Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

  

BAB lll

METODE PENELITIAN

  3.1. Tipe Penelitian

  Adapun tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam (Siagian, 2011:53)

  3.2 Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian ini dilakukan terhadap penduduk Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo yang berada di posko pengungsian Universitas Karo Kabanjahe.

  Adapun alasan pemilihan lokasi dikarenakan Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung yang berada di radius 2 kilometer dan sudah hampir setahun penduduk Desa Bekerah berada di pengungsian.

  3.3 Populasi

  Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan penelitian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian, 2011: 155). Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh penduduk Desa Bekerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Sinabung berjumlah 348 jiwa yang berada di posko pengungsian Universitas Karo.

  3.4 Sample

  Roscoe dalam Siagian (2011) mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Apabila sampel lebih dari 100, maka yang diambil adalah 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009). Sehingga diperoleh sampel penelitian sebagai berikut: 10% x 348= 34,8 yaitu 38 jiwa.

  Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalisasi yang berkaitan atau berlaku bagi populasi (Siagian, 2011). Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Sehingga ditetapkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung.

  3.5 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut : a.

  Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang di teliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah dan surat kabar serta tulisan yang ada kaitanya dengan masalah yang di teliti.

  b.

  Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan peneliti langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Instrumen penelitian ini adalah alat yang di gunakan dalam rangka studi lapangan, yang dalam penelitian sosial dikenal dengan a.

  Kuesioner yaitu teknik pengumpilan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis.

  b.

  Wawancara yaitu teknik pengumpulan data melaui proses tanya jawab yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban yang diberi oleh wawancara (Fathoni,2006:105-109).

3.6 Teknik Analisa Data

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t. Adapun teknik pengujian hipotesis korelasi uji t dinyatakan dengan rumus:

  = ∑D

  2

  2 ) �N ∑ D

  − (∑D N−1

  Keterangan: t = Nilai mean kelompok sampel d = Perbedaan skor antara Subyek

2 D = Kuadrat perbedaan skor

  N = Jumlah sampel Dimana : ∑D

  :Jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2 (perlakuan kedua) ∑

  2

  :Jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan kedua N :Sampel

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

  4.1.Lokasi Penelitian

  Bab ini berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian dimana peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Bekerah sebagai dokumentasi dampak langsung yang di timbulkan pasca meletusnya Gunung Sinabung. Desa Bekerah adalah salah satu desa yang terkena dampak letusan Gunung Sinabung, sehingga seluruh penduduknya harus di ungsikan ke tempat yang lebih aman yaitu ke posko-posko pengungsian yang berada di Kabanjahe dan sekitarnya. Desa ini berada di radius 2 kilometer dari puncak Gunung Sinabung dan termasuk kawasan zona merah atau daerah berbahaya karena rawan lontaran batu pijar, awan panas, gas beracun dan lahar dingin yang bisa menyembur sewaktu-waktu. Oleh sebab itu Desa Bekerah sama sekali tidak boleh di tempati hingga saat ini, yang menjadi objek penelitian ini adalah penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian Universitas Karo ( UKA) Kabanjahe.

  Universitas Karo dahulunya adalah salah satu universitas swasta yang berada di Kabanjahe Kabupaten Karo. Namun, kini Universitas Karo (UKA) telah berpindah tempat ke Desa Peceren Berastagi dan berganti nama menjadi Universitas Quality. Kampus Universitas Karo tidak dipergunakan lagi dan sekarang menjadi posko pengungsian korban letusan Gunung Sinabung.

  4.2. Sejarah Berdirinya Desa Bekerah

  Dahulu kala Desa Bekerah adalah barung-barung (ladang) Desa Sibintun nama Desa Bekerah awalnya Bakerah-bakerah yang artinya adalah jurang-jurang karana Desa Bekerah di kelilingi oleh jurang, kini nama Bakerah-bakerah berubah menjadi Desa Bekerah. Desa ini didirikan oleh Batunanggar mergana atau Sitepu mergana (Sitepu Batunanggar) pada mulanya penduduk Desa Sibintun berladang di Bakerah-bakerah namun, karena sudah malas pulang ke Sibintun mereka “erberngi juma” (bermalam di ladang) lama kelamaan menjadi sebuah permukiman penduduk dan Bernama Desa Bekerah.

  Susunan masyarakat Desa Bekerah adalah sebagai berikut: 1.

  Sitepu Batunanggar merupakan Simanteki Kuta atau Pendiri kampung, marga Batunanggar dalam masyarakat Desa Bekerah pada umumnya adalah sebagai kalimbubu dan anak beru tuannya adalah Sembiring Mergana.

  2. Pengulu atau kepala Desa dari dahulu adalah Marga Batunanggar namun seiring dengan berjalanya waktu peraturan itu telah berubah sudah mulai di gantikan oleh marga-marga lain.

  3. Guru Sibaso (Dukun) dahulu masyarakat Desa Bekerah mempercayai Guru Sibaso, oleh sebap itu jika ada anggota keluarga mereka yang sakit mereka membawanya ke Rumah Sakit dan juga ke Guru Sibaso (ertambar kuta) 4. Kepercayaan yang mereka anut adalah masih menyembah roh nenek moyang, batu-batu, kayu besar dan juga ercibal belo.

5. Masyarakat penduduknya adalah Suku Karo ( Kepala Desa, September 2014)

  4.3. Gambaran Umum Desa Bekerah Sebelum meletusnya Gunung Sinabung

  Desa Bekerah berada di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara. Adapun batasan-batasan Desa Bekerah adalah sebagai berikut:

  1. Sebelah Barat : Berbatasan dengan hutan lindung Sinabung

  2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Suka Meriah

  3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Gamber

  4. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Simacem

  4.3.1 Luas Wilayah

  Luas wilayah Desa Bekerah adalah Luas permukiman penduduk : 500 Ha Jumlah Kepala keluarga : 115 Kk Jumlah penduduk : 348 Jiwa

  4.3.2. Jumlah Penduduk

  Sebelum Gunung Sinabung meletus jumlah penduduk Desa Bekerah sebanyak 338 jiwa (115 kepala keluarga) rata-rata per KK adalah 2.93. Jumlah penduduk dari tahun ketahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan adanya angka kelahiran yang tinggi oleh karena penduduk Desa Bekerah pada umumnya menikah di usia muda. Penduduk Desa Bekerah mayoritas penduduknya adalah suku Batak Karo sebagai suku asli yang mendiami daerah ini. Namun setelah Gunung Sinabung meletus penduduk Desa Bekerah diungsikan kebeberapa posko pengsungsian salah satunya adalah posko Universitas Karo ( UKA). Penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian Universitas Karo (UKA ) bertambah 10 orang dengan adanya kelahiran bayi sehingga jumlah penduduk Desa Bekerah menjadi 348 jiwa.

  4.3.3. Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Posko Pengungsian UKA

  Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

  Grafik 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bekerah Laki-laki 41%

  59% Perempuan Sumber : Kepala Desa, September 2014

  Grafik diatas menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Bekerah sebanyak 338 penduduk. Dengan 41% berjenis kelamin laki-laki dan 59% berjenis kelamin perempuan. Maka dapat disimpulkan bahwa di Desa Bekerah lebih banyak penduduk berjenis kelamin laki-laki daripada berjenis kelamin perempuan.

  Namun setelah Sinabung meletus berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah menurut jenis kelamin di posko pengungsian UKA Kabanjahe:

   Grafik 4.2 Jumlah Penduduk Desa Bekerah Di Posko Pengungsian UKA Kabanjahe Laki-laki 41%

  59% Perempuan Sumber: Kordinator Posko UKA, September 2014

  Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada berjenis kelamin perempuan. yaitu 41% berjenis kelamin perempuan dan 59% berjenis kelamin laki- laki hal ini dipengaruhi karena angka kelahiran bayi yang berjenis laki-laki lebih bayak darippada berjenis kelamin perempuan.

  4.3.4. Gambaran Penduduk Menurut Usia.

  Berikut adalah gambaran Penduduk Desa Bekerah yang terdiri dari berbagai kelompok usia sebelum meletusnya Gunung Sinabung yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

   Grafik 4.3 Gambaran Penduduk Desa Bekerah Menurut Usia 0-5 tahun 15%

  19% 6-10 tahun 11-18 tahun 11%

  13% 19-25 tahun 26-45 tahun

  14% 46-60 tahun 20% 61 tahun keatas

  8% Sumber Kepala Desa, September 2014

  Menurut hasil penelitian yang diperoleh di lapangan jumlah pendduduk Desa Bekerah yang berusia 26-45 tahun persentasenya adalah 20% yang merupakan persentase terbanyak dan persentase terkecil dengan jumlah penduduk yang berusia 19- 25 tahun dengan persentase 8 % . Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Bekerah lebih banyak berusia muda daripada lansia.

  4.3.5. Gambaran Penduduk Menurut Usia

  Penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat di gambarkan dalam grafik sebagai berikut:

  

Grafik 4.4

Gambaran Penduduk Desa Bekerah Menurut Jenis Kelamin di Posko UKA Kabanjahe

  9% 10% 0-5 tahun 6-10 tahun

  13% 11-18 tahun 23% 19-25 tahun 26-45 tahun

  20% 46-60 tahun

  60 S/D lanjud 17% 9%

  Sumber : Kordinator Posko UKA, September 2014

  Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase usia yang paling banyak adalah usia 6-10 tahun yaitu 23% dengan jumlah 80 jiwa, dan persentase yang paling sedikit adalah usia 19-25 tahun 7% dengan jumlah 24 jiwa. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe lebih banyak berusia muda daripada lanjut usia. Dimana persentase usia 60 S/D lanjud hanya 9% dengan jumlah 31jiwa.

  4.3.6. Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama

  Berdasarkan penelitian sebelum meletusnya Gunung Sinabung, penduduk Desa Bekerah pada umumnya adalah beragama Kristen Protestan hal ini dapat kita lihat pada grafik berikut;

  Grafik 4.5 Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama 11%

28%

  Islam Kristen Katolik 61%

  Sumber Kepala Desa, September 2014

  Menurut Kriteria yang dianut, pada umumnya penduduk Desa Bekerah mayoritas beragama Kristen yaitu sebanyak 205 jiwa dengan persentase 61%, sebagian penduduk beragama Islam yaitu sebanyak 97 jiwa dengan persentase 29% dan sebagian beragama Katolik dengan persentase 10% dengan jumlah penduduk 36 jiwa. Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tidak ada penduduk Desa Bekerah yang beragama Hindu dan Budha.

  Kehidupan beragama di kampung ini sangat baik, hal ini terbukti dengan adanyarasa yang saling menghargai di tengah masyarakat terhadap perbedaan agama yang mereka anut.

  Dengan adanya rasa tolerasnsi dan saling menghargai ini masyarakat bisa melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing dengan rasa aman dan nyaman.

  

Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama di Posko Pengungsian UKA

  Berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah berdasrkan agama di posko pengungsian UKA pasca meletusnya Gunung Sinabung :

  Grafik 4.6 Gambaran Penduduk Desa Bekerah

Berdasarkan Agama di Posko UKA

  33% Islam Katolik 53% Kristen 14%

  Sumber : Kordinator Pengungsi UKA, September 2014

  Grafik diatas menunjukkan bahwa lebih bayak pengungsi yang beragama Kristen jika dibandingkan dengan agama Islam dan Katolik yaitu dengan persentase 53% dengan jumlah 1 84 jiwa, sedangkan Islam 33% dengan jumlah 115 jiwa dan Katolik 14% dengan jumlah 49 jiwa.

  4.3.7 Gambaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  Berikut adalah gambaran penduduk Desa Bekerah berdasrkan tingkat pendidikan sebelum meletusnya Gunung Sinabung yang di peroleh peneliti dari kepala desa setempat.

  Di gambarkan dalam bentuk grafik di bawah ini:

  Grafik 4.7 Sumber : Kepala Desa, September 2014

  Pendidikan penduduk Desa Bekerah mengalami perkembangan yang baik, hal ini bisa di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterbukaan masyarakat terhadap hal-hal baru, adanya teknologi informsi sehingga masyarakat semakin pintar dan ada keinginan untuk maju. Dari grafik diatas pendidikan yang paling banyak adalah tamatan SLTA sekitar 27%. Kesadaran masyarakat Bekerah akan pentingnya pendidikan terbukti dengan tamatan universitas 6% dan pasca sarjana 4%. Walaupun tamatan universitas dan pasca sarjana perentasenya masih kecil, masih bisa dijadikan suatu prestasi karena mengingat mahalnya biaya pendidikan.

  15% 25% 18,% 27%

  5% 6% 4%

Gambaran Penduduk Desa Bekerah

Menurut Tingkat Pendidikan

  Tidak sekolah SD SLTP Sederajat SLTA Sederajat Akademi Universitas Gambaran penduduk Desa Bekerah Berdasrkan pendidikan pasca meletusnya Gunung Sinabung di pengungsian UKA digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

  Graik 4.8 Gambaran Penduduk Desa Bekerah di Posko UKA Menurut Tingkat Penddidikannya 3% 7%

  Tidak sekolah 13% SD 7,% SLTP 30% SLTA 13% Akademi Universitas Pasca Sarjana 27%

  Sumber : Kordinator UKA, September 2014 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak di posko UKA adalah SD dengan persentase 30% dengan jumlah 104 jiwa. Tingat pendidikan

  SLTP dengan persentase 27% dengan jumlah 93 jiwa dan persentase SLTA 13 % dengan jumlah 45 jiwa. Sedangkan persentase tingkat Akademi 7% dengan jumlah 24 jiwa, Universitas 7% dan persentase tingkat Pasca Sarjana adalah 3% dengan jumlah 10 jiwa. Dari data diatas tingkat pendidikan penduduk Desa Bekerah masih bisa di jadikan suatu prestasi karena meskipun dalam keadaan mengungsi mereka masih bisa melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga pasca sarjana walaupun dengan persentase kecil.

  4.3.8. Gambaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

  Sebelum Gunung Sinabung Meletus penduduk Desa Bekerah mengenal beberapa jenis mata pencaharian seperti misalnya PNS, Supir, Petani dan Pedagang. Kini mata pencaharian penduduk Desa Bekerah yang berada di posko pengungsian UKA Kabanjahe telah berubah total kecuali PNS dan Supir, para petani yang dahulunya bisa bertani di lahan mereka sendiri kini harus menjadi buruh tani keladang orang lain, yang dahulunya berdagang kini harus menjadi menjadi pengangguran dan sesekali menjadi buruh tani keladang orang lain itupun jika ada yang memerlukan tenaga mereka. Jika tidak maka mereka tidak akan bekerja.

4.3. Topografi Desa Bekerah Sebelum Gunung Sinabung meletus Desa Bekerah adalah aman, nyaman dan tentram.

  Tanahnya sangat subur, namun kini setelah Gunung Sinabung Meletus Desa Bekerah menjadi aliran lahar dingin dan semua infrastruktur desa menjadi rusak baik jalan raya, perumahan, listrik dan lahan pertanian.

  4.5 Gambaran Sarana dan Prasarana

4.5.1. Sarana Kesehatan

  Di Desa Bekerah terdapat 1 unit Puskesmas sebelum gunung sinabung meletus mayoritas penduduk Bekerah berobat ke puskesmas tersebut. Namun akibat bencana letusan Gunung Sinabung Puskesmas tersebut tidak bisa digunakan lagi karena telah menjadi aliran lahar dingin. Di posko pengungsian UKA Kabanjahe tidak memiliki sarana kesehatan jadi jika pengsungsi sakit mereka akan di rujuk ke Rumah Sakit Umum Kabanjahe dan Rumah Sakit Evarina Etaham Berastagi. Rumah sakit tersebut meenyediakan pengobatan gratis bagi pengungsi.

  4.5.2. Gambaran Sarana Pendidikan

  Sebelum Gunung Sinabung meletus anak-anak pengungsi Desa Bekerah yang mengungsi di Universitas Karo (UKA) Kabanjahe di Desa Bekerah tidak ada sarana pendidikan pada umumnya penduduk Desa Bekerah menyekolahkan anak nya ke desa tetangga jika SD, sekolahnya berada di Desa Gamber dan Simacem, jika SMP sekolanya berada di Desa Gamber Dan Singgarang-garang dan jika SMA berada di Desa Sibintun akan tetapi ada juga yng si luar kota seperti Medan dan Kabanjahe. Setelah Gunung Sinabung meletus anak-anak pengungsi bersekolah di Kabanjahe dan Simpang Empat. SMA di SMA Negeri 2 Simpang Empat dan yang SMP di SMP Negeri 2 Kabanjahe dan yang SD di SD Negeri Kabanjahe

4.5.3 Sarana Ibadah

  Hanya terdapat 2 unit Gereja di Desa Bekerah yaitu Gereja Pentakosta di Indonesia dan Gereja Katolik. Namun, setelah bereada di posko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabanjahe para pengungsi menggunakan salah satu ruangan UKA untuk beribadah.

4.6 Srtuktur Penanganan Pengungsi di Posko UKA Kabanjahe

  Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari Kordinator posko Pengungsian UKA Kabanahe susunan penanganan pengungsi di posko UKA adalah sebagai berikut 1.

  Kordinator : Sastra Ginting 2. Wakil Kordinator : Binlon Sitepu 3. Kepala urusan Konsumsi : Danto Sembiring 4. Kepala urusan Kebersihan :Tuah Sembiring 5. Kepala urusan administrasi dan keuangan : Muniken Sitepu

BAB V ANALISIS DATA Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil

  penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada penduduk Desa Bekerah di Posko Pengungsian Universitas Karo Kabanjahe yang telah ditetapkan sebagai responden, yaitu sebanyak 35 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban sampel penelitian. Analisis data yang dimaksud adalah interpestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut:

5.1. Identitas Responden

Tabel 5.1 No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

  1 Laki-laki 19 54%

  2 Perempuan 16 46% Total 35 100%

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi korban letusan Gunung Sinabung yaitu penduduk Desa Bekerah yang mengungsi di Posko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabanjahe dapat menjadi sampel. Teknik penarikan sampel yang telah ditetapkan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan dalam pengambilan sampel. Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah penduduk Desa Bekerah yang mengungsi si posko pengungsian UKA Kabanjahe saja. Berdasarkan Tabel 5.1 persentase responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 54% laki-laki dan 46% perempuan. Hal ini merupakan bukan sesuatu yang kebetulan. Pada saat melakukan penelitian, karena Penduduk Desa Bekerah di posko pengungsian UKA Kabanjahe memang lebih banyak pengungsi yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan.

Tabel 5.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Persentase

  1 23-33 7 20% 2 34-43 10 29% 3 45-53

  6 17% 4 56-63 3 8% 5 64-73 9 26%

  Total 35 100%

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa usia responden mulai dari usia 23 tahun hingga tertua adalah 73 tahun. Persentase yang paling banyak adalah usia 34-43 tahun yaitu 29% karena memang lebih banyak pengungsi yang berusia muda daripada lanjud usia Demikianlah peneliti mememukan sample usia penduduk Desa Bekerah yang mengungsi di posko Universitas Karo.

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

  16

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Toatal 35 100%

  14% 28%

  46% 6%

  10 6%

  5

  2

  2

  No Pekerjaan Jumlah Persentase

  Pengangguran

  Supir Berdagang

  5 PNS Bertani

  4

  3

  2

  1

  Dari tabel 5.3 jelas terlihat bahwa jenis pekerjaan responden dengan persentase 46% adalah petani. Karena responden pada umumnya adalah bertani sehingga meskipun di pengungsian mereka tetap bertani dengan menyewa lahan pertanian di sekitar Kabanjahe. Sedangkan persentase tertinggi ke dua adalah pengangguran dengan persentase 28% hal ini disebabkan karena mereka tidak mampu untuk menyewa lahan pertanian dan tidak mempunyai modal untuk berusaha, berusaha dalam hal ini berdagang sehingga pekerjaan responden tidak menentu.

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Agama NO Agama Jumlah Persentase

  1 Kristen 20 57%

  2 Islam 7 20%

  3 Katolik 8 23% Total 35 100

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Berdasarkan hasil kuesioner agama responden dengan persentase 57% adalah beragam Kristen, dan 23% adalah beragama Katolik dan agama Islam adalah 20%. Karena pada umumnya penduduk Desa Bekerah mayoritas beragama Kristen Protestan. Namun, meskipun berbeda agama penduduk Desa Bekerah yang mengungsi di UKA tetap hidup rukun dan saling menghormati antara satu agama dan agama lainnya.

5.5.1. Identitas Responden Berdasarkan Suku

  Berdasarkan hasil kuesioner semua responden adalah suku Karo, karena penduduk Desa Bekerah adalah mayoritas suku Karo. Hal ini karena Desa Bekerah berada di Kabupaten Karo demikianlah hasil yang di peroleh peneliti berdasarkan kuesioner (Sumber: Kuesioner,

  September 2014)

Tabel 5.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan

  

No Pendidikan Jumlah Persentase

  1 Tamat SD 5 14%

  2 Tamat SMP 12 34%

  3 Tamat SMA 16 46%

  4 Perguruan Tinggi 2 6% Total 35 100%

  Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat tidak ada responden yang tidak sekolah, pendidikan yang ditempuh responden sebanyak 46% adalah tamamatan SMA sedangkan 34% adalah tamatan SMP, 14% tamatan SD dan hanya 6% tamatan Perguruan Tinggi. Hal tersebut sudah dapat dijadikan suatu prestasi mengingat di Desa Bekerah tidak ada sarana pendidikan namun mereka menyadari pentingnya pendidikan.

5.2. Tentang Pendapatan

  Pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Berdasarkan hasil kuesioner, peneliti memperoleh data pendapatan responden sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.6 Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Meletusya Gunung

  

Sinabung

Sebelum Gunung Sinabung Meletus Setelah Gunung Sinabung Meletus No Jumlah F Persentase F Persentase

  • - 11 32%

  ≥ Rp. 500.000 Rp.500.000-Rp.2.000.00 10 29% 8 23% 25 71%

  16 45% ≤ Rp.2.000.000

  Total 35 100% 35 100%

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Sebelum meletusnya Gunung Sinabung pertanian di Desa Bekerah sangat luas dan subur karena dekat dengan gunung berapi Sinabung, sehingga sangat cocok dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan hasil kuesioner pendapatan responden setiap bulanya 71% adalah

  ≤ Rp.2.000.000. Pendapatan mereka dipengaruhi dengan tanaman yang mereka tanam, selain tanaman jangka panjang seperti kopi, mereka juga menanam tanaman jangka pendek seperti cabai, kol, kentang dan lain sebagainya sehingga menambah penghasilan. Namun, dari Tabel 5.6 jelas terlihat bahwa pendapatan responden setelah meletusnya Gunung Sinabung menurun drastis, mengingat sebelum Gunung Sinabung meletus responden tidak ada yang berpenghasilan

  ≥ Rp. 500.000 namun setelah Gunung Sinabung meletus meningkat menjadi 32% dan yang berpendapatan

  ≤ Rp.2.000.000 sebelumnya 71% menurun menjadi 45% begitu juga yang sebelumnya berpendapatan Rp.500.000-Rp.2.000.00 sebelumnya 29% menurun menjadi 23%. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pekerjaan mereka yang tidak menentu karena mereka sampai saat ini masih berada di posko pengungsian.

Tabel 5.7 Data Pencari Nafkah Dalam Keluarga Responden Sebelum dan Sesudah Meletusnya Gunung Sinabung Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus

  

No Pencari Frekuensi Persentase Pencari Frekuensi Persentase

Nafkah Nafkah

  1 Ayah dan Ibu 25 71% Ayah 15 43%

  2 Ayah, Ibu, 10 29% Ayah dan 12 34% Anak Ibu

  3 - - Ayah, Ibu, 8 23% Anak 35 100%

  35 100%

  Total Sumber : Kuesioner, September 2014

  Sebelum Gunung Sinabung Meletus pencari nafkah dalam keluarga mayoritas suami dan istri dan yang lainnya dibantu oleh anak-anaknya. Banyaknya jumlah suami istri dalam mencari nafkah karena dahulunya mereka masih mempunyai lahan pertanian dan bisa bercocok tanam. Sementara rumahtangga yang dibantu oleh anaknya adalah anak yang sudah tidak bersekolah lagi, sehingga anak dapat berpasrisipasi untuk mencari nafkah. Setelah Gunung Sinabung meletus mayoritas yang bekerja suami dan istri berkurang karena kini, mereka hidup di pengungsian dan sudah tidak bisa mempunyai lahan pertanian lagi sehingga terkadang hanya suami saja yang bekerja keladang orang lain dan istri hanya di posko pengungsian saja. Berbeda dengan responden yang tetatap bekerja adalah suami istri dan melibatkan anak dalam mencari nafkah karena mereka menyewa lahan pertanian di Desa Kacaribu yang tempatnya tidak jauh dari posko pengungsian UKA.

Tabel 5.8 Data Pendapatan Responden Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendidikan Anak Sebelum dan Sesudah Meletusnya Gunung Sinabung Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus NO Kategori Frekuensi Perentase Kategori Frekuensi Persentase

  1 Sangat 29 83% Sangat 7 20% Memenuhi Memenuhi

  2 Kurang 6 17% Kurang 19 54% Memenuhi Memenuhi

  3 Tidak Tidak - - 9 26% Memenuhi Memenuhi

  Total 35 100% 35 100%

  Sumber :Kuesioner, September 2014

  Untuk pendidikan anak, sebanyak 83% responden dengan kategori pendapatan sangat mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Hal ini dipengaruhi oleh karena pendapatan responden masih sangat besar. Namun, setelah Gunung Sinabung meletus hanya 20% responden yang mampu membiayai kebutuhan anaknya. Sebelumnya tidak ada responden yang tidak mampu membiayai kebutuhan pendidikan anaknya, Kini dalam kategori tidak memenuhi meningkat menjadi 26% dan dengan kategori kurang memenuhi sebelumnya hanya 17% kini menjadi 54%. Hal ini dipengaruhi pendapatan responden sudah sangat minim karena tidak ada lagi lahan pertanian dan hasil pertanian yang bisa di panen sehingga pendapatan menurun.

5.3. Tentang Pendidikan

Tabel 5.9 Data Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Bersekolah Sebelum dan

  

Sesudah Gunung Sinabung Meletus

Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus

  

No Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase

  1

  1 Anak 6 17%

  1 7 20%

  2

  2 Anak 25 72%

  2 23 66%

  3

  3 Anak 4 11%

  3 5 14% Total 35 100% 35 100%

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Jumlah anak yang dimiliki dan yang harus di tanggung oleh responden begitu bervariasi bahkan ada yang tiga anak. Pendidikan anak sekolah ini juga bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Setelah Gunung Sinabung meletus terjadi perubahan peningkatan pendidikan anak, jumlah anak responden yang bersekolah semakin banyak karena adanya beasiswa yang datang dari pemerintah ataupun pihak swasta yang bersedia membiayai anak-anak para pengungsi Gunung Sinabung terutama yang berada di perguruan tinggi.

Tabel 5.10 Data Sumber Biaya Pendidikan Anak Responden Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus NO Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekusensi Persentase

  1 Biaya Sendiri 32 91% Biaya 24 69% Sendiri

  • 2 Beasiswa Beasiswa

  5 14%

  3 Orang Lain 3 9% Orang 6 17% Lain

  Total 35 100% 35 100%

  Sumber : Kuesioner, September 2014

  Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa sebelum meletusya Gunung Sinabung 91% adalah responden sendiri yang membiayai biaya pendidikan anak-anak mereka dan hanya 9% yang dibiayai orang lain, karena mereka menumpang dan tinggal di rumah keluarga. Tidak ada anak responden yang mendapat kan beasiswa. Setelah Gunung Sinabung meletus hanya 69% responden yang membiayai pendidikan anak-anak mereka dan 17% dibiayai oleh orang lain, 14 % mendapat beasiswa dari pemerintah ataupun non pemerintah seperti lembaga masyarakat dan gereja. Hal ini dipengaruhi oleh karena adanya pihak luar yang ingin meringankan beban para pengungsi erupsi Gunung Sinabung.

  5.4. Data Tentang Kesehatan Tabel 5.11 Data Kesehatan Responden Sebelum dan Sesudah Gunung Sinabung Meletus Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus NO Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase

1 Sering

  4 11% Sering 13 37% Jarang 31 89% Jarang 14 40%

  2

  • 3 Tidak Pernah Tidak

  8 23% Pernah

  Total 35 100% 35 100%

  Sumber : Kuesioner, Sebtember 2014

  Kondisi kesehatan reponden sebelum meletusnya Gunung Sinabung 11% yang sering sakit dan ada yang tidak pernah sakit dan 89% responden jarang sakit. Penyakit yang sering dialami responden adalah batuk, sesak nafas, rematik dan flu. Setelah Gunung Sinabung meletus kondisi kesehatan para pengungsi semakin buruk dimana 37% responden yang sering saki penyakit yang mereka derita adalah seperti diare, batuk, flu bahkan ada responden yang mederita penyakit kronis seperti komplikasi jantung dan ginjal, gula dan lain sebagainya hal ini dipengaruhi oleh karena lingkungan yang kurang bersih dan dan kekurangan air bersih di posko pengungsian akibatnya MCK serba darurat dan jorok sehingga mudah terjangkit berbagai penyakit.

Tabel 5.12 Data Responden Berdasarkan Kemampuan Berobat Sebelum dan Sesudah Gunung Sinabung Meletus Sebelum Gunung Sinabung Meletus Sesudah Gunung Sinabung Meletus No Kategori Frekuensi Persentase Kategori Frekuensi Persentase

  1 Sangat Mampu

  12 34% Sangat 10 29% Mampu

  2 Kurang

  23 66% Kurang 12 34% Mampu Mampu

  • 3 Tidak Mampu Tidak

  13 37% Mampu

  Total 35 100% 35 100% Sumber : Kuesioner, September 2014 Kemampuan responden berobat sebelum meletusnya Gunung Sinabung dapat dikatakan baik karena tidak ada responden yang tidak mampu berobat kerumah sakit. Persentase sangat mampu 34% dan yang kurang mampu 66% namun setelah Gunung Sinabung meletus terjadi penurunan tingkat kamampuan responden berobat kerumah sakit karena tidak memiliki biaya yaitu dengan kategori sangat mampu hanya 29% dan kurang mampu menjadi 34% dan yang dahulunya tidak ada yang tidak mampu kini menjadi 37%. Hal ini dipengaruhi oleh karena pendapatan yang sangat minim selama berada di pengungsian sehingga kemampuan berobat responden menurun dibandingkan sebelum Gunung Sinabung meletus.

5.5. Analisis Data Kuantitatif Dampak Setelah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus

  Seperti yang telah dikemukakan pada bab III, analisis data yang digunakan adalah teknik analisis uji t, dengan perhitungan sebagai berikut: t =

  ∑D √( N∑

  2

2 N-1

  • – (

  ∑D)

  Keterangan (semua rumus): t = Nilai Mean kelompok sampel d = Perbedaan skor antar subjek

  2

  = Kuadrat perbedaan skor N = Jumlah

  Dimana : ∑D adalah jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2

  (perlakuan kedua) ∑

  2

  adalah jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan kedua N adalah sampel

5.5.1. Uji t Untuk Pendapatan

  = 53.500.000 ∑D

  2

  = 91.260.000.000.000 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t = 53.500.000

  2

  √(35) (91.260.000.000.000) – (53.500.000) 35-1 t = 53.500.000

  √3.194.100.000.000.000-2.862.250.000.000

  34 t = 53.500.000 √ 3.191.237.750.000.000

  34 t = 53.500.000 = 53.500.000 93.731175.000.000 9.681.486,198

  √ t = 5,52 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 5,52 < 2.0322 atau 5,52 < 2,7284 dan nilai t = 5,52 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t pendapatan, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa pendapatan tidak mencukupi biaya pendidikan anak, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak pendapatan menurun setelah Gunung Sinabung meletus.

5.5.2. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Pendidikan Anak

  = 33 ∑D

  2

  = 39 ∑ N =

  35 t = ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t =

  33

  2

  √(35) (39) – (33) 35-1 t =

  33 √ 1365-1089

  34 t =

  33 √ 276

  34 t = 33 = 33 8,11 2,84

  √ t = 11,61 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 11,61 < 2.0322 atau 11,61 < 2,7284 dan nilai t = 11,61 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t pendapatan untuk biaya pendidikan anak, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa pendapatan tidak mencukupi biaya pendidikan anak, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak pendapatan tidak mencukupi biaya pendidikan anak setelah Gunung Sinabung meletus.

5.5.3. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Sekolah Anak

  = 13 ∑D

  2

  = 33 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t =

  13

  2

  √(35) (33) – (13) 35-1 t =

  13 √ 115-169

  34 t =

  13 √ 968

  34 t = 13 = 13 28,47 5,38

  √ t = 2,41 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 2,41 < 2.0322 atau 2,41 < 2,7284 dan nilai t = 2,41 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t pendapatan untuk biaya pendidikan anak, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa meningkatnya biaya pendidikan anak, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak pendapatan tidak mencukupi biaya pendidikan anak setelah Gunung Sinabung meletus.

5.5.4. Uji t Pendapatan Untuk Pencari Nafkah

  = 18 ∑D

  2

  = 32 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t =

  18

  2

  √(35) (32) – (18) 35-1 t =

  18 √ 1120-324

  34 t =

  18 √ 796

  34 t = 18 = 18 23,41 4,83

  √ t = 3,72 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 3,72 < 2.0322 atau 3,72 < 2,7284 dan nilai t = 3,72 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t pendapatan untuk pencari nafkah, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa pendapatan tidak mencukupi biaya pendidikan anak, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak bertambahnya anggota keluarga sebagai pencari nafkah setelah dalam keluarga Gunung Sinabung meletus.

5.5.5 Uji t Untuk Anggota Keluarga Yang Bersekolah

  = 7 ∑D

  2

  = 16 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t =

  7

  2

  √(35) (16) – (7) 35-1 t =

  7 √ 560-49

  34 t =

  7 √ 511

  34 t = 7 = 7 15.02 3,87

  √ t = 1,80 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 1,8 < 2.0322 atau 1,8 < 2,7284 dan nilai t = 1,8 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada

  0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari perhitungan uji t untuk anggota keluarga yang bersekolah, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa meningkatnya jumlah anak yang bersekolah, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak bertambahnya anggota keluarga sebagai yang bersekolah setelah dalam keluarga Gunung Sinabung meletus.

5.5.6 Uji t Untuk Kesehatan

  = -2 ∑D

  2

  = 26 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t = -2

  2

  √(35) (26) – (-2) 35-1 t = -2

  √ 910-4

  34 t = -2 √ 906

  34 t = -2 = -2 26.64 5,16

  √ t = -0,35 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 0,35 < 2.0322 atau 0,35 < 2,7284 dan nilai t = 0,35 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t kesehatan, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa kesehatan menurun, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak kesehatan setelah Gunung Sinabung meletus.

5.5.7 Uji t Untuk Kemampuan Berobat

  = 15 ∑D

  2

  = 25 ∑ N = 35 t =

  ∑D

  2

  2

  • – (

  ∑D) √( N∑

  N-1 t =

  15

  2

  √(35) (25) – (15) 35-1 t =

  15 √ 875-225

  34 t =

  15 √ 650

  34 t = 15 = 15 19,11 4,37

  √ t = 3,43 dk = N-1 = 35 -1 = 34 Nilai kritis untuk t dalam dk = 34 pada level kofiden (atau

  ) 0,05 = 2.0322 dan 0,01 = 2,7282 maka hasil t sebesar 3,43 < 2.0322 atau 3,43 < 2,7284 dan nilai t = 3,43 berada di daerah Ho ditolak karena menggunakan uji 2 sisi yaitu – 2.0322 dan + 2.0322 sehingga signifikan baik pada 0,05 dan 0,01. Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  Dari perhitungan uji t menurunya kemampuan berobat, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dinyatakan bahwa menurunnya kemapuan berobat, sehingga berdasarkan hipotesis penelitian terdapat dampak setelah Gunung Sinabung meletus.

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil kuesioner yang dikumpulkan melalui kuesioner dan telah dianalisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Setelah Gunung Sinabung meletus menyebabkan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yang dilakukan terhadap setiap indikator penelitian bahwasanya Ha diterima dan Ho ditolak.

  2. Bantuan yang diberikan BNPB tidak efektif, karena biaya dan jaminan hidup yang diterima tidak memadai untuk keperluan sewa rumah pengungsi menerima uang sebesar Rp 1,8 juta per 6 bulan. Kemudian dana 2 juta untuk sewa lahan pertanian per tahun, serta bantuan Rp 5 ribu untuk jamina hidupperhari untuk tiap orang. Bantuan dana sejumlah itu sejumlah pengungsi mengaku belum mendapatkan rumah kontrakan maupun lahan pertanian.

3. Sampai saat ini penduduk Desa Bekerah belum di relokasikan oleh pemerintah.

6.2 Saran

  Berdasarkan kesimpulan yang ada penulis menyarankan : 1.

  Pemerintah segera merelokasikan penduduk Desa Bekerah ke tempat yang telah ditentukan dan yang disepakati dengan para pengungsi.

  2. Dari masalah yang ada, sebaiknya pemerintah tidak menelantarkan pengungsi dengan hanya memberikan bantuan melalui BNPB untuk sewa rumah, pengungsi menerima uang sebesar Rp 1,8 juta per 6 bulan. Kemudian dana 2 juta untuk sewa lahan pertanian per tahun, serta bantuan Rp 5 ribu untuk jaminan hidup perhari untuk tiap orang.