Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

(1)

DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH

KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Sartika Br Karo

NIM: 100902035

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sartika Br Karo

NIM : 100902035

ABSTRAK

DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH

KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO

Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah dengan kejadiaan bencana alam dan dampaknya bagi penduduk sekitar lokasi bencana alam. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus pada tahun 2010. Pada akhir-akhir ini kembali aktif pada September 2014. Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2 kilometer dari kawah Gunung Sinabung, sehingga lokasi ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan dampak bencana meletusnya Gunung Sinabung.

Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Adapun jumlah populasi dari penelitian ini adalah 348 Jiwa, seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Sinabung yang berada di posko pengungsian Universitas Karo dalam penentuan sampel peneliti mengambil 10% dari populasi yaitu sebanyak 35 orang . Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE Name: Sartika Br. Karo

NIM: 100902035

ABSTRACT

THE IMPACT OF THE DISASTER AFTER THE ERUPTION OF MOUNT SINABUNG ON THE SOCIOECONOMIC LIFE OF THE VILLAGERS BEKERAH NAMAN TERAN

SUB-DISTRICT KARO REGENCY

One of the social problems faced by the people of Indonesia at the time of the incident it is by natural disasters and their impact for the residents around the site of a natural disaster. From any natural disasters that happen would cause heavy losses from every aspect of life. Natural disasters can lead to destructive impacts on economic, social and environmental. Infrastructure damage could disrupt social activities in the field of social impact, including the death of injuries, pain, loss of shelter and community turmoil, while environmental degradation can be mecakup the destruction of forests that protect the Mainland. Mount Sinabung is Mount fire on the plateau of Karo Regency, this mountain was never recorded active since 1600 but suddenly erupted again in 2010. On a late return is active in September 2014. Bekerah village is one of the villages that are in the red zone, a radius of 2 kilometers from the crater of Mount Sinabung, so this location is the location that is closest to the catastrophic impact of the eruption of Mount Sinabung.

This research belongs to the type of research eksplanatif research that is specifically made for the purpose of testing or proving the hypothesis with the method of quantitative approaches, the goal of quantitative research is to develop and employ mathematical models, theories and/or hypotheses pertaining to natural phenomena. As for the population of this research is 348 inhabitants, the whole village community disaster-affected Bekerah eruption of Mount Sinabung located in Karo University refugee command post in the determination of a sample of researchers took 10% of the population, as many as 35 people. Technique of data analysis in this research is eksplanatif data analysis techniques. To see the relationships between variables, hypothesis testing technique research on the correlation of the test used was t.

Based on the results of the research that has been done in post disaster impact mount Sinabung eruption against the socio-economic life of the village community BekerahNamanTeran Sub-district Karo Regency that the eruption of Mount Sinabung gives a very bad impact on the socioeconomic life of the population.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk semua berkat dan rahmat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa penyertaanNya dan bantuan dari berbagai pihak yang turut membantu dan mendukung penulis.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul: “Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo”

Pada Kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada segala pihak yang telah bersedia membantu dan menyemangati dalam pekerjaan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar selaku Ketua Depertemen Kesejahteraan Sosial

3. Bapak Agus Suriadi, Sos.Msi sebagai pembimbing. Terimakasih penulis ucapkan untuk semua yang telah diajarkan dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini, dan semangat yang tidak pernah bosan bapak berikan.

4. Seluruh Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis, selama masa perkuliahan.

5. Seluruh Staff pendidikan dan administrasi FISIP USU, yang membantu segala hal yang dibutuhkan penulis dalam hal administratif, yaitu Ibu Zuraida dan Kak Debby.


(5)

6. Teristimewa untuk kedua orangtua penulis, Bapak N. Sitepu dan Ibunda H. Br Ginting terimakasih buat doa yang tak pernah putus, segala kasih sayang yang tak pernah terhingga, buat dukungan dan memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga kini sampai pada tahap akhir perkuliahan. Semua doa dan harapan kalian akan terus memacu untuk menjadi lebih baik lagi... ‘ Bapa/Nande sabar kam ya.. walaupun udah 1 tahun ini kita hidup di pengungsian, semua akan indah pada waktunya  tetap kuat didalam Tuhan. Buat Nenek Tigan yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis.

7. Buat keluarga yang meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu, Sadrah Sahdi Sitepu adekku sintengah ingat kita harus bahagiakan orangtua kita dan Abetnego Sitepu adek uda semangat sekolahnya.. rajin belajar jangan malas-malas kalau disuruh mamak , Bang Inganta Pulung Sitepu, Angga Ginting, Silvi Srinovela Ginting, Ika Surinaita, dan Seri.

8. Teristimewa untuk kawan-kawan yang berperan besar sampai detik ini Ester Silaban, Grace Hutagalung, Mega Sitinjak, Denti Hutahean, Lispayoni Sembiring, Sari Sitepu, Marlina Ginting, Monika Tarigan, Keristiani Sembiring Selvi Ginting, Agus Sitepu yang memberi masukan dalam penulisan skripsi ini dan semangat yang tak pernah bosan, pernah mengenal kalian adalah hal terbaik dalam hidup.

9. Buat sahabat ku Nande laboh “ Septi Astriani Tarigan” Trimakasih buat smangat dan cerita galaunya  sukses selalu ya...dan badai pasti berlalu 

10.Kepada “my undisclosed desires” yang menjadi teman hati., sahabat, abang paling mengerti setiap senyum dan air mata, Nico Presly Sembiring, tak cukup kata terimakasih untuk semua hal-hal terbaik dan perjuangan yang telah dilewati


(6)

bersama...tetap semangat kuliahnya ya...ingat anak yang paling tua harus menjadi panutan bagi adik-adiknya, harus madiri 

11.Seluruh Staff Posko UKA Kabanjahe dan Staf Kepala Desa Bekerah yang telah meluangkan waktu untuk membantu.

12.Terimakasih penulis ucapkan kepada segala pihak yang belum tersebutkan, untuk semua bantuan dan dukungan yang sangat berarti dabi penulis dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis dengan terbuka hati menerima segala saran membangun dan masukan yang dapat semakin menyempurnakan skripsi ini, untuk itu penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2014

Penulis,

Sartika Br Karo


(7)

DAFTAR ISI Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2.Perumusan Masalah...2

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...10

1.3.1.Tujuan Penelitian...10

1.3.2.Manfaat Penelitian...10

1.4.Sistematika Penulisan...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dampak...11

2.2.Bencana Alam...11

2.3.1.Konsep Bencana...13

2.3.2. Dampak Bencana Alam...14

2.3. Gunung Berapi...17

2.3.1. Pengertian Gunung Berapi...17

2.3.2.Terbentuknya Gunung Berapi...18

2.3.3. Peristiwa Gunung Meletus di Indonesia...19

2.3.4. Penyebab Gunung Berapi Meletus...22

2.3.5. Gunung Sinabung...25

2.3.6. Dampak Gunung Meletus...29

2.3.7. Penanggulangan Letusan Gunung Berapi...34

2.3.8. Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Bencana Alam...35

2.4. Pengertian Kehidupan Sosial Ekonomi...36

2.4.1. Perekonomian Keluarga...38

2.4.2.Pendapatan...39

2.4.3.Pendidikan...40

2.4.4.Kesehatan...41

2.4.5.Kesejahteraan...43

2.5.Kerangka Pemikiran...45

2.6.Hipotesis...48

2.7.Defenisi Konsep dan Defenisi Oprasional...49

2.8.1. Defenisi Konsep ...49

2.7.4.Defenisi Oprasional...49

3.1. Tipe Penelitian...53

3.2. Lokasi Penelitian...51

3.3. Populasi...51

3.4. Sampel ...51

3.5.Teknik Pengumpulan Data...52


(8)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian...55

4.2. Sejarah Berdirinya Desa Bekerah...55

4.3. Gambaran Umum Desa Bekerah Sebelum dan Sesudah Meletusnnya Gunung Sinabung...56

4.3.1.Luas Wilayah...57

4.3.2.Jumlah Penduduk...57

4.3.3. Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Posko Pengungsian UKA Kabanjahe...58

4.3.4. Gambaran Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Mata Pencaharian...66

4.4. Topografi Desa Bekerah...66

4.5. Gambaran Sarana dan Prasarana Desa Bekerah...66

4.5.1. Sarana Kesehatan 4.5.2. Sarana Pendidikan 4.5.3. Sarana Ibadah 4.6. Struktur Penanganan Pengungsi di Posko Pengungsian UKA Kabanjahe...67

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Identitas Responden...68

5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Agama...71

5.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Suku ...71

5.2. Tentang Pendapatan...72

5.3. Tentang Pendidikan...76

5.4. Tentang Kesehatan...78

5.5. Analisis Data Kuantitatif Perbandingan Dampak Setalah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...80

5.5.1. Uji t Untuk Pendapatan...81

5.5.2. Uji t Pendapatan Untuk Biaya Pendidikan Anak...83

5.5.3. Uji t Pendapatan Untuk Yang Membiayai Sekolah Anak...85

5.5.4. Uji t Pendapatan Untuk Pencari Nafkah Dalam Keluarga...87

5.5.5. Uji t Pendidikan Untuk Anggota Keluarga Yang Bersekolah...89

5.5.6. Uji t Untuk Kesehatan...91

5.5.7. Uji t Kesehatan Untuk Kemampuan Berobat...93

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan...95


(9)

DAFTAR BAGAN & GRAFIK

Bagan 2.1 Alur Pikir...47

Grafik 4.1. Data Penduduk Desa Bekerah Menurut Jenis Kelamin Sebelum Meletusnya Gunung Sinabung...58

Grafik 4.2. Data Penduduk Desa Bekerah Menurut Jenis Kelamin di Posko UKA Kabanjahe Setelah Meletusnya Gunung Sinabung...59

Grafik 4.3. Data Peduduk Desa Bekerah Menurut Usia Sebelum Gunung Sinabung Meletus...60

Grafik 4.4. Data Peduduk Desa Bekerah Menurut Usia di Posko Uka Setelah Gunung Sinabung Meletus...61

Grafik 4.5. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama Sebelum Gunung Sinabung Meletus...62

Grafik 4.6. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Agama di Posko Pengungsian UKA Sesudah Gunung Sinabung Meletus...63

Grafik 4.7. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Pendidikan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...64

Grafik 4.8. Data Penduduk Desa Bekerah Berdasarkan Pendidikan Sesudah dan Sebelum Gunung Sinabung Meletus...62

Tabel 5.1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...68

Tabel 5.2. Identitas Responden Berdasarkan Usia...69

Tabel 5.3. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan...70

Tabel 5.4. Identitas Responden Berdasarkan Agama...71

Tabel 5.5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan...72

Tabel 5.6. Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Gunung ...73

Tabel 5.7. Data Pencari Nafkah Dalam Keluarga Responden ...74

Tabel 5.8. Data Pendapatan Responden Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendidikan anak...75

Tabel 5.9. Data Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Bersekolah...76

Tabel 5.10. Data Responden Berdasarkan Sumber Biaya Pendidikan Anak...77


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Sartika Br Karo

NIM : 100902035

ABSTRAK

DAMPAK BENCANA PASCA MELETUSNYA GUNUNG SINABUNG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA BEKERAH

KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO

Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah dengan kejadiaan bencana alam dan dampaknya bagi penduduk sekitar lokasi bencana alam. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus pada tahun 2010. Pada akhir-akhir ini kembali aktif pada September 2014. Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2 kilometer dari kawah Gunung Sinabung, sehingga lokasi ini merupakan lokasi yang paling dekat dengan dampak bencana meletusnya Gunung Sinabung.

Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang secara khusus dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis dengan metode pendekatan kuantitatif, Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Adapun jumlah populasi dari penelitian ini adalah 348 Jiwa, seluruh masyarakat Desa Bekerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Sinabung yang berada di posko pengungsian Universitas Karo dalam penentuan sampel peneliti mengambil 10% dari populasi yaitu sebanyak 35 orang . Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data eksplanatif. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo bahwa meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi penduduk.


(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES THE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE Name: Sartika Br. Karo

NIM: 100902035

ABSTRACT

THE IMPACT OF THE DISASTER AFTER THE ERUPTION OF MOUNT SINABUNG ON THE SOCIOECONOMIC LIFE OF THE VILLAGERS BEKERAH NAMAN TERAN

SUB-DISTRICT KARO REGENCY

One of the social problems faced by the people of Indonesia at the time of the incident it is by natural disasters and their impact for the residents around the site of a natural disaster. From any natural disasters that happen would cause heavy losses from every aspect of life. Natural disasters can lead to destructive impacts on economic, social and environmental. Infrastructure damage could disrupt social activities in the field of social impact, including the death of injuries, pain, loss of shelter and community turmoil, while environmental degradation can be mecakup the destruction of forests that protect the Mainland. Mount Sinabung is Mount fire on the plateau of Karo Regency, this mountain was never recorded active since 1600 but suddenly erupted again in 2010. On a late return is active in September 2014. Bekerah village is one of the villages that are in the red zone, a radius of 2 kilometers from the crater of Mount Sinabung, so this location is the location that is closest to the catastrophic impact of the eruption of Mount Sinabung.

This research belongs to the type of research eksplanatif research that is specifically made for the purpose of testing or proving the hypothesis with the method of quantitative approaches, the goal of quantitative research is to develop and employ mathematical models, theories and/or hypotheses pertaining to natural phenomena. As for the population of this research is 348 inhabitants, the whole village community disaster-affected Bekerah eruption of Mount Sinabung located in Karo University refugee command post in the determination of a sample of researchers took 10% of the population, as many as 35 people. Technique of data analysis in this research is eksplanatif data analysis techniques. To see the relationships between variables, hypothesis testing technique research on the correlation of the test used was t.

Based on the results of the research that has been done in post disaster impact mount Sinabung eruption against the socio-economic life of the village community BekerahNamanTeran Sub-district Karo Regency that the eruption of Mount Sinabung gives a very bad impact on the socioeconomic life of the population.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di televisi, bencana alam tidak dapat dianggap sebagai masalah yang biasa saja. Dari setiap bencana alam yang terjadi pasti menimbulkan kerugian yang besar dari setiap aspek kehidupan. Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mecakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.

Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reproduksi Resiko Bencana juga memberikan peringkat yang tertinggi untuk Indonesia pada level pengaruh bencana terhadap manusia pringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1 dari 265 untuk tsunami. Bencana yang sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini adalah bencana letusan gunung berapi dan menurut data Indonesia mempunyai 129 buah gunung berapi aktif atau sekitar 13% dari gunung api aktif di dunia. Seluruh gunung api tersebut berada pada jalur tektonik yang memanjang mulai dari pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Halmahera, dan Kepulauan Sangir Talaud yang menempati seperenam dari luas daratan Nusantara. Berkumpulnya gunung api di Nusantara karena Indonesia tepat berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik raksasa, yakni lempeng Pasifik, Australia, dan Eurasia. Wilayah sepanjang garis pertemuan ini di kenal dengan sebutan busur Cincin Api Pasifik atau Pasifik Ring of Fire. Sepanjang pergerakan lempeng terus terjadi, maka sepanjang itu pula ke 129 gunung berapi di Indonesia akan terus menggeliat aktivitasnya, dan kelak tentu meletus (Minarjo, 2007: 25)


(13)

Menurut data terbaru Gunung berapi yang meletus beberapa tahun terakhir ini di Indonesia diantaranya adalah Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun 2010. Aktivitas seistemik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan sedikitnya 353 orang tewas, Gunung Kelud yang terletak di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, Jawa Timur meletus Kamis 13 Feberuari 2014 malam Abu vulkanik menyebar hingga ketinggian 17 kilometer dari puncak Gunung Kelud. Akibatnya 2 orang dilaporkan tewas dan 18 orang lainnya dilaporkan hilang. Gunung Kelud mulai erupsi pada Kamis malam, sekitar pikul 23.00 WIB dan 23.23 WIB. Letusan besar terjadi pada pukul 23.29 WIB. Kelud berstatus awas atau level IV sejak Kamis 13 Feberuari 22.15 WIB dan Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yakni Tegal, Brebes, Pemalang, Purbalingga, dan Banyumas itu terpantau mengeluarkan suara gemuruh (dentuman) yang disertai dengan letusan sinar api, Rabu (6/8) malam. “ sejak Rabu (6/8) malam hingga, Kamis (7/8) pukul 12.00 WIB. Gunung Slamet teramati kembali mengeluarkan empat kali letusan sinar api dengan ketinggian 50 hingga 300 meter dari kawah” kata Sudrajat, Kamis (7/8/2014). Gunung Selamet dengan ketinggian 3.432 meter dari permukaan air laut (mdlp) dengan level Waspada

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Letusan_Merapi_2010. Diakses pada tanggal 7 September 2014 pukul 0:15 WIB)

Terdapat beberapa gunung di Sumatra Utara yang aktif maupun tidak aktif yaitu sebagai berikut, Gunung Sibuatan yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara tidak aktif. Dengan ketinggian 2457 mdlp, maka bila dibandingkan secara geogarafis Sibuatan berada diposisi pertama mengalahkan Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2460 mdlp, Gunung Toba (Pusuk Buhit) Sumatra Utara terdiri dari beberapa wilayah, memiliki nilai-nilai yang begitu mengagumkan dan mendukung kemajuan dunia kepariwisataan Kabupaten


(14)

Samosir yang berada persis ditengah Danau Toba dengan status tidak aktif. Gunung Sibayak merupakan salah satu gunung api aktif di Sumatera Utara yang terletak di Kabupaten Karo tepatnya tidak jauh dari Kota Brastagi. Gunung ini tidak berbahaya untuk di daki intinya adalah berhati-hati. Gunung Sinabung merupakan salah satu objek pariwisata kebanggaan Sumatera Utara, berada pada titik puncak dengan ketinggian 2.460 meter diatas permukaan air laut dengan status aktif. Sorik Marapi adalah sebuah gunung yang masuk dalam kawasan Batang Gadis, secara administratif berada di Desa Sibanggor Julu Kecamatan Sorak Marapi,

Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Gunung Sinabung adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, gunung ini tidak pernah tercatat aktif sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali meletus pada tahun 2010. Letusan gunung ini terjadi sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini. Pada 27 Agustus 2010 gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 210) Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status Gunung ini dinaikan menjadi awas dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut, sebagian Kota Medan juga diselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada 7 September Gunung Sinabung kembali meletus ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer, debu vulkanis ini tersembur hingga 5000 meter di udara.


(15)

Pada tahun 2013 Gunung Sinabung meletus kembali sampai 18 September 2013 telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 Sebtember 2013 dini hari kemudian terjadi kembali pada sore harinya pada 17 Sebtember 2013, terjadi 2 kali letusan pada siang dan sore hari letusan ini melepasakan awan panas dan debu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelum peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya, tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga permukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.

Akibat pristiwa ini status Gunung Sinabung dinaikan ke level 3 menjadi siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari pada tanggal 29 September 2013 status di turunkan menjadi level 2 waspada. Aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikan kembali menjadi siaga, pengungsian penduduk di desa-desa dilakukan sekitar berjarak 5 km .

Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu disertai luncuran awan panas sampai 1,5 kilometer, pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjudkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 meter di atas puncak gunung akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km disebelah timur terkena hujan abu vulkanik.pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 WIB status Gunung Sinabung dianikan ke level tertinggi level 4 (awas), penduduk 21 desa dan 2 dusun juga harus diungsikan ke 24 titik posko pengungsian yaitu pos Jambur Sempakata, Kelasis GBKP Kabanjahe, Kelasis GBKP Brastagi, Masjid Istikar Brastagi, Universitas Karo, Tanjung Pulo, Tiga Binanga, Gedung KNPI, GBKP Jalan Kotacane, GBKP Asrama Kodim, Jambur Tongkoh, Losd Tiganderket, Taman Doa Ora Et Labora, Jambur Tuah Lopati, Kantor ASAP, GBKP Katepul, GBKP/Retreat Center, GPDI Simpang Empat, KWK Brastagi.


(16)

Berikut ini daftar desa-desa yang mengungsi karena erupsi Gunung Sinabung Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Gurukinayan, Sukameriah, Berastepu, Bekerah, Gamber, Simacem, Perbaji, Mardinding, Kuta Gugung, Kuta Rayat, Sigarang-garang, Sukanalu, Temberun, Kuta Mbaru, Kuta Tonggal, Selandi, Dusun Sibintun, Dusun Lau Kawar, Naman Teran.

Status level 4 (awas) terus bertahan hingga memasuki tahun 2014 guyuran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, latusan, dan luncuran awan panas terus menerus sampai hati berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan. Sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah Kecamatan

Payung yang berada dalam zona bahaya.

Diakses pada tanggal 7 September 2014 pukul 19:01 WIB)

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan bencana ini, salah satunya adalah mengevakuasi penduduk desa-desa yang dianggap rawan terkena letusan Sinabung, memberikan bantuan logistik dan beasiswa bagi anak-anak pengungsi yang masih sekoah. Selain pemerintah, banyak Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat sekitar dan para relawaan yang ikut turun tangan dalam memberikan bantuan kepada korban erupsi Sinabung. Bantuan yang diberikan yaitu, posko dapur umum, aksi siaga sehat, aksi siaga gizi, penyaluran makanan, obat-obatan, logistik, toilet portable, sanitasi dan trauma healing. Paket bantuan beras, mie instan, gula, susu, telur, bantuan pendidikan untuk anak-anak dalam bentuk beasiswa, buku-buku cerita berbahasa Inggris (bilingual), dan peralatan sekolah.


(17)

terlihat masih banyak berdiri Posko-Posko yang setiap Poskonya dihuni sedikitnya 100 atau bahkan ada yang jumlahnya mencapai ribuan jiwa.

Akibat bencana ini pemerintah merencanakan relokasi bagi 3 desa yaitu desa yang dekat dengan kawah Gunung Sinabung” Ketiga desa yang harus direlokasi yakni Desa Suka Meriah Kecamatan Payung, Desa Bekerah dan Desa Simacem Kecamatan Naman Teran”, kata Kordinator Media Center Penanggulangan Bencana Sinabung Posko Kabanjahe, Jhonson Tarigan di Medan Sabtu (8/2/2014). Ketiga desa tersebut menutut dia sering dilintasi semburan awan panas, aliran lava, gas beracun, lontaran batu pijar akibat erupsi Gunung Sinabung dan sangat berbahaya bagi keselamatan penduduk yang tinggal di daerah itu. Karena itu pemerintah perlu memindahkan warga yang hanya berjarak dalam radius 3 kilometer dari kawah Gunung Sinabung. Dia menambahkan jumlah penduduk yang terdapat di tiga desa itu sebanyak 1.255 orang yakni desa sukameriah 450 orang (137 kepala keluarga), Desa Bekerah 348 orang (115 kepala keluarga) dan Desa Simacem 467 orang (137 kepala keluarga). Dalam relokasi tersebut, setiap kepala keluarga akan diberikan bantuan tanah seluas 100 meter persegi untuk di jadikan relokasi perumahan. Pemerintah masih mencari lahan yang akan dijadikan tempat relokasidan bangunan rumah bagi warga

yang dipindahkan tersebut

desa-dekat-sinabung-direlokasi. Diakses pada tanggal 8 September 2014 pukul 7.00 WIB)

Hingga kini relokasi belum dilakukan oleh pemerintah, ribuan warga Desa Simacem, Bekerah dan Suka Meriah belum jelas mereka masih berada di beberapa titik posko pengungsian di Kabanjahe seperti yang di beritakan pada Harian Andalas pada hari Selasa,12 Agustus 2014”penyelesaian relokasi total pengungsi erupsi Sinabung yang berada di zona merah, sampai saat ini belum menemui titik terang kepastiannya. Termasuk membenahi areal pertanian waga yang rusak parah terkena erupsi Sinabung meliputi Kecamatan Naman Teran


(18)

mendesak

Desa Bekerah merupakan salah satu desa yang berada di zona merah radius 2 kilometer dari kawah Gunung Sinabung, Desa Bekerah juga dekat dengan beberapa tempat wisata yang berada di lereng Gunung Sinabung seperti Pemandian Air Panas Gurukynayan, Danau Lau Kawar dan Uruk Tuhan. Desa Bekerah juga dekat dengan mata air, maka tidak heran jika di kamar mandi umum air pancuranya mengalir 24 jam, udaranya sangat sejuk karena Desa Bekerah di kelilingi oleh hutan. Sebagian besar penduduk Desa Bekerah adalah petani dan menanam tanaman muda seperti kol, kentang, tomat, cabai, buncis, jagung sedangkan tanaman tua yang mereka tanam seperti jeruk, kopi, cengkeh dan lain sebagainya. Lahan pertanian luas dan subur karena guyuran abu vulkanik, pada umumnya penduduk Bekerah bertani secara tradisional. Pada umumnya masyarakat Desa Bekerah memiliki ladang dan rumah sendiri, Mereka juga berternak, ternak mereka seperti babi, kambing, lembu dan kerbau. Adat istiadat mereka juga begitu kuat, jika ada yang berpesta seperti pernikahan seluruh penduduk desa pasti di undang karena masih memiliki ikatan persaudaraan, begitu juga jika ada upacara penguburan yang meninggal maka pada umumnya seluruh masyarakat Bekerah akan datang melayat kerumah duka dan ke jambur. Penduduk Desa Bekerah pada umumnya bermarga Sitepu Batunanggar yaitu simanteki kuta (pendiri desa) tersebut, persatuan masyarakat Desa Bekerah juga begitu Kuat dalam hal gontong royong. Misalnya ketika musim menanam padi (merdang) keluarga yang diundang akan datang tanpa diberi gaji tapi setelah selesai menanam padi (merdang) maka akan diadakan makan bersama. Begitu juga ketika musim panen (rani).

Namun pasca bencana erupsi Gunung Sinabung penduduk Desa Bekerah diungsikan posko pengungsian Universitas Karo Kabanjahe berada diposko pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabanjahe. Sudah hampir setahun mereka tinggal di pengungsian dengan


(19)

kondisi yang sangat memperihatinkan air bersih yang sangat terbatas, kebersihan yang minim dan kesehatan yang tidak terjamin, pekerjaan dan penghasilan tidak jelas. Bantuan logistik telah dihentikan sejak beberapa bulan belakangan ini pasca pemberian bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BNPB memberikan bantuan melalui program sewa rumah dan lahan pertanian serta jaminan hidup.

Seperti yang di tayangkan liputan 6 pagi SCTV, Jumat (27/6/2014), sebagian besar pengungsi mengaku belum mendapatkan hunian dan lahan pertanian. Hal itu karena biaya dan jaminan hidup yang mereka terima tidak memadai untuk keperluan sewa rumah pengungsi menerima uang sebesar Rp 1,8 juta per 6 bulan. Kemudian dana 2 juta untuk sewa lahan pertanian per tahun, serta bantuan Rp 5 ribu untuk jamina hidupperhari untuk tiap orang. Bantuan dana sejumlah itu sejumlah pengungsi mengaku belum mendapatkan rumah kontrakan maupun lahan pertanian.

Hingga kini para pengungsi masih bingung apakah direlokasi atau tidak. Mereka pun tidak tahu lagi harus beberapa lama menunggu di pengungsian, hingga kini belum ada kepastian hidup mereka dari pemerintah (http://m.liputan6.com/news /read/2069489/bantuan-logistik-terhenti-ribuan-pengungsi-sinabung-terlantar. Diakses pada tanggal 8 September 2014 pukul 8:19 WIB)

Dari berbagai permasalahan yang dihapi pengungsi erupsi Gunung Sinabung maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap penduduk Desa Bekerah dengan judul “Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.” Yaitu untuk mengetahui apakah dampak yang timbulkan erupsi Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah yang masih berada di posko pengungsian Universitas Karo(UKA) Kabanjahe.


(20)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah Apakah Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dampak bencana paca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, dapat mempertajam kemampuan menulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat khususnya dalam permasalahan pemberian bantuan bagi korban bencana alam seperti korban erupsi gunung berapi.

b. Bagi fakultas , memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial, terutama mengenai bencana alam.

c. Memberikan masukan kepustakaan serta menjadi sumber masukan kepada instansi terkait.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB 1 : PENDAHULUAN


(21)

Mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, secara sistemaatika.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, defenisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian teknik pengumpulan data,serta teknik analisis data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran atas penelitian yang dilakukan. Bab ini juga akan memberikan kritik dan saran dalam rangka proses membangun kearah yang lebih baik lagi untuk semua objek yang terkait dalam penelitian ini.


(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Dampak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Pengertian yang lain adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentu watak, kepercayaan dan perbuatan orang. Pengaruh adalah sesuatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi (KBBI,Oneline 2014).

2.2.Bencana alam

Bencana alam adalah suatu pristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyebutkan defenisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktoe alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Defenisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 juga mendefenisikan mengenai bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Berikut defenisi jenis bencana:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir kekeringan, angin topan dan tanah longsor.


(23)

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunikasi masyarakat dan terror.

Menurut Bakormas PB (2007), bencana terjadi jika ada ancaman yang muncul karena kondisi kerentanan yang ada. Secara sederhana hubungan ancaman dengan kerentanan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kejadian Bencana

Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, kerusakan lingkungan dan menimbulkan dampak suatu kondisi yang ditentukan oleh psikologis. Kerentanan adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik sosial, ekonomi dan sosial budaya dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana ( Bakormas PB, 2007). Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi serta memiliki kerentanan/ kerawanan yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/ luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah untuk menghindari bencana dan daya tahan


(24)

mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan “ bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidak berdayaan. ” Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan system dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang akan hadir. Meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketahanan terhadap bencana yang cukup akan meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat bencana.

2.3. 1. Konsep Bencana

Adapun konsep bencana meliputi:

a.Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami ( suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidak berdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam.

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Bencana alam geologis

Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi

( gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.

2. Bencana alam klimatologis

Bencana ini merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan dan kevakaran alami hutan ( bukan ulah manusia).


(25)

3. Bencana alam ekstra-terestrial

Bencana ini adalah bencana alam yang terjadi diluar angkasa. Contoh: hantaman meteor. Bila benda-bemda langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi.

b. Bencana Non-alam

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang anta lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit ( UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 3).

Klasifikasi bencana non alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kegagalan Teknologi/ Konstruksi

Penyebab bencana kegagalan teknologi, antara lain: kebakaran, kegagalan/ kesalahan desain keselamatan pabrik, kesalahan prosedur pengoperasian pabrik, kerusakan komponen, kecelakaan transportasi dan dampak ikutan dari bencana alam.

2. Epidemi

Epidemi, wabah dan kejadian luar biasa merupakan ancaman yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit disuatu daerah tertentu. Pada skala besar, epidemi atau wabah atau kejadian luar biasa dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit dan korban jiwa. Beberapa penyakit yang pernah terjadi di Indonesia dan sampai sekarang harus terus diwaspadai antara lain demam berdarah, malaria, flu burung, busung lapar dan HIV/AIDS. Wabah penyakit pada umumnya sangat sulit dibatasi penyebarannya, sehingga kejadian yang pada awalnya merupakan kejadian local dalam waktu singkat bisa menjadi bencana nasional yang banyak.


(26)

c. Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror (UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana, Bab 1 Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 4). Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi. Klasifikasi bencana sosial berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Kerusuhan atau konflik sosial

Kerusuhan atau konflik sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-hara/kerusuhan atau perang disuatu daerah tertentu yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku ataupun masyarakat tertentu. Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keaneka ragaman suku bangsa,bahasa, agama ,ras dan etnis, golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan melusanya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

2. Terorisme/ Sabotase

Aksi terror/ sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan keresahan masyarakat, kerusakan bangunan, dan mengancam atau mebahayakan jiwa seseorang/ banyak orang oleh seseorang/golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab. Aksi terror/ sabotase biasanya dilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu, penyerbuan tiba-tiba suatu wilayah, tempat dan sebagainya. Aksi terror/sabotase sangat sulit di deteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan seseorang/golongan secara diam-diam atau rahasia.


(27)

Ada beberapa jenis-jenis bencana alam yaitu 1. Banjir

Banjir adalah pristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan, banjir disebabkan volume air di suatu badan air seperti sungai dan danau meluap karena curah hujan yang tinggi dan tidak lancar jalan air yang di karenakan oleh sampah-sampah membuat jebolnya bendungan sehingga keluar air dari batas alaminya.

2. Gunung Meletus

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma didalam perut bumu yang di dorong keluar oleh tekanan gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat yang terdapat didalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan sekitar 1.000C. Cairan yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai700-1200C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyeembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.

Gunung api bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi iklim di bumi, seperti yang terjadi di Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Provinssi Banten, Indonesia (Susila, 2010: 40-41).

3. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.Gempa bumi biasa disebabkan pergerakan kerak bumi (lempeng Bumi). Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang di hasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempeng yang bergerak. Semakin lama teekanan itu kian


(28)

membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat di tahan lagi oleh pinggiran lempengan pada saat itulah gempa bumi terjadi.

4. Tanah Longsor

Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu perisriwa geologi yang terjadi karena pergerakkan masa bantuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan stau gumpalan besar tanah.Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan pemicu.

2.3.2 Dampak Bencana Alam

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial, lingkungan. Kerusakan Infrastruktur dapat mengganggu aktifitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Salah satu bencana alam yang menimbulkan dampak yang paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah bersar tidak menyebapkan kematian,membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung, berapi, hujan lebat dan topan.(Wikipedia, 2011)

2.4Gunung Berapi

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 diantaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia memiliki banyak gunung berapi karena letak negara indonesia berada pada


(29)

pertemuan tiga lempeng tektonik raksasa. Yaitu, lempeng Pasifik, Indo Australia, Eurasia. Ketiga lempeng tersebut saling bergerak dengan titik tengahnya di wilayah Indonesia. Akibatnya, terjadilah tumbukan di titik pertemuan ketiga lempeng. Jika daat bertubrukan ada sebagian yang tertindih masuk kedalam bumi dan terjadi peleleran terbentuklah gunung berapi. Bila lempeng bertubrukan keatas, terjadilah gunung seperti Himalaya. Sementara itu, jika lempeng tersebut bergesekan, terjadilah gempa tektonik yang cukup hebat area sepanjang garis pertemuan lempeng itu disebut busur Cincin Api Pasifik atau Pasific Ring of Fire.

Karena letaknya yang berada di areal Ring of Fire, Indonesia tercatat sebagai negara yang paling banyak mengalami letusan gunung berapi. Setiap letusan yang terjadi selalu menimbulkan korban jiwa. Sebagai contoh, letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat pada tahun 1815 menewaskan 100.000 jiwa. Gunung Kelud yang menewaskan 5.000 jiwa. Sementara itu, Gunung Krakatau yang meletus tahun

1883 menewaskan 36.000 orang.

2.4.1 Pengertian Gunung Berapi

Gunung berapi adalah Gunung yang masih aktif. Di dalam perut gunung terdapat magma yang sangat panas, mengeluarkan gas dan tekanan yang sewaktu-waktu dapat mengalir keluar gunung, bahkan meletus. Gunung berapi yang masih aktif antara lain Gunung Merapi, Krakatau, Bromo, Slamet, Semeru, Ciremai, Raung, Kerinci dan Gunung Kelud. Dilihat dari bentuk kapundannya, gunung berapi dikelompokkan menjadi dua. Ada gunung berapi yang masih utuh dengan kapundan di tengahnya, ada pula gunung api lama yang telah terpotong kapundannya antara lain Gunung Cimahi, Gunung Muria, Gunung Merapi, Gunung Dompo Batang, dan lain-lain. Sementara itu, gunung yang tidak memiliki kapundan adalah gunung Burangrang yang merupakan sisa gunung api Sunda di Jawa Barat dan Pulau Sertung yang merupakan bagian sisi gunung Krakatau.


(30)

2.4.2 Terbentuknya Gunung Berapi

Gunung berapi terbentuk ketika suatu lubang atau celah yang berada di kerak bumi mengakibatkan magma terdorong keluar melaluinya. Di bawah sebuah gunung berapi, terdapat suatu rongga yang berisi batuan cair, yang disebut juga ruang magma. Batuan itu terbentuk dibawah lapisan kerak, Dibawah sebuah punggung bukit di tengah lautan ketika lapisan-lapisan kerak bergerak terpisah. Karena aktivitas gunung berapi, magma mengalami tekanan dan menjadi lebih renggang dibanding lapisan di bawah kerak sehingga secara bertahap magma bergerak naik. Banyak gas yang dihasilkan dan pada akhirnya tekanan yang terbentuk menjadi besar sehingga menyebabkan suatu letusan kepermukaan bumi. Pada tahap ini, gunung berapi menyemburkan bermacam gas, debu, dan pecahan batuan. Lava yang mengalir dari suatu celah di daerah yang dataran akan membentuk plateau lava.

2.4.3 Peristiwa Gunung Meletus di Indonesia

1. Gunung Merapi

Berada diantara Provinsi Jawa Tengah dan DI Yokyakarta yang saatini masih sangat aktif. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.Gunung Merapi membawa berkah material pasir bagi masyarakat setempat. Bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi objek wisata para wisatawan. Kini, Gunung Merapi termasuk kawasan Taman Nasional Merapi.Evusif di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu hingga 10.000 tahun lalu. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan terdahsyat pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah pulau jawa diselubungi abu vulkanik. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan Kerajaan Mataram


(31)

Kuno harus Berpindah tempat ke Jawa Timur. Letusan yang berlangsung pada tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.

2. Gunung Tambora

Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat termasuk gunung berapi bertipe stratovulkanik. Gunung ini diperkirakan mencapai tinggi lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut. Peristiwa letusan 5 April 1815 merupakan letusan gunung terbesar paling menghancurkan di dalam sejarah umat manusia. Akibatnya, setengah populasi penduduk Sumbawa atau sekitar 92.000 jiwa pada saat itu, tewas.

Letusan terdahsyat sebanyak 36 mil kubik itu telah menyemburkan material paling banyak dalam sejarah manusia. Selain itu, juga menciptakan kawah dengan diameter tujuh kilometer dengan kedalaman kawah 800 meter, dan keliling kawahnya 16 kilometer. Debu halus yang disemburkan dari lerusan Gunung Tambora menutupi lasngit di atas wilayah yang luas sekali dengan radius 200 mil. Akibatnya terjadi hujan abu di kawasan seluas 900 mil. Hal yang menarik, lapisan debu yang menyembur ternyata telah menghambat sinar matahari untuk mencapai bumi. Dengan begitu, terjadilah perubahan musim secara tiba-tiba saat itu di beberapa bagian bumi. Temperatur udara mengalami perubahan derastis di seluruh dunia. Pada musim panas tahum 1815, di belahan bumi sebelah utara menjadi musim dingin karena kurangnya sinar matahari yang tidak mampu menembus bumi.

Gunung Tambora pada saat itu mengeluarkan begitu banyak debu atmosfer sehingga menyebabkan pendinginan global. Sampai-sampai tahun 1816 dikenal sebagai tahun tanpa musim semi atau mati membeku. Letusan terdahsyat Gunung Tambora itu, mengakibatkan masyarakat di pulau Sumbawa mengalami kelaparan. Tanah pertanian tertutup debu dan tidak dapat diolah. Dalam waktu singkat sekitar 700.000 sampai 800.000 penduduk tewas akibat kelaparan.


(32)

Letusan Gunung Tambora pada 5 april 1815 menghasilkan dentuman yang sangat keras hingga terdengar di Jakarta (yang jaraknya 1.250 kilometer) dan Ternate (1.400 kilometer). Hujan abu pertama jatuh di Basuki Jawa Timur. Pada tanggal 10 dan 11 April 1815, dentuman letusan Gunung Tambora terdengar sampai ke Pulau Bangka (1.500 kilometer) dan Bengkulu (1.775 kilometer). Gempa bumi terjadi bersamaan dengan letusan gunung ini yang terdengar sampai Surabaya (600 kilometer), mengakibatkan 92.000 orang meninggal dunia. 3. Gunung Galunggung

Gunung Galunggung berada di ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, sekitar 17 kilometer dari pusat kota Tasikmalaya. Gunung ini pernah meletus dahsyat tahun 1822. Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822. Saat itu air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolam asap dari dalam kawah. Letusan pada 8-12 Oktober 1822, menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas serta lahar. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa

4. Gunung Krakatau

Gunung Krakatau merupakan gunung yang masih aktif dan berada di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera gunung berapi ini pernah meletus terdahsyat pada 26 Agustus 1883. Letusan dahsyatnya mengakibatkan terjadinya tsumani dan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai kini, kejadian itu adalah peristiwa tsunami yang terdahsyat yang pernah ada. Suara letusan Gunung Krakatau sampai terdengar Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues, dekat Afrika sejauh 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali dari bom atom yang meledak di Herosima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Gunung Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar


(33)

redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York Amerika Serikat.

Letusan Gunung Krakatau merupakan bencana besar pertama di dunia setelah pertemuan telegraf bawah laut. Ini di perkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut setelah membentuk perissai atmosfer setebal 20-150 meter dan menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat Celcius selama 10-20 tahun.

Ledakan itu merupakan yang paling besar suara paling keras, dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai radius 4.600 kilomerer dari pusat ledakan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang (Tyas, 2008 :33- 40)

2.4.4 Penyebab Gunung Berapi Meletus

Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu panans ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batuan-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang yang kemudian bercampur dengan magma.Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km dibawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.

Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan. Hal itu terjadi karena massanya lebih ringan dibanding batu-batu pada sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batuan batuan didekatnya. Akibatnya, terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kasbin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) tempat letusan material-material vulkanik berasal. Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau


(34)

melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju kepermukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama- sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudain menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater ) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat didasar kawah tersebut. Sete;ah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai kepermukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.

Saat gunung berapi meletus, banyak material yang dikeluarkan. Berikut ini material – material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan.

1. Gas vulkanik adalah gas – gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang dikeluarkan antara lain karbon monok sida (CO), Karbondioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfurdioksida (SO2) Nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia. Gas lain dalam jumlah kecil adalah klorin (CL) dan florin (F).

2. Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir kepermukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya, mengikuti sungai ataulembah yang ada. Sementara itu, lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya. 3. Lahar sangat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung berapi. Lahar

adalah banjir bandang di lereng gunung yang yang terdiri atas campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah, dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah letusan sehingga air


(35)

danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan disekitar puncaknya.

4. Tepra disebut juga dengan material piroklasik (pyroclaric material). Gunung berapi yang memiliki kandungan magma yang kental, bila terjadi letusan yang eksplosif, akan menghasilkan aliran piroklastik (pyroclastic flow). Di Indonesia aliran piroklastik ini biasa dikenal dengan istilah wedus gembel. Aliran ini disebut wedus gembel karena berupa awan panas ini seperti kambing gibas yang dalam bahasa jawa disebut wedus gembel. Wedus gembel merupakan awan panas yang tersusun dari batu, debu, bara, dan gas, mengalir menuruni lereng gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi, mencapai 300 km/jam. Kecepatannya kira-kira 2 kali kecepatan maksimal mobil sedan yang melaju di jalan tol. Semua benda yang dilaluinya akan hangus terbakar dan hancur.

5. Awan panas bisa berupa awan panas aliran awan panas hembusan, dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran mengalir dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan keatas oleh kekuatan letusan yang besar. Materialnberukuran besar akan jatuh di sekitar puncak, sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari puncak karena pegaruh hembusan angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebapkan sesak nafas, bahkan sampai tidak bernafas.

6. Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya.


(36)

2.4.5 Gunung Sinabung

Gunung Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung berapi di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatra Utara Indonesia. Sinabung Bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi di Sumatra Utara dan menjadi puncak tertinggi di provinsi itu. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter.Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010.Letusan terakhir gunung ini sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini.

1. Letusan Agustus Tahun 2010

Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar 00.15 WIB (28 Agustus 2010,17.15 UTC), Gunung Sinabung mengeluarkan lava.Status gunung ini dinaikan menjadi Awas. Dua belas ribu warga disekitarnya di evakuasi dan ditampung di 8 lokasi Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah baratdaya menuju timur laut, sebagian kota medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya.

2. September 2010

Pada tanggal 3 September terjadi dua letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vulkanis setinggi 3 kilometer.Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumivulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer disekitar gunung ini.Pada Tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali meletus ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.


(37)

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi pada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik.Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga permukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.Status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan.

Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilakukan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m diatas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dikenakkan ke level tertingg, level 4 (awas ). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun di ungsikan. Berikut ini daftar desa-desa yang mengungsi karena erupsi Gunung Sinabung Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Gurukinayan, Sukameriah, Berastepu, Bekerah, Gamber, Simacem, Perbaji, Mardinding, Kuta Gugung, Kuta Rayat, Sigarang-garang, Sukanalu, Temberun, Kuta Mbaru, Kuta Tonggal, Selandi, Dusun Sibintun, Dusun Lau Kawar, Naman Teran.


(38)

Status level 4 (awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus- menerus samai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.

Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung memulai stabil dan di rencanakan pengungsi yang berasal dari luas radius bahaya (5 km) dapat di pulangkan. Sehari kemudian 14 orang di temukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung yang berada dalam zona bahaya.Korban luncuran awan panas yang semula 14 orang telah bertambah 3 orang hingga semua korban menjadi 17 orang

pada tanggal 25 Juli 2014 pukul

9.53 WIB)

Sebelumnya pada Kamis, 23 Januari 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sempat mengunjungi para pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Kabanjahe didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono. Pada kunjungan tersebut, Presiden sempat memberikan empat arahan sebagai solusi penanganan bencana Sinabung, diantaranya:

1. Meminta PNPB agar melakukan penaganan bencana sesuai dengan proritasnya, dalam hal tersebut Pemerintah Kabupaten Karo dibanti Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan BNPB melakukan upaya penyelamatan jiwa, sehingga tidak ada jatuh korban jiwa.

2. Presiden memerintahkan agar kebutuhan dasar, psikologis harus di perhatikan dan tidak boleh ada yang drop out.

3. Presiden juga memberikan solusi terhadap petani yang terdampak erupsi, dalam hal ini di sebut bahwa pemerintah akan memberikan bibit maupun bantuan kredit kepada


(39)

para petani. Selain itu, bantuan perbankan juga akan diberikan bagi yang tidaak dapat mengembalikan karenapertaniannya hancur.

4. Sebagai arahan ke empat saat itu Presiden juga yang tinggal di radius 3 Km segera di relokasikan, karena tidak aman.

Kini keberadaan pengungsi erupsi Sinabung sepertinya sudah terlupakan. Hampir tidak ada pemberitaan di media massa terkait nasib mereka. Hingga bulan Juni 2014, relokasi yang di janjikan kepada para pengungsi juga tidak ada kejelasan. Sebagai akibatnya, hingga kini banyak diantara korban erupsi Gunung Sinabung yang diperkirakan berjumlah 15.800 hidup terlunta-lunta. Berikut ini adalah kabar menyedihkan terkait keberadaan para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung yang mengemuka disampaikan oleh Pdt. Agustinus Purba yang menjabat sebagai Kordinator Posko Penanganan Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung. Keadaan pengungsi Sinabung 15.800 jiwa, ia menyampaikan:

1. Masyarakat Desa Perbaji yang sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 3 Juni 2014 tidak dibekali kebutuhan dasar untuk kesediaan makanan mereka, dan tanggal 6 Juni masyarakat mendatangi langsung dinas sosial untuk meminta beras dan diberikan beras bulog dengan ongkos yang akan dibayar kemudian oleh masyarakat RP.170/kg.

2. Masyarakat dari sembilan desa yang sebenarnya sudah bisa pulang menolak untuk pulang karena rumah mereka tidak layak huni lagi pada umumnya belum ada tanda-tanda untuk pebaikan.

3. Pada umumnya pengungsi mencari pekerjaan sebagai buruh tani dan pekerjaan lain untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.

4. Masyarakat tiga desa yang harus direlokasi sampai saat ini belum mendapat kejelasan yang pasti tentang keberlangsungan hidup mereka.


(40)

5. Sebagai pengelola duabelas posko GBKP, kami sangat menyesalkan kekurangan bahkan tidak tersedianya beras dan lauk pauk untuk kebutuhan pengungsi dan lebih tragis lagi pada tanggal 6 Juni 2014 tim kesehatan ditarik dari pos-pos pengungsian.

6. Setelah BNPB menarik diri dan dan menyerahkan dana oprasional ke PemProvsu pada tanggal 24 Mei 2014 belum terlihat upaya konkrit pada pihak terkait untuk menangani

pengungsi lebih serius

2.4.6 Dampak Gunung Meletus

Pada umumnya, gunung berapi yang telah mengalami masa istirahat sangat lama (ratusan bahkan ribuan tahun) dapat meletus sangat kuat senhingga menimbulkan bencana sangat besar dan luas, misalnya letusan Gunung Tambora tahun 1815 dan Gunung Krakatau tahun 1883. Letusan gunung berapi yang mempunyai masa istirahat antara 30-100 tahun menimbulkan bencana bersekala menengah, misalnya Gunung Galunggung tahun 1982. Sedangkan gunung berapi yang saat ini seringv meletus adalah Gunung Berapi di Sumatera Barat, Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan Gunung Karangetang di Sangihe, mempunyai derajat potensi bencana lumayan kecil dan daerah yang rawan bencana sangat kecil.

Bencana dan bahaya letusan gunung berapi itu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung, serta dapat merusak bagi kehidupan makhluk hidup. Bahaya langsung adalah bahaya yang diakibatkan oleh material yang dikeluarkan secara langsung oleh gunung berapi itu, misalnya karena terlanda aliran lava, aliran awan panas, tertimpa lontaran batu (pijar), lahar letusan bagi gunung berapi yang di kawahnya terisi air (danau kawah). Daerah rawan bencanayang akan terkena pengaruh secara langsung ini mencakup daerah sekitar puncak (kawah) dan berkembang ke daerah lereng (lembah sungai) yang berhulu dari sekitar kawah, dengan jangkauan yang terlanda dapat mencapai lebih 10 km.


(41)

Dampak negatif akibat letusan gunung berapi lainnya:

1. Ketika terjadi letusan, apalagi jika diikuti dengan lahar, kemungkinan membawa korban cukup banyak. Contohnya letusan Gunung Agung di Bali atau Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.

2. Gas beracun yang keluar sangat berbahaya bagi manusia. Di Kawah Timbangan Sinila tahun 1979, 149 jiwa mati, karena menghirup gas beracun akibat letusan kedua kawah tersebut.

3. Bahan atau mineral yang dikeluarkan kadang berhenti di puncak lereng-lereng dan turun bersama air hujan sebagai lahar dingin dan membahayakan penduduk di bawahnya.

4. Hembusan abu vulkanik mengakibatkan lapisan udara menjadi tercemar dengan abu halus dan mengganggu pernapasan kita.

5. Apa bila kawah letusan gunung berapi berisi air, akan membentuk danau kawah dan airnya, akan membentuk danau kawah dan airnya ada yang netral dengan drajat keasamannya 7 atau bersifat asam dengan derajat keasaman kurang dari 7, ada pula yang sangat asam dengan derajat keasaman kurang dari 3. Air kawah yang asam mengalir dan bercampur dengan air sungai, maka air sungai terseebut tidak dapat dipergunakan untuk keperluan irigasi, minum ternak, terlebih lagi untuk keperluan manusia. Penduduk yang tinggal di sekitar gunung api akan sering mengalami gangguan kesehatan, kerusakan gigi ketika gigi penduduk berwarna hitam dan lama-kelamaan patah. Contoh hal tersebut dapat ditemukan daerah Lembang, Bandung di kaki Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat atau di daerah Banyuwangi sepanjang sungai Banyupahit sampai ke Asembagus di kaki Gunung Ijen. Hal ini disebabkan oleh para penduduk sempat mengonsumsi air yang mengandung Flour sangat tinggi dan bila kekurangan Iodium (I) akan mengakibatkan penyakit gondok.


(42)

6. Gunung api yang meletus tentu saja merusak semua yang. Besar kecil jenis kerusakan itu tergantung pada jenis letusannya, dan setiap gunung berapi mempunyai sifat-sifat atau tipe letusan yang berbeda. Apabila terjadi letusan yang besar, hal tersebut akan menimbulkan bencana cukup besar.

7. Penduduk disekitar gunung berapi akan lari ketakutan karena adanuya letusan yang sangat dahsyat.apabila ada pesewat terbang yang melintas didaerah letusan gunung berapi,pesawatt tersebut harus menghindar dari gumpalan asap gunung berapi karena pabila gumpalannya masuk kemesin pesawat sehingga pesawat bisa jatuh.

8. Abu panas gunung berapi pada saat letusan juga mengancam keselamatan penerbangan karena abu letusan itu mengganggu penglihatan dan merusak mesin pesawat. Sebaran dampak letusan gunung api ini akan sangat luas dari beberapa kilometer sampai ratusan kilometer serta tidak mengenal batas wilayah administrasi pemerintahan, dapat pula mnimbulkan dampak bencana letusan gunung berapi berjangka panjang, seperti timbulnya jenis-jenis penyakit (penyakit Gondok dan pertumbuhan fisik terganggu atau cacat fisik). 9. Bahaya langsung dari letusan gunung api berupa awan panas,jatuhan batuan , pasir dan

abu yang mengancam dan membahayakan. Saat inilah biasanya penduduk dengan panik lari menyelamatkan diri.

10. Bahaya tidak langsung adalah diakibatkan oleh aliran lahar dan banjir karena bahan letusan yang tertimbun di lereng bagian atas cukup berpotensi dan terhanyutkan air hujan, sehingga melanda bagian hilir sungai dan daerah dataran di sekitarnya. Jangkauan bencana oleh lahar ini sangat jauh dapat mencapai muara (pantai) pada sungai yang berhulu disekitar kawah gunung api yang baru meletus, serta jauhnya jangkauan lahar ini tergantung pula pada curah hujan yang terjadi.


(43)

11. Permasalahan pernapasan kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastuktur.

Selain berdampak negatif, letusan gunung berapi juga mengakibatkan dampak positif yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebuah gunung berapi tidak hanya membawa kemusnahan bagi mahluk hidup yang ada di sekitarnya, tetapi juga mampu memberikan manfaat. Setelah bahaya letusan gunung berapi berakhir tanah akan menjadi lebih subur, dan kadang-kadang, kandungan mineral yang ada di dalam gunung terbawa keluar bersama letusan. Mineral itu di antaranya, emas, intan batubara yang harganya mahal.

Dalam keadaan tentang (saat tidak meletus) wilayah gunung berapi ini harus dimanfaatkan semaksimal mumgkin untuk kesejahteraan manusia, sebagai bukti dari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan anugrah dari keberadaan suatu gunung berapi. Tanah yang terbentuk dari letusan gunung berapi sangat subur dan mengandung berbagai mineral. Tanah gunung ini sangat sesuai untuk kegiatan pertanian. Contoh seperti di Dataran Tinggi Deccan di India yang subur untuk tanaman kapas. Di Jawa Barat, tepatnya di daerah Lembang, Bandung di kaki Gunung Tangkuban Perahu, kawasannya sangat subur dengan hasil pertanian yang melimpah serta pemandangan yang sangat indah.

Manfaat lainnya adalah munculnya sumber mata air panas dan gaiser. Mata air panas dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit kulit. Mata air panas juga menjadi daya tarik wisatawan. Contoh mata air panas dari letusan gunung berapi adalah daerah wisatapemandian air panas Ciater, Subang. Air panas ini berasal dari Gunung Tangkuban Perahu. Aktifitas gunung berapi yang amat besar. Kawah ini menjadi danau-danau yang besar dan luas contohnya adalah Danau Toba di Sumatera Utara dan danau Crater di Amerika Serikat. Danau hasil gunung berapi ini menjadi daya tarik para wisatawanuntuk datang kesana.


(44)

Gunung berapi bahwa laut dan di pinggir laut juga mampu membentuk tanah baru hasil dari magma yang keluar dari perut bumi dan masuk ke laut. Sebagai contoh, kepulauan Hawai terbentuk dari aktifitas gunung berapi yang terletak di Samudra atlantik. Gunung berapi ini mengeluarkan magma, akhirnya membentuk pulau yang bisa didiami oleh manusia. Dampak Positif akibat letusan gunung api lainnya:

1. Abu vulkanik yang di semburkan menyuburkan tanah pertanian sekalian sekitar Gunung api. Dengan adanya gunung berapi, hal ini akan mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim di sekitarnya. Maka dengan keberadaan suatu gunung api itu akan banyak sekali sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Sumber daya alam itu dapat berupa tanah subur yang ditumbuhi hutan alam sehingga menghasilkan hasil hutan yang melimpah, serta dengan segala isinya berupa makhluk hidup, sebagai sumber flora dan fauna. Sumber daya aair yang ada di sekitar gunung api yang dapat di ubah menjadi sumber energi listrik, sumber daya alam bahan galian yang membentuk tubuh gunung api tersebut serta sumberdaya alam lainnya.

2. Bahan galian seperti belerang, besi, emas, perak pasir, batu, dan batu apung banyak terdapat di daerah bekas vulkan.

3. Panas bumi (geothermal) yang di timbulkan oleh aktifitas magma dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi.

4. Gunung berapi yang tinggi sebagai daerah penangkapan hujan sehingga tanag subur dengan curah hujan yang tinggi yang akan memunculkan hutan alami yang sangat lebat. 5. Gejala pasca vulkanik merupakan objek pariwisata yang menarik, seperti bekas kepundan,

Geiser, dan kawah yang mendidih, solfatar, fumarol, danau bekas kawah, mata air panas, dan mineral atau belerang dapat digunakan sebagai obat.


(45)

2.4.7. Penanggulangan Letusan Gunung Berapi

Gunung api meletus akibat magma di dalam perut bumi yang di dorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan dan tekanan dan panas cairan magma. Letusan membawa abu dan batu yang menyeembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Gunung api bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan dan bahaya bisa mempengaruhi putaran ilkim di bumi, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan gunung Krakatau di Povinsi Banten, Indonesia.

Untuk mengantisipasi terjadinya bahaya letusan gunung berapi, kegiatan yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Tindakan sebelum terjadi letusan gunung berapi

Tindakan yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi letusan gunung berapi meliputi sebagai berikut:

a) Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api, dan ancaman –ancamannya; b) Membuat peta ancaman; mengenali daerah ancaman; daerah aman;

c) Membuat sistem peringatan dini;

d) Mengembangkan radio komunitas untuk pentyebarluasan informasi status gunung api; e) Memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi

berwenang;

f) Membuat perencanaan bencana;

g) Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;

h) Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;

i) Mengikuti informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung berapi 2. Tindakan Ketika Terjadi Letusan Gunung Api


(46)

Tindakan yang sebaiknya dilakukan jika terjadi letusan gunung api antara lain sebagai berikut.

a) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering, dan daerrah aliran lahar.

b) Hidari tempat terbuka dan lindungi diri dari abu letusen. c) Masuk ruang lindung darurat jika terjadi awan panas. d) Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.

e) Kenakan pakaian yang dapat melindungi tubuh, seperi baju lengan panjang, dan topi. f) Melindungi mata dari debu, gunakan pelindung mata jika ada, seperti kacamata renang

atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu kedalam mata. g) Jangan memakai lensa kontak.

h) Pakai masker atau kain untuk menutupi hidung dan hidung.

i) Saat turun abu gunung api usahakan untuk menutupi wajah dengan kedua belah tangan. 3. Tindakan Setelah Terjadi Letusan Gunung Api

Tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah terjadinya letusan gunung api,antara lain sebagai berikut.

a) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

b) Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntukan atap bangunan.

c) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling, dan pengapian.

2.4.8 Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Korban Bencana Alam

Pekerja sosial ditandai oleh usaha-usaha yang terorganisme melalui suatu rangkaian program, pelayanan-pelayanan, dan lembaga-lembaga baik pemerintah maupun bukan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mencegah atau


(47)

mengurangi disfungsi sosial. Pekerja sosial tumbuh sebagai suatu kegiatan pemberian bantuan dalam bentuk pelayan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pekerja sosial memerlukan keterlibatan dan partisipasi dan berbagai kategori personel seperti pekerja sosial professional, pekerja non professional dalam bidang sosial, pekerja sukarela, pekerja-pekerja professional dari bidang lain yang relevan (Mahuddin, 2007: 72).

Adapun model-model pelayanan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam menangani korban bencana adalah:

a. Advokasi

Advokasi diperlukan untuk memastikan agar semua kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi layak dan memadai. Kebutuhan-kebutuhan yang belum mencukupi dikomunikasikan dengan pihak pemerintah dan pihak-pihak lainnya agar dapat disediakan. b. Intervensi Keluarga

Pelayanan ini utamanya dilakukan apabila keluarga yang bersangkutan mengalami kehilangan anggota keluarga ( meninggal ) atau ada anggota keluarga yang sakit fisik ( karena terkena material letusan gunung atau benda-benda lainnya), ataupun mengalami keguncangan.

2 Terapi Kritis

Pelayanan ini diberikan kepada individu-individu yang mengalami stress atau trauma karena kejadian bencana itu sendiri, karena kehilangan harta bendanya ataupun kehilangan anggota keluarganya.

3 Fasilitasi

Apabila pengungsi dipindahkan ke lokasi yang baru ( relokasi) maka pekerja sosial perlu melakukan fasilitasi agar pengungsi dapat beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat didaerah yang baru. Demikian pula sebaliknya, pekerja sosial perlu melakukan


(48)

pendekatan, penyuluhan, dan fasilitasi terhadap masyarakat di daerah tujuan yang baru agar dapat menerima kehadiran para pengungsi yang di alokasi kedaerah baru.

2.5 Pengertian Kehidupan Sosial Ekonomi

Pengertian sosial dan ekonomi di bahas secara terpisah meski saling memiliki keterkaitan. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjukkan pada kegiatan yang mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.

Sosial ekonomi Menurut Abdulsyahni (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang di tentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan, pendapatan, lingkungan tempat tinggal dan jabatan dalam organisasi. Dalam pembahasannya sosial dan ekonomi sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Dalam konsep sosiologi manusia sering disebut dengan mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti sosial yang diartikan sebagai hal yang

berkenaan dengan masyarakat.

pada tanggal 15 Juni 2014 pukul 11.00)

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.Ini dalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996 : 251).

Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimana manusia hidup, kemungkinan kemungkinan perkembangan materi dan batasan-batasannya yang tidak bisa di


(49)

ikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi pangan, perimahan sandang, dan pangan, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu dan sangat drastis memperngaruhi kondisi-kondisi dimana manusia itu harus hidup (Ahmad,1992:45).

Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Pengalaman–pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada dilingkungan pergaulan sosial di luar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebap tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan interaksi sosial masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar.

2.5.1. Perekonomian Keluarga

Secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu ekonomi dan keluarga . Sebagaimana telah dijelaskan bahwa ekonomi merupakan tingkah laku manusia secara individu atau bersama- sama dalam menggunakan faktor yang mereka butuhkan. Adapun keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat yang di tandai dengan adanya kerjasama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk berkehidupan, bersosialisasi atau mendidik anak daan menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang tua yang telah lanjut usia. Dalam bentuk yang paling sederhana keluarga terdiri dari seorang seorang laki-laki dan perempuan di tambah dengan anan-anak mereka yang tinggal dalam satu rumah yang sama. Bentuk keluarga yang demikian dalam antropologi disebut keluarga inti.

tanggal 15 Juni 2014 pukul 12:44).


(50)

Pengertian keluarga:

a. Menurut Depertemen Kesehatan RI (1998) :

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di satu tempat di satu atap dalam keadan saling ketergantungan.

b. Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :

Keluarga adalah atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga 1. Unit terkecil dari masyarakat

2. Terdiri atas dua orang atau lebih

3. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah 4. Hidup dalam satu rumah tangga

5. Dibawah asuhan seseorang kepala rumah tangga 6. Berinteraksi antara sesama anggota keluarga

7. Setiap anggota keluarga mempunyai peranan masing-masing 8. Diciptakan mempertahankan suatu kebudayaan

Dari defenisi diatas maka perekonomian keluarga adalah pengaturan rumah tangga dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup keluarga untuk pencapaian kemakmuran. Ada beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kesehatan, kondisi lingkungan ditempat tinggalkepemilikan kekayaan,dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dan komunitasnya. Kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu


(1)

DOKUMENTASI

Sesudah Gunung Sinabung Meletus Di Desa Bekerah

Gambar diatas adalah jalan menuju Rumah Berneh dan terlihat Rumah Siwaluh Jabu telah mengalami kerusakan akibat abuvulkanik

Gambar Rumah Diatas adalah salah satu rumah warga Desa Bekerahyang terendam lahar dingin dan atapnya telah runtuh karena terlalu berat menahan abuvulkanik dan batu.


(2)

Gambar diatas adalah Lahan pertanian warga yang telah menjadi aliran lahar dingin


(3)

Gambar diatas adalah Sarana kesehatan atau puskesmas Desa Bekerah

Gereja Katolik Desa Bekerah, dan di belakang gereja terlihat Gunung Sinabung yang sedang di tutupi awan.


(4)

Gambaran Posko Pengungsian Universitas Karo ( UKA) Kabanjahe

Gambar di atas adalah Gereja GBKP di Posko Pengungsian UKA


(5)

Gambar diatas adalah salah satu gambaran rumah warga Desa Bekerah yang atapnya jebol akibat abu vulkanik.

Gambar diatas merupakan akses jalan penghubung antara Desa Bekerah dengan Desa Simacem.


(6)

Gambar diatas merupakan jalan penghubung antara Desa Bekerah dengan Desa suka Meriah yang kini telah menjadi aliran lahar dingin.

Gambar diatas adalah keadaan tanah Desa Bekerah yang terlihat retak yang dan akibat tebalnya abu vulkanik yang menutupi.

Dari gambar diatas terlihat bahwa tanah membentuk seperti bukit, tanah tersebut adalah material yang di muntahkan oleh Gunung Sinabung sehingga menutupi sebagian lahan pertanian Desa Bekerah.


Dokumen yang terkait

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

9 83 126

Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 32 104

Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 0 10

Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 0 13

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 1 18

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 1 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dampak - Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 2 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 0 10

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

0 1 9