APBN yang lebih kredibel dan berkualitas di tengah ketidakpastian global
INFORMASI APBN 2017
APBN yang lebih kredibel dan berkualitas
di tengah ketidakpastian global INFORMASI APBN 2017 APBN yang lebih kredibel dan berkualitas di tengah ketidakpastian global
Disusun oleh Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran Penanggung jawab: Direktur Jenderal Anggaran Editor : Direktur Penyusunan APBN Kontributor : Pejabat dan pegawai Direktorat Penyusunan APBN gati
Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, RUU APBN tahun 2017 pada tanggal 26 Oktober 2016 telah disahkan oleh DPR RI dan selanjutnya pada tanggal 28 November 2016 telah diundangkan menjadi Undang-undang Nomor 18 tahun 2016 tentang APBN tahun anggaran 2017.
APBN tahun 2017 merupakan APBN tahun ketiga bagi Pemerintahan Kabinet
Kerja untuk mewujudkan Nawacita yang menjadi komitmen Pemerintah. Sejak tahun 2015, Pemerintah fokus memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang diikuti upaya menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah dengan tetap menjaga pengelolaan fiskal yang sehat dan berkelanjutan.
Disamping itu, APBN tahun 2017 disusun secara lebih realistis, kredibel,
berkualitas dan berkelanjutan sehingga ke depan dapat menjadi instrumen dalam
Sri Mulyani Indrawati
mengatasi berbagai permasalahan bangsa. Target pendapatan negara di dalam
Menteri Keuangan Republik Indonesia
APBN 2017 adalah target yang ambisius namun tetap hati-hati di tengah ketidakpastian perekonomian dunia. Kebijakan fiskal tetap mampu memberikan stimulus kepada perekonomian domestik tanpa mengorbankan kredibilitas dan keberlanjutan. Peningkatan belanja negara di dalam APBN 2017 diarahkan pada peningkatan belanja infrastruktur, serta keberpihakan yang jelas untuk kepentingan masyarakat khususnya kepada masyarakat tidak mampu. Efisiensi belanja terus dilakukan untuk mendorong agar belanja negara lebih berkualitas antara lain melalui penghematan belanja barang dan belanja yang tidak prioritas, subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong pembangunan infrastruktur daerah melalui anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Di sisi lain, untuk menjaga kesinambungan fiskal, defisit akan dikendalikan pada batas yang aman dengan memprioritaskan pada berbagai sumber pembiayaan utang yang murah dengan tingkat risiko terjaga dan komitmen pengeluaran pembiayaan yang mendukung pembangunan infrastruktur.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap APBN
2017, berbagai upaya sosialisasi dan komunikasi telah dilakukan, termasuk dalam bentuk publikasi buku informasi APBN 2017 ini. Atas tersusunnya buku informasi APBN 2017, kepada para tim penyusun dan berbagai pihak yang telah memberikan masukan konstruktif, kami sampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia agar lebih mengenal anggaran negerinya, dan bagi Pemerintah sendiri dapat terus menyusun APBN ke depan dengan lebih berkualitas.
Terima Kasih INFORMASI APBN 2017 Alur Penyusunan APBN 2017
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI telah membahas dan menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2017 dengan memerhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah RI
Januari-Maret 2016 Penyusunan Kapasitas Fiskal
13 Mei 2016
SB Pagu Indikatif Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
2020
20 Mei 2016 Penyampaian KEM PPKF ke DPR
6 Juni - 25 Juli 2016
Pembicaraan Pendahuluan RAPBN TA 2017
16 Agustus 2016 Pidato Presiden Penyampaian Nota Keuangan dan RAPBN 2017
26 Oktober 2016
Sidang Paripurna Penetapan RUU APBN 2017
17 November 2016 UU Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN TA 2017
November 2016 Peraturan Presiden tentang Rincian APBN TA 2017
Desember 2016 Penyerahan DIPA
Januari-Desember 2017
Asumsi Dasar Ekonomi Makro
- 5,1
- 5,3
- 4,0
1.150
APBN 2017 815
820
13.500
5,2
40
5,5
Gas (MPOEPD)
4,0
(ribu barel/hari) Lifting
Lifting Minyak
Harga Minyak (US$/barel)
Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$)
Tingkat Bunga SPN 3 Bulan (%)
(%, yoy) Inflasi (%, yoy)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama akan didukung atas kuatnya permintaan domestik dan investasi ditengah dorongan belanja infrastruktur pemerintah dan dampak transmisi tax amnesty terhadap perekonomian Pertumbuhan Ekonomi
INFORMASI APBN 2017
- 13.300
- 45
- APBNP 2016
- 1.150
INFORMASI Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 diperkirakan mencapai 5,1 % PDB 2017 (persen)
6,0 5,6 5,2 5,1 5,0 4,8 2012 2013 2014 2015 APBNP 2016 APBN 2017 Growth PDB per Komponen Pengeluaran
Growth PDB per Sektor Pertanian, Kehutanan, Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT 3,8
5,1 dan Perikanan
PDB Pertambangan Konsumsi Pemerintah
5,0
- 0,4
dan Penggalian 5,1 (persen)
Industri Pengolahan PMTB 4,8 6,0
Ekspor 0,2
Pengadaan Listrik dan Gas 6,4
Impor 0,7
Pengadaan Air, Pengelolaan 4,4
Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 7,9
Perdagangan Besar dan Eceran, 4,0
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Forecast Pertumbuhan
Transportasi dan Pergudangan Ekonomi Indonesia 7,4
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,3
Informasi dan Komunikasi 9,4
5,3 5,3 5,5 Jasa Keuangan dan Asuransi 11,3
Real Estate 5,2
5,3 Jasa Perusahaan Economic Consensus 8,0 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
5,2 5,5 5,0
5,2 dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan
6,2 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
8,2
Strategi Utama untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan Jangka Panjang
Kebijakan Jangka Pendek-Menengah Anggaran
Perhitungan target penerimaan yang lebih realistis Meningkatkan belanja produktif, termasuk infrastruktur
Insentif
Kebijakan yang berpihak pada investasi Regulasi untuk mendorong perdagangan produk domestik yang bernilai tambah tinggi
Anggaran
Kebijakan Subsidi yang lebih baik Belanja untuk Kesejahteraan Sosial
Insentif
Upaya menjaga pertumbuhan konsumsi Memperbaiki iklim investasi
Kebijakan Fiskal untuk Mencapai Pertumbuhan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan Dengan menjaga:
APBN yang kredibel dan realistis Insentif untuk sektor strategis Dukungan untuk menjaga konsumsi
Kebijakan moneter yang suportif dan independen Manajemen Inflasi Kebijakan moneter yang pruden untuk mendukung stabilisasi dan pertumbuhan
Tingkat Pengangguran Indeks Pembangunan Manusia Gini Ratio
Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 10,5% 5,6% 0,39 70,1
INFORMASI APBN 2017 INFORMASI Arah Kebijakan Fiskal 2017
Rencana Kerja Pemerintah Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah
3 dimensi pembangunan dimensi dimensi dimensi pembangunan pembangunan pemerataan sektor unggulan manusia dan kewilayahan meningkatkan memperbaiki distribusi meningkatkan produktivitas dan daya pendapatan dan kualitas hidup saing, serta mewujudkan pengurangan kesenjangan bangsa kemandirian ekonomi pembangunan antarwilayah
Tema Kebijakan Fiskal Pemantapan Pengelolaan Fiskal untuk Peningkatan Daya Saing dan Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan
Keberlanjutan Stimulus Daya Tahan menjaga defisit pendapatan bantalan fiskal (fiscal mengendalikan rasio utang
(insentif fiskal untuk buffer ) kegiatan ekonomi mengendalikan meningkatkan keseimbangan primer strategis) fleksibilitas kualitas belanja mengendalikan (infrastruktur untuk kerentanan fiskal (fiscal peningkatan vulnerability ) kapasitas produksi & daya saing) pembiayaan (utang untuk kegiatan produktif)
INFORMASI APBN 2017 Tantangan & Strategi
APBN ke Depan Ruang Fiskal Terbatas strategi:
Menggali potensi perpajakan
Mengendalikan cost recovery
Optimalisasi PNBP SDA Nonmigas dan K/LMandatory & Non Discretionary Spending Masih Cukup Besar strategi: Mengendalikan agar pemenuhan anggaran bidang tertentu tidak dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan (penganggaran sesuai dengan prioritas pembangunan) Efisiensi Belanja non discretionary (a.l. Operasional & perkantoran)
Kualitas Belanja Perlu Ditingkatkan strategi: Perencanaan belanja produktif (berbasis program, outcome & output) Subsidi lebih targeted (basis data lebih baik) Pembiayaan Anggaran Lebih Efisien strategi: Pemilihan jenis & timing instrumen pembiayaan dengan mempertimbangkan efisiensi biaya utang dan pengembangan
pasar keuangan domestik
Mendorong target pembangunan infrastrukturPendapatan 87,0
Penerimaan SDA
Negara Bukan Pajak 84,4 250,0 37,6
Pendapatan 41,0
Bagian 90,5
Laba BUMN 1.748,9 1.750.,3
Pendapatan Pendapatan
Dalam Negeri 1.498,9 Negara
Penerimaan Hibah
Perpajakan 1,4
I ACCOUNT APBN 2017 (Triliun Rupiah)
Belanja Pegawai 220,2 1.315,5
Belanja 763,6 K/L Belanja
2.080,5 Pemerintah Pusat
Belanja 552,0 Non K/L Belanja Lain-lain 41,0
Bantuan Belanja 764,9
Sosial Pendapatan
157,2 Cukai
SDA Pendapatan PNBP
84,4 Pajak Dalam Lainnya
Pajak Negeri Pertambahan
493,9 Pendapatan
Nilai 37,6
BLU Pajak Bumi & Bangunan 17,3
Pendapatan 1.464,8
Bagian Pajak Lainnya
8,7 Laba BUMN Bea Keluar
0,3 PPh
787,7 Bea Masuk
751,8 Non Migas
1.498,9 33,7
34,1 Pajak Pendapatan Penghasilan Penerimaan
Pajak Perdagangan Perpajakan Internasional PPh Migas
35,9 Pembiayaan
Pembiayaan Utang 384,7
Anggaran* Pembiayaan Investasi
(47,5) (109,0) (330,2) Pemberian Pinjaman (6,4)
Keseimbangan Defisit Kewajiban Penjaminan (0,9) 330,2
Primer Pembiayaan Lainnya 0,3
- angka negatif menunjukkan aliran dana keluar (cash outflow)
Belanja Dana
296,2 Barang
92,8 Bagi Hasil
Belanja 194,3
Modal 503,6
Dana 410,8
Alokasi 763,6
Bantuan 53,0
Umum Dana Sosial
Transfer Umum 704,9
Belanja Dana
123,1 Pegawai
Transfer Dana Khusus Belanja
Alokasi Transfer 173,4 58,3
Barang 0,4 Khusus
552,0 ke Daerah Fisik
Pembayaran 221,2
Bunga Utang Dana
115,1 Alokasi Dana Otonomi
160,1 Khusus Dana
Subsidi Khusus & Non Fisik Insentif
Keistimewaan DIY Belanja 20,3
Daerah 7,5 Hibah 2,2 INFORMASI APBN 2017 Kebijakan Umum APBN 2017
Komitmen pada reformasi penganggaran dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian
Kebijakan Fiskal
yang Ekspansif
2,41%
terhadap PDB defisitBelanja Penerimaan Melanjutkan dukungan insentif fiskal Fokus pada infrastruktur dan perlindungan sosial Fokus penerimaan terutama pada sektor perdagangan dan WP Efisiensi pada belanja barang pribadi
Mempertahankan anggaran kesehatan (5%), pendidikan (20%) Ekstensifikasi melalui Geo Tagging Fleksibilitas dalam merespon kondisi perekonomian Memperbaiki basis pajak dan kepatuhan wajib pajak melalui Mitigasi bencana alam dan dukungan pada energi terbarukan penguatan basis data pajak, optimalisasi penggunaan IT dan konfirmasi status wajib pajak
Subsidi Mengoptimalkan perjanjian pajak internasional Cukai dan pajak lainnya untuk mengurangi konsumsi pada
Melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang lebih tepat produk tertentu (dan atau untuk mengurangi) dengan sasaran melalui perbaikan mekasnisme penyaluran dan akurasi eksternalitas negatif basis data penerima Optimalisasi PNBP dengan tetap memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan peningkatan kualitas pelayanan publik
Desentralisasi Reformulasi perhitungan alokasi DAU;
Pembiayaan Memperbaiki pengalokasian, penyaluran dan arah
Mengendalikan rasio utang terhadap PDB penggunaan DBH
Memanfaatkan utang untuk kegiatan produktif Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dasar
Memanfaatkan saldo anggaran lebih sebagai fiscal buffer Mengembangkan dan mengoptimalkan pembiayaan yang Meningkatkan alokasi dana desa sesuai dengan roadmap kreatif dan inovatif untuk mengakselerasi pembangunan dan dana desa meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM Meningkatkan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR)
(triliun Rupiah) APBN 2017
1.750,3 Penerimaan perpajakan masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara dengan kontribusi rata-rata 77,6%. Meskipun demikian, PNBP memiliki potensi untuk dioptimalkan dalam APBN tahun 2017
2012 10,5 7,5 7,8 -2,7 18,4 -2,0 400 800
1200 1600 2013 2014 2015 APBNP 2016 APBN 2017
Pendapatan Negara rata-rata tumbuh 6,6% selama periode tahun 2012-2017. Di dalam APBN 2017, Pendapatan Negara ditargetkan sebesar Rp1.750,3 triliun
Pendapatan Negara Growth (%)
Hibah 1,4
0,1% Penerimaan Perpajakan
1.498,9 85,6% PNBP
250,0 14,3%
(triliun Rupiah)
INFORMASI APBN 2017
PENDAPATAN NEGARA
INFORMASI APBN 2017 Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan APBN 2017 disusun berdasarkan kondisi ekonomi terkini serta basis data perpajakan yang lebih realistis
Perpajakan (%) PNBP (%) Hibah (%)
2012 73,3 26,3 0,4 74,9 24,6 0,5
2013 2014 74,0 0,3
25,7 2015
82,3 17,0 0,8 APBNP
86,2 13,7 0,1 2016 APBN
85,6 0,1 14,3
2017
20
40
60 80 100 Dominasi Penerimaan Perpajakan mencapai 85,6% di dalam APBN 2017.
Sedangkan PNBP berkontribusi sebesar 14,3%, dan masih berpotensi untuk terus ditingkatkan.
14,6
TAX RATIO
14,3 (persen)
13,7
Rasio Penerimaan Perpajakan terhadap PDB
12,9
(Tax Ratio Arti Sempit) ditargetkan sebesar 10,9%
11,6 11,5 Tax Ratio dalam Arti Luas (termasuk
12,2
Penerimaan SDA Migas dan Pertambangan
11,9 11,9
Minerba) ditargetkan sebesar 11,5%
11,4 10,9 10,7
2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017 Tax Ratio Tax Ratio (Arti Luas) (Arti Sempit)
Penerimaan Perpajakan PPh
PPh Nonmigas PPh Nonmigas (Perpasal)
Bea Masuk 33,7
Cukai 157,2
Pajak Lainnya (triliun Rupiah)
(triliun Rupiah) 8,7
PBB 17,3 52,6% 33,0% 10,5%
Pajak Penghasilan (PPh) dalam APBN 2017 memberikan kontribusi terbesar terhadap Penerimaan Perpajakan sebesar 52,6%
PPh Non Migas OP memiliki kontribusi lebih besar yaitu 51,7% dibandingkan PPh Badan. Potensi PPh Badan masih dapat terus ditingkatkan
Cukai Etil Alkohol 0,2
PPN
PPN Dalam Negeri mendominasi penerimaan PPN, sebesar 71,2%.
Cukai
Cukai Hasil Tembakau berkontribusi terbesar dalam Penerimaan Cukai yaitu 95,4%.
1.498,9 Penerimaan perpajakan dalam APBN 2017 ditetapkan sebesar Rp1.498,9 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 11,3%.
Lainnya 0,4
Bea Keluar 0,3
Lainnya 1,6
787,7 PPh 21
57,4 PPh Final dan Fiskal
148,5 PPh 22
11,5 PPh 22 Impor
54,7 PPh 23
37,9 751,8 PPh 25/29 Pribadi
20,5 PPh 25/29 Badan
248,6 PPh 26
162,6 PPh Non Migas Lainnya
Cukai MMEA 5,5
0,3 PPN
493,9 PPh Nonmigas Orang Pribadi PPh Nonmigas
Badan 388,9 362,8
PPN Dalam Negeri 351,8
PPN Impor 141,7
Cukai Hasil Tembakau 149,9
INFORMASI APBN 2017 INFORMASI APBN 2017 Penerimaan Perpajakan
Pajak penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai memiliki kontribusi terbesar rata-rata masing-masing sebesar 49,7% dan 33,4%.
PPN, Cukai, PPh Nonmigas, 2012-2017 2012-2017 2012-2017
(triliun rupiah) (triliun rupiah) (triliun rupiah)
819,5 21,5 493,9 751,8 474,2 48,3 23,4 22,5 157,2 423,7 409,2
148,1 144,6 384,7 552,6 14,1 337,6
118,1 458,7 108,5 413,8 381,6
95,0 14,0 11,9 20,5 8,9 6,1 10,9 6,4 8,4
2,4 6,6 4,1 3,6 (8,3) 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017 2016 2017 2016 2017
PPh Nonmigas Pertumbuhan (%) PPN Pertumbuhan (%) Cukai Pertumbuhan (%)
PPh Nonmigas naik PPN naik rata-rata 10,2% Cukai naik rata-rata 12,9% rata-rata 14,4% Peningkatan tax base dan tax compliance
Kebijakan
- - Optimalisasi kebijakan pengampunan pajak
Umum
- - Intensifikasi melalui penggunaan teknologi informasi
- - Ekstensifikasi dan penguatan basis data perpajakan melalui optimalisasi
Perpajakan
pemanfaatan data pihak ketiga
Pemberian Insentif Perpajakan
- - a.l. keringanan tarif untuk industri tertentu untuk meningkatkan iklim investasi, daya saing industri, dan mendorong hilirisasi industri dalam negeri
Perbaikan Regulasi Perpajakan
- - RUU KUP, RUU PPh, RUU PPN, dan RUU Bea Materai
Pengenaan Cukai untuk Pengendalian Barang Konsumsi Tertentu
- - Kebijakan tarif, penegakan hukum dan penindakan untuk menghindari
dampak negative externality
Perpajakan Internasional untuk Mendukung Transparansi
- - Memacu pertukaran informasi, pertumbuhan investasi, serta peningkatan
perdagangan dan perlindungan industri dalam negeri
INFORMASI APBN 2017 Penerimaan Negara Bukan Pajak
Kontribusi PNBP dari K/L tetap harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi Penerimaan Negara secara keseluruhan (triliun Rupiah) Pendapatan
BLU 37,6
Pendapatan
SDA 86,9 15,0% 34,8% 250,0Di dalam APBN 2017, Pendapatan SDA dan PNBP Lainnya memiliki kontribusi masing-masing sebesar 34,8% dan 33,8%.
PNBP 33,8% Lainnya 16,4% 84,4
Laba BUMN 41,0
Monitoring proyek pengembangan lapangan onstream tahun 2017 agar Kebijakan dapat berjalan tepat waktu
Umum Optimalisasi pemanfaatan Gas Bumi ke stakeholders domestik Kebijakan Penetapan Harga Gas Bumi tertentu untuk mendorong
PNBP
pertumbuhan industri dalam negeri Meningkatkan dan mengoptimalkan PNBP K/L Sistem penatausahaan hasil hutan berbasis teknologi informasi untuk memantau pengelolaan hutan secara online Koordinasi dengan Pemda dan instansi pemeriksa, guna peningkatan kepatuhan wajib bayar PNBP Pertambangan Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan melalui pemberantasan illegal, unreported and unregulated fishing Meningkatkan kinerja BUMN dan peranannya kepada APBN. INFORMASI Penerimaan Negara Bukan Pajak
Kontribusi PNBP dari K/L tetap harus ditingkatkan untuk mendukung optimalisasi Penerimaan Negara secara keseluruhan. Optimalisasi PNBP K/L terus dilakukan dengan tetap menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
PNBP K/L, PNBP,
2012-2017 2012-2017 (triliun rupiah) (triliun rupiah)
5,4 5,8 15,5 7,3 29,7 21,7 24,6 12,3 87,7 12,9 73,4 69,6 40,3 34,0 35,3 30,8 37,6 36,3 12,4% 6,1% -4,0% 61,1 56,7 72,3 74,4 78,7 78,6 0,8% 81,7 1,9% 84,1 84,4 37,6 34,1 41,0 225,8 226,4 240,8 100,9 90,5 86,9 -35,9% APBNP APBN 2012 2013 2014 2015
APBNP APBN 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2016 2017
Bagian Laba PNBP Lainnya
Penerimaan PNBP K/L
PNBP DMO BUMN SDA Pendapatan
PNBP K/L ditargetkan sebesar Rp78,6 triliun, dengan
Pertumbuhan BLU
kontribusi terbesar Kementerian Kominfo dan Kementerian Perhubungan Pendapatan PNBP SDA cenderung menurun seiring dengan fluktuasi penurunan harga komoditas (minyak
Potensi PNBP K/L masih dapat ditingkatkan dengan bumi, batubara) dan pergerakan nilai tukar tetap menjaga kualitas pelayanan masyarakat
13,8% SDA Migas 2012-2017 2,1%
(triliun rupiah) SDA 5,2% 112,7 Nonmigas 106,0 97,0 2012-2017 -1,5%
(triliun rupiah)
- -4,9% 49,0 45,0 40,0 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017 205,8 203,6 216,9 78,2 68,7 63,7
15,9 18,6 19,3 17,7 16,5 17,7 Pertambangan Umum Kehutanan
2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 3,2 3,0 3,7 4,2 3,9 3,9 2016 2017
0,2 0,2 0,2 0,1 0,7 1,0 Perikanan Panas Bumi 0,7 0,9 0,8 0,9 0,6 0,7
SDA Migas Harga ICP
INFORMASI
APBN 2017 BELANJA NEGARA
(triliun Rupiah) Transfer ke Daerah dan Dana Desa
36,8% Belanja K/L 36,7% 763,6 764,9 26,5%
Program Program Program Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Subsidi Belanja Lainnya Utang Negara
2.080,5 160,1 60,4 221,2 Belanja Non K/L
Program Program Pengelolaan Pengelolaan
552,0 Transaksi Lainnya Hibah Negara 180,1 2,2 peningkatan belanja produktif seperti pembangunan infrastruktur dan
konektivitas antarwilayah, pembangunan sarana dan prasarana ketenagalistrikan,
Kebijakan
perumahan, sanitasi dan air bersih;
meningkatkan efisiensi dan penajaman belanja non-operasional utamanya pada Belanja
belanja barang untuk meningkatkan ruang fiskal;
meningkatkan kualitas dan efektivitas program perlindungan sosial antara lain
PKH, KIP, KIS, Rastra, dan beasiswa Bidik Misi, dengan memperbaiki sistem
Negara
penyaluran dan akurasi data penerima;
memperkuat pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan,
kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri;
penyaluran subsidi dan program bantuan sosial non-tunai yang lebih tepat
sasaran, antara lain melalui perbaikan basis data yang transparan dan penataan ulang sistem penyaluran subsidi yang lebih akuntabel, konversi beras sejahtera (Rastra) menjadi layanan non tunai/kartu secara bertahap;
mendukung penegakan hukum serta stabilisasi pertahanan dan keamanan,
melalui pemberantasan dan penegakan peredaran gelap narkoba, tindak terorisme, serta pengadaan alutsista.
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, sebagai salah satu instrumen penting dari
desentralisasi fiskal, diarahkan untuk memperkuat pendanaan pembangunan daerah dan desa guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan mendukung pencapaian prioritas nasional. INFORMASI APBN 2017 Belanja Pemerintah Pusat
Pada periode 2012-2017 Belanja Pemerintah Pusat tumbuh rata-rata 5,4 % APBN 2017 APBNP 2016
Program Program Program Pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan Program Belanja Lainnya
Transaksi Khusus Belanja Lainnya Pengelolaan
50,8 Transaksi Khusus
110,6 60,5 Program
180,1 Program Pengelolaan Pengelolaan Subsidi Subsidi
177,8 160,1
Program Program Pengelolaan Pengelolaan Hibah Negara Hibah Negara
8,5 Belanja K/L 2,2 Belanja K/L
767,8 763,6
Program Program Pengelolaan Pengelolaan Utang Negara Utang Negara
Belanja K/L 191,2
221,2 Belanja Non K/L (triliun Rupiah)
1.315,5 1.306,7 1.306,7 1.315,5 1.203,6 1.183,3 1.137,2 1.010,6 14,4 12,5 11,3 5,8 0,7 (2,5) 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017 Belanja Pemerintah Pusat Pertumbuhan BPP (%) (triliun Rupiah)
APBNP 2016
8,3%
322,6Perlindungan Lingkungan Hidup 11,9 0,9%
Perumahan dan Fasilitas Umum 29,7 2,3%
Kesehatan 61,7 4,7%
Pariwisata 5,4 0,4%
Agama 9,7 0,7%
Pendidikan 143,1 10,9%
Perlindungan Sosial 157,7 12,0% 121,6 310,6
Pelayanan Umum 24,7%
Pertahanan
109,0
Ketertiban dan
Keamanan 9,2%Ketertiban dan Keamanan 9,4%
Ekonomi 25,3%
Perlindungan Lingkungan Hidup 11,0 0,8%
Perumahan dan Fasilitas Umum 34,3 2,6%
Kesehatan 66,1 5,1%
Pariwisata 5,9 0,4%
Agama 9,8 0,7%
Pendidikan 143,3 11,0%
Perlindungan Sosial 150,8 11,5% 122,9 331,0
Ekonomi 23,6%
Pertahanan
108,3
APBNP 2016
Subsidi 12,2% 160,1
APBN 2017
APBN 2017
1.315,5 1.315,5 (triliun Rupiah)
Belanja Pemerintah Pusat Pelayanan Umum 27%
8,2%
355,8Belanja Pegawai 26,1% 343,3
Belanja Barang 22,5% 296,6
Belanja Modal 14,8% 194,3
Pembayaran Bunga Utang 16,8% 221,2
Belanja Hibah 0,2% 2,2
Belanja Lainnya 1,7% 22,5
Bantuan Sosial 4,3% 57,0
Belanja Lainnya 3,1% 41,0
Belanja Pegawai 26,2% 342,4
Belanja Barang 23,3% 304,2
Belanja Modal 15,8% 206,6
Pembayaran Bunga Utang 14,6% 191,2
Subsidi 13,6% 177,7
Belanja Hibah 0,7% 8,5
Bantuan Sosial 4,1% 53,4
INFORMASI APBN 2017 Menurut Fungsi Menurut Jenis INFORMASI
19 APBN 2017 Belanja
K/L
26,9 767,8 763,6
19,1 Perkembangan
732,1 17,2
Belanja K/L 577,2 582,9
Pada APBN 2017 terjadi 489,4 penurunan sebesar Rp4,2 triliun apabila dibandingkan APBNP 2016. Belanja K/L 2012-2017
4,9 tumbuh rata-rata 9,3% pertahun
- 1,0
- 0,6
2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017 Belanja K/L Pertumbuhan Belanja K/L (%) (triliun)
Kementerian Pertahanan 108,7
Kementerian 108,0
Negara/ Lembaga Kementerian PU Pera dengan Anggaran
97,1 Terbesar
101,5
10 Polri
79,3 84,0
Arah kebijakan Belanja K/L Kementerian Agama
Efisiensi pada belanja operasional dan 56,2 belanja non prioritas
60,2 Mendukung pembangunan infrastruktur dan
Kementerian Kesehatan konektifitas untuk meningkatkan kualitas
62,7 pembangunan
58,3 Peningkatan kualitas dan efektifitas program Kementerian Perhubungan
6-10 perlindungan sosial (KIP, KIS, PKH, dll.) 42,9
46,0 Mendukung stabilitas pertahanan dan keamanan Kementerian Keuangan
38,1 40,8
Kementerian Pendidikan & Kebudayaan 11-15
43,6 39,8
Kementerian Ristek & Dikti 40,6
39,7 Kementerian Pertanian
APBNP 2016
27,6
APBN 2017 22,1 (triliun Rupiah)
20
(SDKI 2012) 65,6
(biaya rata-rata: Rp102 juta) 2014
Baseline 2017
1 Angka kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) per perempuan usia reproduksi 15-49 tahun 2,6
(SDKI 2012) 2,33
(tahun)
2 61,9
3 Prevalensi HIV pada Populasi usia 15-49 tahun per 100.000 penduduk (%) 0,46 <0,5
(biaya rata-rata: Rp45 juta)
4 Prevalensi TB per 100.000 penduduk 297 262
5 25,8
(2013) 24,2
Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) suatu cara (all method)(%) Prevalensi Tekanan Darah Tinggi (%)
Target Pembangunan Bidang Kesehatan
INFORMASI APBN 2017
Operasional Penggerakan Kampung KB: 508 Kab/Kota
Biaya Operasional K e l u a r g a Berencana Balai Penyuluhan: 4.586 Balai
6-10 11-15 Anggaran Kesehatan
Rp23 ribu/orang/bulan
Sasaran Imunisasi PBI
92% 94,4* Anggaran Kesehatan 2017 tetap dijaga 5% dari APBN, dengan fokus memperkuat upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
Imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 0-11 bulan PBI melalui JKN/KIS
50 100 triliun Rp % terhadap Belanja Negara Anggaran Kesehatan (APBNP) SDKI: Survei Dasar Kesehatan Indonesia
2012 2013 2014 2015 2016 APBN 2017 3,3 3,8
5,0 5,0
2,72,8 juta jiwa bayi 0-11 bulan Baduta
Stunting Biaya
Operasional
Kesehatan(biaya rata-rata: Rp466,3 juta)
29,6%* Prevelensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak umur bawah dua tahun (Baduta)
BOK: 9.740 Puskesmas
(biaya rata-rata: Rp495,5 juta)
Puskesmas terakreditasi:
2.548 Puskesmas(biaya rata-rata: Rp186,8 juta)
RS terakreditasi: 104 RS
- target RKP 2017
Anggaran Pendidikan dalam APBN 2017 tetap dijaga 20% dari belanja negara, dengan fokus meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan Target Pembangunan
20,6 triliun Rp 2014 2017
20,1 20,0 20,0 20,0 20,0 Baseline
Bidang Pendidikan 400
8,2 8,6
1 Rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun (tahun) (tahun)
94,1 95,4
2 Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 300 tahun (%)
(2013) 62,5 74,8
3 Persentase SMP/MTS berakreditasi minimal B (%) 73,5 80,9
4 Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B (%) 200
0,85 0,88
5 Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya (%) (2012) 0,53 0,59
6 Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk 100 termiskin dan 20% penduduk terkaya (%)
(2012) 0,07 0,42
7 Rasio APK PT antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya (%) (2012) 2012 2013 2014 2015 2016 APBN
2017
Anggaran Pendidikan % terhadap Belanja Negara (APBNP) SasaranBantuan Tunjangan KIP Bidik Misi Kartu Indonesia Pintar
Profesi ribu mahasiswa juta siswa* 362,7 Tunjangan Profesi Guru PNSD: 1,3 juta guru 19,7
(sesuai gaji pokok/guru/tahun) Ke PT untuk uang kuliah
SD: Rp450 ribu/siswa/tahun Rp2,4 juta/mhs/semester;
Tunjangan Khusus Guru PNSD di daerah SMP: Rp750 ribu/siswa/tahun khusus: 41,6 ribu guru SMA/SMK: Rp1 juta/siswa/tahun Ke mahasiswa
(sesuai gaji pokok/guru/tahun) Rp3,9 juta/mhs/semester)
Tunjangan Sertifikasi Dosen: 102,7 ribu dosen (sesuai gaji pokok/dosen/tahun)
Sekolah BOS rehabilitasi ruang kelas bantuan operasional sekolah
Umum: 39.906 ruang MI: Rp800 ribu/siswa/tahun 54.739 8,5
Agama: 14.833 ruang ruang
MTs: Rp1 juta/siswa/tahun juta siswa
(Pusat) (Pusat) SD: 15.420 ruang SMP: 8.720 ruang
27.140 SD/SDLB: Rp800 ribu/siswa/tahun ruang 46,2
SMA: 3.000 ruang (Daerah)
SMP/SMPLB/SMPT: Rp1 juta/siswa/tahun juta siswa
SMA/SMK: Rp1,4 juta/siswa/tahun (Daerah)
INFORMASI APBN 2017 Anggaran Infrastruktur
Anggaran Infrastruktur dalam APBN 2017 meningkat signifikan dibandingkan APBNP 2016, melalui peningkatan efisiensi belanja dan peningkatan earmark Dana Transfer Umum (DTU) Rincian Anggaran
2016 2017 APBNP APBN
Infrastruktur 307,1 378,3
1. Infrastruktur Ekonomi
a. 151,2 154,1 melalui Belanja K/L
a.l. Kementerian PU & Pera 94,7 98,7 Kementerian Perhubungan 39,9 42,1 Kementerian Pertanian 4,1 2,3
triliun Rp
3,7 3,3 Kementerian ESDM
18,6 5,9 2,6
b. melalui Belanja BA BUN
400 a.l.
VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,1 0,3
15,2
Belanja Hibah 4,6 2,2
14,2 88,0 183,7
c. melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa
300
a.l. 66,3 32,3 Dana Alokasi Khusus
18,8 24,0 Perkiraan Dana Desa untuk Infrastruktur
10,2
- Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 124,0
9,8 8,7 62,1 37,8
d. melalui Pembiayaan
200
a.l. FLPP 9,2 9,7 36,2 7,2
Penyertaan Modal Negara BLU LMAN 16,0 20,0
100
2. Infrastruktur Sosial 5,7 5,5
a.l. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,6 4,2 Kementerian Agama 1,2 1,2
3. Dukungan Infrastruktur 4,2 4,0 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN
a.l. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN 0,3 0,1 0,4 0,5
Kementerian Perindustrian
2016 2017 Anggaran Infrastruktur
- Angka sementara (menunggu Prepres tentang Rincian APBN 2017)
% terhadap Belanja Negara (APBNP) Tahun 2017: sesuai PMK 48/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa -> minimal 15% DBH non-earmark dan DAU untuk pembangunan infrastruktur. -> (di UU APBN menjadi 25%) Untuk mendukung pembangunan infrastruktur agar dipastikan daerah dapat mematuhi aturan pemanfaatan DTU (DBH & DAU) minimal 25% untuk infrastruktur -> meningkatkan kualitas belanja APBD
Sasaran Jalan Jembatan Bandara pembangunan pembangunan
pembangunan
baru/lanjutan 836 10.198 kilometer meterTahun 2017: sesuai Pasal 11 ayat (15), Dana 13 bandara
Transfer Umum, yaitu sekurang-kurangnya 25% untuk belanja infrastruktur daerah (UU Nomor 18 Tahun 2016 tentang APBN)
Terminal Jalur
Pelabuhan
Untuk mendukung pembangunan infrastruktur Kereta Api Penumpang Laut
agar dipastikan daerah dapat mematuhi aturan pembangunan/ pembangunan tahap 1 pembangunan terminal
pengembangan fasilitas dan lanjutan penumpang lanjutan
pemanfaatan DTU (DBH & DAU) minimal 25% untuk belanja infrastruktur daerah
61 710
3 lokasi lokasi km’sp INFORMASI APBN 2017 Anggaran Kedaulatan Pangan
Anggaran Kedaulatan Pangan terus meningkat ( 2012-2017 naik rata-rata 9,1% per tahun)
triliun Rp 6,1 5,7 100
Anggaran Kedaulatan Pangan dialokasikan
5,0
melalui : belanja KL, BA BUN, dan transfer ke
4,6 4,2
daerah
3,8
50 Tahun 2017 lebih rendah dari tahun 2016
utamanya dikarenakan penghematan belanja K/L, serta keterbatasan pagu DAK fisik dan
refocusing bidang lain. DAK fisik terutama
untuk bidang pendidikan, air minum, dan sanitasi
2012 2013 2014 2015 2016 APBN
2017
Anggaran % terhadap Belanja Negara Kedaulatan Pangan (APBNP) Sasaran Rehabilitasi dan pembangunan
Jagung *) Padi *) jaringan untuk
Produksi Produksi
77 juta 22,4 juta 100 ribu ton ton ha sawah Produksi Perluasan areal
Garam 6,67 juta ton
Produksi garam rakyat
pertanian/cetak (perikanan tangkap) sawah seluas
3,2 juta 9,41 juta ton 80.000 ha (perikanan budidaya) ton
Catatan: *) sasaran pada RKP 2017
INFORMASI APBN 2017 Subsidi Energi
Belanja Subsidi Energi dalam APBN 2017 sebesar Rp77,3 T 112,7 106,0
Harga ICP 96,5 triliun Rp
Subsidi BBM Subsidi Listrik 240,0 211,9 210,0 200
49,2 45,0 150 40,0 101,8 100,0 94,6 100 60,8 58,3 50,7
50 43,7 45,0 32,3 2012 2013 2014 2015 APBNP APBN 2016 2017
Subsidi BBM dan Rp32,3 T
LPG Tabung 3 Kg dilakukan dengan pola distribusi tertutup/targeted (by name and by address) dilakukan secara bertahap 26 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) 2,3 juta usaha mikro Subsidi tetap minyak solar Rp500/liter
Rp45,0 T Subsidi Listrik diberikan kepada 19,1 juta dengan daya R-1/450 VA dan 4,05 juta dengan R-1/900 VA
01377 Untuk pelanggan rumah tangga mampu dengan daya 900 VA, tarif akan
disesuaikan secara bertahap 3 kali per 2 bulan
Menggunakan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikelola oleh TNP2K dan Kemensos
Subsidi Non Energi Perkembangan Subsidi Non Energi, 2012-2017 (triliun Rupiah) 19,1 20,3 18,2 21,8 22,5 19,7 14,0 17,6 21,0 31,3 30,1 31,2 3,8 4,1 5,8 8,5 10,2 10,3 1,9 1,5 2,1 3,3 3,8 4,3 0,1 0,4 0,3 0,1
ketahanan pangan, mendukung diversifikasi energi, memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses air minum, pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan dukungan pembiayaan untuk sektor usaha produktif UMKM dan koperasi
INFORMASI APBN 2017
Coverage KUR 2017 : Rp100 T – Rp120 T
Pemerintah secara konsisten berpihak kepada pengembangan UMKM dan Koperasi, penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan melalui pemberian imbal jasa penjaminan dan subsidi bunga KUR
Sektor usaha produktif yang dibiayai KUR pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa-jasa
kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM dan Koperasi yang feasible tapi belum bankable
APBN 2016 sebesar Rp10.500,0 miliar APBN 2017 sebesar Rp9.022,0 miliar Rincian Subsidi Bunga KUR dalam APBN 2017 : KUR Mikro (< Rp 25 juta) : Rp6.857,0 miliar KUR Ritel (Rp25 – Rp500 juta) : Rp1.908,0 miliar KUR Penempatan TKI (< Rp25 juta) : Rp257,0 miliar Besaran subsidi bunga KUR 2017: KUR Mikro = 10% KUR Ritel = 4,5%
Rp Kredit Usaha Rakyat (KUR) Subsidi Bunga KUR mulai dialokasikan dalam tahun 2016 :
Subsidi Bunga Kredit Program Subsidi Pupuk Subsidi PSO Subsidi Pajak
Fasiitas bea masuk Subsidi Pangan Subsidi Benih
SBN di pasar modal nasional
Bunga imbal hasil atas penerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaran
daya saing industri tertentu di dalam negeri
Kebijakan subsidi pajak diarahkan untuk mendukung peningkatan