Perlindungan Hukum Terhadap Investor Publik Dalam Penawaran Tender (Tender Offer)

BAB II
TINJAUAN UMUM PENAWARAN TENDER (TENDER OFFER)
A. Pengaturan Penawaran Tender (Tender Offer) di Indonesia
Penawaran tender (tender offer) dipersyaratkan oleh perundang-undangan
dalam hal suatu pihak akan melakukan tindakan tertentu di pasar modal, yaitu
pihak tersebut ingin mendapatkan efek dalam jumlah, presentase yang besar, atau
dengan perolehan efek tersebut perananya dalam perusahaan tersebut menjadi
penting 42. Dalam pasar modal, perusahaan yang melakukan akuisisi sehingga
menjadi pemegang saham pengendali baru, diwajibkan untuk melakukan
penawaran tender ( tender offer). 43

Sebagian orang mengatakan bahwa

sebenarnya suatu penawaran tender (tender offer) merupakan suatu “peperangan
yang dihalalkan” seperti juga stabilitas harga pada waktu penawaran yang
merupakan manipulasi pasar yang dilegalisir. 44
Pada pasal 83 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
mempersyaratkan agar suatu penawaran tender (tender offer) di pasar modal
haruslah mematuhi ketentuan-ketentuan syarat tentang : 45
1) Keterbukaan
2) Kewajaran


42

Munir Fuady II, Pasar Modal Modern : (Tinjauan Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya,
1997) hal. 191
43

Munir Fuady I, Op. Cit. hal. 9
Munir Fuady II, Loc. Cit
45
Ibid
44

26

Universitas Sumatera Utara

3) Pelaporan
Sebagai implementasi dari amanah yang terdapat dalam pasal 83 Undangundang Pasar Modal tersebut, maka pemerintah, dalam hal ini Bapepam-LK
mengeluarkan


suatu

Surat

Keputusan

Ketua

Pengawas

Pasar

Modal

No.Kep/85/PM/1996 tentang Penawaran Tender, Pedoman tentang Bentuk dan Isi
Pernyataan Penawaran Tender, dan Pihak Lainnya Sehubungan dengan
Penawaran Tender. Ketentuan ini dilengkapi dengan Lampiran 1 berupa Peraturan
No.IX.F.1 tentang “Penawaran Tender”, Lampiran 2 berupa Peraturan No.IX.F.2
mengenai Pedoman tentang “Bentuk dan Isi Pernyataan Penawaran Tender” dan

Lampiran 3 No.IX.F.3 berupa “Pihak Lainnya Sehubungan dengan Penawaran
Tender”.
Kemudian peraturan-peraturan diatas di revisi dan digantikan dengan
Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-264/BL/2011 dengan Lampiran
IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. Namun setelah di
bentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2011, melalui Undangundang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Surat Keputusan
Bapepam-LK mengenai penawaran tender (tender offer) dan peraturan lainnya
yang mengatur tentang penawaran tender (tender offer) menjadi Peraturan OJK
selama belum dibuat peraturan yang mengaturnya.

27

Universitas Sumatera Utara

Menurut lampiran 1 dari Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep85/PM/1996, maka suatu penawaran tender (tender offer) wajib dilakukan dalam
hal : 46
1. Jika dilakukan pembelian saham.
2. Saham tersebut adalah saham perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek dan Pembeliannya harus melalui Bursa Efek
3. Dengan perolehan saham tersebut, mengakibatkan kepemilikannya

menjadi minimal 20 % dari seluruh saham ditempatkan dan disetor penuh.
Namun berdasarkan Press Release Perubahan Peraturan Bapepam-LK No.
IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka ketentuan mengenai
presentase kepemilikan saham bagi Pengendali Perusahaan Terbuka
mengalami perubahan dari yang semula 20 % menjadi 25 %. Namun
demikian tidak semua pemegang saham 25 % menjadi pengendali
sepanjang

Pihak

tersebut

dapat

membuktikan

tidak

bermaksud


mengendalikan Perusahaan Terbuka
4. Perolehan saham tersebut mempunyai tujuan untuk mengendalikan
perusahaan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan “pengendalian”
perusahaan adalah kemampuan untuk menentukan pengelolaan dan/atau
kebijaksanaan perusahaan target dengan cara apapun, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Dalam hal ini mungkin dilakukan dengan caracara : (1) menggantikan direksi/komisaris, (2) menempatkan orangorangnya dalam pos-pos penting lainnya, (3) atau dapat mempunyai suara
46

Ibid.hal. 192

28

Universitas Sumatera Utara

menentukan dalam hal dilakukannya rapat umum pemegang saham dan (4)
berdasarkan konsep preasumsi 25 % suara.
Konsep preasumsi 25 % suara maksudnya adalah ada preasumsi bahwa
jika ada pihak yang memiliki saham minimal 25 % maka dia secara yuridis
dianggap telah mengendalikan perusahaan. Demikian juga sebaliknya, jika ada
pihak yang menguasai saham tidak sampai 25 % maka ia tidak dianggap

mengendalikan perusahaan tersebut, juga dengan kekecualian yang dapat
dibuktikan sebaliknya. 47 Misalnya sungguhpun saham yang dikuasi masingmasing pihak dibawah 25 % tetapi jika bersama-sama saling terafiliasi atau
mempunyai hubungan tertentu, sehingga secara bersama-sama mereka memiliki
saham minimal 25 %, maka tentu yang bersangkutan dapat dianggap telah
memiliki saham 25 % tersebut. Tinggal kewajibannya untuk membuktikan salah
satu diantara dua, yaitu (1) apakah dia mematahkan bukti bahwa diantara mereka
tersebut tidak mempunyai hubungan, dan/atau (2) sungguhpun hubungan tersebut
ada, tetapi dapat dibuktikan bahwa mereka tidak mengendalikan target tersebut. 48
Berbeda dengan pengaturan yang baru, dalam Kep-246/BL/2011 dikatakan
bahwa untuk dapat melakukan penawaran tender (tender offer), pihak yang ingin
melakukan penawaran tender (tender offer) harus memiliki saham perusahaan
minimal 50 % saham dari seluruh saham yang disetor penuh 49.

47

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt569f134ede52f/klasifikasi-saham , diakses
tanggal 02 Maret 2017, pukul 9.24 WIB
48
M. Arif Syahputra Harahap, Op. cit., hal. 62
49

Kep-264/BL/2011, Lampiran IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka
angka 1 huruf c

29

Universitas Sumatera Utara

Ada serangkaian aturan yang harus diikuti oleh perusahaan yang berniat
melakukan penawaran tender (tender offer). Yang pertama, karena penawaran ini
bersifat tender, perusahaan itu harus mengumumkan rencana penawaran
tender (tender offer) di media massa.
Setelah penawaran tender ( tender offer) selesai dilakukan, pemegang
saham pengendali kemudian wajib melakukan Refloating atau pelepasan kembali
sejumlah saham kepada publik. Aturan ini dibuat supaya saham emiten kembali
likuid ditransaksikan serta tidak mudah bagi emiten yang bersangkutan untuk
mengubah status perusahaannya menjadi perusahaan tertutup (go private).
Ketentuan refloating saham tersebut ada pada Peraturan Bapepam-LK
(kini Peraturan OJK) Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan
Terbuka. Dalam beleid itu disebutkan, ketika terjadi perubahan pengendalian baru
pasca penawaran tender (tender offer) dengan kepemilikan saham 80 persen dari

modal disetor perusahaan terbuka, pengendali baru wajib mengalihkan kembali
saham (refloat) kepada masyarakat minimal 20 % dalam periode 2 (dua) tahun 50.
Namun,

dalam

kondisi

tertentu,

pemegang

saham

pengendali

diperkenankan untuk menunda kewajiban refloat selama maksimal 5 (lima) tahun
pasca penawaran tender (tender offer), namun dengan ketentuan sebagai berikut
:(1) dalam kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) turun melebihi 10 persen
dalam tiga hari bursa berturut-turut.


50

Keputusan Bapepam-LK (Sekrang menjadi OJK) Nomor Kep-246/BL/2011 Lampiran
IX.H.1 Angka 5 huruf a

30

Universitas Sumatera Utara

(2) dalam kondisi bursa efek ditutup,(3)dalam kondisi saham emiten sedang
dihentikan sementara (suspend) perdagangannya oleh bursa efek, (4) dalam
kondisi keadaan darurat (perang, huru hara), dan (5) ketika harga saham emiten
tersebut pada masa refloat tidak pernah sama atau lebih tinggi dari harga
penawaran tender (tender offer). 51
Ketika hal-hal tersebut di atas terjadi, maka pemegang saham pengendali
emiten boleh meminta perpanjangan waktu refloat yang berlaku selama enam
bulan, lalu bisa kembali memperpanjangnya dalam tempo enam bulan berikutnya,
dan begitu seterusnya hingga maksimal mencapai lima tahun pasca penawaran
tender (tender offer).


B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penawaran Tender (Tender Offer)
Pihak-pihak atau institusi dalam penawaran tender (tender offer) tercantum
dalam Keputusan Bapepam-LK No. Kep-246/BL/2011 Kep-264/BL/2011,
Lampiran IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. Setiap pihak
yang disebut dalam Keputusan tersebut, diberikan kewenangan. Adapun pihakpihak tersebut adalah:
1) Perusahaan terbuka
2) Kelompok yang Terorganisasi.
3) Pengendali Perusahaan Terbuka
4) Otoritas Jasa Keuangan

51

Keputusan Bapepam-LK (Sekarang menjadi OJK) Nomor Kep-246/BL/2011 Lampiran
IX.H.1 Angka 5 huruf d

31

Universitas Sumatera Utara


Berikut adalah penjelasan mengenai pihak-pihak tersebut:
1. Perusahaan Terbuka
Dalam ketentuan nomor 1 huruf a Lampiran IX.H.1, yang dimaksud
dengan Perusahaan Terbuka adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran
Umum Efek Ekuitas atau Perusahaan Publik.
Dari definisi diatas terdapat 2 (dua) jenis Perusahaan Terbuka yang
dimaksud, antara lain : (1) emiten yang telah melakukan penawaran umum efek
bersifat ekuitas, dan (2) perusahaan publik.
Undang-undang Perseroan Terbatas sendiri mempunyai arti yang berbeda
mengenai perusahaan tersebut, antara lain: 52
1) Perseroan

yang

melakukan

penawaran

umum, yang mana

dalam

praktiknya emiten yang melakukan kegiatan penawaran efek untuk
menjual kepada masyarakat umum wajib berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan pada saat hendak
melakukan penawaran umum dan penawaran umum baru perseroan
tersebut lebih dulu mendaftar ke Badan Pengawas Pasar Modal atau
Bapepam-LK (yang sekarang berganti dengan OJK)

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 Undang-undang Pasar Modal.
2) Perseroan Publik, yang mana perseroan wajib memiliki pemegang saham
sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) orang, modal disetor sekurangkurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga miliar Rupiah) atau suatu jumlah
pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan
52

Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas (Jakarta : Sinar Grafika, 2011)

hal. 94

32

Universitas Sumatera Utara

pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 22 UndangUndang Pasar Modal

2. Kelompok yang Terorganisasi
Angka 1 huruf b Lampiran IX.H.1 menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Kelompok yang Terorganisasi adalah pihak-pihak yang membuat rencana,
kesepakatan atau keputusan untuk bekerjasama mencapai tujuan tertentu.

3. Pengendali Perusahaan Terbuka
Yang dimaksud dengan Pengendali Perusahaan Terbuka adalah pihak yang
memiliki saham lebih dari 50 % (lima puluh perseratus) dari seluruh saham yang
disetor penuh, atau Pihak yang mempunyai kemampuan untuk menentukan, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan cara apapun mengelolaan dan/atau
kebijaksanaan Perusahaan Terbuka (dalam angka 1 huruf c Lampiran IX.H.1)

Jadi, dalam hal ini yang bisa dikatakan sebagai pengendali adalah:

1. Pihak yang memiliki saham lebih dari 50% dari seluruh saham yang disetor
penuh (de jure control, kendali secara yuridis); atau
2. Pihak yang mempunyai kemampuan untuk menentukan pengelolaan
dan/atau kebijaksanaan perusahaan terbuka. Baik Langsung Maupun Tidak
Langsung, Dengan Cara Apapun (de facto control, kendali secara nyata).

Dalam pengadilan, argumentasi tentang pengendalian ini bisa sangat
bervariasi.Pembuktian kepemilikan saham melebihi 50% saham jauh lebih mudah

33

Universitas Sumatera Utara

dibanding dengan kemampuan untuk menentukan pengelolaan
kebijaksanaan

perusahaan

terbuka.

Secara

doktrinal,

dan/atau

kemampuan

untuk

menentukan kebijakan perusahaan ini bisa diketahui melalui 53:

a. Kewenangan menunjuk Direksi dan Dewan Komisaris dalam Anggaran Dasar

Dalam Anggaran Dasar, pihak atau perusahaan tertentu diberikan hak
untuk menunjuk jabatan-jabatan strategis dalam perusahaan, seperti Direksi dan
Dewan Komisaris. Untuk Direksi, tidak harus Direktur Utama, tetapi justru
Direksi yang menjadi ujung tombak perusahaan. Misalnya: Direktur Keuangan
atau Direktur Operasional.

b. RUPS dan perubahan Anggaran Dasar

Dalam RUPS, selain pihak atau perusahaan tertentu tadi bisa menentukan
jabatan strategis pada manajemen, juga bisa memiliki kemampuan untuk
mengubah Anggaran Dasar. Misal: anggota Direksi adalah 3 orang, dengan
jabatan Direktur Utama, Direktur Operasional dan Direktur Keuangan. Kuorum
Rapat Direksi diubah dari suara bulat (uninamous decision) menjadi
mayoritas.Jika Direktur Keuangan dan Direktur Operasional ditunjuk oleh satu
pihak, maka perusahaan bisa jalan dengan kehadiran keduanya untuk rapat dan
pengambilan keputusan.Tanpa keterlibatan Direktur Utama.Perubahan Anggaran
Dasar lainnya juga bisa dilakukan terkait dengan kuorum RUPS.

53

http://strategihukum.net/menyibak-perubahan-pengendali-perusahaan-melalui-akuisisi ,
diakses tanggal 6 Maret 2017, pukul 2.13 WIB

34

Universitas Sumatera Utara

c. Saham dengan Hak Khusus

Selain dua hal di atas, bisa juga pihak atau perusahaan tersebut memiliki
saham minoritas dalam perusahaan. Tetapi ia memiliki hak khusus yang melekat
pada sahamnya. Misalnya karena kelas saham yang berbeda, seperti saham
preferen. Apalagi apabila ia bisa melakukan hak veto terhadap RUPS. Maka
keputusan RUPS bisa menjadi “dead-lock” tanpa persetujuannya.

d. Laporan Keuangan

Apabila pihak atau perusahaan mengkonsolidasikan laporan keuangannya
dengan laporan keuangan perusahaan pengendali untuk tujuan pengawasan alur
keuangan induk ke anak-anak perusahaannya. Ini sudah sangat jelas menunjukkan
bahwa ia adalah pengendali. Mengapa? Karena pada umumnya berdasarkan
Prinsip-prinsip Standar Akuntansi Keuangan yang diakui secara internasional, jika
perusahaan memiliki lebih dari 50% saham pada perusahaan lainnya, secara
otomatis laporan keuangan tersebut harus dikonsolidasikan ke perusahaan induk.

Maka, hal yang demikian juga bisa digunakan untuk meneliti pengendalian
dalam konteks perusahaan tertutup sekalipun.Jadi, apabila Anda melakukan
pengalihan saham dengan mengakibatkan hal-hal yang disebutkan di atas, maka
Anda sudah melakukan pengambilalihan alias akuisisi.Entah itu perusahaan
tertutup, apalagi perusahaan terbuka.

35

Universitas Sumatera Utara

4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan sebuah lembaga baru yang
dirancang untuk melakukan pengawasan secara ketat lembaga keuangan seperti
perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan
asuransi. Adapun tujuan utama pendirian OJK adalah: Pertama, meningkatkan dan
memelihara kepercayaan publik di bidang jasa keuangan. Kedua, menegakkan
peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan.Ketiga, meningkatkan
pemahaman publik mengenai bidang jasa keuangan.Keempat, melindungi
kepentingan konsumen jasa keuangan. 54Adapun sasaran akhirnya adalah agar
krisis keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang lalu tidak terulang
kembali.

Menurut UU No 21 tahun 2011 Bab I pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
dengan OJK “adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan
pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini”

Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai pengorganisa
sian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.Diharapkan dengan
dibentuknya OJK ini dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di
dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga
54

Pasal 5 Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

36

Universitas Sumatera Utara

dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan dan agar adanya
pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.

Bidang

Pengawasan

Sektor

Pasar

Modal

mempunyai

tugas

penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan sektor pasar modal yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Dalam melaksanakan fungsi bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal
mempunya tugas pokok:
a. Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang Pasar Modal;
b. Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Modal;
c. Menetapkan ketentuan akuntasi di bidang Pasar Modal;
d. Merumuskan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang
Pasar Modal;
e. Melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan Pasar Modal
termasuk Pasar Modal Syariah;
f. Melaksanakan penegakan hukum di bidang Pasar Modal;
g. Menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh OJK, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian;
h. Merumuskan prinsip-prinsip Pengelolaan Investasi, Transaksi dan
Lembaga Efek, dan tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik;

37

Universitas Sumatera Utara

i. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperolah
izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak lain yang
bergerak di bidang Pasar Modal;
j. Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau menetapkan penggunaan
pengelola statuter terhadap pihak/lembaga jasa keuangan yang melakukan
kegiatan di bidang Pasar Modal dalam rangka mencegah dan mengurangi
kerugian konsumen, masyarakat dan sektor jasa keuangan; dan
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner

C. Prosedur Penawaran Tender (Tender Offer) di Indonesia
Setiap pihak yang melakukan penawaran tender (tender offer) harus pula
memperhatikan prosedur yang berlaku untuk penawaran tender (tender offer),
yaitu:
1. Tahap pengumuman Rencana Penawaran Tender (tender offer)
Pengumuman rencana penawaran tender (tender offer) ini dilakukan lewat
minimal 2 (dua) surat kabar. Pengumuman ini antara lain memuat :
a) identitas pihak pelaku penawaran tender (tender offer)
b) persyaratan khusus penawaran tender (tender offer)
c) penyataan bahwa pihak penawar tender telah mempunyai dana yang
cukup, pernyataan mana dibuat akuntan, bank dan penjamin emisi efek
Teks pengumuman rencana penawaran tender (tender offer) wajib
disampaikan kepada OJK dan kepada perusahaan target dalam waktu selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum dimuat teks yang bersangkutan dalam 2

38

Universitas Sumatera Utara

(dua) surat kabar tersebut. Banyak konsekuensi hukum yang terjadi dengan
diumumkannya rencana penawaran tender (tender offer) tersebut, antara lain
bahwa sekali pengumuman telah dilangsungkan, maka tender offer tersebut tidak
dapat dicabut/dbatalkan kembali. Kecuali jika terdapat persetujuan Bapepam-LKLK (sekarang OJK) untuk itu 55.
Harga penawaran dalam suatu penawaran tender (tender offer) adalah
sebagai berikut:
a)

harga penawaran tender (tender offer) tertinggi yang diajukan sebelumnya
oleh Pihak yang sama dalam jangka waktu 180 (serratus delapan puluh) hari
sebelum pengumuman

b)

harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian terakhir di Bursa
Efek selama 90 (Sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumuman

c)

harga rata-rata dari harga tertinggi pada perdagangan harian di bursa efek
dalam waktu 12 (dua belas) bulan terakhir yang dihitung mundur dari hari
perdagangan terakhir atas saham yang dimaksud, dalam hal saham dan/atau
waran Perusahaan Sasaran tidak diperdagangkan di Bursa Efek dalam
jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum pengumuman

d)

harga wajar yang ditetapkan oleh Penilai, dalam hal penawaran tender
(tender offer) dilakukan atas saham dan/atau waran Perusahaan Sasaran
yang tidak tercatat di Bursa Efek

55

Pasal 6 Peraturan OJK Nomor 54/POJK.04/2015 tentang Penawaran Tender Sukarela

39

Universitas Sumatera Utara

Tahap penyampaian pernyataan penawaran tender (tender offer)

2.

Pernyataan penawaran tender (tender offer) adalah suatu dokumen yang
wajib disampaikan kepada OJK dan kepada pihak-pihak lainnya yang melakukan
penawaran tender (tender offer). Penyaampaian pernyataan penawaran tender
(tender offer) diumumkan dalam paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian
berbahasa Indonesia, salah satunya berperedaran nasional, pada tanggal yang
bersamaan dengan penyampaian pernyataan penawaran tender (tender offer) pada
OJK. Adapun pernyataan ini disampaikan kepada :
a. OJK
b. Bursa Efek dimana efek Bersifat Ekuitas itu dicatat
c. Perusahaan Target
d. Pihak Lain yang telah melakukan penawaran tender (tender offer) efek
tersebut masa berlakunya masih belum berakhir.

3.

Tahap Efektifnya masa penawaran tender (tender offer)

Masa Penawaran Tender menjadi efektif pada hari ke 15 (lima belas) sejak
diterimanya pernyataan penawaran tender (tender offer) secara lengkap oleh OJK.

4.

Tahap pengumuman pernyataan penawaran tender (tender offer)

Dalam tahap ini, yaitu selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sejak
pernyataan penawaran tender (tender offer) menjadi efektif, maka pernyataan
penawaran tender wajib diumumkan dalam sekurang-kurangnya dalam 2 (dua)
surat kabar harian.

40

Universitas Sumatera Utara

Dalam tahap ini, pihak perusahaan target, pihak terafiliasi, dan lain-lain
dapat mengajukan pernyataan tertulis yang salinannya wajib diserahkan ke OJK,
yang berisikan informasi tertulis untuk mendukung atau menentang penawaran
tender (tender offer) tersebut.

5. Tahap bantahan dari Direksi/Komisaris Perusahaan Target
Perusahaan Target diwajibkan melakukan bantahan jika direksinya atau
komisarisnya mengetahui bahwa pernyataan penawaran tender (tender offer)
tersebut mengandung informasi yang tidak benar atau menyesatkan, dan bantahan
tersebut wajib diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian dalam waktu paling
lambat 15 (lima belas) hari sebelum berakhir Masa Penawaran Tender

6. Tahap Berakhirnya Masa Penawaran Tender
Masa penawaran tender (tender offer) berakhir sekurang-kurangnya dalam
waktu 30 hari dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu menjadi paling lama 90
(Sembilan puluh) hari, kecuali disetujui lain oleh OJK.

7. Tahap penyelesaian transaksi
Dalam tahap ini, yakni dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari
setelah penawaran berakhir, maka transaksi penawaran tender (tender offer) wajib
diselesaikan. Yakni dengan penyerahan uang, penyerahan efek, atau dikembalikan
efek yang telah ditenderkan dan sebagainya.

41

Universitas Sumatera Utara

8.

Tahap laporan akhir

Dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak tanggal penyelesaian penawaran
tender berakhir, maka pihak yang melakukan penawaran tender (tender offer)
tersebut wajib melaporkan hasil dari penawaran tender (tender offer) tersebut
kepada OJK.

D. Larangan Dalam Penawaran Tender (Tender Offer) di Indonesia
Demi menjaga ketertiban keadilan dalam pelaksanaan suatu penawaran
tender (tender offer), maka peraturan perundang-undangan, melarang kepada
pihak yang terikat dalam suatu penawaran tender (tender offer) untuk melakukan
sebagai berikut: 56
1. Melarang pihak pelaku penawaran tender (tender offer) untuk
membatalkan penawaran tender (tender offer) tersebut etelah dilakukan
pengumuman di 2 (dua) surat kabar. Kecuali jika ada persetujuan dari
Pihak Bapepam-LK
2. Dilarang menetapkan harga saham suatu penawaran tender (tender
offer) yang lebih rendah dari yang diharuskan
3. Dilarang melakukan penyelesaian transaksi dalam penawaran tender
(tender offer) lebih lama dari 12 hari setelah penawaran berakhir

56

Munir Fuady, Loc. Cit

42

Universitas Sumatera Utara

4. dilarang melakukan penawaran tender (tender offer) yang jangka waktu
penawarannya kurang dari 30 hari, kecuali jika disetujui sebaliknya
oleh OJK
5. Pihak yang melakukan tender offer dilarang membeli atau menjual efek
bersifar ekuitas yang sedang ditawarkan dalam jangka waktu 15 hari
sebelum penerbitan pengumuman di dua surat kabar tentang penawaran
tender (tender offer) tersebut.
6. Perusahaan target dari penawaran tender (tender offer) dilarang
melakukan transaksi yang semata-mata dilakukan untuk menhalanghalangi perubahan pengendalian perusahaan target dalam jangka wakt
15 hari sebelum pengumuman mengenai penawaran tender (tender
offer).
7. Dilarang kepada pihak yang melakukan penawaran tender (tender offer)
atau pihak terafiliasi untuk membuka rahasia mengenai rencana suatu
penawaran tender (tender offer) dalam jangka waktu 15 hari sebelum
pengumuman penawaran tender (tender offer).
8. Dilarang kepada phak yang melakukan penawaran tender (tender offer)
untunk menetapkan pembatasan dan terms and condotins yang berbeda
berdasarkan pembedaan golongan atau kedudukan para pihak calon
penjula efek, kecuali apabila ada terdapat pembedaan haka tau manfaat
tertentu yang melekat pada efek tersebut.

43

Universitas Sumatera Utara

E. Keterbukaan dalam Pelaksanaan Penawaran Tender (Tender Offer)
Max Weber pernah mengatakan bahwa konsepsi dalam penerapan hukum
mutlak bagi proses industrialisasi suatu bangsa. 57Oleh karena itu, hukum
berkenaan dengan industri pasar modal yang berlaku sekarang harus dikaji
kembali, mengingat konsistensi dan oenerapan hukum pasar modal di Indonesia
masih menghambat penciptaan pasar modal yang efisien. 58
Sementara itu, isu utama yang harus dicermati dalam pasar modal adalah
prinsip keterbukaan karena prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar
modal dan sekaligus jiwa pasar modal itu sendiri, sebab keterbukaan tentang fakta
material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan terjadinya bahan pertimbangan bagi investor
sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian atau penjualan saham. 59
Keterbukaan merupakan suatu prinsip yang berlaku secara universal dalam
pasar modal.Prinsip keterbukaan yang merupakan sesuatu yang mutlak harus
dapat dilakukan semua pihak yang terlibat dengan kegiatan di pasar modal. 60
Menurut UU Pasar Modal pasal 1 angka 25 disebutkan, yang dimaksud
dengan keterbukaan (disclosure) adalah pedoman umum yang mensyaratkan
emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini
57

Leonard J. Theberge, “Law and Economic Development”, Journal of International Law
and Policy, Vol. 9, 1980, hal. 231
58
Adrian Sutedi, Segi-segi Hukum Pasar Modal.Bogor : PT. Ghalia Indonesia. Hal. 100
59
William H. Beaver, “The Nature of Madate Disclosure”, (dalamAdrian SutediIbid, hal.
100)
60
Rafles, S.H. M.H.Jurnal Hukum :Prinsip Keterbukaan, Pasar Modal dan Pengelolaan
Perusahaan Yang Baik. Fakultas Hukum, Universitas Jambi.

44

Universitas Sumatera Utara

untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh
informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek
tersebut.
Pengungkapan informasi tentang fakta material secara akurat dan dan
penuh diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan
mengantisipasi timbulnya pernyataan keterbukaan yang diwajibkan kepada
emiten, masyarakat dapat terhindar dari adanya penipuan 61.
POJK No. 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas Informasi atau
Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik, Pasal 1 mendefinisikan
Informasi atau Fakta Material sebagai Informasi atau Fakta Material adalah
informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta
yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan/atau keputusan
pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau
fakta tersebut.
BerdasarkanPOJK No. 31/POJK.04/2015 ini tergambar jelas mengenai
informasi-informasi

apa

sajakah

yang

dapat

dikategorisasikan

sebagai

mengandung informasi material yang harus segera dilaporkan ke publik. Kriteria
informasi yang telah diatur tersebut juga menjadikan Emiten atau Perusahaan

61

Bismar Nasution, Op. Cit., hal. 27

45

Universitas Sumatera Utara

Publik dapat menjalankannya kewajibannya tersebut dengan lebih jelas dan
terukur. 62
Tidak semua informasi harus disampaikan kepada publik, tetapi merujuk
kepada POJK No. 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas Informasi atau
Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik, telah menenentukan bahwa
hanyalah Informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi harga efek atau
keputusan investasi pemodal yang wajib diinformasikan ke OJK dan masyarakat
paling lambat akhir hari kerja ke-2 setelah keputusan atau terdapatnya informasi
atau fakta material tersebut yang mempengaruhi nilai efek perusahaan atau
keputusan investasi pemodal. Hal ini berarti tolok ukur dan kriteria fakta material
harus berpedoman kepada peristiwa, kejadian, atau fakta material tertentu yang
antara lain adalah informasi 63:
a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau
pembentukan usaha patungan;
b. Pemecahan saham atau pembagiandividen saham;
c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. Produk atau penemuan baru yang berarti;
f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen;

62

Pasal 6, POJK POJK No. 31/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan Atas Informasi atau
Fakta Material oleh Emiten atau Perusahaan Publik
63
http://business-law.binus.ac.id/2015/12/18/keterbukaan-informasi-fakta-material-dipasar-modal/ diakses tanggal 07 Juni 2017, pukul 21.00 WIB

46

Universitas Sumatera Utara

g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang
bersifat utang;
h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas
yang material jumlahnya;
i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau
direktur dan komisaris perusahaan.
Diakui bahwa keterbukaan merupakan terminologi yang teramat sering
dikumandangkan

dalam dunia hukum pasar modal, dan hukum pasar modal

sendiri seakan belum sah jika belum mengatur tentang keterbukaan ini. Oleh
karena itu, tidak heran jika peraturan perundang-undangan mengaturnya secara
rinci. Ada suatu dilema yang inheren dalam hukum pasar modal itu sendiri.
Disatu pihak, hukum terus mengejar dengan merinci sedetil-detilnya tentang halhal apa saja yang mesti di buka oleh pihak-pihak penyandang

kewajiban

keterbukaan, dilain pihak, hukum juga harus memperoleh kepentingan
kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut. 64
Kepentingan

tersebut

sering

kali

bertentangan

dengan

kewajiban

keterbukaan, misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak membuka (disclouse)
tentang informasi yang tergolong rahasia perusahaan. Maka dalam hal ini, sektor
hukum harus jeli menimbang-nimbang dan menyelaraskan kepentingan investor

64

Zulfan Chairi, Jurmal Hukum :Keterbukaan (Disclosure) di Pasar Modal. Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera Utara.

47

Universitas Sumatera Utara

dan pasar terhadap suatu keterbukaan dengan kepentingan emiten atau pihak
pihak

lain pemilik informasi. Keselarasan di antara dua kepentingan yang

kontradikitf tersebut tercermin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa
suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata-mata “full”, tetapi juga mestilah
“fair”, seperti yang tersimpul dalam istilah full and fair disclosure. Selain dari itu,
sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu sistem hukum perdata kita, secara
hukum dalam jual beli, si penjual diwajibkan untuk menanggung atas seluruh
cacat yang tersembunyi dari barang yang dijualnya tersebut. 65
Dokrin hukum tentang kewajiban keterbukaan bagi suatu perusahaan
terbuka ini mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut 66:
a. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi
b. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi
c. Prinsip ekuilibrum antara efek negative kepada emiten di satu
pihak dengan di pihak lain, efek positif kepada public jika
dibukanya informasi tersebut
Beberapa hal lain yang sering kali dilarang dalam hal keterbukaan
informasi antara lain. 67
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali
b. Memberikan informasi yang setengah benar
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap

65

Ibid
Munir Fuady II, Op. Cit, hal 13
67
Ibid
66

48

Universitas Sumatera Utara

d. Sama sekali diam terhadap fakta/ informasi material
Keempat model pelanggaran ini dilarang karena oleh hukum dianggap data
menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan judgement-nya untuk
membeli

atau tidak membeli suatu efek. Misleading merupakan suatu

penyimpangan prinsip keterbukaan di pasar modal berupa pemberian informasi
yang tidak benar atau menyesatkan 68.
Alasan utama mengapa suatu keterbukaan dilakukan adalah agar pihak
investor dapat melakukan suatu keputusan untuk membeli atau tidak membeli
efek. Karena suatu keputusan akan merupakan suatu landasan bagi terbentuknya
suatu harga pasar yang wajar. Dalam hal ini, suatu harga akan wajar apabila dapat
merefleksi nilai interinsik dari efek, di mana nilai interinsik sangat bergantung
pada seberapa efisien tersedianya informasi tentang perusahaan

yang

bersangkutan. 69
Dalam tradisi common law manajemen yang menjadi target penawaran
tender (tender offer) mempunyai kewajiban untuk menunjukakan secara
substantive dan procedural, bahwa dalam penawaran tender (tender offer) tersebut
managemen yang menjadi target tidak mempunyai conflict of interest. 70 Standar
yang dipakai dalam kejadian ini ditentukan berdasarkan kejujuran (honestly),
itikad baik (good faith), tingkah laku yang loyal (loyal conduct) dan lain-lain.71
Selanjutnya manajemen yang menjadi target diwajibkan membuktikan bahwa
68

Ibid, hal. 79
Ibid hal. 80
70
Lewis D. Solomon, Donald E. Schwartz, Jeffrey D. Bauman, Elliot J. Weis,
Corporations Law and Policy Materials and Problemshal, (dalam Bismar Nasution, Ibid. Hal. 246)
71
Ibid
69

49

Universitas Sumatera Utara

tindakannya tersebut untuk kepentingan perusahaan dan adil (fair) terhadap
perusahaan dan pihak-pihak lainnya.
Mereka yang mengajukan penawaran tender (tender offer) harus
membuktikan bahwa penawaran tender (tender offer) tersebut untuk kepentingan
perusahaan, maka pelaksanaannya juga harus mendapat pengawasan. 72
Pertama, penawaran tender (tender offer) harus dinilai oleh institusi yang
independen. Untuk melihat apakah penawaran tender (tender offer) adil bagi
pemegang saham dan apakah juga adil baik perusahaan target, maupun pembeli.
Selanjutnya dilihat apakah kepentingan ekonomi masyarakat terlindungi.Kedua,
penilaian institusi yang independen harus tersedia kepada kedua belahpihak.
Ketiga, penawaran tender (tender offer) secara parsial harus dilarang dan terakhir,
penawaran tender (tender offer) harus disetujui oleh pemegang saham dari
perusahaan pengambilalih. 73
Penawaran tender (tender offer) yang dilakukan harus dapat dibuktikan
untuk kepentingan perusahaan. Peralihan institusi yang independen harus tersedia
kepada pemegang saham dan perusahaan target.Selanjtnya, harus dilarang
penawaran tender (tender offer) yang dilakukan secara parsial dan penawaran
tender (tender offer) harus disetujui sebelumnya oleh pemegang saham dari
perusahaan pengambilalih.

72

Ibid, Hal. 247
The Honorable Arthur J. Goldberg, “regulation of Hostile Tender Offer : A Dissenting
View and Recommended reforms, “Maryland Law Review, (Vol. 43, 1984), hal. 292-234) (dalam
Bismar Nasution, Ibid)
73

50

Universitas Sumatera Utara

Disamping itu, perlu diperhatikan fenomena perusahaan yang sudah go
public, dan peminat yang mau melakukan pengambilalihan khawatir maksudnya
akan dihalangi, dapat langsung melangkahi manajemen atau pemegang saham
yang mungkin tidak setuju, melalui apa yang dikenal sebagai hostile take over.
Pertama, peminat, ada yang menamakannya insurgent atau aggressor,
mengajukan usul kepada pemegang saham lainnya “mengumpulkan mandat”,
bersatu suara menggeser manajemen yang ada dan memasukkan Direktur yang
menjadi calonnya. Pengambilalih harus meyakinkan para pemegang saham bahwa
mereka akan mendapat keuntungan yang lebih baik apabila perusahaan berada
dibawah manajemen yang baru. Kesulitannya antara lain kadang-kadang sukar
mendapatkan daftar pemegang saham dan harusnya membiayai sendiri kampanye.
Pilihan kedua, dilakukan oleh insurgent dengan membuka penawaran
kepada para pemegang saham bahwa ia bersedia membeli sejumlah saham
sehingga ia dapat mengontrol perusahaan target, dalam jangka waktu tertentu
diatas harga pasar. Tentu dengan premium yang tinggi.

51

Universitas Sumatera Utara