang kemudian menyebar kearah jaringan dibawahnya sehingga
menyebabkan terjadinya resorpsi jaringan tulang alveolar dan terbentuknya poket.31
Penyakit periodontal berdasarkan kehilangan perlekatan maupun kehilangan tulang
dapat dibagi menjadi dua yaitu gingivitis dan periodontitis.8 Penyebab utama
penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi dipermukaan gigi
(plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya).15 Gingivitis bersifat reversible
yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan
sikat gigi secara teratur.24 Sedangkan periodontitis irreversible yakni dapat
menghasilkan kerusakan permanen terhadap jaringan periodontal, termasuk
kerusakan jaringan ikat gingiva, ligament periodontal, dan tulang alveolar.35
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang
mengalami penyakit periodontal, mengetahui prevalensi kehilangan tulang alveolar
yang disebabkan penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik,
mengetahui hubungan antara usia dengan penyakit periodontal, mengetahui hubungan
antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal, dan mengetahui hubungan antara
kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal.
Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan sampel dari masyarakat
Kecamatan Medan Selayang. Sedangkan sampel yang diambil ialah subjek dengan
usia 30-70 tahun, karena penyakit periodontal biasa ditemui di usia demikian. Untuk
memperoleh identitas dan riwayat medis responden dilakukan wawancara dan
pengisian kuisioner. Setelah dilakukan penyeleksian sampel, dilakukan pemeriksaan
rongga mulut untuk mendapatkan status periodontal responden. Kemudian dilakukan
seleksi berdasarkan penilaian status periodontal responden sehingga dapat dilakukan
rontgen foto panoramik untuk mengukur besarnya penurunan tulang alveolar. Status
periodontal yang dapat dilakukan rontgen foto panoramik ialah status periodontal
Universitas Sumatera Utara
irreversible yang terdiri atas penyakit periodontal destruktif dan penyakit periodontal
destruktif tahap akhir dimana pada status periodontal tersebut sudah terjadi kerusakan
yang permanen pada jaringan periodontal, termasuk kerusakan jaringan ikat gingiva,
ligament periodontal, dan tulang alveolar. Pola kerusakan tulang yang terjadi
tergantung kepada jalur inflamasi yang menyebar dari gingiva ke tulang alveolar.35
Pengukuran besarnya penurunan maupun kerusakan tulang alveolar dilakukan
langsung pada radiografi panoramik, yang hasilnya dikelompokkan menjadi dua
yakni 3-4 mm dan >4 mm. Pengukuran dilakukan secara visual yang dilakukan oleh
ahlinya yakni radiologist.
Dari penelitian ini didapati prevalensi penyakit periodontal irreversible pada
masyarakat di Kecamatan Medan Selayang adalah sebesar 86,1% dimana secara
keseluruhan penyakit periodontal yang diderita terdiri atas 1,5% gingivitis, 12,4%
penyakit periodontal destruktif tahap awal, 58,4% penyakit periodontal destruktif,
dan 27,7% penyakit periodontal destruktif tahap akhir (tabel 3). Bila dibandingkan
dengan penelitian Albert dkk di Kecamatan Medan Belawan yaitu sebesar 90,4%.
Penelitian ini diikuti oleh responden sebanyak 137 orang yang terbagi atas 30 orang
pria dan 107 orang wanita.
Perubahan yang terjadi pada tulang alveolar sangat berperan penting karena
kehilangan tulang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Perluasan inflamasi marginal
gingiva ke jaringan penyokong merupakan penyebab utama kerusakan tulang pada
penyakit
periodontal.36 Berdasarkan hasil pengukuran radiografi panoramik
ditemukan bahwa 32,1 % responden mengalami kehilangan tulang sebesar 3-4 mm
sedangkan 67,9% mengalami kehilangan tulang >4 mm (tabel 12).
Pada penelitian ini diperoleh hasil hubungan antara usia dengan penyakit
periodontal yang berarti semakin meningkatnya umur maka risiko terkena penyakit
periodontal akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 42,9%
responden usia
61-70 tahun mengalami kehilangan tulang, diikuti oleh kelompok
usia 51-60 tahun (37%), 41-50 tahun (18,2%), lalu 30-40 tahun (11,9%) (tabel 11).
Hal ini sama seperti National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) (2004) yang melaporkan bahwa prevalensi penyakit periodontal di
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat pada usia 35-49 tahun sebesar 10,41%, pada usia 50-64 tahun
sebesar 11,88% sedangkan pada usia 65-74 tahun sebesar 10,2%, lebih rinci lagi
didapati bahwa prevalensi penyakit periodontal yang tergolong moderate dan severe
pada usia 35-64 tahun ada sebesar 5%, pada usia 50-64 tahun sebesar 10,73%,
sedangkan pada usia 65-74 tahun ada sebesar 14,26%.50
Laporan WHO, Direktorat Kesehatan Gigi dan data dari Centers for Disease
Control and Prevention di Amerika juga menyatakan hal yang sama bahwa ada
hubungan antara usia dan prevalensi penyakit periodontal dimana orang yang lebih
tua cenderung memiliki prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi, walaupun
keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif
selama hidup (proses aging). 16,17,21,40,41
Tingkat kerusakan periodontal meningkat dengan bertambahnya usia dalam
semua kategori keparahan penyakit periodontal dan menunjukkan kerusakan
periodontal akumulatif pada individu yang rentan. Jaringan periodontal akan
mengalami perubahan-perubahan akibat proses menua dimana perubahan inilah yang
diduga menambah kerentanan terjadinya penyakit periodontal pada orang yang
berusia lanjut. Belum jelas apakah perubahan pada jaringan periodontal disebabkan
oleh efek kumulatif dari penyakit periodontal selama bertahun-tahun atau karena
menurunnya pertahanan tubuh akibat penuaan.12
Penelitian yang dilakukan pada kelompok umur di atas 70 tahun menyatakan
bahwa 86% mengalami periodontitis yang cukup parah dan sebagian besar telah
kehilangan giginya. Penelitian ini juga menyatakan bahwa penyakit periodontal
adalah penyebab hilangnya gigi pada pasien usia lebih dari 35 tahun.10
Hasil penelitian mengenai hubungan antara penyakit periodontal dengan jenis
kelamin menunjukkan 16,7% pria mengalami kehilangan tulang sedangkan wanita
21,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Khansa T Ababneh (2012), frekuensi
periodontitis lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita, rasionya ialah L:P =
1,6:1.18 Sebuah studi juga mengatakan hal yang serupa bahwa prevalensi penyakit
periodontal lebih tinggi pada pria dibanding wanita yakni pria 56,4% dan wanita
38,4%.
17,19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Meisel P dkk (2002) menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pria memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit periodontal
dibandingkan dengan wanita, yang diakibatkan oleh adanya enzim Myeloperoxodase
(MPO) yang lebih tinggi pada wanita daripada pria. Myeloperoxidase adalah enzim
oksidatif yang ada dalam leukosit polimorfonuklear yang pengeluarannya
dipengaruhi oleh estrogen. Enzim ini terlibat dalam pertahanan terhadap bakteri
periodontal dan mampu memediasi kerusakan jaringan inflamasi pada penyakit
periodontal.51
Adanya perbedaan persentase antara hasil penelitian ini dengan penelitian
lain selain disebabkan oleh keterbatasan jumlah responden pria yang diperiksa secara
radiografi dimana jumlah responden wanita lebih banyak dibanding pria serta
kemungkinan sebagian besar wanita yang menjadi responden telah menopause, juga
disebabkan oleh pengaruh faktor lain yang menjadi variabel pengganggu dan tidak
dapat dikendalikan seperti adanya pengaruh hormon pada wanita, dll.
Gingivitis dapat menyerang wanita beberapa hari sebelum menstruasi yakni
ketika tingkat hormon progresteron tinggi. Inflamasi gingiva juga dapat terjadi ketika
ovulasi. Progresteron mendilatasi pembuluh darah dan menyebabkan inflamasi,
menghalangi perbaikan kolagen, yakni struktur protein yang mendukung gingiva15.
Studi lain (2005) melaporkan bahwa kontrasepsi oral mengandung synthetic
progesterone desogestrel (semacam progesterone) meningkatkan resiko penyakit
periodontal.15
Defisiensi estrogen setelah menopause akan mengurangi kepadatan mineral
tulang, yang dapat mengawali kehilangan tulang. Kehilangan tulang berhubungan
dengan penyakit periodontal dan osteoporosis. Sebuah studi di tahun 2005
menemukan bahwa kehilangan tulang alveolar merupakan prediktor utama
kehilangan gigi pada wanita postmenopause. Selama menopause, wanita juga akan
mengalami kondisi yang disebut menopausal gingivostomatitis, yakni gusi kering,
berkilat dan mudah berdarah. Wanita juga mengalami pengecapan dan sensasi
abnormal (seperti asin, pedas, asam, terbakar) pada mulut.15
Hasil penelitian juga diperoleh adanya hubungan antara penyakit periodontal
dengan merokok secara statistik (p4 mm ada sebanyak 67,9%.
3.
Terdapat hubungan antara usia dan penyakit
periodontal yang
dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi
panoramik. Semakin tua usia seseorang maka risiko penyakit periodontal semakin
meningkat.
4.
Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan penyakit periodontal yang
dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi
panoramik.
5.
Secara statistik didapati adanya hubungan antara kebiasaan merokok dan
penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang
ditinjau secara radiografi panoramik namun secara teori tidak ditemui hubungan.
6.2 Saran
1. Diharapkan dilakukan penelitian berikutnya
memperhatikan
juga
kebiasaan buruk responden (misalnya mengunyah sebelah sisi).
2. Diharapkan dilakukan penelitian berikutnya tentang hubungan penyakit
periodontal dengan berbagai faktor risiko di kecamatan lainnya untuk informasi di
Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deskriptif
analitik karena penelitian diarahkan untuk menguraikan atau menjelaskan apa yang
menjadi permasalahan, tujuan penelitian dan mencari hubungan antar variable.
Sedangkan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu) karena
pemeriksaan, observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Artinya tiap responden penelitian hanya diobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable responden pada
saat pemeriksaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Selayang dan Laboratorium
Pramita Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2012Desember 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
Kecamatan Medan Selayang yang terdiri atas Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
Tanjung Sari, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulan
Selayang II, Kelurahan Beringin, Kelurahan Sempakata.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita yang
berusia diantara 30-70 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Selayang
yang memiliki penyakit periodontal.
Jumlah besar sampel minimum dihitung menggunakan rumus besar sampel
sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan minimal populasi yang diteliti pada penelitian ini
ialah 130 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling
dimana peneliti akan mengambil sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
sampai besar sampel minimal terpenuhi pada masing-masing kelurahan. Kriteria
inklusi dan eksklusi diperoleh dengan wawancara, pengisian kuisioner dan
melakukan pemeriksaan pada responden untuk memperoleh identitas dan keadaan
jaringan periodontal dari responden.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.3.1 Kriteria Inklusi
a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang berusia 30-70 tahun dan
menyetujui informed consent.
b. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang hadir pada saat hari
pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Masyarakat pada Kecamatan Medan Selayang yang bersedia mengikuti
pemeriksaan.
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi
a. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang memiliki penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus dan hipertensi.
b. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang hamil.
c. Masyarakat Kecamatan Medan Selayang yang sedang atau melakukan
perawatan penyakit periodontal.
d. Masyarakat Kecamatan
Medan Selayang
yang
sedang
perawatan
ortodontik.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Sampel yang menjadi subjek penelitian adalah masyarakat yang berumur 30
tahun sampai 70 tahun.
3.4.1 Variabel
Variabel Bebas
: Umur
Jenis Kelamin
Kebiasaan Merokok
Variabel Terikat
: Radiografi Kehilangan Tulang Alveolar
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Cara
Pengukuran
Hasil
Pengukuran
Skala
1
Penyakit
Periodontal
Peradangan pada
jaringan
pendukung gigi
Observasi
dan
Pemeriksaan
Penilaian :
Ordinal
1= ada
penyakit
periodontal
2= tidak ada
penyakit
periodontal
2
Kehilangan
Tulang
Alveolar
Pengurangan tinggi
tulang alveolar dari
batas normal
(>3mm)
Rontgen Foto
Penilaian:
Ordinal
1= ada
kehilangan
tulang
alveolar
2= tidak ada
kehilangan
tulang
alveolar
3
Usia
Usia responden
yang terhitung
sejak lahir hingga
ulangtahun
terakhir. Bulanbulan setelah
ulangtahun terakhir
tidak dihitung
dalam pengukuran.
Usia dihitung
dalam satuan tahun
Kuisioner
30-70 tahun
Numerik
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 3
No
4
5
Variabel
Definisi
Cara
Hasil
Operasional
Pengukuran
Pengukuran
Jenis
Kondisi responden
Kelamin
berdasarkan jenis
atau
kelamin
Perempuan
Kebiasaan
Aktivitas
Merokok
menghisap atau
Kuisioner
Kuisioner
Laki-laki
Ya atau
Skala
Ordinal
Ordinal
Tidak
menghirup asap
rokok dengan
menggunakan pipa
maupun rokok
3.5 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan teknik wawancara
dan pemeriksaan yang sebelumnya telah dilakukan kalibrasi pada semua tenaga
peneliti.
Pertama-tama responden diminta untuk mengisi kuisioner disertai dengan
anamnesa oleh peneliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis rongga
mulut. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sonde, kaca mulut, pinset.
Pemeriksaan klinis pada rongga mulut ini mencakup pemeriksaan terhadap
status periodontal dimana gigi yang diperiksa adalah gigi 46 (salah satu gigi indeks).
Pemeriksaan status periodontal dilakukan secara visual kemudian ditentukan skor
yang diperoleh berdasarkan Indeks Periodontal Russell. Setelah diperoleh data dari
responden, dilakukan pemilihan atau seleksi.
Pada responden yang mempunyai masalah dengan jaringan periodonsium
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografi panoramik untuk memeriksa besar
Universitas Sumatera Utara
kehilangan tulang alveolar. Pengambilan radiografi dengan mesin radiografi
panoramik merek ASAHI model AUTOIIIE dengan sistem sensor digital. Kemudian
hasil foto panoramik diproses dengan Fujifilm FCR CAPSULA XL II yang
kemudian menghasilkan film radiografi panoramik.
Setelah film radiografi panoramik diperoleh maka selanjutnya dilakukan
pengukuran kehilangan tulang alveolar pada mandibula regio kanan. Pengukuran
dilakukan oleh radiologist. Cara mengukurnya ialah dengan melihat jarak antara CEJ
dan crest alveolar pada gigi posterior mandibula regio kanan. Pengukuran
dikelompokkan jadi dua yakni 3-4 mm dan >4 mm.
Setelah diperoleh seluruh data, maka data diolah secara statistik untuk
memperoleh prevalensi
periodontitis dan
hubungannya dengan faktor-faktor
penyebab yang telah diitentukan.
3.5.2 Alur Penelitian
a. Survey lapangan penelitian
Pemilihan responden
Wawancara dan kuisioner
Seleksi kriteria sampel yang sesuai
b. Pemeriksaan keadaan jaringan periodontal
Pemeriksaan keadaan jaringan periodontal
Pengambilan data hasil pemeriksaan
Analisa data
Universitas Sumatera Utara
c. Seleksi sampel untuk foto ronsen panoramik
Seleksi sampel untuk dibawa ke Laboratorium Pramita
Pengambilan foto ronsen panoramik
Analisa hasil foto ronsen (dibaca oleh Radiologist)
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolah data.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data diperoleh dengan menghitung data univariant dan bivariant.
3.6.2.1 Data Univariant
1. Prevalensi penyakit periodontal pada masyarakat di Kecamatan Medan
Selayang.
2. Prevalensi masyarakat yang mengalami kehilangan tulang alveolar yang
disebabkan oleh penyakit periodontal ditinjau secara radiografi di Kecamatan Medan
Selayang.
3.6.2.2 Data Bivariant
1. Hubungan umur dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan umur dengan penyakit periodontal digunakan
uji chi square.
2. Hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan jenis kelamin dengan penyakit periodontal
digunakan uji chi square.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal
Untuk menguji hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal
digunakan uji chi square.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik No.
316/KOMET/FK USU/2012 (Health Research Ethical Committee of North
Sumatera). Sebelum menjadi subjek penelitian, peneliti akan memberikan penjelasan
mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian
dapat menerima ataupun menolak dijadikan subjek penelitian. Bagi mereka yang
menyetujui diminta untuk menandatangani informed consent secara sadar dan tanpa
paksaan. Informed consent ini mencakup tujuan, manfaat maupun resiko dari
penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Demografis Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 137 orang melibatkan 30 orang lakilaki dan 107 orang perempuan. Penelitian ini memeriksa status periodontal pada gigi
46 serta menilai penurunan tulang alveolar dari CEJ pada gigi posterior mandibula
regio kanan yang ditinjau melalui radiografi panoramik. Penyakit periodontal juga
dihubungkan dengan jenis kelamin, umur dan kebiasaan merokok serta dikategorikan
berdasarkan tingkat keparahannya.
Tabel 4. Data statistik jumlah responden yang menderita penyakit periodontal
Status Periodontal
Reversibel
(orang)
Persentase (%)
Normal
0
0
Gingivitis
2
1,5
17
12,4
80
58,4
38
27,7
137
100
Penyakit Periodontal
Destruktif Tahap Awal
Penyakit Periodontal
Irreversibel
Frekuensi
Destruktif
Penyakit Periodontal
Destruktif Tahap Akhir
Total
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 137 orang sampel dari
masyarakat Kecamatan Medan Selayang, diperoleh hasil bahwa prevalensi penyakit
periodontal pada Kecamatan Medan Selayang adalah 86,1% dari 137 orang sampel.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Data statistik jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Pria
30
21,9
Wanita
107
78,1
Total
137
100
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa responden pria sebanyak 30 orang
(21,9%) dan responden wanita sebanyak 107 orang (78,1%).
Tabel 6. Data statistik jumlah responden berdasarkan usia
Umur
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
30-40
59
43,1
41-50
44
32,1
51-60
27
19,7
61-70
7
5,1
Total
137
100
Dari data penelitian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat yang turut
berperan serta paling banyak adalah masyarakat berusia 30-40 tahun yang diikuti oleh
masyarakat golongan usia 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan yang paling sedikit adalah
masyarakat berusia 61-70 tahun.
Tabel 7. Data statistik jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Tidak sekolah
5
3,6
SD
32
23,6
SMP
40
29,2
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 7
Pendidikan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
SMA
47
34,3
Perguruan Tinggi
13
9,5
Total
137
100
Dapat dilihat juga dari tabel 7 bahwa menurut kriteria pendidikan, masyarakat
yang paling banyak ikut serta ialah masyarakat dengan pendidikan terakhir SMA,
diikuti SMP, SD, Perguruan Tinggi kemudian terendah terdapat di tidak bersekolah.
Tabel 8. Data statistik jumlah responden berdasarkan kebiasaan merokok
Kebiasaan
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Merokok
20
14,6
Tidak Merokok
117
85,4
Total
137
100
Sementara dari tabel 8 dapat dilihat bahwa masyarakat yang memiliki
kebiasaan merokok ada 20 orang (14,6%) dan yang tidak memiliki kebiasaan
merokok ada 117 orang (85,4%).
4.2 Hubungan Usia dengan Penyakit Periodontal
Tabel 9. Hubungan usia dengan status periodontal dengan kategori resorpsi tulang
alveolar
Umur
Frekuensi
(orang)
30-40
59
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Panoramik
7
Persentase (%)
11,9
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan tabel 9
Umur
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
41-50
44
8
18,2
51-60
27
10
37
61-70
7
3
42,9
Total
137
28
Dari tabel diatas didapati bahwa persentase paling tinggi terdapat pada
kelompok responden usia 61-70 tahun (42,9%), diikuti oleh kelompok usia 51-60
tahun (37%), 41-50 tahun (18,2%), lalu 30-40 tahun (11,9%).
4.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit Periodontal
Tabel 10. Hubungan jenis kelamin dengan status periodontal dengan kategori resorpsi
tulang alveolar
Jenis Kelamin
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang Alveolar
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
Pria
30
5
16,7
Wanita
107
23
21,5
Total
137
28
Melalui data tabel 10 terlihat bahwa 16,7% responden pria mengalami
kehilangan tulang alveolar sedangkan 21,5% ditemukan pada responden wanita.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Penyakit Periodontal
Tabel 11. Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal dengan
kategori resorpsi tulang alveolar
Kebiasaan
Frekuensi
(orang)
Resorpsi Tulang
Alveolar Berdasarkan
Persentase (%)
Radiografi Panoramik
Merokok
20
4
20
Tidak Merokok
117
24
20,5
Total
137
28
Pada tabel diatas diperoleh bahwa perokok memiliki memiliki persentase
lebih rendah (20%) daripada bukan perokok (20,5%).
4.5 Hubungan Penyakit Periodontal dengan Kehilangan Tulang Alveolar
Mandibula Regio Kanan
Tabel 12. Hubungan penyakit periodontal dengan kehilangan tulang alveolar
mandibula regio kanan dengan kategori resorpsi tulang alveolar
Resorpsi Tulang Alveolar
Rahang Kanan Bawah
Berdasarkan Radiografi
Persentase (%)
Panoramik
3-4 mm
9
32,1
>4 mm
19
67,9
Total
28
100
Pada hasil penelitian ini responden yang mengalami kehilangan tulang 3-4
mm pada rahang bawah kanan sebesar 3-4 mm ada 9 orang (32,1%) dan kehilangan
tulang sebesar >4 mm ada 19 orang (67,9%) dari total 28 orang responden.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Radiografi panoramik kehilangan tulang alveolar
mandibula regio kanan
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Penyakit periodontal merupakan penyakit kronis yang diawali dengan
gingivitis yang kemudian menyebar kearah jaringan dibawahnya sehingga
menyebabkan terjadinya resorpsi jaringan tulang alveolar dan terbentuknya poket.31
Penyakit periodontal berdasarkan kehilangan perlekatan maupun kehilangan tulang
dapat dibagi menjadi dua yaitu gingivitis dan periodontitis.8 Penyebab utama
penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi dipermukaan gigi
(plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya).15 Gingivitis bersifat reversible
yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan
sikat gigi secara teratur.24 Sedangkan periodontitis irreversible yakni dapat
menghasilkan kerusakan permanen terhadap jaringan periodontal, termasuk
kerusakan jaringan ikat gingiva, ligament periodontal, dan tulang alveolar.35
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi masyarakat yang
mengalami penyakit periodontal, mengetahui prevalensi kehilangan tulang alveolar
yang disebabkan penyakit periodontal ditinjau secara radiografi panoramik,
mengetahui hubungan antara usia dengan penyakit periodontal, mengetahui hubungan
antara jenis kelamin dengan penyakit periodontal, dan mengetahui hubungan antara
kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal.
Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan sampel dari masyarakat
Kecamatan Medan Selayang. Sedangkan sampel yang diambil ialah subjek dengan
usia 30-70 tahun, karena penyakit periodontal biasa ditemui di usia demikian. Untuk
memperoleh identitas dan riwayat medis responden dilakukan wawancara dan
pengisian kuisioner. Setelah dilakukan penyeleksian sampel, dilakukan pemeriksaan
rongga mulut untuk mendapatkan status periodontal responden. Kemudian dilakukan
seleksi berdasarkan penilaian status periodontal responden sehingga dapat dilakukan
rontgen foto panoramik untuk mengukur besarnya penurunan tulang alveolar. Status
periodontal yang dapat dilakukan rontgen foto panoramik ialah status periodontal
Universitas Sumatera Utara
irreversible yang terdiri atas penyakit periodontal destruktif dan penyakit periodontal
destruktif tahap akhir dimana pada status periodontal tersebut sudah terjadi kerusakan
yang permanen pada jaringan periodontal, termasuk kerusakan jaringan ikat gingiva,
ligament periodontal, dan tulang alveolar. Pola kerusakan tulang yang terjadi
tergantung kepada jalur inflamasi yang menyebar dari gingiva ke tulang alveolar.35
Pengukuran besarnya penurunan maupun kerusakan tulang alveolar dilakukan
langsung pada radiografi panoramik, yang hasilnya dikelompokkan menjadi dua
yakni 3-4 mm dan >4 mm. Pengukuran dilakukan secara visual yang dilakukan oleh
ahlinya yakni radiologist.
Dari penelitian ini didapati prevalensi penyakit periodontal irreversible pada
masyarakat di Kecamatan Medan Selayang adalah sebesar 86,1% dimana secara
keseluruhan penyakit periodontal yang diderita terdiri atas 1,5% gingivitis, 12,4%
penyakit periodontal destruktif tahap awal, 58,4% penyakit periodontal destruktif,
dan 27,7% penyakit periodontal destruktif tahap akhir (tabel 3). Bila dibandingkan
dengan penelitian Albert dkk di Kecamatan Medan Belawan yaitu sebesar 90,4%.
Penelitian ini diikuti oleh responden sebanyak 137 orang yang terbagi atas 30 orang
pria dan 107 orang wanita.
Perubahan yang terjadi pada tulang alveolar sangat berperan penting karena
kehilangan tulang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Perluasan inflamasi marginal
gingiva ke jaringan penyokong merupakan penyebab utama kerusakan tulang pada
penyakit
periodontal.36 Berdasarkan hasil pengukuran radiografi panoramik
ditemukan bahwa 32,1 % responden mengalami kehilangan tulang sebesar 3-4 mm
sedangkan 67,9% mengalami kehilangan tulang >4 mm (tabel 12).
Pada penelitian ini diperoleh hasil hubungan antara usia dengan penyakit
periodontal yang berarti semakin meningkatnya umur maka risiko terkena penyakit
periodontal akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 42,9%
responden usia
61-70 tahun mengalami kehilangan tulang, diikuti oleh kelompok
usia 51-60 tahun (37%), 41-50 tahun (18,2%), lalu 30-40 tahun (11,9%) (tabel 11).
Hal ini sama seperti National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) (2004) yang melaporkan bahwa prevalensi penyakit periodontal di
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat pada usia 35-49 tahun sebesar 10,41%, pada usia 50-64 tahun
sebesar 11,88% sedangkan pada usia 65-74 tahun sebesar 10,2%, lebih rinci lagi
didapati bahwa prevalensi penyakit periodontal yang tergolong moderate dan severe
pada usia 35-64 tahun ada sebesar 5%, pada usia 50-64 tahun sebesar 10,73%,
sedangkan pada usia 65-74 tahun ada sebesar 14,26%.50
Laporan WHO, Direktorat Kesehatan Gigi dan data dari Centers for Disease
Control and Prevention di Amerika juga menyatakan hal yang sama bahwa ada
hubungan antara usia dan prevalensi penyakit periodontal dimana orang yang lebih
tua cenderung memiliki prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi, walaupun
keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif
selama hidup (proses aging). 16,17,21,40,41
Tingkat kerusakan periodontal meningkat dengan bertambahnya usia dalam
semua kategori keparahan penyakit periodontal dan menunjukkan kerusakan
periodontal akumulatif pada individu yang rentan. Jaringan periodontal akan
mengalami perubahan-perubahan akibat proses menua dimana perubahan inilah yang
diduga menambah kerentanan terjadinya penyakit periodontal pada orang yang
berusia lanjut. Belum jelas apakah perubahan pada jaringan periodontal disebabkan
oleh efek kumulatif dari penyakit periodontal selama bertahun-tahun atau karena
menurunnya pertahanan tubuh akibat penuaan.12
Penelitian yang dilakukan pada kelompok umur di atas 70 tahun menyatakan
bahwa 86% mengalami periodontitis yang cukup parah dan sebagian besar telah
kehilangan giginya. Penelitian ini juga menyatakan bahwa penyakit periodontal
adalah penyebab hilangnya gigi pada pasien usia lebih dari 35 tahun.10
Hasil penelitian mengenai hubungan antara penyakit periodontal dengan jenis
kelamin menunjukkan 16,7% pria mengalami kehilangan tulang sedangkan wanita
21,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Khansa T Ababneh (2012), frekuensi
periodontitis lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita, rasionya ialah L:P =
1,6:1.18 Sebuah studi juga mengatakan hal yang serupa bahwa prevalensi penyakit
periodontal lebih tinggi pada pria dibanding wanita yakni pria 56,4% dan wanita
38,4%.
17,19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Meisel P dkk (2002) menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pria memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit periodontal
dibandingkan dengan wanita, yang diakibatkan oleh adanya enzim Myeloperoxodase
(MPO) yang lebih tinggi pada wanita daripada pria. Myeloperoxidase adalah enzim
oksidatif yang ada dalam leukosit polimorfonuklear yang pengeluarannya
dipengaruhi oleh estrogen. Enzim ini terlibat dalam pertahanan terhadap bakteri
periodontal dan mampu memediasi kerusakan jaringan inflamasi pada penyakit
periodontal.51
Adanya perbedaan persentase antara hasil penelitian ini dengan penelitian
lain selain disebabkan oleh keterbatasan jumlah responden pria yang diperiksa secara
radiografi dimana jumlah responden wanita lebih banyak dibanding pria serta
kemungkinan sebagian besar wanita yang menjadi responden telah menopause, juga
disebabkan oleh pengaruh faktor lain yang menjadi variabel pengganggu dan tidak
dapat dikendalikan seperti adanya pengaruh hormon pada wanita, dll.
Gingivitis dapat menyerang wanita beberapa hari sebelum menstruasi yakni
ketika tingkat hormon progresteron tinggi. Inflamasi gingiva juga dapat terjadi ketika
ovulasi. Progresteron mendilatasi pembuluh darah dan menyebabkan inflamasi,
menghalangi perbaikan kolagen, yakni struktur protein yang mendukung gingiva15.
Studi lain (2005) melaporkan bahwa kontrasepsi oral mengandung synthetic
progesterone desogestrel (semacam progesterone) meningkatkan resiko penyakit
periodontal.15
Defisiensi estrogen setelah menopause akan mengurangi kepadatan mineral
tulang, yang dapat mengawali kehilangan tulang. Kehilangan tulang berhubungan
dengan penyakit periodontal dan osteoporosis. Sebuah studi di tahun 2005
menemukan bahwa kehilangan tulang alveolar merupakan prediktor utama
kehilangan gigi pada wanita postmenopause. Selama menopause, wanita juga akan
mengalami kondisi yang disebut menopausal gingivostomatitis, yakni gusi kering,
berkilat dan mudah berdarah. Wanita juga mengalami pengecapan dan sensasi
abnormal (seperti asin, pedas, asam, terbakar) pada mulut.15
Hasil penelitian juga diperoleh adanya hubungan antara penyakit periodontal
dengan merokok secara statistik (p4 mm ada sebanyak 67,9%.
3.
Terdapat hubungan antara usia dan penyakit
periodontal yang
dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi
panoramik. Semakin tua usia seseorang maka risiko penyakit periodontal semakin
meningkat.
4.
Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan penyakit periodontal yang
dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang ditinjau secara radiografi
panoramik.
5.
Secara statistik didapati adanya hubungan antara kebiasaan merokok dan
penyakit periodontal yang dihubungkan dengan kehilangan tulang alveolar yang
ditinjau secara radiografi panoramik namun secara teori tidak ditemui hubungan.
6.2 Saran
1. Diharapkan dilakukan penelitian berikutnya
memperhatikan
juga
kebiasaan buruk responden (misalnya mengunyah sebelah sisi).
2. Diharapkan dilakukan penelitian berikutnya tentang hubungan penyakit
periodontal dengan berbagai faktor risiko di kecamatan lainnya untuk informasi di
Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara