Analisis Tingkat kesehatan bank syariah di indonesia pada saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global (2008-2013)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DI
INDONESIA PADA SAAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL
DAN SETELAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL (2008-2013)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:
DINI HALIMAH TUTSAADIYAH
NIM. 1111015000048

JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

ABSTRAK
Dini Halimah Tutsa’adiyah (1111015000048). Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Syariah di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan
Global.Skripsi (2008-2013), Jakarta: Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Januari 2015.
Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank syariah
yang di ada di indoensia ketia krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan
global. Dalam penelitian ini metode penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan
yaitu Metode CAMELS. Metode CAMELS yaitu menilai kesehatan bank dari faktor
Permodalan (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Managaent), Rentabilitas(Earning),
Likuiditas (liquidity), dan risiko terhadap Pasar (Market to Risk). Dalam Penelitian ini
faktor CAMELS yang digunakan hanya dilihat dari faktor Keuangan/financial nya
saja. Sedangkan untuk faktor Manajemen dan market to risk tidak di gunakan karena
kedua faktor tersebut termasuk dalam kualitatif yaitu penilaian uraian.
Populasi penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank
Indonesoa periode tahun 2008-2013. Penarikan sampel dengan purposive sapling
yaitu 4 bank umum syariah yang masing-masing diteliti selama 6 tahun. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif.
Dan sumber data yang digunakan yaitu data sekunder dari laporan keuangan publikasi
bank umum syariah kepada Bank Indonesia yang sudah diaudit.
Hasil penelitian yang di lakukan peneliti menunjukan bahwa tingkat
kesehatan bank syariah aitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muammalat

Indoneisa (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Bukopin Syariah (BSM)
menunjukan tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis
keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Hal ini dilihat dari hasil penilaian
tingkat kesehatan yang di miliki asing-asing bank selama 6 tahun perhitungan
menunjukan kondisi yang sehat dan sangat sehat disetiap tahunnya. Dan masingasing faktor penilaian berada pada peringkat 1 dan 3.
Kata Kunci : Tingkat Kesehatan Bank Syariah, Krisis Keuangan Global, Analisis
CAMELS

i

ABSTRACT
Dini Halimah Tutsa'adiyah ( 1111015000048 ) . Analysis of Islamic Banks in
Indonesia when the Global Financial Crisis and After the Financial Crisis
Global.Skripsi (2008-2013) , Jakarta: Department of the Faculty of Social Science
Education and Teaching Tarbiah , Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta . January 2015 .
This study aims to determine the level of health in existing Islamic banks in
indonesia ketia global financial crisis and after the global financial crisis . In this
study bank rating method used is the method CAMELS . CAMELS method of
assessing the health of the banks of factors Capital ( Capital ) , assets ( Asset ) ,

Management ( Managaent ) , Profitability ( Earnings ) , liquidity (liquidity ) , and the
risks to the Market ( Market to Risk ) . In this study CAMELS factor used only seen
from a factor of Finance / Financial its course . As for the management and market
factors to risk not in use because of two factors included in the description of
qualitative assessment .
The population of this study are listed Islamic Banks in Bank Indonesoa
period 2008-2013 . Purposive sampling with sapling that is 4 Islamic banks were
each studied for 6 years . This type of research used in this research is descriptive
analysis . And sources of data used are secondary data from published financial
statements of Islamic banks to Bank Indonesia, which has been audited .
The results of the research will be undertaken researchers showed that the
level of health of Islamic banks aitu Bank Syariah Mandiri ( BSM ) , Bank
Muammalat Indoneisa ( BMI ) , Bank ( BMS ) and Bukopin Sharia ( BSM ) showed
no difference in the level of health of these banks when the global financial crisis and
after the global financial crisis . It is seen from the results of the rating of the foreign
- owned foreign bank for 6 years Calculation shows a healthy condition and very
healthy in every year . And each foreign - assessment factors are ranked 1 and 3 .
Keywords : Islamic Bank Soundness , Global Financial Crisis , Analysis CAMELS

ii


KATA PENGANTAR
Alhamdulilah wa syukurilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dzat yang
maha sempurna dan berilmu. Ungkapan sholawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasullah SAW insane paling mulia yang telah menghabiskan waktu untuk menuntun
umat pengikutnya kearah kesempatan hidup. Dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya
sehingga tampa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil
dengan baik. Karena itulah sepatutna di ucapkan terima kasih yang tak terhingga
terutama penulis tunjukan kepada yang terhormat :
1.

Dra. Nurlela Rifa’I, MA, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr.Iwan Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidkan IPS Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.


3.

Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan
serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya
atas watu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan
kebaikan dibalas dengan berlipat ganda.

4.

Annisa Windarti, M.Sc., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan serta bimbingan
dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya atas watu yang
diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikan
dibalas dengan berlipat ganda.

5.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Khususnya

Jurusan Pendidikan IPS yang dengan ikhlas menyumbangkan ilmunya selama
penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang diterima dapat enjadi bekal
bagi penulis.
iii

6.

Keluargaku tercinta, Ayahanda (Endang Sukmayadi) dan Ibunda (Entin
Suntinah) ang senantiasa mengiringi langkahku dengan doa. Hanya Allah yang
sanggup membalas semua pengorbanan kalian di surgeNya kelak.

7.

Kaka-kaka (Ira aditami dan Dina Halimah Tutsaadiyah, S.E) dan adik-adik ku (
Siti Humairah, Isti anggraini, dan Khairunisa) tersayang teriakasih atas
dorongan baik materil, moril dan spiritual, serta doa dan kasih saying yang
tiada tara, dengan segenap cinta dan buktiku kupersebahkan karya kecilku
untuk kalian orang-orang tercinta.

8.


sahabat-sahabat terbaikku Intan N Aini, Kiki Ulfa Lesmana, Atin Kurniatin,
yang senantiasa menemani penulis dala susah maupun senang. Sukses untuk
kita semua. Amin.

9.

Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, yang menjadi
tepat menaung dan tempat menempa ilmu bagi penulis selama menuntut ilmu
di kampus tercinta, terimakasih telah atas motivasi dan do’anya.

10.

Tean-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPS 2010 dan 2011, khusunya
teman-teman

terbaiku

Chentaury


Galih

Kismareti,

Lilian

Paramitha,

Nurfadilah, Prizca Nufauziah, Gina Rosdianti, Cindy Fatika sari dan
Desdeomona. Terimakasih atas doa dan dukunganya dan menjadi teman
terbaik. Sukses untuk kita semua.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi
amal saleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Kritik dan
saran serta ide senantiasa penulis terima dengan suka cita. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita seua. Amiin, Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

iv


DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. . Identifikasi Masalah .........................................................................5
C.. Pembatasan Masalah ........................................................................6
D. Rumusan Masalah ............................................................................6
E. Tujuan Masalah .................................................................................6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................7

BAB II


KAJIAN TEORI
A. Perbankan Syariah .............................................................................8
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ...................................8
2. Produk Bank Syariah ....................................................................9
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................13
B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank .................................................. 16
1. Tingkat Kesehatan Bank .............................................................16
C. Krisis Keuangan Global ..................................................................25
1. Pengertian Krisis ..........................................................................25

v

2. Penyebab Krisis Keuangan Global .............................................25
3. Dampak Krisis Keuangan Global ...............................................29
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................30
E. Kerangka Berfikir ............................................................................33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................36

B. Populasi dan Sampel.........................................................................36
1. Populasi........................................................................................36
2. Sampel .........................................................................................38
C. Jenis Penelitian ................................................................................39
D. Operasional Variable ........................................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................41
F. Teknik Analisa Data ........................................................................41

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Profil Perusahaan ..............................................................................47
1. Profil PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk ..................................48
2. Profil PT. Bank Syariah Mandiri Tbk .........................................52
3. Profil PT. Bank Mega Syariah Tbk .............................................55
4. Profil PT. Bank Syariah Bukopin Tbk .........................................57
B. Analisis Tingkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB .................60
1. Capital ........................................................................................61
2. Asset .............................................................................................66
3. Earning .......................................................................................68
4. Liquidity ......................................................................................74
C. Penetapan Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB ..........76

vi

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................80
B. Saran ................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................82
LAMPIRAN ............................................................................................................84

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bnak Konvensional ........................................ 16
Tabel 2.2 Penilian Tingkat Kesehatan Bank Syariah ......................................................... 24
Tabel 2.3 Rasio Tingkat Kesehatan Bank Syariah Rasio CAMELS ................................. 24
Tabel 2.4 Peringkat Faktor Keuangan Rasio CAMELS .................................................... 25
Tabel 2.5 Penilitian Relevan ............................................................................................... 30
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Sariah Populasi Penelitian ................................................. 37
Tabel 3.2 Penetapan Sampel Penelitian ............................................................................. 39
Tabel 3.3 Penghitungan Kriteria Penlialian dari Masing-Masing Aspek .......................... 46
Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel ..................................................................................... 48
Tabel 4.2 Daftar Sapel Bank Syariah ................................................................................. 48
Tabel 4.3 Profil Perusahaan PT. Bank Muaalat Inodonesia Tbk ........................................ 49
Tabel 4.4 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 53
Tabel 4.5 Profil Perusahaan PT. Bank Mega Syariah Tbk ................................................ 55
Tabel 4.6 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................ 58
Tabel 4.7 Rasio CAR (Capital Adequarcy Ratio) BSM, BMI, BMS, BSB tahun2008 2013 ................................................................................................................... 61

viii

Tabel 4.8 Rasio KAP (Kualitas Aktifa Produktif) BSM, BMI, BMS dan BSB Tahun
2008 – 2013 ........................................................................................................ 66
Tabel 4.9 Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun
2008 – 2013 ........................................................................................................ 68
Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun
2008 – 2013 ....................................................................................................... 74
Tabel 4.11 Peringkat Kesehatan BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun 2008 – 2013 ............. 77

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Muaalat Indonesia Tbk .......................................... 51
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Tbk .............................................. 54
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bank Mega Syariah Tbk ................................................. 56
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................. 59

x

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah
Mandiri, Tbk.

2.

Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Muammat
Syariah, Tbk.

3.

Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Mega
Syariah, Tbk.

4.

Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah
Bukopin, Tbk.

5.

Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.

6.

Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Muammalat Indonesia, Tbk.

7.

Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Mega Syariah, Tbk.

8.

Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas
PT. Bank Syariah Bukopin, Tbk.

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan atau kondisi bank dan lembega keungan non-bank adalah faktor
peting yang sangat terkait baik bagi pemilik bank, pengelola, (manajemen) bank,
pengguna atau masyarakat pengguna bank, Bank Indonesia selaku otoritas
pengawas bank, dan pihak lainnya yang terkait dengan bank yang bersangkutan.
Fungsi dari penilaian tingkat kesehatan bank dapat di gunakan oleh pihak-pihak
terkait untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Untuk menilai
kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang
sehat dan tidak sehat. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan setiap periode
dan dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Penilaian untuk
menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan alat ukur. Salah satu alat
ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank yaitu
dikenal dengan analisis CAMELS1 Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 adalah hasil penilaian kualitatif atau aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui penilian kuantitatif
terhadap

faktor-faktor

permodalan,

kualitas

aset,

rentabilitas,

likuiditas,

sensisitibilitas terhadap risiko pasar, dan penilaian kualitatif terhadap faktor
1

Kasmir. Pemasaran Bank.(Kencana, Jakarta.2005) hal 49.

1

2

manajemen. Tingkat kesehatan bank syariah merupakan kepetingan semua pihak
yang terkait, termasuk Bank Indoneisa. Bagi bank syariah hasil penilaian tingkat
kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemn dalam
menentukan kebijakan pengelolaan bank kedepan.
Tingkat kesehatan keuangan bank adalah hasil kualitatif atas berbagi aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
kuantitatif dan atau penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor Capital, Asset
Quality, Manajement, Earning, dan likuidity yang disingkat CAMEL2. Penilaian
tingkat kesehatan bank dan penilaian manajemen risiko dibedakan namun terdapat
perpotongan antara keduanya. dalam penilaian tingkatan kesehatan bank telah
memasukan risiko yang melekat pada aktifitas bank (inherent risk) yang
merupakan bagian dari proses penilaian manajemn risiko3.
Pada umumya bank dikenal sebgai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Ada dua macam
jenis bank sesuai dengan prinsipnya, ada bank syariah dan ada bank konvensional.
Kedua jenis bank memiliki fungsi yang sama. Namun perbedaanya hanya pada
prinsip pelaksanaannya. Subjek penelitian yang akan dilaksanakan hanya pada
Bank syariah. Pada perkembangannya bank syariah bisa dikatakan sangat pesat.
Apalagi di masa kini, masyarakat lebih memilih bank syariah sebagai tempat
menghimpun dananya. Ada banyak alasan sesorang memilih bank syariah, bisa
dalam segi agama, keuntungan dan kemanannya. Terlebih bank syariah di
Indonesa dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Kemudian bermunculan bank-bank umum berprinsip syariah. Berdasarkan data
Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2008 di perkirakan cukup
baik. Industri bank syariah diperkirakan masih akan berkembang dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi 2004, volum usaha perbankan

2

Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan
prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan bank umum berdasarkan
prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia
3
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Jakarta : UIN
Jakarta Press 2013. Hal.88

3

syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhanya yang
terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volum perbankan syariah di tahun 2005
diperkirakan akan mencapai 24 triliun rupiah dengan volum tersebut diperkirakan
industri perbankan syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri
perbankan Nasional di bandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004.
Pertumbuhan volum usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana
pembukaan unit usaha syariah yang baru dengan pembukaan jaringan kantor yang
lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar 20
triliun dengan jumlah pembayaran sekitar 21 triiun rupiah di akhir tahun 20054.
Kemudian diterangkan pula pada surat kabar sindo5. Di jelaskan bahwa “ nilai-nilai
ini telah membawa keuangan syariah global berkembang pesat dengan nilai
sebesar USD 1,6 triliun serta pemikiran pertumbuhan pertahun mencapai 20%, ujar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di sela-sela acara Gerakan
Ekonomi Syariah (Gres) dilapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta
Hal ini terlihat ketika bank syariah dapat bertahan di krisis keuangan di
tahun 1997 maupun krisi keuangan tahun2008. Fakta memperlihatkan disaat
banyaknya bank konvensional yang koleps ketika menghadapi krisis bank syariah
justru menuai profit besar.
Krisis

moneter yang terjadi pada tahun 1998 menjadi titik ukur

keberhasilan bank syariah di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun itu
menyebabkan keterpurukan bagi bank konvensional dan banyak diantaranya yang
mengalami likuidasi karena kegagalan sistem. Tidak hanya itu di tengah-tengah
krisis keuangan global tahun 2008, lembaga keuangan Islam kembali membuktikan
daya tahan terhadap krisis. Lembaga keungan syariah stabil dalam perkembangan
dan dapat memberikan manfaat, kenyamanan serta kemanan bagi para pemegam
saham, surat berharga, peminjam dan deposen di bank syariah. Hal ini dapat
dibuktikan dari keberhasilan Bank Syariah, dimana mampu melalui krisis yang
terjadi pada tahun 1998 dengan kinerja yang semakin meningkat, bank Syariah
4

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia. 2004), h. 8.
5
http://www.koran-sindo.com/node/345365

4

seperti Bank Muamalat bahkan mampu membukukan keuntungan lebih dar 300
miliar rupiah6.
Dalam subjek ini, tidak akan membahas mengenai perkembangan dari bank
syariah itu sendiri. Tapi yang akan dibahas dalam penelitian kali ini yaitu tingkat
kesehatan bank syariah ketika krisis Global berlangsung dan setelah krisis Global.
Karena pada masa itu banyak lembaga keuangan seperti bank mengalami likuidasi
dan diberhentikan operasinya yang diakibatkan oleh krisis keuangan global
tersebut. Analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu analisis CAMELS.
Analisis ini merupakan peraturan atau ketetapan yang ditetapkan oleh bank
indonesia dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang
sisitem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah,
dijelaskan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip
syariah menggunakan lima kelompok faktor, yaitu Capital, Aktiva Produktif,
Manajement, Earning, dan Likuidity. Pada analisis CAMELS tersebut terdapat
peringkat

yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia. Bank Indoensia sudah

menetapkan Peringkat atau prosentase kinerja keuangan yang memenuhi
persyaratan bank untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahanyakan/ merugikan
pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis CAMELS, diklasifikasikan sebagai
aspek penilaian yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan
berfungsi dalam melihat tingkat kesehatan kuangan bank. Semakin besar sekala
operasi bank dan semakain tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan pada
kinerja operasinya semakin baik. Keberhasilan suatu usaha bank syarah dapat
dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk
mengetahui keberhasilan keuangan bank syariah perlu diadakannya tingkat
kesehatan bank syariah secara menyeluruh. Apalagi penelitian ini meneliti kondisi
tingkat kesehatan bank syariah kala itu. Yang ditinjau adakah penngkatan atau
perbedaan dalam dua periode tersebut. Dari penelitian tingkat kesehatan bank
Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal
bisnis dan manajemen vol 1, 2009, h. 1.
6

5

syariah ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global dapat
dijadikan evaluasi hal-hal

yang perlu dilakukan kedepan dan ketika hal-hal

tersebut terulang kembali.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
tingkat kesehatan keuangan Bank Syariah di Inonesia ketika krisis keuangan
Global dan setelah krisis keuangan global. Dengan menggunakan analisis
CAMELS ( capital, asset, management, earning, liquidity dan sensitive risk)
namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis CAMELS dari segi
kuantitatif atau keuanganya saja yaitu capital, asset, earning dan likuiditasnya saja.
Sedangkan dari sisi kualitatif yaitu manajen dan sensitivity risk tidak akan di
gunakan. Karena dalam menggunaan manajemen dan sensitivity risk yaitu
menggunakan angket dan wawancara kepada bank-bank terkait atau menggunakan
data primer. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
laporan keuangan masing-masing bank dan dalam 6 tahun perhitungan yaitu
setelah krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Penelitian ini
hanya menganalisis pada dua periode saat krisis dan 4 periode setelah krisis
keuangan global saja. Sedangkan untuk sebelum krisis keuangan global tidak
diteliti. hal ini disebebkan oleh ketersediaan data penelitian dan sampel dari bank
syariah di Indonesia, yang mana pada tahun itu belum banyak bank syariah yang
beroperasi di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul “ Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah
Krisis Keuangan Global (2008-2013)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Banyaknya bank dilikuidasi ketika krisis keuangan global.
2. Ketidakpercayaan nasabah ketika krisis keuangan global terhadap rentabilitas
bank.
3. Asset bank tidak Produktif ketika krisis keuangan global.

6

4. Banyaknya bank yang tidak sehat saat krisis keuangan global dari sisi Capital
(permodalan), Asset (kualitas asset), Manajemen Earning (rentabilitas),
Liquidity (Likuiditas) dan sensitivity to market risk (sensitivitas atas resiko
pasar).
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitiannya, penulis membatasi masalahnya hanya pada peningkatan
kesehatan bank Syarih pada saat krisis dan setelah krisis keuangan global. Metode
yang akan digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank yaitu dengan
menggunakan metode CAMELS pada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007
tentang kesehatan bank umum berprinsip syariah.
Dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode
CAMELS, peneliti hanya akan meneliti dari sisi rasio keuangannya saja yaitu dari
sisi

rasio keuangan bank yaitu Rasio Permodalan (capital), kualitas Aset (Asset

Quality, Rentabilitas (Earning) dan

likuiditas (Likuidity). Sedangkan dari sisi

Manajemen ( Management) dan sensitivity to Market Risk tidak diikut sertakan.
Perhitungan tingkat kesehatan bank yang peneliti teliti hanya pada Bank Umum
Syariah yang terdaftar di BI, menerbitkan Annual Report dari tahun 20082013¸melaporkan Publikasi Laporan Keuangan Bank ke BI. Dan perhitungan yang
dilakukan peneliti hanya selama 6 periode yaitu dari tahun 2008-2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana penilaian
tingkat kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia ketika krisis keuangan
global dan sesudah krisis keuangan global (2008-2013)?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui peniliaian tingkat kesehatan keuangan Perbankan Syariah saat
krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global tahun 2008-2013

7

F. Manfaat Penelitian
Penulis berharap informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pihak, diantaranya adalah:
1. Manfaat Untuk Penulis
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman yang lebih luas tentang tingkat kesehatan Bank Syariah di
Indonesiadan ketahanan Bank Syariah ketika krisis keuangan global dan
setelah krisis keuangan global.
2. Manfaat Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan intelektual
akademis dan merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan teori-teori
yang telah dipelajari oleh penulis. Serta sebagai khazanah ilmu pengetahuan
mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah di Inonesia.
3. Manfaat Bagi Institusi Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada Bank
Indonesia sebgai intstitusi tertinggi untuk mengatur, mengawasi, dan menilai
tingkat kesehatan bank umum Syariah sesuai dengan peraturan Bank
Inodonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan Bank Umum
Syariah. Peneliti juga berharap, penelitian yang sudah diteliti dapat bermanfaat
untuk institusi perbankan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan
tingkat kesehatan banknya agar terus dapat bertahan ditengah krisis ekonomi.
4. Masyarakat dan Investor
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap, agar penelitian ini beramanfaat
untuk masyarakat dan para investor yang akan mengalokasikan dananya ke
bank. Supaya mengalokasikan danya ke bank yang mempunyai predikat baik
yang sehat sehingga tidak akan kecewa dan merugi nantinya.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. PERBANKAN SYARIAH
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an. Diskusi mengenai bank syariah sebagai
pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan
bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya
bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, jawa Barat. Hasil lokakarya itu
dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di
Hotel Syahid Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas MUI, di
bentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia. Kelompok kerja
yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konstitusi
dengan semua pihak terkait.
Bank Muammalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja keras tim perbankan
MUI tersebut. Pada awal pendirian bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank
syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan Nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem
syariah ini hanya di katagorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak
terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang

8

9

diperbolehkan. Hal ini tercermin sangat jelas dari UU No 7 Tahun 1992, di mana
pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil di uraikan hanya sepintas lalu
merupakan sisipan belaka.
Perkembangan Indonesia pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya
Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut di atur
dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan
arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang tersebut ternyata
disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan
perhatian dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Banyak bank
konvensional yang membagi cabangnya menjadi bank syariah.
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama
yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM
berasal dari Bank sulila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan
dilingkup bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank
syariah secar penuh. Sebagai salah satu bank yang di miliki oleh Bank Mandiri
yang memiliki asset ratusan teriliun dan Networking yang sangat luas, BSM
memiliki beberapa keunggulan komperatif dibidang pendahulunya.

Satu

perkembangan lain perkembangan bank syariah di Indonesia secara reformasi
adalah diperkenalkannya konversional menjadi bank syariah.1
2. Produk Perbankan Syariah2
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat di
bagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Produk Penyaluran Dana, Produk
Penghimpunan Dana, Produk Jasa
a. Penyaluran Dana
Dalam penyaluran dana prinsip-prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki
barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk
1

Muhamad syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi keuangan (Jakarta Bank of
Indonesia and Tazkia Institute,1999
2
Adiwarman A.Karim, Bank Islam : Analisis Fikih dan Keuangan. Raja Graindo Persada, 2007
.hal 97

10

mendapakan jasa. Prinsip bagi hasil di gunakan untuk usaha kerja sama yang
ditujukan guna mendapakan barang dan jasa sekaligus. Pada katagori pertama
dan kedua, tingkat keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang atau jasa yang di jual. Produk yang termasuk kepada
kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti
Murabahah, saham, dan istisna seperti produk yang menggunakan produk
sewa, yaitu ijarah dan IMBT.
Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank di tentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai degan prinsip-prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan di tentukan oleh nisbah bagi hasil yang di
sepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini
adalah Musyarakah dan Mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad
pelngkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan
tiga prinsip di atas. Kita akan membahas masing-masing produk ini dengan
lebih rinci pada uraian berikut.
b. Prinsip-prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan dengan sambungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property) tingkat
keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang
yang dijual. Dalam kajian ini akan di bahas mengenai produk-produk bank
syariah namun hanya produk yang menyakut dengan kajian dalam proposal
ini.
c. Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai’ tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah yang di berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual
beli dimana bank menyebut jumlah keuntunagnnya. Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank dari pemasok di tambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual di
cantumkan dalam akad jual beli dan jika telah telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu di

11

lakukan dengan pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam
transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan.
d. Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam bentuk
perbakan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama
antara dua belah pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal ( shahib almaal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan
satu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian
mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib almaal dalam manajemn produk. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi
akibat kelalaian. Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau selain
salah satu diantara itu. Dalam mudharabahah, modal hanya berasal dari satu
pihak sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua belah pihak.
Musyarakah dan mudharabah dalam literature fiqih berbetuk perjanjian
kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi
dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak untuk melakukan
kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan
merusak ajaran isalm.
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal
harus diserahkan tunai dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan
nilainya dalam satuan uang.
b) Hasil

dari

pengelolaan

modal

pembiayaan

mudharabah

diperhitungkan dengan cara:
1. Perhitungan dari pendapatan proyek atau revenue sharing
2. Perhitungan dari keuntungan proyek atau profit sharing

dapat

12

c) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan
pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan
dana.
d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Jika nasabah
cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban
atau menunda pembayaran kewajiban maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi
e. Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi
dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan
(Trading Assets) , kewiraswastaan ( Entrepreneurship), kepandaian (Skill),
kepemilikan (Property), peralatan (Equipment), atau Intangible Asset (seperti
hak paten atau Good Will), kepercayaan/ reputasi (Credit Worthiness) dan
barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau
tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. Ketentuan umum
pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:
1. Semua modal disatukan untuk menjadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak
boleh melakukan tindakan seperti:
a) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

13

b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya
c) Memberi pinjaman kepada pihak lain
d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap
hokum
2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek
harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan
sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad setelah proyek
selesai. Nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang
telah disepakati untuk bank.
3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional3

Dalam beberapa hal, bank konvensional dengan bank syariah memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang di gunakan, syarat-syarat umum memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebgaianya.
Akan tetapi tedapat perbedaan yang amat sangat mendasar diantara keduannya.
Perbedaan itu menyangkut asspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai,
dan lingkungan kerja.
1. Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan
ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila
hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila
perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah
nanti4. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku

3

Muha ad Syafi’I A to io, Bank Syariah : dari Teori Keperaktek,Gema Insani, 2001. Hal,29
Ibid, hal 29

4

14

transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti
hal-hal berikut:
a. Rukun
a) Penjual.
b) Pembeli.
c) Barang.
d) Harga.
e) Akad/ijab-qabul.
b. Syarat.
Seperti syarat berikut :
a)

Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa
yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

b)

Harga barang dan jasa harus jelas.

c)

Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.

d)

Barang yang di transaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan
tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti
yang terjadi pada transaksi Short Sale dalam pasar modal.

2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah
terdapat perbedaan dan perselisiahan antara bank dan nasabahnya, kedua
belah

pihak

tidak

menyelsesikannya

di

pengadilan

negeri,

tetapi

penyeselainnya sesuai dengan tata cara dan hukum materi syariah.
Lambega yang mengatur hukum materi dan atau bersasarkan prinsip syariah
di indonesia dikenal dengan nama badan Abritase Muamallah Indonesia atau
BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik
Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensioanl,misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yangamat
membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan

15

adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi oprasioanal bank
dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan
Pengawas syariah biasanya diletakan pada posisi setigkat komisaris pada
setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dan setiap opini yang diberikan oleh
Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan
Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Setelah
para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekumendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Dalam bank Syariah, bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari
syaringan syariah, karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai
usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang di haramkan.
Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum
dipastikan beberapa pokok, diantaranya sebagai berikut:
a.

Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?

b.

Apakah objek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

c.

Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?

d.

Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

e.

Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang legal atau
berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal?

f.

Apakah proyek dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung
maupun tidak langsung?

5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan
dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shidiq, harus
melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
yang baik. Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan
profesional atau (fathonah) dan mampu melakukan tugas secara teamwork.
Dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian
pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang
sesuai dengan syariah

16

6. perbandingan antara Bank Syariah dan Konvensional.
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank Islam

Bank Konvensional

1. Melakukan investasi yang halal
saja.

yang haram.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa.

4. Hubungan

dengan
bentuk

2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit Orienid.

3. Profit dan falah orientid.

dalam

1. Investasi yang halal dan

4. Hubungan dengan nasabah

nasabah
hubungan

kemitraan.

dalam

debitor-

terdapat

dewan

debitor.
5. Tidak

5. Penghimpunan dan penyaluran

bentuk

sejenis.

dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah.

B. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
1. Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankkan secara

normal seperti

kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan
dana ke masyarakat, karyawan, pemilik

modal, dan pihak lain, pemenuhan

peraturan perbankkan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peratuan perbankkan yang
berlaku5. Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil

5

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso : 2006

17

penilaian kuntitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
kinerja bank tersebut6.
Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga dilakukan
untuk bank syariah baik bank umum syariah atau bank perkreditan syariah. Hal
ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodelogi penelitian kondisi bank
yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem

penilaian

tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah7.
Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat di lihat dari berbagai aspek.
Penilaian ini bertujuan untuk apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup
sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Penilaian kesehatan bank tidak hanya untuk
bank umum/konvensional saja tapi juga untuk menilai kesehatan bank berprinsip
syariah juga. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian
kondisi bank bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali system
penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip Syariah.
Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan
bank umum berdasarkan prinsip syariah yang berlakuk mulai 24 Januari 2007.
Dari hasil penjelasan Deputi Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini
dilakukan dengan memperkirakan produk dari jasa perbankan syariah ke depan
kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga
meningkat8. meningkatnya kesposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko
bank syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank
tersebut.
Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukan risiko
yang melekat pada aktivitas bank (interent risk), yang merupakan bagian dari
proses penilaian manajemen risiko. Bank umum syariah wajib melakukan

6

Ade Arthesa, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Indeks, Jakarta:2004)

hal 132
7

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Rajawali Pers:Jakarta, 2011) hal 200

8

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan(edisi revisi). Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2012 hal, 256

18

penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, yang meliputi faktor-faktor
berikut9 :

a. Capital (Permodalan)
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditentukan. Dalam pos modal (modal saham, surplus dan laba yang ditahan)10.
salah satu alat ukur penilaian yang digunakan untuk mengukur seberapa baik
kondisi modal yaitu menggunakan rasio permodalan. Rasio permodalan ini
berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugiankerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunkan untuk
mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki
oleh para pemegang sahamnya. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk
menilik kecukupan modal bank dalam nengamankan eksposur risiko posisi dan
mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian terhadap faktor
permodalan meliputi penilain terhadap komponen-komponen sebagai berikut
(pasal 4 no 1)
1. Kecukupan, proyeksi (trand ke depan) permodalan dan kemampuan
permodalan dalam mengcover risiko.
2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan, rencana permodalan untk mendukung pertumbuhan untuk
usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang
saham.
Peringkat faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas dan
sensitivitas terhadap risiko pasar ditetapkan dalam 5 (lima) peringkat (pasal 8
no3). Rasio utama pada permodalan adalah rasio kewajiban penyedian modal
minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai rasio capital Adeuary ratio
(CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum bank yang harus
dimiliki oleh bank.
9

Dwi Nura’ini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. UIN Jakarta Perss, 2013.

Hal, 29
10

Munaware. Analisis Laporan Keuangan. (Liberty, Yogyakarta.1995)hal. 19

19

Rumus untuk menghitung CAR/KPMM adalah sebagai berikut:
Mtier 1 + Mtier 2 + Mtier 3 – penyertaan
CAR =
Aktiva tertimbang Menurut