Faktor-faktor yang Mempengaruhi terhadap Peningkatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Skizofrenia di Kota Sabang Tahun 2016 Chapter III VI

30

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif korelatif adalah penelitian yang bertujuan
memberikan gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan atau objek, pendekatan
yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mengukur
variabel bebas dan variabel terikat yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan.
Penelitian adalah merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah di tentukan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada
seluruh proses (Wibowo, 2014).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Suka Jaya dan kecamatan Suka Karya
Kota Sabang.
Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2016. Lokasi


dipilih dengan alasan mudah mendapatkan izin penelitian,biaya penelitian
terjangkau,serta terbuka menerima perubahan baru dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofernia. kegiatan di
mulai dari survey awal, penulusuran bahan, pengambilan data hingga penyajian hasil
penelitian.

30
Universitas Sumatera Utara

31

3.3. Sumber Informasi
Untuk mendapatkan data tepat maka perlu ditentukan sumber informasi yang
memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive) dengan demikian
penentuan sumber informasi di lakukan dengan tehnik purposive Purposive sampling
adalah tehnik pengambilan sampel yang sering di gunakan dalam penelitian, sumber
data sengaja di ambil dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap
paling tahu tentang apa yang di harapkan, sehingga mempermudah peneliti
menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang di teliti (Sugiyono, 2009).
Sumber informasi data sekunder dalam penelitian ini yaitu

1. Petugas keordinator jiwa dinas kesehatan Kota Sabang
2. Perawat kesehatan jiwa (CMHN) di puskesmas.
3. Kader kesehatan jiwa (KKJ) tiap Desa/Gampong di Kota Sabang.
Sumber informasi data primer di ambil dari keseluruhan penderita gangguan
jiwa skizofrenia,melalui wawancara keluarga terdekat.

3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin di teliti (Prasetyo, 2005)
dalam penelitian ini populasi adalah seluruh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
skizofrenia yaitu 82 orang.

Universitas Sumatera Utara

32

3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagai dari jumlah dan karakteristik populasi yang di teliti
(Arikunto,2006) dalam penelitian ini mengambil teknik total sampling. yaitu semua
populasi dijadikan sampel penelitian sebanyak 82 orang dengan gangguan jiwa

(ODGJ) skizofrenia. Wawancara dilakukan dengan keluarga terdekat yang merawat
dan menjaga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia tersebut dan dengan
karakteristik sampel untuk keluarga yang dapat di masukkan dalam kriteria peneliti
adalah
a. Anggota keluarga yang terdekat dan terlibat merawat klien
b. Bertanggung jawab terhadap klien dan tinggal bersama klien
c. Berusia lebih dari 18 tahun
d. Bisa membaca dan menulis
e. Bersedia sebagai responden dalam penelitian

3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan langsung kepada subyek penelitian dengan
teknik wawancara kepada keluarga terdekat yang tinggal serumah dengan orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ) dengan bantuan kuesioner yang meliputi data primer
dan data sekunder yaitu sebagai berikut :
3.5.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) secara
langsung melalui wawancara dengan responden berpedoman pada kuesioner yang

Universitas Sumatera Utara


33

telah disusun. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk
dalam variabel independen.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan
dan mempelajari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sabang.dukumentasi
perawat kesehatan jiwa puskesmas (CMHN), Clinikal Methal Health Nursest dan
dokumentasi kader kesehatan jiwa tiap desa di kota Sabang.
3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah tingkat keadaan dan kesalahan alat ukur untuk mengukur apa
yang di ukur (Sugiyono,2006) alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrument. Uji Validitas instrument
penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total
setiap item pada analisis reability yang tercantum pada nilai correlation corrected
item. Suatu pertanyaan yang dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul
data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (rtabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005), alat ukur di gunakan pada setiap
pertanyaan yang di lakukan yang dianggap valit dan bermakna untuk pengumpulan
data di setiap kuisioner yang di berikan pada responden di setiap kunjungan ke

keluarga orang dengan gangguan jiwa skizofrenia di Kota Sabang.
3.5.4. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument

Universitas Sumatera Utara

34

tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka
berapa kalipun diambil tetap akan sama. Tehnik yang dipakai untuk menguji
kuesioner penelitian adalah tehnik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba
instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf
kepercayaan pengujian adalah 95% (Riduwan, 2005)
Sebelum di lakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu di lakukan
uji validitas dan realibilitas kuesioner kepada 82 responden keluarga orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia di Kota Sabang
Uji validitas variabel faktor yaitu faktor somatik dimana yang di ukur adalah
Genetik/keturunan, cacat kogenital, jasmaniah, penyalahgunaan obat-obatan, penyakit
dan cedera tubuh. Faktor psikologik yang di ukur adalah trauma masa kanak-kanak,

hubungan keluarga, struktur keluarga, kekecewaan dan pengalaman yang
menyakitkan, dan stres berat. Faktor sosial kultural (budaya) yang di ukur cara
membesarkan anak, sistem nilai, kepincangan antara keinginan dengan kenyataan,
ketegangan akibat faktor ekonomi, perpindahan keluarga, dan masalah minoritas.
Setelah semua pertanyaan valit, analisis di lanjutkan dengan uji relibialitas,
pertanyaan di katakan realibilitas jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau setabil dari waktu ke waktu (Ghozali,2005).
Hasil ui validitas dan realibilitas kuesioner penelitan dapat di lihat pada tabel
3.1 berikut :

Universitas Sumatera Utara

35

Tabel 3.1. Hasil uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Peneliti
Variabel

Pertanyaan

Somatik

Genetik//keturunan
Cacat Kogenital
Jasmani
Penyalahgunaan
Obat-obatan
Penyakit dan
Cedera tubuh
Psikologi
Trauma
masa
kanak-kanak
Hubungan keluarga
Struktur keluarga
Kekecewaan
dan
pengalaman
menyakitkan
Stres berat
Sosial kultural
Cara membesarkan

anak
Sintem nilai
Kepincangan antara
keinginan dengan
kenyataan
Ketegangan akibat
faktor ekonomi
Perpindahan
keluarga
Masalah minoritas

2

Corrected
Item- Tital
Correlation
0,829

5
2

3

Cronbach’s
Alpha

Keterangan

0,853

0,609
0,451
0,923

Reliabel
Valid
Valid
Valid
Valid

2


0,746

Valid

5

0,468

0,900

Reliabel

8
2
3

0,747
0,572
0,489


Valid
Valid
Valid
Valid

3
3

0,586
0,575

Valid
Reliabel

1
4

0,772
0,469

Valid
Valid
Valid

3

0,673

Valid

3

0,684

Valid

1

0,425

Valid

0,882

Hasil uji validitas di peroleh nilai r > r tabel (0,361) sehingga seluruh item
pertanyaan di nyatakan valid. Dari hasil uji reliabilitas yang di lakukan di peroleh
nilai r cronbach alpha > r (0,60) sehingga seluruh item pertanyaan di nyatakan

Universitas Sumatera Utara

36

reliabel, dengan demikian kuesioner yang di gunakan untuk penelitian ini valit dan
reliabilitas.

3.6. Variabel dan Definisi Operasional
3.6.1. Variabel
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah sakit gangguan jiwa
skizofrenia dan variable independen (bebas) adalah
1. Faktor Somatik

yaitu Genetik/keturunan, Cacat kogenital, Jasmaniah,

Penyalahgunaan obat-obatan Penyakit dan cedera tubuh.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik) yaitu Trauma masa kanak-kanak, Kehilangan
asuh anak, Hubungan keluarga, Struktur keluarga, Kekecewaan dan pengalaman
menyakitkan, Stres berat.
3. Faktor Sosial Kultural yaitu Cara-cara membesarkan anak,Sistem nilai,
Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan, Ketegangan akibat faktor
ekonomi, Perpindahan keluarga dan Keluarga minoritas.
3.6.2. Definisi Operasional
3.6.2.1. Variabel Independen
1. Genetik/Keturunan adalah adanya salah satu dari anggota keluarga yang
berhubungan darah yang menderita gangguan jiwa, terutama gangguan persepsi
sensorik dan gangguan psikotik, misalnya saudara kembar, individu yang
memiliki hubungan sebagai ayah, ibu atau saudara yang mengalami gangguan
jiwa

Universitas Sumatera Utara

37

2. Cacat kogenital adalah cacat yang didapatkan sejak lahir dapat mempengaruhi
jiwa anak.
3. Jasmaniah, bentuk tubuh seseorang sangat berhubungan dengan gangguan jiwa
tertentu. Misalnya: yang

bertubuh gemuk/endofrom, kurus/ectofrorm, terlalu

tinggi badan atau terlalu pendek.
4. Penyalahguaan obat-obatan, Koping yang maladatif yang di gunakan individu
untuk menghadapi stressor melalui obat-obatan yang memiliki sifat adiksi (efek
ketergantungan)
5. Penyakit dan cedera tubuh,penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung,
kangker yang memungkinkan merasa murung dan sedih,demikian juga
cedera/cacat tubuh tertentu yang menyebabkan rasa rendah diri.
6. Trauma masa kanak-kanak,Depresi dini biologis maupun psikologik yang terjadi
pada masa bayi, anak-anak, misalny anak anak di tolak, menimbulkan rasa tidak
nyaman dan dia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah.
7. Hubungan keluarga, dari masa kanak kanak keluarga sudah memegang peranan
penting dalam membentukan kepribadian.
8. Struktur keluarga, keluarga kecil atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa
anak.
9. Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan, kematian, kecelakaan,
Peceraian dsb.
10. Stres berat. Tekanan yang timbul bersamaan dan berturut-turut.bisa menyebabkan
berkurangnya/hilangnya daya tahan terhadap stress, contoh kasus seseorang yang
mengalami penceraian dan kemudian harus juga kehilangan anak-anaknya.

Universitas Sumatera Utara

38

11. Cara membesarkan anak, yang kaku dan oteriter.di mana hubungan antara orang
tua anak menjadi kaku dan tidak hangat.
12. Sistim nilai, perbedaan sistem nilai budaya dan etika serta moral yang sering
menimbulkan masalah jiwa di lingkungan sekitarnya.
13. Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan dimana Iklan-iklan di radio,
televisi, surat kabar film dan lain –lain menimbulkan bayangan-bayangan yang
menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyaat seharihari.
14. Ketegangan akibat faktor ekonomi adalah tingkat pendapatan keluarga responden
dalam satu bulan yang dihitung berdasarkan UMK Kota Sabang
15. Perpindahan satu keluarga, khusus anak yang sedang berkembang kepribadianya
akan berubah
16. Masalah minoritas, tekanan yang di alami golongan ini dari lingkungannya dapat
mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk
sikap acuh atau melakukan tindakan –tindakan yang akan merugikan orang lain.
3.6.2.2. Variabel Dependen
1.

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dengan gangguan jiwa skizofrenia yaitu
reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk
berfikir dan berkomunikasi. Menerima dan menginterpretaasikan realitas,
merasakan menunjukan emosional dan berprilaku dengan sikap dapat di terima
secara social. Gejalanya di tandai penampilan dan prilaku umum,gangguan
pembicaraaan, gangguan afek, prilaku, persepsi dan gangguan pikiran.

Universitas Sumatera Utara

39

3.7. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan indikator
dari variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu
pengukuran nominal dan ordinal.
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Jumlah
Indikator

Variabel

Alat Ukur

Nilai 1
Variabel

Skala

2-1

Nominal

1 = Ada
0= Tidak ada

0-1

Nominal

1 = Ada
0= Tidak ada

0-1

Nominal

1 = Ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = Ada
0= Tidak ada

0-1

Nominal

1 = Ada
0= Tidak ada

0-1

Nominal

1 = Ada
0= Tidak ada

0-1

Nominal

1 = Baik
0= Kurang

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

Hasil Ukur

Variabel Dependen
Gangguan
skizofrenia

jiwa

1

-Berat,
Laporan kasus
-Ringan
gangguan jiwa
-Sedang

Variabel Independen
Genetik//keturunan

2

Cacat Kogenital

5

Jasmani

2

Penyalahgunaan
Obat-obatan

3

Penyakit
Cedera tubuh

dan

Trauma
kanak-kanak

masa

2
5

Hubungan keluarga

8

Struktur keluarga

2

Kekecewaan
pengalaman
menyakitkan

3

dan

Stres berat

3

Cara membesarkan
anak

3

Kuesioner
dengan 2 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 5 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 2 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 2 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 5 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 8 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 2 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 3.2. (Lanjutan)
Variabel

Jumlah
Indikator

Sintem nilai

1

Kepincangan antara
keinginan dengan
kenyataan

4

Ketegangan akibat
faktor ekonomi

3

Perpindahan
keluarga

3

Masalah minoritas

1

Alat Ukur
Kuesioner
dengan 1 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 4 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 3 item
pernyataan
Kuesioner
dengan 1 item
pernyataan

Nilai 1
Variabel

Skala

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = Tinggi
0 = Rendah

0-1

Ordinal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

1 = ya
0= Tidak

0-1

Nominal

Hasil Ukur

3.8. Metode Analisis Data
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian (Explanatory Rescerch)
populasi pada penelitian ini berjumlah 82 orang,menggunakan total samping, data
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa data yang berskala nominal dan
ordinal sesuai dengan tujuan penelitian, maka pendekatan analisis yang digunakan
adalah secara Analisis univariat, dimana Analisis univariat dilakukan untuk
mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel independen.
Analisa Bivarit di gunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen
dengan dependen melalui uji statistik Chi-Square (X2). Dalam penelitian ini analisis
Chi-Square dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan kaidah pengambilan yang
di inteprestasi dengan jika nilai p < taraf nyata (α= 0,05) maka Ho ditolak dan jika
nilai p > taraf nyata (α= 0,05) maka Ho diterima. Ketentuan yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

41

uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nila expected kurang dari 5 maksimal
20% dari jumlah sel.

3.9. Hipotesis
1. Hipotesis nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan antara faktor somatik dengan kejadian skizofreni
b. Tidak ada hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian skizofrenia
c. Tidak ada hubungan antara faktor sosialkultural dengan kejadian skizofrenia
2. Hipotesis Alternatif ( Ha)
a. Ada hubungan antara faktor somatik dengan kejadian skizofrenia
b. Ada hubungan antara faktor psikologik dengan kejadian skizofrenia
c. Ada hubungan antara faktor sosialkultural dengan kejadian skizofrenia.

Universitas Sumatera Utara

42

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografi
Kota Sabang merupakan wilayah paling barat di Republik Indonesia, secara
giografi Kota Sabang terletak pada keordinat 050 46’28”-05054’28” lintang utara
(LU) dan 95013’02”-95022”36’ bujur timur (BT).
a. Kota Sabang Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka,
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Benggala
c. Sebelah Barat di batasi oleh Samudra Indonesia
Secara giografi Kota Sabang sangat strategis karena berbatasan langsung
dengan negara-negara lain seperti dengan India, Malasiya dan Thailand serta
merupakan alur pelayaran Internasional bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar
wilayah Indonesia dari arah barat.
Kota Sabang terdiri dari 5 buah Pulau yaitu, Pulau Weeh, Pulau Klah, Pulau
Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo, dan di tambah gugusan Pulau-Pulau terluar
serta merupakan satu-satunya Pulau yang di jadikan pemukiman, sedangkan Pulau
Rondo merupakan salah satu Pulau terluar dan berjarak ± 15,6 Km dari Pulau Weh.
Scara admintratif Kota Sabang terbagi dua Kecamatan yaitu Kecamatan Sukakarya
dan Sukajaya serta terbagi menjadi 18 Gampong (Desa).

42
Universitas Sumatera Utara

43

Kota Sabang memiliki keseluruhan luas daratan yaitu 153 Km2. Terdiri dari
Kecamatan Sukajaya seluas 80 Km2 dan Kecamatan Sukakarya seluas 73 Km 2
(Berdasarkan Analisa data Citra Satelit Tata Ruang Kota.2009).
a. Luas Daratan 121,7.Km2 (12177.18), ha
b. Luas Perairan 920,5 Km2 (92,052,77), ha
Tabel 4.1. Luas Daratan Pulau-pulau di Kota Sabang Tahun 2016
No
1
2
3
4
5

Nama Pulau
Pulau Weh
Pulau Klah
Pulau Rubiah
Pulau Seulako
Pulau Rondo

Total luas daratan
Sumber : Sabang Dalam Angka Tahun 2016

Luas, ( ha )
12,060,56
18,66
35,75
3,5
50,67
12,177,18.

Data Topografi berdasarkan badan meteorologi dan giofisika.2016.
a. Dataran Rendah (3%)
b. Bergelombang (10%)
c. Berbukit-bukit (35%)
d. Bergunung (52%)
Sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan, di Pulau Weh terdapat sebuah
Danau air tawar yaitu Danau Aneuk Laut, Pulau Sabang merupakan Pulau
vulkanik,sebuah Pulau atol (Pulau Karang) yang proses terjadinya mengalami
pengangkatan dari permukaan laut. Terbukti dengan adanya 3 teras yang terletak pada
ketinggian yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

44

Kondisi geologi Kota Sabang, terdapat 70% batu vulkanis, batu vulkanis
(andestia 27% ).batu sedimen (line stono 3%) yang merupakan endapan aluvial.
Cuaca Pulau Weh mengalami 2 musim yaitu :
a. Hujan bulan September sampai dengan Februari.
b. Kemarau bulan Maret sampai dengan Agustus
Curah hujan tercatat rata-rata 1,745,2,232 mm/ tahun terendah bulan Maret 18
mm/tahun, dan tertinggi bulan September 278 mm/tahun.
4.1.2. Demografi
a. Jumlah penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Sabang 2016, Jumlah penduduk kota sabang
adalah: 33215 jiwa
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Sabang Tahun 2016
Tahun
2013
Jumlah Total
29761
Penduduk
Sumber : BPS Kota Sabang Tahun 2016

2014

2015

2016

31191

32218

33215

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun
2013 sebanyak 29761 jiwa dan sampai dengan tahun 2016 sebanyak 33215 jiwa.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tiap Desa di
Kota Sabang Tahun 2016
No
1

Nama
Kecamatan
Sukakarya

Nama Desa
Paya Seunara
Krueng Raya
Aneuk Laot
Kuta Timur

Lakilaki
1372
780
513
1110

Perempuan

Jumlah

%

1310
807
499
1061

2682
1587
1012
2171

8,07
4,77
3,04
6,53

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 4.3. (Lanjutan)
No

Nama
Kecamatan

Nama Desa

Kuta Barat
Kuta Ateuh
Batee Shoek
Iboih
2
Sukajaya
Balohan
Anoi Itam
Ujong
Kareng
Ie Meulee
Cot Abeuk
Cot Bau
Jaboi
Beurawang
Keunekai
Paya
Keneukai
Jumlah
18 Desa
Sumber : BPS Desember Tahun 2016

Lakilaki
1575
2001
520
532
1452
357
403

Perempuan

Jumlah

%

1694
1918
512
409
1392
342
364

3269
3919
1032
937
2844
704
767

9,84
11,79
3,10
2,82
8,56
2,11
2,30

1910
255
2942
302
181
362
252

1845
242
2779
355
169
429
268

3755
497
5721
657
350
791
520

11,30
1,49
17,22
1,97
1,05
2,38
1,56

16819

16396

33215

100%

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Kota Sabang yaitu 33215 dimana
yang laki-laki sebanyak 16819 jiwa (50.63%) dan perempuan 16396 jiwa (49,36%).
penduduk di Kecamatan Sukakarya berjumlah 16620 jiwa (50,03%), sedangkan
Kecamatan Sukajaya berjumlah 16601 jiwa (49,98%)
b. Kepadatan Penduduk
Di tinjau dari aspek kepadatan penduduk kecamatan Sukakarya paling padat
penduduknya yaitu : 243 jiwa/Km², angka ini lebih tinggi dari angka rata Kota Sabang
yaitu: 217 jiwa/ Km². Sedangkan Kecamatan Sukajaya hanya 193 jiwa/Km².
c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk pada daerah Kota Sabang 8,89%/tahun dengan
pertumbuhan rata-rata 4.44%/tahun dengan angka relatif rendah, selama tahun 2013

Universitas Sumatera Utara

46

sampai sekarang ini peningkatan lebih cepat karena adanya kebijakan perberlakuan
dari perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta determinasi wisata baik, lokal,
nasional maupun internasinal.
d. Sarana Kesehatan
Berdasarkan profil dinas kesehatan jumlah sarana Rumah Sakit, Puskesmas
dan sarana kesehatan lainya di Kota Sabang, 2016.
Tabel 4.4. Jumlah Sarana Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
di Kota Sabang 2016
Kecamatan
Rumah Sakit
Sukajaya
0
Sukakarya
2
Total
2
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016

Puskesmas
3
3
6

Pustu
8
4
12

Tabel 4.5. Jumlah Posyandu di Dua Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya
Pergampong/Desa di Kota Sabang Tahun 2016
Desa/Gampong
Balohan
Anoi Itam
Ujong Kareng
Ie Meulee
Cot Abeuk
Cot Bau
Jaboi
Beurawang
Keunekai
Paya Keneukai
Paya Seunara
Krueng Raya
Aneuk Laot
Kuta Timur
Kuta Barat
Kuta Ateuh
Batee Shoek
Iboih
Jumlah Total
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016

Jumlah Posyandu
2
2
3
1
4
1
2
1
1
1
3
3
2
1
1
2
4
2
36

Universitas Sumatera Utara

47

Berdasarkan profil dinas Kesehatan Kota Sabang Jumlah tenaga kesehatan,
baik yang bekerja di Rumah Sakit, puskesmas, Puskesmas pembantu serta Posyandu
berjumlah 125 orang di 2 (dua) kecamatan yaitu Sukajaya dan Sukakarya.
Tabel 4.6. Distribusi Tenaga Kesehatan di 2 (dua) Kecamatan
Kota Sabang Tahun 2016
Dokter
Umum Spesialis
Puskesmas Sukajaya
5
0
Puskesmas Sukakarya
3
0
Rumah Sakit Umum
12
4
Rumah Sakit AL
2
0
Total
22
4
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Sarana Kesehatan

Perawat Gigi Bidan
2
1
2
0
5

Perawat

18
21
29
1
69

19
22
73
15
125

Berdasarkan tabel di atas jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak yaitu :
Perawat dengan jumlah 125 orang, bidan 69 orang, dokter 22 orang, perawat gigi 5
orang dan dokter spesialis berjumlah 4 orang.
Tabel 4.7. Distribusi Tenaga Kesehatan Jiwa Berdasarkan Jenis Kelamin
Kota Sabang Tahun 2016
No
1
2
3
4
5

Tenaga Kesehatan
Jumlah Kader Kesehatan Jiwa (KKJ)
Jumlah Perawat Fasilitator Kesehatan Jiwa
Jumlah Perawat Kes. Jiwa Masyarakat
Jumlah Dokter Mahir Jiwa (GP+)
Jumlah Psikiater
Total
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016

L
2
0
0
0
0
2

P
44
1
7
2
0
54

%
85,18
1,85
12,96
3,70
0
100

Berdasarkan tabel di atas jumlah tenaga kesehatan berdasarkan jenis kelamin
adalah kader keswa sebanyak

laki-laki 2 orang perempuan 44 orang, perawat

Universitas Sumatera Utara

48

fasilisator kesehatan jiwa 1 orang perempuan bertugas di dinas kesehatan yang
mempunyai tugas
1.

Merumus program kegiatan.

2.

Melakukan keordinasi kegiatan.

3.

Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.

4.

Membuat jadwal kunjungan ke puskesmas dan rumah pasien gangguan jiwa

5.

Menbuat POA dan memonitoring kegiatan perawat CMHN di puskesmas serta
kader desa dalam melakukan pelayanan jiwa

6.

Menerima laporan tiap bulan dari perawat CMHN di puskesmas dan menganalisa
serta merumuskanya, perawat kesehatan jiwa 7 orang perempuan, jumlah dokter
mahir kesehatan jiwa 2 orang perempuan
Tabel 4.8. Distribusi Tenaga Dokter GP Plus dan Tempat Tugasnya di Kota
Sabang Tahun 2016

No
Jumlah Dokter GP Plus
Puskesmas
1
1
Puskesmas Sukajaya
2
1
Puskesmas Sukajaya
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016

Keterangan
aktif
aktif

Berdasarkan tabel di atas dokter GP plus( General Praktis Plus) adalah dokter
umum yang telah di latih tentang masalah penanggulangan pasien gangguan jiwa dan
telah mempunya standar pelayanan jiwa, di Kota Sabang jumlah dokter yang mahir
kesehatan jiwa sebanyak 2 orang dengan penempatan di Puskesmas Sukajaya 1 orang
dan Puskesmas sukakarya 1 orang.

Universitas Sumatera Utara

49

Tabel 4.9. Distribusi Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat (CMHN) dan Tempat
Tugasnya di Kota Sabang Tahun 2016
No

Nama Puskesmas

Tingkat Pelatihan
BC
IC
2
1
2
1
4
1
2
1
2
0
2
0
14
4

Jumlah Perawat CMHN

1
2
3
4
5
6

Puskesmas Sukajaya
4
Puskesmas Cot Ba’u
3
Puskesmas Sukakarya
4
Puskesmas Jaboi
3
Puskesmas Iboih
2
Puskesmas Pria Laot
2
Total
18
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah

perawat CMHN

berjumlah 18 orang,

Perawat CMHN adalah perawat yang telah di berikan pelatihan tentang kesehatan
jiwa baik pelatihan BC (Basis center) maupun pelatihan intensife center (IC) dan
tugasnya yaitu :
1. Menyusun resdas kegiatan jiwa setiap bulan
3. Membuat jadwal kunjungan rumah dan melakukan penyuluhan kesehatan jiwa
pada masyarakat setiap bulan melalui pusling
4. Menganalisa lembaran data mengenai hasil kegiatan
5. Melakukan rujukan pada pasien sakit jiwa ke rumah sakit jiwa bila tidak dapat di
tanggulang lagi di puskesmas
6. Melaporkan dan menulis hasil kegiatan di laporan keswa secara tertulis kepada
petugas keordinator jiwa di dinas kesehatan.
7. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor
8. Membuat POA dan memberikan pelayanan pengobatan

Universitas Sumatera Utara

50

Di Kota Sabang jumlah perawat CMHN dimana puskesmas sukajaya
berjumlah berjumlah 4 orang, puskesmas cot bau berjumlah 3 orang, puskesmas
Sukakarya berjumlah 4 orang, puskesmas jaboi 3 orang, puskesmas iboih 2 orang dan
puskesmas Pria Laut berjumlah 2 orang dimana yang telah mengikuti pelatihan dasar
jiwa Basic center.(BC) 14 orang dan yang telah mengikuti intensife canter (IC) 4
Orang.
Tabel 4.10. Distribusi Kader Kesehatan Jiwa dan Tempat Tugasnya di Kota
Sabang Tahun 2016
Wilayah Kerja
Jumlah
Tempat Tugas
Puskesmas
Kader
1
2
3
4
1 Iboih
2
Kelurahan Iboih
2 Pria Laot
2
Kelurahan batee shook
3 Cot Ba’U
2
Kelurahan Cot Ba’U
4 Sukajaya
8
Sukajaya
5 Jaboi
10
Jaboi
6 Sukakarya
16
Sukakarya
Jumlah Total
40
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
No

Keterangan
5
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Semua Aktif

Kader keswa adalah petugas yang telah di latih menanggulang kasus jiwa di
lingkungan desa dan mempunyai fungsi
1. Mengawasi pasien gangguan jiwa di lingkungan desanya
2. Melakukan kunjungan rumah dalam mengawasi pemberian obat terhadap pasien
gangguan jiwa
3. Melakukan monitoring dan memberikan laporan kegiatan ke perawat CMHN di
puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

51

Berdasarkan tabel di atas jumlah kader kesehatan jiwa di tiap lorong di Kota
Sabang berjumlah 42 orang dengan penempatanya yaitu, Sukakarya 16 orang,Jaboi
10 orang dan Sukajaya 8 orang, Cot Bak”u 2 orang, Pria Laut 2 orang dan Iboih 2
orang dan semuanya aktif.
Tabel 4.11. Distribusi Tingkat Pendidikan Orang dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) Skizofrenia di Kota Sabang Tahun 2016
No
1
2
3
4

Tingkat pendidikan
Jumlah/orang
SD
59
SMP
12
SMU
8
D3
3
Total
82
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sabang Tahun 2016

(%)
78
12
8
2
100

Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkat pendidikan
orang yang dengan gangguan jiwa di Kota Sabang paling rendah SD 59 responden
(78%) dan paling tinggi 3 responden (2%) di jenjang D3.
Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Sabang Tahun 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Alamat
Balohan
Ie- Meule
Ujung Karang
Anoi Itam
B,Batu
Cot Bak’u
Cot Mancang
Bay Pass
Kota Atas
KBT
Krueng Raya
KBB

Jenis Kelamin
Lk
Pr
3
3
7
2
1
0
6
0
4
0
4
0
3
0
1
0
6
1
11
3
4
0
2
0

Total
6
9
1
6
4
4
3
1
7
15
4
2

Universitas Sumatera Utara

52

Tabel 4.12. (Lanjutan)
Jenis Kelamin
Lk
Pr
13
Paya Senara
1
0
14
Iboih
6
1
15
Bate Shoek
0
1
16
Pria Laut
1
0
17
Keneukai
3
0
18
Beurawang
2
1
19
Paya Keneukai
0
2
20
Aneuk laut
1
0
21
Alu Jaba
0
1
22
Blang Garout
1
0
Jumlah Total
68
14
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sabang Tahun 2016
No

Alamat

Total
1
7
1
1
3
3
2
1
1
1
82

Berdasarkan tabel di atas jumlah pasien skizofrenia berjumlah 82 orang, lakilaki 68 orang (82,92%) dan perempuan 14 orang (17,73%)
Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Skizofrenia berdasarkan Katagori di Kota Sabang Tahun 2016
No
1
2

Katagori
Ringan
Berat
Sedang
Laki-laki
43
8
17
Perempuan
6
4
4
Jumlah Total
49
12
21
Berdasarkan tabel di atas Skizofrenia Ringan 49 orang, laki-laki
Jenis Kelamin

( %)
82,92%
17,73%
100
43 orang

(87,75%) ringan, perempuan 6 orang (12,24%) ringan, skizofrenia Berat 12 orang
laki-laki 8 orang (66,66%), perempuan 4 orang (33,31%). Skizofrenia sedang 21
orang laki-laki 17 orang (80,95%) dan perempuan 4 orang (19,04%).

Universitas Sumatera Utara

53

4.2. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan analisis data pada
penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Analisis bivariat
menggunakan uji Chi Square.
4.1.1.

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran tentang pengetahuan

dan sikap keluarga pasien tentang skizofrenia.
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Katagori dan Persentasenya
No
1
2
3

Skizofrenia
Ringan
Berat
Sedang
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas

Frekuensi
49
12
21
82

Persentase
59,75
14,65
25,60
100

dapat kita ketahui bahwa skizofrenia di Kota

Sabang yang ringan 49 responden (59,75%) sedangkan yang berat 12 responden
(14,65%) sedang 21 responden (25,60%) dari 82 responden.
Tabel 4.15. Distribusi Faktor Somatik Menurut Pendapat Responden
No
1
2
3
4
5

Variabel
Genetik
Ya
Tidak
Cacat Kogenital
Ya
Tidak
Jasmaniah
Ya
Tidak
Penyalahgunaan Obat-obatan
Ya
Tidak
Penyakit dan Cedera Tubuh
Ya
Tidak

Frekuensi

Persentase

32
50

39,0
61,0

4
78

4,9
95.1

6
76

7,3
92,7

27
55

32,9
67,1

0
82

0
100

Universitas Sumatera Utara

54

Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa pendapat responden mayoritas
dalam menjawab ya pada pertanyaan tentang faktor somatik dari genetik yaitu
sebanyak 32 responden (39,0%), sedangkan dalam menjawab kategori tidak sebanyak
50. responden (61,0%). Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa faktor somatik
terutama di sebabkan

genetik/keturunan skizofrenia di Kota Sabang pada

penyalahgunaan obat-obatan responden yang menjawab ya sebanyak 27 responden
(32,9%) sedangkan yang menjawab tidak 55 responden (67,1%) sedangkan cacat
kogenital, jasmaniah, peningkatan skizofrenia, faktor dalam peningkatan skizofrenia
sedangkan penyakit cedera tubuh skizofrenia di Kota Sabang.
Tabel 4.16. Distribusi Faktor Psikologis Menurut Pendapat Responden
No
1
2
3
4
5

Variabel
Trauma Masa Kanak-Kanak
Ya
Tidak
Hubungan Keluarga
Baik
Kurang
Struktur Keluarga
Ya
Tidak
Pengalaman Menyakitkan
Ya
Tidak
Stres Berat
Ya
Tidak

Frekuensi

Persentase

51
31

62,2
37,8

47
35

57,3
42,7

0
82

0
100,0

78
4

95,1
4,9

46
36

56,1
43,9

Berdasarkan tabel 4.16. di atas dapat di ketahui bahwa mayoritas responden
berpendapat

bahwa faktor Psikologi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

skizofrenia berasal dari pengalaman menyakitkan yang berpendapat

ya yaitu

sebanyak 78 orang (95,1%). Stres berat pendapat ya responden 46 orang

Universitas Sumatera Utara

55

(56,1%).trauma masa kanak- kanak responden berpendapat

ya 51orang (62,2%)

responden yang berpendapat ya hubungan keluarga 47 orang (57,3%) struktur
keluarga responden tidak ada yang berpendapat pada pertanyaan hubungan keluarga
responden yang menjawab baik sebanyak 47 responden (57,3%) yang menjawab
kurang sebanyak 35 responden (42,7%), hubungan keluarga dengan skizofrenia,
pertanyaan struktur keluarga juga semua reponden sebanyak 82,(100%) menjawab
tidak pertanyaan pengalaman menyakitkan responden yang menjawab ya sebanyak
78 responden (95,1%) sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 4 responden (4,9%)
Sedangkan pertanyaan katagori stres berat responden yang menjawab ya sebanyak 46
responden(56,1%) dan yang menjawab tidak sebanyak 36 responden(43,9%).
Tabel 4.17. Distribusi Faktor Sosial Kultural Menurut Pendapat Responden
No
1

2

3

4

5

6

Variabel
Cara Membesarakan anak,kaku/oteriter
Ya
Tidak
Sistim Nilai
Ya (+)
Tidak (-)
Kepincangan antara keinginan dengan
kenyataan
Ya
Tidak
Sosial ekonomi
Tinggi
Rendah
Perpindahan keluarga
Ya
Tidak
Minoritas
Ya
Tidak

Frekuensi

Persentase

41
41

50,0
50,0

29
53

35,4
64,6

25
57

30,5
69,9

5
77

6,1
93,9

0
82

0
100

0
82

0
100

Universitas Sumatera Utara

56

Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar repsonden
yang menjawab ya pada pertanyaan cara membesarkan anak sebanyak 41 responden
(50,0%) sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 41 responden (50,0%) dan pada
pertanyaan sistem nilai menjawab ya tidak mempengaruhi anak sebanyak 29
responden (35,4%) sedangkan yang menjawab tidak mempengaruhi anak 53
responden

(64,6

%),

pertanyaan

kepincangan

antara

keinginan

dengan

kenyataan,yang menjawab ya 25 responden (30,5%) sedangkan yang menjawab tidak
sebanyak 57 responden (69,9%) pertanyaan sosial ekonomi responden yang
menjawab rendah 77 responden (93,9%) dan yang tinggi sebanyak 5 responden
(6,1%), sedangkan perpindahan keluarga, minoritas pada umumnya responden 82
orang menjawab tidak.
4.2.2. Analisis Bivariat
Tabel 4.18. Hubungan Faktor Somatik dengan Kejadian Skizofrenia

Variabel

Kategori



Cacat

kogenital

Jasmaniah


Obat-obatan


Penyakit dan 
cidera tubuh

Genetik

ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Ringan
n
26
25
2
49
5
46
1
50
0
51

%
81,3
50,0
50,0
62,8
83,3
60,5
3,7
90,9
0
62,2

Skizofrenia
Berat/
Sedang
n
%
6
18,8
25
50,0
2
50,0
29
37,2
1
16,7
30
39,5
26
96,3
5
9,1
0
0
31
37,6

Total
n
32
50
4
78
6
76
27
55
0
82

%
100
100
100
100
100
100
100
100
0
100

P value

0,004
0,606
0,267
0,000

Universitas Sumatera Utara

57

Berdasarkan

tabel di atas di ketahui bahwa sebagian besar responden

berpendapat faktor genetik dari 32 responden yang menjawab faktor genetik ya 26
responden (81,3%) skizifrenia ringan, sedangkan dari 50 responden yang menyatakan
faktor genetik tidak 25 responden (50%) skizofrenia ringan dan skizofrenia
berat/sedang. hasil uji statistik Chi square di ketahui ada hubungan antara genetik
dengan skizofrenia (P value= 0,004).
Faktor cacat kogenital ya 2 responden 50,0% skizofrenia ringan sedangkan 49
reponden 62,2% menyatakan tidak ringan, dan 2 responden 50% menyatakan ya berat
sedang, juga 29 responden 32,2% menyatakan tidak berat sedang, hasil uji chi squara
menunjukan tidak ada hubungan antara cacat kogenital dengan skizofrenia ( p value
= 0,606)
Faktor jasmaniah yang menjawab ya 5 reponden 83,3% ringan, sedangkan
tidak ringan 46 responden 60,2%, yang menjawab ya berat/sedang 1 reponden 16,7%
sedangkan yang menjawab tdak berat/sedang 35 reponden 39,5%, hasil uji chi squara
menunjukan tidak ada hubungan jasmaniah dengan skizofrenia (P value = 0,267 )
faktor penyalahgunaan obat yang menjawab ya ringan 1 responden 3,7%, yang
menjawab tidak ringan 50 reponden 90,9%. sedangkan yang menjawab ya
berat/sedang 26 reponden 96,3%, dan yang menjawab tidak berat/sedang 5 reponden
9,1%. hasil uji chi square faktor obat-obatan ada hubungan dengan peningkatan
skizofrenia di Kota Sabang (P value = 0,000).

Universitas Sumatera Utara

58

Tabel 4.19. Hubungan Faktor Psikologis dengan Kejadian Skizofrenia
Skizofrenia
Variabel

Trauma masa
kanak-kanak
Hubungan
Keluarga
Struktur
keluarga
Pengalaman
menyakitkan
Stres berat

Kategori











ya
Tidak
Baik
Kurang
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Ringan
n
30
21
24
27
0
51
48
3
24
27

%
58,8
67,7
51,1
77,1
0
62,2
61,5
75,0
52,2
75,0

Berat/
Sedang
n
%
21
41,2
10
32,3
23
48,9
8
37,2
0
0
31
37,8
30
38,5
1
25,5
22
47,8
9
25,5

Total
n
51
31
47
35
0
82
78
4
48
82

%
100
100
100
100
0
100
100
100
100
100

P value

0,419
0,016

0,588
0,034

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui sebagian besar pendapat responden
yang di sebabkan faktor Pisikologi dari responden yang menjawab faktor trauma
masa kanak-kanak ya 30 responden (58,8%) skizifrenia ringan, sedangkan dari 21
responden (67,7%) yang menyatakan faktor troma masa kanak-kanak tidak, dan 21
responden (41,2%) skizofrenia ringan dan skizofrenia berat/sedang. Beradasarkan
hasil uji statistik Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara trauma masa
kanak-kanak dengan skizofrenia (P value= 0,419).
Faktor pengalaman menyakitkan responden yang menjawab ya sebanyak 45
responden (61,5%) skizofrenia ringan, sedangkan

dari 30 responden (38,5%)

menjawab tidak berat/sedang. berdasarkan hasil uji statistik Chi square meunjukan
tidak ada hubungan antara pengalaman menyakitkan dengan skizofrenia (P value
=0,588).

Universitas Sumatera Utara

59

Faktor hubungan keluarga yang menjawab ya ringan 24 responden 51,1%
yang menjawab tidak ringan 27 responden 77,1%, yang menjawab ya berat/sedang
23 responden 48,9%, sedangkan yang menjawab tidak berat/sedang 8 reponden
37,2% uji Chi square menunjukan ada hubungan antara hubungan keluarga dengan
skizofrenia di Kota Sabang ( p value = 0,016).
faktor Stres berat yang menjawab ya 24 responden (52,2%) skizofrenia
ringan, 22 responden (47,8%) yang menjawab ya berat/sedang, sedangkan yang
menjawab tidak 27 responden (75,0%) ringan dan yang menjawab tidak berat/sedang
9 responden (25,0%). Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukan ada hubungan
stres berat dengan skizofrenia ( p value = 0,034 ).
Tabel 4.20. Hubungan Faktor Sosial Kultural dengan Kejadian Skizofrenia

Variabel
Cara
Membesarkan
Anak
Sistem Nilai

n
25
26

%
61,0
63,4

Skizofrenia
Berat/
Sedang
n
%
16
39,0
15
36,6

Iya
Tidak
Ya
Tidak

29
22
14
37

54,7
75,9
56,0
64,9

24
7
11
20

45,3
24,1
44,0
35,1

53
29
25
57

100
100
100
100

Tinggi
Rendah
Ya
Tidak
Ya
Tidak

4
47
0
51
0
51

80,0
61,0
0
62,2
0
62,2

1
30
0
31
0
31

1,9
37,8
0
37,8
0
37,8

5
82
0
82
0
82

100
100
0
100
0
100

Kategori
 Iya
 Tidak



Kepincangan

antara keinginan 
dengan
kenyataan
Sosial Ekonomi 

Perpindahan


Minoritas



Ringan

Total
n
41
41

%
100
100

P value

0,820
0,059
0,444
0,645

Universitas Sumatera Utara

60

Berdasarkan tabel di atas di ketahui sebahagian besar pendapat responden di
sebabkan karena faktor sosial kultural dari responden yang menjawab faktor sistem
nilai responden yang menjawab ya 29 responden (54,7%) skizifrenia ringan,
sedangkan dari 24 responden (45,3%) yang menyatakan ya berat/sedang dan tidak,
ringan 22 responden (52,9%) berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan tidak
ada hubungan sistem nilai dengan skizofrenia (P value = 0,059).
faktor sosial ekonomi yang menjawab tinggi 4 responden (80,0%) ringan
sedangkan yang menjawab tinggi 47 reponden (62,2%), berdasarkan uji Chi Square
menunjukan tidak ada hubungan faktor sosial ekonomi dengan skizofrenia (P value =
0,645), sedangkan cara membesarkan anak kepincangan antara harapan dan
kenyataan, keluarga pindah dan minoritas tidak ada hubungan.

Universitas Sumatera Utara

61

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Analisis Univariat
5.1.1. Faktor Somatik
1) Genetik
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor genetik dengan
skizofrenia (P value = 0,004). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden
dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor genetik menjawab ya adalah
81,3%, pada responden yang menjawab tidak 50%. Sedangkan persentase skizofrenia
berat/sedang pada responden menjawab ya 18,8% dan pada responden menjawab
tidak 50%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanuar (2013) dalam
penelitiannya menemukan

faktor genetik merupakan faktor yang berhubungan

dengan gangguan jiwa.
Penelitian ini mendukung konsep yang disampaikan oleh Cloninger dalam
Yosep (2007) gangguan jiwa, terutama gangguan persepsi sensori dan gangguan
psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di
dalamnya saudara kembar, individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi di banding dengan orang yang
tidak memiliki faktor hereditas.

61
Universitas Sumatera Utara

62

2) Cacat Kogenital
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor cacat
kogenital dengan skizofrenia (p value = 0,606) Hasil penelitian ini menunjukkan
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor cacat
kogenital menjawab ya adalah 50,0%, pada responden yang menjawab tidak 50%.
Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 50,0%
dan pada responden menjawab tidak 60,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam
penelitiannya di mana cacat kogenital/cacat sejak lahir ada hubungan jiwa
anak,seperti retardasi mental yang berat.
3) Jasmaniah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor jasmaniah
dengan skizofrenia (p value = 0,265) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase
responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor jasmanih
menjawab ya adalah 83,3%, pada responden yang menjawab tidak 60,5%. Sedangkan
persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 16,7% dan pada
responden menjawab tidak 39,5%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam
penelitiannya di mana Jasmaniah ada hubungannya dengan jiwa anak, seperti gemuk,
pendek, kurus dan tinggi.

Universitas Sumatera Utara

63

4) Penyalahgunaan Obat-obatan
Hasil penelitian menunjukka ada hubungan antara faktor obat -obatan dengan
skizofrenia (P value = 0,00) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden
dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor obat-obatan menjawab ya
adalah 3,7%, pada responden yang menjawab tidak 90,9%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 96,3% dan pada responden
menjawab tidak 9,1%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Patel, 2009) dalam
penelitiannya di mana obat-obatan dapat mempengaruhi jiwa, dan penelitian Lubis
(2009) dimana menurutnya faktor yang mempengaruhi depresi antara lain:faktor
genetik, usia, jenis kelamin, gaya hidup, obat-obatan dan obatan terlarang.
5) Penyakit dan Cidera Tubuh
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor penyakit
cedera tubuh dengan skizofrenia (P value = 0) Hasil penelitian ini menunjukkan
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab
ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 61,2%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden
menjawab tidak 37,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian (Yosep,2007) dalam

penelitiannya di mana cacat tubuh dapat mempengaruhi jiwa anak, penyakit jantung,
kangker dan sebagainya.demikian juga cedera/ cacat tertentu.

Universitas Sumatera Utara

64

5.1.2. Faktor Psikologik
1. Trauma Masa Kecil
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor trauma masa
kanak- kanak dengan skizofrenia (P value = 0,419). Hasil penelitian ini menunjukkan
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor trauma
masa kanak-kanak menjawab ya adalah 58,8%, pada responden yang menjawab tidak
67,7%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya
41,2% dan pada responden menjawab tidak 32%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Baihaqi (2005) dalam
penelitiannya menemukan faktor trauma masa kanak-kanak merupakan faktor yang
berhubungan dengan gangguan jiwa. Misalnya anak di tolak (rejected child).
2. Hubungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor hubungan keluarga
dengan skizofrenia ( P value = 0,016 ) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase
responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab baik adalah
51,1% pada responden yang menjawab kurang 77,1%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab baik 49,9% dan pada responden
menjawab kurang 22,9%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Yosep,2007) dalam
penelitiannya di hubungan keluarga dapat mempengaruhi jiwa anak, seperti
penolakan, perlindungan berlebihan, manjadikan salah persaingan antara keluarga
tidak sehat.

Universitas Sumatera Utara

65

3. Struktur keluaga
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor struktur
keluarga dengan skizofrenia (p value = 0) Hasil penelitian ini menunjukkan
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab
ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 62,2%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden
menjawab tidak 37,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007)
dalam penelitiannya di mana strukur keluarga ada hubungan dengan jiwa anak,
seperti, anak tidak dapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin, tidak ada
panutan, pertengkaran dan keributan yang membingungkan dan penelitian
lainya.struktur keluarga kecil atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa
anak,apalagi bila terjadi ketidak sesuaian perkawinan problem rumah tangga yang
berantakan (Baihagi,2005) dan penelitian (Darmono,2008) mengompol, gelisah,
ketakutan, sulit tidur, mimpi buruk, bicara gagap.
4. Kekecewaan dan pengalaman menyakitkan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor kekecewaan
dan pengalaman menyakitkan dengan skizofrenia (p value = 0,588). Hasil penelitian
ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden
dengan faktor kekecewaan

menjawab ya adalah 61,5%, pada responden yang

menjawab tidak 75,0%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada
responden menjawab ya 38,9% dan pada responden menjawab tidak 25%.

Universitas Sumatera Utara

66

Penelitian ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Yosep (2007) gangguan
jiwa, kematian, kecelakaan, sakit berat, penceraian, perpindahan mendadak,
kekecewaan yang berlarut, dan sebagainya akan mempengaruhi kepribadian, tapi juga
tergantung pada keadaan sekitarnya.
5. Stres Berat
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor stres berat dengan
skizofrenia (p value = 0,34). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden
dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor stres berat menjawab ya
adalah 52,5%, pada responden yang menjawab tidak 75,0%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 47,8% dan pada responden
menjawab tidak 25%.
Penelitian ini mendukung konsep yang disampaikan oleh Baihaqi (2005)
tekanan stres yang timbul bersamaan dan atau berturut-turut, bisa menyebabkan
berkurang nya/hilangnya daya tahan stres.
5.1.3. Faktor Sosial Kultural
1. Cara Membesarkan anak
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor struktur
keluarga dengan skizofrenia (P value = 0,820) Hasil penelitian ini menunjukkan
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab
ya adalah 61,0% pada responden yang menjawab tidak 63,4%. Sedangkan persentase
skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 39.0% dan pada responden
menjawab tidak 63,4%.

Universitas Sumatera Utara

67

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam
penelitiannya di mana cara membesarkan anak dapat mempengaruhi jiwa anak,
seperti, anak tidak dapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin, tidak ada
panutan,pertekangkaran

dan

keributan

yang

membingungkan.dan

penelitian

lainya.cara membesarkan anak atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa anak,
apalagi bila terjadi ketidak sesuaian perkawinanan problem rumah tangga yang
berantakan (Baihagi, 2005) dan penelitian (Darmono, 2008) anak korban ADRT
tergantung usianya dapat mengalami berbagai bentuk gangguan jiwa di Kota Sabang.
2. Sistem nilai
Hasil penelitian di ketahui tidak ada hubungan antara faktor Sistem nilai
dengan skizofrenia (p value = 0,059). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase
responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor sistem nilai
menjawab ya adalah 54,7%, pada responden yang menjawab tidak 75,9%. Sedangkan
persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 45,3% dan pada
responden menjawab tidak 24,1%.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian (Sulistyowati,2013) dalam
penelitiannya di mana masyarakat sosial ekonomi rendah mempunyai kecendrungan
skizofrenia 8 kali lebih tinggi masyarakat yang memiliki status sosial tinggi.
3. Kepincangan anatara keinginan dengan kenyataan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor kepincangan
anatara keinginan dan kenyataan dengan skizofrenia (P value = 0,444) Hasil
penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada

Universitas Sumatera Utara

68

responden dengan menjawab ya adalah 56,0% pada responden yang menjawab tidak
64,9%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya
44.0% dan pada responden menjawab tidak 35,1%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Davidson,2010) dalam
penelitiannya di mana masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai
pengaruh timbal balik sebagai akibat dari pengaruh sosial dan gejala lingkungan
sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
1. Faktor Ekonomi
Hasil penelitian ini

di ketahui tidak ada hubungan antara faktor sosial

ekonomi dengan skizofrenia (p value = 0,397). Hasil penelitian ini di ketahui
persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor sosial
ekonomi menjawab tinggi adalah 80,0%, pada responden yang menjawab rendah
61,0%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya
20,0% dan pada responden menjawab rendah 39,8%.
Hasil penelitian ini tidak sesuai menurut WHO krisis keuangan global
tampaknya sangat berpengaruh akan meningkatnya gangguan mental seseorang dan
bunuh diri, sementara orang berjuang menghadapi kemiskinan dan pengangguran.
(Kompas, 2008).masalah keuangan tidak sehat,misalnya pendapatan lebih rendah
dari pengeluaran, terlibat utang,kebangkrutan usaha, warisan dan sebagainya,problem
keuangan sangat berpengaruh pada jiwa seseorang (Hartono, 2011).

Universitas Sumatera Utara

69

5. Perpindahan keluarga
Hasil penelitian di ketahui tidak ada hubungan antara faktor perpindahan
keluarga dengan skizofrenia (P value = 0) Hasil penelitian ini di ketahui persentase
responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab ya adalah 0
pada responden yang menjawab tidak 62,2%. Sedangkan persentase skizofrenia
berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan