Faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap Peningkatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Skizofrenia di Kota Sabang Tahun 2016

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya
(KemenkesRI, 2012) Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung,
tetapi gangguan ini dapat membuat penderita menjadi tidak produktif dan bergantung
pada orang lain, sehingga menyebabkan penderitaan berkepanjangan baik bagi
penderita, keluarga, masyarakat maupun negara (Maramis, 2009)
Kesehatan mental di Indonesia telah lama terabaikan. Pengaruh lingkungan
(sosial, politik, iklim, ekologi, ekonomi dan lainnya) terhadap kesejahteraan
psikososial dari suatu populasi sangatlah kompleks dan beragam, di hampir seluruh
bagian dari wilayah Indonesia dan selama beberapa dekade, populasi telah mengalami
masa sulit, apakah karena konflik, kemiskinan ataupun bencana alam. Sejumlah besar
masyarakat Indonesia mengalami penderitaan mental yang bervariasi mulai dari
tekanan psikologis ringan hingga gangguan mental akut. Di samping itu,
penyalahgunaan zat dan obat-obatan mengalami peningkatan di kalangan anak-anak

dan orang dewasa dan sekarang menjadi satu dari sekian permasalahan besar yang
terkait dengan kesehatan mental di Indonesia (Riyadi, 2011).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Salah satu jenis gangguan jiwa psikosis fungsional adalah Skizofrenia.
Skizofrenia ditandai dengan gejala-gejala positif dan negatif, gejala positif seperti
pembicaraan kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi gejala negatif
seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara
dan miskinnya isi pembicaan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal
(Hawari, 2012).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
kekacauan pikiran, persepsi dan

tingkah laku

di mana


adanya

individu tidak mampu

menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini
sebagai

faktor

penyebabnya

yang

berhubungan

dengan

biopsikososial


(Stuart&Sundeen,2003). Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang
tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental (Yosep,
2009).
Pada Kongres Federasi Psikiatri dan Kesehatan Jiwa ASEAN ke-10 di Jakarta,
disimpulkan bahwa akibat minimnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
jiwa disebabkan karena jumlah psikiatri di sebagian besar negara berkembang hanya
sekitar 0-1 per 100 ribu penduduk dan belum tersebar merata. Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2007 terdapat 11,6 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 15
tahun yang mengalami gangguan mental emosional atau berkisar 19 juta penduduk.
Sebesar 0,46 % diantaranya bahkan mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1
juta penduduk (Wahyuningsih, 2011).

Universitas Sumatera Utara

3

Indonesia mengalami peningkatan jumlah

orang dengan gangguan jiwa


(ODGJ) cukup banyak diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan
psikosis/skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang. Adapun
proposi rumah tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat sebesar
1.655 rumah tangga dari

14,3% terbanyak tinggal dipedesaan, sedangkan yang

tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%.Selain itu prevalensi gangguan mental emosional
pada penduduk umur lebih dari 15tahun di Indonesia secara nasional adalah 6.0%
(37.728 orang dari subjek yang dianalisis). Propinsi dengan prevalensi gangguan
mental

emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11, 6%), Sedangkan yang

terendah dilampung (1,2 %) (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Beberapa faktor baik dari biologis maupun lingkungan dapat menjadi pemicu
terjadinya gangguan jiwa. Menurut Lubis (2009) faktor yang mempengaruhi depresi
antara lain: faktor genetik, usia, jenis kelamin, gaya hidup, obat-obatan dan obat
obatan terlarang. Yanuar (2013) dalam penelitiannya menemukan faktor genetik,

keperibadian merupakan faktor penyebab gangguan jiwa dan

faktor biologis

merupakan faktor dominan yang menjadi penyebab gangguan jiwa. Penelitian
Yanayir (2013) menemukan faktor genetik, stress masa remaja, tingkat ekonomi, dan
kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu dan rasa salah
mempengaruhi terjadinya skizofrenia.
Faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa ada berbagai macam,yaitu
diantaranya karena faktor somatik, faktor psikososial dan faktor kultur-sosial.
Laksono (2013) menyebutkan ada hubungan antara faktor somatik, faktor

Universitas Sumatera Utara

4

psikososial, kultur-sosial dengan adanya kejadian Skizofrenia. Secara genetik
seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa maka dia
mempunyai peluang yang lebih besar terhadap gangguan jiwa Dewi (2012) dalam
penelitian diperoleh ada hubungan antara riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

Sedangkan umur dan keteraturan minum obat berhubungan dengan kekambuhan
pasien skizofrenia. Faktor ke tidak teraturan minum obat yang paling bermakna
mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia.
Penelitian yang dilakukan oleh Dongoran (2014) tentang karakteristik
penderita gangguann jiwa skizofrenia diperoleh jenis kelamin laki-laki yang lebih
besar , usia paling banyak antara 26-35 tahun 169, suku paling banyak adalah suku
Batak, agama pasien yang paling banyak adalah agama Islam, status marital yang
paling banyak belum kawin, pendidikan yang paling banyak pasiennya adalah
pendidikan rendah, pekerjaan yang paling besar tidak memiliki pekerjaan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Aceh tahun 2013 menunjukkan anggota
rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa berat (psikosis) seumur hidup di
Provinsi Aceh adalah adalah 2,7/1000 penduduk aritinya dari 1000 penduduk aceh
terdapat 27 orang di antaranya mengalami gangguan jiwa dan termasuk kedalam
provinsi terbanyak jumlah psikosis secara nasional (Dinkes Aceh, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Sabang menunjukkan dalam tiga
tahun terakhir terjadi peningkatan kasus gangguan jiwa. Pada tahun 2013 jumlah
penderita gangguan jiwa di Kota Sabang adalah 104 orang dengan prevalensi 3.2 per
1000 penduduk, skizofrenia 55 orang pada tahun 2014 meningkat dengan jumlah

Universitas Sumatera Utara


5

penderita 115 orang dengan prevalensi 3,5 per 1000 penduduk, skizofrenia 76
orang.pada tahun 2016 terjadi peningkatan kasus gangguan jiwa yaitu 123 orang
dengan prevalensi 3.7 per 1000 penduduk, kasus skizofrenia 82 orang, sedangkan
Banda Aceh angka prevalensinya 1,9 per 1000 penduduk pada kasus skizofrenia.
Berdasarkan latar belakang di atas menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi kasus gangguan jiwa dari 3.2 per 1000 penduduk pada tahun 2013 dan
meningkat menjadi 3.7 per 1000 penduduk pada tahun 2016. Dengan jenis gangguan
jiwa terbanyak adalah skizofrenia. Berdasarkan fenomena tersebut penelit tertarik
untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap
peningkatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia di Kota Sabang.
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa akan memberi
manfaat bagi pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat mengurangi kejadian
gangguan jiwa di Kota Sabang. Hal ini menjadi penting untuk diteliti, sebagai untuk
pencegahan semakin banyaknya dampak dari kejadian tersebut.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian

yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi terhadap peningkatan orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia di Kota Sabang.

Universitas Sumatera Utara

6

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengari
terhadap peningkatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia di Kota
Sabang.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Sabang
Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk pihak dinas Kesehatan Kota
Sabang khususnya bidang kesehatan Jiwa dalam upaya pencegahan kasus gangguan
jiwa dan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa kepada penderita gangguan jiwa
skizofrenia.
2. Bagi program Studi Pascasarjana
Hasil penelitian untuk menambah kepustakaan tentang peningkatan orang

dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara