Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung (Studi Deskriptif: Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

(1)

POLA ADAPTASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SUKA MERIAH PASCA BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Suka Meriah Kecamatan Payung

Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

LONARIA SITEPU 070901013 SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Lonaria Sitepu NIM : 070901013 Departemen : Sosiologi

Judul : Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung

(Studi Deskriptif: Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

(Drs. Henry Sitorus, M.Si)

NIP.196602281990031001 NIP.1966031819899032001 (Dra. Lina Sudarwati, M.Si)

Dekan,

NIP.1968052519922031002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(3)

ABSTRAK

Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat di hindari manusia. Bencana alam pada umumnya akan berpengaruh besar dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat karena manusia hidup tidak terlepas dari alam. Salah satu bencana alam yang tidak dapat dihindari manusia adalah meletusnya gunung merapi. Pada umunya banyak kehidupan masyarakat terutama petani yang mengantungkan kehidupan sehari-hari pada lingkungan alam. Pengelolaan lingkungan alam dengan baik mampu membatu perekonomian masyarakat. Meletusnya gunung merapi akan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Bencana alam meletusnya Gunung Sinabung pada tanggal 18 Agustus 2010, yang terjadi pada dini hari, mengakibatkan kepanikan pada seluruh masyarakat Karo. Seluruh masyarakat karo yang berada di sekitar kaki Gunung Sinabung mengungsi ke Kabanjahe dan Brastagi. Selam 2 bulan warga tidak ada melakukan aktifitas apa-apa sehingga semua sektor perekonomian warga lumpuh total karena gagal panen. Selama di pengungsian masyarakat hanya mengharapkan sumbangangan yang diberikan oleh berbagai pihak. Setelah kembali kekampung halaman mereka, warga masyarakat harus memulai memenuhi kebutuhan hidup dari modal nol, karena pengasilan mereka telah habis di manfaatkan selama 2 bulan di pengungsian tanpa melakukan aktifitas apa-apa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mencoba menggambarkan bagaimana pola adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat desa Suka Meriah untuk dapat bertahan (eksis) menjalani kehidupan sehari-hari pasca bencana alam Gunung Sinabung.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara menginterpretasi data-data penelitian, baik hasil observasi maupun hasil wawancara. Masyarakat Suka Meriah menggunakan beberapa pola adaptasi sosial ekonomi. Pola adaptasi sosial yang dilakukan adalah dengan menjaga hubungan di lingkungan sosial (sesama warga, keluarga) untuk dapat menjadi sebuah modal/aset sosial yang telah terbentuk prabencana alam. Aset sosial merupakan hubungan atau jalinan sosial yang telah warga desa kembangkan dan dibina dengan lingkungan mereka sehingga pada kondisi ekonomi terdesak memerlukan uang mereka menggunakan modal sosial yang dilakukan dengan meminjam uang kelurga dan memanfaatkan keteram[ilan yang dimiliki warga. Untuk pola adaptasi ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat Suka Meriah adalah memanfaatkan seluruh tenaga mereka dengan menjadi BHL dan mengolah lingkungan alam mereka kembali. Sehingga kehidupan masyarakat desa Suka Meriah saat ini identik dengan “mengadakan yang tidak ada” dengan cara lebih mengurangi pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan saya dalam hal pengetahuan, pengalaman dan kelemahan lainnya sebagai mahasiswa. Namun,itu tidak menjadi penghalang bagi saya untuk selalu berjuang memberikan yang terbaik. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, kerjasama dari semua pihak baik dukungan moral maupun material. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih:

1. Terutama kepada kedua orang tua saya M.Sitepu dan L br Tarigan yang telah mendidik saya dengan kerja keras, memberikan pengorbanan, kasih sayang dan doa dalam setiap kata untuk keberhasilan kami anak-anaknya. Berkat harapan dan kegigihan mereka yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari mereka sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Inilah persembahan yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terima kasih dan bakti rasa cinta saya untuk mereka.


(5)

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

1. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departeman Sosiologi dan penguji yang telah memberi saran, pendapat, dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi saya ini.

3. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M.SP selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

4. Drs. Henry Sitorus , M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukkan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

5. Kepada seluruh Dosen Sosiologi dan Staff pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah

6. Kak Fenni Khairifa dan kak Nurbaiti, selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi

7. Untuk seluruh keluarga dari kedua orang tua penulis terutama Nini Iting dan Nini Tigan dan lainya yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, terima kasih buat doa dan motivasi yang sesalu diberikan kepada saya.

8. Tidak ketinggalan buat adik-adik saya, Bora Novita Sitepu, Juni Clara Sitepu, Fransiska Sitepu, Malkia Deacup Sitepu dan Jeri Ananta Sitepu terima kasih buat doa dan dukungan kalian semoga kita bisa membahagiakan kedua orang tua kita.


(6)

9. Buat seluruh anak kos Wisma putri terutama Ira Maya Sari dan Kak Friska Ginting, terima kasih selalu memberika semangat.

10. Buat seluruh kawan-kawan sosiologi setambuk 2007: itoq regar, suriani, desti, dini, ester, leo, irna, nanda, ester, lia, martin, dan yang lainya yang tidak bisa penulis sebut satu persatu

11.Buat kepala desa Suka Meriah, Bpk Amin Ginting dan istri yang telah memberikan informasi terkait dengan skripsi saya dan telah menganggap saya sebagai anak sendiri selam saya melakukan penelitian

12. Kepada Seluruh masyarakat Suka Meriah terutama bibik mamak kasra ginting yang membantu saya dalam mengumpulkan data selama di lapangan dan buat informan yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai dalam memberikan informasi dan menjawab semua pertanyaan penulis

13.Terakhir buat seluruh teman, sahabat, pihak lain yang tidak tersebutkan satu persatu, terima kasih buat motivasi dan kerja samanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Harapan saya Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2012

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Defenisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pola Adaptasi Sosial ... 9

2.2. Perubahan Sosial ... 10

2.3. Mobilitas Sosial ... 14

2.4. Human Capital Dalam Mengatasi Kemiskinan Akibat Bencana Alam .... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Lokasi Penelitian ... 26


(8)

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5. Interpretasi Data ... 29

3.6. Jadwal Kegiatan ... 30

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 30

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1. Sejarah Desa Suka Meriah ... 32

4.1.2. Letak Geografis ... 32

4.1.3. Struktur Pemerintahan... 4.1.4. Gambaran Penduduk ... 4.1.5. Sarana dan Prasarana Umum ... 4.1.6. Profil Informan ... 4.1.6.1Informan Kunci ... 4.1.6.2 Informan Biasa ... 4.2. Interpretasi Data ... 39

4.2.1. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Prabencana Alam ... 39

4.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Pascabencana Alam ... 47 4.2.3. Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat ...

4.2.3.1. Pola Adaptasi Ekonomi Yang Dilakukan Masyarakat Untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari ... 4.2.3.2. Human capital sebagai Faktor Pelengkap Guna Memenuhi


(9)

4.2.3.3. Pola Adaptasi Sosial Masyarakat Pasca Bencana Alam ... 4.3. Pergeseran Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup... 52 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 85 5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.6. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 26

Tabel 4.1.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin ... 24

Tabel 4.1.4.2. Komposisi penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 4.1.4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 34

Tabel 4.1.4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 35


(11)

ABSTRAK

Bencana alam merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat di hindari manusia. Bencana alam pada umumnya akan berpengaruh besar dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat karena manusia hidup tidak terlepas dari alam. Salah satu bencana alam yang tidak dapat dihindari manusia adalah meletusnya gunung merapi. Pada umunya banyak kehidupan masyarakat terutama petani yang mengantungkan kehidupan sehari-hari pada lingkungan alam. Pengelolaan lingkungan alam dengan baik mampu membatu perekonomian masyarakat. Meletusnya gunung merapi akan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Bencana alam meletusnya Gunung Sinabung pada tanggal 18 Agustus 2010, yang terjadi pada dini hari, mengakibatkan kepanikan pada seluruh masyarakat Karo. Seluruh masyarakat karo yang berada di sekitar kaki Gunung Sinabung mengungsi ke Kabanjahe dan Brastagi. Selam 2 bulan warga tidak ada melakukan aktifitas apa-apa sehingga semua sektor perekonomian warga lumpuh total karena gagal panen. Selama di pengungsian masyarakat hanya mengharapkan sumbangangan yang diberikan oleh berbagai pihak. Setelah kembali kekampung halaman mereka, warga masyarakat harus memulai memenuhi kebutuhan hidup dari modal nol, karena pengasilan mereka telah habis di manfaatkan selama 2 bulan di pengungsian tanpa melakukan aktifitas apa-apa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mencoba menggambarkan bagaimana pola adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat desa Suka Meriah untuk dapat bertahan (eksis) menjalani kehidupan sehari-hari pasca bencana alam Gunung Sinabung.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara menginterpretasi data-data penelitian, baik hasil observasi maupun hasil wawancara. Masyarakat Suka Meriah menggunakan beberapa pola adaptasi sosial ekonomi. Pola adaptasi sosial yang dilakukan adalah dengan menjaga hubungan di lingkungan sosial (sesama warga, keluarga) untuk dapat menjadi sebuah modal/aset sosial yang telah terbentuk prabencana alam. Aset sosial merupakan hubungan atau jalinan sosial yang telah warga desa kembangkan dan dibina dengan lingkungan mereka sehingga pada kondisi ekonomi terdesak memerlukan uang mereka menggunakan modal sosial yang dilakukan dengan meminjam uang kelurga dan memanfaatkan keteram[ilan yang dimiliki warga. Untuk pola adaptasi ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat Suka Meriah adalah memanfaatkan seluruh tenaga mereka dengan menjadi BHL dan mengolah lingkungan alam mereka kembali. Sehingga kehidupan masyarakat desa Suka Meriah saat ini identik dengan “mengadakan yang tidak ada” dengan cara lebih mengurangi pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik. Ada 3 daerah pertemuan lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, badai tropis, dan letusan gunung merapi. Negeri Indonesia merupakan negara yang kaya akan gunung berapi lebih dari 30 gunung yang menyebar di seluruh penjuru nusantara masih aktif. (Evi Rine Hartuti, 2009:67&108)

Alam memiliki pengaruh dan dampak yang sangat luar biasa terhadap semua segi kehidupan manusia, terutama ketika terjadi bencana alam. Bencana alam memiliki dampak kerugian yang besar pada masyarakat, karena tidak dapat diduga kejadianya juga tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi pengarunya pada masyarakat. Untuk menanggulangi kerugian besar, dilakukan kebijakan penanggulangan bencana yang tepat.

Bencana yang terjadi tidak hanya membawa perubahan yang sangat besar pada masyarakatnya tetapi pada siklus perekonomian suatu negara. Dampak bencana alam bagi perekonomian dindonesia yaitu:

a. Investasi berkurang b. Mendorong tingkat bunga


(13)

c. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan

d. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa yang akan datang e. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat

(Dikutip dari

Indonesia sebagai negara yang rawan bencana alam berdampak besar pada masyarakat karena masyarakat sangat tergantung pada alam sebagai tempat kehidupan. Hal ini bisa dilihat dari terpuruknya perekonomian masyarakat akibat bencana alam seperti Aceh, Nias, Padang, Gunung Meletus di Yogyakarta dan banjir bandang di Wasior.

Hal ini bisa dilihat dari slah satu bencana yang menimpa Aceh dan Nias. Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah gempa, tsunami langsung menyusul, menghumbalang pesisir Aceh dan pulau-pulau sekitarnya hingga 6 km kearah daratan. Sebanyak 126.714 jiwa melayang dan sekitar 750.000-an orang mendadak berststus tuna karya. Sementara 139.195 rumah hancur atau rusak parah, serta 73.869 lahan kehilangan produktivitasnya, sebanyak 27.593 hektar kolam air payau dan 104.500 usaha kecil menegah raib akibat bencana. selain itu pada subsektor lingkungan hidup, sebanyak 16.775 hektar hutan pesisir dan bakau rusak atau musnah. Kerusakan dan kehilangan tak berhenti distu, 3 bulan kemudian kini bencana mengguncang kepulauan Nias. 979 jiwa melayang dan 47.055 warga kehilangan hunian. Hal ini meningkatkan derajat kerusakan yang fatal bagi kepulauan Nias dan pulau Simelue di Aceh.(BRR NAD-NIAS,2009:04).


(14)

Selat Malaka sebagai jalur pelayaran tersibuk di dunia. Akibat tsunami potensi pelabuhan belum dapat di manfaatkan. Diasari atau tidak nyata-nyata merusak pondasi perekonomian. Selain itu bencana alam mengakibatkan kesejahteraan masyarakat sangat memprihatinkan, terjadinya inflasi, komoditas pangan pada masyarakat akan menurun. (Dzikron,2006:105)

Selain itu hal ini bisa juga dilihat dari salah satu gempa vulkanik dari letusan gunung berapi. Tidak hanya membawa kerugian pada harta-benda maupun korban jiwa manusia, tetapi menghancurkan lahan pertanian/perkebunan/perairan dan pencemaran udara atau air akibat abu vulkanik. Disisi lain meletusnya gunung merapi jiga membawa keberuntungan seperti ada sumber mineral, bahan galian, sumber daya air, objek wisata dan untuk beberapa tahun kedepan lahan pertanian di sekitar gunung menjadi subur.(Djauhari Noor, 2006:121)

Banyak gunung merapi yang tersebar di Indonesia saat ini mengadakan aktivitas dengan mengeluarkan lava, awan panas, hujan abu bahakan sudah meletus seperti yang terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Selat Sunda, Sumatera Utara dll. Salah satu gunung yang pernah bergejolak di Sumatera Utara adalah Gunung Sinabung. Minggu 28 Agustus 2010, pukul 00.08 Wib, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo meletus. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung yang tertinggi dan aktif di Sumatera Utara yang memiliki ketinggian 2.640 meter diatas permukaan laut atau sekitar 25Km kearah Selatan Kota Kabanjahe. Meletusnya Gunung Sinabung mengakibatkan 13 desa yang terdiri dari Sekitar 6.000 orang warga masyarakat harus mengungsi ke kota Kabanjahe dan Brastagi. Desa yang paling dekat dengan Gunung Sinabung tersebut adalah: Desa Sigarang-garang,


(15)

Suka Meriah, Berastepu, Bakerah, Simacem, dan Sukanalu yang hanya radius 3-4 km dari kaki Gunung Sinabung. Bencana ini berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Karo karena terjadi kerugian materi pada masyarakat selain itu terjadinya hujan abu mengakibatkan lahan pertanian masyarakat kini telah rusak, dan tidak bisa di panen akibat banyaknya abu vulkanik yang keluar dari bibir kawah gunung.(Dikutip dari:

Desa Suka Meriah merupakan desa yang paling bahaya dan paling merasakan dampak bencana alam Gunung Sinabung yang terdiri dari 120 Kepala Keluarga, Desa ini tepat berada di bawah kaki gunung. Mayoritas penduduk Suka Meriah adalah suku Karo, sebelum Gunung Sinabung meletus mata pencaharian utama pendudukanya dari sektor pertanian, dengan modal sendiri hasil pertanian masyarakat Desa Suka Meriah sangat berperan besar dalam menopang perekonomian keluarga sehingga tidak pernah terjadi kekurangan dengan penghasilan rata-rata Rp.1.500.000/bulanya. Selain itu desa ini terkenal juga sebagai desa percontohan sejak tahun 2009 untuk sektor produksi pertanian seperti jagung, cabe, tomat, sayur mayur, kopi dan yang lainya.

Pasca bencana alam Gunung Sinabung, banyak aktifitas warga yang telah terkendala dan hasil produksi pertanian yang gagal panen. Sehingga saat ini banyak masyarakat Suka Meriah yang mengalami perubahan dalam kehidupanya seperti peralihan pekerjaan mereka menjadi buruh haraian lepas (Aron dalam bahasa Karo), modal usaha yang tidak ada dan ketakutan untuk bercocok tanam, trauma dan ketakutan membuat warga Desa Suka Meriah sulit tidur di malam hari, sehingga


(16)

pakaian yang telah disusun kedalam karung di setiap rumah warga. Kondisi kehidupan masyarakat yang seperti ini sangat memprihatinkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari untuk kedepanya karena Masyarakat Suka Meriah memilih tetap bertahan di desa tersebut dengan mengandalkan Raskin hasil lahan pertanian yang tersisa akibat bencana seperti buah cengkeh dan kemiri, Akan tetapi dalam kondisi seperti apapun yang terjadi, Semangat juang tentunya cukup tinggi, karena secara alami manusia harus mampu mempertahankan diri untuk hidup.

Masyarakat Desa Suka Meriah akan beradaptasi kembali diperkampungan merka setelah terjadinya bencana alam, agar mampu bertahan hidup. Adaptasi yang dilakukan masyarakat bertujuan agar mereka mampu kembali menyesuaikan diri diperkampungan mereka pasca bencana alam. Dari uraian tersebut maka pentinglah kiranya mengkaji bagaimana “Pola adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa Suka Meriah pasca bencana alam Gunung Sinabung”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pola adapatsi sosial ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa Suka Meriah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pasca bencana alam Gunung Sinabung?”


(17)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi pada masyarakat dalam aspek sosial ekonomi pasca bencana alam.

2. Untuk mengetahui bagaimana pola adaptasi dibidang sosial dan ekonomi yang dilakukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pasca bencana alam Gunung Sinabung.

1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa sosiologi khususnya sosiologi lingkungan, sosilogi ekonomi.

2. Dapat memberikan kontribusi bagi perkemabnagan teori mengenai pola adaptasi masyarakat pasca bencana alam.

3. Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat melatih kemampuan akademis penulis dalam membuat suatu karya ilmiah.

2. Bagi pemerintah data ini diharapkan bermanfaat dalam mebuat program pemulihan pasca bencana alam

3. Selain itu di harapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pada masyarakat dan instansi yang terkait dengan penelitian ini.


(18)

1.5Defenisi Konsep

Berdasarkan uraian diatas dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini maka dapat diambil batasan dalam konseptual, yaitu sebagai berikut:

1. Pola adaptasi sosial yaitu: stategi dalam proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan ataupun bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

2. Pola adaptasi ekonomi yaitu: berkaitan dengan bagaimana individu yang satu berinteraksi dan berhubungan dengan individu lainya dalam lingkungan sosialnya, dalam rangka menjalani fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya.

3. Masyarakat menurut paul B. Horton & Hunt yaitu: merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tingggal di suatu wilayah terentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan didalam kelompok/kumpulan manusia tersebut, menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.


(19)

4. Pasca bencana alam yaitu: suatu situasi yang telah berlalu dimana situasi tersebut fenomena alam yang mengakibatkan kehancuran dan perubahan pada masyarakat yang mengalami bencana.

5. Perubahan sosial yaitu: suatu proses pergeseran yang terjadi pada kehidupan masyarakat dalam upaya mereka untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, baik perubahan dalam ninai,sikap, ataupun hubungan yang terjalin masyarakat.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Adaptasi Sosial

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55). Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra,1987:50).

Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya). 2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari


(21)

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. 3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.

6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu (Aminuddin, 2000: 38), di antaranya:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b. Menyalurkan ketegangan sosial.

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial. d. Bertahan hidup.


(22)

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono (1985), pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.

Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio-organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya, keduanya merupakan lingkungan alam fisio-organik tempat manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio organik disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam mengorganisasikan kemampuan manusia yang disebut teknologi. Keseluruhan prosedur adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk keterampilan, keahlian teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif samapai kepada komputer elektronis yang secara bersama-sama memungkinkan pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta lingkungan biologis untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. (Alimandan, 1995:56).


(23)

Stategi adaptasi yang dilakukan dalam masyarakat pasca bencana alam dapat dilakukan dengan penanggulangan bencana alam yang tepat, agar masyarakat bisa aktif kembali pasca bencana alam. Besarnya potensi ancaman bencana alam yang setiap saat dapat mengancam dan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia serta guna meminimalkan risiko pada kejadian mendatang, perlu disikapi dengan meningkatkan kapasitas dalam penanganan dan pengurangan risiko bencana baik di tingkat Pemerintah maupun masyarakat. Sejauh ini telah tersedia perangkat regulasi penanggulangan bencana, yaitu UU Nomor 24 Tahun 2007 yang memberikan kerangka penanggulangan bencana, meliputi prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana. Aktivitas penanggulangan bencana yang menjadi prioritas utama meliputi: mitigasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

1. Mitigasi yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah apa yang akan terjadi terutama berdampak negatif pada lingkungan akibat bencana alam. 2. Rehabilitasi yaitu pemulihan kembali yang dilakukan terhadap

kerusakan-kerusakan berupa fisik dan infrastruktur akibat bencana alam.

3. Rekontruksi yaitu membangun kembali dari kerusakan kerusakan yang terjadi akibat bencana alam.

Penaggulangan bencana yang telah ditetpakan pemerintah dibuat guna membangun kembali daerah yang terkena bencana menggingat indonesia rawan akan bencana alam.


(24)

2.2 Perubahan Sosial

Setiap kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, perekonomian, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, interaksi sosial dan yang lainya. Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dalam setiap proses dan waktu, dampak perubahan tersebut dapat berakibat positif dan negatif. Terjadinya perubahan merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial terjadi pada dasarnya karena ada anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupanya yang lama dan menganggap sudah tidak puas lagi atau tidak memadai untuk memenuhi kehidupan yang baru.

Menurut Gillin dan Gillin (Abdulsyani,2002:163) perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain itu, Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang memepengaruhi sistem sosial lainya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap, dan pola


(25)

prilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto,2007:263).

Soerjono Soekanto (2000:338) berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain: a. Perubahan sosial terjadi secara terus menerus

b. Perubahan sosial selalu diikuti oleh perubahan-perubahan sosial lainnya c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi

yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri d. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis)

Faktor Penyebab Perubahan Sosial:

Perubahan sosial tidak terjadi begitu saja. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa perubahan sosial dapat bersumber dari dalam masyarakat (internal) dan faktor dari luar masyarakat (eksternal).


(26)

Perubahan sosial dapat disebakan oleh perubahan-perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun faktor tersebut antara lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan, Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan menyebar kemasyarakat, dikenal, diakui, dan selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

2. Kependudukan, faktor ini berkaitan erat dengan bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk.

3. Penemuan baru untuk memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha untuk mencoba hal-hal yang baru. Pada suatu saat orang akan menemukan suatu yang baru baik berupa ide maupun benda. Penemuan baru sering berpengaruh terhadap bidang atau aspek lain.

4. Konflik dalam masyarakat, adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial dan budaya, pertentangan antara indvidu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok sebenarnya didasari oleh perbedaan kepentingan.

2. Faktor eksternal

Perubahan sosial disebabkan oleh perubahan-perubahan dari luar masyarakat itu sendiri seperti:

1. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, Adanya interaksi langsung (tatap muka) antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan menyebabkan saling berpengaruh. Disamping itu, pengaruh dapat


(27)

berlangsung melalui komunikasi satu arah, yakni komunikasi masyarakat dengan media-media massa.

2. Peperangan, Terjadinya perang antar suku atau antar negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan pada suku atau negara yang kalah. Pada umumnya mereka akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan.

3. Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia, terjadinya gempa bumi, topan, banjir besar, gunung meletus dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya dan kemungkinan masih bertahan di daerahnya tersebut. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatanya karena masyarakatnya harus memulai kehidupan baru kembali. Sebab yang bersuber dari lingkungan alam fisik kadang-kadang ditimbulkan oleh tindakan para warga masyarakat itu sendiri.

2.3 Mobilitas Sosial

Didalam sosiologi, proses keberhasilan seseorang mencapai jenjang status sosial yang lebih tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh di kelas sosial


(28)

yang lebih rendah itulah yang disebut mobilitas sosial. Dengan demikian, jika kita berbicara mengenai mobilitas sosial hendaknya tidak terlalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat yang lebih rendah ke suatu tempat yang lebih tinggi karena mobilitas sosial sesungguhnya dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagaian orang berhasil mencapai status yang lebih tinggi, beberapa orang mengalami kegagalan, dan selebihnya tetap tinggal pada ststus yang dimiliki orang tua mereka.

Menurut horton dan hunt (1987), lembaga sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatkan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk juga segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Masyarakat yang sistem kelas sosialnya terbuka maka mobilitas sosial masyarakatnya akan cenderung tinggi. Tetapi sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakat feodal atau masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan sama sekali tidak ada.

Jenis mobilitas sosial

Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.

1. mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial kekedudukan sosial lainya yang tidak sederajat


(29)

(sukato,1982:244). Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas sosial vertikal , yakni:

a. Gerak sosial yang meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi.

b. Gerak sosial yang menurun (social sinking) yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial lain kebih rendah posisinya.

Menurut Soedjatmoko (1980), mudah tidaknya seseorang melakukan mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan struktur sosial dimana orang itu hidup. Seseorang yang memiliki bekal pendidikan yang tinggi bergelar doktor atau MBA, misalnya hidup di lingkungan masyrakat yang menghargai profesionalisme, besar kemungkinan akan lebih mudah menembus batasan-batasan lapisan sosial dan naik pada kedudukan lebih tinggi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Berbeda dengan mobilitas sosial vertikal yang berarti perpindahan dalam jenjang status yang berbeda,

2. mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.


(30)

Mobilitas sosial memungkinkan orang untuk menduduki jabatan yang sesuai dengan keinginannya, tetapi terdapat juga beberapa kerugian disamping manfaatnya. Beberapa kerugian akibat adanya mobilitas sosial antara lain adalah memungkinkan terjadinya ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan di benak seseorang karena impian yang didambakan tidak semuanya dapat dicapai dengan mudah.

Secara rinci horton dan hunt (1987), mencatat beberapa konsekuensi negatif dari mobilitas sosial vertikal seperti kecemasan akan terjadinya penurunan status bila terjadi mobilitas menurun, ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat, keretakan hubungan antara anggota kelompok primer yang semula karena seseorang bepindah ke status yang lebih tinggi atau status yang lebih rendah. Mobilitas sosial dapat merenggangkan ikatan sosial yang sudah lama terjalin, sehingga memungkinkan pula terjadinya keterasingan di antara warga masyarakat. Perubahan mobilitas yang terjadi dalam masyarakat dapat diterima masyarakat bila telah melakukan penyesuaian atau adaptasi.(Suyanto 2010: 207-213)

2.4 Human capaital dalam mengatasi kemiskinan akibat bencana alam.

Teori human capital adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk capital atau barang modal sebagaimana barang-barang modal lainnya, seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya. Menurut Moskowitz, R. and Warwick D(1996) berpendapat, bahwa human capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan dan keahlian masyarakat.


(31)

Akibat perkembangan dan perubahan yang semakian pesat human capital, bukanlah lagi memposisikan manusia sebagai modal layaknya mesin, sehingga seolah-olah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human capital terdahulu. Namun setelah teori ini semakin meluas, maka human capital justru bisa membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan) dalam rangka peningkatan mutu organisasi sebagai bagian pembangunan bangsa. Penanganan SDM sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik.

Investasi tersebut (human capital) dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Walaupun kontroversi mengenai diperlakukannya human resources sebagai human capital belum terselesaikan, namun beberapa ekonom klasik dan neo-klasik seperti Adam Smith, Von Threnen, dan Alfred Marshall sependapat bahwa human capital terdiri dari kecakapan-kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan dan berguna bagi semua anggota masyarakat. Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan kekuatan utama bagi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan modal manusia diyakini tidak hanya dapat meningkatkan pembangunan produktivitas dan pertumbuhan, namun juga berperan sentral dalam mempengaruhi distribusi pendapatan disuatu perekonomian. Dengan demikian, pembangunan modal manusia berdampak pada pengentasan kemiskinan. Modal manusia tidak hanya diidentifikasi sebagai kontributor kunci dalam pertumbuhan dan


(32)

pengetahuan (human knowldage) dapat berdampak pada rendahnya kemampuan masyarakat untuk berkreativitas dan meningkatkan kreativitasnya. (http://www.Prosiding_diskusi_intellectual_capital_dan_pembangunan.pdf diakses25 mei 2011,pukul13.03wib

Rendahnya kualitas SDM Indonesia diperburuk oleh fakta kemiskinan yang dihadapi masyarakat indonesia. Masih rendahnya SDM menjadi tantangan dan kendala yang sangat serius dalam pembangunan di Indonesia, dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan keterampilan yang masih sangat rendah pada masyarakat. Jika hal ini terus terjadi maka semakin banyak masyarakat miskin di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah maupun masyarakat perlu berupaya dan melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan sumber daya manusia.

)

Sumber daya manusia dapat dikembangkan melalui pembangunan maupun pelatihan yang diberikan pada masyarakat agar bisa bertahan hidup. Ketika terjadi bencana alam human capital sangat berperan penting dan besar dalam masyarakat agar tetap bisa bertahan hidup.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Setiap penyusunan selalu memerlukan metode penelitian, dimana metode merupakan suatu cara, tahapan atau aturan yang digunakan sebagai suatu pedoman dalam menulis suatu karangan ataupun karya ilmiah lainya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunankan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Maleong, 2006:6). Pendekatan deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya dan secara sistematis baik fakta maupun karakteristik objek dan subjek yang diteliti. Penelitian deskriptif ini diharapkan dapat memberi gambaran dan penjelasan masalah penelitian secara komperehensif sehingga apa yang menjadi tujuan peneliti dapat tercapai.

3.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Dengan pertimbangan dimana desa ini merupakan daerah yang lahanya pertanianya paling dekat ke Gunung Sinabung dengan radius 2-2,5 km dan daerah rawan banjir lahar.


(34)

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek yang di perhitungkan sebagai objek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Suka Meriah yang yang masih menetap terdiri dari 120 kepala keluarga.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini di bedakan mejadi dua jenis yaitu: informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian.

1. Informan kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah warga desa yang mengandalkan lahan pertanian guna memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan kriteria pertanianya rusak berat dan yang paling banyak mengalami kerugian akibat meletusnya Gunung Sinabung.

2. Informan biasa

Yang menjadi informan biasa adalah penduduk Suka Meriah seperti wiraswasta, pegawai negri, kepala Desa dan warga lainya yang dapat memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik-tehnik sebagai berikut :


(35)

1. Data primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber-sumber informan yang ditentukan dilapangan adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah:

a. Observasi Partisipasi

Observasi partisipasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan terhadap hal-hal dan tindakan yang dilakukan. Masyarakat Desa Suka Meriah yang menjadi sasaran penelitian untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai denagan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Burhan, bungin,2007:108). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian adalah wawancara partisipasi dan wawancara mendalam (dept interview). Wawancara mendalam yang dimaksud adalah peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung. Agar wawancara terarah digunakan instrumen berupa pedoman wawancara (interview guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diteliti terkait dengan penelitian.


(36)

Wawancara dilakukan pada masyarakat yang paling merasakan dampak bencana alam gunung sinabung yang terkait dengan kehidupan sosial ekonomi mereka pasca bencana alam.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian atau sumber data lain. Pengumpulan data dapat diambil dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen dari beberapa literatur seperti buku-buku refrensi, surat kabar, majalah, karya ilmiah, jurnal dan internet yang berkaitan langsung kehidupan sosial ekonomi masyarakat Suka Meriah pasca bencana alam meletusnya Gunung Sinabung. Oleh karena itu sumber data sekunder diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan, membantu memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan perbandingan. (Bungin,2001:129).

3.5 Interpetasi Data

Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006: 248) menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data yang diperoleh terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan objektivitas dan relevansi dengan masalah yang diteliti. Setiap data yang diperoleh, direkam dalam catatan lapangan, baik itu data utama hasil wawancara maupun data penunjang


(37)

lainnya. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan interpretasi data yang mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data secara keseluruhan. Dari berbagai data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya akan dapat diperoleh kesimpulan dari penelitian ini.

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Observasi

2. ACC Judul

3. Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Revisi Proposal

6. Penelitian Ke Lapangan 7. Pengumpulan Data dan

Analisis Data

8. Bimbingan Sikripsi

9. Penulisan Laporan Akhir


(38)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki keterbatasan dalam cakupan dari segi isi pemaparan dan kajian terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini adapun keterbatasan yang penulis hadapi antara lain :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari dalam diri penulis yang meliputi sikap dan mental peneliti. Kurangnya kemampuan peneliti dalam menuangkan segala bentuk data berupa wawancara dan observasi untuk menjadi rangkaian kata-kata dalam sebuah karya ilmiah. Selain itu jarak lokasi penelitian yang sangat jauh sehingga memerlukan waktu yang sangat lama dalam mengambil data. Kendala laninya adalah keterbatasan biaya penulis dan pengumpulan data dilapangan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah kendala-kendala yang muncul dari luar penulisan itu sendiri. Kendala tersebut adalah mengalami kesulitan dalam mewawancarai informan karena seluruh warga desa memiliki aktifitas rutin setiap harinya sehingga sulit untuk mendapatkan waktu yang sangat banyak untuk mewawancarai informan. Peneliti harus lebih teliti memperhatikan kesibukan informan agar bisa diwawancarai. Disamping itu juga banyak informan yang kurang paham dengan topik wawancara sehingga jawaban atau informasi yang diharapkan tidak sesuai dengan sasaran penelitian.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Desa Suka Meriah

Menurut cerita orang tua, pada awalnya Suka Meriah bukan merupakan sebuah desa, tetapi lahan garapan dan tempat berburu masyarakat desa Berastepu. Suka Meriah berbatasan dengan Berastepu dimana penduduk Berastepu yang bermarga Ginting dahulu ditawan oleh marga Sitepu, sehingga marga Ginting pergi dan menggarap lahan ke daerah tersebut. Namun karena masyarakat Berastepu merasa terlalu jauh untuk pulang kerumah maka mereka mulai membangun gubuk-gubuk kecil dan tinggal di ladang yang disebut dengan berbarung.

Tinggal bermalam dilahan pertanian pada awalanya hanya dilakukan oleh beberapa keluarga. Secara perlahan kini berkembang dan banyak masyarakat yang tinggal di ladang juga, sehingga lokasi tersebut telah ramai dan menjadi sebuah perkampungan. Hingga akhirnya daerah ini dibentuk menjadi sebuah lorong dari desa Gurukinayan. Dari lorong tersebut berdiri menjadi sebuah desa yang di beri nama Suka Raja dan telah dipinpin oleh kepala desa. Namun sesuai dengan peraturan pemerintah tanah karo pada masa itu wilayah yang bernama raja harus di hapuskan, maka Suka Raja berganti nama menjadi Suka Meriah. Desa ini masih 5 kali pergantian kepala desa semejak terbentuknya desa tersebut.


(40)

4.1.2 Letak Geogrfis

Desa Suka Meriah merupakan salah satu desa yang berada dikecamatan Payung kabupaten Karo dengan luas wilayah 250 Ha. Desa Suka Meriah memiliki jarak 4 km ke ibu kota kecamatan, 25 km ke ibu kota kabupaten dan 103 km ke ibu kota provinsi. Kondisi daerah ini berada di ketinggian tempat 1050 M dpl. Daerah ini merupakan daerah kritis yang berada di garis kemiringan 30º denagan kondisi perbatuan dan golongan daerah tandus C yang terdiri dari unsur batu, kerikil dan pasir.

Secara geografis desa Suka Meriah berbatasan dengan wilayah: 1.Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Sinabung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Berastepu 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Berastepu 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gurukinayan

Desa Suka Meriah memiliki radius 2,5 km dari Gunung Sinabung. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung tipe Strato yang aktif di Sumatera Utara denagn ketinggian 2460M DPL , letak geografis 3º 10’LU,98º 23,5’ BT dengan status Waspada (level II) Sejak 7 Oktober 2010 pukul 17.00 WIB.(artikel gatot moch Soedrajat, Penyuluhan Mitigasi Bencana Gunung Api, oktober 2011)

4.1.3 Struktur Pemerintahan

Desa Suka Meriah dipimpin oleh seorang kepala desa bersama perangkat-perangkatnya yang berperan dalam mengatur sistem pemerintahan desa. Kepala desa


(41)

yang saat ini menjabat adalah : Bapak Amin Ginting, bersama dengan anggotanya yang sangat berperan dalam menjalankan sistem pemerintahan Suka Meriah seperti :

Sek Desa : Agus Sitepu Bendahara : Happy Surbakti Pembantu umum : Heston Ginting

Mereka sangat ahkrab dan tolong menolong dalam menjalankan pekerjaan mereka terutama dalam melayanai kepentingan masyarakat dan tugas yang datang dari Pemkab Karo. Sistem pemerintahan di desa Suka Meriah tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dibantu oleh perangkat-perangkat desa lainya seperti BPD yang di ketuai oleh bapak Herdianto dan sekertarisnya bapak Telukuru dengan anggotanya antara lain : bapak Tepu Surbakti, Boksen, Sultan. Sementara LPM didesa Suka Meriah di ketuai oleh: Soder Sembiring dengan Wakilnya Usaha T

Sekertaris : Ratna Bendahara : Meri Br P

Dengan bantuan perangkat-perangkat lain maka kinerja sistem pemerintahan disuka meriah bisa berjalan dengan lancar.

(Sumber: Profil Desa Suka Meriah, Tahun 2010)

4.1.4 Gambaran Penduduk

Penduduk yang menempati Desa Suka Meriah berdasarkan data tahun 2010 yang di dapat dari data statistik kantor kepala desa berjumlah 417 jiwa yang terdiri


(42)

dari 120 kepala keluarga. Jumlah penduduk dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin yang terdiri dari:

4.1.4.1Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah(jiwa) Persentasi (%)

1. Laki-laki 209 50,11

2. Perempuan 208 49,89

Jumlah 417 100

(Sumber: Kantor Kepala Desa 2010)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki dan perempuan seimbang karena hanya selisih 1orang. Desa Suka Meriah merupakan desa yang berada di pegunungan dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya pada umunya bertani, pedangang, pegawai negri, dapat dilihat pada tabel:

4.1.4.2Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan

No Jenis pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentasi

1. Bertani 254 orang 93,39

2. PNS.POLRI/Honor 9 orang 3,30

3. Pedagang 5 orang 1,83

4. Lainya 4 orang 1,48

Jumlah 272 orang 100

(Sumber : Kantor Kepala Desa, 2010)

Tingkat pekerjaan yang ada didesa Suka Meriah masih tergolong rendah, karena seluruh masyarakat kegiatan sehari-harinya adalah bertani, pekerjaan yang seperti ini


(43)

pada umumnya akan mepengaruhi pendapatan mereka. Berdasarkan data yang di peroleh diketahui bahwa jenis pekerjaan yang mendominasi masyarakat adalah bertani yang berjumlah 254 orang dari 272 jumlah orang yang telah bekerja di desa tersebut. Pekerjaan yang ada pada umunya erat kaitanya dengan pendidikan, komposisi masyarakat berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel:

4.1.4.3Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase

1. Tidak/belum tamat SD 104 Orang 24,94

2. Tamat SD 139 Orang 33,34

3. Tamat SLTP 88 Orang 21,10

4. Tamat SLTA 81 Orang 19,43

5. Tamat Diploma 3 Orang 0,72

6. Tamat Sarjana 2 Orang 0,47

Jumlah 417 Orang 100

(Sumber: Kantor Kepala Desa 2010)

Berdasarkan tabel diatas dapat di katakan tingkat pendidikan Didesa Suka Meriah masih tergolong rendah karena lebih banyak yang belum dan sudah tamat SD. Sementara yang berada di perguruan tinggi atau diploma hanya 5 orang dari 417 jumlah penduduk. berdasarkan profil desa Suaka Meriah agama yang ada di desa ini tidak begitu bervariasi, seperti yang terlihat pada tabel:


(44)

4.1.4.4Komposisi penduduk berdasarkan agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 151 orang 36,22

2 Kristen protestan 262 orang 62,82

3 Katolik 4 orang 0,95

Jumlah 417 orang 100

(Sumber: Kantor Kepala Desa, 2010)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa agama kristen protestan merupakan agama yang mendominasi masyarakat dan di susul oleh agama muslim, sementara yang menganut agama katolik hanya 4 orang karena sarana ibadah untuk agama katolik tidak ada di desa tersebut.

4.1.5 Sarana dan Prasarana Umum

Untuk mencapai tujuan pembangunan pada masyarakat, khususnya di pedesaan diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar tercapai tujuan pembangunan yang pada akhirnya dapat memperlancar segala kegiatan yang ada di masyarakat. Sarana dan prasarana yang berada di desa Suka Meriah dikatakan belum begitu lengkap, karena alat trasportasi yang ada di desa ini juga masih kurang tetapi sedikit membantu warga untuk keperluan-keperluan yang penting. Sementara untuk sarana pendidikan di desa ini belum ada, jadi warga desa harus keluar untuk melanjutkan pendidikan mulai dari SD-SMA. Untuk anak SD dan SMP mereka pergi kesekolah di Gurukinayan (desa tetangga) yang berjarak hanya 600-700 Meter dari


(45)

desa tersebut dengan berjalan kaki. Lain halnya dengan anak SMA yang harus menempuh jarak 3-4 km dari desa tersebut.

Didesa Suka Meriah ini masih terdapat rumah adat karo yang di bangun oleh kakek nenek mereka, ada 5 buah rumah adat besar yang dalam bahasa karo disebut rumah siwaluh (dimana didalam 1 rumah terdapat 8 kepala keluarga). Didalam rumah tersebut hanya di sediakan 1 kamar untuk satu keluarga sementara perabotan rumah tangga dan dapurnya ada di tengah-tenggah rumah, sehingga setiap aktifitas warga yang ada di dalam rumah tersebut saling melihat. Warga yang di perbolehkan tinggal di rumah siwaluh ini adalah penduduk asli Suka Meriah, dimana warga menempati rumah tersebut karena belum mampu membuat rumah sendiri karena harga sewa rumah ini relatif murah tiap tahunya.

Keberadaan air bersih di desa ini cukup terpenuhi walaupun air bersih yang ada di desa ini belum di salurkan kerumah warga. Masyarakat masih menggunakan fasilitas kamar mandi umum untuk setiap harinya mulai dari menyuci mandi dan yang lainya, hanya 7 keluarga yang telah mampu menyalurkan air bersih kerumah dengan menggunakan mesin pompa air.

Alat trasportasi di desa Suka Meriah ada 4 buah mobil kecil yang setiap harinya mengantar penumpang ke ibu kota kabupaten. Waktu keberangkatan mobil ini juga tidak menentu karena mobil yang berangkat tergantung jumlah penumpang, angkutan umum ada mulai pukul 06.00 wib sampai dengan pukul 14.30 wib. Keterbatasan jumlah angkutan umum mengakibatkan warga jarang untuk melakukan aktifitas ke luar daerah mereka.


(46)

4.1.5.1Sarana Kesehatan

Didesa ini sarana kesehatan sangat minim sekali karena hanya terdapat 1 orang bidan desa dan terdapat satu bangunan gedung kecil pembantu puskesmas yang saat ini tidak di manfaatkan lagi karena keluarga bidan desa kuatir tinggal di tempat tersebut melihat lokasi bangunan yang pertama sekali berhadapan dengan lahar Gunung Sinabung. Peralatan medis yang diguanakan untuk fasilitas kesehatan sangat minim dan pengunjungnya juga sedikit. Keberadaan perekonomian warga yang sangat minim mengakibatkan hanya bebepara warga desa saja yang pergi berobat kerumah bidan desa (keluarga mampu dan penyakit yang sudah parah sekali), sementara warga yang tidak terlalu kuatir dengan penyakit lebih banyak mengkonsumsi obat dari warung selain itu masih banyak warga desa yang menggunakan obat-obat tradisional (dalam bahasa karo: tambar kuta-kuta). Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius pada umumnya tidak dapat langsung diatasi dengan baik karena keterbatasan kemapuan bidan desa yang tamat Diploma. Kondisi desa yang seperti ini dapat digambarkan bahwa sarana kesehatan didesa ini belum berfungsi sebaik-baiknya.

4.1.5.2 Sarana Keagamaan

Sarana ibadah yang ada di desa Suka Meriah ada 2 buah yaitu 1 buah mesjid hadjah sarafiah dan 1 buah gereja GBKP. Sehingga kerukunan antara umat beragama sangat terjalin dengan baik karena kekeluragaan masih terjalin erat dan warga yang tinggal di desa ini memiliki tali persaudaraan yang erat antara satu warga dengan warga lainya. Hal ini dapat peneliti lihat ketika melakukan wawancara dan


(47)

pengamatan didimana komunikasi antarwarga terjalin dengan baik. Kondisi fisik rumah ibadah ini masih kokoh dan bagus, sehingga umat yang melakukan ibadah masih nyaman. Sementara utuk warga desa yang beragama katolik melakukan ibadah kedesa tetangga karena di desa ini belum ada gereja untuk yang beragama katolik.

Tingkat toleransi beragama di daerah ini sangat tinggi, ini terbukti dengan tidak pernah ada konflik antar umat agama yang terjadi di daerah ini yang memicu pada prilaku anarkis. Masing-masing pemeluk agama melaksanakan ibadah serta perayaan-perayaan hari besar keagamaannya sesuai ajaran di rumah ibadah masing-masing.

4.1.6 Profil informan 4.1.6.1 Informan kunci

4.1.6.1.1 Amin Ginting (Kepala Desa)

Bapak Amin Ginting merupakan kepala desa Suka Meriah dan penduduk asli desa. Beliau memiliki usia 58 tahun menganut agama islam dan telah 6 kali menikah dengan 6 orang anak. Saat ini pak A Ginting Tinggal bersama seorang anak laki-laki yang masih berusia 5 tahun dan istiri yang ke 6 dirumah mereka sendiri. Pendidikan terakhir beliau adalah SLTA . Aktifitas sehari-hari pak A Ginting sebagai kepala desa di Suka Meriah dan meluangkan sedikit waktu juga untuk bertani sementara pekerjaan istri beliau adalah bertani. Komoditas tanamanan yang ditanam beliau adalah kacang, buncis, jagung sementara untuk tanaman yang modalnya besar seperti tomat, cabe beliau belum berani menanam karena masih ragu dengan keberadaan Gunung Sinabung.


(48)

Sebelum menjabat sebagai kepala desa, pekerjaan sehari-hari beliau adalah bertani. Bapak A ginting Dikenal dengan sosok yang sangat baik dan ramah dan peduli dengan keberadaan desa karena sebelunya ayah beliau juga pernah menjabat sebagai kepala desa yang pertama di Suka Meriah. Semenjak terjadinya bencana alam Gunung Sinabung bapak A ginting sangat sering pergi ke kantor camat ataupun kekantor bupati mengikuti rapat terkait dengan perkebangan desa dan aktifitas Sinabung.

4.1.6.1.2 Sudirman Sembiring Meliala

Bapak S.Sembiring yang telah berusia 46 tahun memiliki bandan yang tidak terlalu tinggi dan warna kulit hitam. Informan tinggal didesa Suka Meriah lebih kurang 22 Tahun dan pekerjaan beliau adalah bertani. S.Sembiring bukan penduduk asli desa Suka Meriah, beliau berasal dari desa Berastepu karena menikah dengan warga desa tersebut maka beliau tinggal di Suka Meriah. S.Sembiring tinggal dirumah sendiri bersama seorang istri dan 5 orang anak, dimana 4 orang anaknya sedang mengecap pendidikan dan 1 telah menikah pada usia muda. Keluarga bapak S.Sembiring menganut agama kristen protestan, Informan yang satu ini sangat ramah, kedatangan saya kerumah informan di sambut baik bapak tersebut bersama dengan istrinya sembari menyajikan minuman dan gula aren yang disebut “gula kerep” alasan S.Sembiring menyajikan minuman tersebut karena hanya disekitar daerah tersebut yang ada jenis minuman seperti itu. Informan yang satu ini suka bercerita banyak tentang desa Suka Meriah ataupun keadaan masyarakat desa tersebut karena


(49)

sebelumnya beliau juga pernah menjabat sebagai kepala desa, sembari peneliti melakukan wawancara bapak S.Sembiring juga sibuk memperhatikan air aren yang sedang di olahnya didapur. Beliau sangat tekun bekerja karena sudah pukul 22.25 wib masih sibuk melakukan pekerjaanya tersebut.

Setiap harinya S.Sembiring pergi keladang mulai dari pukul 07.00 dengan menggunakan pakaian yang rutin selalu dipakai setip harinya ke ladang (basahan dalam bahasa karo), sementara istrinya menyusul pergi keladang. Keluarga ini setiap harinya pulang dari ladang pukul 17.30 wib. Jenis tanaman yang ditanam keluarga bapak S.Sembiring saat di ladangnya mulai dari kopi, cabe merah dan cabe rawit dan buncis selain itu beliau juga menekuni usaha penjualan bibit cabe merah bagi warga yang hendak bercocok tanam cabe. Terjadinya bencana alam Gunung Sinabung berpengaruh besar dalam perekonomian bapak S.Sembiring. Pasca bencana alam beliau kini semakin tekun bekerja dibantu oleh istrinya yang juga sangat rajin berkerja. Selain itu keluarga S.Sembiring juga sanggat tekun beragama terutama istrinya yang aktif dalam kepengurusan gereja. Latar belakang pendidikan terakhir informan adalah SLTP dengan alasan beliau dulu sangat malas sekolah, bukan karena orang tua tidak mampu atau kemapuan otak yang terbatas tetapi karena bapak S.Sembiring mengakui saat mengecap pendidikan beliau sangat bandal. Selain bercocok tanam bapak S.Sembiring saat ini memiliki pekerjaan tambahan yaitu mengolah air aren menjadi gula merah atau dijual mentah, hal ini beliau lakukan mengingat ke-4 orang anaknya sedang mengecap pendidikan membutuhkan biaya yang banyak. Alasan peneliti menjadikan bapak S Sembiring menjadi informan


(50)

karena terjadinya bencana alam berpengaruh besar pada perekonomian keluarga mereka dan beliau memiliki anak yang saat ini semua sedang mengecap pendidikan.

4.1.6.1.3 Linda br Ginting

L br ginting merupakan seorang wanita yang berusia 46 tahun. Informan ini tinggal di desa Suka Meriah semenjak lahir dan menganut agama islam. Pekerjaan sehari-hari informan ini adalah bertani dengan latar belakang pendidikan terakhir SLTP. Informan ini memiliki postur tubuh yang sangat kurus, warna kulit kuning langsat serta suka memakan sirih sehingga gigi beliau sudah hitam. Ibu L br Ginting tinggal di rumah sendiri tetapi jika ada waktu senggang di malam hari beliau akan berkujung ke rumah Siwaluh dengan alasan takut tinggal dirumah sendiri melihat keadaan Gunung Sinabung . Saat peneliti menyapa informan, dia begitu ramah dan ingin tau apa tujuan saya datang, sehingga begitu saya menyampaikan tujuan saya pada informan beliau bersedia untuk memberika pendapat.. Ibu L br Ginting meliliki 3 orang anak, 2 orang sudah selesai sekolahnya dan 1 orang anak paling bungsu saat ini sedang mengecap pendidikan di tingkat SMA.

Ibu L br Ginting hanya mengandalakan sektor pertanian atau hasil pertanian dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari ataupun guna memenuhi kebutuhan pendidikan anak yang sekolah. Meletusnya Gunung Sinabung membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan informan, sambil bercerita ibu L br Ginting mengatakan jika berat badanya telah turun 13 kg pasca bencana alam Gunung Sinabung. Selain bekerja di ladang sendiri L br Ginting sering pergi keladang


(51)

orang mejadi buruh harian lepas (aron), dengan alasan jika tidak begitu maka saya tidak akan makan karena hasil pertanian untuk saat ini tidak bisa diharapkan. Dari kegiatan sehari-harinya peneliti juga melihat informan sangat rajin pergi bekerja karena jam 07.30 pagi informan ini telah pergi keladang, jadi jika siang hari berkujung ke rumah L br ginting maka kita hanya menemukan pintu yang tertutup.

4.1.6.1.4 Serasi br Sitepu

S br Sitepu merupakan seorang ibu rumah tangga yang berusia 46 tahun dan tinggal di desa Suka Meriah sejak lahir. Latar belakang pendidikan terakhir informan adalah SMA dan memiliki 1 orang anak laki-laki. Pekerjaan informan saat ini adalah berdagang. Beliau menenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidkan anakanya hanya sendiri karena suami ibu S br Sitepu memiliki penyakit jiwa dan samapai sekarang masih di tinggal rumah sakit jiwa Medan.

Ibu S br Sitepu menganut agama kristen protestan tetapi jarang beribadah ke gereja, hal ini terjadi karena pernah mendengar cemohan tentang dirinya dari orang yang satu keyakinan dan rajin pergi beribadah. Ibu S br Sitepu sangat tekun bekerja guna memenuhi kebutuhana anaknya yang sedang duduk di salah satu perguruan tinggi negeri di Medan. Informan tinggal di rumah siwaluh hanya sendirian. Semangat ibu S br Sitepu begitu luar biasa untuk menyekolahkan anaknya, karena informan mengaku cuman dialah yang dia perjuangkan untuk hidup dan tidak mau anaknya putus sekolah karena keadaan orang tua, jadi apapun beliau lakukan guna menyekolahkan anakanya hingga selesai. Kegiatan rutin yang beliau lakukan saat ini


(52)

adalah berdagang kopi dan hasil produski pertanian lainaya dari sekitar desa tersebut ke kota Medan tanpa mengenal lelah.

4.1.6.1.5 Nirwana br Meliala

N br Meliala merupakan wanita yang berusia 49 tahun, informan ini merupakan penduduk asli Suka Meriah yang menikah dengan salah seorang pria suku Simalungun dari daerah Tongging. Ibu N br Meliala memenuhi kebutuhan anaknya hanya sendiri karena suami informan ini telah meninggal dunia dan memiliki 3 orang anak dimana ada 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Anak pertama dari N br Meliala telah berumah tangga sementara anak nomor 2 dan 3 sudah selesai sekolahnya tinggal bersama beliau dan kebutuhan sehari-harinya juga masih di tanggung informan. Ibu N br Meliala sangat ramah karena ketika peneliti datang mengujungi beliau dengan senang hati menyambut kedatangan saya dan menawarkan makan di rumah beliau.

Pekerjaan sehari-hari ibu N br Meliala adalah bertani dan memiliki pekerjaan sampingan dengan mebuka kedai sampah di rumah sendiri. Kedai sampah tersebut dibuka hanya pada pagi dan malam hari setelah pulang dari ladang. Dilihat dari kondisi bangunan rumah beliau, ibu N br meliala merupakan keluarga yang berada. Alasan peneliti menjadikan ibu N br meliala Sebagai inforan kunci karena lahan pertanian beliau ada yang terkena lahar dingin saat Gunung Sinabung meletus sehingga beberapa pohon jeruk mati dan tanahnya tidak bisa digarap lagi karena telah menjadi bebatuan.


(53)

4.1.6.1.6 Ibu Sulastri

Ibu sulastri yang berusia 33 tahun merupakan suku jawa dan bukan penduduk asli Suka Meriah, beliau berasal dari Pematang Siantar tapi setelah menikah dengan pria yang berasal dari suku batak karo dan tinggal didesa tersebut karena suami beliau asli penduduk desa tersebut. Setelah menikah dengan warga desa tersebut beliau di beri beru ginting oleh warga desa. Ibu Sulastri sudah 15 tahun tinggal di desa tersebut dan memiliki 5 orang anak, 4 laki-laki dan 1 perempuan. Anak ibu Sulastri masih kecil-kecil karena anak yang paling tua masih duduk dibangku SMP, 2 orang tingkat SD dan 2 orang lagi belum sekolah. Pekerjaan sehari-hari ibu Sulastri adalah keladang sementara suaminya bekerja menjadi tukang anggkat batu yang diambil dari bawah kaki Gunung Sinabung.

Keluarga ibu Sulastri tinggal di rumah peninggalan orang tua suami beliau yang ukuranya sangat kecil karena lebar rumah hanya 4 meter dengan panjang 8 meter berlantai papan dan kondisi fisik bangunan sudah tua. Dari depan rumah beliau sangat terlihat jelas akitifitas asap yang keluar dari mulut Gunung Sinabung. Ibu Sulastri sangat ramah berbicara dengan siapa saja dan sudah lancar menggunakan bahasa karo. Pada awalanya setelah tamat SMA informan berniat mencari pekerjaan seperti yang diutarakan ibu Sulastri (Pr, 33 thn) sebagai berikut:

“saya bisa sampek di desa ini karena tawaran dari teman saya, dia bilang Kalo disini ada tempat kerja, dulu saya jaga kedai orang disini dan akhirnya menikah sampe saat ini menetap didesa ini”

(hasil wawancara, oktober 2011)

Keluarga Ibu Sulastri menganut agama kristen protestan dan beliau sangat rajin setiap minggunya pergi kegereja, begitu juga dengan anak-anaknya semetara


(54)

suaminya jarang beribadah, karena sangat sibuk dimana berangkat pagi dan pulang malam. Meletusnya gunung sinabung membawa pengaruh dan perubahan pada keluarga ini karena suami beliau sebagai tulang punggung keluarga bekerja di bawah kaki Gunung Sinabung.

4.1.6.1.7 Cermin br Ginting

C br Ginting merupakan wanita yang berusia 50 tahun dengan pendidikan terakhir SD. Informan tinggal di Suka Meriah sejak tahun 1979 dan tinggal di rumah adat karo (rumah siwaluh), ibu C br ginting sudah tidak memiliki suami dan memiliki 1 anak yang sedang duduk di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan yang saat ini telah duduk di semester 6. Pekerjaan sehari-hari ibu C br ginting adalah bertani, beliau hanya mengharapkan hasil lahan pertanian guna memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anaknya, dari penuturan ibu C br Ginting meletusnya Gunung Sinabung membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sehari-harinya karena saat ini beliau telah mengalami perubahan pekerjaan dari pedagang menjadi buruh harian lepas, selain itu ibu C br Ginting menuturkan pasca meletusnya Gunung Sinabung dia mengalami penurunan berat badan sebanyak 10 kg, hal ini terjadi karena merasa begitu sangat capek mencari uang ynag tidak hanya dari ladang sendiri tetapi saat ini juga telah menjadi aron keladang orang.

Ibu C br Ginting menganut agama kristen protestan dan tekun mengikuti kegiatan gereja karena begitu saya selesai mewawancarai beliau juga bergegas untuk pergi. Beliau memiliki rekan-rekan kerja yang setiap harinya pergi menjadi buruh harian lepas keladang orang mulai pukul 07.00 wib sampai pukul 17.00 dan mulai


(55)

pukul 17.00-18.30 bekerja diladang sendiri denagn alasan jika tidak begitu maka tidak akan ada yang mengerjakan ladangnya. Hal inilah yang mendasari peneliti mejadikan beliau menjadi salah satu informan kunci.

4.1.6.1.8 Benta Surbakti

Benta Surbakti merupakan seorang laki-laki yang berusia 39 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SMP, informan ini memiliki penampilan yang selalu rapi, sangat ramah dan suka bercanda. Bapak B. Surbakti menganut agama islam dengan 3 orang anak dan telah 2 kali menikah, beliau merupakan penduduk asli desa Suka Meriah namun beliau sudah sering merantau keluar Sumatera Utara dan akhirnya kembali lagi ke desa tersebut pada tahun 2001. Keluarga bapak B. Surbakti tinggal di rumah siwlauh tetapi mereka hanya tidur di situ saja.

Pekerjaan sehari-hari bapak Benta Surbakti adalah keladang dengan ke -3 anak dan istrinya, selain itu beliau juga memiliki pekerjaan sampingan membuka warung kopi dengan menyewa kios milik bapak kepala desa. Setiap pagi pukul 05.00 pagi beliau bersama istrinya telah bergegas mebuka warung dan tutup pukul 08.00-09.00wib baru pergi keladang, sepulang dari ladang pukul 17.00 wib, beliau kembali membuka warungnya hingga pukul 24.00 bahkan bisa sampai pukul 02.00 pagi baru tutup. Sehingga tempat tinggal mereka hanya digunakan sebagai tempat istirahat.

Sebelum terjadinya bencana alam Gunung Sinabung prioritas pekerjaan utama bapak B. Surbakti adalah buka warung kopi setiap harinya, tetapi saat ini sudah tidak lagi dengan alasan seperti yang di paparkan bapak B. Surbakti (lk, 39 tahun)

“Berkurang sekali pembeli ke warung kita ini nak, itu makanya saya tutup,bagai mana tidak berkurang sekarang ini orang sudah sibuk


(56)

(hasil wawancara oktober 2011)

Walaupun anak bapak B. Surbakti cuman satu yang saat ini sedang mengecap pendidikan, mereka satu keluarga sangat tekun dan rajin bekerja keladang setiap harinya dan saat ini sudah mulai bercocok tanam seperti menanam padi, cabe, tomat guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

4.1.6.1.9 Markus Sembiring Kembaren

M. Sembiring adalah salah seorang pria berusia 50 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SLTP. Informan bukan penduduk asli Suka Meriah beliau berasal dari Desa Berastepu beragama muslim dan tinggal di desa Suka Meriah baru 2 Tahun. Informan bersama istri dan 3 orang anaknya tinggal di rumaah Siwaluh. 2 orang anaknya sedang mengecap pendidkan, anak yang nomor 3 duduk di bangku SD dan nomor 2 dibangku SMP, sementara yang nomor 1 tidak sekolah karena malas untuk sekolah.

Pekerjaan sehari-hari bapak M. Sembiring adalah bertani, setiap harinya dia pergi keladang bersama dengan anaknya yang sulung. beliau sangat rajin bekerja, setiap pagi 07.15 wib sudah pergi keladang dengan mebawa seekor lembunya yang di buat tidur di bawah kamarnya, beliau juga punya pekerjaan sampingan menganyam keranjang dan mengolah gula aren. Semua pekerjaan bapak M. Sembiring tekuni saat ini, sementara istri informan tidak ikut membantu perekonomian keluarga yang serba pas-pasan, hal ini disebabkan istri beliau dalam keadaan sakit keras. Penyakit yang di derita istri informan adalah penyakit yang berbahanya yaitu tumor dan leper.


(57)

Meletusnya Gunung Sinabung membawa pengaruh besar dalam keluarga bapak M. Sembiring, karena saat ini sudah harus bekerja lebih keras dibandingkan sebelumnya hanya mengandalkan hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya berobat istrinya. Sekarang istri bapak M. Sembiring sudah jarang berobat karena tidak ada uang, hanya mengandalkan obat secukupnya tanpa ada perawatan intensif mengingat kondisi tumor yang ada di perut istri M. Sembiring yang semakin membesar.

4.1.6.1.10 Ratna br Surbakti

Ibu R. Surbakti memiliki usia 42 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir SMA. Ibu R br Surbakti memiliki 2 orang anak dan kedua anakanya tinggal bersama saudaranya di Medan. Anaknya yang sulung telah tamat SMA dan bekerja di medan membantu keluarganya sementara anaknya yang nomor 2 sedang duduk di bangku SMA, anak ibu R br Surbakti yang duduk di bangku SMA tersebut yang membiayai kebutuhan sekolahnya adalah kelurga hal ini disebabkan informan tidak mampu mebiayai kebutuhan anaknya tersebut melihat kondisi pekerjaan dari ibu R br Surbakti yang saat ini sehari-harinya adalah menjadi aron (buruh harian lepas).

Ibu R br Surbakti merupakan penduduk asli Desa Suka Meriah dan menganut agama kristen protestan, ibu ini memiliki postur tubuh yang sangat kurus dan warna kulit sauh matang. Informan tinggal di rumah sendiri dan hidup sendiri karena suami informan telah lama meninggal dunia. Ibu R br Surbakti merupakan tulang punggung keluarga bagi ke 2 anaknya sebelum Gunung Sinabung meletus. Tetapi saat ini sanak


(58)

kondisi beliau yang sangat susah saat ini.beliau mengatakan begitu perekonomian pulih kembali pasca bencana alam maka ibu R br Surbakti akan kembali menafkahi anaknya yang sekolah. Setiap pagi pukul 07.10 wib ibu R br Surbakti telah pergi keladang bersama rekan-rekanya untuk bekerja keladang orang.

4.1.6.2 Informan biasa 4.1.6.2.1 Jadiate Ginting

J. Ginting adalah pria yang berusia 42 tahun beragama kristen protestan. Latar belakang pendidikan informan adalah SD dan tinggal di desa tersebut semenjak lahir. Informan tinggal di rumah sendiri dengan 4 orang anak yang semuanya sekolah, 2 orang sedang duduk di bangku SD, 1orang di bangku SMP dan 1 orang lagi di bangku SMA. Informan begitu ramah dan suka bercanda terhadap siapa saja karena bapak J. Ginting sangat humoris berdasarkan pengamatan peneliti ketika bertanya pada beliau.

Pekerjaan bapak J. Ginting adalah supir angkutan di desa tersebut, beliau sangat tekun dan ramah dalam mengambil penumpang. Selain menjadi supir bapak J. Ginitng juga memiliki lahan pertanian yang di kelola istrinya dan setiap hari keladang. Meletusnya Gunung Sinabung membawa pengaruh yang besar terhadap perekonomian keluarga bapak J. Ginting karena bencana alam Gunung Sinabung tersebut mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada beliau mengingat lahan pertanianya yang rusak fatal.


(59)

4.1.6.2.2 Sukses Sitepu

S. Sitepu adalah pria yang berusia 29 tahun dan belum berumah tangga. Latar belakang pendidikan informan adalah SLTP dan menganut agama muslim. Informan adalah penduduk asli desa Suka Meriah dan pekerjaan sehari-hari informan adalah keladang. Jika tidak keladang beliau tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena informan menanggung sendiri kebutuhan hidupnya dan juga membantu perekonomian keluarganya yang hidupnya serba kekurangan. Informan menekuni bertani mulai dari putus sekolah SMP dan sangat aktif dalam kegiatan karang taruna dan kegiatan lainya yang dilakukan didesa tersebut.

Informan sangat ramah tidak sebanding dengan penampilanya yang sangat seram dengan warna kulit hitam, rambut sedikit di cat warna merah dan merokok. Terjadinya bencana alam berpengaruh besar tehadap perekonomian informan karena saat ini informan merasa sangat sulit untuk mencari uang sehingga lebih sering menjadi kuli ke ladang orang berdasarkan pemaparan informan.

4.2 Interpretasi Data

4.2.1 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarat Prabencana Alam

Desa Suka Meriah merupakan salah satu desa yang sangat dinamis, banyak terdapat persamaan yang ada pada masyarakat seperti: persamaan pekerjaan, suku, bahasa, dan agama yang mereka anut. Mayoritas masyarakatnya adalah suku karo dan warga yang tinggal di derah ini adalah penduduk asli, hanya beberapa warga yang berasal dari luar daerah dan suku yang berbeda. Semangat kekeluargaan dan


(60)

kebersamaan masih melekat erat pada masyarakat. Tatanan kehidupan daerah ini sangat kental dengan sikap solidaritas, dimana kegiatan-kegiatan sosial pada masyarakat berjalan dan dipelihara dengan baik. Hal ini terbukti dari banyaknya warga masyarakat yang saling mengunjungi saat sakit, kegiatan warga yang selau aktif dalam melakukan acara pesta tahunan (kerja tahun) didesa ini, karang taruna yang aktif karena kebersamaan kelompok muda-mudi juga terjalin sangat erat. Muda-mudi di desa ini sering melakukan perkumpulan dan komunikasi yang berjalan dengan baik antar sesama dan orang tua. Selain itu arisan dan perkumpulan-perkumpulan warga yang berbaur agama juga berjalan dengan baik, seperti perwiritan pada agama muslim dan PA pada agama kristen. Selain itu gotong royong yang terjalin antar warga masih terjaga karena semua halaman perkampungan ditata rapi dan bersih lengkap dengan pagar-pagar bambu yang berdiri tegak di pekarangan desa.

Sementara hubungan antara pemerintahan daerah (Kepala desa dan perangkat-perangkat desa) dengan masyarakat terjalin dengan sangat baik, sehingga menjadi salah satu kekuatan internal yang ada pada desa Suka Meriah terutama dalam mengelola pemerintahan dan menggerakkan masyarakat untuk menjadi lebih baik. Sebelum terjadinya bencana alam keberadaan desa ini dapat dilihat dari pendapat yang di kemukakan bapak kepala desa A.Ginting (lk, 58 th) :

“Suka Meriah ini dulu sangat bersih nak, di rias dengan rapi, di buat pagar dan ditanami bunga-bunga, makanya desa ini dulu juara satu selalu desa terbersih di kabupaten karo”

Lain halnya dengan yang di utarakan oleh warga ibu Linda Br Ginting (Pr, 46 thn): “Mulai dari dulu samapi sekarang saya tinggal di daerah ini belum perah ada terjadi pertengkaran antara warga di desa ini, pokoknya kalo kami disini bersahabat kok semuanya. Apapun peritah dari


(61)

atasan yang kami terima dengan senang hati semua warga di desa ini menjalankan dengan baik”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa warga desa sangat rajin dan tidak sulit untuk diatur, hal ini terbukti dari kemauan warga untuk bergotong royong menata desa mereka dengan bagus, sehingga bisa menjadi desa percontohan. Hubungan sosial yang terjalin antar warga desa di Suka Meriah masih terjalin dengan baik.

Sedangkan pada sektor usaha perekonomian masyarakat, desa Suka Meriah terdiri atas usaha kecil menengah, peternakan, berdagang dan pertanian. Masyarakat desa Suka Meriah adalah masyarakat yang menggantungkan kehidupanya pada sektor pertanian. Mulai pukul 06.00 Wib banyak warga yang telah melakaukan aktifitasnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan bernama ibu Ratna Surbakti (pr, 42 thn):

“Kalau kami disini nak bertaninya semua, kalo enggak apa lagilah kerjaan disini cuman itulah kemapuan masyarakat sini gak adalagi yang kami tau, bagaimanalah pendidikan juga kurang, cuman sebatas keladanglah yang kami tau”

Tidak jauh berbeda dengan ibu Linda br ginting mengatakan (pr, 46 tahun): “pekerjaan kami sini keladanglah nak, nanam-nanam, hasilnya cukup-cukup makanlah gaknya saya bisa kekeurangan, apa lagi nanti kalo tanaman kita itu kenak harganya kan, adalah duit kita bisalah sering-sering jalan-jalan ke Kabanjahe”

Sementara ibu Nirwana Sembiring (lk,49 thn):

“Saya buka kedai-kedai sampahpun saya disini nak, berapalah dapat itu untungn ya, jadi tetapnya saya keladang bercocok tanam, karena lebih terjamin keladang untuk biaya hidup sehari-harinya”.

Dari pemaparan informan tersebut dapat diketahui bahwa dengan bertani warga desa tidak pernah kekurangan semuanya masih bisa dipenuhi dan kehidupan sehari-hari warga desa tidak lepas dari keladang, berangkat pagi dan pulang sore hingga pukul 17.00 WIB.


(62)

Komoditas tanaman yang ditanam warga di desa ini adalah, kopi, padi, jagung, kacang, cabe, jeruk, bawang merah, buncis, kol dan yang lainya. Dari hasil panen tanaman tersebut masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap harinya tanpa ada kekurangan. Penampilan tidak menjadi prioritas warga, aktifitas yang warga desa lakukan setiap harinya hanya digunakan guna memenuhi kebutuhan perekonomian mereka sehari hari seperti pangan, dimana kebanyakan warga untuk makanan sangat di atur gizinya dengan baik. Keluarga juga menenuhi biaya pendidikan anak-anak mereka sampai pada jenjang pendidikan SMA, sementara untuk jenjang perguruan tinggi masih jarang karena keluarga kurang mampu ditambah kemauan anak yang ada di desa Suka meriah sangat kurang untuk pendidkan ke jenjang yang tinggi.

Masyarakat didesa ini lebih banyak mandiri karena modal usaha yang di kelola masyarakat untuk menggerakkan perekonomian mereka seperti bercocok tanam dilakukan masyarakat tanpa ada bantuan dari orang lain dengan modal usaha sendiri.

4.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Pasca Bencana Alam

Bencana alam meletusnya Gunung Sinabung yang terjadi pada yang tanggal 18 Agustus 2010, banyak mengakibatkan perubahan di desa Suka Meriah terutama perekonomian dan kehidupan sosial pada masyarakat. Bencana alam menimbulkan ketakutan dan trauma pada warga desa, karena sebelumnya warga tidak pernah ada yang mengetahui informasi yang terkait dengan keberadaan Gunung Sinabung seperti bagaimana kondisinya, dan apakah gunung tersebut sudah pernah meletus apa belum.


(63)

Terjadinya bencana tersebut warga sudah mengetahui keberadaan Gunung Sinabung, dan sudah paham untuk selalu berjaga-jaga. Pandangan warga dengan keberadaan Gunung Sinabung saat ini dapat dilihat dari penjelasan informan Cermin br Ginting (pr, 50 Thn):

“Deleng sinabung seri kuakap ras bareh naku (gunung sinabung seperti Bisul) suatu saat pasti akan pecah, nah begitu juga dalam pikiranku setelah kejadian waktu itu. Sampai sekarang masi bertanya – tanya dalam hatiku, kekmananya nanti kalo Gunung Sinabung ini akan meletus? pihak pemerintah atau pak camat mengatakan bahwa gunung itu tidak apa-apa karena sudah dipantau oleh BMG, bagai mana kami bisa tenang setelah di bilang jika daerah kami ini garis merah rawan bencana.

Tidak jauh berbeda ibu Linda br Ginting (pr,46 thn) mengatakan:

“aku gimanapun dibilang orang aman-aman katanya Deleng itu, takutnya aku, apa lagi kalo kayak ada kudengar suara yang lain ntah aneh, dah gak tenang lagi aku nakku”

Semntara Sukses Sitepu (lk,39thn) mengatakan: “e...

Jelas saya takut liat gunung itu dek biarpun saya laki-laki,ada saja hujan deras dalam hati saya sudah bertanya, gak gelah nanti ini banjir lahar dingin, ih apa lagi kalo kudengar pula suara petir dek, kukiranya lalap gunung itu mau meletus”

Dari pendapat tersebut dapat di ketahui bahwa walaupun warga desa saat ini tetap bertahan melakukan aktifitasnya sehari-hari, mereka sangat ketakutan pasca melihat Gunung Sinabung mengeluarkan semburan api panas dan mengetahui jika setatus Gunung Sinabung aktif.

Terjadinya bencana alam tidak ada mengakibatkan kerusakan fisik pada daerah rawan bencana, kerusakan yang terjadi akibat lahar panas hanya sampai kaki gunung yang akhirnya mebentuk batuan dan pohon kering semua. Desa Suka Meriah masih utuh, hal ini mengakibatkan strategi penanggulangan bencana seperti rekontruksi


(1)

Noor, Djauhari.2006.Geologi Lingkungan.Yokyakarta:Graha Ilmu

Soekanto, Soerjono.2000,2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Subri,Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia,Jakarta: PT. Raja Grapindo persada.

Sztompaka Piotr.2007.Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Suber lainya: (http://www.Prosiding_diskusi_intellectual_capital_dan_pembangunan.pdf diakses25 mei 2011,pukul13.03wib

Artikel Gatot moch Soedrajat, Penyuluhan Mitigasi Bencana Gunung Api, oktober 2011


(2)

LAMPIRAN


(3)


(4)

(5)

Gambar: Peternakan yang berada dibawah tempat tinggal warga

Gambar: Wara Desa yang Menjadi Buruh Harian Lepas (BHL) menunggu truk jemputan.


(6)


Dokumen yang terkait

Perkembangan Psikososial Remaja Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

4 89 89

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekerah Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

17 231 126

Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

9 83 126

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

3 25 137

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

1 1 11

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

0 0 1

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

0 0 41

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

0 0 6

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

0 0 3

Efektivitas Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pemulihan Kondisi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo (Studi pada Desa Bekerah,Simacem,Suka Meriah)

0 0 5