Pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM terhad

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap Anak dalam
Ketentuan Undang-Undang Perlindungan Anak

Disusun oleh:
Lilis Dwi Oktavia
8111416172

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki oleh manusia
sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Hak-hak itu dimiliki tanpa adanya
perbedaan atas dasar suku, bangsa, ras, agama, jenis kelamin, ketrunan, jabatan dan
lain sebagainya karena itu bersifat asasi serta universal. Dasar dari hak asasi adalah

manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan
cita-citanya (Heru Nuswanto, 2006 : 42).
Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih masih
banyak pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang
berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM berat yang bersifat kriminal dan
menyangkut kseselamatan jiwa. Salah satu contohnya adalah kekerasan terhadap
anak.
Anak adalah tumpuan dan harapan orang tua serta generasi penerus bangsa di
masa depan. Oleh karenanya, setiap anak wajib dilindungi maupun diberi kasih
sayang. Namun, pada kenyataanya marak sekali kasus kekerasan terhadap anak sejak
beberapa tahun belakangan ini. Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan
keluarga, lingkungan maupun masyarakat dewasa ini.
Dalam penjelasan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
menyatakan bahwa pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan sesorang atau
sekelompok orang termasuk apparat Negara, baik sengaja maupun tidak sengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan
atau mencabut hak asasi seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undangundang ini, dan tidak mendapatkan atau khawatiran tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.


Dalam dua belas prinsip Negara hukum Indonesia disebutkan salah satunya
adalah perlindungan Hak Asasi Manusia yaitu adanya perlindungan konstitusional
terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakkannya
melalui proses yang adil. Perlindungan hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan
secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis
(Martitah, 2013 : 34)
Ketentuan tentang Hak Asasi Manusia yang telah diadopsikan ke dalam
sistem hukum dan konstitusi Indonesia berasal dari berbagai konvensi internasional
dan deklarasi universal tentang hak asasi manusia serta berbagai instrument hukum
internasional lainnya (Jimly, 2015 : 361)
Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bahwa
anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
melekat harkat dan martabat sebagai manusia sutuhnya. Maka ia perlu mendapatkan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik
fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan dilakukan upaya
perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan
jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi.
Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan dikriminasi”. Dengan adanya hal ini pertanggung jawaban orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara terus menerus untuk melindungi hak asasi manusia khususnya pada anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak terhadap
kejadian penganiayaan seorang anak berusia 8 tahun yang dilakukan oleh
orang dewasa?

2. Bagaimana solusi untuk mencegah atau mengatasi masalah kekerasan
terhadap anak?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak terhadap kejadian
penganiayaan seorang anak berusia 8 tahun yang dilakukan oleh orang
dewasa


Sesuai dengan pengaturan pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU Perlindungan Anak) sebagaimana
yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau
pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan :
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
Menurut yurisprudensi, yang dimaksud dengan kata penganiayaan yaitu
sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit atau luka.
Contoh “rasa sakit” tersebut misalnya diakibatkan mencubit, mendupak, memukul,
menempleng, dan sebagainya.
Pasal yang menjerat pelaku penganiayaan tersebut adalah pasal tentang
penganiayaan anak yang diatur khusus dalam pasal 76C UU Nomor 35 Tahun

2014 yang berbunyi :
“setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak”

Sementara sanksi bagi orang yang melanggar pasal di atas (pelaku kekerasan
atau penganiayaan) ditentukan dalam pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 :

(1) setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah).
(2) dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (serratus juta rupiah).
(3) dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan
tersebut orang tuanya.


Itulah ketentuan-ketentuan didalam Undang-Undang Perlindungan Anak dalam hal
penganiayaan yang dilakukan oleh orang dewasa, baik itu orang lain maupun
orang tua si anak sendiri.

B. Solusi untuk mencegah atau mengatasi masalah pelanggaran hak asasi
manusia dan kekerasan terhadap anak

Berikut ini adalah beberapa solusi untuk mencegah atau mengatasi masalahmasalah pelanggaran hak asassi manusia dan kekerasan terhadap anak di
Indonesia, antara lain :
1. Pengeluaran Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan

HAM, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
serta masih banyak Undang-Undang lain yang belum tersebutkan
mengenai penegakkan hak asasi manusia.
2. Memberi ganjaran yang setimpal kepada pelaku kejahatan terhadap anak
sesuai dengan Undang-Undang untuk memberikan efek jera kepada pelaku
tersebut.

3. Komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakkan Hak
Asasi Manusia, antara lain ialah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan
Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan kelembagaan
yang berkaitan dengan Hak Asasi Mnusia. Dalam hal kelembagaan telah
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan Kepres Nomor 50
Tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap
Perempuan.
4. Dalam Undang-Undang yang baru ( UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak) lebih menegaskan perlunya pemberatan

sanksi

pidana dan denda bagi para pelaku kejahatan terhadap anak, hal tersebut
bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap pelaku, serta mendorong
adanya langkah nyata yang cepat untuk memulihkan kembali fisik, psikis
dan sosial anak.
5. Anjuran meberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap peraturan yang ada, sehingga apabila terjadi
kejadian kekerasan kepada anak dapat segera ditangani oleh pihak yang
berwajib dan kasus tersebut tidak terjadi berkepanjangan dan tidak timbul

lagi kemudian hari di sekitar kita.
6. Kepada setiap orang yang berada disekitar anak, diharapkan untuk
menjadi pengawas dan pemberi perlindungan yang baik kepada anak agar
anak dapat menjalani hidupnya dengan baik dan tercipta generasi penerus
bangsa yang berkualitas sesuai yang di cita-citakan oleh nenek moyang
kita.

BAB III
KESIMPULAN
1. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki oleh manusia
sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup merupakan anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Hak-hak itu
dimiliki tanpa adanya perbedaan atas dasar suku, bangsa, ras, agama, jenis
kelamin, ketrunan, jabatan dan lain sebagainya karena itu bersifat asasi serta
universal. Dasar dari hak asasi adalah manusia harus memperoleh kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
2. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan sesorang atau sekelompok orang
termasuk apparat Negara, baik sengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian
yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh

undang-undang ini, dan tidak mendapatkan atau khawatiran tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
3. Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Bahwa anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia sutuhnya. Maka
ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak
mulia,

perlu

dilakukan

dilakukan

upaya

perlindungan


serta

untuk

mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi.
4. setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain
manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan : diskriminasi; eksploitasi, baik ekonomi maupun

seksual;

penelantaran;

kekejaman,

kekerasan,

dan


penganiayaan;

ketidakadilan; serta perlakuan salah lainnya.
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia yaitu adanya perlindungan konstitusional
terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan
penegakkannya melalui proses yang adil. Perlindungan hak asasi manusia
tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan
penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri
yang penting suatu negara hukum yang demokratis.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimmly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara . Jakarta : Rajawali
Pers
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi : Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature. Jakarta : Konstitusi Press (Kompress)

Nuswanto, A. Heru. 2006. Materi Kuliah Hukum Tata Negara . Semarang :
Universitas Semarang Pers
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana
yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/It4f2a37630d1/pasal-untuk-menjerat-pelakupenganiayaan-anak