Buku Guru LINGKUNGAN SMALB-AUTIS

  • -AUTIS-

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS

LUAR BIASA

  

Buku Guru

LINGKUNGAN

  KELAS X KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2014 KURIKULUM 2013 Buku Guru LINGKUNGAN SMALB-AUTIS

  Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN Hak Cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang – Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

  Kontributor : JUANDA Penyunting Materi : (tim pengarah) Diterbitkan oleh : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kotak katalog dalam terbitan (KDT)

  Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LINGKUNGAN- AUTIS--SMALB : Buku Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

  • –Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

  viii, 344 hl. : ilus.; 25 cm. Untuk SMALB Kelas X

  ISBN 978-602-282-709-2 (jilid lengkap)

  ISBN 978-602-282-710-8 (jilid 1) Tematik - Autis – Studi dan Pengajaran

  I. Judul I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Cetakan ke-1, 2014 Disusundenganhuruf Bookman Oldstyle , 12 pt

BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR

  Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan peraturan ini telah ditetapkan kebijakan baru pendidikan khususnya yang berkaitan dengan kurikulum yang berlanjut dengan penerapan kurikulum 2013.

  Menurut peraturan ini, struktur kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran, Mata Pelajaran, dan Beban Belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan.Khusus struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah termasuk untuk SMALB diantaranya terdiri atas. muatan umum; dan muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat.

  Pengembangan Kurikulum 2013 SMALB seperti juga pengembangan kurikulum 2013 SMA dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

  Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang

  ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

  Dengan diberlakukannya implementasi kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2014/ 2015 di SMALB, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (Dit.PPKLK) Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan kurikulum pendidikan khusus. Kegiatan ini telah berhasil merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sejumlah mata pelajaran bagi peserta didik di SMALB. Merujuk pada kurikulum tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah mengembangkan bahan ajar pendidikan khusus. Dari kegiatan pengembangan tersebut telah diterbitkan sebanyak 54 jenis bahan ajar pendidikan khusus untuk peserta didik/siswa SMALB kelas X Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita Ringan, Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Ringan, Tunadaksa Sedang, dan Autis, yang terdiri dari 27 bahan ajar untuk peserta didik/siswa dan 27 bahan ajar untuk guru yang mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan Seni Budaya.

  Akhirnya, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan bahan ajar ini khususnya kepada semua Penulis, Editor, dan Ilustrator

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN serta team profesional dari Dit. PPKLK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud dibawah koordinasi Direktur Dit. Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, dengan dibantu Kasubdit Pembelajaran, Kasi Pelaksanaan Kurikulum, Kasi Penilaian dan Akreditasi yang telah mengkoordinir penulis, penelaah/ editor, illustrator, dan tim tehnis Dit. PPKLK serta staf subdit pembelajaran Dit. PPKLK sehingga atas kerja keras dan bekerja dengan penuh konsentrasi dapat dihasilkannya bahan ajar ini. Semoga ketersediaan bahan ajar ini akan mendorong semua guru dan Kepala Sekolah SMALB untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan menerapkan prinsip– prinsip pembelajaran dalam mengelola kelas dan mengembangkan sekolah serta bagi guru diharapkan dapat menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik pada setiap kegiatan pembelajaran supaya dihasilkan lulusan SMALB yang kreatif, produktif, inovatif, dan mandiri serta memiliki sikap ilmiah.

  Jakarta, Mei 2014. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MOHAMMAD NUH

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR ................................................................... iv

  ............................................................................. vii

  DAFTAR ISI

  ................................................... 1

  BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................... 1 A. Ruang Lingkup ..................................................... 4 B. Pengembangan Materi ......................................... 5 C. Karakteristik Autistik ......................................... 5 D.

  .......................................... 9

  Karakteristik Tematik E.

  ......... 13

  Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter F.

  BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ................... 16 Model Pembelajaran Langsung ......................... 16 A. Model Pembelajaran Kooperatif ......................... 18 B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ............ 21 C. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam D.

  ...................................................... 24

  Pembelajaran

  BAB III. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ........................................ 29 Petunjuk Umun .................................................. 29 A. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa .................. 30 B. Strategi Pembelajaran Tematik ......................... 34 C.

  . 63

  Penggunaan Media dan Sarana Pembelajaran D.

  ............................ 63

  Model Pembelajaran Tematik E.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Format Model Penilaian Teknik dan Instrumen F. Penilaian ............................................................. 63

  ................................................................... 76 BAGIAN KHUSUS

  Sub Tema 1 : Lingkungan Rumah ............................................................. 112 Sub Tema 2 : Lingkungan Sekitar Rumah ................................................. 170 Sub Tema 3 :

  ............................................................ 232

  Lingkungan Sekolah Sub Tema 4 : Lingkungan Sekitar Sekolah ............................................... 290 Rangkuman .......................................................................... 337 Evaluasi ................................................................................ 338 Perbaikan dan Pengayaan ................................................... 340

  ..................................................................... 340

  Perbaikan

  ..................................................................... 341

  Pengayaan Glosarium ............................................................................. 342 Daftar Pustaka ..................................................................... 343

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

  perkembangan yang sangat kompleks dalam hal komunikasi, interaksi sosial, sensoris, prilaku, pola bermain dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pada anak sebelum berusia tiga tahun. Pada kenyataannya tidak semua anak autis dapat belajar di sekolah biasa atau reguler, karena hampir 80 persen anak-anak autis memiliki skor di bawah 70 pada berbagai tes intelegensi terstandar. Sebagian besar anak-anak autis juga mengalami retardasi mental (Tunagrahita). Meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan penting antara anak autis dan anak retardasi mental (Tunagrahita). Anak-anak retardasi mental (Tunagrahita) biasanya memiliki skor rendah dalam semua bagian suatu tes intelegensi, sedangkan skor anak-anak autis memiliki pola yang berbeda. Secara umum, anak-anak autis lebih buruk dalam mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran abstrak, simbolisme, atau logika sekuensial, yang kesemuanya berhubungan dengan kelemahan bahasa mereka (Carpuan pentieri & Morgan, 1994). Mereka biasanya mendapatkan nilai yang lebih baik pada berbagai item yang memerlukan keterampilan visual- spasial, seperti mencocokkan rancangan dalam tes-tes rancangan balok dan merakit objek yang belum dirakit

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  (Rutter, 1983). Kadang mereka dapat memiliki keahlian khusus yang mencerminkan talenta besar, seperti kemampuan mengalikan dua angka empat digit dengan cepat tanpa alat bantu apa pun. Mereka juga memiliki memori jangka panjang yang luar biasa, mampu mengingat dengan tepat syair sebuah lagu yang didengar bertahun- tahun lalu.

  Terkait dengan kondisi anak autis tersebut, maka layanan pendidikan ditekankan untuk mengembangkan potensi adaptif, agar mereka dapat menolong diri yang mencakup: keterampilan pribadi, perkembangan fisik, komunikasi, Skill pribadi dan skill sosial, Kognitif fungsional, Perawatan kesehatan, kesejahteraan pribadi, Skill konsumen, keterampilan rumah tangga, orientasi komunitas, dan Skill kerja. Oleh karena itu penamaan mata pelajaran dalam kurikulum ini menekankan untuk mengembangkan potensi adaptif dan akademik fungsional. Artinya cakupan kompetensi dipelajari untuk memiliki penguasaan yang dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan vokasional dan dapat diterapkan dalam kehdupan sehari-hari

  Pengembangan kurikulum SMALB , menekankan pada tingkat kompetensi 1 (kelas I-II SD) dan tingkat kompetensi 2 (kelas III SD). Penetapan level berdasarkan usia mental (mental Age) dengan mempertimbangkan kompetensi yang telah dikuasi. Dengan demikian ketuntasan belajar bukan didasarkan pada usia kalender (cronlogical Age), tetapi ketuntasan capaian kompetensi. Bagi anak autis yang

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN memiliki usia kalender melebihi usia sekolah namun belum pernah sekolah, maka perlu diberikan layanan terapi dan dimasukkan pada kelas transisi agar memiliki kemampan dasar sebagai prasyarat belajar dalam kelas keterampilan.

  Implementasi kurikulum autis menekankan pada prinsip pengulangan, kekonkritan, sederhana, keajegan, kesinambungan, dan keseluruhan. Pembelajaran berbasis pencapaian penguasaan kompetensi dan bukan berbasis waktu. Penilaian capaian hasil belajar bagi anak autias menggunakan otentik asesmen dengan model penilaian unjuk kerja. Sistem penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Pelaporan hasil belajar menggunakan deskriptif kualitatif. Ketuntasan belajar pada anak autis perlu dilakukan sistem magang untuk uji latih kerja mandiri sesuai dengan peminatan vokasi yang diminati.

  Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar dan indikator dari kurikulum (standar isi) beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.

  Pembelajaran tematik dirancang agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna, berkesinambungan serta tidak berdiri sendiri-sendiri. Selain itu, guru juga akan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Silabus dan RPP tematik dikembangkan dengan langkah-langkah: mencermati atau mengidentifikasi kompetensi dasar yang berdekatan muatannya (dan memungkinkan untuk dibuatkan temanya) pada kelas dan semester yang sama pada mata pelajaran yang KD nya dapat dikaitkan dengan cara :

  1. Memilih atau menentukan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar yang telah diidentifikasi.

  2. Membuat matriks hubungan antara kompetensi dasar (dan indikator pencapaiannya) dengan tema yang telah ditentukan.

  3. Membuat pemetaan pembelajaran tematis atau pengembangan jaringan kompetensi dasar dan tema.

  4. Mengembangkan silabus sesuai dengan langkah pembuatan silabus pada umumnya.

  5. Menyusun RPP berdasarkan silabus pembelajaran

B. Ruang Lingkup

  Ruang lingkup buku pegangan guru mencakup empat sub tema pembelajaran yang meliputi :

  1. Sub Tema 1 : Lingkungan Rumah Lingkungan disekitar Rumah

  2. Sub Tema 2 : Lingkungan Sekolah

  3. Sub Tema 3 :

  4 Sub Tema 4 : Lingkungan disekitar Sekolah

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

C. Pengembangan Materi

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Pengembangan materi pembelajaran pada tema lingkungan meliputi aspek:

  1. Sikap

  Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran pada tema lingkungan meliputi: percaya diri, disiplin, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab.

  2. Keterampilan

  Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran pada tema lingkungan meliputi: keterampilan mengamati, menulis, berkomunikasi, mencari informasi, kerja kelompok dan berkreasi

  3. Pengetahuan

  Pengetahuan yang dikembangkan dalam pembelajaran pada tema lingkungan meliputi: pemahaman peraturan/tatatertib, hidup rukun, saling menolong, gotong royong dan hidup bersih.

D. Karakteristik Autistik

  Kata autis berasal dari bahasa Yunani yaitu: Autos yang berarti diri sendiri dan Isme yang berarti aliran. Secara harfiah berarti suatu paham atau aliran yang terfokus pada dunianya sendiri, sebab penyandang autistik atau autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri. (Handoyo,2013:12) mengemukakan bahwa: “ Autistik atau Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks pada seseorang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.” Sedangkan (Gayatri, 2010:1.) mengemukakan bahwa Autistik atau autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, seringkali gejala tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Gangguan perkembangan ini mempengaruhi kemampuan komunikasi (berbicara dan berbahasa), kemampuan berinteraksi sosial (tidak tertarik untuk berinteraksi) dan prilaku (hidup dalam dunianya sendiri).”

  Adapun karakteristik atau ciri-ciri autis yang sering ditemukan adalah tidak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, menarik diri dari pergaulan, menghindari kontak mata, tidak peka terhadap rasa sakit, terpaku pada benda-benda tertentu, dan biasanya disertai hiperaktif atau hipoaktif. (Triantoro, 2004:3) mengemukakan bahwa gambaran umum anak yang mengalami gangguan autistik atau autisme adalah “ Menunjukkan kurang respon terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam kemampuan komunikasi, dan memunculkan komunikasi yang aneh terhadap berbagai aspek lingkungan di sekitarnya, yang semua ini berkembang pada masa 30 bulan pertama anak”, Sedangkan D.S. Prasetyono, (2008:25) memberikan gambaran bahwa anak autistik memiliki gambaran yang unik dan ciri-ciri sebagai berikut : (1) anak sangat selektif terhadap rangsangan, sehingga kemampuan anak menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas (2) kurang motivasi, anak tidak hanya sering

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajahi lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka (3) memiliki respons stimulasi diri tinggi, anak menghabiskan sebagian waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, memandangi jari-jemari, sehingga kegiatan ini tidak produktif (4) memiliki respons terhadap imbalan, anak mau belajar jika mendapat imbalan langsung dan jenis imbalannya sangat individual, akan tetapi respon ini akan berbeda setiap anak autistik.

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri autistik atau autisme adalah terjadinya gangguan dalam bidang komunikasi,interaksi sosial, gangguan sensoris, gangguan pola bermain, ganguan prilaku dan gangguan emosi. Gangguan-gangguan tersebut meliputi :

  Gangguan Komunikasi, meliputi : 1.

  (a) perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada (b) anak seperti tuli,sulit bicara atau pernah bicara kemudian sirna (c) kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya (d) mengoceh berulang-ulang tanpa arti, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain (e) bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi (f) senang meniru atau membeo (g) senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Gangguan Interaksi Sosial, 2.

  Interaksi sosial anak autistik biasanya: (a) lebih suka menyendiri (b) tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan (c) tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

  Gangguan Sensoris, meliputi: 3.

  (a) sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk (b) bila mendengar suara keras langsung menutup telinga (c) senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda (d) tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

  Gangguan Pola Bermain, meliputi: 4.

  (a) tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya (b) tidak suka bermain dengan anak sebayanya (c) tidak kreatif, tidak imajinatif (d) tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik kemudian rodanya diputar-putar (e) senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda (f) sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Gangguan Prilaku, meliputi: 5.

  (a) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif) (b) memperlihatkan prilaku stimulasi, seperti bergoyang-goyang, mengepak-ngepakkan tangan seperti burung, dan berputar-putar. (c) tidak suka terhadap perubahan.

  Gangguan Emosi, meliputi: 6.

  (a) sering marah tanpa alasan yang jelas, tertawa- tawa, dan menangis tanpa alasan (b) temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak dipenuhi keinginannya (c) kadang suka menyerang dan merusak (d) berprilaku menyakiti diri sendiri (e) tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

E. Karakteristik Pembelajaran Tematik

  Pembelajaran tematik sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai sesuatu yang holistik, sehingga pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik. Atas dasar pemikirian di atas, pembelajaran pada anak autis yang disertai intelegensi yang kurang akan sangat baik jika

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.

  Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa

  Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar

  2. Memberikan pengalaman langsung

  Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

  3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

  Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema- tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

  4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

  Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Bersifat fleksibel

  Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

  

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan

kebutuhan siswa

  Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya

  7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

  Dalam proses pembelajaran tematik tidak menjemukkan /membosankan bahkan dalam suasana bermain yang menyenangkan mereka dapat memperoleh pengetahuan baru yang sangat utuh dan bermakna.

  Karakteristik pembelajaran yang identik dengan butir- butir tersebut diatas tertuang dalam Depdikbud (1996) bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah meliputi holistik, bermakna, autentik, dan aktif.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Pertama.

  Holistik, suatu gejala yang menjadi pusat perhatian dalam

  pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, sehingga memungkinkan siswa-siswi untuk memahami suatu gejala /fenomena dari segala sisi. Hal ini sebagai modal yang sangat baik untuk menjadi lebih bijak menyikapi setiap yang di hadapi atau di alami oleh peserta didik.

  Kedua.

  Bermakna, memungkinkan terbentuknya suatu jalinan antar konsep yang saling berhubungan atau disebut juga skemata , sehingga dapat menambah kebermaknaan materi yang dipelajari.

  Ketiga.

  Autentik, peserta didik mempelajari suatu konsep dan prinsip melalui kejadian langsung yang dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan eksperimen. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai aktor langsung dalam kegiatan tersebut untuk mencari dan memperoleh informasi dan pengetahuan.

  Keempat.

  Aktif, pembelajaran lebih menekankan pada aktifitas peserta didik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional melalui tema tertentu yang sesuai dengan hasrat, minat, dan kemampuanya, sehingga ia termotivasi untuk terus menerus belajar .

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

F. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter

  1. Pada semester I, berbagai sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri, kerjasama dll.

  2. Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri peserta didik. Langkah-langkah di bawah ini dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penilaian.

  a. Mengingat kendala yang ada, terutama ketersediaan waktu, maka dalam 1 semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut.

  b. Misalnya dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah Disiplin • Kerja sama • Percaya diri •

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN c. Setiap karakter dibuatkan indikator. Contoh indikator disiplin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  No Karakter Definisi Indikator

  1 Disiplin Ketaatan atau  Pulang ke rumah kepatuhan tepat waktu terhadap  Mentaati peraturan peraturan di rumah  Taat dan patuh kepada orang tua

  2 Percaya Tindakan yang  Melafalkan nama Diri menunjukkan anggota keluarga perilaku tertib  Mempraktekkan dan patuh pada membuat mozaik berbagai  Menulis dan ketentuan dan membilang lambang peraturan bilangan 1-100

  3 Peduli Sikap dan  Menyebutkan sosial tindakan yang silsilah dalam selalu ingin keluarga memberi  Membersihkan bantuan paada rumah orang lain dan  Menjaga keamanan masyarakat dan ketertiban di

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN yang rumah membutuhkan

  4 Rasa Sikap dan  Menciptakan Ingin Tau tindakan yang suasana rumah selalu berupaya yang mengundang untuk me- rasa ingin tahu. ngetahui lebih  Eksplorasi mendalam dan lingkungan rumah meluas dari secara terprogram. sesuatu yang  Tersedia media dipelajari, komuni-kasi atau dilihat, dan informasi (media didengar. cetak atau media elektronik) di rumah

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

BAB II MODEL-MODEL PEMBELAJARAN A. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung adalah model

  pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstruktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.

  Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape

  recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi

  yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

  Menurut Slavin (2003) ada tujuh langkah dalam tahapan pembelajaran langsung, yaitu :

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa Pada tahap ini, guru harus menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

  2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

  Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.

  3. Menyampaikan materi pelajaran Pada tahap ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh dan mendemontrasikan konsep.

  4. Melaksanakan bimbingan Pada tahap ini, guru melaksanakan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

  5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu maupun secara kelompok.

  6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik Pada tahap ini, guru memberikan reviu terhadap hal- hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

7. Memberikan latihan mandiri

  Pada tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

  Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar siswa, mampu berpikir secara kritis, memiliki keterampilan sosial dan pencapaian hasil belajar yang lebih optimal (Isjoni, 2009 : 8). Sedangkan Slavin (1985) mengemukakan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetrogen. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas Wina Sanjaya (2008: 242) mendefinisikan “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

  Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Adapun tujuan yang ingin dicapai menurut Widyantini (2006:4) adalah " hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”. sedangkan menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.

  Menurut Abdurrahman & Bintoro ( dalam Nurhadi, dkk. 2004:61) , ada empat unsur pokok dalam pembelajaran kooperatif yang harus diperhatikan guru, yaitu : 1. Saling Ketergantungan Positif.

  Pada pembelajaran kooperatif guru harus mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling “ketergantungan positif”,

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN yang akan memberikan motivasi kepada siswa untuk meraih hasil belajar yang optimal.

  2. Interaksi Tatap Muka Pada pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling bertatap muka sehingga dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan teman sesama. Interaksi ini akan memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar yang lebih bervariasi.

  3. Akuntabilitas Individu.

  Walaupun pembelajaran kooperatif berbentuk kelompok, akan tetapi penilaiannya ditujukan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran secara individu. Nilai kelompok yang diperoleh tetap mengacu kepada nilai individual masing-masing anggota dalam kelompoknya. Dalam satu kelompok akan terlihat anggota kelompok yang kurang dan harus mendapat perhatian. Setiap kelompok diwajibkan melakukan evaluasi diri tentang keberhasilan belajar mereka sendiri

  4. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Individu Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa dibelajarkan dalam kelompok khususnya kelompok kooperatif. Dalam kelompok kooperatif siswa dapat berinteraksi dengan siswa yang lain tidak saja hanya dengan guru tetapi dengan teman sebaya.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.

  Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien,dkk,1993). Selanjutnya Boud dan felleti, (1997) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau opended melalui stimulus dalam belajar.

  Pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) belajar dimulai dengan suatu masalah (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri (5) menggunakan kelompok kecil (6) menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

  Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah harus dimulai oleh

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan atif dalam belajar.

  Langkah-langkah atau tahapan model pembelajaran berbasis masalah adalah: (1) orientasi siswa kepada masalah (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

  Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

  Fase Aktivitas Tingkah Laku Guru Guru

  Fase 1 Mengorientasikan siswa pada Orientasi siswa masalah. Menjelaskan tujuan kepada masalah pembelajaran, logistik yang

  diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN Fase Mengorganisasi siswa untuk belajar.

  2Mengorganisasi Membantu siswa membatasi dan siswa untuk belajar mengorganisasi tugas belajar yang

  berhubungan dengan masalah yang dihadapi

  Fase 3 Membimbing penyelidikan individu Membimbing maupun kelompok. Mendorong penyelidikan siswa mengumpulkan informasi individual maupun yang sesuai, melaksanakan kelompok eksperimen, dan mencari untuk

  penjelasan dan pemecahan

  Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan Mengembangkan hasil karya. Membantu siswa dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan,

  video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

  

BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi Menganilisis dan proses pemecahan masalah. mengevaluasi Membantu mahasiswa melakukan proses pemecahan refleksi terhadap penyelidikan dan masalah proses-proses yang digunakan

  selama berlangusungnya pemecahan masalah.

D. Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran

  Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching

  

Learning (CTL) mengasumsikan bahwa secara natural

  pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan pengalaman keseharian siswa akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan mampu menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru dan belum pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuannya yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning merupakan satu konsepsi pembelajaran-

  pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pembelajar untuk membuat kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja.

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning adalah sebuah sistem pembelajaran yang

  didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Elaine B. Johnson, 2007:14).

  Dalam Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning, ada delapan komponen yang harus ditempuh,

  yaitu: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  (8) menggunakan penilaian otentik (Elaine B. Johnson, 2007: 65-66).

  Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning adalah mempraktikkan konsep belajar yang

  mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di dalamnya.

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning merupakan konsep belajar yang membantu para

  guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching

  Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

  menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN dalam kehidupan meraka (Sanjaya, 2005:109). Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.

  Pertama,

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual

  Teaching Learning tidak mengharapkan agar siswa hanya

  menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

  Kedua,

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.

  Ketiga,

  Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual/Contextual Teaching Learning tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual/Contextual

  

Teaching Learning tidak untuk ditumpuk di otak dan

  kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR A. Petunjuk Umum

  1. Buku Panduan Guru dalam Pembelajaran Tematik dengan Tema Lingkungan Kelas X SMALB AUTIS

  2. Buku Panduan Guru disusun untuk memudahkan para guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik di SMALB AUTIS . Buku ini mencakup hal- hal sebagai berikut :

  Jaringan tema yang memberi gambaran kepada a. guru tentang suatu tema yang melingkupi beberapa kompetensi dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran.

b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap kegiatan pembelajaran.

  Kegiatan pembelajaran tematik terpadu untuk c. menggambarkan kegiatan pembelajaran yang menyatu dan mengalir.

  d. Pengalaman belajar yang bermakna untuk membangun sikap dan perilaku positif, penguasaan konsep, keterampilan berpikir saintifik, berpikir tingkat tinggi,kemampuan menyelesaikan masalah, inkuiri, kreativitas, dan pribadi reflektif. Berbagai teknik penilaian siswa.

  e.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Informasi yang menjadi acuan kegiatan remedial f. dan pengayaan. Kegiatan interaksi guru dan orang tua, yang g. memberikan kesempatan kepada orang tua untuk ikut berpartisipasi aktif melalui kegiatan belajar siswa di rum

B. Petunjuk Penggunaan Buku Siswa

  Kegiatan pembelajaran dalam buku ini dirancang untuk mengembangkan kompetensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan) peserta didik melalui aktivitas yang bervariasi. Aktivitas tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

  Membuka pelajaran dengan cara yang menarik 1. perhatian siswa, seperti membacakan cerita, bertanya jawab, bernyanyi, melakukan permainan, demonstrasi, pemecahan masalah dan sebagainya. Menginformasikan tujuan pembelajaran sehingga siswa 2. dapat mengorganisir informasi yang disampaikan (apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan).

  Menggali pengetahuan siswa yang diperoleh 3. sebelumnya agar siswa bisa mengaitkan pengetahuan terdahulu dengan yang akan dipelajari.

  Memberi tugas yang bertahap guna membantu siswa 4. memahami konsep. Memberi tugas yang dapat mengembangkan 5. kemampuan berpikir tingkat tinggi.

  BUKU GURU : AUTIS Tema: LINGKUNGAN

  Memberi kesempatan untuk melatih keterampilan atau 6. konsep yang telah dipelajari. Memberi umpan balik yang akan menguatkan 7. pemahaman siswa.

  Bagaimana Menggunakan Buku Panduan Guru

  Buku Panduan Guru memiliki dua fungsi, yaitu sebagai petunjuk penggunaan Buku Siswa dan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Bacalah halaman demi halaman dengan teliti.

  2. Pahamilah setiap Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang dikaitkan dengan tema.

  3. Upayakan untuk mencakup Kompetensi Inti (KI) I dan (KI) II dalam semua kegiatan pembelajaran. Guru diharapkan melakukan penguatan untuk mendukung pembentukan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan