BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN MESUJI - DOCRPIJM 4a9975dab3 BAB IXBAB 9

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN MESUJI Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan

  melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function). Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara

KABUPATEN MESUJI

  berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai. Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Mesuji didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing- masing. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Mesuji disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  a. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  b. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

KABUPATEN MESUJI

  c. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos / rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

  d. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  e. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:  Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai;  Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  f. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan

KABUPATEN MESUJI

  dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

  Tentang Pemerintah Daerah : Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-undanh No. 33 Tahun 2004

  Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah : untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.

  Pembagian DAU dan BDH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007

  Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib perpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan

KABUPATEN MESUJI

  oleh Pemerintah. Urusan daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011

  Tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005

  Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 dan Perpres 56/2010) : Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur pemukiman yang dapat dikerjasamakan air minum, infrastruktur air limbah pemukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2007

  Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011) : Struktur APBD terdiri dari :

  a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi : Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi : Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010

  Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur : Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis

KABUPATEN MESUJI

  alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan :

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah ;

   Tingkat kerawanan air minum.

   b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan untuk melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kroteria teknis : Kerawanan sanitasi ;

   Cakupan pelayanan sanitasi.

   9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011

  Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan sendiri : dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  ,

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  Swasta,

4. Dana meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta

  Coorporate Social Responsbility (KPS), maupun skema (CSR).

KABUPATEN MESUJI

  Masyarakat 5.

  Dana melalui program pemberdayaan masyarakat.

  Pinjaman, 6. Dana meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  

9.2. PROFIL ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

MESUJI

9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

  Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Mesuji terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD. Kondisi umum masing- masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Mesuji adalah sebagai berikut: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mesuji terdiri dari:  Pajak Daerah;  Retribusi Daerah;  Hasil Pengelolaan PERUSDA dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;  Lain-lain PAD.

  b. Dana Pertimbangan  Bagi hasil pajak  Bagi hasil bukan pajak  Dana alokasi Umum  Dana Alokasi Khusus

  Tabel 9.1

  Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten Mesuji

  Pajak Daerah No Tahun Anggaran (Target) Realisasi

  1. 2015 555.301.316.542,05,- 555.296.638.625,66 2. 2016 555.301.316.542,05,- 555.296.638.625,66

  Mesuji Dalam Angka 2016

KABUPATEN MESUJI

  Tabel 9.2

  Dari ke-3 Tabel di atas, terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten Mesuji baru menargetkan PAD di tahun 2016 untuk menambah biaya penyelenggaraan pemerintahannya.

  Mesuji Dalam Angka 2016

  1. 2015 14.436.587.592,05 13.986.195.337 2. 2016 14.436.587.592,05 13.986.195.337

  No Tahun Hasil Bagi Pajak dan Bukan Pajak Anggaran (Target) Realisasi

  Hasil Bagi Pajak Kabupaten Mesuji

  Tabel 9.4

  c. Dana Perimbangan Dana Perimbangan Kabupaten Mesuji terdiri dari:  Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;  Dana Alokasi Umum (DAU);  Dana Alokasi Khusus (DAK); Perkembangan Dana Perimbangan yang diterima Kabupaten Mesuji adalah sebagai berikut:

  Mesuji Dalam Angka 2016

  Perkembangan Retribusi Daerah Kabupaten Mesuji

  1. 2015 10.455.000.000 12.230.514.235,27 2. 2016 10.455.000.000 12.230.514.235,27

  No Tahun Lain-Lain PAD Anggaran (Target) Realisasi

  Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

  Mesuji Dalam Angka 2016 Tabel 9.3

  1. 2015 4.208.000.000 3.942.802.175 2. 2016 4.208.000.000 3.942.802.175

  No Tahun Retribusi Daerah Anggaran (Target) Realisasi

KABUPATEN MESUJI

  Tabel 9.5

  Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Mesuji

  No Tahun Dana Alokasi Umum (DAU) Anggaran (Target) Realisasi

  1. 2015 387.694.110.000 387.694.110.000 2. 2016 387.694.110.000 387.694.110.000

  Mesuji Dalam Angka 2016 Tabel 9.6

  Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Mesuji

  No Tahun Dana Alokasi Khusus (DAK) Anggaran (Target) Realisasi

  1. 2015 51.809.920.000 51.809.920.000 2. 2016 51.809.920.000 51.809.920.000

  Mesuji Dalam Angka 2016

  Tabel-tabel Dana Perimbangan di atas juga menunjukkan bahwa Kabupaten Mesuji baru mentarget sumber dana perimbangan tersebut pada tahun 2016.

  d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari:  Pendapatan Hibah;  Dana Darurat;  Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;  Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;  Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

KABUPATEN MESUJI

  Tabel 9.7

  Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi

  Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi (Rp) No Tahun Anggaran (Target) Realisasi

  1. 2009

  • 2.
  • 2010 39.586.822.000,-

  Tabel 9.8

  Pendapatan Daerah Kabupaten Mesuji

  Pendapatan Daerah No Tahun Anggaran (Target) Realisasi

  1. 2015 18.697.800.000 20.901.434,66 2. 2016 18.697.800.000 20.901.434,66

  Dari ke-3 (tiga) sumber pendapatan di atas, pada tahun 2017 Kabupaten Mesuji mentargetkan total pendapatan sebesar Rp., 555.296.638.625,66-.

  Tabel 9.9.

  Total Pendapatan Daerah Kabupaten Mesuji

  Pendapatan Daerah (Rp.) No Tahun Anggaran (Target) Realisasi

  555.296.638.625,66 555.296.638.625,66 1. 2015

  555.296.638.625,66 555.296.638.625,66 2. 2016

9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

  Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata.

KABUPATEN MESUJI

  KABUPATEN MESUJI Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a. Belanja Pegawai;

  b. Bunga;

  c. Subsidi;

  d. Hibah;

  e. Bantuan Sosial;

  f. Belanja Bagi Hasil;

  g. Bantuan Keuangan; h. Bantuan Tidak Terduga. Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a. Belanja Pegawai;

  b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Modal. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Mesuji dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

  Tabel 9.10 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Mesuji

  

No Tahun Belanja Daerah (Rp)

  1. 2013 437.648.077.892 2. 2014 517.734.653.429,94

  Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi Keuangan Kabupaten Mesuji bisa berjalan lancar dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahannya baru pada tahun 2017. Dengan target total pendapatan tahun 2016 sebesar Rp. 555.296.638.625,66 (lihat Tabel 6.9) dan rencana Pembelanjaan total sebesar Rp. 597.378.000.000,- yang berarti Kabupaten Mesuji dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahannya mengalami defisit atau mengalami kekurangan pendanaan sebesar Rp. 42.081.000.000,- .

9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  

9.4.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5

Tahun

  Meskipun pembangunan infrastruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 9.11 APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

  Sektor Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan & Lingkungan Total

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional .

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan

  DAK Air Minum

  sanitasi. digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan perdesaan

  DAK Sanitasi

  termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan

KABUPATEN MESUJI

  berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.12 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun

  Terakhir

  

Jenis DAK Tahun -1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5

DAK Air Minum DAK Sanitasi

  

9.4.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5

Tahun

  Pemerintah kabupaten/kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 9.13 Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

  Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 SEKTOR % % % % % Alok AP ALok AP ALok AP ALo AP ALo AP asi BD asi BD asi BD kasi BD kasi BD

  Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/Kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

KABUPATEN MESUJI

Tabel 9.14 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

  Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Aloka Aloka Alok Alok Alok DD si DD si DD asi DD asi DD asi SEKTOR UB APB UB APB UB APB UB APB UB

  APB N N N N N Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

9.4.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daearah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya . Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarklan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasional dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit. Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.

KABUPATEN MESUJI

9.4.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimilki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah Dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpontesi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpes No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam tentang Penanaman Modal . Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak di lakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di Daerah. Informasi kegiatan-kegiatan eksisting perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.

Table 9.15 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir Kegiatan Tahun Komponen Satuan Volume Nilai Skema Ket.

  KPS (Rp) Pembiayaan Pengembangan Air Minum - . . .

  • - . . . Pengembangan PPLP - . . .
  • - . . . Pengembangan Permukiman - . . .
  • - . . . Penataan Bangunan dan Lingkungan - . . .
  • - . . .

9.4 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.3.1 Rencana Pembiayaan

  Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Mesuji didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten Mesuji melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis. Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Mesuji menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih

KABUPATEN MESUJI

  sejahtera. Secara keseluruhan rencana pembiayaan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Mesuji sebesar Rp. 65.675.000.000,- dengan sumber pembiayaan yang berasal dari APBN sebesar Rp. 52.425.000.000,- (79,82%), sumber pembiayaan dari APBD I sebesar Rp. 100.000.000,- (0,15%), sumber pembiayaan dari APBD II sebesar Rp. 13.150.000.000,- (20,02 %).

  20,02% 0,15% APBN APBD I APBD II

  79,82%

  Gambar 9.1 Proporsi Rencana Sumber Pendanaan RPIJM

  Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Mesuji

9.3.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

  Pelaksanaan pembiayaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Mesuji Tahun 2010 – 2015 direncanakan didukung dari sumber, Pemerintah Pusat (APBN) dan Provinsi (APBD-I), serta Pemerintah Kabupaten Mesuji (APBD II), swasta dan masyarakat bila memungkinkan. Besar pembiayaan masing-masing sektor dalam RPIJM bidang PU/Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  No Sektor/Sub Sektor Jumlah (Rp) %

  1 Pengembangan Permukiman 7.200.000.000,- 10,96

  2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 12.800.000.000,- 19,49

  3 Pengelolaan Air Limbah 4.550.000.000,- 6,93

  4 Pengelolaan Drainase 4.900.000.000,- 7,46

  5 Pengelolaan Persampahan 8.425.000.000,- 12,83

  6 Sistem Penyediaan Air Minum 27.800.000.000,- 42,33

  Jumlah 65.675.000.000,- 100,00

KABUPATEN MESUJI

Gambar 9.2 Proporsi Tiap-Tiap Sektor RPIJM Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Mesuji

  Pola pemberdayaan masyarakat juga diterapkan dalam pembangunan di Kabupaten Mesuji sehingga kepedulian dan rasa memiliki setiap kegiatan pembangunan dirasakan karena masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Diharapkan dengan adanya kesepakatan pelaksanaan program (project memorandum) di dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mesuji, program / kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan mendapat dukungan dari semua pihak. Dukungan ini selain dukungan pembiayaan, juga dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan sehingga setiap program / kegiatan tetap sesuai dengan perencanaan awal.

  

9.5 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

  

10,96%

19,49% 6,93% 7,46%

  12,83% 42,33% Bangkim PBL Air Limbah Drainase Persampahan SPAM

KABUPATEN MESUJI

  9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

  Ketersedian dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut : a.

  trend historis

  Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi maksmal 10% dari tahun sebelumnya.

  b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan.

  c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan hasil perhitungan.

  d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta.

  9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar memutuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengguna anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.