Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

(1)

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SOSIAL

EKONOMI PETANI KOPI DI DESA GURU KINAYAN,

KECAMATAN PAYUNG, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

ANIL CHARINY PUTRI 110304003

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SOSIAL

EKONOMI PETANI KOPI DI DESA GURU KINAYAN,

KECAMATAN PAYUNG, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH :

ANIL CHARINY PUTRI

110304003

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian Syarat dari Persyaratan Guna

memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir.Luhut Sihombing, MP)

NIP : 196304021997031001 NIP : 196510081992031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

ANIL CHARINY PUTRI (110304003) dengan judul skripsi “Dampak Sosial

Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung,

Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Aggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2014 di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Wilayah penelitian ditetapkan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani kopi, orientasi nilai budaya dan sikap mental petani terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan usahatani.

Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % dan metode deskriptif menggunakan metode Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test). Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang ditetapkan secara purposive. Hasil penelitian pertama adalah erupsi Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani kopi, terjadi penurunan sebesar 83,66 %. Dari hasil uji beda rata-rata diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-value > 0,05 dimana t hitung > t tabel, maka H0

diterima atau terdapat perbedaan nyata pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Kedua, terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Dari hasil uji Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test) dengan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh bahwa hasil signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari 0,005. Artinya erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani

Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”.

Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1) Ayahanda tercinta Bapak Mail Pelawi, SE, dan Ibunda tersayang Ibu Sariana Siregar dan juga adik saya Yusuf Rizki Pernanda, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi, kasih sayang dan dukungan, baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah.

2) Ibu Dr. Ir. Salmiah, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku


(5)

Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi penyelenggaraan perkualiahan serta kegiatan administrasi dan organisasi di kampus.

3) Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pengertian Dampak ... 8

2.1.2 Bencana Alam ... 8

2.1.3 Gunung Sinabung ... 10

2.1.4 Sosial Ekonomi ... 11

2.1.5 Penelitian Terdahulu... 12

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Pendapatan dan Sumber Pendapatan ... 13

2.2.2 Pendidikan ... 15

2.2.3 Sumber Pangan ... 18

2.2.4 Perumahan ... 18

2.2.5 Kepemilikan Lahan ... 20

2.3 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Penentuan Sampel... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1 Definisi ... 27

3.5.2 Batasan Operasional ... 28

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.1.1 Letak dan Geografis ... 29

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 30


(7)

4.2 Karakteristik Sampel ... 31

4.2.1 Karakteristik Sosial Petani Kopi ... 31

4.2.2 Umur Petani Kopi ... 32

4.2.3 Pendidikan Petani Kopi ... 33

4.2.4 Pengalaman Usahatani Kopi ... 33

4.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dampak Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kopi ... 36

5.1.1 Kondisi Pendapatan Petani Kopi Sebelum Erupsi di Daerah Penelitian... 37

5.1.2 Pendapatan Petani Kopi Setelah Erupsi Gunung Sinabuhng ... 40

5.2 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Pendidikan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 43

5.3 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Sumber Pangan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 49

5.4 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Perumahan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 53

5.5 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Kepemilikan Lahan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Desa/Kelurahan Tahun 2012

4

2. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Desa/Kelurahan Tahun 2012

4

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

30

4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

31

5. Keadaan Kelompok Umur Petani Kopi Responden Di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

32

6. Tingkat Pendidikan Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

33

7. Pengalaman Usaha Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

34

8. Jumlah Tanggungan Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

34

9. Deskripsi Pengusahan Tanaman Kopi di Daerah Penelitian, Tahun 2014

38

10. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi (per Ha/thn)

38

11. Produktivitas, Penerimaan dan Pendapatan Petani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian, Tahun 2014

40

12. Data Perubahan Biaya Variabel dan Biaya Tetap Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

42

13. Produksi, Produktivitas , Penerimaan dan Pendapatan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (Roasted Beans)

42

14. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung


(9)

15. Tingkat Penyelesaian Pendidikan Setiap Jenjang Pendidikan di Desa Guru Kinayan

45

16. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

46

17. Data Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

46

18. Hasil Uji Statistic Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

48

19. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

52

20. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

52

21. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

55

22. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

57

23. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

59

24. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Bagan Pendidikan dan Pelatihan 17


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Data Karakteristik Sosial Petani Sampel Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

2. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun) 3. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sebelum

Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

4. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatanSebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

5. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

6. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

8. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun) 9. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung

Sinabung (per petani/tahun)

10. Data Penggunaan Peralatan Usahatani Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

11. DataBiaya Penyusutan Peralatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

12. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

13. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

14. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)


(12)

15. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

16. Data Biaya Penggilingan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

17. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

18. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

19. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

20. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun) 21. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sebelum

Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

22. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

23. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

24. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

25. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

26. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

27. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

28. Data Penggunaan Peralatan Usahatani Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

29. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)


(13)

30. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

31. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun) 32. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung

(per ha/tahun)

33. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

34. Data Biaya Penggilingan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

35. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

36. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

37. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun) 38. Data Karakteristik Sosial Petani Sampel Sesudah Erupsi Gunung

Sinabung

39. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun) 40. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sesudah

Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

41. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

42. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

43. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

44. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)


(14)

45. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun) 46. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung

Sinabung (per petani/tahun)

47. Data Peralatan Usahatani Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

48. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

49. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

50. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

51. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

52. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

53. Data Biaya Penggilingan Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

54. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

55. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

56. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)

57. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun) 58. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sesudah

Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

59. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)


(15)

60. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

61. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

62. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

63. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

64. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

65. Data Peralatan Usahatani Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

66. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

67. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

68. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun) 69. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum dan Sesudah Erupsi

Gunung Sinabung (per ha/tahun)

70. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

71. Data Biaya Penggilingan Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

72. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

73. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)

74. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)


(16)

75. Daftar Pernyataan Konsep Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

76. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

77. Data RekapitulasiHasil Skoring Penilaian Konsep Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

78. Daftar Pernyataan Konsep Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

79. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

80. Data RekapitulasiHasil Skoring Penilaian Konsep Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

81. Daftar Pernyataan Konsep Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

82. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

83. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Penilaian Konsep Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

84. Daftar Pernyataan Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

85. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

86. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Penilaian Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

87. Hasil Uji Beda Rata–rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

88. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

89. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung


(17)

90. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

91. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung


(18)

ABSTRACT

ANIL CHARINY PUTRI (110304003) dengan judul skripsi “Dampak Sosial

Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung,

Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Aggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2014 di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Wilayah penelitian ditetapkan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani kopi, orientasi nilai budaya dan sikap mental petani terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan usahatani.

Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % dan metode deskriptif menggunakan metode Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test). Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang ditetapkan secara purposive. Hasil penelitian pertama adalah erupsi Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani kopi, terjadi penurunan sebesar 83,66 %. Dari hasil uji beda rata-rata diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-value > 0,05 dimana t hitung > t tabel, maka H0

diterima atau terdapat perbedaan nyata pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Kedua, terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Dari hasil uji Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test) dengan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh bahwa hasil signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari 0,005. Artinya erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Gunung Sinabung dengan koordinat puncak 3o10” LU, 98o23” BT, adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter.Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara.Gunung Sinabung meletus pertama kali sejak tahun 27 Agustus 2010, dimana sebelumnya Gunung Sinabung belum pernah meletus lagi sejak tahun 1600 (Anonimus, 2014).

Dampak dari letusan Gunung Sinabung sangat terasa kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung. Dampak negatif ada yang secara langsung dapat dirasakan oleh penduduk Desa Guru Kinayan, misalnya pada saat Gunung Sinabung meletus mengeluarkan awan panas/energi yang cukup besar.Dampak negatif tidak langsung dirasakan adalah apabila sudah menyangkut keadaan fisik masyarakat Desa Guru Kinayan.

Keadaan fisik masyarakat dapat berupa dampak sosial, dampak ekonomi, dampak sarana prasarana dan lingkungan, dampak pertahanan keamanan (hankam), dan dampak politik. Dalam hal ini, dampak sosial dan ekonomi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kelangsungan hidup masyarakat, terutama para petani yang seluruh kelangsungan hidupnya dipertaruhkan kepada lahan pertanian sebagai mata pencaharian.


(20)

Berikut adalah perkiraan dampak erupsi Gunung Sinabung yang sangat terasa kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama petani kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, yaitu :

1) Dampak Sosial

Para petani sebagian meminjam uang kepada koperasi dan juga bank untuk memulai pekerjaan mereka sebagai modal awal untuk membeli benih, pupuk, upah pekerja, obat-obatan pertanian, dll. Erupsinya Gunung Sinabung membuat petani kehilangan hasil panen selama beberapa bulan, akibatnya hutang tersebut susah dibayar karena tidak memiliki penghasilan lagi. Masyarakat berpotensi terkena stress, depresi dan trauma, serta hilangnya privasi yang akan menghambat peluang untuk mengembangkan diri dan ketidakpastian masa depan. Masyarakat harus mampu beradaptasi pada tempat tinggal baru di pengungsian

2) Dampak Ekonomi

Ekonomi masyarakat menjadi krisis karena situasi lahan pertanian yang dijadikan sumber-sumber pendapatan tidak dapat diharapkan lagi diakibatkan debu vulkanik, lahar dingin, sertat erputusnya jalan desa.

3) Dampak Pendapatan

Pendapatan masyarakat terutama petani kopi nihil karena hilangnya mata pencaharian sementara.

4) Dampak Sarana Prasarana dan Lingkungan

Lingkungan Desa Guruk Knayan yang mengalami perubahan, yaitu atap rumah rusak, aliran listrik mati, aliran air rusak dan disfungsi, tanaman dan pohon mati, jalanan umum rusak, licin dan penuh bebatuan. Lingkungan pengungsian yang


(21)

kurang layak karena terbatasnya tempat tidur, fasilitas MCK dan dapur, serta makanan dan pakaian.

5) Dampak Pertahanan Keamanan (Hankam)

Keikutsertaaan TNI mulai dari menyiapkan posko pengungsian, jalur evakuasi dengan melakukan perbaikan jalan yang rusak, serta sosialisasi kepada masyarakat.

6) Dampak Politik

Diberhentikannya Bupati Karo, yaitu Kena Ukur Surbakti karena kurang tanggap mengurus puluhan ribu pengungsi letusan Gunung Sinabung.

Dampak-dampak diatas sangat berpengaruh terhadap masyarakat atau petani, yang otomatis juga akan mempengaruhi pertanian dalam memenuhi bahan pangan, mengingat Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo adalah desa yang subur dan cocok untuk budidaya kopi.


(22)

Pernyataan diatas sesuai dengan laporan hasil Badan Pusat Statistik (2012) di Kabupaten Karo yang menerangkan bahwa Desa Guru Kinayan adalah Desa sentra penghasil kopi terbesar di Kecamatan Payung.Adapun luas tanaman perkebunan rakyat serta produksi tanaman menurut jenis tanaman dan desa/kelurahan disampaikan pada tabel 1. dan tabel 2. di bawah ini :

Tabel1. LuasTanaman Perkebunan Rakyat MenurutJenisTanamandi

Desa/Kelurahan Tahun 2012

No. Desa/Kelurahan LuasTanaman (Ha)

Kelapa Karet Kopi Coklat Kemiri Tebakau

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. BatuKarang 5 0 27,79 5,86 4 26,51

2. RimoKayu 0 0 16,85 76,49 2 12,69

3. Cimbang 0 0 46,83 2,43 0 0

4. Ujung Payung 0 0 48,10 3,71 0 0

5. Payung 1 0 54,02 31,07 2 23,89

6. SukaMeriah 0 0 42,36 6,00 1 0

7. Guru Kinayan 0 0 95,93 33,00 1 38,45

8. Selandi 0 0 16,12 14,44 2 10,46

Kecamatan Payung 6 0 348 173 12 112

Sumber :BadanPusatStatistikKabupatenKaro, 2012

Tabel2. ProduksiTanaman Perkebunan Rakyat MenurutJenisTanaman

di Desa/Kelurahan Tahun 2012

No. Desa/Kelurahan Produksi (Ton)

Kelapa Karet Kopi Coklat Kemiri Tebakau

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. BatuKarang 2,7 0 11,52 15,40 1,84 23,21

2. RimoKayu 0 0 8,82 27,90 1,83 18,89

3. Cimbang 0 0 26,28 0,92 0 0

4. Ujung Payung 0 0 39,56 1,70 0 0

5. Payung 0,20 0 70,23 13,70 2,42 18,89

6. SukaMeriah 0,70 0 55,28 3,62 1,11 0

7. Guru Kinayan 0 0 137,73 29,92 1,03 7,45

8. Selandi 0 0 44,33 7,02 1,47 10,04

Kecamatan Payung 3,4 0 393,75 100,18 9,70 78,48


(23)

Dampak sosial ekonomi yang dirasakan para petani adalah adanya perubahan pendapatan usaha tani yang merupakan pendapatan pokok keluarga. Adanya perubahan pendapatan keluarga akan mempengaruhi kelangsungan hidup petani dan keluarganya. Perubahan tersebut antara lain adanya perubahan besar pendapatan dan sumber pendapatan lain, pendidikan keluarga, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.

Dampak-dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap para petani di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, dimana sebagian besar penduduk di desa tersebut memiliki sumber pendapatan dari budidaya kopi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui “Bagaimana Dampak Erupsi Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”.


(24)

1.2 IdentifikasiMasalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini diidentifikasikan beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsinya Gunung Sinabung?

2) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mentalpetani kopi terhadap hakekat pendidikan sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung? 3) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi

terhadap hakekat sumber pangansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung? 4) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi

terhadap hakekat perumahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung? 5) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi

terhadap hakekat kepemilikan lahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung?

1.3 TujuanPenelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan

usahatani kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsinya Gunung Sinabung. 2) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani

kopi terhadap hakekat pendidikan sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung. 3) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani

kopi terhadap hakekat sumber pangansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung.


(25)

4) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat perumahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung. 5) Untuk mengetahuiperubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani

kopi terhadap hakekat kepemilikan lahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan penelitian yang berkelanjutan.

2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai dampak erupsi Sinabung.

3) Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dampak

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi (KBBI Online, 2010).

Untuk memperkirakan dampak sementara yang dapat dirasakan oleh petani kopi di Desa Guru Kinayan, dapat dilihat dari dampak erupsi Merapi. Dampak lain dari erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani. Disamping kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata pencaharian dari usahataninya (Martini, dkk., 2011).

2.1.2 Bencana Alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor


(27)

Menurut Priyatin (2011) bencana alam yang menimpa suatu kawasan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari kerusakan ekosistem, hilangnya kawasan pemukiman dan lokasi tanah garapan maupun kehilangan nyawa manusia dan ternak peliharaan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) mengelompokkan bencana alam yang ada di Indonesia menjadi delapan hal, salah satunya bencana letusan gunung berapi.

Menurut Nugroho dan Wahyunto (2011) pengelolaan bencana alam gunung berapi di lahan pertanian, tidak terpisahkan dengan pengelolaan umum daerah kawasan bencana. Di daerah seperti kawasan bencana gunung Merapi, lahan pertanian dan lahan pemukiman merupakan bagian yang paling jelas terkena dampak suatu kejadian erupsi. Lahan pertanian yang terkena dampak letusan gunung berapi seperti lahan-lahan disekitar Gunung Merapi dan gunung berapi lainnya di Indonesia mengalami perubahan sifat kimia, fisika, serta biologi yang besarnya bergantung pada sifat kimia dan fisika abu yang menimbun, dan ketebalan timbunan. Oleh karena itu perlu suatu tindakan perbaikan yang ditujukan untuk (1) Pemulihan kesuburan tanah, seperti (a) pengurangan tebal timbunan abu yang tidak subur, atau (b) membenamkan dan mengaduk abu vulkanis yang subur dengan tanah asal pada saat pengolahan tanah (c) pemberian bahan organik; dan (2) peningkatan produktivitas tanaman hortikultura melalui budidaya yang sesuai (Martini, dkk., 2011).


(28)

2.1.3 Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah gunung di Daratan Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung berapi aktif yang berdekatan di Sumatera Utara. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3o10” LU, 98o23” BT.

Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi “awas”. 28.000 warga di sekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung di tempat yang lebih aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung (Purba, 2013).

Material Gunung Merapi yang berpengaruh terhadap pertanian berupa (1) abu vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian, atau menutupi pertanaman padi dan palawija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar dingin yang secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut gunung, biasanya didominasi oleh sulfur yang ditandai dari baunya yang menyengat hidung. Di antara ketiga material butir (1) lebih luas dampaknya terhadap pertanian (Martini, dkk., 2011).


(29)

2.1.4 Sosial Ekonomi

Menurut Gregory Grossan (1984), yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur terdiri atas unit-unit dan agen-agen ekonomi serta lembaga-lembaga (institusi-institusi) ekonomi, yang bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat tertentu saling menopang dan mempengaruhi. Dengan demikian,komponen-komponen tersebut memiliki hubungan fungsional yang dapat menjadi alat koordinasi alokasi sumber daya ekonomi. Perekonomian yang didalamnya individu-individu dan keluarga-keluarga memiliki kesalingketergantungan disebut sosial ekonomi (social economy)(Rahardja dan Manurung, 2008).

Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Besar-kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers & Shoemaker, 1971) dan teori kritik (Habernas, 1979) memperlihatkan bagaimana sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur sosial (Rakhmat, 1992).

Kerugian ekonomi pada usahatani akibat erupsi Merapi dapat berupa kerugian langsung karena tanaman dan ternak mati, penurunan produksi, dan turunnya


(30)

harga jual pada kondisi bencana. Kerugian pada tingkat petani mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan tingkat regional mencapai triliunan rupiah (Ilham, 2010).

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Bil Bela Ginting (2012)menyoroti masalah dan dampak bencana pasca

meletusnya Gunung Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu ”Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.


(31)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendapatan dan Sumber Pendapatan

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 1985).

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien. Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus :


(32)

Pd = TR-TC Dimana :

Pd = Pendapatan bersih usahatani TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

Total pendapatan merupakan seluruh sumber pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani kopi, usahatani diluar kopi dan usaha diluar usahatani

(Soekartawi, dkk., 1984).

Pada saat tingkat income masyarakat sangat rendah pada umumnya pengeluaran rumah tangga lebih besar dari pendapatannya sehingga pengeluaran konsumsi tidak hanya dibiayai oleh pendapatannya saja tetapi juga menggunakan sumber-sumber lain seperti tabungan dari wakil sebelumnya menjual harta kekayaan rumah tangga atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besar dengan income-nya. Bila income kemudian meningkat lagi pada saat itu pengeluaran rumah tangga dapat menabung kelebihan income yang tidak digunakan untuk konsumsi

(Herlambang, dkk., 2001).

Mosher (1987), berpendapat bahwa tolak ukur yang penting dalam melihat

kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator penting untuk mengetahui tingkat hidup


(33)

rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan.

Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya dari usahatani tetapi juga dari luar usahatani untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai sumber pendapatan dapat digolongkan sebagai sumber pendapatan pokok dan sumber pendapatan tambahan berdasarkan besarnya pendapatan(Nurmanaf, 1985).

Sistem nilai budaya dan sikap merupakan faktor sosial masyarakat yang dapat menyebabkan timbulnya pola-pola berfikir tertentu pada suatu masyarakat. Pola-pola berfikir ini dapat berubah dan kemudian mempengaruhi tindakan serta kelakuan mereka, baik dalam kehidpan sehari-hari, maupun dalam membuat keputusan-keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaraningrat, 1983).

Diduga ada beberapa sikap mental korban erupsi Gunung Sinabung yang terpengaruh sebagai dampak bencana erupsi Gunung Sinabung. Untuk melihat permasalahan secara utuh perlu diungkap beberapa pertanyaan yang cukup mendasar yaitu orientasi nilai budaya sikap mental petani kopi korban erupsi Gunung Sinabung. Variabel-variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.

2.2.2 Pendidikan

Untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan Sumber Daya Manusia dapat diawali dengan peningkatan pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia melalui dua jalur yaitu yang pertama adalah jalur pendidikan formal dan kejuruan yaitu mulai


(34)

dari pendidikan TK sampai pada perguruan tinggi. Jalur ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di dalam kehidupan sehari-hari, baik di sektor formal maupun informal.

Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah banyak mengalami kesulitan bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan di pendidikan tinggi. Di tingkat yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pada pengembangan aspek kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkat ini peserta pendidikan dapat berasal dari karyawan, organisasi tertentu, yang memperoleh beasiswa. Setelah lulus diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi di tempat bekerja (organisasi). Kedua adalah jalur pendidikan non formal yaitu melalui pelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dalam bekerja untuk mengembangkan usaha taninya.

Latihan pada umumnya cenderung lebih menitikberatkan pada pembiasaan gerakan koordinasi motorik daripada pemahaman teoritis. Mereka yang telah menempuh pelatihan penguasaan keahlian tertentu yang dapat mempermudah menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian maupun memasuki dunia kerja dengan pendapatan yang lebih baik. Tentu hal ini akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya memperbesar peluang untuk lebih meningkatkan penguasaan diri (Sukino, 2013).


(35)

Gambar 1. Bagan pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan sistem ekonomi terdapat hubungan dua arah. Dalam masyarakat yang memiliki taraf kehidupan ekonomi yang baik, potensi pengembangan pendidikan itu lebih besar karena orang-orang telah lebih siap dan lebih banyak dana tersedia. Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan merupakan komponen-komponen utama dari definisi operasional dari status kelas sosial atau status sosial ekonomi dan bahwa terdapat suatu korelasi tinggi diantara mereka (Miflen, 1986).

Pendidikan

Pendidikan Sekolah

Pendidikan Formal

Tingkat TK s/d Perguruan

Tinggi Pendidikan

Informal Pendidikan

Luar Sekolah

Tidak Terorganisisasi

Pendidikan Keluarga

Pendidikan Non Formal

Terorganisasi/ Pelatihan

Pekerjaan Sosial Pembangunan Masyarakat Pendidikan Sosial Pendidkan

Masyarakat Pendidikan


(36)

2.2.3 Sumber Pangan

Pangan adalah makanan sehari-hari untuk pertumbuhan dan kesehatan jasmaniah/rohaniah dalam membentuk keluarga yang sehat, cerdas dan kuat. Makanan sehari-hari yang sehat, murah, dan bergizi serta pengolahan yang sesuai dengan kegunaannya, sangat penting.

Kecukupan pangan merupakan salah satu syarat mutlak dalam menjamin terdapatnya gizi yang cukup. Gizi merupakan modal pokok yang memiliki dampak ekonomi maupun sosial yang luas, dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Kekurangan sumber pangan tenaga dalam makanan (nasi, jagung, sagu, ketela, dan sebagainya) akan langsung menyebabkan menurunnya daya kerja seseorang. Dengan mendapatkan sumber tenaga yang cukup, seorang buruh atau petani dengan wajar dapat bekerja 8 jam sehari dengan baik. Kekurangan sumber tenaga dan sumber protein dalam jangka waktu yang lama, lebih-lebih apabila hal ini terjadi pada janin yang masih dalam kandungan, jika bayi itu lahir kecerdasan dan aktivitas otak akan menurun dari yang seharusnya dimiliki oleh bayi itu. Kemampuan otak dalam menyerap hal-hal baru/teknologi baru menjadi lamban. Memperkenalkan cara kerja yang baru, harus beberapa kali dijelaskan, ajakan untuk mengubah sesuatu yang telah terbiasa dikerjakan, harus beberapa kali dicontohkan, dan sebagainya (Sudjana, 2005).

2.2.4 Perumahan

Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan obilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting


(37)

dari rumah adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya

(Turner, 1972).

Menurut Turner (1972), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah, yaitu:

1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan rumah. Kebutuhan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tepat tinggal atau berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.

2) Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

3) Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi menurut siapa penghuni atau pemiliknya.

Saat bencana Merapi setidaknya ada tiga faktor utama yang dihadapi petani, yaitu kondisi tempat tinggal yang rusak, lahan usaha yang rusak dan tidak berproduksi dan berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga dan kelembagaan usaha tidak berfungsi (Ilham, 2010).


(38)

Kerusakan atau kerugian yang dialami petani menimbulkan berbagai permasalahan yang penting segera ditangani, terutama perubahan ekonomi, pola hidup berubah sehingga penanganan dan pendekatan bukan saja secara akademik tetapi secara kultural dalam relokasi korban/berpindah pemukiman maupun peralihan sistem usahatani, dari tanaman pangan ke tanaman perkebunan

(Tan, 2010).

2.2.5 Kepemilikan Lahan

Dengan lahan yang sempit produksi pertanian akan tidak mampu untuk mencukupi biaya hidup keluarga tani. Tanah yang sempit menyebabkan biaya produksi terlalu tinggi (high cost) dibanding dengan per satuan tanah yang luas, baik ditinjau dari segi tenaga kerja, penggunaan bibit, pemupukan, biaya penanggulangan hama dan penyakit maupun biaya peralatan dengan daya manfaat rendah.

Tanah yang sempit menyebabkan efisiensi penggunaan mekanisasi pengolahan tanah tidak efektif. Banyaknya pematang, salah satu faktor mengurangi lahan efektif. Dapat dibayangkan dengan luasan 1000 m2, dengan lebar pematang 40 cm, kali panjang luasan tanah 1000 m2 dengan pematang dapat mencapai 240 m Sehingga luas tanah untuk pematang mencapai 96 m2 sendiri yang tidak berfungsi sebagai lahan penghasil produk pertanian.

Selain tersebut diatas kehilangan produksi dapat mencapai 20% sehingga biaya produksi bila dikurangi dengan hasil panen yang dicapai rata-rata 4,53 ton/Ha, maka akan mengalami pendapatan yang minus (Sukino, 2013).


(39)

2.3 Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo, terutama para masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada Sumber Daya Alam (SDA) yaitu petani. Desa Gurukinayan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung yang potensi terbesarnya adalah usaha tani kopi. Usaha tani kopi sangat dipengaruhi oleh lahan, tenaga kerja, pupuk, dan alat mesin pertanian guna menghasilkan produktivitas dan pendapatan yang tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup petani kopi dan keluarganya. Erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi faktor-faktor usaha tani kopi sehingga menyebabkan adanya perubahanyang nyata terhadap pendapatan petani kopi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Perubahan lain yang akan diteliti adalah bagaimana orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.

Sebagai akhir dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan dan perubahan orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo sebagai akibat dampak erupsi Gunung Sinabung.


(40)

Secara sistematis berikut ini digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan

Kepemilikan Lahan Perumahan

Sumber Pangan Pendidikan

Erupsi Gunung Sinabung

Petani Kopi Desa Gurukinayan

Sosial Ekonomi Keluarga Orientasi Nilai Budaya

dan Sikap Mental

Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi

Pendapatan dan Sumber Pendapatan


(41)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis untuk diuji sebagai berikut :

1) Terdapat perbedaan yang nyata pendapatan usahatani kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsia Gunung Sinabung.

2) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadaphakekatpendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

3) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikapmentalkeluarga petani kopi terhadaphakekat sumber pangan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

4) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadaphakekat perumahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5) Terdapat perbedaan yang nyataorientasi nilai budaya dan sikap mental nyata keluarga petani kopi terhadaphakekat kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian didasarkan atas adanya tujuan tertentu(Arikunto, 2010).Penelitian dilakukan di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Kecamatan Payung yang terkena erupsi Gunung Sinabung. Selain itu peneliti memiliki akses terhadap lokasi penelitian, sehingga akan mudah dijangkau dan mempermudah penelitian.

3.2Metode Penentuan Sampel

Populasi responden dalam penelitian ini adalah para petani kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Metode penetapan besar sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposivedengan jumlah sampel sebanyak30 KK dari seluruh Desa Guru Kinayan, sedangkanpemilihan sampel dari populasi dilakukan secara acak sengaja

(Arikunto, 2010).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani dengan tingkat homogenitas yang tinggi dan telah memenuhi syarat pemilihan sampel. Selain itu ada juga beberapa dasar pertimbangan yaitu untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya tanpa mengurangi tingkat akurasi dan penelitian (Wirantha, 2006).


(43)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada tiap petani kopi di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Instansi atau Dinas terkait dengan penelitian ini, hasil studi pustaka baik berupa buku ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk tujuan penelitian yang pertama, digunakan metode komparatif, yaitu uji beda rata-rata t-test dengan bantuan SPSSuntuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata pendapatan petani dari usahatani kopi sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung.

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Menggunakan nilai signifikan / P-Value

- Jika nilai signifikan / P – Value > 0,05 ; maka Ho diterima - Jika nilai signifikan / P – Value < 0,05 ; maka H1 diterima

2) Menggunakan perbandingan antara t hitung dengan t tabel

Nilai t tabel didapat dari α (taraf nyata/tingkat signifikan) dengan derajat bebas/degree of Fredo (df).

- Jika t hitung < t tabel ; maka Ho diterima = (Tidak ada perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung). - Jika t hitung > t tabel ; maka H1 diterima = (ada perbedaan yang nyata


(44)

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Untuk tujuan penelitian yang kedua, ketiga, keempat, dan kelima menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menganalisis bagaimana perbedaanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani terhadap hakekatpendidikan keluarga, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung terjadi.

Untuk keperluan analisis kuantitatif akan menggunakan skala Likert dengan formula skoring, dengan skoring penilaian sebagai berikut :

Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

Setuju/sering/positif diberi skor 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 Sangat tidak setuju/ tidak pernah diberi skor 1

(Sugiyono, 2008).

Setelah mendapatkan jumlah skor, data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode komparatif. Menguji hipotesis berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga dapat berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk


(45)

seluruh populasi dimana sampel-sampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu

(Sugiyono, 2011).

Untuk melihat perbandingan akan dilakukan uji Wilcoxon dengan alat bantu SPSS. Kriteria pengambilan keputusan:

- Jika nilai siignifikansi ≥ α ; maka Ho diterima. - Jika nilai siignifikansi ≤ α ; maka H1 diterima.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai erikut :

3.5.1 Definisi

1) Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana dampak erupsinya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi.

2) Sebelum erupsinya Gunung Sinabung adalah kondisi masyarakat sebelum terjadinya erupsinya Gunung Sinabung.

3) Sesudah erupsinya Gunung Sinabung adalah kondisi masyarakat sesudah terjadinya erupsinya Gunung Sinabung.

4) Dampak sosial adalah perubahan terhadap orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.

5) Dampak ekonomi adalah perubahan pendapatan petani yang berasal dari usahatani kopi.


(46)

6) Petani kopi adalah petani yang mengusahakan komoditi kopi diareal lahan yang dimilikinya.

7) Petani sampel adalah petani kopi yang terkena erupsi Gunung Sinabung di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

8) Pendapatan adalah jumlah pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani kopi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

9) Sumber pendapatan adalah asal pendapatan yang diperoleh baik dari usahatani kopi dan diluar usahatani kopi.

10) Pendidikan adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh. 11) Sumber pangan adalah makanan yang dikonsumsi beserta asalnya. 12) Perumahan adalah tempat tinggal petani kopi dan keluarganya.

13) Kepemilikan lahan adalah tanah sebagai tempat usaha tani berlangsung.

3.5.2 BatasanOperasional

1) Daerah penelitiandilakukan di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

2) Sampel adalah para petani kopi yang berasal dari Desa Guru Kinayan dan memiliki lahan usahatani kopi di Gurukinayan, baik tinggal di pengungsian maupun mereka yang masih tetap bertahan di Desa Guru Kinayan.

Jumlah sampel sebanyak 30 sampel.

3) Penelitian di laksanakan pada November 2014.

4) Data primer penelitian berupa data yang dirasakan sejak bulan Juni sampai Desember 2014.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Geografis

Desa Guru Kinayan berada di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini berjarak 4,50 km dari ibukota Kecamatan Payung. Desa ini berada 850 s/d 1200 meter diatas permukaan laut.

Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 11,30 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Suka Meriah - Sebelah Selatan : Desa Payung - Sebelah Barat : Desa Selandi

- Sebelah Timur : Kecamatan Simpang Empat

Perlu ditambahkan bahwa Desa Guru Kinayan adalah termasuk desa yang mengalami dampak berat dari bencana Erupsi Gunung Sinabung. Karena dari sisi letak dan geografis, desa ini hanya berjarak 3-5 km dari puncak Gunung Sinabung. Sehingga pada saat penelitian ini dilakukan, sebagian besar Desa Guru Kinayan masuk dalam Zona Merah dan tidak boleh dimasuki tanpa izin.


(48)

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Guru Kinayan pada tahun 2013 tercatat berjumlah 2.087 jiwa yang terdiri dari berbagai suku. Suku dominan di Desa Guru Kinayan adalah suku Karo. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Guru Kinayan disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Guru

Kinayan, Tahun 2014

Desa/Kecamatan Penduduk (orang) Rasio Jenis

Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Guru Kinayan 1.013 1.074 2.087 94

Kecamatan Payung 5.552 5.680 11.232 98

Sumber : BPS Kecamatan Payung Dalam Angka (2014) (Diolah)

Jika dilihat dari aspek rasio gender maka kondsi Kecamatan Payung tidak jauh berbeda dengan Desa Guru Kinayan, dimana jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Dari survey lapangan diperoleh data bahwa terdapat tiga agama yang dianut penduduk di Desa Guru Kinayan, yaitu agama Islam, Kristen, dan Katolik.

Penduduk Desa Guru Kinayan memiliki mata pencaharian yang beragam, akan tetapi pencaharian yang dominan adalah petani. Hal ini disebabkan luas dan produktifitas lahan yang tinggi sehingga mendorong penduduk untuk bertani. Pada tabel 4 disajikan distribusi penduduk menurut pekerjaan.


(49)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Guru Kinayan, Tahun 2014

Desa/Kecamatan Pertanian

Industri Rumah Tangga

Jasa PNS/ABRI Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Guru Kinayan 1.207 7 12 46 0 1.272

Payung 5.823 39 256 761 317 7.196

Sumber : BPS Kecamatan Payung (2014) (Diolah)

Dari tabel 4 diketahui bahwa 94,85 % mata pencaharian penduduk Desa Guru Kinayan adalah bertani, sedangkan PNS/ABRI jumlahnya adalah paling sedikit (3,6%). Jika dikomparasi dengan satuan administrasi kecamatan, maka penduduk Desa Guru Kinayan menyumbang sebesar 20,73% terhadap keseluruhan penduduk bermata pencaharian pertanian.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Desa Guru Kinayan telah mengalami perubahan cukup besar diakibatkan Erupsi Gunung Sinabung, sehingga kondisi Desa Guru Kinayan saat ini sangat tidak dapat layak huni. Seluruh sarana prasarana rusak dan tidak dapat dipergunakan kembali, ditambah dengan Desa Guru Kinayan yang telah mendapatkan status Zona Merah.

4.2 Karakteristik Sampel

4.2.1 Karakteristik Sosial Petani Kopi

Petani Kopi adalah petani yang mengusahakan komoditi kopi diareal lahan yang dimilikinya. Karakteristik sosial sampel petani kopi yang akan disajikan meliputi


(50)

umur petani kopi, pendidikan petani kopi, pengalaman petani kopi, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik petani kopi diperoleh dari para sampel dengan melakukan wawancara secara langsung di daerah penelitian yaitu di pinggiran Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, dan beberapa wilayah pengungsian.

4.2.2 Umur Petani Kopi

Adapun umur petani kopi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha tani kopi. Faktor umur memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman yang akhirnya mempengaruhi produksi dan pendapatan petani kopi. Keadaan umur petani kopi sampel di daerah penelitian ini dapat disajikan pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Keadaan Kelompok Umur Petani Kopi Responden Di Desa Guru

Kinayan, Tahun 2014

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang)

1. 30-39 3

2. 40-49 10

3. 50-59 13

4. >60 4

Jumlah 30

Sumber : Data Primer diolah, Lampiran 38

Dari tabel 5 tentang kelompok umur petani sampel diketahui bahwa 43,35% masuk kedalam kelompok umur produktif, sedangkan sisanya (56,7%) masuk kedalam kelompok umur tidak produktif.


(51)

4.2.3 Pendidikan Petani Kopi

Tingkat pendidikan dari petani kopi erat kaitannya dengan kemampuannya dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan optimasi dalam kegiatan usahanya. Adapun tingkat pendidikan petani kopi di Desa Guru Kinayan yang menjadi sampel sangat bervariasi mulai dari tidak pernah bersekolah hingga S1. Tingkat pendidikan petani sampel di Desa Guru Kinayan disajikan pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan,

Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

1. Tidak Pernah Bersekolah 2

2 SD 9

3. SMP 5

4. SMA 11

5. D3/Sederajat 1

6. S1/Sederajat 2

Jumlah 30

Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38

Dari tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 27 orang petani sampel (90%) hanya mengecam pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Ada 2 (dua) sampel tidak pernah menduduki bangku sekolah. Sampel ini pada saat penelitian berumur 40 dan 50 tahun.

4.2.4 Pengalaman Usahatani Kopi

Pengalaman usaha tani kopi merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan petani kopi dalam produktivitas usahanya. Semakin tinggi pengalaman usahanya maka besar peluang memiliki kapasitas teknis dan manajerial yang lebih baik, sehingga akan turut mempengaruhi pendapatan yang


(52)

diterima. Tingkat pengalaman usaha tani petani kopi di Desa Guru Kinayan disajikan pada tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Pengalaman Usaha Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan,

Tahun 2104

No Pengalaman Usaha Tani Kopi Jumlah (orang)

1. 6-10 16

2. 11-15 12

3. 16-20 0

4. >20 2

Jumlah 30

Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38

Dari tabel 7 tentang pengalaman usaha petani kopi diketahui bahwa rata-rata pengalaman usaha tani kopi di Desa Guru Kinayan sudah cukup tinggi (10,5 tahun).

4.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh keluarga petani kopi. Besar tanggungan keluarga petani kopi sampel disajikan pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun

2014

No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang)

1. 1 7

2. 2 13

3. 3 7

4. 4 3

Jumlah 30

Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38

Dari tabel 8 tentang tanggungan petani kopi dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani kopi di Desa Guru Kinayan adalah 2 orang.


(53)

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa petani sampel yang memiliki tanggungan lebih dari 2 (dua) orang adalah masuk dalam usia 50-55 tahun.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dampak Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kopi

Gunung Sinabung, dengan koordinat 30 10’ LU dan 980 23’ merupakan gunung merapi aktif yang secara administratif berada di daerah kabupaten Karo. Kawasan gunung ini secara geologis memberikan dampak yang tinggi terhadap kesuburan tanah. Tidak heran keberadaan Gunung ini memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap rona pertanian di sekitar wilayah tersebut. Gunung Sinabung memiliki ketinggian 2.460 meter diatas permukaan laut. Gunung ini diketahui pertama kali meletus pada tahun 1600. Kawasan Gunung Sinabung secara geografis meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Namanteran.

Desa Gunung Kinayan merupakan salah satu desa yang masuk dalam cakupan geografis Gunung Sinabung. Desa ini merupakan interface area kawasan hutan lindung yang berada di sekitar Gunung Sinabung. Desa ini merupakan desa yang sudah cukup tua karena dibuka sejak 300 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1926. Menurut sejarah, Desa Guru Kinayan pertama sekali dibangun oleh seorang dukun (guru mblein) bernama Guru Nayan yang berasal dari desa kampong Kubucolia. Beliau sering meninggalkan kampung Kubucolia menyelusuri kaki Gunung Sinabung untuk melakukan pengobatan ke berbagai tenpat, mengingat dia mempunyai kemampuan untuk mengobati.


(55)

Pada awalnya masyarakat di desa ini secara dominan mengusahakan tanaman jeruk sebagai sumber pendapatannya. Akan tetapi sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu, tepatnya pada awal tahun 2007 , terjadi serangan hama penyakit yang secara berkesinambungan menyerang tanaman dan membutuhkan tenaga dan biaya yang cukup besar. Akhirnya masyarakat mulai beralih ke tanaman kopi yang pada saat itu mengalami booming harga. Seperti pada umumnya petani karo yang ulet dan persisten, maka teknologi budidaya kopi dapat dengan cepat mereka kuasai. Selama tujuh tahun terakhir, pengusahaan tanaman kopi cukup signifikan dapat mengganti posisi tanaman sebelumnya yaitu jeruk sebagai sumber pendapatan utama. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dari sejumlah 656 kepala keluarga penduduk desa terdapat sekitar 73,13 persen (428 KK) yang menggantungkan pendapatan dari usahatani kopi. Secara rata –rata setiap bulan desa Guru Kinayan mampu memperoduksi sebanyak 16.808 Kg biji kopi dalam bentuk biji basah (cerry red). Seberapa besar dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani kopi di Desa Guru Kinayan diuraikan sebagai berikut

5.1.1 Kondisi Pendapatan Petani Kopi Sebelum Erupsi di Daerah Penelitian

Kondisi umum pertanian masyarakat secara umum diuraikan sebagai berikut. Pada umumnya lahan-lahan pertanian di desa Guru Kinayan didominasi tanaman hortikultura tanaman sayuran. Banyak masyarakat mengusahakan tanaman kopi di ladang sebagai tanaman utama. Pola penanamannya adalah monokultur, tanpa ada pengusahaan tanaman sela. Deskripsi budidaya kopi di Desa Guru kinayan diuraikan pada tabel 9 berikut ini :


(56)

Tabel 9. Deskripsi Pengusahan Tanaman Kopi di Daerah Penelitian, Tahun 2014

No Uraian Rataan Std Keterangan

1. Luas (ha) 0,74 0,34 Luasan Panen

2. Produksi/petani (kg.) 4.684,55 2.173

Dalam bentuk cerry red (buah

segar) 3. Produksitivitas (kg/ha/thn) 6.723,56 2.729

4. Umur Tanaman (tahun) 5 1,25

Sumber : Data primer diolah, Lampiran 14

Petani kopi di daerah penelitian mengusahakan tanaman kopi tidak secara intensif. Artinya dalam pelaksanaan budidaya tanaman tersebut, petani kurang memenuhi seluruh rekomendasi teknis budidaya tanaman kopi. Dalam pengadaan bibit tanaman kopi, petani menggunakan bibit yang berasal dari penangkar di luar desa. Dalam kegiatan pemeliharaan, petani jarang menggunakan pupuk kimiawi. Mereka lebih banyak mengggunakan pupuk organik seperti serasah dari hutan.Biaya tanaman usahatani kopi didaerah penelitian disajikan pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi (per Ha/thn)

No. Komponen Biaya Jumlah Biaya

(Rp)

Persentase (%)

1. Bibit 806.127 8,58

2. Pupuk 1.137.710 12,11

3. Obat-obatan 55.737 0,59

4. Tenaga Kerja 6.391.960 68,05

5. Penyusutan 921.266 9,81

6. PBB 80.000 0,85

Total 9.392.800 100

Sumber : Data primer diolah, Lampiran 31

Dari tabel 10 dapat diinterpretasikan bahwa biaya pemeliharaan tanaman menyerap sebesar 80,76 persen dari total biaya tanaman. Nilai pemeliharaan


(57)

tersebut hanya sebesar 15,73 persen yang ditransaksikan untuk pembelian obat dan pupuk.

Kegiatan pasca panen, yaitu pelepasan kulit dari biji kopi dilakukan secara mekanis. Pelepasan kulit pada saat sekarang ini sudah menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak. Berbeda halnya lima tahun yang lalu, dimana masih banyak petani menggunakan mesin secara manual. Kegiatan ini akan memisahkan biji kopi dari kulitnya. Sebagian petani sampel memiliki mesin, akan tetapi ada juga yang menggunakan jasa milik pihak ketiga. Ongkos pengolahan disepakati sebesar Rp.200 setiap kilogram hasil gilingan. Tingkat rendemen pengolahan dari biji segar (cerry red) menjadi biji (roasted bean) adalah rata-rata sebesar 46,66 persen. Artinya jika petani menggiling sebesar 201.707 Kg biji segar, maka rata-rata biji kopi (roasted beans) yang diperoleh adalah seberat 93,96 Kg. Dengan demikian jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap kilogram biji kopi (roasted beans) adalah sebesar Rp.3.137,-

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa setiap hektar lahan kopi masyarakat mampu memberikan produktivitas sebesar 6.723 kilogram biji kopi segar setiap tahunnya. Artinya dengan frekuensi pemanenan sebanyak 10 (sepuluh) kali dalam setahun, maka usahatani tersebut mampu memberikan hasil rata-rata sebesar 672 kilogram setiap kali panen. Jumlah produksi ini apabila diolah akan memberikan hasil sebesar 313 kg biji kering (roasted beans). Jumlah produksi ini, apabila dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku adalah sebesar Rp.24.900 akan memberikan penerimaan sebesar Rp.7.793.700,- . Dengan biaya produksi rata-rata


(58)

sebesar Rp.1.397,-, maka kegiatan panen tersebut akan memberikan pendapatan sebesar Rp.6.854.900,-

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah populasi petani kopi di desa Guru Kinayan sebanyak 480 orang. Hal ini berarti setiap tahun kegiatan budidaya tanaman kopi dapat memberikan pendapatan sebesar Rp. 24.221.723.260,-. Apabila dihubungkan dengan masa bencana selama 5 (lima) tahun, maka total kerugian masyarakat petani kopi mendekati angka Rp.100 milyar,-. Pada tabel 11 berikut ini disajikan produktivitas, penerimaan dan pendapatan petani kopi di daerah penelitian

Tabel 11. Produktivitas, Penerimaan dan Pendapatan Petani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian, Tahun 2014

No. Uraian Rataan (per ha/thn) Std

1. Luas Lahan (ha) 0,74 0,34

2. Produktivitas (kg) 6.723,56 ( cerry red) 3.133,18 (roasted beans)

2.729,30 567,33

3. Biaya Produksi (Rp) 9.829.891 4.267.119

4. Penerimaan (Rp) 78.021.678 34.330.255

5. Pendapatan (Rp) 68.191.788 32.720.279

Sumber : Data primer diolah, Lampiran 34 dan Lampiran 37

5.1.2 Pendapatan Petani Kopi Setelah Erupsi Sinabung

Gunung Sinabung mulai menunjukkan kelainan aktivitas pada pertengahan tahun 2010. Boleh dikatakan, bahwa kejadian erupsi Gunung Sinabung sangat sulit diprediksi (unpredictable).Tingkat erupsi paling hebat terjadi sekitar bulan Februari, tahun 2014. Pada saat erupsi tersebut beberapa orang menjadi korban karena terkena awan panas. Sejak kejadian tersebut, hampir sebagian besar pemukiman dan lahan-lahan pertanian kopi penduduk Guru Kinayan dinyatakan sebagai zona merah yang sama sekali tidak dapat dikunjungi.


(1)

Lampiran 86. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Penilaian Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

Nomor

Sampel

Nama Sampel

Jumlah Skoring

Sebelum Erupsi

Sesudah Erupsi

1.

Hamzah Pelawi

30

22

2.

Nelson Sembiring

35

9

3.

Ramli Sembiring

34

27

4.

Dastar Sembiring

30

21

5.

Nursiti br. Sembiring

33

15

6.

Kita br. Sembiring

28

12

7.

Amirwati br. Sitepu

23

12

8.

Marlena br. Sitepu

33

13

9.

Namin Pelawi

33

35

10.

Karnias Pelawi

35

27

11.

Husdek Sembiring

32

27

12.

Pelawi Pelawi

27

25

13.

Tambun Pelawi

35

28

14.

Nomor Induk Pelawi

31

23

15.

Prinsip br. Bangun

32

18

16.

Preman Bangun

35

29

17.

Tetap br. Bangun

35

29

18.

Mia Wati br. Tarigan

30

30

19.

Elsi br. Perangin-angin

31

13

20.

Nurayaini br. Perangin-angin

29

17

21.

Rinson Bangun

31

34

22.

Pulung Bangun

35

27

23.

Amos Bangun

32

27

24.

Jahrun Sembiring

35

22

25.

Basmi Sembiring

30

21

26.

Iman Sembiring

30

24

27.

Biji Sembiring

28

24

28.

Person Sembiring

28

28

29.

Lemari Sembiring

35

27


(2)

Lampiran 87. Hasil Uji Beda Rata

rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

PENDAPATAN

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pendapatan sebelum erupsi 68191788.4667 30 3.27203E7 5973878.45062

Pendapatan sesudah erupsi 11142296.1667 30 1.52077E7 2776539.52527

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Pendapatan sebelum erupsi &

Pendapatan sesudah erupsi

30 .410 .024

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 Pendapatan sebelum erupsi -

Pendapatan sesudah erupsi


(3)

Lampiran 88. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan

Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

PENDIDIKAN

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Pendidikan setelah erupsi -

Pendidikan sebelum erupsi

Negative Ranks 28a 14.50 406.00 Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 2c

Total 30

a. Pendidikan setelah erupsi < Pendidikan sebelum erupsi b. Pendidikan setelah erupsi > Pendidikan sebelum erupsi c. Pendidikan setelah erupsi = Pendidikan sebelum erupsi

Test Statisticsb

Pendidikan setelah erupsi -

Pendidikan sebelum erupsi

Z -4.629a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.


(4)

Lampiran 89. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan

Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

SUMBER PANGAN

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Sumber pangan sesudah

erupsi - Sumber pangan sebelum erupsi

Negative Ranks 29a 15.88 460.50 Positive Ranks 1b 4.50 4.50

Ties 0c

Total 30

a. Sumber pangan sesudah erupsi < Sumber pangan sebelum erupsi b. Sumber pangan sesudah erupsi > Sumber pangan sebelum erupsi c. Sumber pangan sesudah erupsi = Sumber pangan sebelum erupsi

Test Statisticsb

Sumber pangan sesudah erupsi - Sumber pangan sebelum erupsi

Z -4.694a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.


(5)

Lampiran 90. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan

Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

PERUMAHAN

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Perumahan sesudah erupsi -

Perumahan sebelum erupsi

Negative Ranks 30a 15.50 465.00 Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 30

a. Perumahan sesudah erupsi < Perumahan sebelum erupsi b. Perumahan sesudah erupsi > Perumahan sebelum erupsi c. Perumahan sesudah erupsi = Perumahan sebelum erupsi

Test Statisticsb

Perumahan sesudah erupsi -

Perumahan sebelum erupsi

Z -4.784a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.


(6)

Lampiran 91. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum d an

Sesudah Erupsi Gunung Sinabung

KEPEMILIKAN LAHAN

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks Kepemilikan lahan setelah

erupsi - Kepemilikan lahan sebelum erupsi

Negative Ranks 25a 15.88 397.00 Positive Ranks 3b 3.00 9.00

Ties 2c

Total 30

a. Kepemilikan lahan setelah erupsi < Kepemilikan lahan sebelum erupsi b. Kepemilikan lahan setelah erupsi > Kepemilikan lahan sebelum erupsi c. Kepemilikan lahan setelah erupsi = Kepemilikan lahan sebelum erupsi

Test Statisticsb

Kepemilikan lahan setelah

erupsi - Kepemilikan lahan sebelum

erupsi

Z -4.422a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on positive ranks.