PERAN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL DAL

PERAN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL DALAM
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
DAN NILAI PERUSAHAAN
Anggraeni Anisa Wara Rahmayanti, Badingatus Solikhah
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, dan
frekuensi rapat komite audit sebagai mekanisme Corporate Governance terhadap nilai
perusahaan melalui pengungkapan modal intelektual. Populasi pada penelitian ini adalah 38
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Iindonesia (BEI) tahun 2011-2014.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh 124
unit analisis yang menjadi objek penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur
dengan alat bantu statistik IBM SPSS 21. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya
variabel ukuran komite audit, frekuensi rapat komite audit, dan pengungkapan modal
intelektual yang secara langsung berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Selain itu, pengungkapan modal intelektual hanya mampu menjembatani pengaruh tidak
langsung ukuran komite audit dan frekuensi rapat komite audit terhadap nilai perusahaan.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan media lain seperti website
perusahaan untuk mengidentifikasi pengungkapan modal intelektual dan menambah sampel

penelitian menggunakan sektor industri yang lainnya.
Kata kunci: Analisis Jalur; Mekanisme Corporate Governance; Nilai Perusahaan;
Pengungkapan Modal Intelektual.
Abstract
The objective of this research is to analyse the influence of corporate governance
mechanisms toward the firm value through intellectual capital disclosure as intervening
variable. Managerial ownership, institutional ownership, proportion of independent
commisioner, audit committee size, and frequency of audit committee meeting are the
mechanism variable of corporate governance used. The populations of this research are all
banking companies listed on Indonesia Stock Exchange between 2011 to 2014. The
sampling method used is purposive sampling method and obtained 124 unit. The data
analysis technique uses path analysis with IBM SPSS software vesion 21. The result of this
research indicates that the manajerial ownership, institutional ownership, and proportion of
independent commisioner does not affect the firm value directly, but audit committee size,
frequency of audit committee meeting, and intellectual capital disclosure effect on positive
significance toward the firm value. On the other hand, the result show that intellectual
capital disclosure is only able to bridge the indirect effect of audit committee size and
frequency of audit committee meeting to firm value. The suggestion to further research is to
use the other source such as website for discovering the level of company’s intellectual
capital disclosure and add research sample which is using another sector.


Keywords: Path Analysis; Corporate Governance Mechanism; Firm Value; Intellectual
Capital Disclosure.
PENDAHULUAN
Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah untuk meningkatkan
kemakmuran pemilik atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan
(Berzkalne dan Zelgalve, 2013). Menurut Sudiyatno (2010) peningkatan nilai perusahaan
menjadi sebuah prestasi yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan
meningkatnya nilai perusahaan maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.
Namun pada kenyataannya, manajer dalam mengelola perusahaan tidaklah selalu dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) diketahui bahwa nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode
Maret 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.857.931,03 juta atau 5,27% dari periode
Maret tahun sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa manajer kurang optimal
dalam mengelola perusahaan, sehingga nilai perusahaan mengalami penurunan.
Peningkatan nilai perusahaan yang tidak optimal juga terjadi karena dalam proses
pengelolaan perusahaan seringkali timbul konflik potensial antara pihak manajemen dan
pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik atau masalah keagenan tersebut
timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang
disebabkan oleh asimetri informasi. Menurut Heryanto (2012) pihak manajemen perusahaan

yang seharusnya bertindak untuk dan atas kepentingan pemegang saham tidaklah selalu
menjalankan fungsinya dengan baik. Pengelolaan perusahaan yang buruk juga akan
menyebabkan investor tidak percaya pada prospek perusahaan di masa depan, sehingga
menyebabkan saham yang ditawarkan perusahaan menjadi kurang menarik. Oleh sebab itu,
diperlukan mekanisme tata kelola yang baik untuk memastikan bahwa manajer tidak
melakukan tindakan yang merugikan stakeholder perusahaan.
Menurut Sari dan Riduwan (2013) mekanisme Corporate Governance memiliki
kemampuan yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara principal dan agent
serta dapat menjadi perlindungan yang efektif terhadap investor dalam memperoleh kembali
investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Beberapa mekanisme Corporate Governance
yang sering digunakan dalam penelitian diantaranya adalah kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit. Penelitian yang
dilakukan oleh Sari dan Riduwan (2013), Kamardin (2014), Sienatra dkk (2015), Haryono
dkk (2015) menemukan bahwa mekanisme Corporate Governance berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Mollah et al. (2012), Guo dan

Kumara (2012), Haji (2014), Ali dan Miftahurrohman (2014), Ambarwati dan Stephanus
(2014) tidak menemukan pengaruh signifikan mekanisme Corporate Governance terhadap
nilai perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) proporsi kepemilikan manajerial yang tinggi

akan dapat menyatukan kepentingan pemengang saham dan manajemen, sehingga akan
mengurangi agency cost. Kepemilikan saham oleh manajemen dipandang efektif untuk
mengurangi moral hazard manajemen dan mendorong manajemen untuk bekerja lebih
proaktif dalam mewujudkan kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan nilai
perusahaan (Arta dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Kamardin (2014) dan Sienatra
dkk (2015) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Hipotesis pertama yang diajukan yaitu:
H1 :

Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan
Investor institusional dipandang sebagai pihak yang dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan dalam perusahaan dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring yang efektif, sehingga mengurangi tindakan
manajemen yang merugikan (Hariati dan Rihatiningtyas, 2015). Penelitian Sari dan
Riduwan (2013), Sienatra dkk (2015) menunjukan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hipotesis kedua yang diajukan yaitu:
H2 :


Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
Dewan komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan

dengan perusahaan, sehingga diharapkan tidak memihak dan dapat mengawasi aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komisaris independen dapat
mendorong terciptanya iklim dan lingkungan kerja yang lebih objektif dan menempatkan
kewajaran dan kesetaraan diantara berbagai kepentingan termasuk kepentingan pemegang
saham minoritas dan stakeholder lainnya (Machmuddah dkk, 2015). Penelitian Kamardin
(2014) membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hipotesis ketiga yang diajukan yaitu:
H3 :

Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan
Komite audit merupakan pihak independen yang bertugas untuk memastikan bahwa

laporan keuangan yang dihasilkan telah disajikan sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku, sehingga dapat dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan.

Semakin banyak anggota komite audit maka akan semakin tinggi tingkat pengawasan yang

dilakukan untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam hal pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh manajemen. Menurut Arifah (2012) komite audit berperan sebagai alat
pengendali dalam mekanisme Corporate Governance yang memiliki kekuatan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Hipotesis keempat yang diajukan yaitu:
H4 :

Ukuran komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan
Rapat komite audit merupakan koordinasi antara anggota-anggotanya agar dapat

menjalankan tugas secara efektif dalam hal pengawasan laporan keuangan, pengendalian
perusahaan, dan pelaksanaan GCG perusahaan (Machmuddah dkk, 2015). Semakin banyak
rapat yang dilakukan oleh komite audit mengindikasikan bahwa komite audit bekerja
dengan sungguh-sungguh dalam menjaga perusahaan dari praktek tata kelola yang buruk
dan mengawasi keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Hipotesis
kelima yang diajukan yaitu:
H5 :

Frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan

Selain dengan menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan, pengungkapan
informasi juga akan mengurangi konflik keagenan yang disebabkan oleh asimetri informasi.
Pengungkapan sukarela mengenai modal intelektual dalam laporan tahunan perusahaan
merupakan sinyal kepada (calon) investor tentang aset tak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan (Ulum, 2015). Penelitian Utomo dan Chariri (2015) dan Ulum (2015)
menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara pengungkapan modal intelektual
terhadap nilai perusahaan. Hipotesis keenam yang diajukan yaitu:
H6 :

Pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan
Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi diharapkan untuk

mengungkapkan informasi mengenai modal intelektualnya secara lebih rinci untuk
memberikan sinyal positif kepada pasar mengenai keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajerial maka tingkat pengungkapan modal
intelektual juga akan semakin tinggi sebagai upaya penciptaan nilai perusahaan di mata
investor (Utomo dan Chariri, 2015). Hipotesis ketujuh yang diajukan yaitu:
H7 :


Pengungkapan modal intelektual memediasi hubungan antara kepemilikan
manajerial dan nilai perusahaan
Kepemilikan institusional dianggap sebagai pihak yang dapat memonitoring

efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dengan lebih ketat.

Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah yang banyak di perusahaan,
sehingga mempunyai kendali yang kuat untuk mempengaruhi keputusan manajemen.
Semakin besar kepemilikan oleh pihak institusi maka semakin besar pula kekuatan suara
dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Salah satu upaya penciptaan nilai
perusahaan adalah dengan melakukan pengungkapan informasi mengenai modal intelektual
(Ulum, 2015). Hipotesis kedelapan yang diajukan yaitu:
H8 :

Pengungkapan modal intelektual memediasi hubungan antara kepemilikan
institusional dan nilai perusahaan
Salah satu bentuk pengendalian komisaris independen adalah dengan memberikan

masukan kepada manajemen untuk melakukan pengungkapan mengenai modal intelektual
yang mencukupi, sebagai upaya pemenuhan informasi mengenai kondisi perusahaan (Haji,

2015). Dengan adanya dorongan dari pihak dewan komisaris independen terhadap pihak
manajemen untuk mengungkapkan informasi sukarela mengenai modal intelektual
diharapkan akan memberikan sinyal positif di pasar sehingga akan meningkatkan nilai
perusahaan di mata investor. Hipotesis kesembilan yang diajukan yaitu:
H9 :

Pengungkapan modal intelektual memediasi hubungan antara proporsi dewan
komisaris independen dan nilai perusahaan
Peraturan Bapepam LK No. IX.1.5 menjelaskan bahwa komite audit berwenang

untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, aset, serta sumber daya
lainnya yang berkaitan dengan tugasnya. Oleh sebab itu, diharapkan komite audit akan
dapat mengawasi praktik pengungkapan modal intelektual yang dapat menjadi sinyal positif
ke pasar sebagai upaya dalam meningkatkan nilai perusahaan. Hipotesis kesepuluh yang
diajukan yaitu:
H10:

Pengungkapan modal intelektual memediasi hubungan antara ukuran komite
audit dan nilai perusahaan
Jumlah rapat yang dilakukan oleh komite audit menunjukan efektivitas dan


komitmen dalam menjalankan tugas dan fungsinya (Haji, 2015). Semakin banyak frekuensi
rapat yang dilakukan oleh komite audit diharapkan akan mendorong pihak manajemen
untuk memberikan pemenuhan hak-hak para stakeholder . Salah satunya melalui pemenuhan
hak dalam memperoleh informasi mengenai modal intelektual perusahaan. Hipotesis
kesebelas yang diajukan yaitu:
H11:

Pengungkapan modal intelektual memediasi hubungan antara frekuensi rapat
komite audit dan nilai perusahaan

METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel, dan Teknik Analisis Data
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2011-2014 yaitu sebanyak 38 perusahaan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dan diperolah 124 perusahaan sebagai unit analisis.
Teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi dengan menggunakan data sekunder
berupa laporan tahunan dan data ICMD yang diperoleh dari situs resmi IDX www.idx.co.id.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan alat
bantuan software IBM SPSS 21.

Definisi Operasional Variabel
Penjelasan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel
Kepemilikan Manajerial
(X1)

Kepemilikan
Institusional (X2)

Proporsi Dewan
Komisaris Independen
(X3)
Ukuran Komite Audit
(X4)
Frekuensi Rapat Komite
Audit (X5)
Pengungkapan Modal
Intelektual (Y1)

Nilai Perusahaan (Y2)

Definisi Operasional
Persentase kepemilikan saham
oleh pihak manajer, komisaris,
dan dewan direksi maupun pihak
yang secara langsung terlibat
dalam pembuatan keputusan.
Proporsi kepemilikan saham
oleh investor institusi keuangan
seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan
kepemilikan institusi keuangan
lainnya.
Persentase anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh jumlah
anggota dewan komisaris
perusahaan
Banyaknya jumlah anggota
komite audit dalam suatu
perusahaan
Banyaknya jumlah rapat yang
dilakukan oleh komite audit
dalam satu tahun
Jumlah pengungkapan informasi
tentang modal intelektual yang
disajikan dalam laporan tahunan
perusahaan.
Harga yang bersedia dibayar oleh
calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual.

Pengukuran











LnMCAP (NP) = (Harga penutupan saham
akhir Maret
) x (Jumlah saham
yang beredar)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2 menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi
dari masing-masing variabel penelitian. Nilai standar deviasi variabel nilai perusahaan,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit,
frekuensi rapat komite audit, dan pengungkapan modal intelektual lebih kecil dari nilai ratarata. Hal tersebut menunjukan bahwa simpangan data relatif kecil. Sedangkan untuk
variabel kepemilikan manajerial nilai standar deviasinya lebih besar dari rata-rata hal ini
menunjukan bahwa terdapat variasi data pada variabel kepemilikan manajerial.
Tabel 2. Deskripsi Variabel Penelitian
NP (LnMCAP)

N
124

Minimum
26.63

Maximum
33.52

Mean
29.49

Std. Deviation
1.86672

KM

124

0.00%

28.23%

1.47%

4.94%

KI

124

0.00%

99.94%

38.46%

36.58%

PDKI

124

50.00%

100.00%

58.70%

9.40%

KA

124

3

8

4

1.194

FRKA

124

1

46

13

9.086

ICD

124

32.81%

79.69%

59.72%

10.38%

Valid N (listwise)

124
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik diketahui bahwa model dalam penelitian ini
terbebas dari masalah asumsi klasik. Adapun model regresi yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
ICD

= 0,497 + 0,110 KM + 0,028 KI – 0,143 PDKI + 0,024 KA + 0,006 FRKA

NP

= 25,068 – 3,091 KM – 0,495 KI – 2,453 PDKI + 0,526 KA + 0,046 FRKA + 5,731
ICD

Tabel 3. Hasil Pengujian Partial
No Hipotesis
1
KM → NP
2
KI → NP
3
PDKI → NP
4
KA → NP
5
FRKA → NP
6
ICD → NP
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian

Koefisien
–3,091
–0,495
–2,453
0,526
0,046
5,731

Nilai Sig.
0,219
0,143
0,056
0,000
0,004
0,000

Berdasarkan Tabel 3 pada taraf signifikansi 5% maka dapat dinyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sehingga H1 ditolak.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Mollah et al. (2012), Guo dan Kumara (2012), Sari dan
Riduwan (2013), Haji (2014), Ali dan Miftahurrohman (2014) yang juga tidak menemukan
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut terjadi karena
karakteristik perusahaan perbankan di Indonesia rata-rata kepemilikan manajerialnya relatif
rendah, yakni 1,465%. Oleh sebab itu, dimungkinkan penyatuan kepentingan pemegang
saham dengan kepentingan manajer sebagai upaya peningkatan nilai perusahaan sulit
terwujud. Berdasarkan teori stewardship, juga dijelaskan bahwa para manajer tidaklah
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama
mereka untuk kepentingan organisasi (Donaldson dan Davis, 1991).
Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sehingga H2 ditolak. Hasil ini mendukung penelitian Mollah et al. (2012), Ali dan
Miftahurrohman (2014), Ambarwati dan Stephanus (2014). Persentase kepemilikan saham
institusi yang besar belum tentu efektif dalam memonitor perilaku manajer karena adanya
asimetri informasi antara investor dengan manajer. Investor belum tentu sepenuhnya
memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer, sehingga manajer sulit dikendalikan oleh
investor institusional. Menurut Ali dan Miftahurrohman (2014) karakteristik perusahaan di
Indonesia kepemilikan institusionalnya terdiri dari perusahaan-perusahaan holding company
yang saling berafiliasi, sehingga walaupun kepemilikan saham oleh pihak outsiders dalam
hal ini institusional ownership tinggi, namun karena didominasi oleh pihak-pihak yang
berafiliasi satu sama lain, maka fungsi institutional ownership sebagai mekanisme
monitoring bagi manajemen tidak bisa berjalan semestinya.

Variabel proporsi dewan komisaris indepeden tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan sehingga H3 ditolak. Hasil ini selaras dengan penelitian Guo dan Kumara
(2012), Sari dan Riduwan (2013), Haji (2014). Peran dewan komisaris independen belum
maksimal dalam memonitor kinerja manajemen, sehingga belum mampu meningkatkan
nilai perusahaan. Selain itu, pengangkatan dewan komisaris independen dimungkinkan
hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja. Variabel ukuran komite audit berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan sehingga H4 diterima. Semakin banyak anggota
komite audit dalam suatu perusahaan maka akan menciptakan proses pengawasan terhadap
keandalan laporan keuangan, sistem pengendalian internal, dan pelaksanaan GCG dengan
lebih baik. Selain itu, komite audit juga berperan adalah sebagai alat pengendali dalam

mekanisme Corporate Governance yang memiliki kekuatan untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Frekuensi rapat komite audit juga ditemukan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan sehingga H5 diterima. Rapat komite audit merupakan koordinasi antara
anggota-anggotanya agar dapat menjalankan tugas secara efektif. Semakin tinggi tingkat
frekuensi rapat yang dilakukan oleh komite audit maka koordinasi antar angggotanya akan
berjalan dengan baik, sehingga apabila ditemukan permasalahan-permasalahan terkait
dengan usaha untuk memastikan kualitas laporan keuangan perusahaan akan dengan cepat
ditentukan solusinya. Selanjutnya, pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan sehingga H6 diterima. Hasil ini mendukung penelitian Utomo
dan Chariri (2015), Ulum (2015). Pengungkapan modal intelektual merupakan sinyal positif
mengenai keunggulan perusahaan, semakin banyak pengungkapan yang dilakukan maka
semakin tinggi juga penilaian investor terhadap perusahaan. Selain menguji pengaruh
langsung (direct effect), penelitian ini juga menguji pengaruh tidak langsung (indirect
effect) mekanisme Corporate Governance terhadap nilai perusahaan melalui pengungkapan

modal intelektual. Hasil path analysis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Jalur Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
melalui Pengungkapan Modal Intelektual.
Pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung (indirect effect) dilakukan
menggunakan sobel test. Pengungkapan modal intelektual dapat dinyatakan memediasi
pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap nilai perusahaan, apabila nilai t
hitung < t tabel (1,658) pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian sobel test dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengujian Sobel Test
Hipotesis
KM→ICD→NP
KI→ICD→NP
PDKI→ICD→NP
KA→ICD→NP
FRKA→ICD→NP

7
8
9
10
11

a2

b2

sa2

sb2

Sab

Ab

t

0,012
0,000
0,020
0,000
0,000

32,844
32,844
32,844
32,844
32,844

0,028
0,000
0,007
0,000
0,000

1,8796
1,8796
1,8796
1,8796
1,8796

0,998
0,135
0,533
0,053
0,011

0,630
0,160
-0,819
0,138
0,034

0,631
1,185
-1,537
2,604
3,091

Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian

Berdasarkan hasil path analysis dan sobel test maka dapat diketahui bahwa
pengungkapan modal intelektual tidak memediasi pengaruh antara kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris independen terhadap nilai
perusahaan karena t hitung < t tabel 1,658 sehingga H7, H8, dan H9 ditolak. Pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan melalui pengungkapan modal intelektual
tidak signifikan dimungkinkan karena biaya untuk melakukan pengungkapan cenderung
mahal, sehingga manajemen akan sangat mempertimbangkan pengungkapan informasi
modal intelektual di laporan tahunannya (annual report). Hal ini sejalan dengan teori cost
and benefit yang mengatakan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkan

informasi harus sepadan dengan manfaat yang diperoleh dari pengungkapan itu sendiri.
Para investor institusi di Indonesia juga kemungkinan belum mempertimbangkan
intellectual capital sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi, sehingga para

investor institusional tidak menuntut perusahaan untuk mengungkapkan modal intelektual
secara detail sebagai upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, pengungkapan
modal intelektual merupakan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sehingga
perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkannya atau tidak (Fatimah dan
Purnamasari, 2013). Lebih lanjut, pengungkapan modal intelektual tidak mampu
menjembatani pengaruh dewan komisaris independen terhadap nilai perusahaan. Hal
tersebut dimungkinkan karena adanya skeptisme perusahaan dalam mengungkapkan
informasi yang terlalu luas termasuk informasi modal intelektual. Pasalnya menurut
Fatimah dan Purnamasari (2013) di dalam modal intelektual terkandung strategi-strategi
bisnis perusahaan yang sebaiknya tidak diketahui oleh pesaing.
Selanjutnya, pengungkapan modal intelektual terbukti signifikan memediasi
pengaruh ukuran komite audit dan frekuensi rapat komite audit terhadap nilai perusahaan
karena t hitung > t tabel 1,658, dengan demikian H10 dan H11 diterima. Adanya jumlah
anggota komite audit yang besar akan mendorong manajemen untuk melakukan praktik
pengungkapan modal intelektual dikarenakan ketatnya pengawasan yang dilakukan. Selain
itu, menurut Prameswari dan Sudarno (2014) dalam sebuah pertemuan, anggota komite

audit akan berdiskusi tentang evaluasi informasi yang perlu disampaikan kepada pengguna
laporan, contohnya informasi tentang modal intelektual. Sehingga semakin banyak
frekuensi rapat komite audit akan mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi
yang akan menjadi sinyal positif dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka simpulan dalam penelitian ini
yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap nilai
perusahaan melalui pengungkapan modal intelektual, sedangkan ukuran komite audit dan
frekuensi rapat komite audit berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap nilai
perusahaan melalui pengungkapan modal intelektual. Selain itu juga ditemukan bahwa
pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Saran untuk
penelitian selanjutnya adalah menggunakan media lain seperti website perusahaan untuk
mengidentifikasi pengungkapan modal intelektual dan menambah sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Herni dan Miftahurrohman. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Kebijakan
Deviden dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Etikonomi. 13.
Ambarwati, I. A dan D.S. Stephanus. 2014. “Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden, dan
Leverage sebagai Determinan atas Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma . 5 (2).
Arifah, D. A. 2012. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Intellectual Capital: pada Perusahaan IC Intensive”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia . 9 (2).
Arta, S.A., Ria N.S, dan Enni Savitri. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Informasi Lingkungan Perusahaan Berbasis Website”. Simposium
Nasional Akuntansi 18. Medan.
Berzkalne, I dan Elvira Zelgalve. 2013. ”Intellectual Capital anf Firm Value”.
Contemporary Issues in Business Management and Education. 887-896.
Donaldson, L dan J. H. Davis. 1991. “Stewardship Theory or Agency Theory: CEO
Governance and Shareholder Returns”. Australian Journal of Management. 16 (1):
49-65.
Fatimah, N dan Imas Purnamasari. 2013. “Pengaruh Karakteristik Prusahaan terhadap
Tingkat Pengungkapan Modal”. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.
Guo, Z dan U. Kumara. 2012. “Corporate Governance and Firm Performance of Listed
Firms in Sri Lanka”. International (spring) Conference on Asia Pacific Business
Innovation & Technology Management. 664-667.

Haji, A. A. 2014. “The relationship between corporate governance attributes and firm
performance before and after the revised code: Some Malaysian evidence”.
International Journal of Commerce and Management. 24: 134-151.
Haji, A. A. 2015. “The role of audit committee attributes in intellectual capital disclosures:
evidence from Malaysia”. Managerial Auditing Journal. 30.
Hariati, I dan Y. W. Rihatiningtyas. 2015. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja
Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi 18.
Medan.
Haryono, S.A., Fitriany, dan E. Fatimah. 2015. “Analisis Pengaruh Struktur Modal dan
Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi
18. Medan.
Heryanto. A. D. 2012. “Struktur Kepemilikan dan Kinerja: Studi Kasus Industri Bank di
Indonesia Periode 2009-2010”. Tesis. Bandung: Program Studi Magister
Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.
Jensen, M. C dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. 3: 305360.
Kamardin, H. 2014. “Managerial Ownership and Firm Performance: The Influence of
Family Directors and Non-Family Directors”. Ethics, Governance and Corporate
Crime: Challenges and Consequences. 6: 47-83.
Machmuddah, Z, dkk. 2015. “Manajemen Laba, Pengungkapan Lingkungan Perusahaan dan
Mekanisme Tata Kelola Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi. 18. Medan.
Mollah, S., Omar Al F, dan W. Karim. 2012. “Ownership structure, corporate governance
and firm performance: Evidence from an African emerging market”. Studies in
Economics and Finance. 29: 301-319.
Prameswari, F. D dan Sudarno. 2014. ”Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Auditor
Eksternal terhadap Pengungkapan Modal Intelektual”. Diponegoro Journal of
Accounting. 3(3): 1-8.
Sari, E. F. V dan A. Riduwan. 2013. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan: Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. 1(1).
Sienatra, K. B., Sumiati, dan Andarwati. 2014. “Struktur Kepemilikan sebagai Determinan
Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Multiparadigma . 6: 1-174.
Sudiyatno, Bambang. 2010. “Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan Pengaruh
Faktor-Faktor Fundamental Makro Ekonomi. Disertasi. Undip.
Ulum, I. 2015. “Peran Pengungkapan Modal Intelektual dan Profitabilitas dalam Hubungan
antara Kinerja Modal Intelektual dan Kapitalisasi Pasar”. Simposium Nasional
Akuntansi ke 18. Medan.
Utomo, A. I dan A. Chariri. 2015. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Modal Intelektual dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi ke 18. Medan.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

ANALISIS KOMPARATIF KECUKUPAN MODAL ANTARA PERUSAHAAN PERBANKAN MILIK PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN PERBANKAN MILIK SWASTA DI BURSA EFEK INDONESIA

1 48 18

PERAN FUNGSI SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

3 77 21

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

EVALUASI OPTIMALITAS MODAL KERJA PADA PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 35 40

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

DISKRIMINATOR KELAYAKAN KREDIT MODAL KERJA BAGI UKM PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

5 61 16

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100